UJIAN AKHIR SEMESTER KULIAH KOMUNIKASI A

UJIAN AKHIR SEMESTER
KULIAH KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM SEBUAH
PERTEMANAN
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

MUHAMMAD TAUFIQ NUR
31001200162
ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
(UNISSULA)

Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang Po. Box 1054/SM Semarang 50112,
Indonesia
KEBOHONGAN DIBALIK HUBUNGAN
MUHAMMAD TAUFIQ NUR
31001200162
Fakultas Ilmu Komunikasi
muhammad.taufiqnur@std.unissula.ac.id
Abstract

Relationship with the lies become commonplace and no longer taboo. Many of the causes
and consequences evoked by lies. Some people even make it a habit that is often applied in
their relationship. After a longstanding relationship of openness and development declining
relationship also decreased so lies often appear to change, whether it's for the better or
worse direction. Islam itself lies in having things that are forbidden, but relaxed or still given
tolerance. But it should not be done unless absolutely forced to like for the good, happiness,
and interest (to be good) of others.
Keywords : commonplace, taboo, application

Abstrak
Hubungan yang disertai kebohongan menjadi hal yang lumrah dan tidak tabu lagi. Banyak
penyebab dan akibat yang ditimbulakan oleh kebohongan. Beberapa orang malah
menjadikannya kebiasaan yang sering diaplikasikan dalam hubungan mereka. Setelah
hubungan berlangsung lama keterbukaan semakin menurun dan perkembangan hubungan
juga ikut menurun sehingga kebohongan sering muncul untuk mengubahnya, entah itu
kearah yang lebih baik atau kearah yang buruk. Dalam islam sendiri kebohongan memiliki
perkara yang diharamkan namun dilonggarkan atau masih diberikan toleransi. Tetapi tidak
boleh dilakukan kecuali memang benar-benar terpaksa seperti demi kebaikan, kebahagiaan,
dan kepentingan (bersifat baik) orang lain.
Kata kunci : lumrah, tabu, aplikasi


BAB I
1.1.

PENDAHULUAN

Hubungan (
bahasa
Inggris
:
Relationship
)
adalah
kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang memudahkan proses pengenalan
satu akan yang lain. Hubungan terjadi dalam setiap proses kehidupanmanusia. Hubungan
dapat dibedakan menjadi hubungan dengan teman sebaya, orangtua, keluarga, dan lingkungan
sosial. Secara garis besar, hubungan terbagi menjadi hubungan positif dan negatif. Hubungan
positif terjadi apabila kedua pihak yang berinteraksi merasa saling diuntungkan satu sama
lain dan ditandai dengan adanya timbal balik yang serasi. Sedangkan, hubungan yang negatif
terjadi apabila suatu pihak merasa sangat diuntungkan dan pihak yang lain merasa

dirugikan. Dalam hal ini, tidak ada keselarasan timbal balik antara pihak yang
berinteraksi. Lebih lanjut, hubungan dapat menentukan tingkat kedekatan dan kenyamanan
antara pihak yang berinteraksi. Semakin dekat pihak-pihak tersebut, hubungan tersebut akan
dibawa kepada tingkatan yang lebih tinggi.
Hubungan antarpribadi memainkan peranan penting dalam membentuk kehidupan kita. Kita
tergantung kepada orang lain dalam perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan berbagai
bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri kita dan membantu kita mengenali harapanharapan orang lain. Sejumlah penelitian menunjukan bahwa hubungan antar pribadi membuat
kehidupan menjadi lebih berarti. Sebaliknya hubungan yang buruk bahkan dapat membawa
efek negative bagi kesehatan. Seperti yang ditemukan oleh Patel (Reardon; 1987; 159) bahwa
hubungan antar pribadi dalam keluarga dan tempat kerja yang penuh stress dapat
meningkatkan kemungkinan seseorang untuk hipertensi. Sebaliknya pasangan suami istri
yang saling mencintai dan mereka yang memiliki jaringan teman yang menyenangkan
cenderung terhindar dari hipertensi.
Orang memerlukan hubungan antarpribadi terutama untuk dua hal, yaitu perasaan
(attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan, yang
secara emosional intensif. Sementara ketergantungan mengacu pada instrument perilaku
antarpribadi, seperti membutuhkan bantuan, membutuhkan persetujuan, dan mencari
kedekatan. Lebih lanjut selain kebutuhan berteman orang juga saling membutuhkan untuk
kepentingan mempertahankan hidup. Kompleksitas kehidupan masa kini semakin membuat
kita saling tergantung satu dengan yang lainnya, dibanding masa-masa sebelumnya. Hasilnya

adalah kita saling perlu untuk saling berbagi dan bekerjasama.
Salah satu karakteristik penting dalam hubungan antarpribadi adalah bahwa hubungan
tersebut banyak yang tidak diciptakan atau diakhiri berdasarkan kemauan/kesadaran kita.
Kita terlahir kedalam berbagai hubungan, sebagian berkaitan dengan pekerjaan dan lainnya
merupakan hasil dari perkawinan, dan kita tidak selalu bebas untuk membentuk hubungan.
Hubungan semacam ini berbeda dari hubungan yang secara sadar kita pilih/bentuk, karena
kendala-kendala yang terdapat pada perilaku para partisipannya. Artinya kita tidak bias begitu
saja memutuskan keluar dari hubungan antara kita dengan pimpinan, teman, orang tua,
adik/kakak, tanpa harus mengorbankan sesuatu (pekerjaan, perasaan dsb) meskipun demikian
banyak juga hubungan yang tidak kita rencanakan dapat menghadirkan dukungan social.

Banyak factor yang mempengaruhi jumlah, jenis dan kualitas hubungan yang kita
miliki, yang direncanakan maupun yang tidak kita rencanakan. Misalnya status social

ekonomi, umur dan gender (jenis kelamin) akan mempengaruhi bukan saja kepada siapa kita
berhubungan, tetapi juga bagaimana dan seberapa sering kita berinteraksi dengan orang lain.
Orang yang memiliki status ekonomi yang berbeda akan meyebabkan peerbedaan sumbersumber yang dimiliki untuk mengembangkan hubungan. Misalnya memiliki handphone dan
memiliki modil akan membuat kita dapat berhubungan dengan orang yang mobilitasnya
tinggi. Jenis pekerjaan dari oranng yang berbeda status social ekonominya juga
mempengaruhi hubungan antarpribadinya, pekerjaan merupakan salah satu sumber hubungan

social yang penting, karenanya mengetahui jumlah dan jenis hubungan antarpribadi mereka.
Sementara itu beberapa penelitian menemukan bahwa orang pada masa pension
memiliki hubungan social yang relative terlambat. Menurunnya kesehatan dan mobilitas
membuat mereka agak sulit melakukan sosialisasi. Perbedaan kesempatan kerja antara wanita
dan pria dan perbedaan aktivitas di luar rumah di antara mereka juga telah menyebabkan
perbedaan pola dan jenis hubungan antarpribadi antara pria dan wanita. Penelitian lainnya
mngemukakan bahwa gender berpengaruh dalam hal cara berkomunikasi. Wanita dianggap
lebih banyak berbicara sekedar untuk berbicara, bila dibandingkan dengan pria. Wanita lebih
banyak terlibat dalam pembicaraan yang bersifat pribadi, dan pada umumnya juga wanita
lebih menaruh perhatian pada kualitas interaksi/hubungan.
Uraian di atas menunjukan bahwa manusia tidak dapat menghindar dari jalinan
hubungan dengan sesamanya. Kita meungkin memiliki kadar yang berbeda dlam
membutuhkan orang lain, demikian pula mengenai nilai penting kuantitas dan kualitas
hubungan antarpribadi. Meskipun demikian, secara pasti dapat dikatakan bahwa kita
memrlukan hubungan antarpribadi. Bagian berikutnya kita akan membahas teori mengenai
pengembangan hubungan, pemelliharaan, dan mengakhiri hubungan.
Akan tetapi dalam setiap hubungan pasti ada hambatan yang bisa saja merusak
hubungan terebut, hambatan itu diantaranya adalah kebohongan. Kebohongan (juga disebut
kepalsuan atau ketidakjujuran) adalah bentuk pernyataan yang tidak benar, seringkali dengan
niat lebih lanjut untuk menjaga rahasia atau reputasi, perasaan melindungi seseorang atau

untuk menghindari hal yang tidak diinginkan atau tolakan untuk satu tindakan. Berbohong
adalah menyatakan sesuatu yang yang tahu tidak benar atau bahwa orang tidak jujur yakini
benar dengan maksud bahwa seseorang akan membawanya untuk kebenaran. Berbohong
biasanya digunakan untuk merujuk kepada penipuan dalam Komunikasi lisan atau Tertulis.
Hubungan antar pribadi yang disangkut pautkan dengan kebohongan sangatlah
lumrah saat ini, karena sudah bukan hal tabu dan dianggap biasa oleh orang yang
melakukannya. Banyak penyebab terjadinya suatu kebohongan, dan disini saya akan coba
menjabarkan apa saja yang bisa menyebabkan kebohongan itu terjadi.

1.2.

PERMASALAHAN

Sering kali dalam suatu hubungan entah itu hubungan dengan teman, keluarga, atau
yang sekarang sering dilakukan oleh kalangan muda adalah berpacaran, biasanya banyak
dilandasi dengan kebohongan belaka. Mengapa hal itu bisa terjadi dan apa penyebabnya??
Banyak terjadi dimasyarakat kesepakatan yang juga dilandaskan oleh hal-hal yang
berbau kebohongan, bisa dibilang sekarang kata jujur sudah jarang lagi diaplikasikan. Apa
yang melandasi terjadinya hal tersebut??
Mengapa dijaman yang moderen ini hubungan antar pribadi yang disertai kebohongan

seperti dianggap kebiasaan??
Indonesia adalah salah satu negara yang besar dimana penduduknya sendiri mayoritas
beragama islam. Dalam artikel ini saya akan mencari tahu pandangan islam dalam fenomena
yang sesuai dengan tema saya yakni kebohongan dibalik hubungan. Apakah dalam agama
islam sendiri mengatur tentang komunikasi seseorang dan apa pandangan islam tentang
kebohongan dibalik hubungan??

BAB II
PEMBAHASAN
Hubungan sering kali dibuat karena adanya kesamaan pendapat, pemikiran, dll.
Tetapi, hal itu tidak lantas membuat hubungan tersebut menjadi harmonis. Tujuan komunikasi
adalah memahami diri sendiri dan orang lain secara akurat. Maka dari itu, dalam proses
pemahaman yang dilakukan haruslah melalui komunikasi yang tulus (genuine
communication).
Kalau dilihat dari pembahasan saya sebelumnya, saya disini memakai teori “self
disclosure”. Pemahaman yang coba dilakukan dalam menjalin suatu hubungan akan terjadi
melalui pengungkapan diri dan kepekaan terhadap pengungkapan diri orang lain. Nah..
disinilah biasanya hubungan mumunculkan Kesalahpahaman dan ketidakpuasan diakibatkan
oleh ketidakjujuran, tidak ada kselarasan antara tindakan dengan perasaan dan terhambatnya
pengungkapan diri. Menurut saya sendiri faktor yang paling besar mempengaruhi

kesalahpahaman dan ketidakpuasan adalah ketidakjujuran atau kebohongan.
Teori self disclosure menjelaskan bagaimana seharusnya komunikasi dilakukan untuk
menciptakan relasi yang lebih baik. Namun kenyataannya ketidakpuasan sendiri berpengaruh
besar dalam terciptanya relasi yang kurang baik dan kebohongan yang bersembunyi dibalik
hubungan tersebut adalah penyebab hal itu.
Ketidakpuasan diakibatkan oleh kebohongan yang terjadi karena open self atau
bagian diri kita yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain tidak terbuka lebar. Hal ini
menyebabkan melebarnya daerah buta atau blind self, yang mengakibatkan komunikasi
menjadi tidak efektif dan untuk menutupinya sering kali digunakan kebohongan.
Selain dari pada efek samping dari kebohongan yang dapat membuat hubungan tidak
harmonis, tidak adanya relasi yang baik, dan ketidakefektifan komunikasi, kebohongan juga
memiliki sisi lain yang sering digunakan dalam suatu hubungan. Maksudnya pada suatu
hubungan yang telah intim dilakukan, banyak kebohongan yang difungsikan sebagai alat
untuk mempererat hubungan tersebut. Contohnya; dalam suatu hubungan antara pribadi yang
berlainan jenis atau sebut saja berpacaran, banyak pasangan yang tidak mau kalau dibohongi
oleh pasangannya sendiri. Akan tetapi ternyata dari sudut pandang saya mereka lebih senang
dibohongi karena merasa diperdulikan. Misalnya seorang wanita yang membuatkan makanan
untuk pasangannya, pastilah kebanyakan wanita menginginkan pendapat baik dari
pasangannya terhadap apa yang telah ia buat namun, pasangannya sering kali berbohong
demi menyenangkan perempuan yang ia sayangi itu dan membuat hubungannya semakin erat

serta harmoni.
Kurangnya keterbukaan diri juga menjadi salah satu penyebab timbulnya kebohongan.
Efek paling berpengaruh ini juga bisa dilihat dari banyaknya komunikasi yang berlangsung
dengan cepat atau tidak berkesinambungan. Ini dapat menyebabkan ketidakjujuran karena
keterbukaan yang kurang biasanya memakai kebohongan untuk menutupi kekurangannya.
Penyebab lain ada dua yaitu:
a. Hubungan simetris (symmetrical relationship). Jika dua orang saling merespon
dengan cara yang sama.
b. Pelengkapan (complementary). Dalam hubungan ini, pelaku komunikasi merespons
dengan cara yang berlawanan.

Pertukaran pelengkapan (complementary exchange) terjadi ketika salah satu lawan bicara
memberikan sebuah pesan one-up dan yang lain menanggapinya dengan memberi one-down.
Ketika interaksi ini muncul dalam sebuah hubungan, kita dapat mengatakan bahwa hubungan
itu sendiri bersifat sebagai pelengkap. (Palo Alto Group;pragmatics of human
communication;1960;286-287)
Berdasarkan konteks diatas hubungan dilakukan sebagai pelengkap dan dalam
melakukannya biasa terjadi saling respon yang memungkinkan terjadinya kesalah pahaman
atau noise. Kesalah pahaman yang berkelanjutan dapat menyebabkan kebohongan yang
sengaja dilakukan untuk membuat pelengkap tersebut menjadi erat. Kebohongan tidak mesti

dikonsepkan sebagai sebuah kejahatan belaka, karena dalam suatu hubungan sendiri
diperlukan ketidakjujuran untuk membuat pasangan bahagia.
Ada teori yang bisa dipakai sebagai penyebab munculnya kebohongan dalam
komunikasi maupun hubungan, yaitu Expectancy Violations Theory (Teori Penyimpangan
Dugaan). Teori ini dicetuskan oleh Judee Burgoon. Berlatarbelakang tradisi sosiopsikologis,
EVT melihat bahwa manusia dalam percakapannya memiliki ekspektasi tertentu mengenai
perilaku nonverbal dari lawan bicara. Ekspektasi atau dugaan ini terbentuk berdasarkan
norma-norma sosial maupun pengalaman kita sebelumnya dengan orang lain dan situasi
dimana perilaku tersebut terjadi. Dugaan ini dapat melibatkan hampir semua perilaku nonverbal, misalnya kontak mata, jarak, dan sudut tubuh.
Variabel penting dalam proses penilaian orang terhadap perilaku nonverbal orang lain
adalah valensi kesenangan (reward valence) atau tingkatan dimana anda merasa bahwa
interaksi itu menyenangkan. Sebagai contoh, sebuah percakapan dapat saja menyenangkan
karena memberikan sebuah hasil yang positif. Sebaliknya, valensi dapat saja negative karena
lebih merugikan daripada manfaatnya.
Dalam buku Teori Komunikasi: perspektif, ragam dan aplikasi EVT disebut
NEV(Nonverbal Expectancy Violation Theory). Dinamakan teori pelanggaran harapan
nonverbal untuk menjelaskan konsekuensi dari perubahan jarak dan ruang antar pribadi
selama interaksi komunikasi antar pribadi. NEV theory adalah salah satu teori pertama
tentang komunikais nonverbal yang dikembangkan sarjana komunikasi.
EVT maupun NEV sebenarnya sama, hanya penyebutannya yang berbeda. Esensinya sama

sama menekankan pada factor nonverbal dalam komunikasi. Ada tiga konstruksi pokok dari
teori ini yakni harapan (expectancies), valensi pelanggaran (violations valence), dan valensi
ganjaran komunikator (communicator reward valance). Griffin, 2004:88.

KEBOHONGAN DALAM PENGEMBANGAN HUBUNGAN
Hubungan dibangun dengan alasan-alasan yaitu, mengurangi kesepian, mendapatkan
rangsangan, mendapatkan pengetahuan diri, dan memaksimalkan kesenangan dan
meminimalkan penderitaan.
Bentuk-bentuk Hubungan Dalam suatu proses penjalinan hubungan, dapat diketahui
beberapa bentuk dalam hubungan, yakni: Kenalan, teman atau sahabat, dan sahabat kental
atau teman akrab. Bentuk hubungan tersebut dialami berbeda antara wanita dan laki-laki
dengan karakteristik norma masing-masing (faminity and masculinity). Wanita cenderung
mengembangkan hubungan akrab dengan lainnya atas dasar percakapan, siat terbuka dengan
yang lainnya, dan saling berbagi perasaan pribadi atau kaum wanita lebih cennderung
mengedepankan sifat kekitaan.
Laki-laki cenderung mengembangkan persahabatan akrab melalui aktivitas bersama.
Bagi laki-laki, menurut Wood dan Inman (1993) teman karib ialah orang yang dapat
bergantung padanya untuk menolong keluar dari kesulitan dan orang yang secara teratur
dalam melaksanakan aktifitas bersama secara menyenangkan.
Dalam pengembangan hubungan biasanya terjadi penurunan hubungan dan dan
kemunginan terjadinya pemutusan hubungan (Duck, 1982). Perusakan hubungan dapat terjadi
berangsur-angsur atau mendadak, sedikit demi sedikt atau ekstrim.
Perusakan berangsur terjadi bila salah satu pihak mengembangkan hubungan dekat
dengan pacar baru, dan hubungan baru ini perlahan menyingkirkan pacar lama. Perusakan
mendadak terjadi bila salah satu atau kedu pihak melanggar suatu yang penting bagi
hubungan itu, misalnya kesetiaan sebagai akibat ke dua belah pihak menyadari bahwa
hubungan harus diakhiri.
Perusakan hubungan dilakukan karena banyaknya polemik atau permasalahan yang
tidak bisa diselesaikan lagi, sementara akar dari semuanya sebenarnya adalah kebohongan.
Dalam komunikasi interpersonal ada yang dikenal denga Interpersonal deception theory atau
teori kebohongan interpersonal.
Teori Kebohongan
Interpersonal deception theory (IDT) adalah upaya untuk menjelaskan cara di mana
individu menghadapi penipuan aktual atau yang dirasakan pada tingkat sadar dan bawah
sadar ketika terlibat dalam komunikasi tatap muka. Dalam arti ini, komunikasi tidak statis,
melainkan dipengaruhi tidak hanya oleh tujuan sendiri, tetapi juga oleh makna interaksi
seperti itu diungkapkan. Perilaku pengirim dan pesan dipengaruhi oleh perilaku dan pesan
dari penerima, dan sebaliknya. Selanjutnya, penipuan berbeda dari komunikasi jujur.
Penipuan Disengaja memerlukan sumber daya secara signifikan lebih kognitif dibandingkan
komunikasi jujur, apakah pengirim terlibat dalam pemalsuan (dataran), penyembunyian
(mengabaikan fakta material), atau dalih (skirting masalah dengan mengubah subjek atau
menawarkan respon langsung). IDT mengeksplorasi keterkaitan antara makna komunikatif
pengirim dan penerima kognisi dan perilaku dalam pertukaran menipu. (David B. Buller dan
Judee K. Burgoon; Interpersonal deception theory;1996;203-242)

Dengan adanya teori ini, kebohongan dapat dianggap sebagai hal yang lumrah
dilakukan dalam berkomunikasi dan berhubungan. Komunikasi yang dilakukan bukan lagi
secara semestinya melainkan berkembang menjadi komunikasi yang lebih kearah
kebohongan.
Penyebab Mengapa Berbohong Dapat Menjadi Kebiasaan
Setiap orang pasti pernah berbohong. Berbohong dalam sekala besar ataupun kecil
tetap tidak baik. Karena berbohong dapat menjadi kebiasaan buruk yang dilakukan tanpa
disadari. Ada sebuah pernyataan yang menyatakan “berbohong demi kebaikan itu adalah sahsah saja”. Tetapi adapun tujuannya, bohong tetaplah bohong, dan tidak ada seorang pun yang
suka dibohongi. Ada beberapa tipe berbohong yang diungkapkan oleh Anggia Chrisanti
Wiranto, konselor dan terapis EFT (emotional freedom technique) di biro psikologi Westaria.
Beberapa tipe berbohong :
1. Berbohong dengan mengatakan yang tidak sesungguhnya (menutupi semuanya),
2. Berbohong dengan mengatakan dengan tidak sepenuhnya (menutupi sebagian),
3. Berbohong dengan melakukan yang tidak seharusnya (melanggar komitmen),
4. Berbohong dengan melakukan yang tidak sepenuhnya (menjalankan komitmen tanpa
keikhlasan), dan
5. Berbohong dengan melakukan yang tidak sepatutnya (melanggar norma dan hukum).
Tindakan nyata berbohong dalam lingkungan kerja dapat berupa berupa korupsi.
Tidak hanya uang, tapi juga termasuk korupsi waktu. Seperti pulang kerja sebelum waktunya
dan makan siang yang terlalu lama. Sedangkan dalam hal hubungan, kebohongan bisa berupa
perselingkuhan atau kebersamaan tanpa hati yang tulus. Tetapi bisa digunakan untuk
mempererat hubungan.
Ada hal yang mendasari mengapa kebohongan besar diawali dari kebohongan kecil
yang kemudian berbohong menjadi kebiasaan. Berawal dari manusia tahu persis akan
aturan-aturan yang mengena pada dirinya, seperti aturan agama, hukum negara dan norma
masyarakat. Minimal, tahu (ketiganya) itu. Lalu, manusia memiliki hati nurani. Maka pasti,
setiap seseorang memulai kebohongan kecil, sebelum aturan agama, hukum, dan norma
dilanggar, manusia sesungguhnya sudah melanggar hati nuraninya sendiri. Jadi, jika setiap
orang dalam kehidupan ini senantiasa mengikuti kata hati nurani, tidak akan ada kebohongan
yang berulang.
Kebiasaan berbohong ini justru datang dari orang-orang terdekat dengan dalih
berbohong demi kebaikan. Saat anak mulai sekolah kita pun tanpa sadar mengajarkannya
berbohong.
Terkadang, kebiasaan menggunakan kata atau kalimat yang ditutupi sepenuhnya atau
sebagiannya dengan tujuan membungkus sebuah kenyataan atau kebenaran agar bisa diterima
dengan baik, dengan kata lain berbohong, menjadi keharusan yang menjunjung kebaikan,
bukan kebenaran. “Daripada menyakiti”.
Sedikit demi sedikit dan menjadi bukit, kebohongan kecil terjadi berulang-ulang
didalam hubungan karena adanya kelonggaran berubah menjadi kebohongan yang besar
lalu berbohong menjadi kebiasaan dalam suatu hubungan.

Pandangan Islam Tentang Kebohongan
Menurut pandangan islam bohong adalah pernyataan yang salah dibuat oleh seseorang
dengan tujuan pendengar percaya. Setiap orang pasti pernah berbohong, baik itu untuk
menutupi
kesalahannya
ataupun
menutupi
kesalahan
orang
lain.
Bahkan berbohong dalam Islamdipandang sebagai salah satu sifat kekufuran dan
kemunafikan. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman,

‫ب ال لهذيلن للا ي نؤؤهمننولن هبآليا ه‬
‫ت الل لهه‬
‫لونأول لهئلك نهنم ال ؤ ل‬
‫كاهذنبولن هإن للما ي لؤفتلهري ال ؤك لهذ ل‬

“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah mereka yang tidak mengimani
(mempercayai) tanda-tanda kekuasaan Allah. Mereka adalah kaum pendusta”. (An-Nahl:
105)
Hukum Berbohong Dalam Pandangan Islam
Dalam dalil-dalil dari Kitab dan Sunnah yang menegaskan haramnya berbohong
secara umum sangat banyak. Bohong termasuk dosa yang jelek dan aib yang tercela. Umat ini
telah sepakat akan keharaman berbohong, ditambah lagi dengan adanya dalil-dalil yang
sangat banyak dalam masalah ini. (Al-Adzkar, hal. 324).
Dusta merupakan dosa dan aib besar, Allah Ta’ala berfirman:

‫عن ؤنه لمؤسنئوللا لوللا تلؤقنف لما ل لي ؤلس ل للك‬
‫هإ لن ال لسؤملع لوال ؤبللصلر لوال ؤنفلؤالد ك ن لنل نأول لهئلك لكالن ل‬
‫هبهه هعل ؤمم‬
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung
jawabannya”.(Al-Isra:36)
Walaupun pada dasarnya berbohong itu diharamkan, akan tetapi ada beberapa situasi
dan kondisi yang membuatnya boleh dilakukan. Komunikasi yang dilakukan dalam suatu
hubungan pada dasarnya memiliki tujuan. Setiap tujuan terpuji yang bisa dicapai tanpa harus
berbohong, maka haram bohong dalam hal tersebut. Namun, kalau hal itu tidak dapat dicapai
selain dengan berbohong, maka perbuatan itu boleh dilakukan. Jadi, jika tujuan itu wajib,
maka bohongnya juga wajib.
Ulama mengambil kesimpulan hukum bolehnya berbohong dalam situasi seperti itu,
dengan mengacu kepada hadist Ummu Kultsum, bahwasanya dia mendengar Rasulullah
bersabda :

‫ب ال لهذي ي نؤصلهنح بلي ؤلن ال لناهس وي لنق‬
‫خي ؤلرا وي لن ؤهمي ل‬
‫ونل ل‬
‫خي ؤلرال لي ؤلس ال ؤك ل لذا ن‬

“Bukanlah pembohong orang yang mendamaikan antara manusia, ia berkata baik dan
menaburkan kebaikan ". (muttafaq ‘alaih).
Hadist lain :

‫ول ك ك‬
‫قو س‬
‫ص ففي ك‬
‫ب إ فل ل ففي‬
‫ما ي ك س‬
‫معي ي سكر ل‬
‫يءء ف‬
‫س ك كذ ف ب‬
‫مأ ي‬
‫م ل‬
‫س ك‬
‫ك ي‬
‫ل اللنا س‬
‫خ س‬
‫ش ي‬
‫ك‬
‫ث‬
‫دي س‬
‫دي س‬
‫ح ف‬
‫ح ف‬
‫ث كل ك ء‬
‫ه وك ك‬
‫ث اللر س‬
‫س وك ك‬
‫حير س‬
‫ث ال ي ك‬
‫مكرأت ك س‬
‫ل ا ي‬
‫ج ف‬
‫ب ب كي ي ك‬
‫ن اللنا ف‬
‫ال ي ك‬
‫ح‬
‫صل ك س‬
‫ميرأةف كزوي ك‬
‫ك‬
‫جكها كوال ف ي‬

"Saya tidak mendengar ada keringanan dalam suatu kebohongan yang dikatakan oleh
manusia kecuali pada tiga perkara: dalam perang, mendamaikan antara manusia,
pembicaraan suami kepada istrinya dan pembicaraan istri kepada suaminya".

BAB III
KESIMPULAN
Dalam komunikasi antarpribadi memang seharusnya ada saja hal-hal kecil yang
menyebabkan kebohongan atau dengan terpaksa berkata bohong. Hal ini bisa saja dianggap
lumrah atau biasa namun semestinya dalam konteks yang positif atau tujuan yang baik.
Kebohongan bisa dicegah asalkan sejak kecil telah dilatih berkata jujur atau dengan
kebiasaan yang lebih kearah kebaikan. Kebohongan juga harusnya dipikirkan dulu akibatnya
sebelum dilakukan sehingga dapat diketahui hukum dari kebohongan itu. Apa kah itu wajib,
sunnah, mubah, atau haram.
Seharusnya hubungan yang dilakukan lebih terbuka dan jangan terlalu banyak
menutup-nutupi sesuatu yang sebaiknya tidak perlu disembunyikan. Masih banyak yang
dapat dilakukan dalam mencegah terjadinya kebohongan didalam hubungan namun, itu
semua akan sia-sia kalau pada dasarnya hubungan yang dilakukan tidak bertujuan baik atau
dalam artian hubungan yang ada hanya akan menghasilkan bencana saja.
Berbohong juga bisa dilakukan melalui pengetahuan tentang hal apa yang akan
dilakukan. Bisa untuk mendamaikan orang yang sedang bertikai atau berbohong demi
keselamatan orang lain. Jadi intinya berbohong dapat jadi perkara haram jika dilakukan untuk
kejahatan atau lebih mengarah kehal yang banyak kerugiannya bagi orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Joseph A. DeVito.1997. Komunikasi Antarmanusia : Kuliah Dasar Edisi Kelima. Jakarta :
Professional Books.
H. Syaiful Rohim, M.Si.2009. Teori Komunikasi : Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta
Stephen W. Littlejhon & Karen A. Foss.2009. Teori Komunikasi : Theories Of Human
Communication. Jakarta : Salemba Humanika.
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali.2005. Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 5. Jakarta : Pustaka
Imam Asy-Syafi’i.
Richard West & Lynn H. Turner.2008. Pengantar Teori Komunikasi, edisi 3 : Analisis dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika.