PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN KO
PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN: KONSEPTUAL
DAN STUDI KASUS PEMBANGUNAN TTP KOTA JANTHO
Rachman Jaya
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh,
Jl. Panglima Nyak Makam No.27 Lampineung, Banda Aceh.
Email: [email protected]
ABSTRAK
Taman Teknologi Pertanian (TTP) dan Taman Sains Pertanian (TSP)
merupakan salah satu program pembangunan sektor pertanian pemerintahan
Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang dituangkan pada Nawacita.
Pada dasarnya, TTP merupakan wahana yang dapat digunakan oleh
pelaku, dalam hal ini fokus pada sektor pertanian untuk mengembangkan
bisnis berbasis komoditas pertanian melalui hilirisasi inovasi-inovasi hasil
penelitian, pelatihan, magang dan inkubasi bisnis bagi pelaku dan calon
(tenan) pebisnis di kawasan TTP. Tujuan dari kajian ini adalah memberikan
gambaran aktual konseptual TTP dan mendeskripsikan pembangunan TTP
Kota Jantho sebagai ilustrasi. Konseptual ditelaah dari berbagai pustaka
yang relevan, sedangkan pada studi kasus diungkapkan hasil pembangunan
TTP Kota Jantho dari proses inisiasi sampai dengan kondisi terkini, yaitu
pada tahun kedua pembangunan. Hasil telaah menunjukkan bahwa
umumnya yang dimaksud dengan TTP atau TSP adalah suatu kawasan
yang di dalamnya terdapat fasilitas infrastruktur, sumberdaya manusia
berbasis Ipteks (akademisi, lembaga litbang dan R and D perusahaan),
pemerintahan dan masyarakat (wirausaha, tenan). Proses yang terjadi
umumnya adanya penciptaan teknologi oleh akademisi, litbang dan R and
D yang kemudian dihilirkan oleh perusahaan dengan fasilitas pembiayaan
oleh perbankan, sedangkan infrastruktur dan kebijakan oleh pemerintah
daerah. Teknologi yang digunakan umumnya berbasis teknologi tinggi dan
padat modal. Spesifik untuk TTP di Indonesia, diarahkan untuk pencapaian
program ketahanan pangan, sehingga teknologi yang diaplikasikan berbasis
komoditas dan daya dukung kewilayahan. Demikian juga dengan TTP
Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar yang berbasis komoditas padi sawah,
hortikultura dan peternakan.
Kata Kunci: Taman Teknologi Pertanian, Nawacita, Ketahanan Pangan, Kota
Jantho.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
723
PENDAHULUAN
Pasca terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia,
Joko Widodo dan Jusuf Kalla segera menyusun agenda pembangunan yang
kemudian disebut dengan Nawacita. Point ke-6 dan ke-7 dari Nawacita
tersebut menyatakan bahwa akan meningkatkan produktivitas rakyat dan
daya saing di pasar internasional dan akan mewujudkan kemandirian
ekonomi dengan menggerakkan sektor sektor strategis ekonomi domestik.
Secara teknis kedua point tersebut dijabarkan pada program pembangunan
Taman Teknologi Pertanian (TTP) dan Taman Sains Pertanian (TSP)
melalui penguatan inovasi teknologi dan kebijakan penciptaan sistem
inovasi nasional, khususnya pada sub sektor pertanian. Tujuan akhir dari
program ini adalah tercapainya kemandirian pangan nasional (Jokowi dan
Kalla, 2014). Agar lebih spesifik, tulisan ini hanya fokus kepada TTP. Pada
tahun 2015, telah dibangun 16 TTP lingkup Kementerian Pertanian, dalam
hal ini dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Balitbangtan, 2015).
Konseptual pembangunan TTP pada dasarnya berbasis kepada
beberapa TSP yang sudah eksis di beberapa negara, misalnya adalah Silicon
Valley dan Boston Route di Amerika Serikat, Silicon Fen di United Kingdom,
Thiruvananthapuram dan Hyderabaddi India, Zurich di Swiss, Daegu di Korea
Selatan, METU dan Bilken Cyber Park di Turki, Shanghai di China, Gliwice
di Polandia, Bandung dan Solo Techno Park, serta beberapa techno park di
Amerika Selatan (Biswas, 2004; Seo, 2006; Hulsink dan Dons, 2008; Zeng et
al., 2011; Spolidoro, et al. 2011;Kosmol dan Kotra, 2012). Inti dari TTP adalah
adanya hubungan berbasis inovasi teknologi (Bozzo et al., 1999; Abidin et
al., 2013; Altunoğlu dan Gürel, 2015) termasuk juga pada bidang keilmuan
bioteknologi (Zhang dan Wu, 2012), pengetahuan masyarakat (Rasyidi
dan Kayode, 2011) dan rencana bisnis (Seo, 2006) yang bertujuan untuk
meningkatkan perekonomian regional dan daya saing bangsa (Zeng et al.,
724
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
2011; Soenarso, 2011; Soenarso et al., 2013) karena melibatkan wirausaha
dan calon wirausaha (Bank dan Kanda, 2015). Dalam hal ini tentunya juga
mempertimbangkan aspek teknik sipil karena berhubungan erat dengan
pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan seperti pembangunan
miniplant, jaringan irigasi, jalan usahatani (Stankovic et al., 2009). Dari sisi
teknis pembangunan TTP setidaknya (Gambar 1) melibatkan empat elemen
(triple helix) yaitu: pemerintah daerah, akademisi, komunitas dan swasta
(Leydesdorff dan Etzkowitz, 1998; Carayannis et al., 1998; Etzkowitz et al.,
2007; Balitbangtan, 2015). Dari aspek yang lain pembangunan TTP juga
membahas masalah pembiayaan, kerjasama (join venture), intellectual
property dan lisensi (Lee et al. 2009; Narasimhalu, 2013).
Gambar 1. Konseptual Pembangunan TSTP (Balitbangtan, 2015) adaptasi
dari Soenarso (2011; Spolidoro et al. 2011; Soenarso et al. 2013)
Berdasarkan sisi internal Balitbangtan, pembangunan TTP bertujuan
sebagai pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan,
perikanan, dan pengolahan hasil (pasca panen) yang telah dikaji oleh lembaga
penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
725
Selain itu juga sebagai pusat diseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis
bagi masyarakat luas. Fakta ini menunjukan bahwa secara kelembagaan
Balitbangtan telah secara jelas mengintroduksi sistem pembangunan TTP
berbasis model triple helix yang secara detail (Gambar 2) diilustrasikan oleh
Gibson dalam Seong (2010). Pada ilustrasi tersebut dapat dijelaskan bahwa
pembangunan TTP berbasis kepada kreativitas yang merupakan domain
dari pencetak (invensi) teknologi seperti balai penelitian komoditas serta
perguruan tinggi melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang
dibangun tentunya membutuhkan metode yang secara umum mencakup
proses, mekanisme dan metrik. Basis ini pada dasarnya adalah aplikasi
dari pendekatan sistem (Parnell et al., 2011) yang dalam pelaksanaannya
menggunakan metode IDEF family (Suharman, 2014).
Gambar 2. Sistem triple helix yang menjadi konsep pembangunan TTP
Kajian ini bertujuan menentukan konseptual (state of the art) dalam
pembangunan TTP dan mengaplikasikan pada
kegiatan Pembangunan
TTP Kota Jantho.
