Sistem Ekonomi Politik Cina Chapter III IV

BAB III
PERALIHAN SISTEM EKONOMI SOSIALISME CINA MENUJU
SISTEM EKONOMI KAPITALISME
Pasca Perang Dunia II, sulit bagi negeri penjajah untuk mempertahankan
bentuk penjajahan langsung, sebab masyarakat di negeri terjajah mulai bangkit
perjuangan melawan penjajahan tersebut di seluruh belahan dunia. Deru revolusi
sosialis proletar menggetarkan sistem kapitalis, keadaan ini memberikan kekuatan
dan semangat baru bagi revolusi yang berkobar di berbagai belahan dunia. Klas
borjuasi yang berkuasa di negera penjajah terus berusaha mempertahankan
dominasinya di negeri terjajah, akan tetapi di sisi lain penjajahan akan berdampak
kepada revolusi pembebasan nasional.
Bagi pandangan pengikut ajaran ideologi Marx, revolusi sosial dimulai
dari kaum sosialis yang memandang kapitalisme sebagai sistem yang tidak adil
dan irasional sehingga menghasilkan kesenjangan diantara klas masyarakat.
Sehingga kapitalisme dianggap sebagai sebuah sistem usang yang akan berubah
menjadi sistem komunisme melalui revolusi. Secara otomatis juga perubahan
sistem kapitalisme menuju sistem sosialisme telah berdampak kepada perubahan
sistem ekonomi negara tersebut.
Gerakan revolusi sosial merupakan cikal bakal lahirnya sistem sosialis
komunisme, yang juga anti thesis dari sistem kapitalisme. Secara mendasar
sosialisme lahir dari pandangan atas hubungan produksi yang menghisap antara


Universitas Sumatera Utara

klas proletariat dan klas borjuasi. Teori ekonomi Marx menjelaskan bahwa sistem
kapitalisme telah memonopoli alat produksi dan memperkerjakan buruh secara
semena-mena. Tenaga klas buruh dipergunakan demi keuntungan klas borjuasi
dalam mencari laba. 64 Marx beranggapan bahwa suatu barang bisa memiliki nilai
akibat adanya proses kerja, dalam artian kerja yang dilakukan oleh klas
proletariat. Nilai inilah yang kemudian diambil oleh klas borjuasi untuk
mendapatkan keuntungan. Marx menyebut ini sebagai perampasan nilai lebih.
Marx menerangkan bahwa sejarah manusia ditentukan oleh sarana-sarana
produksi dan sarana produksi menentukan hubungan produksi. Sehingga ketika
hubungan produksi saling menghisap, ini akan melahirkan pertentangan antara si
penghisap dengan si terhisap. Inilah yang dijalankan oleh sistem kapitalisme bagi
Marx. Dengan tajam Marx mengkritik dan menabur genderang perang untuk
menghancurkan sistem kapitalisme. Sebab hubungan produksi kapitalisme telah
memiskinkan klas buruh.
Melalui jalan revolusi sosial Marx menginginkan penghapusan masyarakat
berklas. Masyarakat tanpa klas yang digambarkan oleh Marx bercirikan atas
kediktoran klas proletariat atas klas borjuasi. Sebab sistem kapitalisme

menjadikan klas proletariat sebagai klas yang paling moderen di sistem
kapitalisme. Ini yang menjadi ciri khusus dari pandangan Marx yang tidak
dimiliki oleh filsuf lain. Sistem klas masyarakatlah yang telah menciptakan
monopoli dari sistem ekonomi masyarakat.
64

Sutarjo Adisusilo. Sejarah Pemikiran Barat. Rajawali Pers. Jakarta. 2013. 257

Universitas Sumatera Utara

Sehingga tidak ada jalan lain selain menjalankan revolusi. Hal ini
dikarenakan doktrin sejarah atas perkembangan masyarakat. Secara histori, klas
tertindaslah yang akan melakukan gerakan penumbangan klas penghisap.
Proletariatlah sebagai klas tertindas dalam sistem kapitalisme, merupakan
kekuatan utama revolusi. Hal ini dikarenakan penghisapan yang dilakukan oleh
klas borjuasi kepada klas burh. Sejalan lurus dengan sistem penghisapan nilai
lebih yang dijalankan oleh klas borjuasi telah membangkitkan semangat
perlawanan dari klas buruh. Sehingga hari depan masyarakat sosialis ada pada
kepemimpinan klas proletar.
Selain itu, bagi Marx juga sistem kepemilikan individu yang membuat

sistem monopoli bisa tetap langgeng dalam masyarakat. Sehingga kepemilikan
atas individu harus dihapuskan. Ciri lain dalam pandangan kaum marxisme,
memandang bahwa peran negara adalah sebagai alat bagi klas proletariat untuk
menjalankan program diktator proletariat. Dalam rangka membangun masyarakat
komunal moderen.
Ditengah sistem kapitalisme yang berkembang, pandangan akan hari
depan sosialisme juga mulai berkembang. Ajaran Marx mulai diterima dibeberapa
negara dunia, salah satunya distimulis oleh revolusi Oktober 1917 dibawah
kepemimpinan Partai Komunis Uni Soviet. Revolusi 1917 juga telah membawa
angin segar dalam pembebasan nasional melawan penjajahan bagi negara terjajah.
Lennin yang ketika itu menjadi pemimpin Partai Komunis Uni Soviet,

Universitas Sumatera Utara

membangun aliansi dengan tujuan untuk memperluas ideologi sosialis. Sejak itu
pandangan sosialisme menjamur di daratan Asia, Amerika dan Eropa.
Pasca Revolusi Oktober negara-negara terjajah mulai menjalankan visi
kemerdekaan berhari depan sosialis. Keteguhan Lenin dalam menjalankan tugas
sejarah menciptakan masyarakat komunisme dunia terlihat dari keberhasilannya
membuka pintu lahirnya Internasionale Ketiga 65 atau lebih dikenal sebagai

Komintern (Komunis Internasional). Sebuah jaringan partai komunis internasional
yang loyal kepada Partai Komunis Uni Soviet, yang bertujuan menumbangkan
negara-negara dibawah cengkraman kapitalis monopoli asing. Tujaunya tak lain
untuk membentuk sebuah tatanan masyarakat sosialisme secara internasional.
Gereakan pembebasan nasional mulai gencar di seluruh negara terjajah. Ini
sebagai batu loncatan menuju kemasyarakat komunisme. Melalui perang rakyat
dan angkat senjata dibawah kepemimpinan klas buruh perjuangan revolusi
menjadi satu-satunya jalan keluar. Gerakan revolusi terus berkembang sejak saat
itu. Seperti halnya di Kuba dibawah kepeminpinan Che Guevara dan Fidel Castro,
di Indonesia dibawah kepemimpinan Muso, Korea Utara, Vientam, Venezuela,
dan negara-negara lain. Walaupun pada akhirnya setiap negara memiliki persoalan
masing-masing dalam membangun sistem sosialis.
Sedangkan sebaliknya jauh sebelum kemunculan sosialisme, teori
kapitalisme mulai mecuat dengan pesat dikalangan ekonom dunia. Pandangan
65

Saiful Arif dan Eko Prasetio, Lenin Revolusi Oktober 1917 (Sanggahan Atas Pemikiran Franz
Magnis Suseno). Resist Book. 2004. Hal 21

