Kecakapan Antar Personal Langkah Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Karya tulis mempunyai banyak ragam tergantung dari tujuan, manfaat, sumber
penulisan, dan aspek-aspek lainnya. Berdasarkan sumbernya, secara umum karya tulis
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, karya fiksi (tidak ilmiah), dan non fiksi
(ilmiah). Oleh sebab itu, karya tulis mahasiswa yang notabene adalah karya tulisan
ilmiah yang harus di dasarkan kepada prinsip-prinsip tertentu. Dimana metode penulisan
karya ilmiahnya hasil dari telaah pustaka, yang di dasarkan pada penganalisaan fakta,
data atau informasi, dan kemudian mensintesisnya menjadi sebuah konsep, temuan,
ide/gagasan atau hipotesis. Namun hasil telaah sebuah pustaka ada yang masih perlu diuji
lagi kebenarannya, tetapi ada juga yang tidak perlu lagi pembuktianya.

1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang akan di bahas dalam makalah ini adalah. Apa
langkah-langkah serta metode-metode yang baik dalam menghasilkan sebuah karya tulis
ilmiah yang baik.

1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari langkahlangkah serta metode-metode penulisan yang baik.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Langkah-Lanngkah Dalam Memulai Menulis
2.1.1. Materi Penulisan
Suatu tulisan karya ilmiah hasil telaah pustaka pada dasarnya adalah
menganalisis fakta, data atau infofmasi, dan kemudian mensintesiskan menjadi suatu
konsep, materi tulisan karya hasil telaah pustaka antara lain dapat berupa hardcopy
seperti buku, jurnal, majalah, prosiding dan lain-lain, dan dapat pula softcopy, atau
dapat pula merupakan hasil komunikasi pribadi dengan para ahli, Focus Group
Discussion (FGD) atau bentuk-bentuk lainnya. Bila diperlukan sebutkan secara
lengkap spesifikasi sumber bacaan. Contoh untuk yang terakhir ini misalnya software,
patent, program dan lain-lain. Baca sumber bacaan secara ringkas dan efisien.
Pertama-tama baca judul, jika judul tulisan sesuai dengan apa yang di butuhkan
barulah baca abstrak. Jika telah mendapat informasi yang cukup dengan membaca
abstrak maka tidak perlu membaca isi tulisan seluruhnya. Jika memang perlu
informasi lebih lanjut barulah membaca bagian-bagian lain yang di nilai penting dan
dibutuhkan. Jadi tidak perlu semua isi tulisan yang dibaca. Ambil yang butuhkan.
Dengan cara ini tidak banyak membuang waktu. Materi tulisan tersebut dapat pula

berasal dari sumber primer, sekunder atau bahkan tersier. Untuk tulisan ilmiah
dianjurkan untuk mengacu kepada sumber primer seperti jurnal ilmiah.
Beberapa keuntungan sumber primer antara lain adalah:
a) Merupakan sumber bacaan termutakhir,
b) Dapat menarik intisari lebih akurat. Kekurangan sumber sekunder antara
lain tidak dapat menarik intisari yang akurat sebab sudah ada penulis lain yang
melakukannya.
Padahal, bisa jadi sang penulis tadi menarik intisari suatu karya ilmiah
berdasarkan kepentingannya, atau hasil simpulannya yang kurang akurat. Fakta ini
sering di temui dalam karya-karya ilmiah. Lokasi dimana memperoleh data, fakta,
informasi atau bentuk lainnya dapat di tulis jika memang itu penting untuk ditulis.
Misalnya, menelusur sumber bacaan melalui jasa institusi lain seperti LIPI. Atau

mendapatkannya di perpustakaan. Meskipun tidak mutlak, alangkah baiknya jika
mencantumkan perpustakaan tempat memperoleh sumber bacaan. Hal lain yang
mungkin penting untuk dijelaskan adalah periode waktu sumber bacaan yang diambil.
Sumber bacaan yang dianjurkan untuk digunakan sebagai bahan rujukan adalah
sumber bacaan yang mutakhir. Batasan ini tidaklah kaku. Ada yang membatasinya
lima tahun terakhir, dan ada pula yang sepuluh tahun terakhir. Ini bukan berarti
sumber bacaan lebih dari sepuluh tahun tidak boleh disitasi. Kadang-kadang sumber

bacaan yang lebih dari sepuluh tahun diperlukan untuk menelusur sejarah
perkembangan suatu ilmu pengetahuan. Selama masih relevan dengan topik tulisan
yang di buat dan kemudian dapat mensitasinya.