Pembangunan TTP Kota Jantho
Pada
Balitbangtan
tahun
anggaran
mendapat
2015,
mandat
Kementerian
untuk
Pertanian
membangun
melalui
sejumlah
TTP
(Balitbangtan, 2015). Pembangunan dilaksanakan di beberapa provinsi
726
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
di seluruh Indonesia, sebagai komitmen Presiden dan Wakil Presiden
untuk membangun pertanian berbasis inovasi dalam rangka pencapaian
kemandarian pangan nasional (Jokowi dan Kalla, 2014). Salah satu provinsi
yang mendapat mandat pembangunan TTP adalah Provinsi Aceh, melalui
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh, sebagai institusi vertikal
Kementerian Pertanian di daerah (Jaya et al., 2015).
Secara teknis, proses pembangunan TTP Kota Jantho melibatkan
lintas instansi dan lintas komoditas (Gambar 3). Pengertian lintas instansi
mengacu kepada konsep triple helix, sedangkan lintas komoditas mengacu
kepada komoditas pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan,
yaitu padi, ternak (sapi) dan hortikultura (Jaya et al., 2015). Hal ini sejalan
dengan konsep pengembangan TTP yang harus berbasis kepada potensi
lokal (Bozzo, 1999) melalui proses transfer teknologi, baik teknologi teknis
maupun sumberdaya manusia (Rasyidi dan Kayode, 2011). Penggalian
potensi ini diwujudkan dengan melakukan kegiatan Participatory Rural
Appraisal (PRA) dan Baseline Survey, yang pada intinya adalah identifikasi
kebutuhan masing-masing pelaku terhadap kegiatan pembangunan TTP
Kota Jantho (Eriyatno, 1998). Baru kemudian dipertajam melalui beberapa
putaran (roundtable) Focus Group Discussion (Dancker et al., 2011).
Pembangunan TTP Kota Jantho dalam pelaksanaannya menggunakan
pendekatan sistem, karena melibatkan lintas sektoral dan lintas komoditas,
sehingga kompleksitas yang terjadi menjadi sangat tinggi. Kompleksitas
yang dimaksud berhubungan erat dengan potensi konflik masing-masing
pelaku (Marimin, 2004; Marimin, 2009; Jaya et al., 2011). Berdasarkan
kajian demikian, maka sangat penting pendekatan yang digunakan dalam
pembangunan TTP Kota Jantho adalah pendekatan Sistem yang bersifat
holistik, berorientasi tujuan dan lebih mementingkan efektivitas dibandingkan
efisiensi (Jackson et al., 2004). Potensi konflik dapat digambarkan sebagai
risiko yang dapat menyebabkan kegagalan program (Jaya et al., 2014).
Dari sisi operasional, faktor risiko ini telah dimitigasi dengan penerbitan SK
struktur pelaksanaan kegiatan TTP Kota Jantho yang berisi tugas dan fungsi
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
727
masing-masing stakeholder yang terlibat dalam pembangunan TTP Kota
Jantho.
Gambar 3. Konseptual Framework Pembangunan TTP Kota Jantho
Secara teknis, yang menjadi penciri dari TTP Kota Jantho adalah
sistem bioindustri berbasis komoditas padi dan ternak (Jaya et al., 2015).
Konseptual pembangunan sistem pertanian bioindustri pada dasarnya adalah
suatu wahana diseminasi inovasi teknologi pertanian dan sebagai media
pengkajian partisipatif yang tentunya mengaplikasikan kegiatan penelitian
untuk pembangunan (Balitbangtan, 2015). Pada konteks kewilayahan (Prov.
Aceh) sistem pertanian bioindustri sangat sesuai untuk diterapkan dalam
pembangunan TTP Kota Jantho. Simatupang (2014) menyatakan bahwa
sistem pertanian bioindustri adalah wahana yang dalam pengoperasiannya
menggunakan biomassa sebagai bahan baku, mikroorganisme atau bioenzim
yang disintesa untuk dijadikan produk pangan, pakan dan energi. Dalam
hal ini sistem bioindustri yang dikembangkan di kawasan TTP Kota Jantho
(Gambar 4) berbasis padi dan ternak (sapi) yang di dalamnya mencakup
pengembangan komoditas hortikultura, perikanan dan jamur merang.
728
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
Fungsi Pelatihan dan Konsultasi Bisnis
Konseptual pembangunan TTP pada dasarnya tidak hanya mengacu
kepada inovasi teknologi, tetapi juga pada fungsi pelatihan bagi calon
pengusaha muda (tenant) dan sebagai media konsultasi bagi pelaku bisnis di
kawasan dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian regional (Zeng
et al., 2011). Secara teknis, fungsi TTP Kota Jantho sebagai media pelatihan
bagi calon pengusaha muda di kawasan diwujudkan melalui pelatihan
pembentukan koperasi (aspek kelembagaan) bekerjasama dengan Pusat
Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kabupaten Aceh Besar. PLUT merupakan
lembaga bentukan Kementerian Koperasi dan UKM yang bertujuan
memberikan pelayanan dan pendampingan bagi calon pelaku bisnis (www.
PLUT.or.id) Dalam hal ini tidak salah jika Balitbangtan menetapkan salah
satu indikator keberhasilan pembangunan TTP adalah jumlah pewirausaha
muda di bidang pertanian. Demikian juga dengan konsultasi bisnis yang
dikemukakan oleh pelaku bisnis bidang pertanian di kawasan, sampai
dengan saat ini umumnya konsultasi bisnis didominasi oleh pelaku bisnis
penyediaan benih padi bersertifikat.
Aspek Legalitas
Dalam pembangungan TTP Kota Jantho terdapat beberapa
kelengkapan administrasi yang harus dipenuhi oleh tim pelaksana. Hal
ini disebabkan lahan yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur
adalah lahan milik pemerintah daerah (Balitbangtan, 2015), dalam hal ini
adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar. Sebelum dilaksanakan
pembangunan fisik, telah dilakukan penandatangan nota kesepahaman
(MOU) antara Balitbangtan dengan Pemkab Aceh Besar, akan tetapi MOU ini
belum menyangkut aspek teknis pelaksanaan, sehingga sangat diperlukan
dokumen legal sebagai turunan dari MOU yang telah dilaksanakan. Beberapa
dokumen legalitas TTP Kota Jantho yang telah dibuat antara lain: Surat
Keputusan Bupati Kabupaten Aceh tentang penunjukan lokasi TTP Kota
Jantho, Surat Keterangan Penggunaan Lahan, sedangkan Surat Keputusan
mengenai struktur organisasi TTP Kota Jantho masih dalam proses.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
729
Aspek legalitas menjadi sangat penting karena sesuai dengan pedoman
umum (Pedum) pembangunan TTP, seluruh aset yang telah dibangun akan
diserahkan ke pemerintah daerah. Legalitas yang dimaksud dalam kajian ini
adalah dokumen-dokumen yang diperlukan pada saat proses penyerahan
asset harus dalam kondisi legal (clear and clean), sehingga proses
penyerahan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Secara spesifik, dalam tataran operasional dibutuhkan harmonisasi antara
pihak-pihak yang terlibat, terutama adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah
(SKPD) lingkup Kabupaten Aceh Besar (Tahir et al., 2015).
Gambar 4. Forrester diagram Sistem Pertanian Bioindustri berbasis padi-ternak di
Kawasan TTP Kota Jantho
730
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
Pembangunan Infrastruktur
Untuk mencapai tujuan dari pembangunan TTP, diperlukan sarana
dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan TTP Kota
Jantho (Stankovic et al., 2009). Tentunya yang harus diperhatikan dalam
pembangunan infrastruktur di kawasan TTP Kota Jantho, harus sesuai
dan menunjang pengembangan bisnis TTP itu sendiri. Infrastuktur yang
dibangun di kawasan TTP Kota Jantho antara lain saluran irigasi tersier,
jalan usahatani, laboratorium diseminasi, pasca panen, kantor manajemen
TTP Kota Jantho, Screen House, toko tani, pagar sekeliling inti TTP, gapura,
tempat pengolahan pupuk organik dan kandang sapi. Dalam hal ini termasuk
juga kesesuaian dengan inovasi teknologi yang akan diaplikasikan.