Universitas Sumatera Utara


kapitalisme pertama kali muncul pada abad ke-12 yang mempunyai arti dana,
persedian barang, sejumlah uang, dan bunga uang pinjaman. Istilah tersebut
menjelaskan secara sempit makna kapital adalah kekayaan berupa uang, atau
sebuah perusahaan dan barang dagangan. Pandangan ini terus berkembang pada
abad ke 18 istilah kapital dimengerti sebagai model produktif karena uang
memang digunakan untuk menghasilkan barang yang dijual untuk memperoleh
keuntungan. 66
Maka tidak heran jika merumuskan kapitalisme sebagai proses
memproduksi barang untuk pasar melalui melalui kerja individu atau usaha
bersama dalam usaha memperoleh laba melalui persaingan bebas. Kapitalisme
dewasa ini dicirkan sebagai berikut. Pertama, kepemilikan kekayaan secara
pribadi yang tidak terbatas, kedua tidak ada batasan untuk mengumpulkan
kekayaan, ketiga, pemerintahan tidak campur tangan dalam pengolahan sistem
ekonomi pasar.
Asal muasal istilah kapitalisme terjadi pada abad pertengahan, pasca
berakhirnya sistem feodalisme yang mengarah pada sistem kapitalisme dengan
munculnya gilde-gilde, kantor dagang dan usaha pengolahan hasil pertanian
sederhana. Disatu sisi secara perlahan tuan-tuan tanah dalam bentuk kerajaan juga
mulai menjalankan sistem penguasaan alat produksi. Namun satu hal yang utama

esensi kapitalisme dari waktu ke waktu adalah sama yaitu akumulasi modal yang

66

Sutarjo Adisusilo. Op.Cit. Hal 225

Universitas Sumatera Utara

akan diintervensikan kembali untuk mendapatkan laba dan untuk itu diperlukan
pasar bebas.
Perkembagnan kapitalisme mengalami kejenuhan pada abad ke 20, sebab
setelah Perang Dunia I dan Perang Dunia II, perkembangan kapitalisme
mengalami titik balik. Eropa tidak lagi menjadi pusat terbesar kapitalisme
melainkan berubah ke Amerika Serikat. Gerakan-gerakan anti pasar bebas mulai
bangkit, negara mulai campur tangan dalam menentukan perekonomian
masyarakat. Sama halnya dengan gerakan di Italia dan Jerman dibawah
kepemimpinan Mussolini maupun Hitler. Mereka mulai menasionalisasikan aset
industri dasar untuk menghidupi masyarakat. Sama halnya dengan Inggris, setelah
partai buruh berkuasa mereka melakukan hal yang sama walaupun berbeda secara
skala.

Perkembangan paham kapitalisme mulai mencuat kembali pasca
berakhirnya perang dingin. Runtuhnya Uni Soviet sebagai kiblat dari gerakan
sosialis dunia ketika itu mengakibatkan sistem sosialisme dianggap sebagai
sebuah pandangan yang utopis. Mengatasnamakan demokrasi, yang esensinya
adalah kapitalisme, hampir seluruh negara di dunia mendeklarasikan dirinya
sebagai negara demokrasi. Paham tentang sosialisme mulau ditinggalkan oleh
beberapa negara. Bahkan seperti halnya dengan negara Cina, negara yang dimasa
Mao begitu gencar melawan sistem kapitalisme, kini berubah menjadi negara
dengan sistem ekonomi kapitalisme.

Universitas Sumatera Utara

Peralihan sistem ekonomi politik di Cina ini juga ditandai dengan
perubahan penguasaan alat produksi dari kepemilikan individu menjadi
kepemilikan kelompok. Pasca berhasilnya Partai Komunis Cina menjalankan
revolusi sosial, Cina berubah menjadi negara poros sosialis di daratan benua Asia.
Segala bentuk sistem feodal hingga sistem kapitalisme yang eksis di Cina pada
masa itu, perlahan mulai dihapuskan melalui kediktatoran proletariat. Peralihan
Cina menjadi negara dengan ekonomi kapitalisme dikaranakan adanya reformasi
yang dijalankan oleh Deng pada masa itu. Peralihan ini terlihat dari kebijakan

yang dilahirkan oleh dua pemimpin ini. Menggunakan perspektif perbandingan
penulis akan menjelaskan tentang faktor apa yang mempengaruhi peralihan ini.

3.1.

Kebijakan Ekonomi Politik Mao Zedong
Pada dasarnya untuk memahami poin penting dari kebijakan ekonomi

politik Mao Zedong harus menggunakan paradigma teori ekonomi politik Marx.
Marx menceritakan dalilnya tentang sistem ekonomi politik sosialis berlandaskan
kepada teori nilai lebih, teori akumulasi kapital, teori kosentrasi kapital dan teori
pemiskinan yang semua pada substansinya adalah kelas kapitalis sebagai yang
berpunya hidup dan berkembang dari eksploitasi kelas proletar.
Hubungan kontradiksi yang tak terdamaikan antara klas borjuasi dan klas
proletariat di dasari atas penghisapan nilai lebih yang dilakukan oleh klas borjuasi.
Nilai lebih ini merupakan bentuk moneter dari bagian produksi pekerja yang dia

Universitas Sumatera Utara

serahkan pada pemilik alat produksi tanpa menerima apapun sebagai gantinya. 67

Pembeli tenaga kerja membelinya, mengosumsinya dengan menjual untuk
bekerja. Proses bekerja dalam masyarakat kapitalis ada dua kekhasan

yakni;

pertama pekerja bekerja di bawah kontrol kapitalis, kedua produk menjadi milik
kapitalis, karena proses kerja itu hanyalah suatu proses diantara dua hal/barang
dibeli kapitalis, yaitu tenaga kerja dan alat produksi. 68
Akan tetapi sistem kapitalis tidak menginginkan nilai pakai diproduksi
demi untuk nilai pakai itu sendiri, tetapi hanya tempat penyimpanan niali tukar
dan teristimewa nilai lebih. Kapitalis membeli tenaga kerja dari pekerja, dan
sebagai tukar dari upah tersebut, kapitalis mengambil seluruh produksi dari
pekerja tersebut, semua nilai yang baru dihasilkan yang telah dimasukkan ke
dalam nilai produksi tersebut. 69
Paradigma berpikir seperti inilah yang diadopsi oleh Mao Zedong dalam
menjalankan sistem pemerintahan baik secara politik ataupun ekonomi di Cina.
Perbedaannya hanya pada pada kondisi struktural masyarakatnya. Pada praktek
revolusioner Marx maupun Lenin kekuatan utama terletak pada masyarakat
proletariat di perkotaan. Dimana kaum proletar perkotaan dianggap sebagai
sumber utama revolusi, dan daerah pedesaan pada umumnya diabaikan.

Mao memusatkan perhatian pada kaum buruh-tani sebagai kekuatan
revolusioner yang utama, yang, menurutnya kekuatan utama ekonomi berada di
67

Ernest Mandel. Tesis Tesis Pokok Marxisme. Resist Book, Yogyakarta 2006. Hal 149

68

Ibid. Hal 150

69

Ibid. Hal 150

Universitas Sumatera Utara

pedesaan. Mengingat jumlah mayoritas penduduk Cina pada masa itu
berkedudukan di desa. Kaum tani dapat dipimpin oleh kaum proletar dan
pengawalnya bagi kekuatan politik PKC.
Secara ekonomi pasca revolusi Cina, kedudukan klas proletariat dan kaum

tani memegang peran krusial dalam menjalankan roda perekonomian. Sebagai
salah satu contoh kebijakan Land Reform atau biasa disebut dengan reforma
agraria Cina, sejatinya adalah program pendistribusian tanah kepada kaum tani.
Sebelumnya banyak tanah di Cina dikuasai oleh para tuan tanah, sedangkan
masyarakat dipekerjakan sebagai buruh tani untuk bekerja kepada tuan tanah.
Bagi Mao, penguasaan alat produksi harus dikuasai secara kolektif melalui alat
klas yaitu negara. Sistem ini yang menunjukan Mao menjalankan sistem ekonomi
sosialis hasil buah pemikiran Marx.
Dibidang ekonomi makro, Mao menjalankan kebijakan pembangunan
industri nasional yang bertujuan untuk membangun kekuatan infrastruktur Cina.
Semuanya dibawah intervensi negara, tanpa menggunakan investor. Bagi Mao
investasi adalah implementasi dari sistem kapitalis yang bertujuan untuk
remonopoli ekonomi Cina. Mao menjadikan pembangunan pedesaan keseluruhan
sebagai prioritasnya. Mao merasa bahwa strategi ini masuk akal di masa tahaptahap awal sosialisme di sebuah negara di mana kebanyakan rakyatnya adalah
buruh-tani. 70

70

Maoisme atau Pemikiran Mao Zedong http://id.wikipedia.org/wiki/Maoisme

Universitas Sumatera Utara

Bagi Mao untuk memperkuat kekuatan politik dan ekonomi haruslah
bertalian erat dengan perjuangan rakyat dunia untuk memperbesar pengaruh
paham sosialis di negara lain. Pada masa Perang Dingin, pengaruh itu jauh lebih
besar lagi. Partai Komunis Indonesia (PKI), partai terbesar ketiga di dunia saat itu,
bahkan membangun aliansi dengan Partai Komunis Cina (PKC) dalam bentuk
poros Jakarta-Peking. 71 Secara teoritik, pengaruh Mao diduga memengaruhi
analisa ekonomi-politik PKI tentang struktur masyarakat Indonesia, yang
menyimpulkan masyarakat Indonesia adalah “setengah feodal, setengah jajahan.”
Pada

Desember

1957,

Mao

mendeklarasikan

program

andalan

pembangunan ekonomi yang disebut “The Great Leap Forward” atau “Lompatan
Jauh Ke Depan.” Tujuan dari program ini adalah untuk mendirikan industri Cina
yang maju dan mengimbangi kekuatan ekonomi negara kapitalis. Dalam
programnya Mao mengutamakan pembangunan industri baja dalam waktu satu
tahun dari 5,36 juta ton menjadi 10,7 juta ton. 72 Dalam aspek pembangunan
pertanian, Mao menciptakan tehnologi ganda dalam mempercepat pembangunan
industri canggih dan modren. Kegiatan pertanian dilakukan secara bersama-sama
secara serentak, pertanian persorang dilarang, penduduk ditempatkan dalam
kelompok-kelompok besar beranggotakan ribuan orang. Tujuannya untuk
mengkolektifkan hasil pertanian dan mendistribuskan hasilnya secara merata
kepada anggota komunal.

71

Coen Husain Pontoh.Mao Zedong dan Korban 70 juta Jiwa.
http://indoprogress.blogspot.com/2010/12/mao-zedong-dan-korban-75-juta-jiwa.htm
72

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Demografer Judith Banister, salah satu pendukung tesis “The Great Death
Toll” mengatakan, dilihat dari segi tingkat harapan hidup pada tahun 1973-1975,
maka posisi Cina lebih baik dari negara-negara Afrika, Timur Tengah, Asia
Selatan, dan banyak negara Amerika Latin. Pada tahun 1981, Banister bersama S.
Preston, menulis tentang “Hasil Luar Biasa” yang dicapai pemerintah Cina
berkaitan dengan pengurangan tingkat kematian, dengan tingkat harapan hidup
diperkirakan mencapai 1,5 per tahun per kalender sejak negara komunis itu
memerintah pada 1949. Tingkat angka harapan hidup meningkat dari 35 pada
1949 menjadi 65 pada 1970, saat dimana Mao masih berkuasa hingga ajal
menjemputnya. 73
Setelah program Lompatan Jauh ke Depan usai, pemerintah Mao
menerbitkan laporan yang menyebutkan bahwa tragedi itu disebabkan oleh 70
persen akibat bencana alam dan 30 persen akibat kesalahan manusia. Tetapi,
setelah rejim Deng Xiaoping berkuasa, komposisi itu dibalik: 70 persen akibat
kesalahan manusia dan 30 persen akibat bencana alam. Dan 70 persen itu
bebannya ditanggung oleh Mao Zedong.
Dalam aspek politik Mao mengagas tentang pemerintahan sepertiga yang
berisikan golongan proletariat, golongan petani dan golongan borjuasi kecil (klas
pemodal yang memiliki modal terbatas). Tujuan dari menarik klas borjuasi kecil
dalam pemerintahan adalah untuk menjalankan pembangunan nasional yang
berorientasi pada pembangunan Cina. Sebab pada tahapan awal pembangunan
73

Op.cit. Coen Husain Pontoh

Universitas Sumatera Utara

Mao beranggapan butuh menggaet kekuatan modal namun sifatnya tunduk pada
kekuasaan Partai Komunis Cina.
Bagi Mao, pekerjaan politik haruslah bertalian erat dengan pekerjaan
pekerjaan ekonomi, demikian halnya saat sistem sosial ekonomi mengalami
perubahan yang fundamental, maka seluruh aspek pekerjaan politik harus
bersinergis dengan sistem sosialis Cina. 74 Selain itu kekuataan militer juga harus
terlibat dalam pekerjaan politik partai yang diperlukan saat melaksanakan perang
rakyat. Yang tujuannya untuk menggalang kekuatan tentara merah, menggalang
kekuatan tentara sahabat, menggalang persatuan rakyat, mencerai-beraikan tentara
musuh dan menjamin kemenangan dalam pertempuran. 75
Bagi Mao Zedong dan Partai Komunis Cina, revolusi sosialis adalah
revolusi agraria dan pembangunan industri nasional yang sejatinya adalah
pembebasan Cina dari sistem kapitalisme. Perjuangan Mao dan seluruh rakyat
Cina pada masa revolusi telah membawa Cina kepada sistem ekonomi politik
sosialis. Menegasikan sistem feodal pasca kepemimpinan Dinasti Qing dan
menghancurkan sistem kapitalisme di era Chiang Kai Shek.
3.2.

Kebijakan Ekonomi Politik Deng Xiaoping
Salah satu pandangan Deng Xiaoping dalam menjalankan roda

pemerintahan adalah melalui reformasi dan keterbukaan. Deng memimpin mulai

74
Anonim. Situasi Dewasa Ini dan Tugas Kita (25 Desember 1947) , Pilihan Karya Mao Zedong, Jilid IV Hal
194
75
Anonim. Kutipan Kata-Kata Mao Tjetung. Pusaka Bahasa Asing. Peking. 1972

Universitas Sumatera Utara

akhir tahun 70-an dan mendatangkan perubahan dari seluruh aspek. Oleh karena
itu ia disebut sebagai arsitek kepala reformasi dan keterbukaan Cina. Reformasi
terhadap kebijakan dalam negeri Deng terutama termanifestasi dalam 2 aspek.
Pertama, Ia menganggap harus mengakhiri keadaan Cina selama puluhan
tahun lalu yang terus menerus mengadakan gerakan politik, sehingga
pembangunan ekonomi tidak dapat berjalan dengan normal. Harus berupaya
memelihara stabilitas negara, untuk menciptakan iklim sosial yang diperlukan
demi pembangunan ekonomi. Deng menekankan keharusan untuk dengan teguh
tak tergoyahkan menjadikan pembangunan ekonomi sebagai inti pekerjaan partai
berkuasa dan seluruh negara.
Kedua, dengan setapak demi setapak mengubah cara pengelolaan negara
terhadap pekerjaan ekonomi, yaitu dari semula yang sama sekali bersandar pada
perencanaan dan pengontrolan pemerintah berubah menjadi mengakui peranan
pengaturan penting pasar dalam operasi ekonomi. Sementara itu, Deng
menekankan pula keharusan mendorong secara menyeluruh reformasi negara atas
sistem-sistem iptek, pendidikan, kebudayaan dan kesehatan di atas dasar
perkembangan ekonomi kapitalisme.
Keadaan kapitalisasi ini kembali terjadi setelah sidang pleno III dari
kongres Partai Komunis Cina yang diselenggarakan pada bulan Desember 1978,
hasilnya menunjukan masuknya era reformasi Deng Xiaoping. Era ini lebih
dikenal dengan era restorasi kapitalisme. Sejak tahun 1978 reformasi politik dan

Universitas Sumatera Utara

ekonomi ditandai dengan dikeluarkan beberapa kebijakan yang bertujuan untuk
membongkar sistem ekonomi politik sosialis yang dibangun selama 30 tahun oleh
pemerintahan Mao Zedong. Sejak saat itu juga segala proyek khusus yang dimulai
oleh Deng bersifat kapitalis dan berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pasar.
Proyek dari para investor yang menjadi cara untuk mengembalikan Cina
transisi dari sistem sosialis ke kapitalisme.Tentu saja seluruh program ini telah
membangkitkan perlawanan dari klas buruh dan kaum tani yang selama 60 tahun
hidup dalam sistem sosialisme. Salah satu kebijakan yang paling ditentang ketika
itu adalah kebijakan reformasi perburuhan dan sistem sewa tanah dipedesaan.
Dalam kebijakannya Deng mengembalikan sistem pengupahan bagi tenaga
kerja yang bekerja. Di masa Mao, sistem upah dihapuskan, seluruh hasil kerja dari
tenaga kerja dibagikan secara merata sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja. Bagi
Deng, sistem pembagian hasil kerja adalah hak dari para kaum pemodal. Sebab
jika menjalankan sistem Mao maka ini akan merugikan para investor. Artinya ini
bertetangan dengan kebijakan Mao yang menghapuskan sistem upah bagi kaum
buruh.
Bagi kaum tani sistem kerja kolektifitas pertanian dihapuskan dan
digantikan dengan sistem sewa tanah bagi satu keluarga. alhasil mengakibatkan
sejumlah kaum tani meninggalkan pedesaan dan menjual tenaga mereka untuk
bekerja di kota. Selain mereformasi perburuhan dan agraria, Deng juga melakukan
reformasi ditatanan birokrasi dan membubarkan komune rakyat dipedesaan.

Universitas Sumatera Utara

Alhasil sistem ini telah menghapuskan tenaga kerja tetap bagi pegawai negeri.
Langkah ekonomi reformasi Cina diikuti oleh pengembangan industri manufaktur
untuk memperluas dan meningkatkan investasi yang berasal dari luar negeri.
Dalam pandangan Deng, politik tidak harus menjadi panglima dan
ekonomi bisa tidak mengikuti pandangan politik. Deng menyebutkan Cina di
eranya masih menganut paham sosialisme secara politik, akan tetapi sosialisme
dengan ciri khusus. Seperti diungkapkan Chen Yun seorang petinggi PKC pada
tahun 1924 keterbukaan terhadap dunia luar dan dijalankannya politik yang lebih
luwes (yang berarti masuknya modal asing dan politik revisionis). Sehingga tidak
heran jika secara ekonomi cina tidak lagi sosialis. Cina tidak memprioritaskan
kepada sektor ekonomi yang menghasilkan pertumbuhan yang pesat tanpa
intervensi pemerintahan.
Cina membuka peluang penanaman modal asing untuk membawa Cina
kepada perekonomian global. Kebijakan yang diambil adalah kebijakan pintu
terbuka (Kaifang Zhenzheb). Tujuanya untuk membuka, memperlancar dan
memodrenisasi melalui pengembangan tehnologi dengan mengutamakan modal
dari investor. Alhasil dalam waktu satu tahun Cina mampu meraup miliaran uang
dalam bentuk investasi maupun pinjaman. Penekanan dalam program ini
menerapkan tiga cara 76:

76

Nanda Akbar. Transformasi Besar Cina , Dinamika Negara Dalam Kebangkitan Ekonomi. Jogja Media
Utama. Yogya. 2011. Hal 32

Universitas Sumatera Utara

1. Joint Venture: Ini merupakan sebuah ide bisnis untuk menjalin patungan antara
negara kapitalisme dan negara sosialis. Sejak tahun 1979 telah terjadi dua ribu
kesepakatan, sebagai contoh hubungan kerja sama antara perusahaan American
Motor Coorporation dan Cina dalam memproduksi mobil jenis jeep dan mesinnya
di Bejing.
2. Counter Trade: Cara lain untuk meningkatkan investasi asing dan alih
tehnologi. Tehniknya adalah penundaan pembayaran peralatan sampai hasil
pengolahan barang terjual. Dilakukan untuk menjaga devisi Cina.
3. Zona Ekonomi Khusus (ZEK): adalah zona yang bebas dari pajak. Pada masa
Deng, Cina menempatkan 4 pelabuhan sebagai ZEK. Tujuan dari dibuatnya zona
ini adalah untuk mempermudah bagi investor untuk terhindar dari pajak.
Selain itu dalam pengembangan aspek perdagangan Cina bergabung
dengan organisasi perdagangan dunia atau biasa disebut World Trade
Organization (WTO) pada tahun 1986, alhasil Cina menjalankan kebijakan
ekonomi yang bersifat terbuka seperti menurunkan tarif import untuk berbagai
produk baik industri maupun pertanian, memperbolehkan perusahaan luar negeri
untuk memasarkan barang-barang secara langsung di Cina, membuka lebih luas
bidang telekomunikasi dan keuangan bagi kompetitor luar.
Pada tahun 1976, Deng memperkuat posisinya dengan menjalin hubungan
kerja sama dengan negara barat. Pada tahun 1979 Amerika Serikat memberikan
pengenalan diplomatik penuh kepada Cina dan menjalin kerja sama dengan

Universitas Sumatera Utara

Amerika Serikat sebagai negara kiblat ekonomi kapitalis. 77 Mulai sejak saat itu
terjadi privatisasi pada perusahaan milik negara, perusahaan swasta diberi ruang
untuk berkembang, investor asing diberi intensif tinggi, pasar saham diizinkan.
Variabel umum yang menjadi pertimbangan adalah deng menafsirkan ajaran
komunis adalah kepentingan ekonomi.
Secara singkat kebijakan ini terlihat sebagai keberhasilan Deng dalam
membangun ekonomi Cina. Deng membiarkan investasi masuk dengan lancar,
perusahan swasta dibiarkan tumbuh pesat, alhasil Cina menjadi ekonomi pasar
sosialis yang membangun sebuah sistem ekonomi dimana kepemilikan pribadi
adalah arus utama.

Akan tetapi jika kita telusuri secara politik kebijakan Deng

ini sangatlah tidak sesuai dengan ajaran Marx yang memang anti terhadap
investasi. Sehingga menjadi sebuah kondisi yang paradoks jika Deng menyebut
Cina secara politik berpaham sosialis dan sistem ekonomi kapitalis.
3.3. Perbedaan Sistem Ekonomi Politik Mao Zedong Dengan Sistem
Ekonomi Politik Deng Xiaoping
Jika kita melihat dari seluruh aspek kebijakan ekonomi politik Mao dan
Deng, maka akan banyak perbedaan yang mendasar dalam menjalankan
pemerintahan di Cina. Walaupun dalam satu aspek keduanya mengadopsi paham
sosialis dalam sistem politik negara Cina. Akan tetapi dalam pelaksanaan sistem
ekonominya Deng lebih kompromis jika dibandingkan dengan Mao. Dilain sisi

77

Sutopo FX. China Sejarah Singkat. Ar-Ruzz Media. 2009. Hal 32

Universitas Sumatera Utara

Mao lebih ideologis dibandingkan dengan Deng dalam melihat sosialisme sebagai
hari depan Cina. Dari perbedaan ini, penulis akan mencoba untuk menganalisis
perbedaan sistem politik Cina dari kepemimpinan dua kepala pemerintah ini.
Sehingga

dalam

pemaparan

penulis

dapat

menyajikan

faktor

yang

melararbelakangi peralihan sistem ekonomi politik di Cina.
3.3.1. Pembangunan Politik Negara Cina
Di era Mao Zedong, pembangunan politik Cina begitu di prioritaskan. Hal
ini didasari oleh pembangunan ideologi sosialisme bagi masyarakat Cina. Jauh
sebelum Cina menjalankan revolusi sosialnya, Mao Zedong bersama Partai
Komunis

Cina

menjalankan

program-program

partai

yang

tujuannya

memperbesar front persatuan nasional. Front persatuan inilah yang berisikan
barisan persatuan antara klas buruh, kaum tani, tentara rakyat, dan partai. Dalam
program-program

partai

komunis

cina,

seluruhnya

berorientasi

kepada

meningkatkan pemahaman kader partai tentang tujuan dari menjalankan revolusi.
Selain itu propaganda juga dijalankan untuk tujuan memperbesar pengaruh
partai. Pekerjaan politik di era Mao ini berbilang cukup berhasil dengan cepat.
Kondisi ini dipengaruhi oleh masyarakat Cina yang ketika itu dimiskinkan oleh
perang melawan Jepang dan sistem feodal dinasti yang dianggap mulai usang
ketika itu. Inilah yang membangun watak nasionalis dan revolusioner bagi
masyarakat Cina untuk keluar dari kemiskinan. Sebab, keadaan perang akan
mempercepat penyebaran gerakan pembebasan nasional.

Universitas Sumatera Utara

Pasca sudah besarnya front persatuan nasional. PKC bersama masyarakat
Cina yang sudah sepakat dengan sistem sosialis menjalankanLong March pada
tahun 1934 dari Cina bagian tenggara sampai ke Cina Barat laut. Hal ini
mendapatkan simpati yang besar dari masyarakat petani di pedesaan. Padahal saat
itu Cina masih dikuasai oleh kekuatanx Nasionalis (Kuomintang) pimpinan
Chiang Kai Sek. Tetapi ketika terjadi perang Cina–Jepang pada tahun 1937,
kekuatan komunis dan nasionalis menjadi bersatu melawan Jepang.
Pasca perang Cina-Jepang ini terjadi perebutan kekuasan antara kaum
komunis dan kaum nasionalis yang berakibat kaum Nasionalis nenyingkir ke
kepulauan Taiwan. Partai Komunis Cina sebagai partai yang berkuasa pada tahun
1949 mendirikan Republik Rakyat Cina dan menjadikan Mao Zedong sebagai
presidennya. Mao berhasil membangun kekuatan politik sosialis. Sebuah hasil
yang gilang gemilang bagi partai komunis Cina.
Setelah berdirnya negara Republik Rakyat Cina dibawah kepemimipinan
PKC, segala aspek yang berhaluan individualis, liberalisasi dan kapitalitalisasi
dihilangkan dari Cina. Pembangunan politik Mao tidaklah berhenti sampai disitu,
pasca revolusi Mao tetap menjalankan pembangungan politik sosialis dengan
menjalankan kediktatoran proletariat. Esensi dari program ini adalah untuk
menghapuskan ide-ide kapitalis yang selama ini ditanamkan dalam sistem
pemerintahan melalui program edukasi, propaganda, agitasi, dan program
ideologi.

Universitas Sumatera Utara

Seluruh program ini merupakan bagian dari skema mengikis sisa-sisa
pikiran borjuasi masyarakat Cina. Suatu yang tidak terpisahkan untuk sistem
masyarakat tanpa klas yang dicita-citakan oleh Karl Marx. Perjuangan Mao dan
PKC dalam melancarkan revolusi telah menarik simpatik masyarakat luas,
pekerjaan politik dan ideologi yang berkelanjutan telah bertalian erat dengan
pembangunan kekuatan militer untuk bisa mengimbangi kekuatan tentara negara
musuh. Mao memandang doktrin militer yang integral dan secara eksplisit
menghubungkan ideologi politiknya dengan strategi militer adalah sebuah hal
yang ikhwal.
Dalam pemikiran Maois, "kekuasaan politik berasal dari moncong
senapan", dan kaum buruh tani dapat dimobilisasi untuk melakukan perang rakyat
dalam perjuangan bersenjata yang melibatkan perang gerilya. Tahap pertama
melibatkan mobilisasi dan pengorganisasian kaum buruh dan tani. Tahap kedua
melibatkan pembangunan wilayah basis di pedesaan dan peningkatan koordinasi
di antara organisasi-organisasi gerilya. Tahap ketiga melibatkan transisi ke perang
rakyat.
Berbeda halnya dengan pembangunan politik di eranya Deng Xiaoping,
secara khusus program Deng Xiaoping tidak terlalu menekankan pada program
pembangunan politik. Bagi Deng pekerjaan politik tidaklah harus lebih
diutamakan dari pada pekerjaan ekonomi. Seperti yang sudah dijelaskan pada sub
bab diatas bahwa kedudukan Deng sebenarnya bersifat paradoks. Deng lebih
dikenal dengan gerakan reformasinya. Deng memang tidak secara terang-terangan

Universitas Sumatera Utara

mengubah sistem politik Cina dari sosialis menjadi kapitalisme. Tetapi Deng
mengubah sistem basisnya yaitu ekonomi.
Alasannya, perkembangan masyarakat akan ditentukan oleh bidang-bidang
produksi. Bidang ekonomi adalah basis, sedangkan dua dimensi yaitu institusi
sosial dan bentuk-bentuk kesadaran sosial adalah bangunan atau suprastuktur.
Ciri-ciri yang menentukan bentuk ekonomi adalah klas-klas sosial dalam
masyarakat. Artinya jika Deng menjalankan sistem ekonomi dan politik yang
berbeda, sebenarnya Deng sedang menjalankan sistem kapitalisme. Cina boleh
saja mengatakan diri sebagai negara penganut paham sosialis di masa Deng secara
politik. Tetapi bagi kaum Marxis Cina dimasa Deng hanyalah negara kapitalis.
Sikap dan pandangan Deng tentang penyatuan ideologi kapitalis dan
sosialis tidaklah terlepas dari kedudukan Deng sebagai klas borjuasi. Menurut
teori Marx klas borjuasi akan lebih bimbang dalam menentukan sikap politiknya.
Sebab klas ini memiliki modal/kapital untuk mengubah taraf hidupnya. Begitu
halnya dengan Deng, Pasca kematian Mao dan runtuhnya Uni Soviet kedudukan
ideologi sosialis mengalami gejolak penurunan drastis yang begitu besar dari
kalangan borjuasi ketika itu. Sebab ketika itu klas borjuasi adalah klas yang
berkuasa dinegara dunia.
Alhasil, segala gerakan yang berhaluan sosialis dibeberapa negara
dianggap sebagai gerakan yang haram dan terlarang. Dokrtrin negatif tentang
pembantaian masyarakat dan anti agama menjadikan gerakan sosialis dikerdilkan.

Universitas Sumatera Utara

Maka beberapa kalangan borjuasi mulai merevisi ajaran sosialis dengan
menghilangkan esensi awalnya untuk menghapuskan sistem klas dalam
masyarakat. Deng ketika itu juga melakukan revisi pada ajaran Mao. Sistem yang
selama 30 tahun dibangun oleh Mao digantikan dengan sistem sosialis ciri khusus
Cina oleh Deng. Deng adalah bentuk pemerintahan revisionis modern yang
memoderatkan ajaran Marx. Tidak akan dapat terwujud sistem sosialis tanpa
sistem ekonomi yang sosialisme juga.
3.3.2. Kebijakan Ekonomi Politik Cina
Ideologi kapitalisme yang mempertahankan sistem ekonomi monopolilah
yang menjadi cikal bakal lahirnya ideologi sosialisme. Kelahiran sistem
sosialisme Cina didasari oleh watak kapitalisme yang eksploitatif, ekspansif dan
akumulatif modal menjadikan kelas pekerja hidup dalam keterasingan. Jadi Marx
mengatakan, “Bahwa sebaiknya kita curiga kalau pengusaha mengkhotbahi
masyarakat tentang nilai-nilai luhur serta kewajiban moral mereka. Sering tanpa
disadari, khotbah-khotbah macam itu sarat dengan pamrih, alias ideologi.
Oleh karena itu sosialisme merupakan keyakinan bahwa kosentrasi alatalat produksi yang dikuasai bersama-sama untuk kebutuhan bersama. kritikan
Marx terhadap sistem kapitalisme yang beranggapan bahwa kaum borjuis
menyatakan dengan menundukkan alam pada manusia, menerapkan sitem kimia
pada industri dan membuat sarana/alat produksi yang berteknologi tinggi, telah
menciptakan kekuatan produksi yang lebih masif dibandingkan generasi

Universitas Sumatera Utara

berikutnya. Sehingga pada puncaknya terjadi pertentangan kelas yang semakin
meningkat.” 78
Dengan demikian Karl Marx mengutamakan perubahan sosial melalui
sebuah perjuangan bersenjata yang dijalankan oleh rakyat atau revolusi untuk
mencapai masyarakat tanpa klas yakni, Sosialisme. Revolusi dapat dilihat sebagai
sudut pandang yang maju, progresif dan radikal melawan kekuatan konservatif.
Kekuatan konservatif adalah golongan penguasa alat-alat produksi dan kekuatan
progresif adalah klas proletar yang hidup dalam keterasingan ekonomi, politik
sosial dan budaya. Untuk itu tidak ada jalan lain selain menjalankan revolusi
sosial untuk menggantikan kekuatan konservatif.
Jika berkaca pada pandangan Marx, keberhasilan Mao dan PKC dalam
menjalankan revolusi adalah sebuah usaha untuk menghapuskan sistem monopoli
alat produksi di Cina. Penggulingan kekuasaan Partai Kuomintang dan perjuangan
melawan kolonialisme merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan
rakyat Cina ketika itu merampas tanah-tanah yang dikuasai oleh tuan tahan,
penumbangan kekuasaan rezim nasionalis Kuomintang.
Mao berhasil mendirikan negara komunis Cina. Bukan berarti Cina
mendadak menjadi negara sosialis secara tiba-tiba. Tidak selesai sampai disitu
pasca menjadi kepala negara, Mao menjalankan pendistribusian tanah yang
selama ini dikuasai oleh tuan-tuan tanah, penghapusan sistem upah, kolektifitas

78

Suar Suroso, Marxisme sebuah kajian. Hasta Mitra, 2009

Universitas Sumatera Utara

pertanian, dan program lompatan jauh kedepan. Klas borjuasi diberi ruang tapi
tidak diberi kesempatan untuk kembali melakukan monopoli atas alat produksi.
Alat produksi kini dikuasai oleh masyarakat, klas buruh dan kaum tani kini
berdaulat atas hasil produksinya, sistem kerja kolektif dijalankan dipedesaan dan
pembangunan industri di perkotaan. Seluruhnya dilakukan secara kolektif tanpa
campur tangan negara kapitalis, tanpa pinjaman ataupun investasi. Watak borjuasi
yang selama ini melekat pada masyarakat mulai perlahan hilang. Seluruhnya
dijalankan atas dasar kolektif.
Situasi ini berubah, ketika Deng Xiaoping mengubah sistem ekonomi Cina
lebih kearah kapitalisme. Cina kembali menyerahkan aset yang sudah dirampas
saat revolusi kepada pihak asing dalam bentuk privatisasi, menjalankan praktek
liberalisasi, dan menjalin kerja sama dengan negara kapitalisme. Suatu hal yang
menarik dari fenomena ini ketika Cina menjadi negara kapitalis, borjuasinya
adalah golongan dari keluarga pemerintahan atau keluarga anggota partai
komunis.
Yang perlu dicatat adalah bahwa gejala memperkaya diri di kalangan para
pejabat partai dan pemerintah dan keluarganya melalui berbagai macam bisnis,
yang dibikin maju dan berkembang berkat hubungan dan kedudukannya,
merupakan sesuatu yang biasa dan bukan rahasia lagi dalam “Sosialisme dengan
Ciri Khusus Cina.” Kritikan pedas juga mulai berdatangan dari 170 anggota partai

Universitas Sumatera Utara

dan kader PKC yang masih memegang pandangan Marx, sehingga mereka
mengeluarkan surat yang berisikan tentang:
Begitu diumumkan keterbukaan terhadap dunia luar dan dijalankannya
politik yang lebih luwes, beberapa kader dalam Partai, Pemerintah dan
Militer, bersama dengan anak-anaknya, langsung dengan tergesa-gesa
terjun ke dalam dunia usaha. Menurut sejumlah survei (lebih dari 12) yang
dilakukan di kota dan provinsi, sejak kwartal keempat tahun lalu telah
didirikan lebih dari 20 ribu usaha. Mayoritas dari 20 ribu usaha itu
didirikan melalui koneksi antara pejabat-pejabat ini dengan bisnis ilegal
baik dalam negeri maupun luar negeri. Mereka menggunakan lubanglubang di reformasi untuk melakukan segala macam transaksi ilegal
termasuk pembelian dan penjualan ilegal, penyuapan dan penerimaan
suapan, pembayaran di bawah meja, pemalsuan fakta-fakta, penghindaran
pembayaran pajak, pembuatan dan penjualan obat palsu, anggur palsu,
pembunuhan, penjualan dan pertunjukan pornografi dan menarik wanita ke
dunia pelacuran. Semua hal yang busuk dan buruk ini telah terjadi.
Ideologi kapitalis hina “hanya uang yang penting” sedang dengan serius
mengikis Partai dan masyarakat kita.79

Keadaan

ini

lah

yang

menjadi

alasan

para

pemimpin

Cina

mempertahankan sistem politik yang sosialis akan tetapi dalam aspek ekonomi
mereka memilih untuk kapitalis. Sebab secara analisis jika menggunakan sistem
politik yang diktator layaknya negara komunis, maka sama halnya ini cara untuk
mempertahankan kepemimpinan borjuasi sebab tidak ada pergantian di negara
sosialis khusus Cina selain dari klas borjuasi sendiri. Ini yang menjadi analisis
terpenting dari poin ini, kebijakan yang diambil Deng adalah langkah mundur
yang sejak lama sudah ditinggalkan oleh Mao. Lantas bagaimana Cina di era
pasca Deng dengan menggunakan sistem kapitalisme?
Memang saat itu Cina menjelma menjadi negara kapitalis superior, negara
ini seakan menunjukkan kemajuan pesat perekonomiannya. Namun pada
79

Surat 170 Anggota dan Kader PKT Ditujukan Kepada Sekretaris Jenderal PKC,Seluruh Anggota Polibiro
PKT dan Seluruh Peserta Kongres PKT ke XVII”. Diterjemahkan oleh KKDR

Universitas Sumatera Utara

akhirnya, turut mengalami kebangkrutan ekonomi dibawah sistem imperialisme.
Bahkan beberapa tahun sebelum tahun 2016, China telah mengalami gelombang
arus resesi ekonomi yang ditandai dengan pernyataan resmi Dewan Negara China
dalam tema “Status Sumber Daya Manusia Kertas Putih China” pada akhir tahun
2009 lalu.
Ditegaskan bahwa pada tahun tersebut, terdapat tidak kurang dari 27%
atau sekitar 288 juta jiwa dari total angkatan kerjanya sebanyak 1,07 miliar jiwa
berada dalam posisi status pengangguran. Kemudian di tahun 2010 berdasarkan
survey World Bank, dijelaskan bahwa China masih memiliki 150 juta orang hidup
dibawah garis kemiskinan yang berpenghasilan kurang dari 1 dolar per hari
sebagai ukuran garis kemiskinan internasional. Diakhir tahun 2010, Standart and
Chartered juga telah memperkirakan bahwa China terancam mengalami gagal
bayar atas utang pemerintahannya sebesar 8-9 triliun yuan atau sekitar 1,2 – 1,4
triliun dolar AS.
Dimana sejumlah dana tersebut selama ini digunakan untuk memberikan
suntikan dana kepada berbagai perusahaan-perusahaan besar terutama yang
berada di provinsi Liaoning China. Rentetan gelombang resesi ekonomi China
diatas yang terjadi secara fluktuatif, mengakibatkan lonjakan krisis yang terjadi
saat ini di China. Hal ini dibuktikan dengan kebijakan devaluasi yuan pada
pertengahan agustus lalu sebanyak 2 kali dengan total devaluasi sebesar 3,6%
sehingga mengakibatkan nilai tukar yuan kepada dolar jatuh ke angka 6,3306
yuan per dolar AS.

Universitas Sumatera Utara

Kebijakan devaluasi yuan oleh People’s Bank of China (PBC) pada 11 dan
12 Agustus 2015 bertujuan untuk meningkatkan kembali nilai export negara ini
yang sedang mengalami kemerosotan sebesar 8,3% pada Juli 2015. Pasalnya
aktivitas export China selama ini merupakan sumber utama dari PDB negara
tersebut atau tidak kurang dari 60% PDBnya. Sementara 60% nilai export China
selama ini dari PDB nya, pada kenyataannya tidak terlepas dari peran investasi
saham perusahaan MNC dunia. Sehingga keadaan demikian yang juga berujung
kepada anjloknya nilai saham di Bursa Saham Shanghai hingga 30% pada Juli
lalu.
3.3.3. Kediktatoran Klas Masyarakat Cina
Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan Friedirch Engles terhadap
kapitalisme yang menjadikan dua golongan besar antara klas borjuasi dan klas
proletariat. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi dari
hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme. Dalam struktural
masyarakat

kapitalisme

golongan

ini

memiliki

golongan

yang

saling

berkontradiksi dan wataknya antagonistik, dimana hubungan tersebut bersifat
eksploitatif, sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh pemikir sosial lainnya. Secara
khusus klas ini membagi masyarakat kedalam dua hubungan yang berbeda,
menjadi klas penghisap dan terhisap.
Lahirnya klas penghisap dalam masyarakat kapitalisme dikarenakan
kedudukan alat produksi yang dimonopoli secara besar-besaran oleh golongan

Universitas Sumatera Utara

borjuasi. Sebaliknya lahirnya klas penghisap dalam masyarakat kapitalisme
dikarenakan termonopolinya alat produksi sehingga klas terhisap harus menjual
tenaganya kepada klas penghisap. Jumlah klas borjuasi secara kuantitas lebih
sedikit jika dibandingkan dengan jumlah klas proletariat. Tentu keadaan inilah
yang membuat kemiskinan yang meraja rela begitu besar dikalangan masyarakat.
Selain klas proletariat tidak memiliki alat produksi, klas ini juga harus
berhadapan dengan negara milik kapitalisme. Kedudukan negara dalam sistem
masyarakat Kapitalisme adalah alat klas bagi klas borjuasi. Berbagai kebijakan
dikeluarkan oleh pada birokrat negara dengan tujuan untuk melanggengkan
kepentingan klas borjuasi. Keadaan ini terus berlangsung sejak awal kapitalisme
sampai ke fase imperialisme. Tapi bukan berarti keadaan memiskinkan ini tidak
mendapat perlawanan dari klas terhisap. Perjuangan klas terhisap sudah dimulai
sendiri oleh Karl Marx melalui Revolusi Paris, kemudian perlawanan perjuangan
menghapuskan klas juga dipraktekan oleh Lennin melalui Revolusi Oktober dan
Mao Zedong melalui Revolusi Tiongkok. Perjuangan ini bukan tanpa sebab, atau
semata-mata akibat kondisi eksploitasi oleh klas borjuasi.
Melalui filsafat materialisme dialektika histori, Marx berdalil bahwa
sistem penghisap manusia atas manusia adalah sebuah turunan dari setiap
masanya selama masih ada penguasaan dan monopoli atas individu. Selama itu
pula kontradiksi akan melahirkan sebuah peradaban baru, bagi Marx peradaban itu
adalah peradaban masyarkat tanpa klas yaitu sosialisme menuju komunisme.

Universitas Sumatera Utara

Sebagian kaum revisionis mencoba merevisi pandangan ini yang beranggapan
bahwa pertentangan klas bisa didamaikan tanpa harus melalui jalan kekerasaan.
Jika dihubungkan dengan praktek perjungan klas yang dijalankan oleh
Mao Zedong, perjuangan klas yang dijalankan telah melibatkan mayoritas
penduduk Cina. Perebutan kekuasaan telah berbuah manis bagi kemenangan
partai komunis cina. Pasca revolusi, Mao mencoba menghapuskan sistem klas
dalam masyarakat. Caranya dengan membangun kekuasaan diktator proletariat.
Klas borjuasi besar direbut hartanya dan kelompok tuan tanah besar dirampas
tanahnya, seluruhnya diserahkan ke negara dan negara mendistribusikan kepada
masyarakat. Kelompok anti komunis dan kaum feodal mereka perangi. Klas
borjuasi sedang dan borjuasi kecil dicoba untuk digaet dalam front persatuan
nasional Cina.
Dalam tahapan awal klas borjuasi dibiarkan untuk tetap ada di Cina, tetapi
klas borjuasi dilarang keras untuk melakukan akumulasi modal. Seluruhnya
diintervensi oleh PKC. Secara perlahan watak-watak kapitalis klas borjuasi akan
terkikis seiring dengan kegiatan propaganda dan pendidikan ideologi sosialis oleh
polit biro PKC. Tugas utama polit biro adalah menjalankan sistem pengkaderan
dengan meningkatkan pemahaman ideologis sosialisme bagi kader PKC. Bagi
Mao klas borjuasi bisa digaet tapi bukan untuk membiarkan sistem monopoli terus
eksis di Cina. Klas dalam masyarakat akan hilang seiring dengan kediktatoran
klas proletar atas klas borjuasi.

Universitas Sumatera Utara

Partai Komunis Cina harus menjadi detasemen termaju dalam membangun
ideologi sosialis. Kediktatoran klas dalam masyarakat sosialis harus memiliki hari
depan masyarakat tanpa klas tanpa harus kompromi dengan pihak klas borjuasi.
Inilah yang ditunjukan oleh Mao dan PKC dalam menjalankan kediktatorannya.
Kontradiksi klas masyarakat Cina di era Deng Xiaoping terlihat lebih lembut dan
bersifat kompromi. Deng beranggapan bahwa klas borjuasi dan klas proletariat
harus bergandengan tangan untuk membangun Cina. Deng menggantungkan
harapan kepada klas borjuasi untuk menanamkan modalnya di pembangunan
Cina.
Keterbukaan Cina di masa Deng menandakan sistem kapitalisme
mendomiasi struktur masyarakat. Maka tidak heran ketika kedudukan klas
proletar akan kembali didiktatori oleh klas borjuasi kembali. Hal ini terlihat dari
susunan pemerintahan Cina di masa Deng. Golongan-golongan pengikut ajaran
Mao digantikan dengan orang-orang revisionis moderen untuk mengisi bagian
krusial dalam pemerintahan dan Partai Komunis Cina. Tentu dampaknya adalah
persatuan yang sudah dibangun antara klas buruh dan kaum tani terilusikan
dengan program Deng dan tidak lagi bersatu dalam garis sentralisme demokratik
partai.
Partai sudah dipimpin oleh kalangan oligarkhi yang memperoleh kekayaan
dari hasil penanaman investasi. Mereka adalah kelompok bangsawan yang
mendanai instrument politik agar bisnis yang dijalankan oleh para kelompok
oligarki

memperoleh

dukungan

sehingga

semakin

besar

dan

otomatis

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan keuntungan secara cepat dibandingkan melalui jalur bisnis yang
murni tanpa koneksi. Kepentingan klas pemodal dan bangsawan tidak sedikit
untuk menumbangkan dominasi klas proletar di partai. Dominasi klas proletar
dalam partai tentu akan sangat menggangu keberadaan mereka dalam mengatur
perekonomian Cina.
Dominasi klas proletar dalam kepemimpinan partai tidak lagi dominan.
Kondisi perang ideologi ini yang mekan keberadaan klas buruh dalam tubuh
partai. Partai yang seharusnya sudah mampu untuk menancapkan dominasi atas
ajaran sosialisme sejak era Mao kembali dihadapkan kepada tekanan kaum
borjuasi dalam negeri. Borjuasi yang mengatasnamakan dirinya sebagai watak
klas proletar namun tingak lakunya liberal dan mengotak-atik ajaran Karl Marx
(revisionis modern).
Kegagalan Cina dalam mempertahankan sistem sosialisme sebenarnya
bukanlah karena kaum sosialis melainkan kegagalan kaum revisionis modern
yang mengotak-atik sistem yang sejak lama dibangun oleh Mao. Cina diera Deng
tidak memberikan ajaran sosialis yang sesuai dengan ajaran klas dalam perspektif
Marx.
Atas kondisi diatas kita dapat mengalisis tentang dominasi klas mana yang
ada dalam PKC. Dominasi klas dalam partai tentu akan sangat mempengaruhi
kedudukan klas buruh dalam mendiktatori klas borjuasi. Karena kediktatoran
proletariat merupakan rentetan tahapan menuju masyarakat komunisme yang

Universitas Sumatera Utara

tanpa klas. Sistem diktator proletariat yang dijalankan oleh Mao melalui
pemerintahan seperti dengan melibatkan klas buruh dan kaum tani adalah bentuk
konkreat dari program perjuangan klas. Kediktatoran proletariat tidak kita
temukan dalam PKC masa kepemimpinan Deng. Deng lebih memilih meletakan
kepemimpinan kepada kelompok borjuasi dengan tujuan untuk mendapatkan
asupan dana untuk menyelamatkan Cina dari kondisi krisis.
3.3.4. Kebijakan Kebudayaan Cina
Didalam membangun kebudayaan proletariat, Mao beranggapan bahwa
penting untuk belajar dari munculnya revisionis modern di Uni Soviet, Mao
menyadari bahwa di Cina juga ada bahaya restorasi kapitalisme. Kebijakan itu
tidak datang dari musuh negara reaksi atau dari kubu imperialisme secara
langsung tapi mereka menyusup dalam tubuh kepemimpinan partai, pemerintahan,
militer maupun budaya. Untuk itu Mao menjalankan revolusi besar kebudayaan
proletariat, pada dasarnya adalah sebuah revolusi politik besar yang dipimpin oleh
klas proletariat melawan klas borjuasi dan semua klas penghisap lainnya dibawah
kondisi sosialisme.
Program RBKP dilancarkan dibawah kondisi sosialisme dan kediktatoran
proletariat. Dalam RBKP rakyat diberikan kebebasan untuk melakukan 4
kebebasan besar yaitu kebebasan berbicara, mengemukakan pendapat sebebasbebasnya, mengadakan perdebatan besar, dan menulis poster dengan huruf besar.
Program ini dikecam dan dianggap sebagai sebuah teror bagi negara kapitalisme

Universitas Sumatera Utara

dan dianggap sebagai kediktatoran yang kejam. Sebab melalui program RBKP
kalangan borjuasi tidak dibiarkan berada dalam situasi yang bebas. Masyarakat
dibiarkan untuk memilih pemimpinnya.
Dalam sistem masyarakat sosialis masih dimungkinkan untuk bangkitnya
kaum revisionisme yang membelokkan tujuan dari sosialisme, hal ini dikarenakan
berbagai macam kontradiksi, ketimpangan dan ketidaksetaraan yang diwarisi dari
masyarakat lama yang tidak mungkin lenyap dalam beberapa tahun. Ketidak
setaraan ini berupa ketidaksetaraan dalam mendapatkan gaji, kesempatan
pendidikan dan kesempatan kerja di kota dan dipedesaan. Hal ini yang
menciptakan rasa tidak sepenanggungan, egois dan hak istimewa. Inilah sebuah
karakter klas borjuasi.
Dalam periode pembangunan sosialis selain adanya klas, kontradiksi,
perjuangan klas, dan masih ada juga ketidaksesuaian antara basis ekonomi dengan
bangunan atasnya (pendidikan, politik, kebudayaan, ideologi dan lain sebagainya).
Masalah inilah perubahan dalam basis material ekonomi terjadi begitu cepat jika
dibandingkan dengan perubahan dalam bangunan atas. Kondisi inilah yang
membangkitkan budaya lahir dan berkembangnya sebuah elit dari kalangan
borjuasi baru di Cina.
Masyarakat Cina melihat dan merasakan tingkah la