2.1.2. Metode Penulisan
Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah hasil
telaah pustaka yaitu:
a. Inventarisasi Ide atau Gagasan
Mungkin seseorang pernah terbangun di tengah malam. Saat terbangun
terlintas sebuah ide/gagasan. Atau mungkin seseorang yang bermimpi dan
terkesan dengan mimpi tersebut, kemudian muncul ide. Atau saat sedang santai
juga tercetus ide. Atau di saat-saat lain yang tak terduga. Apa yang seseorang
lakukan? Mengabaikan, menunda mencatat, segera mencatat atau tindakan
lainnya? Sebuah ide seringkali muncul tanpa terduga-duga seperti yang di
ilustrasikan di atas. Oleh karena itu, mungkin sekali seseorang sering
mengabaikannya. Mungkin seseorang tersebut akan bergumam: ”Ah, nantilah
mencatatnya”. Atau: ”Ah tak pentinglah itu”. Atau gumaman-gumaman senada
lainnya. Tapi apa yang terjadi? Sebagian besar ide yang tercetus yang tidak
didokumentasikan akan menguap entah kemana. Ini sangat tidak efisien. Sebab,
mungkin sekali ketika berniat menulis sesuatu mengalami kesulitan dalam

mendapatkan ide. Padahal, mungkin sekali ide atau gagasan tersebut telah pernah
terlintas dalam pikiran. Coba jika saat itu pula mencatatnya, pastilah tidak akan
kesulitan mendapatkan ide. Maka dari itu tuangkan ide tersebut dalam sebuah

tulisan dalam bentuk buku ide. Sebuah ide dapat dimunculkan melalui berbagai
jalan antara lain dengan imajinasi, membaca, komunikasi pribadi dengan para
ahli, focus group discussion, menghadiri seminar, atau cara-cara lain yang lebih
spektrakuler seperti mimpi.

b. Memilih Ide atau Gagasan
Tidak semua ide dapat anda tulis. Banyak alasan untuk itu. Mungkin ide itu
kurang hangat atau kurang menarik. Mungkin juga hangat dan menarik tetapi
tidak mampu menulisnya. Atau sejumlah alasan lainnya. Oleh sebab itu, ide-ide
yang tertuang dalam buku ide dapat di pilih. Lalu apakah ide yang tidak dipilih
kita buang? Tentu saja tidak, simpan saja. Mungkin sewaktu-waktu akan
membutuhkannya.

c. Ubah Ide Menjadi Topik dan Judul Tulisan
Ide terpilih itulah yang kemudian dijadikan topik tulisan. Ada beberapa syarat
agar topik tulisan benar-benar dapat diangkat menjadi sebuah tulisan yang

menarik, yaitu:
a) pertimbangkan apakah topik tersebut menarik baik bagi penulis maupun
pembaca?;
b) apakah yakin mampu menulisnya?;
c) cukupkah sumber bacaan dari topik yang pilih? Ketiga pertanyaan tersebut
harus di jawab sebelum menulis.
Buatlah topik secara garis besar, sebagai pedoman untuk membuat kerangka
tulisan. Topik dapat langsung menjadi judul, atau dapat pula dari topik yang
dibuat maka turunkan sebuah judul sementara. anggap sementara, karena bisa jadi
judul akan berubah setelah selesai menulis draft atau selesai menulis.