Konsep pembangunan infrastruktur di TTP Kota Jantho mengacu
kepada sistem pertanian berbasis bioindustri yang memanfaatkan by product
dari suatu komoditas pertanian ke komoditas lainnya atau komoditas yang
sama, sehingga terbentuk closed system. Dengan basis komoditas padi,
ternak dan hortikultura tentunya sangat dimungkinkan untuk membangun
TTP Kota Jantho berbasis sistem ini. Selain pembangunan fisik, sebagai
penunjang juga dilakukan pengadaan beberapa alat dan mesin pertanian,
seperti traktor, combine harvester, biodigester, rice milling unit (RMU) dan
beberapa alat pasca panen. Secara teknis fasilitas infrastruktur mendukung
aspek penelitian partisipatif dan inovasi teknologi pertanian.
Diseminasi Inovasi Teknologi
Pada tahun pertama pembangunan TTP Kota Jantho, selain
pembangunan infrastruktur hal terpenting adalah pembangunan aspek
pengetahuan bagi petani (knowledge transfer) dan pelaku lainnya yang terlibat
langsung dalam kegiatan (Hulsink dan Dons, 2008). Kegiatan diseminasi
inovasi teknologi pertanian mengacu kepada tiga komoditas utama (Tabel
1), yaitu padi, hortikultura dan ternak (Jaya et al., 2015). Kegiatan dilakukan
di kawasan TTP Kota Jantho, dengan luas lahan mencapai 400 Ha, secara
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
731
partisipatif yang bermakna bahwa petani kooperator yang melaksanakan
secara penuh dengan pendampingan teknis oleh tim peneliti Balitbangtan,
yaitu peneliti dari balit-balit komoditas, BPTP Aceh dan Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) dari Balai Penyuluhan Pertanian Kota Jantho.
Tabel 1. Inovasi teknologi di TTP Kota Jantho tahun 2015
No.
Komoditas
Inovasi Teknologi
1.
Padi Sawah
Uji performa 14 Varietas Unggul Baru
(VUB): Ciherang (kontrol), Inpari
1,6,9,11,16,19,23,30,32, Cigeulis, Sidenuk,
Inpari Blast dan Inpari HDB.
Paket teknologi yang digunakan adalah
penggelolaan tanaman terpadu (PTT).
Uji cita rasa (sensory test).
Penguatan calon penangkar benih.
2.
Ternak
Introduksi model kandang komunal
Introduksi rumput unggul dan leguminosa
3.
Hortikultura
Introduksi tanaman sayuran sesuai Good
Agriculture Practices (GAP).
Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD)
4
Perikanan
Introduksi budidaya ikan berbasis minapadi.
Basis dasar dari kegiatan diseminasi inovasi teknologi pertanian
di kawasan TTP Kota Jantho melalui intervensi teknologi. Uji performa
bertujuan untuk menentukan VUB yang adaptif untuk dikembangkan di
kawasan.
Dikarenakan dasar kegiatan adalah pengembangan, bukan
kepada penelitian/pengkajian maka keluaran dari kegiatan lebih difokuskan
kepada produktivitas tanaman dan aspek penerimaan konsumen, yaitu dari
sisi rasa, aroma dan penampakan. Selain itu pada komoditas padi, juga fokus
kepada penguatan calon penangkar. Fokus kegiatan ini nantinya menjadi
input untuk proses bisnis dengan produk beras premium dan penyediaan
benih sumber (Jaya et al., 2015). Demikian juga pada komoditas ternak dan
hortikultura.
732
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
Perencanaan Bisnis
Salah satu indikator utama dalam kegiatan pembangunan TTP adalah
terjadinya proses bisnis yang berpotensi meningkatkan perekonomian wilayah
(Zheng et al., 2011; Gonchigsumlaa dan Flores, 2015). Perencanaan bisnis
adalah suatu rangkaian proses bisnis yang telah tertuang dalam rencana
aksi (blue print) menyangkut aspek visi, bahan baku, produk, finansial, pasar,
pesaing, teknis produksi, pemasaran, risiko usaha dan konsumen. Dalam
pembangunan TTP Kota Jantho yang memiliki potensi bisnis adalah usaha
penyediaan benih sumber padi bersertifikat, beras premium dan penyediaan
sayuran segar (Jaya, 2015). Basis dasar penyediaan benih sumber padi
bersertifikat adalah adanya potensi pasar benih padi. Saat ini kebutuhan
benih padi bersertifkat untuk Kabupaten Aceh Besar mencapai 5.000 ton/
tahun, sedangkan yang mampu disediakan oleh pasar lokal hanya sekitar
2.000 ton/tahun, sehingga masih terbuka ceruk pasar sekitar 3.000 ton/
tahun, yang saat ini umumnya dipenuhi dari Provinsi Sumatera Utara.
PENUTUP
Pembangunan TTP Kota Jantho merupakan salah satu wujud nyata
dari program Nawacita Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Sudah
sepantasnya Indonesia, secara khusus Provinsi Aceh memiliki TTP karena
basis ekonomi provinsi ini adalah sektor pertanian, terutama padi dan
tanaman perkebunan. Pembangunan TTP bercirikan inovasi dan bisnis,
sehingga nantinya mampu menggerakkan perekonomian wilayah, minimal
di kawasan Kota Jantho. Melalui peningkatan jumlah wirausaha yang dilatih
di TTP, selain itu hal yang sangat penting adalah pemberdayaan petani dan
pelaku bisnis lokal, karena nantinya yang menjadi motor penggerak TTP
Kota Jantho sampai mandiri adalah pelaku yang ada di kawasan tersebut.
Secara teknis, setelah tiga tahun pengelolaan, seluruh aset akan diserahkan
ke Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar. Dengan demikian, pengelola
TTP berbasis sumberdaya lokal telah dapat mandiri.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
733
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada tim
peneliti Balitbangtan yang mencakup Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biongen), Balai Besar (BB) Penelitian
Padi, Sukamandi, Balai Penelitian Tanah, Balai Penelitian Buah Tropika,
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Informasi Pertanian, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP), Penyuluh
Pertanian lapangan (PPL) Kota Jantho, Bapak Bupati Kabupaten Aceh
Besar, Bapak Sekretaris daerah Kabupaten Aceh dan Kepala SKPD lingkup
Kabupaten Aceh Besar atas bantuan, penyediaan fasilitas dan dukungan
pembangunan TTP Kota Jantho.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, R., Abdullah, CS., Hasnan, N., Mohtar, S., Osman, NH. 2013. The
Impact of Technology Parks Services on the High Technology
Industry: A Case Study on Kulim Hi-Tech Park. Conference
Paper, Entrepreneurship Vision 2020: Innovation, Development
Sustainability, and Economic Growth: 1147-1154.
Altunoğlu, AE., Gürel, EBB. 2015. Effects of Leader–Member Exchange and
Perceived Organizational Support on Organizational Innovation:
The Case of Denizli Technopark. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 207: 175 – 181.
Badan Urusan Logistik (Bulog). 2015. Bisnis Komoditi, Beras Premium DN
dan LN. www.Bulog.co.id. [diunduh 28 Januari 2016].
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). 2015.
Pedoman Umum Pembangunan dan Pengembangan Taman Sains
dan Teknologi Pertanian. IAARD Press.
-------------------------. 2015. Pedoman Umum Model Pengembangan Inovasi
Teknologi Pertanian Bioindustri. IAARD Press.
734
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
Bank, N., Kanda, W. 2015. Sustainability Profiled Incubators-Process for
Recruiting and Supporting Tenants. Proceeding of the XXVI ISPIM
Conference – Shaping the Frontiers of Innovation Management,
Budapest, Hungary on 14-17 June 2015.
Bank Indonesia Regional Aceh. 2013. Perkembangan Ekonomi Makro
Aceh. www.bi.go.id, di akses 4 April 2015.
Bappeda Kota Banda Aceh. 2014. Statistik Kota Banda Aceh.
Biswas RR. 2004. Making a Technopolis in Hyderabad, India: The Role
Of Government IT Policy. Technological Forecasting and Social
Change, 71:823-835.
Bozzo U, Gibson DV, Sabatelli R, Smilor RW. 1999. Sosioeconomic
Development through Technology Transfer: Technopolis Novus
Ortus.
Carayannis EG, Rogers EM, Kurihara EM dan Allbritton MM. 1998. HighTechnology Spin-Off from Government R&D Laboratories and
Research Universities. Technovation in Press.
Dancker DL. Daamena, Terwela BW, Morsa ET, Reinerb DM, Schumann D,
Anghel S, Et al. 2011. Scrutinizing the impact of CCS communication
on opinion quality: Focus Group Discussions versus InformationChoice Questionnaires: Results from experimental research in six
countries. Energy Procedia, 4: 6182–6187.
Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem: meningkatkan mutu dan efektifitas manajemen.
Bogor: UIPB-Press.
Etzkowitz, H., Dzisah, J., Ranga, M., Chou, C. 2007. The Triple Helix Model
of Innovation. Tech Monitor, 14-23.
Gonchigsumlaa, G., Flores, M. 2015. Valuation of Contribution of Ecosystem
Services of the Orkhon Valley National Park to Sectoral Economic
Development. Ministry of Environment, Green Development and
Tourism of Mongolia, UNDP and GEF.
Hulsink, W., H. Dons (Eds.). 2008. Pathways to High-Tech Valleys and
Research Triangles. Innovative Entrepreneurship, Knowledge
Transfer and Cluster Formation in Europe and the United States.
Springer.
Jackson SB, Mauldin EG, Wilcox WE, Kruse DL. 2004. The Effect of
Corporate restructuring charges on employer contributions to Profit
sharing plans. Journal of Accounting andPublic Policy, 23: 247–278.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
735
Jaya R, Machfud, Ismail M. 2011. Aplikasi teknik ISM dan ME-MCDM untuk
identifikasi posisi pemangku kepentingan dan alternatif kegiatan
untuk perbaikan mutu Kopi Gayo. J. Tek. Ind. Pert., 21 (1): 1-8.
Jaya, R., Mulya, K., Ilham, N., Abu Bakar, B., Mirza, I., et al. 2015. Penentuan
Komoditas Unggulan Pada Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho,
Provinsi Aceh Melalui Focus Group Discussion. Prosiding Seminar
Nasional Hasil Riset dan Standarisasi Industri V, Banda Aceh 11-12
November 2015. Balai Riset dan Standarisasi Industri Banda Aceh,
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.
Jaya, R., Machfud, Raharja, P., Marimin. 2014. Analisis dan Mitigasi Risiko
Rantai Pasok Kopi Gayo Berkelanjutan dengan Pendekatan Fuzzy.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 24 (1) : 61-71.
Jaya, R. 2015. Grand Design Pembangunan Taman Teknologi Pertanian
Kota Jantho. Belum dipublikasi.
Jokowi, Kalla J. 2014. Visi, Misi dan Program Aksi. Jalan Perubahan Untuk
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkpribadian. www.KPU.
go.id. diakses 23 Juli 2015.
Leydesdorff, L., Etzkowitz, H. 1998. The Triple Helix as a Model for Innovation
Study, Science & Public Policy, 25 (3): 195-203.
Lee, S., Yoon, B., Lee, C., Park, J. 2009. Business Planning Based on
Technological Capabilities: Patent Analysis for Technology-Driven
Roadmapping. Technological Forecasting & Social Change, 76 :
769–786.
Marimin, 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk: Teknik dan
Aplikasi. Jakarta: Penerbit Grasindo.
______, 2009. Sistem Pakar dalam teknologi manajerial: Teori dan aplikasi.
Bogor: IPB-Press.
Narasimhalu, AD. 2013. CUGAR: A Model for Open Innovation in Science
and Technology Parks. World Technopolis Review (WTR) 2 (1):
1-11. Research Collection School of Information Systems.
Parnell GS, Driscoll PJ, Henderson DL. 2011. Decision Making in System
Engineering and Management. John Wiley and Son, Inc. New
Jersey.
736
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
Rasyidi, H., Kayode, O. 2011. The Role of Built Environment in Developing
Sustainable HighTech Parks: Establishment of Physical Development
and Knowledge Community Needs. Proceeding of International
Conference on Science and Technology Parks 15th ASPA Annual
Conference / IASP Asian Division Conference, ISFAHAN.
Seo, JH. 2006. The Korean Techno-Park as the Hub of Sub-National
Innovation System: Case of Daegu Techno-Park. Paper Prepared
for National Workshop on Sub National-Innovation System and
Technology Building Policy to Enhance Competitive. 21-22
December 2006, Kanthmandu, Nepal.
Simatupang, P. 2014. Perspektif Sistem Pertanian Biondustri Berkelanjutan.
Dalam Haryono, dkk (penyunting). Reformasi Kebijakan Menuju
Transformasi Pembangunan Pertanian. IAARD Press.
Soenarso WH. 2011. Pengembangan Science and Technology Park di
Indonesia. Disampaikan pada Seminar Nasional Kebijakan Iptek
dan Inovasi Tanggal 26 Juli 2011, PAPPIPTEK-LIPI.
Soenarso, WS., Nugraha, D., Listyaningrum, E. 2013. Development of
Science and Technology Park (STP) in Indonesia to Support
Innovation-Based Regional Economy: Concept and Early Stage
Development. World Technopolis Association (WTR), 2: 32-42.
Suharman, Sukardi, Honggokusumo, S., Suryani, A. 2014. Analisis Potensi
Pengembangan Industri Barang Jadi Karet di Sumatera Selatan.
[disertasi] Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Spolidoro, RM., Cortes, P., Galian, CE. Cerione A., Inta, Zorzi, I. et al. 2011.
Innovation Habitats and Regional Development driven by the Triple
Helix: Perspectives from a South American School of Thought and
Action
Stankovic, I., Gosic, M., Trajkovic, S., 2009. Forming of Science and
Technology Park as an Aspect of Civil Engineering. Architecture
and Civil Engineering, 7 (1) 57-64.
Tahir, R.Sintaningrum, Maulina, E., Rizal, M., Nurasa, H., Heryadi, RD., Bekti,
H. 2015. Harmonization Of Global Governance Oriented Policies
Through The Development Plan Science and Technology Park In
Jatinangor of Education Strategic Area. Proceeding, International
Conference on Democracy and Accountability (ICoDA). Surabaya,
10 November 2015.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
737
Wasson CS. 2006. System Analysis, Design, and Development concepts,
principles, and practices. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New
Jersey.
Zhang, F., Wu, F., 2012. Fostering Indigenous Innovation Capacities: The
Development of Biotechnology in Shanghai’s Zhangjiang High-Tech
Park. Urban Geography, 33 (5): 728-755.
Zheng, G., Liefner I., Si Y. 2011. The Role of High Tech in China Regional
Economy: Empirical Evidence from IC Industry in The Zhangjian
High-Tech Park, Shanghai. Erkunde, 65 (1) 43-45.
