Studi Deskriptif Teknik Permainan Kulcapi Karo Chapter III V

BAB III
KULCAPI PADA MASYARAKAT KARO
3.1 Struktur kulcapi Karo
Untuk membantu dan mendukung proses mengamati teknik permainan
kulcapi pada objek penelitian maka penulis akan menjelaskan terlebih dahulu
bagian-bagian yang terdapat pada kulcapi tersebut.

Gambar 3.1 : Struktur kulcapi Karo

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan wawancara dengan bapak Pauzi Ginting, panjang kulcapi
sekitar 80 cm. Kayu yang biasa dipakai untuk kulcapi yaitu kayu tualang, kayu
nangka, kayu kembawang dan kayu juhar. Instrumen Kulcapi ini memiliki bagianbagian yang mempunyai fungsi masing-masing, antara lain :
a. Takal (kepala)
Kepala (Takal) adalah bagian kepala dari kulcapi ini adalah tempat dimana
setelan (cuping-cuping) akan dibuat. Biasanya bentuk kepala (takal) kulcapi
berbentuk seperti takal kayat. Namun, pada saat ini sudah banyak variasi yang
digunakan oleh pengrajin kulcapi untuk membentuk kepala (takal) pada kulcapi
tersebut.


Gambar 3.2 : Takal (kepala) kulcapi
(Dokumentasi : Penulis)

Universitas Sumatera Utara

b. Kerahung (leher)
Leher (Kerahung), adalah bagian badan dari kulcapi yang terletak di
bawah kepala kucapi, dimana pada bagian ini terdapat fret (tembuku)
kulcapi. Leher (kerahung) juga berfungsi untuk meletakkan ibu jari tangan
kiri pada saat posisi memainkan kulcapi.

Gambar 3.3 : Kerahung (Leher) kulcapi (Dokumentasi : Penulis)
c. Takkur (tutup)
Takkur (tutup) , merupakan bagian yang berada di bawah leher kucapi
yang merupakan bagian tutup lobang resonator dan pada bagian ini
terdapat bagian pengait senar (dekung) yaitu engguhna.

Gambar 3.4 : Takkur (tutup) kulcapi
(Dokumentasi : Penulis)


Universitas Sumatera Utara

d. Lubang Resonator
Lubang resonator, bagian dari kulcapi ini merupakan lubang yang terdapat
pada bagian bawah kulcapi yang berfungsi sebagai pengubah efek suara.

Gambar 3.5 : Lubang Resonator (Dokumentasi : Penulis)
Dalam mengklasifikasikan instrumen kulcapi, penulis mengacu pada teori
yang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel (1961) yaitu:
”Sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama
bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu:
Idiofon,(penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri),
Aerofon, (penggetar utama bunyinya adalah udara), Membranofon, (penggetar
utama bunyinya adalah kulit atau membran), Kordofon, (penggetar utama
bunyinya adalah senar atau dawai)”.
Mengacu pada teori tersebut, maka kulcapi diklasifikasikan sebagai alat
musik kelompok kordofon karena sumber bunyi utamanya berasal dari senar.
Kulcapi berbentuk lute yang terdiri dari dua buah senar (two-strenged frettednecked lute).

Universitas Sumatera Utara


3.2 Eksistensi Kulcapi Pada masyarakat Karo
Alat musik Kulcapi merupakan alat musik petik yang berasal dari suku
Karo dan keberadaannya masih ada hingga saat ini. Pada masyarakat Karo,
Kulcapi memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah sebagai pembawa melodi
dalam Ensambel Gendang Telu sendalanen. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, 1991:253 bahwa eksistensi adalah keberadaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa seniman Karo, bahwa salah satu
orang paling berpengaruh dalam perkembangan Kulcapi adalah Alm. Jasa
Tarigan. Pada awal tahun 1980, seorang musisi tradisional Karo, yaitu Jasa
Tarigan melakukan eksperimen dengan menggabungkan alat musik Kulcapi
dengan Gendang Lima Sendalanen dalam seni pertunjukan tradisional masyarakat
Karo, yaitu Gendang guro-guro aron. Awalnya, Kulcapi adalah alat musik
pembawa melodi dalam ensambel Gendang telu sendalanen, sementara itu alat
musik pembawa melodi dalam Gendang Lima Sendalanen adalah Sarune.
Sebelumnya pada akhir tahun 1970an, Gendang Lima Sendalanen yang terdiri
dari alat musik: Sarune, Gendang singanaki, Gendang singindungi, Penganak dan
Gung masih merupakan ensambel musik tradisional masyarakat Karo yang biasa
digunakan dalam kesenian tradisional Karo. Selanjutnya, dengan kemampuan dan
kreativitas yang dimilikinya, Jasa Tarigan menggabungkan instrumen Kulcapi

dengan Gendang Lima Sendalanen dalam konteks Gendang guro-guro aron.
Dalam hal ini Kulcapi dimainkan secara bergantian dengan Sarune sebagai alat
musik pembawa melodi. Pergantian alat musik ini juga tidak bersifat permanen
dalam satu pertunjukan Gendang guro-guro aron, karena dalam setiap

Universitas Sumatera Utara

pertunjukannya, kedua instrumen tersebut tetap akan dibawa dan penggunaannya
dimainkan secara berganti-gantian dalam membawakan melodi lagu. Dengan
digunakannya Kulcapi sebagai pembawa melodi dalam Gendang Lima
Sendalanen, maka konsep atau terminologi Gendang Lima Sendalanen sebagai
suatu ensambel musik tradisional Karo menjadi rancu, karena di depan telah
dijelaskan bahwa Gendang Lima Sendalanen terdiri dari instrumen: Sarune,
Gendang singanaki, Gendang singindungi, Penganak dan Gung, sementara
Kulcapi memiliki ensembel dan konteks tersendiri, yaitu Gendang telu
sendalanen dan konteksnya adalah Erpangir ku lau. Setelah lebih kurang sepuluh
tahun (1980-1990) Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi digunakan sebagai
ensambel yang umum dalam Gendang guro-guro aron, di awal tahun 1991 Jasa
Tarigan kembali melakukan eksperimen pada musik pengiring Gendang guroguro aron, Ia menghadirkan alat musik Keyboard dan dimainkan secara bersamasama dengan


Gendang

Lima

Sendalanen

Plus

Kulcapi

dalam

setiap

pertunjukannya. Berbeda dengan Kulcapi yang secara langsung digunakan secara bergantiganti dengan sarune - sebagai pembawa melodi lagu, di sini
Keyboard pada hanya dimanfaatkan sebagai alat musik tambahan (musik
pengiring) melalui bunyi-bunyi perkusif (ritmis) pada bagian akhir komposisi
Gendang salih yang dimainkan Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi. Bunyibunyi ritmis yang dimunculkan melalui alat musik Keyboard ini hanya pada saat
tertentu saja dalam keseluruhan bagian Gendang salih tersebut.


Universitas Sumatera Utara

3.3 Fungsi Kulcapi pada Masyarakat Karo
Dalam menuliskan fungsi Kulcapi dalam kebudayaan masyarakat Karo,
maka penulis mengacu pada teori Alan P. Merriam, yaitu:
”use” then, refers to the situation in which is employed in human action:
“function” concern the reason for its employment and particulary the brodader
purpose which is serves(1964:210)
Dari kalimat di atas, dapat diartikan bahwa use (penggunaan) menitik
beratkan pada masalah situasi atau cara yang bagaimana musik itu digunakan,
sedangkan function (fungsi) yang menitik beratkan pada alasan penggunaan atau
menyangkut tujuan pemakaian musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia
itu sendiri.
Menurut Allan P. Merriam (1964:219-226) fungsi music dapat dibagikan
dalam 10 kategori yaitu
1. Fungsi Pengungkapan Emosional
2. Fungsi penghayatan Estetis
3. Fungsi Hiburan
4. Fungsi Komunikasi
5. Fungsi Perlambangan

6. Fungsi Reaksi Jasmani
7. Fungsi yang berkaitan dengan reaksi social
8. Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan
9. Fungsi kesinambungan budaya
10. Fungsi Pengintegrasian masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Kulcapi dapat dikategorikan dalam beberapa fungsi yaitu, fungsi pengungkapan
emosional, fungsi hiburan, fungsi komunikasi, fungsi reaksi jasmani, fungsi
pengesahan lembaga social dan upacara keagamaan, fungsi penghayatan estetis.

3.3.1 Fungsi Pengungkapan emosional
Berkenaan dengan fungsi kulcapi sebagai pengungkapan emosional dapat
dilihat pada waktu alat musik ini digunakan untuk mengungkapkan perasaan
seperti digunakannya alat musik ini sebagai alat untuk menghibur diri. Dorongan
emosional yang mengakibatkan kesedihan pada diri pemainnya terutama karena
kemelaratan dan dan penderitaan yang dialaminya. Dengan menuangkan
kesedihan melalui permainan kucapi, si pemain akan merasa lebih tenang dan
merasa bebannya sudah terbawa oleh nyanyian yang dituangkan melalui

permainan kulcapi.

3.3.2 Fungsi Hiburan
Kulcapi juga berfungsi dalam hiburan. Disamping untuk menghibur diri,
pada perkembangannya alat musik ini digunakan untuk menghibur orang lain. Hal
ini dapat dilihat dari penggunaan alat musik ini pada saat mengiringi tari dan juga
kolaborasi dengan alat musik lain dalam kegiatan seni pertunjukan atau kegiatan
budaya.

Universitas Sumatera Utara

3.3.3 Fungsi Komunikasi
Dalam banyak hal musik berfungsi sebagai alat atau media komunikasi.
Kulcapi berfungsi sebagai alat komunikasi dapat dilihat ketika alat ini digunakan
oleh anak perana (pemuda) untuk mengkomunikasikan perasaannya kepada
seorang gadis yang disukainya.

3.3.4 Fungsi Reaksi Jasmani
Kulcapi dalam ensambel oning-oningen yang digunakan untuk mengiringi
tarian yang sebagian gerakannya adalah gerakan yang dinamis yang kerap

membuat para penarinya bergerak indah. Kesinambungan antara bunyi musik
dapat menimbulkan reaksi jasmani dari si penari sehingga dapat menggerakkan
tubuhnya dengan indah.

3.3.5 Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan
Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama dimana alat musik
kulcapi digunakan dalam upacara agama, upacara perkawinan, peresmian suatu
tempat, organisasi/lembaga maupun individu.

3.3.6 Fungsi Penghayatan Estetis
Suatu keindahan dapat dituangkan dalam bunyi-bunyian yang dihasilkan
dari melodi kulcapi yang dapat dinikmati oleh pemusik itu sendiri maupun
pendengarnya. Selain itu, pengunkapan emosional yang dilakukan oleh seorang

Universitas Sumatera Utara

pemain kulcapi pada saat menghibur diri dapat terjadi ketika si pemain kulcapi
dapat mengahayati permainannya.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
DESKRIPSI TEKNIK PERMAINAN KULCAPI KARO
4.1 Proses Belajar Kulcapi Karo
Proses belajar kulcapi pada masyarakat Karo dilakukan dengan tradisi lisan.
Tradisi lisan adalah sebuah tradisi yang proses belajarnya dengan cara melihat,
mendengar, menghapal , dan meniru. Dengan cara menghapal sebuah melodi lagu
yang dimainkan atau menyanyikannya kemudian memainkannnya ke dalam alat
musik kulcapi. Semakin sering mendengar lagunya dan semakin menghafal
melodinya, maka secara otomatis dapat memainkannya dalam alat musik kulcapi.

4.1.1 Posisi memainkan
Dalam teknik permainan kulcapi, posisi memainkan merupakan tahap awal dalam
proses belajar kulcapi. Seorang perkulcapi tidak akan bermain maksimal apabila
posisi memainkan kurang tepat. Posisi Kulcapi diletakkan tegak lurus dengan
badan, tangan kiri diposisikan di leher kulcapi, jari (kecuali ibu jari) menekan
senar ( leher kulcapi bagian depan) sedangkan ibu jari menekan leher kulcapi
bagian belakang kulcapi. Posisi tangan kanan tepatnya telapak tangan diletakkan
di bagian nggoh dari kulcapi, jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan digunakan
untuk memegang kuir-kuir 4, sedangkan jari yang lain diposisikan di bawah badan

kulcapi sebagai alat untuk memetik dekung 5. Bagian perut dari kulcapi di

4
5

Sejenis pick gitar yang digunakan untuk memetik senar kulcapi
Dekung adalah senar kulcapi

Universitas Sumatera Utara

tempelkan pada perut sipemain dengan tujuan agar kulcapi dapat berada dalam
posisi yang kokoh.

Gambar 4.1 : Posisi memainkan kulcapi (dok : penulis)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2 : Posisi ibu jari tangan kiri pada kulcapi (dok : penulis)

Gambar 4.3 : Posisi jari kiri bagian depan (dok : penulis)

Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Cara memetik
Setelah mengetahui bagaimana posisi yang tepat saat memainkan kulcapi, tahap
selanjutnya adalah bagaimana cara memetik kulcapi. Pada saat memetik kulcapi,
tangan kanan diletakkan di bagian engguhna dari kulcapi.

Gambar 4.4 : gambar engguhna (dok : penulis)

Universitas Sumatera Utara

jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan digunakan untuk memegang kuis-kuis
untuk memetik dekung.

Gambar 4.5 : posisi jari memegang kuis-kuis kulcapi (dok : penulis)
Sedangkan jari yang lain, diantaranya jari tengah, jari manis dan jari kelingking
diposisikan di bawah badan kulcapi agar posisi saat memetik lebih nyaman.

Universitas Sumatera Utara

Tahap awal yang dilakukan untuk belajar memetik kulcapi adalah

memetik

kedua senar kulcapi dengan menggunakan pick mengikuti irama gung dan
penganak dengan tempo peselukken dimana senar 1 dianggap sebagai penganak
sedangkan senar dua sebagai gung dan posisi jari kiri tidak menekan senar (open
string) 6.

4.1.3 Penjarian (fingering)
Pada umumnya terdapat 5 fret yang dipasang pada kulcapi, namun untuk
mencapai nada satu oktav kita harus memainkannya sampai pada fret 9 pada fret
transparent (yang tidak terpasang). Namun secara umum nada pada kulcapi karo
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tangga nada mayor pada kulcapi
C=DO

C

6

D

E

F

G

A

B

C’

Wawancara dengan Sorensen Tarigan

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.6 : gambar tembuku (fret) kulcapi (dok : penulis)

Keterangan gambar Posisi jari pada Kulcapi
Senar (dekung) 1
1. Gambar 1 : Posisi jari untuk menghasilkan nada D adalah memetik senar 1
tanpa menekan senar (open string).

Universitas Sumatera Utara

2. Gambar 2 : Posisi jari untuk menghasilkan nada E adalah memetik senar 1
dengan menekan senar pada fret 1.

3. Gambar 3 : Posisi jari untuk menghasilkan nada F adalah memetik senar 1
dengan menekan senar pada fret 2.

Universitas Sumatera Utara

4. Gambar 4 : Posisi jari untuk menghasilkan nada F# adalah memetik senar
1 dengan menekan senar pada fret 3

5. Gambar 5 : Posisi jari untuk menghasilkan nada G adalah memetik senar 1
dengan menekan senar pada fret 4
6.

Universitas Sumatera Utara

6. Gambar 6 : Posisi jari untuk menghasilkan nada G# adalah memetik senar
1 dengan menekan senar pada fret 5

7. Gambar 7 : Posisi jari untuk menghasilkan nada A adalah memetik senar 1
dengan menekan senar pada fret 6

Universitas Sumatera Utara

8. Gambar 8 : Posisi jari untuk menghasilkan nada A# adalah memetik senar
1 dengan menekan senar pada fret 7

9. Gambar 9 : Posisi jari untuk menghasilkan nada B adalah memetik senar 1
dengan menekan senar pada fret 8

Universitas Sumatera Utara

10. Gambar 10 : Posisi jari untuk menghasilkan nada C adalah memetik senar 1
dengan menekan senar pada fret 9

Senar (dekung) 2
1. Gambar 11 : Posisi jari untuk menghasilkan nada G adalah memetik senar
2 tanpa menekan senar (open string).

Universitas Sumatera Utara

2. Gambar 12 : Posisi jari untuk menghasilkan nada A adalah memetik senar
2 dengan menekan senar pada fret 1.

3. Gambar 13 : Posisi jari untuk menghasilkan nada A# adalah memetik
senar 2 dengan menekan senar pada fret 2.

Universitas Sumatera Utara

4. Gambar 14 : Posisi jari untuk menghasilkan nada B adalah memetik senar
2 dengan menekan senar pada fret 3.

5. Gambar 15 : Posisi jari untuk menghasilkan nada C adalah memetik senar
2 dengan menekan senar pada fret 4

Universitas Sumatera Utara

6. Gambar 16 : Posisi jari untuk menghasilkan nada C# adalah memetik
senar 2 dengan menekan senar pada fret 5

7. Gambar 17 : Posisi jari untuk menghasilkan nada D adalah memetik senar
dengan menekan senar pada fret 6

Universitas Sumatera Utara

8. Gambar 18 : Posisi jari untuk menghasilkan nada D# adalah memetik
senar dengan menekan senar pada fret 7

7. Gambar 19 : Posisi jari untuk menghasilkan nada E adalah memetik senar
dengan menekan senar pada fret 8

Universitas Sumatera Utara

7. Gambar 20 : Posisi jari untuk menghasilkan nada F adalah memetik senar
dengan menekan senar pada fret 9

4.2 Pelarasan (tunning)
Di dalam sistem pelarasan (tuning) kulcapi dalam tradisi Karo telah memiliki
ukuran tersendiri, senar satu adalah nada sol dan senar dua adalah nada do. Sistem
pelarasan dalam alat musik ini tergantung dari perasaan si pemain walaupun
dalam kenyataan yang penulis temukan bahwa interval nada antara senar dua
dengan senar satu adalah kwint murni 7.

7

Kwint murni adalah interval nada yang berjarak 3 ½ laras dari nada dasar

Universitas Sumatera Utara

A

B

Gambar 4.7 : A (menyetem senar 2) & B (menyetem senar 1)
(dok : penulis)

4.3 Rengget pada Kulcapi
Dalam permainan musik masyarakat Karo dikenal ciri khas yang menjadi
nada istimewa yang dimainkan baik itu terdapat dalam beberapa permainan alat
musik tunggal Karo maupun nyanyian pada masyarakat Karo yaitu rengget.
Rengget merupakan sejenis nada melismatis yang dihasilkan untuk mengalunkan
nada sebelum dan setelahnya. Rengget inilah yang menjadi khas permainan musik
masyarakat Karo pada umumnya. Ada 3 rengget yang di transkripsikan oleh
penulis yaitu:
Rengget 1

Universitas Sumatera Utara

Rengget 2

Rengget 3

4.4 Tonggum pada Kulcapi
Tonggum

adalah

suatu

teknik

permainan

Kulcapi

dengan

cara

mendekapkan seluruh/sebagian resonator (babah) Kulcapi ke badan pemain
Kulcapi secara berulang dalam waktu tertentu. Hal tersebut dilakukan untuk
mengubah warna bunyi (efek bunyi) pada kulcapi. Posisi badan saat memainkan
kulcapi adalah dengan duduk bersila dan setengah baju dibuka agar resonator
kulcapi bisa menempel langsung dengan perut si pemain.

Gambar 4.8 : posisi memainkan tonggum pada kulcapi (dok : penulis)

Universitas Sumatera Utara

Namun seiring dengan berkembangnya zaman, maka perubahan pun
terjadi. Kulcapi mulai menggunakan spul (pengeras suara). Dibagian lobang
resonator pada kulcapi sudah dipasang spul pengeras suara. Hal ini sudah dipakai
pada saat kulcapi digunakan dalam kegiatan budaya. Contohnya spul tersebut
digunakan pada kegiatan Gendang guro-guro aron. Hal ini digunakan untuk
pengeras suara pada kulcapi agar suaranya kuat dan sebanding dengan suara
keyboard yang sudah digunakan pada kegiatan budaya pada masyarakat Karo.

Gambar 4.9 : Gambar spul atau pengeras suara pada kulcapi
(dok : penulis)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.10 : Lobang resonator kulcapi (dok : penulis)

Gambar 4.11 : Posisi diletakkannya spul di lobang resonator kulcapi
(dok : penulis)

Universitas Sumatera Utara

4.5 Analisis Melodi pada lagu Odak-odak
Lagu yang dimaksud adalah repetoar lagu Odak-odak. Alasan penulis memilih
lagu ini adalah karena lagu ini adalah lagu yang sering dimainkan untuk tujuan
pengiring tarian dan lagu ini merupakan lagu yang popular pada masyarakat Karo.

Odak-odak

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.5.1 Tangga Nada (Scale)
Dalam mendeskripsikan tangga nada, penulis akan mengurutkan nada-nada yang
terdapat dalam melodi lagu odak-odak tersebut yang dimulai dari nada terendah
sampai nada yang tertinggi. Dari hasil analisa pada tangga nada lagu odak-odak,
maka diperoleh kesimpulan lagu tersebut menggunakan 5 nada, terdiri atas G, A,
C, D, dan E.
Odak-odak

G

A

C

D

E

4.5.2 Nada Dasar
Nada dasar pada sebuah lagu/musik sangatlah berperan penting. Nettl (1964:147)
mengemukakan tentang metode atau pendekatan dalam menemukan nada dasar
pada sebuah lagu/musik. Ada enam yang diusulkan menjadi perhatian penting,
yaitu:
a. Melihat nada mana yang sering dipakai
b. Melihat nada mana yang memiliki ritmis (harga ritmis) yang besar
c. Melihat nada awal atau akhir suatu komposisi yang dianggap mempunyai
fungsi penting dalam penentuan tonalitas (nada dasar)
d. Nada paling rendah atau posisi tepat ditengah-tengah dianggap penting
e. Adanya tekanan ritmis sebagai patokan

Universitas Sumatera Utara

f. Pengenalan yang akrab dengan gaya musik
Dari hasil analisis transkripsi lagu odak-odak diatas, khususnya tangga nada dan
jumlah nada digunakan penulis sebagai acuan untuk menjawab ketujuh
pendekatan untuk menemukan nada dasar pada sebuah repotoar/lagu sehingga
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Nada yang sering dipakai pada odak-odak adalah nada C
b. Nada yang memiliki ritmis (harga ritmis) yang besar pada odak-odak adalah
nada C
c. Nada awal komposisi pada odak-odak adalah nada C , dan nada akhirnya
adalah nada C
d. Nada paling rendah pada odak-odak adalah nada G , dan nada paling tengah
adalah nada C
e. Adanya tekanan ritmis pada odak-odak adalah nada C
f. Pengenalan yang akrab dengan gaya musik pada odak-odak Mayor adalah nada
C.
4.5.3 Wilayah Nada (Range)
Wilayah nada adalah daerah (ambitus) antara nada yang frekuensinya
paling rendah dengan nada yang frekuensinya paling tinggi dalam satu lagu.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ellis dalam Malm (1977:35) tentang
perhitungan frekuensi nada dengan menggunakan cent, yaitu nada-nada yang
berjarak 1 laras sama dengan 200 cent, dan nada-nada berjarak ½ laras sama
dengan 100 cent. Dengan melihat nada-nada yang telah ditranskripsikan, maka
lagu odak-odak memiliki wilayah nada dari nada G (terendah) dan E ( nada

Universitas Sumatera Utara

tertinggi) yang semua berjarak 4½ laras atau sama dengan 900 cent. Untuk lebih
jelas wilayah nada lagu odak-odak, dapat dilihat dari garis paranada di bawah ini.
Wilayah nada odak-odak

4.5.4 Jumlah Nada
Netll (1964:146) menyatakan dalam mentranskripsikan modus lagu paling
tidak menyebut nada mana yang yang berfungsi sebagi nada dasar , nada-nada
yang dianggap penting dalam lagu tersebut, serta nada-nada pendamping lainnya.
Lebih lanjut Netll mengatakan bahwa gambaran tangga nada dan modus biasanya
disampaikan lewat notasi (tangga nada) yang ditulis diatas garis paranada dengan
harga-harga yang menandai nada mana yang sering dipakai dan yang tidak.
Berikut jumlah nada-nada yang dipakai pada lagu odak-odak, setelah penulis
menyusun nada-nada tersebut pada garis paranada.
Jumlah nada odak-odak

G

A

C

D

E

(28)

(36)

(91)

(48)

(15

Universitas Sumatera Utara

4.5.5 Interval
Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada berikutnya, naik
maupun turun (Manoff 1991 : 50). Pada suatu komposisi lagu interval adalah
penggarapan melodi yang dicapai melalui bangunan nada secara melangkah atau
melompat, turun , maupun mendatar. Manoff (1991:84) membuat pengukuran
yang lebih akurat terhadap interval dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Interval berkualitas mayor (M) bila dinaikkan setengah langkah, maka interval
tersebut akan berkualitas auqmented (Auq) dan jika diturunkan setengah langkah
akan berkualitas minor (m).
2. Interval berkualitas minor bila dinaikkan setengah langkah akan menjadi mayor
dan sebaliknya jika diturunkan setengah langkah akan menjadi diminished (dim).
3. Interval berkualitas perfect (P) bila dinaikkan setengah langkah akan menjadi
interval auqmented dan sebaliknya jika diturunkan setengah langkah akan menjadi
interval diminished.
Berikut ini akan penulis jelaskan beberapa contoh interval yang ada pada
lagu odak-odak:

D-D

= 1P (Prime Perfect)

D-E

= 2M (Secunde Mayor)

Universitas Sumatera Utara

E-D

= 7 m (Septim minor)

D-C

= 7 m (Septim minor)

C-G

= 5 P (Kwint Perfect)

G-A

= 2M (Secunde Mayor)

A-C

= 3 Auq ( Third Auqmented)

C-D

= 2M (Secunde Mayor)

C-A

= 6 M (Sekta Mayor)

A-G

= 7 (Septim minor)

4.5.6 Pola Kadensa (Cadence Patterns)
Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi sebagai penutup pada akhir
melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi tersebut
atau setengah menutup (sementara) melodi tersebut. Berikut ini adalah pola
kadensa yang terdapat pada lagu odak-odak:

Universitas Sumatera Utara

4.5.7 Bentuk melodi
Dalam medeskripsikan bentuk melodi, ada tiga hal yang penting untuk
dibahas, yaitu bentuk, frasa, dan motif. Netll (1964:149-150) mengatakan bahwa
bentuk adalah hubungan diantara bagian-bagian dari sebuah komposisi, termasuk
hubungan diantara unsur-unsur melodis dan ritmis, atau dengan pemahaman
sederhana, bentuk merupakan suatu aspek yang menguraikan tentang organisasi
musikal. Frasa adalah suatu unit dari melodi di dalam komposisi. Sedangkan
motif adalah ide melodi sebagai dasar pembentukan melodi. Bentuk disimbolkan
dengan huruf A, B, C, dan seterusnya, sedangkan frasa dituliskan ke dalam angkaangka.
1. Repetitive, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan.

2. Iteratif, yaitu suatu bentuk nyanyian yang menggunakan formula melodi
yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam
keseluruhan nyanyian.

Universitas Sumatera Utara

3. Reverting, yaitu suatu bentuk nyanyian apabila di dalam nyanyian terjadi
pengulangan pada frase pertama setelah terjadi penyimpangan melodis.
Namun pada lagu odak-odak tidak ditemukan bentuk (form) tersebut.
4. Strofic, yaitu bentuk nyanyian diulang dengan formalitas yang sama
namun menggunakan teks yang baru.
5. Progressive, yaitu bentuk nyanyian selalu berubah dengan menggunakan
materi melodi yang selalu baru. Namun dalam lagu odak-odak, bentuk
(form) ini tidak ada, karena semua bentuk melodinya selalu mengalami
pengulangan.

4.5.8 Kantur (Contour)
Kontur adalah garis atau melodi pada sebuah lagu (Malm 1964:8).
Defenisi yang sama, kontur adalah alur melodi yang biasanya ditandai dengan
menarik garis. Ada beberapa jenis kontur yang dikemukakan oleh Malm (Malm
dalam Jonson 2000: 76), antara lain:
1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnnya naik dari nada rendah ke nada
yang lebih tinggi, seperti gambar :

Universitas Sumatera Utara

2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi ke
nada yang rendah, seperti gambar :

3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang rendah
ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah. Begitu juga
sebaliknya, seperti gambar :

Universitas Sumatera Utara

4. Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga dari
nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi kemudian sejajar, seperti gambar:

6. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap atau apabila gerakan-gerakan
intervalnya terbatas, seperti gambar:

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya
maka beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis adalah sebagai berikut.
Secara umum, proses belajar alat musik tradisional Karo yaitu dengan cara oral
tradition (tradisi lisan), yang proses belajarnya dengan cara melihat, mendengar,
menghapal, dan meniru. Alat musik tradisional Karo pada umumnya digunakan
untuk mengiringi upacara adat, upacara ritual dan untuk hiburan. Sesuai dengan
objek penelitian utama penulis, bahwa kulcapi adalah alat musik tradisional Karo
yang keberadaannya masih ada hingga saat ini. Kulcapi berbentuk lute yang
terdiri dari dua buah senar (two-strenged fretted-necked lute). Selain dapat
digunakan secara ensambel, instrumen kulcapi juga dapat dimainkan secara
tunggal. Kulcapi adalah alat musik petik berbentuk lute yang terdiri dua buah
senar. Senarnya terbuat dari metal namun dulunya terbuat dari akar pohon aren
atau enau. Orang yang memainkan Kulcapi disebut dengan perkulcapi. Awalnya
kulcapi hanya dapat dimankan tunggal dan seiring dengan perkembangan perjalanan
kulcapi maka kemudian dimainkan pada ansambel dan kemudian dikolaborasikan dengan
alat musik keyboard. Sebelumnya kulcapi hanya dimainkan pada upacara ritual saja
namun kemudian kulcapi dimainkan pada acara hiburan yakni gendang guro-guro aron
diprakarsai oleh Alm. Djasa Tarigan. Untuk memainkan kulcapi tentunya

mempunyai teknik agar perkulcapi bisa bermain dengan maksimal dan
menghasilkan melodi yang sesuai dengan ciri khas alat musik tersebut. Untuk

Universitas Sumatera Utara

proses belajar kulcapi pada masyarakat Karo dilakukan dengan tradisi lisan.
Dengan

cara

menghapal

sebuah

melodi

lagu

yang

dimainkan

atau

menyanyikannya kemudian memainkannnya ke dalam alat musik kulcapi.
Semakin sering mendengar lagunya dan semakin menghafal melodinya, maka
secara otomatis dapat memainkannya dalam alat musik kulcapi.
Kulcapi memiliki beberapa teknik dalam memainkannya yaitu:
1. Cara memegang kulcapi
2. Cara memetik kulcapi
3. Penjarian pada kulcapi
Namun sebelum 3 hal tersebut dipelajari, posisi memainkan kulcapi sangat
berpengaruh saat memainkannya. Dalam teknik permainan kulcapi, posisi
memainkan merupakan tahap awal dalam proses belajar kulcapi. Seorang
perkulcapi tidak akan bermain maksimal apabila posisi memainkan kurang tepat
dan tujuannya agar kulcapi dapat berada dalam posisi yang kokoh.

5.2 Saran
Dari pembahasan dan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan, ada
beberapa saran yang perlu dikemukakan untuk mengembangkan teknik permainan
kulcapi

tersebut.

Memperhatikan

bagaimana

teknik

permainan

kulcapi

sebelumnya, untuk itu dapat mendorong seluruh masyarakat terkhusus masyarakat
Karo untuk melestarikan salah satu keseniannya dengan melihat bagaimana teknik
permainan kulcapi tersebut. Dengan tulisan ini diharapkan dapat mendorong
masyarakat Karo untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan

Universitas Sumatera Utara

terkhusus kesenian ini agar tetap terlestari di dalam masyarakatnya. Generasi
merupakan salah satu kunci utama dalam proses ini agar tetap berkembang dan
dapat dipertahankan.

Universitas Sumatera Utara