d. Buat Rancangan Tulisan
Setelah

menentukan topik tulisan, sebaiknya membuat kerangka tulisan

terlebih dahulu. Karena kerangka ini berguna sebagai pedoman agar tidak menulis
sesuatu yang diluar topik tulisan yang ingin di buat. Sesuaikan kerangka dengan
judul atau topik yang di pilih. Di bagian ini dapat merancang bagaimana sumbersumber bacaan nantinya dikumpulkan dan disusun. Apakah akan menyajikannya
dalam bentuk tabel, gambar, ilustrasi atau kombinasinya. Hal ini perlu di

perhatikan agar mempunyai pedoman ketika menyusun tulisan ilmiah. Dengan
cara ini seseorang yang ingin menulis akan menulis sebuah karya secara efisien
dan efektif.

e. Berdasarkan Kerangka Tulisan, Himpun Sumber Bacaan yang Sesuai
Langkah selanjutnya adalah mencari bahan bacaan yang sesuai dengan topik
tulisan yang telah dirangkum dalam bentuk kerangka tulisan. Baca sumber bacaan
secara efisien agar tidak banyak kehilangan waktu hanya membaca bahan bacaan
yang sebenarnya kurang begitu anda perlukan.

f. Buat Intisari-Intisari Sumber Bacaan yang Dapat Berupa Fakta, Data atau
Informasi
Sumber-sumber bacaan yang di peroleh, kemudian dibuat intisarinya, dan
ditulis kembali dengan kalimat sendiri. Hindari sejauh mungkin jika hanya
memindahkan kalimat orang ke dalam tulisan. Ini akan sangat merugikan. Sebab,

dengan cara itu akan kehilangan kesempatan untuk berlatih membuat kalimat atau
alinea dalam suatu tulisan yang utuh. Akibatnya, kreatifitas terganggu, yang pada
akhirnya tidak akan mampu menghasilkan karya ilmiah yang baik. Orisinalitasnya
rendah. Malah, cenderung plagiat. Disini seseorang dapat menyusun data, fakta

atau informasi baru yang di intisarikan dari bahan bacaan. Data dapat di sajikan
dalam bentuk tabel, gambar, ilustrasi, teks atau kombinasinya.

g. Susun Intisari-Intisari kedalam Sub Judul yang Sesuai pada Kerangka Tulisan
Intisari-intisari yang telah di buat disusun ke dalam sub-sub judul yang sesuai
dalam kerangka tulisan. Intisari tersebut dirangkai sehingga kalimat yang satu
saling berkesinambungan. Demikian pula antar alinea harus sinambung.
Tempatkan tabel, gambar atau ilustrasi ke dalam sub-sub judul yang sesuai. Jika
mengalami kesulitan dalam memasukkan data ke dalam sub-sub judul, dapat
menempatkannya sementara di sub judul yang di nilai paling mendekati.

h. Pengolahan Data, Fakta atau Informasi
Pada tahapan ini dalam menganalisis intisari yang berupa data, fakta atau
informasi. Data dapat di analisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
bergantung kepada data, fakta atau informasi yang di peroleh. Atau dapat pula
bergantung kepada tujuan dari karya yg di buat. Ada banyak cara untuk
menganalisis tulisan ilmiah. Salah satu yang sering digunakan adalah analisis isi

atau content analysis. Disini seseorang dapat menafsirkan dan mengintisarikan
suatu tulisan ilmiah. Pada tahap ini harus hati-hati menafsirkan sebuah tulisan.

Tafsirkan tulisan secara seimbang dan sesuai fakta yang disajikan. Artinya harus
menganalisis secara obyektif, bebas dari kepentingan

sendiri alias subyektif.

Tafsir dari suatu data mungkin sekali akan berbeda antar satu ilmuwan dengan
ilmuwan lainnya. Itulah sebabnya dianjurkan untuk membaca sumber primer. Jika
dalam menganalisis data penulis menggunakan program komputer tertentu, maka
sebaiknya sebutkan spesifikasinya. Hasil analisis data tersebut di jelaskan secara
singkat, padat dan akurat pada bagian analisis dan sintesis.

i. Metode analisis dan sintesis
Pada bagian analisis dapat menguraikan permasalahan yang ditemukan disini
dapat membuat perbandingan-perbandingan antara satu sumber bacaan dengan
sumber bacaan lainnya. Dapat mengulas kelemahan-kelemahan yang di temukan
dalam sumber-sumber bacaan. Dan penulis dapat mengulas pula kelebihankelebihan yang di temukan, dan manfaat yang dapat dipetik dari sumber tulisan
yang ada. Hasil perbandingan tersebut kemudian di satukan menjadi suatu
kesatuan yang menyeluruh dan utuh (holistik). Cara untuk menganalisis
permasalahan dalam sumber bacaan harus ditulis secara singkat dan padat dalam
bagian metode penulisan ini. Pada bagian sintesis dapat mengemukakan ide atau

gagasan baru untuk memecahkan masalah yang di temukan. Disini dapat secara
luas memberikan komentar, membahas, atau bentuk lainnya secara argumentatif.
Spekulasi mungkin dibolehkan dalam batas-batas tertentu. Hasil sintesis ini pada
dasarnya adalah berupa data, fakta atau informasi, atau ide baru, yang belum
pernah ditulis oleh penulis lainnya. Disinilah karya seorang penulis. Disinilah
intisari dari karya yang di buat. Jika hanya sampai mengumpulkan informasiinformasi saja, maka itu bukanlah suatu karya ilmiah, melainkan hanya suatu
kumpulan-kumpulan informasi. Cara untuk menghasilkan ide/gagasan baru
tersebut dijelaskan dalam bagian metode penulisan ini. Bagian analisis dan
sintesis merupakan bagian inti tulisan dari sebuah tulisan ilmiah hasil telaah
pustaka. Pada bagian ini dapat menggunakan pola pikir induktif, deduktif atau
kedua-duanya. Mana yang lebih tepat? Bergantung kepada data, fakta atau

informasi yang di peroleh. Bergantung pula kepada pertanyaan tulisan (perumusan
masalah), hipotesis (jika ada) dan tujuan menulis.

j. Hasil analisis dan sintesis
Hasil analisis dan sintesis tersebut kemudian disimpulkan yang dapat
merupakan data, fakta atau informasi, konsep, ide, gagasan, hipotesis, temuan dan
lain-lain, yang baru dan yang berbeda dengan karya-karya yang telah ada. Hasil
analisis dan sintesis ini bisa jadi merupakan sumber hipótesis yang masih

memerlukan pembuktian, atau sesuatu yang tidak memerlukan pembuktian karena
memang kebenarannya tidak perlu lagi pembuktian. Cara menyimpulkan sebuah
karya perlu dijelaskan secara singkat, tepat dan padat pada bagian metode
penulisan ini.

k. Sistematika Penulisan
Pada dasarnya ada tiga sistematika yang biasa digunakan dalam karya ilmiah
hasil telaah pustaka, yaitu :
1. Sistematika pertama berupa: halaman judul, abstrak, pendahuluan, isi,
simpulan, ucapan terima kasih, daftar pustaka dan lampiran (jika
diperlukan).
2. Sitematika kedua berupa: halaman judul, abstrak atau ringkasan,
pendahuluan,

tinjauan

pustaka,

metode


penulisan,

hasil

dan

pembahasan, simpulan, ucapan terima kasih, daftar pustaka, dan
lampiran (jika diperlukan).
3. Sistematika ketiga berupa: halaman judul, abstrak atau ringkasan,
pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penulisan, analisis dan sintesis,
simpulan, ucapan terima kasih, daftar pustaka, dan lampiran (jika
diperlukan).

Sistematika mana yang digunakan bergantung kepada format yang diminta.
Selain sistematika, yang perlu di perhatikan adalah format karya tulis yang
diminta. Sering kali suatu karya ilmiah yang berbobot ditolak oleh dewan redaksi
atau tidak dimenangkan oleh dewan juri disebabkan hanya oleh karena format
yang tidak sesuai. Untuk itu, seorang penulis perlu meneliti format yang diminta
dan kemudian memedomaninya.

2.1.3. Contoh Metode Penulisan Karya Tulis Bidang Eksakta
Berikut adalah metode penulisan karya tulis :
a. Jenis Data
Jenis data, fakta atau informasi yang dikumpulkan terutama berupa data,
fakta atau informasi primer yang berasal dari jurnal ilmiah, komikasi pribadi
dan focus group discussion (FGD). Data sekunder yang berupa buku, majalah
atau lainnya digunakan apabila sumber primer tidak diperoleh. Beberapa
artikel ilmiah ditelusur dengan menggunakan jasa penelusuran, yaitu melalui
LIPI, sedangkan sebagian besar artikel ilmiah diperoleh dari perpustakaan
Universitas Bengkulu dan internet. Untuk menjaga kemutakhiran data, fakta
atau informasi maka hanya sumber-sumber bacaan lima tahun terakhir yang
dijadikan acuan dalam penulisan karya ilmiah ini.

b. Rancangan Penulisan
Agar tulisan yang dibuat efisien dan efektif, disusunlah kerangka tulisan
berdasarkan topik tulisan yang diangkat. Berdasarkan kerangka tulisan itulah
kemudian data dikumpulkan, disarikan, disusun, diolah, dan ditafsirkan. Hasil
tafsiran kemudian dianalisis dan disintesis yang kemudian dihasilkan
simpulan. Hasil analisis dan síntesis ini berupa gagasan baru untuk
memecahkan permasalahan yang ditemukan dalam literatur.

c. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari sumber-sumber bacaan berupa jurnal, majalah,
buku, artikel ilmiah di internet, komunikasi pribadi dan sumber-sumber lain
yang relevan dengan topik yang dibahas. Pada tahap ini data, fakta dan
informasi dicari dan diidentifikasi. Data diseleksi, yang sesuai dengan topik
tulisan dipisahkan dari yang tidak sesuai. Data yang sesuai dengan topik
tulisan dipisahkan berdasarkan kesesuaiannya dengan sub-sub judul dalam
kerangka tulisan.

d. Teknik Pengolahan Data
Data, fakta atau informasi yang diperoleh kemudian diolah dengan cara
tabulasi untuk data kuantitatif dan untuk informasi kualitatif dianalisis dengan
analisis deskriptif dalam bentuk teks. Data yang telah diolah kemudian
ditafsirkan dengan menggunakan metode analisis isi.

e. Teknik Analisis dan Sintesis
Analisis dilakukan dengan cara membandingkan intisari-intisari sumber
bacaan sebagai hasil pengolahan dan penafsiran data, fakta atau informasi.
Pada tahapan ini, dibandingkan pula antara data yang tersedia dengan teoriteori yang relevan. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka diungkap
permasalahan-permasalahan, kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan atau
manfaat-manfaatnya. Permasalahan yang ditemukan itu kemudian dicari
alternatif pemecahannya. Pemecahan masalah dilakukan dengan cara
membandingkan kelemahan dan kelebihan dari cara-cara yang telah ada.
Berdasarkan hasil perbandingan itu kemudian diangkat pemecahan masalah
yang merupakan kombinasi dari cara pemecahan masalah yang telah ada.

Disini, penulis juga mengemukakan argumentasi untuk mendukung alternatif
pemecahan masalah yang penulis kemukakan.

f. Teknik Penarikkan Simpulan
Simpulan dibuat dengan menggunakan pola pikir induktif, yaitu
menarik simpulan dari proposisi-proposisi yang khusus yang kemudian
digeneralisasikan. Saran atau rekonmendasi dibuat berdasarkan hasil
simpulan.

2.2. Menulis Kreatif, Kreatif Menulis...
Kata baru dalam bahasa Indonesia dari karya tulis, atau memasukkan idiom
yang tren di masyarakat. Penulisan kreatif sangat berteman akrab dengan eksplorasi
bahasa, kosa kata, yang dilakukan penulisnya. Bahkan kadang, ada pembaca tertentu
yang tergila-gila dengan penulis tertentu, karena penulis ini memiliki perbendaharaan
kata yang luar biasa komplet, metafora yang tidak pernah dipikirkan orang sebelumnya.
Sebagai contoh, penulis senior yang sudah almarhum, Rosihan Anwar, dikenal sebagai
tookoh pers Indonesia, sejarahwan, sastrawan, penulis dan pengusung “gerakan” kosa
kata baru. Lalu muncullah kata “gengsi” yang kita kenal sekarang, yang merupakan
padanan kata “prestige” dalam bahasa Inggris. Kata “gengsi” ia gunakan pertama kali
tahun 1949, yang diadopsi dari Kreatif dalam kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI
dijabarkan sebagai memiliki daya cipta; kemampuan untuk menciptakan, bersifat
(mengandung) daya cipta: pekerjaan yang – menghendaki kecerdasan dan imajinasi.
Berpijak dari sini, maka bila kita berbicara soal Penulisan Kreatif (Creative Writing),
maka secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan menciptakan tulisan
yang bermuatan imajinasi dan memanfaatkan kecerdasaan dalam proses penciptaannya.
Lebih kurang seperti itu. Aspek dalam kreatif sendiri bisa berupa di luar kebiasaan,
otentik, orisinil, khas, berkarakter, out of the box, dan lain sebagainya.

Dari proses ini maka terlihat hasil-hasil karya tulis yang imajinatif, mengandung
hal-hal baru, di luar logika, menghibur, menggugah, menginspirasi, dan lain sebagainya.
Meskipun mengandung aspek imajinatif, bukan berarti karya-karya tulis dari proses ini
melulu soal fiksi. Namun, bisa jadi juga akan berbicara soal karya non-fiksi. Dalam
karya fiksi, mungkin kita akan menemukan aspek imaginatif ini dalam hal kebaruan
tema, cerita yang benar-benar baru, karakter yang berbeda, ide dasar yang unik, dan lain
sebagainya. Maka dalam naskah non fiksi pun hal ini bisa dilakukan dalam hal
pengambilan angle-angle tulisan yang tidak mainstream, dan memiliki karakter tulisan
yang lain dari yang lain, meskipun dalam hal isi naskah adalah fakta.
Seseorang sering ribut dengan diri sendiri soal ide awal. Kemauan untuk
menulis sangat besar, namun ide mampat, bahkan tiba-tiba hilang sama sekali. Lalu
bagaimana proses mendapatkan ide itu? Sebenarnya ide bisa datang dari mana saja: saat
di jalan, melamun, lagi ada masalah, hingga berada di toilet. Bagi beberapa orang, ide

kadang datang mengucur bak hujan di bulan Januari, tanpa henti. Bagi beberapa
lainnya, ide datang seperti air PDAM yang mengalir satu icrit dua icrit, bahkan kadang
tidak mengalir sama sekali. Lalu adakah teknik untuk memancing ide? Atau setidaknya
membuat sebuah tulisan tanpa harus menunggu datangnya ide atau inspirasi?
Cara berikut ini mungkin saja bisa berlaku bagi seorang penulis:
a. Bergerak dari hal kecil, buat draf kasar, lakukan brainstorming dengan diri Anda
sendiri.
Cara ini adalah cara paling mudah, yaitu ambil kertas, pena, atau laptop, lalu
tulis cerita kasar, apapun itu. Cerita ini ini bisa muncul dari brainstorming diri
sendiri. Jangan terlalu terbebani apakah tulisan akan menjadi bagus, menarik,
atau bahkan spektakuler. Kalaupun hasilnya seperti itu, tentu lebih bagus, tapi
kalau tidak bukan menjadi alasan untuk berhenti menulis. Ada contoh menarik,
salah satu pembaca yang terobsesi untuk menulis novel. Dan iya membebani
dirinya dengan “harus bisa membuat trilogi”, di saat dia bahkan belum pernah
menghasilkan buku satu pun. Atau pembaca yang lain, sangat terobsesi menulis
artikel perjalanan di media internasional. Persamaan keduanya? Tidak pernah
mengupdate blog-nya, tidak melatih skill menulisnya, dan sibuk dengan mimpi
besarnya. Jatuhnya, keduanya lebih focus ke tujuan, tetapi tidak pernah focus
pada proses. Bagaimana seseorang bisa membuat karya besar, kalau tidak bisa
menyelesaikan yang kecil? Pesan moralnya: lakukan apapun yang bisa, saat ini
juga. Kalau sekarang baru bisa menulis yang jelek, sederhana, lakukan saja, dan
latih terus.
Brainstorming dengan diri sendiri bisa dilakukan dengan membuat daftar
pada coretan kertas. Misalnya,ketika akan menentukan tema cerita, maka
tulislah dalam kertas. Ide sejelek apapun itu, tuliskan semua. Buat list sebanyakbanyaknya. Pada akhirnya nanti akan terkejut karena menemukan ide bagus dari
salah satu daftar itu.
b. Baca Ulang, Lakukan Revisi
Setelah menulis naskah kasar,kemudian lakukan membaca ulang sebanyak
yang di inginkan. Lakukan penambahan, lakukan pengurangan, revisi, cari
format terbaik, ubah gaya bahasa menjadi lebih baik, pengembangan karakter,
pendalaman tema, penggunaan metafora, dan revisi lainnya.

c. Finishing
Tahap akhir, dari revisi itu, kembali baca ulang, lakukan lagi revisi bila perlu,
mengurangi dan menambah bukan hal tabu. Sampai merasa cukup percaya diri
untuk mem-publish di blog, atau bila perlu, naskah di print, minta beberapa
orang lain untuk membaca dan memberikan penilaian. Jangan takut dikritik,
posisikan orang yang membaca adalah calon pembaca-pembaca kita. Dan ingat,
sebuah karya sastra itu memiliki kebutuhan untuk dibaca orang, dan bukan
menjadi ajang masturbasi bagi penulisnya.
Nah, proses di atas adalah salah satu proses sederhana yang bias di lakukan
untuk memancing ide dan membuat tetap semangat menulis meskipun merasa tulisan
itu jelek. Lakukan berulang-ulang, dan skill menulis akan terasah dengan sendirinya.
Setiap penulis memiliki gaya berbeda dalam memancing ide, dan ini sangat
subyektif. Beberapa dari mereka akan mendapatkan ide dengan duduk di tengah
keramaian, coffee shop, mall, dan lain sebagainya. Tetapi model-model penulis lama,
mereka biasanya mencari tempat pelarian, di gunung, pantai, menyepi, dan sebagainya,
untuk mendapatkan ide.Ada juga yang menemukan ide dari kesenangan dalam
menonton film, dengerin musik, atau sekadar mampir ke toko buku. Proses ini bukanlah
proses menjiplak, tetapi justru mendapatkan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada.
Misalnya, saat menonton film dan kecewa dengan ceritanya atau ending-nya, maka
pikiran liar akan membuat ide cerita itu sendiri. Atau saat menemukan judul buku di
toko buku dan membaca sinopsisnya, kadang-kadang akan muncul kegilaan dalam
pikiran.
Penulis dari Amerika Serikat, Shannon Crose, memiliki resep untuk memancing
ide. Jadi semua ide bisa dipancing dari pertanyaan “Bagaimana jika…?” Lalu
melakukan pembuktian atas ide ini, terhadap buku yang dibuat. Dan memang benar,
semua ide creative bisa diawali dengan pertanyaan itu, “Bagaimana jika…?”
Pertanyaan “Bagaimana jika…” akan memunculkan keliaran ide-ide, yang bisa
memunculkan sebuah cerita menarik, atau sebuah karya tulis yang kreatif, di luar
kebiasaan. Buat hal yang out of the box, yang saat orang lain menemukan karya tulis
yang di buat sendiri atau buku yang di buat sendiri ada di rak toko buku, maka mereka
akan bergumam “Hmm…kenapa itu tidak terpikirkan saya ya?” Contohnya: saat buku
saya “Rp 1 Jutaan Keliling Thailand dalam 10 Hari” muncul di pasaran, semua pada

kaget. Ide awalnya adalah dari pertanyaan “Bagaimana jika…?”

lalu akan

memunculkan pertanyaan dari orang “Bagaimana bisa?” dan akhirnya mereka akan
menjawab pertanyaan mereka sendiri dengan membeli buku yang sudah di buat sendiri.
Itu contoh keliaran ide dalam naskah non fiksi. Naskah fiksi akan jauh lebih mudah.
Fiksi akan memberikan ruang terluar dalam dunia kreativitas. Bebaskan pikiran hingga
hal-hal yang tidak logis sekalipun. Harry Potter juga tidak masuk akal bukan? Tapi ini
karya tulis yang fenomenal yang muncul dari keliaran dan kegilaan ide seorang JK
Rowling.
Penulisan kreatif juga memberi peluang kepada kita untuk menemukan gayagaya penulisan baru, yang segar, bahkan beyond the imagination itu sendiri, membuat
gemas orang dan lain sebagainya. Jangan takut untuk memulai kata pertama, dan
mewujudkan ending tulisan sendiri. Jangan berpikir soal gaya baku penulisan, harus
subyek predikat obyek, atau apapun, semua mengalir saja selama itu bisa dibaca,
menarik, menghibur dan lain sebagainya. Ini adalah dunia kreatif. Dalam dunia menulis,
kita sudah dibatasi aturan agama, hukum, sosial-moral, dan lain sebagainya. Jangan
sampai kita dikukung lagi dengan aturan redaksional. Bahkan bukan tidak mungkin
Anda adalah orang yang akan menghadirkan kosabahasa remaja di Minangkabau.
Rosihan pula yang pertama kali menggunakan kata “Anda” dalam tulisannya, sebagai
ganti orang kedua. Jadi sekali lagi, beri kebebasan diri untuk mengekplorasi bahasa,
kosa kata, dan mengolah ide menjadi tulisan yang benar.
Buat yang benar-benar baru dalam dunia penulisan dan ingin memulai, ini adalah
beberapa tips kecil buat seorang yang ingin memulai menulis:
1. Mulailah menulis apa saja. Buku harian, catatan kecil, blog, dan lain sebagainya
adalah sarana yang bisa gunakan.
2. Temukan konektivitas ide tulisan dengan orang lain. Jangan banyak curhat dalam
tulisan, kecuali curhat sebuah masalah yang orang lain juga mengalami. Artinya,
ada kepentingan orang untuk membaca tulisan itu. Lalu mereka akan berkomentar
“Duh…tulisan ini gue banget!” Maka mereka akan menunggu tulisan berikutnya.
Atau misalnya, buatlah blog yang bermanfaat bagi orang lain, dan bukan hanya blog
keluh kesah. Percayalah, orang tidak ingin tahu masalah yang menulis, dan lebih
memilih peduli dengan kepentingan mereka sendiri.
3. Coba kirim tulisan ke majalah atau koran. Selain menghasilkan duit, ini juga akan
memberikan efek nyandu untuk terus menulis, menulis dan menulis.

4. Sering-sering pergi ke toko buku, tidak perlu membeli, tetapi toko buku akan
membuat kita semangat untuk menghasilkan karya kita sendiri. Dari mulai
menemukan cover buku keren saja sudah membuat kita berimajinasi, “Wah…kalau
aku punya buku, covernya akan seperti ini,” atau imajinasi lainnya. Atau bayangkan,
saat di dekat kasir toko buku kemudian bertemu orang yang membeli buku yang di
buat sendiri?

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Suatu karya tulis ilmiah merupakan hasil telaah pustaka yang di dasarkan pada
penganalisaan fakta,data atau informasi,dan kemudian mensintasiskannya menjadi suatu
konsep,temuan,ide/gagasan atau hipotesis.Dan penulisan yang kreatif membrikan peluang
untuk menemukan gaya-gaya penulisan baru,yang segar,bahkan Beyond the imagination
itu sendiri,sehingga menumbuhkan ketertarikan pada sebuah karya tulis yang dibuat bagi
para pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Jural Urip Santoso(2008).”Metode Penulisan Komptisi Karya Tulis
Mahasiswa.”http://uripsantoso.wordpress.com/2008/04/28/Metode-penulisan-kompetisikarya-mahasiswa/.(22 Desember 2014).

a journo(2011).”Menulis kreatif,Kretif menulis..”http://a
journo.blogspot.com/2011/12/Menulis-kreatif-Kreatif-menulis.html?/.(22 Desember 2014).