738
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
DAN STUDI KASUS PEMBANGUNAN TTP KOTA JANTHO
Rachman Jaya
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh,
Jl. Panglima Nyak Makam No.27 Lampineung, Banda Aceh.
Email: [email protected]
ABSTRAK
Taman Teknologi Pertanian (TTP) dan Taman Sains Pertanian (TSP)
merupakan salah satu program pembangunan sektor pertanian pemerintahan
Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang dituangkan pada Nawacita.
Pada dasarnya, TTP merupakan wahana yang dapat digunakan oleh
pelaku, dalam hal ini fokus pada sektor pertanian untuk mengembangkan
bisnis berbasis komoditas pertanian melalui hilirisasi inovasi-inovasi hasil
penelitian, pelatihan, magang dan inkubasi bisnis bagi pelaku dan calon
(tenan) pebisnis di kawasan TTP. Tujuan dari kajian ini adalah memberikan
gambaran aktual konseptual TTP dan mendeskripsikan pembangunan TTP
Kota Jantho sebagai ilustrasi. Konseptual ditelaah dari berbagai pustaka
yang relevan, sedangkan pada studi kasus diungkapkan hasil pembangunan
TTP Kota Jantho dari proses inisiasi sampai dengan kondisi terkini, yaitu
pada tahun kedua pembangunan. Hasil telaah menunjukkan bahwa
umumnya yang dimaksud dengan TTP atau TSP adalah suatu kawasan
yang di dalamnya terdapat fasilitas infrastruktur, sumberdaya manusia
berbasis Ipteks (akademisi, lembaga litbang dan R and D perusahaan),
pemerintahan dan masyarakat (wirausaha, tenan). Proses yang terjadi
umumnya adanya penciptaan teknologi oleh akademisi, litbang dan R and
D yang kemudian dihilirkan oleh perusahaan dengan fasilitas pembiayaan
oleh perbankan, sedangkan infrastruktur dan kebijakan oleh pemerintah
daerah. Teknologi yang digunakan umumnya berbasis teknologi tinggi dan
padat modal. Spesifik untuk TTP di Indonesia, diarahkan untuk pencapaian
program ketahanan pangan, sehingga teknologi yang diaplikasikan berbasis
komoditas dan daya dukung kewilayahan. Demikian juga dengan TTP
Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar yang berbasis komoditas padi sawah,
hortikultura dan peternakan.
Kata Kunci: Taman Teknologi Pertanian, Nawacita, Ketahanan Pangan, Kota
Jantho.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
723
PENDAHULUAN
Pasca terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia,
Joko Widodo dan Jusuf Kalla segera menyusun agenda pembangunan yang
kemudian disebut dengan Nawacita. Point ke-6 dan ke-7 dari Nawacita
tersebut menyatakan bahwa akan meningkatkan produktivitas rakyat dan
daya saing di pasar internasional dan akan mewujudkan kemandirian
ekonomi dengan menggerakkan sektor sektor strategis ekonomi domestik.
Secara teknis kedua point tersebut dijabarkan pada program pembangunan
Taman Teknologi Pertanian (TTP) dan Taman Sains Pertanian (TSP)
melalui penguatan inovasi teknologi dan kebijakan penciptaan sistem
inovasi nasional, khususnya pada sub sektor pertanian. Tujuan akhir dari
program ini adalah tercapainya kemandirian pangan nasional (Jokowi dan
Kalla, 2014). Agar lebih spesifik, tulisan ini hanya fokus kepada TTP. Pada
tahun 2015, telah dibangun 16 TTP lingkup Kementerian Pertanian, dalam
hal ini dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Balitbangtan, 2015).
Konseptual pembangunan TTP pada dasarnya berbasis kepada
beberapa TSP yang sudah eksis di beberapa negara, misalnya adalah Silicon
Valley dan Boston Route di Amerika Serikat, Silicon Fen di United Kingdom,
Thiruvananthapuram dan Hyderabaddi India, Zurich di Swiss, Daegu di Korea
Selatan, METU dan Bilken Cyber Park di Turki, Shanghai di China, Gliwice
di Polandia, Bandung dan Solo Techno Park, serta beberapa techno park di
Amerika Selatan (Biswas, 2004; Seo, 2006; Hulsink dan Dons, 2008; Zeng et
al., 2011; Spolidoro, et al. 2011;Kosmol dan Kotra, 2012). Inti dari TTP adalah
adanya hubungan berbasis inovasi teknologi (Bozzo et al., 1999; Abidin et
al., 2013; Altunoğlu dan Gürel, 2015) termasuk juga pada bidang keilmuan
bioteknologi (Zhang dan Wu, 2012), pengetahuan masyarakat (Rasyidi
dan Kayode, 2011) dan rencana bisnis (Seo, 2006) yang bertujuan untuk
meningkatkan perekonomian regional dan daya saing bangsa (Zeng et al.,
724
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
2011; Soenarso, 2011; Soenarso et al., 2013) karena melibatkan wirausaha
dan calon wirausaha (Bank dan Kanda, 2015). Dalam hal ini tentunya juga
mempertimbangkan aspek teknik sipil karena berhubungan erat dengan
pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan seperti pembangunan
miniplant, jaringan irigasi, jalan usahatani (Stankovic et al., 2009). Dari sisi
teknis pembangunan TTP setidaknya (Gambar 1) melibatkan empat elemen
(triple helix) yaitu: pemerintah daerah, akademisi, komunitas dan swasta
(Leydesdorff dan Etzkowitz, 1998; Carayannis et al., 1998; Etzkowitz et al.,
2007; Balitbangtan, 2015). Dari aspek yang lain pembangunan TTP juga
membahas masalah pembiayaan, kerjasama (join venture), intellectual
property dan lisensi (Lee et al. 2009; Narasimhalu, 2013).
Gambar 1. Konseptual Pembangunan TSTP (Balitbangtan, 2015) adaptasi
dari Soenarso (2011; Spolidoro et al. 2011; Soenarso et al. 2013)
Berdasarkan sisi internal Balitbangtan, pembangunan TTP bertujuan
sebagai pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan,
perikanan, dan pengolahan hasil (pasca panen) yang telah dikaji oleh lembaga
penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
725
Selain itu juga sebagai pusat diseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis
bagi masyarakat luas. Fakta ini menunjukan bahwa secara kelembagaan
Balitbangtan telah secara jelas mengintroduksi sistem pembangunan TTP
berbasis model triple helix yang secara detail (Gambar 2) diilustrasikan oleh
Gibson dalam Seong (2010). Pada ilustrasi tersebut dapat dijelaskan bahwa
pembangunan TTP berbasis kepada kreativitas yang merupakan domain
dari pencetak (invensi) teknologi seperti balai penelitian komoditas serta
perguruan tinggi melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang
dibangun tentunya membutuhkan metode yang secara umum mencakup
proses, mekanisme dan metrik. Basis ini pada dasarnya adalah aplikasi
dari pendekatan sistem (Parnell et al., 2011) yang dalam pelaksanaannya
menggunakan metode IDEF family (Suharman, 2014).
Gambar 2. Sistem triple helix yang menjadi konsep pembangunan TTP
Kajian ini bertujuan menentukan konseptual (state of the art) dalam
pembangunan TTP dan mengaplikasikan pada
kegiatan Pembangunan
TTP Kota Jantho.
Pembangunan TTP Kota Jantho
Pada
Balitbangtan
tahun
anggaran
mendapat
2015,
mandat
Kementerian
untuk
Pertanian
membangun
melalui
sejumlah
TTP
(Balitbangtan, 2015). Pembangunan dilaksanakan di beberapa provinsi
726
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
di seluruh Indonesia, sebagai komitmen Presiden dan Wakil Presiden
untuk membangun pertanian berbasis inovasi dalam rangka pencapaian
kemandarian pangan nasional (Jokowi dan Kalla, 2014). Salah satu provinsi
yang mendapat mandat pembangunan TTP adalah Provinsi Aceh, melalui
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh, sebagai institusi vertikal
Kementerian Pertanian di daerah (Jaya et al., 2015).
Secara teknis, proses pembangunan TTP Kota Jantho melibatkan
lintas instansi dan lintas komoditas (Gambar 3). Pengertian lintas instansi
mengacu kepada konsep triple helix, sedangkan lintas komoditas mengacu
kepada komoditas pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan,
yaitu padi, ternak (sapi) dan hortikultura (Jaya et al., 2015). Hal ini sejalan
dengan konsep pengembangan TTP yang harus berbasis kepada potensi
lokal (Bozzo, 1999) melalui proses transfer teknologi, baik teknologi teknis
maupun sumberdaya manusia (Rasyidi dan Kayode, 2011). Penggalian
potensi ini diwujudkan dengan melakukan kegiatan Participatory Rural
Appraisal (PRA) dan Baseline Survey, yang pada intinya adalah identifikasi
kebutuhan masing-masing pelaku terhadap kegiatan pembangunan TTP
Kota Jantho (Eriyatno, 1998). Baru kemudian dipertajam melalui beberapa
putaran (roundtable) Focus Group Discussion (Dancker et al., 2011).
Pembangunan TTP Kota Jantho dalam pelaksanaannya menggunakan
pendekatan sistem, karena melibatkan lintas sektoral dan lintas komoditas,
sehingga kompleksitas yang terjadi menjadi sangat tinggi. Kompleksitas
yang dimaksud berhubungan erat dengan potensi konflik masing-masing
pelaku (Marimin, 2004; Marimin, 2009; Jaya et al., 2011). Berdasarkan
kajian demikian, maka sangat penting pendekatan yang digunakan dalam
pembangunan TTP Kota Jantho adalah pendekatan Sistem yang bersifat
holistik, berorientasi tujuan dan lebih mementingkan efektivitas dibandingkan
efisiensi (Jackson et al., 2004). Potensi konflik dapat digambarkan sebagai
risiko yang dapat menyebabkan kegagalan program (Jaya et al., 2014).
Dari sisi operasional, faktor risiko ini telah dimitigasi dengan penerbitan SK
struktur pelaksanaan kegiatan TTP Kota Jantho yang berisi tugas dan fungsi
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
727
masing-masing stakeholder yang terlibat dalam pembangunan TTP Kota
Jantho.
Gambar 3. Konseptual Framework Pembangunan TTP Kota Jantho
Secara teknis, yang menjadi penciri dari TTP Kota Jantho adalah
sistem bioindustri berbasis komoditas padi dan ternak (Jaya et al., 2015).
Konseptual pembangunan sistem pertanian bioindustri pada dasarnya adalah
suatu wahana diseminasi inovasi teknologi pertanian dan sebagai media
pengkajian partisipatif yang tentunya mengaplikasikan kegiatan penelitian
untuk pembangunan (Balitbangtan, 2015). Pada konteks kewilayahan (Prov.
Aceh) sistem pertanian bioindustri sangat sesuai untuk diterapkan dalam
pembangunan TTP Kota Jantho. Simatupang (2014) menyatakan bahwa
sistem pertanian bioindustri adalah wahana yang dalam pengoperasiannya
menggunakan biomassa sebagai bahan baku, mikroorganisme atau bioenzim
yang disintesa untuk dijadikan produk pangan, pakan dan energi. Dalam
hal ini sistem bioindustri yang dikembangkan di kawasan TTP Kota Jantho
(Gambar 4) berbasis padi dan ternak (sapi) yang di dalamnya mencakup
pengembangan komoditas hortikultura, perikanan dan jamur merang.
728
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
Fungsi Pelatihan dan Konsultasi Bisnis
Konseptual pembangunan TTP pada dasarnya tidak hanya mengacu
kepada inovasi teknologi, tetapi juga pada fungsi pelatihan bagi calon
pengusaha muda (tenant) dan sebagai media konsultasi bagi pelaku bisnis di
kawasan dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian regional (Zeng
et al., 2011). Secara teknis, fungsi TTP Kota Jantho sebagai media pelatihan
bagi calon pengusaha muda di kawasan diwujudkan melalui pelatihan
pembentukan koperasi (aspek kelembagaan) bekerjasama dengan Pusat
Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kabupaten Aceh Besar. PLUT merupakan
lembaga bentukan Kementerian Koperasi dan UKM yang bertujuan
memberikan pelayanan dan pendampingan bagi calon pelaku bisnis (www.
PLUT.or.id) Dalam hal ini tidak salah jika Balitbangtan menetapkan salah
satu indikator keberhasilan pembangunan TTP adalah jumlah pewirausaha
muda di bidang pertanian. Demikian juga dengan konsultasi bisnis yang
dikemukakan oleh pelaku bisnis bidang pertanian di kawasan, sampai
dengan saat ini umumnya konsultasi bisnis didominasi oleh pelaku bisnis
penyediaan benih padi bersertifikat.
Aspek Legalitas
Dalam pembangungan TTP Kota Jantho terdapat beberapa
kelengkapan administrasi yang harus dipenuhi oleh tim pelaksana. Hal
ini disebabkan lahan yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur
adalah lahan milik pemerintah daerah (Balitbangtan, 2015), dalam hal ini
adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar. Sebelum dilaksanakan
pembangunan fisik, telah dilakukan penandatangan nota kesepahaman
(MOU) antara Balitbangtan dengan Pemkab Aceh Besar, akan tetapi MOU ini
belum menyangkut aspek teknis pelaksanaan, sehingga sangat diperlukan
dokumen legal sebagai turunan dari MOU yang telah dilaksanakan. Beberapa
dokumen legalitas TTP Kota Jantho yang telah dibuat antara lain: Surat
Keputusan Bupati Kabupaten Aceh tentang penunjukan lokasi TTP Kota
Jantho, Surat Keterangan Penggunaan Lahan, sedangkan Surat Keputusan
mengenai struktur organisasi TTP Kota Jantho masih dalam proses.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
729
Aspek legalitas menjadi sangat penting karena sesuai dengan pedoman
umum (Pedum) pembangunan TTP, seluruh aset yang telah dibangun akan
diserahkan ke pemerintah daerah. Legalitas yang dimaksud dalam kajian ini
adalah dokumen-dokumen yang diperlukan pada saat proses penyerahan
asset harus dalam kondisi legal (clear and clean), sehingga proses
penyerahan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Secara spesifik, dalam tataran operasional dibutuhkan harmonisasi antara
pihak-pihak yang terlibat, terutama adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah
(SKPD) lingkup Kabupaten Aceh Besar (Tahir et al., 2015).
Gambar 4. Forrester diagram Sistem Pertanian Bioindustri berbasis padi-ternak di
Kawasan TTP Kota Jantho
730
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
Pembangunan Infrastruktur
Untuk mencapai tujuan dari pembangunan TTP, diperlukan sarana
dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan TTP Kota
Jantho (Stankovic et al., 2009). Tentunya yang harus diperhatikan dalam
pembangunan infrastruktur di kawasan TTP Kota Jantho, harus sesuai
dan menunjang pengembangan bisnis TTP itu sendiri. Infrastuktur yang
dibangun di kawasan TTP Kota Jantho antara lain saluran irigasi tersier,
jalan usahatani, laboratorium diseminasi, pasca panen, kantor manajemen
TTP Kota Jantho, Screen House, toko tani, pagar sekeliling inti TTP, gapura,
tempat pengolahan pupuk organik dan kandang sapi. Dalam hal ini termasuk
juga kesesuaian dengan inovasi teknologi yang akan diaplikasikan.
Konsep pembangunan infrastruktur di TTP Kota Jantho mengacu
kepada sistem pertanian berbasis bioindustri yang memanfaatkan by product
dari suatu komoditas pertanian ke komoditas lainnya atau komoditas yang
sama, sehingga terbentuk closed system. Dengan basis komoditas padi,
ternak dan hortikultura tentunya sangat dimungkinkan untuk membangun
TTP Kota Jantho berbasis sistem ini. Selain pembangunan fisik, sebagai
penunjang juga dilakukan pengadaan beberapa alat dan mesin pertanian,
seperti traktor, combine harvester, biodigester, rice milling unit (RMU) dan
beberapa alat pasca panen. Secara teknis fasilitas infrastruktur mendukung
aspek penelitian partisipatif dan inovasi teknologi pertanian.
Diseminasi Inovasi Teknologi
Pada tahun pertama pembangunan TTP Kota Jantho, selain
pembangunan infrastruktur hal terpenting adalah pembangunan aspek
pengetahuan bagi petani (knowledge transfer) dan pelaku lainnya yang terlibat
langsung dalam kegiatan (Hulsink dan Dons, 2008). Kegiatan diseminasi
inovasi teknologi pertanian mengacu kepada tiga komoditas utama (Tabel
1), yaitu padi, hortikultura dan ternak (Jaya et al., 2015). Kegiatan dilakukan
di kawasan TTP Kota Jantho, dengan luas lahan mencapai 400 Ha, secara
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
731
partisipatif yang bermakna bahwa petani kooperator yang melaksanakan
secara penuh dengan pendampingan teknis oleh tim peneliti Balitbangtan,
yaitu peneliti dari balit-balit komoditas, BPTP Aceh dan Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) dari Balai Penyuluhan Pertanian Kota Jantho.
Tabel 1. Inovasi teknologi di TTP Kota Jantho tahun 2015
No.
Komoditas
Inovasi Teknologi
1.
Padi Sawah
Uji performa 14 Varietas Unggul Baru
(VUB): Ciherang (kontrol), Inpari
1,6,9,11,16,19,23,30,32, Cigeulis, Sidenuk,
Inpari Blast dan Inpari HDB.
Paket teknologi yang digunakan adalah
penggelolaan tanaman terpadu (PTT).
Uji cita rasa (sensory test).
Penguatan calon penangkar benih.
2.
Ternak
Introduksi model kandang komunal
Introduksi rumput unggul dan leguminosa
3.
Hortikultura
Introduksi tanaman sayuran sesuai Good
Agriculture Practices (GAP).
Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD)
4
Perikanan
Introduksi budidaya ikan berbasis minapadi.
Basis dasar dari kegiatan diseminasi inovasi teknologi pertanian
di kawasan TTP Kota Jantho melalui intervensi teknologi. Uji performa
bertujuan untuk menentukan VUB yang adaptif untuk dikembangkan di
kawasan.
Dikarenakan dasar kegiatan adalah pengembangan, bukan
kepada penelitian/pengkajian maka keluaran dari kegiatan lebih difokuskan
kepada produktivitas tanaman dan aspek penerimaan konsumen, yaitu dari
sisi rasa, aroma dan penampakan. Selain itu pada komoditas padi, juga fokus
kepada penguatan calon penangkar. Fokus kegiatan ini nantinya menjadi
input untuk proses bisnis dengan produk beras premium dan penyediaan
benih sumber (Jaya et al., 2015). Demikian juga pada komoditas ternak dan
hortikultura.
732
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
Perencanaan Bisnis
Salah satu indikator utama dalam kegiatan pembangunan TTP adalah
terjadinya proses bisnis yang berpotensi meningkatkan perekonomian wilayah
(Zheng et al., 2011; Gonchigsumlaa dan Flores, 2015). Perencanaan bisnis
adalah suatu rangkaian proses bisnis yang telah tertuang dalam rencana
aksi (blue print) menyangkut aspek visi, bahan baku, produk, finansial, pasar,
pesaing, teknis produksi, pemasaran, risiko usaha dan konsumen. Dalam
pembangunan TTP Kota Jantho yang memiliki potensi bisnis adalah usaha
penyediaan benih sumber padi bersertifikat, beras premium dan penyediaan
sayuran segar (Jaya, 2015). Basis dasar penyediaan benih sumber padi
bersertifikat adalah adanya potensi pasar benih padi. Saat ini kebutuhan
benih padi bersertifkat untuk Kabupaten Aceh Besar mencapai 5.000 ton/
tahun, sedangkan yang mampu disediakan oleh pasar lokal hanya sekitar
2.000 ton/tahun, sehingga masih terbuka ceruk pasar sekitar 3.000 ton/
tahun, yang saat ini umumnya dipenuhi dari Provinsi Sumatera Utara.
PENUTUP
Pembangunan TTP Kota Jantho merupakan salah satu wujud nyata
dari program Nawacita Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Sudah
sepantasnya Indonesia, secara khusus Provinsi Aceh memiliki TTP karena
basis ekonomi provinsi ini adalah sektor pertanian, terutama padi dan
tanaman perkebunan. Pembangunan TTP bercirikan inovasi dan bisnis,
sehingga nantinya mampu menggerakkan perekonomian wilayah, minimal
di kawasan Kota Jantho. Melalui peningkatan jumlah wirausaha yang dilatih
di TTP, selain itu hal yang sangat penting adalah pemberdayaan petani dan
pelaku bisnis lokal, karena nantinya yang menjadi motor penggerak TTP
Kota Jantho sampai mandiri adalah pelaku yang ada di kawasan tersebut.
Secara teknis, setelah tiga tahun pengelolaan, seluruh aset akan diserahkan
ke Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar. Dengan demikian, pengelola
TTP berbasis sumberdaya lokal telah dapat mandiri.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
733
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada tim
peneliti Balitbangtan yang mencakup Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biongen), Balai Besar (BB) Penelitian
Padi, Sukamandi, Balai Penelitian Tanah, Balai Penelitian Buah Tropika,
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Informasi Pertanian, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP), Penyuluh
Pertanian lapangan (PPL) Kota Jantho, Bapak Bupati Kabupaten Aceh
Besar, Bapak Sekretaris daerah Kabupaten Aceh dan Kepala SKPD lingkup
Kabupaten Aceh Besar atas bantuan, penyediaan fasilitas dan dukungan
pembangunan TTP Kota Jantho.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, R., Abdullah, CS., Hasnan, N., Mohtar, S., Osman, NH. 2013. The
Impact of Technology Parks Services on the High Technology
Industry: A Case Study on Kulim Hi-Tech Park. Conference
Paper, Entrepreneurship Vision 2020: Innovation, Development
Sustainability, and Economic Growth: 1147-1154.
Altunoğlu, AE., Gürel, EBB. 2015. Effects of Leader–Member Exchange and
Perceived Organizational Support on Organizational Innovation:
The Case of Denizli Technopark. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 207: 175 – 181.
Badan Urusan Logistik (Bulog). 2015. Bisnis Komoditi, Beras Premium DN
dan LN. www.Bulog.co.id. [diunduh 28 Januari 2016].
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). 2015.
Pedoman Umum Pembangunan dan Pengembangan Taman Sains
dan Teknologi Pertanian. IAARD Press.
-------------------------. 2015. Pedoman Umum Model Pengembangan Inovasi
Teknologi Pertanian Bioindustri. IAARD Press.
734
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
Bank, N., Kanda, W. 2015. Sustainability Profiled Incubators-Process for
Recruiting and Supporting Tenants. Proceeding of the XXVI ISPIM
Conference – Shaping the Frontiers of Innovation Management,
Budapest, Hungary on 14-17 June 2015.
Bank Indonesia Regional Aceh. 2013. Perkembangan Ekonomi Makro
Aceh. www.bi.go.id, di akses 4 April 2015.
Bappeda Kota Banda Aceh. 2014. Statistik Kota Banda Aceh.
Biswas RR. 2004. Making a Technopolis in Hyderabad, India: The Role
Of Government IT Policy. Technological Forecasting and Social
Change, 71:823-835.
Bozzo U, Gibson DV, Sabatelli R, Smilor RW. 1999. Sosioeconomic
Development through Technology Transfer: Technopolis Novus
Ortus.
Carayannis EG, Rogers EM, Kurihara EM dan Allbritton MM. 1998. HighTechnology Spin-Off from Government R&D Laboratories and
Research Universities. Technovation in Press.
Dancker DL. Daamena, Terwela BW, Morsa ET, Reinerb DM, Schumann D,
Anghel S, Et al. 2011. Scrutinizing the impact of CCS communication
on opinion quality: Focus Group Discussions versus InformationChoice Questionnaires: Results from experimental research in six
countries. Energy Procedia, 4: 6182–6187.
Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem: meningkatkan mutu dan efektifitas manajemen.
Bogor: UIPB-Press.
Etzkowitz, H., Dzisah, J., Ranga, M., Chou, C. 2007. The Triple Helix Model
of Innovation. Tech Monitor, 14-23.
Gonchigsumlaa, G., Flores, M. 2015. Valuation of Contribution of Ecosystem
Services of the Orkhon Valley National Park to Sectoral Economic
Development. Ministry of Environment, Green Development and
Tourism of Mongolia, UNDP and GEF.
Hulsink, W., H. Dons (Eds.). 2008. Pathways to High-Tech Valleys and
Research Triangles. Innovative Entrepreneurship, Knowledge
Transfer and Cluster Formation in Europe and the United States.
Springer.
Jackson SB, Mauldin EG, Wilcox WE, Kruse DL. 2004. The Effect of
Corporate restructuring charges on employer contributions to Profit
sharing plans. Journal of Accounting andPublic Policy, 23: 247–278.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
735
Jaya R, Machfud, Ismail M. 2011. Aplikasi teknik ISM dan ME-MCDM untuk
identifikasi posisi pemangku kepentingan dan alternatif kegiatan
untuk perbaikan mutu Kopi Gayo. J. Tek. Ind. Pert., 21 (1): 1-8.
Jaya, R., Mulya, K., Ilham, N., Abu Bakar, B., Mirza, I., et al. 2015. Penentuan
Komoditas Unggulan Pada Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho,
Provinsi Aceh Melalui Focus Group Discussion. Prosiding Seminar
Nasional Hasil Riset dan Standarisasi Industri V, Banda Aceh 11-12
November 2015. Balai Riset dan Standarisasi Industri Banda Aceh,
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.
Jaya, R., Machfud, Raharja, P., Marimin. 2014. Analisis dan Mitigasi Risiko
Rantai Pasok Kopi Gayo Berkelanjutan dengan Pendekatan Fuzzy.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 24 (1) : 61-71.
Jaya, R. 2015. Grand Design Pembangunan Taman Teknologi Pertanian
Kota Jantho. Belum dipublikasi.
Jokowi, Kalla J. 2014. Visi, Misi dan Program Aksi. Jalan Perubahan Untuk
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkpribadian. www.KPU.
go.id. diakses 23 Juli 2015.
Leydesdorff, L., Etzkowitz, H. 1998. The Triple Helix as a Model for Innovation
Study, Science & Public Policy, 25 (3): 195-203.
Lee, S., Yoon, B., Lee, C., Park, J. 2009. Business Planning Based on
Technological Capabilities: Patent Analysis for Technology-Driven
Roadmapping. Technological Forecasting & Social Change, 76 :
769–786.
Marimin, 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk: Teknik dan
Aplikasi. Jakarta: Penerbit Grasindo.
______, 2009. Sistem Pakar dalam teknologi manajerial: Teori dan aplikasi.
Bogor: IPB-Press.
Narasimhalu, AD. 2013. CUGAR: A Model for Open Innovation in Science
and Technology Parks. World Technopolis Review (WTR) 2 (1):
1-11. Research Collection School of Information Systems.
Parnell GS, Driscoll PJ, Henderson DL. 2011. Decision Making in System
Engineering and Management. John Wiley and Son, Inc. New
Jersey.
736
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
Rasyidi, H., Kayode, O. 2011. The Role of Built Environment in Developing
Sustainable HighTech Parks: Establishment of Physical Development
and Knowledge Community Needs. Proceeding of International
Conference on Science and Technology Parks 15th ASPA Annual
Conference / IASP Asian Division Conference, ISFAHAN.
Seo, JH. 2006. The Korean Techno-Park as the Hub of Sub-National
Innovation System: Case of Daegu Techno-Park. Paper Prepared
for National Workshop on Sub National-Innovation System and
Technology Building Policy to Enhance Competitive. 21-22
December 2006, Kanthmandu, Nepal.
Simatupang, P. 2014. Perspektif Sistem Pertanian Biondustri Berkelanjutan.
Dalam Haryono, dkk (penyunting). Reformasi Kebijakan Menuju
Transformasi Pembangunan Pertanian. IAARD Press.
Soenarso WH. 2011. Pengembangan Science and Technology Park di
Indonesia. Disampaikan pada Seminar Nasional Kebijakan Iptek
dan Inovasi Tanggal 26 Juli 2011, PAPPIPTEK-LIPI.
Soenarso, WS., Nugraha, D., Listyaningrum, E. 2013. Development of
Science and Technology Park (STP) in Indonesia to Support
Innovation-Based Regional Economy: Concept and Early Stage
Development. World Technopolis Association (WTR), 2: 32-42.
Suharman, Sukardi, Honggokusumo, S., Suryani, A. 2014. Analisis Potensi
Pengembangan Industri Barang Jadi Karet di Sumatera Selatan.
[disertasi] Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Spolidoro, RM., Cortes, P., Galian, CE. Cerione A., Inta, Zorzi, I. et al. 2011.
Innovation Habitats and Regional Development driven by the Triple
Helix: Perspectives from a South American School of Thought and
Action
Stankovic, I., Gosic, M., Trajkovic, S., 2009. Forming of Science and
Technology Park as an Aspect of Civil Engineering. Architecture
and Civil Engineering, 7 (1) 57-64.
Tahir, R.Sintaningrum, Maulina, E., Rizal, M., Nurasa, H., Heryadi, RD., Bekti,
H. 2015. Harmonization Of Global Governance Oriented Policies
Through The Development Plan Science and Technology Park In
Jatinangor of Education Strategic Area. Proceeding, International
Conference on Democracy and Accountability (ICoDA). Surabaya,
10 November 2015.
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi
Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho
737
Wasson CS. 2006. System Analysis, Design, and Development concepts,
principles, and practices. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New
Jersey.
Zhang, F., Wu, F., 2012. Fostering Indigenous Innovation Capacities: The
Development of Biotechnology in Shanghai’s Zhangjiang High-Tech
Park. Urban Geography, 33 (5): 728-755.
Zheng, G., Liefner I., Si Y. 2011. The Role of High Tech in China Regional
Economy: Empirical Evidence from IC Industry in The Zhangjian
High-Tech Park, Shanghai. Erkunde, 65 (1) 43-45.
738
TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI