Sistem Ekonomi Politik Cina

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Akbar, Nanda. 2011. Transformasi Besar Cina , Dinamika Negara Dalam Kebangkitan Ekonomi. Yogyakarta: Jogja Media Utama

Bakry, Umar Suryadi. 1997. Ekonomi Politik Internasional. Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Jayabaya

Creshwell, John W. 2012. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Darsono. 2007. Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Jakarta: Diadit Media

Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta : Erlangga

________. 2007. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Engels, Frederick. 2005. Dialektika Alam. Jakarta : Hasta Mitra

Lukman, Tatiana. 2013. Alternatif. Jakarta: Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat Mandel, Ernest. 2006. Tesis Tesis Pokok Marxisme. Yogyakarta: Resist Book Mas’oed, Mochtar. 2008. Ekonomi Politik Internasional dan Pembangunan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nainggolan, Poltak Partogi. 1995. Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping. Jakarta: PT Fajar Inter Pertama

Nawawi, Hadar. 1987. Metodelogi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Njoto. 1962. Marxisme : Ilmu dan Amalnya. Harian Rajat

Oded, Shenkar. 2005. The Chinese Century, Bangkitnya Raksasa China dan Dampaknya terhadap Perekonomian Global, Pearson Education, Inc

Santoso, Nur Sayyid. 2012. Negara Marxis dan Revolusi Proletariat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sukisman, WD. 1992. Sejarah Cina Kontemporer: Dari Revolusi Nasional Melalui Revolusi Kebudayaan Sampai Modrenisasi Sosialis. Jakarta:PT. Pradnya Paramita


(2)

Suroso, Suar. 2009. Marxisme sebuah kajian. Jakarta: Hasta Mitra Sutopo, FX. 2012. China Sejarah Singkat. Yogyakarta: Garasi

Wibowo, I. 2000. Negara dan Masyarakat (Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Jurnal dan Artikel :

Agustiati. 2009. “Sistem Ekonomi Kapitalisme”. Jurnal Portal Garuda. Vol. 1 Nomor 2

Anonim. “Kutipan Kata-Kata Mao Tjetung”. Pusaka Bahasa Asing. Peking. 1972 Anonim. “Situasi Dewasa Ini dan Tugas Kita” (25 Desember 1947) , Pilihan

Karya Mao Zedong, Jilid IV Hal 194

Daulay, J. Fachruddin. “Orang Tionghoa: Bangsa Tertua Di Asia, Sejarah, dan Latar Belakang Awal Persebarannya”

Daraini, Ririn. 2010. “Garis Besar Sejarah Cina Era Mao”.

Dillard, Dudley. 1988. “The Barter Illusion in Classical and Neoclassical Economics”. Eastern Economics. Journal Vol. XIV, No. 4 Oktober-Desember. Hal. 309

Surat 170 Anggota dan Kader PKT Ditujukan Kepada Sekretaris Jenderal PKC,Seluruh Anggota Polibiro PKT dan Seluruh Peserta Kongres PKT ke XVII”. Diterjemahkan oleh KKDR

Skripsi :

Akbar, Hikmatul. 2010. “Politik Identitas: Perkembangan Kapitalisme Sebagai Identitas Baru Cina Pada Abad 21.

Daraini, Ririn. 2010. “Garis Besar Sejarah Cina Era Mao”.

Situs Internet :

Central Intelligence Agency (US). “The World Factbook : East & Southeast Asia

: CHINA”.Diakses melalui :


(3)

Dinaviriya. “Periode Negara Berperang (Zhan Guo) dalam Sejarah China”. Diakses melalui :

6:00 WIB

Dinaviriya. “Sejarah Dinasti Qing”. Diakses melalui: 08:23 WIB

Dinaviriya. “Sejarah Dinasti Xia”. Diakses melalui :

pada 4 Desember 2016, Pukul 03:23 WIB

International Business Publications, USA. 2013. China Automotive Industry Handbook Strategic Information and Contacts. Washington DC : USA.

[Google Books]. Hal 28.

Desember 2016, Pukul 20.06 WIB

Mao Zedong dan Korban 70 juta Jiwa. Diakses melalui:

Pontoh, Coen Husain. Mao Zedong dan Korban 70 juta Jiwa. Diakses melalui: juta-jiwa.htm pada 28 Desember 2016, Pukul 22.23 WIB

repository.upi.edu/3619/4/S_SEJ_0806117_Chapter1.pdf Diakses pada tanggal 6 Desember 2016

Wikipedia. “Perang Candu”. Diakses melalui : 20.05 WIB

Wikipedia. “Republik Rakyat Tiongkok”. Diakses melalui :

Pada 6

Desember 2016 , pukul 23.05 WIB

Wikipedia. “Sejarah Tiongkok”. Diakses melalui: https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Tiongkok pada tanggal 4 Desember

2016, Pukul 18:51

Wikipedia. “Maoisme atau Pemikiran Mao Zedong”. Diakses melalui: Wiriaatmadja. 2013. Dikutip dalam Neng Marlina Efendi. 2013. Madame Mao :

The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976). [Skripsi]


(4)

BAB III

PERALIHAN SISTEM EKONOMI SOSIALISME CINA MENUJU SISTEM EKONOMI KAPITALISME

Pasca Perang Dunia II, sulit bagi negeri penjajah untuk mempertahankan bentuk penjajahan langsung, sebab masyarakat di negeri terjajah mulai bangkit perjuangan melawan penjajahan tersebut di seluruh belahan dunia. Deru revolusi sosialis proletar menggetarkan sistem kapitalis, keadaan ini memberikan kekuatan dan semangat baru bagi revolusi yang berkobar di berbagai belahan dunia. Klas borjuasi yang berkuasa di negera penjajah terus berusaha mempertahankan dominasinya di negeri terjajah, akan tetapi di sisi lain penjajahan akan berdampak kepada revolusi pembebasan nasional.

Bagi pandangan pengikut ajaran ideologi Marx, revolusi sosial dimulai dari kaum sosialis yang memandang kapitalisme sebagai sistem yang tidak adil dan irasional sehingga menghasilkan kesenjangan diantara klas masyarakat. Sehingga kapitalisme dianggap sebagai sebuah sistem usang yang akan berubah menjadi sistem komunisme melalui revolusi. Secara otomatis juga perubahan sistem kapitalisme menuju sistem sosialisme telah berdampak kepada perubahan sistem ekonomi negara tersebut.

Gerakan revolusi sosial merupakan cikal bakal lahirnya sistem sosialis komunisme, yang juga anti thesis dari sistem kapitalisme. Secara mendasar sosialisme lahir dari pandangan atas hubungan produksi yang menghisap antara


(5)

klas proletariat dan klas borjuasi. Teori ekonomi Marx menjelaskan bahwa sistem kapitalisme telah memonopoli alat produksi dan memperkerjakan buruh secara semena-mena. Tenaga klas buruh dipergunakan demi keuntungan klas borjuasi dalam mencari laba.64

Melalui jalan revolusi sosial Marx menginginkan penghapusan masyarakat berklas. Masyarakat tanpa klas yang digambarkan oleh Marx bercirikan atas kediktoran klas proletariat atas klas borjuasi. Sebab sistem kapitalisme menjadikan klas proletariat sebagai klas yang paling moderen di sistem kapitalisme. Ini yang menjadi ciri khusus dari pandangan Marx yang tidak dimiliki oleh filsuf lain. Sistem klas masyarakatlah yang telah menciptakan monopoli dari sistem ekonomi masyarakat.

Marx beranggapan bahwa suatu barang bisa memiliki nilai akibat adanya proses kerja, dalam artian kerja yang dilakukan oleh klas proletariat. Nilai inilah yang kemudian diambil oleh klas borjuasi untuk mendapatkan keuntungan. Marx menyebut ini sebagai perampasan nilai lebih.

Marx menerangkan bahwa sejarah manusia ditentukan oleh sarana-sarana produksi dan sarana produksi menentukan hubungan produksi. Sehingga ketika hubungan produksi saling menghisap, ini akan melahirkan pertentangan antara si penghisap dengan si terhisap. Inilah yang dijalankan oleh sistem kapitalisme bagi Marx. Dengan tajam Marx mengkritik dan menabur genderang perang untuk menghancurkan sistem kapitalisme. Sebab hubungan produksi kapitalisme telah memiskinkan klas buruh.

64


(6)

Sehingga tidak ada jalan lain selain menjalankan revolusi. Hal ini dikarenakan doktrin sejarah atas perkembangan masyarakat. Secara histori, klas tertindaslah yang akan melakukan gerakan penumbangan klas penghisap. Proletariatlah sebagai klas tertindas dalam sistem kapitalisme, merupakan kekuatan utama revolusi. Hal ini dikarenakan penghisapan yang dilakukan oleh klas borjuasi kepada klas burh. Sejalan lurus dengan sistem penghisapan nilai lebih yang dijalankan oleh klas borjuasi telah membangkitkan semangat perlawanan dari klas buruh. Sehingga hari depan masyarakat sosialis ada pada kepemimpinan klas proletar.

Selain itu, bagi Marx juga sistem kepemilikan individu yang membuat sistem monopoli bisa tetap langgeng dalam masyarakat. Sehingga kepemilikan atas individu harus dihapuskan. Ciri lain dalam pandangan kaum marxisme, memandang bahwa peran negara adalah sebagai alat bagi klas proletariat untuk menjalankan program diktator proletariat. Dalam rangka membangun masyarakat komunal moderen.

Ditengah sistem kapitalisme yang berkembang, pandangan akan hari depan sosialisme juga mulai berkembang. Ajaran Marx mulai diterima dibeberapa negara dunia, salah satunya distimulis oleh revolusi Oktober 1917 dibawah kepemimpinan Partai Komunis Uni Soviet. Revolusi 1917 juga telah membawa angin segar dalam pembebasan nasional melawan penjajahan bagi negara terjajah. Lennin yang ketika itu menjadi pemimpin Partai Komunis Uni Soviet,


(7)

membangun aliansi dengan tujuan untuk memperluas ideologi sosialis. Sejak itu pandangan sosialisme menjamur di daratan Asia, Amerika dan Eropa.

Pasca Revolusi Oktober negara-negara terjajah mulai menjalankan visi kemerdekaan berhari depan sosialis. Keteguhan Lenin dalam menjalankan tugas sejarah menciptakan masyarakat komunisme dunia terlihat dari keberhasilannya membuka pintu lahirnya Internasionale Ketiga65

atau lebih dikenal sebagai yang loyal kepada Partai Komunis Uni Soviet, yang bertujuan menumbangkan negara-negara dibawah cengkraman kapitalis monopoli asing. Tujaunya tak lain untuk membentuk sebuah tatanan masyarakat sosialisme secara internasional.

Gereakan pembebasan nasional mulai gencar di seluruh negara terjajah. Ini sebagai batu loncatan menuju kemasyarakat komunisme. Melalui perang rakyat dan angkat senjata dibawah kepemimpinan klas buruh perjuangan revolusi menjadi satu-satunya jalan keluar. Gerakan revolusi terus berkembang sejak saat itu. Seperti halnya di Kuba dibawah kepeminpinan Che Guevara dan Fidel Castro, di Indonesia dibawah kepemimpinan Muso, Korea Utara, Vientam, Venezuela, dan negara-negara lain. Walaupun pada akhirnya setiap negara memiliki persoalan masing-masing dalam membangun sistem sosialis.

Sedangkan sebaliknya jauh sebelum kemunculan sosialisme, teori kapitalisme mulai mecuat dengan pesat dikalangan ekonom dunia. Pandangan 65

Saiful Arif dan Eko Prasetio, Lenin Revolusi Oktober 1917 (Sanggahan Atas Pemikiran Franz Magnis Suseno). Resist Book. 2004. Hal 21


(8)

kapitalisme pertama kali muncul pada abad ke-12 yang mempunyai arti dana, persedian barang, sejumlah uang, dan bunga uang pinjaman. Istilah tersebut menjelaskan secara sempit makna kapital adalah kekayaan berupa uang, atau sebuah perusahaan dan barang dagangan. Pandangan ini terus berkembang pada abad ke 18 istilah kapital dimengerti sebagai model produktif karena uang memang digunakan untuk menghasilkan barang yang dijual untuk memperoleh keuntungan.66

Asal muasal istilah kapitalisme terjadi pada abad pertengahan, pasca berakhirnya sistem feodalisme yang mengarah pada sistem kapitalisme dengan munculnya gilde-gilde, kantor dagang dan usaha pengolahan hasil pertanian sederhana. Disatu sisi secara perlahan tuan-tuan tanah dalam bentuk kerajaan juga mulai menjalankan sistem penguasaan alat produksi. Namun satu hal yang utama esensi kapitalisme dari waktu ke waktu adalah sama yaitu akumulasi modal yang Maka tidak heran jika merumuskan kapitalisme sebagai proses memproduksi barang untuk pasar melalui melalui kerja individu atau usaha bersama dalam usaha memperoleh laba melalui persaingan bebas. Kapitalisme dewasa ini dicirkan sebagai berikut. Pertama, kepemilikan kekayaan secara pribadi yang tidak terbatas, kedua tidak ada batasan untuk mengumpulkan kekayaan, ketiga, pemerintahan tidak campur tangan dalam pengolahan sistem ekonomi pasar.

66


(9)

akan diintervensikan kembali untuk mendapatkan laba dan untuk itu diperlukan pasar bebas.

Perkembagnan kapitalisme mengalami kejenuhan pada abad ke 20, sebab setelah Perang Dunia I dan Perang Dunia II, perkembangan kapitalisme mengalami titik balik. Eropa tidak lagi menjadi pusat terbesar kapitalisme melainkan berubah ke Amerika Serikat. Gerakan-gerakan anti pasar bebas mulai bangkit, negara mulai campur tangan dalam menentukan perekonomian masyarakat. Sama halnya dengan gerakan di Italia dan Jerman dibawah kepemimpinan Mussolini maupun Hitler. Mereka mulai menasionalisasikan aset industri dasar untuk menghidupi masyarakat. Sama halnya dengan Inggris, setelah partai buruh berkuasa mereka melakukan hal yang sama walaupun berbeda secara skala.

Perkembangan paham kapitalisme mulai mencuat kembali pasca berakhirnya perang dingin. Runtuhnya Uni Soviet sebagai kiblat dari gerakan sosialis dunia ketika itu mengakibatkan sistem sosialisme dianggap sebagai sebuah pandangan yang utopis. Mengatasnamakan demokrasi, yang esensinya adalah kapitalisme, hampir seluruh negara di dunia mendeklarasikan dirinya sebagai negara demokrasi. Paham tentang sosialisme mulau ditinggalkan oleh beberapa negara. Bahkan seperti halnya dengan negara Cina, negara yang dimasa Mao begitu gencar melawan sistem kapitalisme, kini berubah menjadi negara dengan sistem ekonomi kapitalisme.


(10)

Peralihan sistem ekonomi politik di Cina ini juga ditandai dengan perubahan penguasaan alat produksi dari kepemilikan individu menjadi kepemilikan kelompok. Pasca berhasilnya Partai Komunis Cina menjalankan revolusi sosial, Cina berubah menjadi negara poros sosialis di daratan benua Asia. Segala bentuk sistem feodal hingga sistem kapitalisme yang eksis di Cina pada masa itu, perlahan mulai dihapuskan melalui kediktatoran proletariat. Peralihan Cina menjadi negara dengan ekonomi kapitalisme dikaranakan adanya reformasi yang dijalankan oleh Deng pada masa itu. Peralihan ini terlihat dari kebijakan yang dilahirkan oleh dua pemimpin ini. Menggunakan perspektif perbandingan penulis akan menjelaskan tentang faktor apa yang mempengaruhi peralihan ini.

3.1. Kebijakan Ekonomi Politik Mao Zedong

Pada dasarnya untuk memahami poin penting dari kebijakan ekonomi politik Mao Zedong harus menggunakan paradigma teori ekonomi politik Marx. Marx menceritakan dalilnya tentang sistem ekonomi politik sosialis berlandaskan kepada teori nilai lebih, teori akumulasi kapital, teori kosentrasi kapital dan teori pemiskinan yang semua pada substansinya adalah kelas kapitalis sebagai yang berpunya hidup dan berkembang dari eksploitasi kelas proletar.

Hubungan kontradiksi yang tak terdamaikan antara klas borjuasi dan klas proletariat di dasari atas penghisapan nilai lebih yang dilakukan oleh klas borjuasi. Nilai lebih ini merupakan bentuk moneter dari bagian produksi pekerja yang dia


(11)

serahkan pada pemilik alat produksi tanpa menerima apapun sebagai gantinya.67 Pembeli tenaga kerja membelinya, mengosumsinya dengan menjual untuk bekerja. Proses bekerja dalam masyarakat kapitalis ada dua kekhasan yakni; pertama pekerja bekerja di bawah kontrol kapitalis, kedua produk menjadi milik kapitalis, karena proses kerja itu hanyalah suatu proses diantara dua hal/barang dibeli kapitalis, yaitu tenaga kerja dan alat produksi. 68

Akan tetapi sistem kapitalis tidak menginginkan nilai pakai diproduksi demi untuk nilai pakai itu sendiri, tetapi hanya tempat penyimpanan niali tukar dan teristimewa nilai lebih. Kapitalis membeli tenaga kerja dari pekerja, dan sebagai tukar dari upah tersebut, kapitalis mengambil seluruh produksi dari pekerja tersebut, semua nilai yang baru dihasilkan yang telah dimasukkan ke dalam nilai produksi tersebut.69

Mao memusatkan perhatian pada kaum buruh-tani sebagai kekuatan revolusioner yang utama, yang, menurutnya kekuatan utama ekonomi berada di

Paradigma berpikir seperti inilah yang diadopsi oleh Mao Zedong dalam menjalankan sistem pemerintahan baik secara politik ataupun ekonomi di Cina. Perbedaannya hanya pada pada kondisi struktural masyarakatnya. Pada praktek revolusioner Marx maupun Lenin kekuatan utama terletak pada masyarakat proletariat di perkotaan. Dimana kaum proletar perkotaan dianggap sebagai sumber utama revolusi, dan daerah pedesaan pada umumnya diabaikan.

67 Ernest Mandel. Tesis Tesis Pokok Marxisme. Resist Book, Yogyakarta 2006. Hal 149 68

Ibid. Hal 150 69Ibid. Hal 150


(12)

pedesaan. Mengingat jumlah mayoritas penduduk Cina pada masa itu berkedudukan di desa. Kaum tani dapat dipimpin oleh kaum proletar dan pengawalnya bagi kekuatan politik PKC.

Secara ekonomi pasca revolusi Cina, kedudukan klas proletariat dan kaum tani memegang peran krusial dalam menjalankan roda perekonomian. Sebagai salah satu contoh kebijakan Land Reform atau biasa disebut dengan reforma agraria Cina, sejatinya adalah program pendistribusian tanah kepada kaum tani. Sebelumnya banyak tanah di Cina dikuasai oleh para tuan tanah, sedangkan masyarakat dipekerjakan sebagai buruh tani untuk bekerja kepada tuan tanah. Bagi Mao, penguasaan alat produksi harus dikuasai secara kolektif melalui alat klas yaitu negara. Sistem ini yang menunjukan Mao menjalankan sistem ekonomi sosialis hasil buah pemikiran Marx.

Dibidang ekonomi makro, Mao menjalankan kebijakan pembangunan industri nasional yang bertujuan untuk membangun kekuatan infrastruktur Cina. Semuanya dibawah intervensi negara, tanpa menggunakan investor. Bagi Mao investasi adalah implementasi dari sistem kapitalis yang bertujuan untuk remonopoli ekonomi Cina. Mao menjadikan pembangunan pedesaan keseluruhan sebagai prioritasnya. Mao merasa bahwa strategi ini masuk akal di masa tahap-tahap awal sosialisme di sebuah negara di mana kebanyakan rakyatnya adalah buruh-tani.70


(13)

Bagi Mao untuk memperkuat kekuatan politik dan ekonomi haruslah bertalian erat dengan perjuangan rakyat dunia untuk memperbesar pengaruh paham sosialis di negara lain. Pada masa Perang Dingin, pengaruh itu jauh lebih besar lagi. Partai Komunis Indonesia (PKI), partai terbesar ketiga di dunia saat itu, bahkan membangun aliansi dengan Partai Komunis Cina (PKC) dalam bentuk poros Jakarta-Peking.71

Pada Desember 1957, Mao mendeklarasikan program andalan pembangunan ekonomi yang disebut “The Great Leap Forward” atau “Lompatan Jauh Ke Depan.” Tujuan dari program ini adalah untuk mendirikan industri Cina yang maju dan mengimbangi kekuatan ekonomi negara kapitalis. Dalam programnya Mao mengutamakan pembangunan industri baja dalam waktu satu tahun dari 5,36 juta ton menjadi 10,7 juta ton.

Secara teoritik, pengaruh Mao diduga memengaruhi analisa ekonomi-politik PKI tentang struktur masyarakat Indonesia, yang menyimpulkan masyarakat Indonesia adalah “setengah feodal, setengah jajahan.”

72

71 Coen Husain Pontoh.Mao Zedong dan Korban 70 juta Jiwa.

http://indoprogress.blogspot.com/2010/12/mao-zedong-dan-korban-75-juta-jiwa.htm 72

Ibid

Dalam aspek pembangunan pertanian, Mao menciptakan tehnologi ganda dalam mempercepat pembangunan industri canggih dan modren. Kegiatan pertanian dilakukan secara bersama-sama secara serentak, pertanian persorang dilarang, penduduk ditempatkan dalam kelompok-kelompok besar beranggotakan ribuan orang. Tujuannya untuk mengkolektifkan hasil pertanian dan mendistribuskan hasilnya secara merata kepada anggota komunal.


(14)

Demografer Judith Banister, salah satu pendukung tesis “The Great Death Toll” mengatakan, dilihat dari segi tingkat harapan hidup pada tahun 1973-1975, maka posisi Cina lebih baik dari negara-negara Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, dan banyak negara Amerika Latin. Pada tahun 1981, Banister bersama S. Preston, menulis tentang “Hasil Luar Biasa” yang dicapai pemerintah Cina berkaitan dengan pengurangan tingkat kematian, dengan tingkat harapan hidup diperkirakan mencapai 1,5 per tahun per kalender sejak negara komunis itu memerintah pada 1949. Tingkat angka harapan hidup meningkat dari 35 pada 1949 menjadi 65 pada 1970, saat dimana Mao masih berkuasa hingga ajal menjemputnya.73

Dalam aspek politik Mao mengagas tentang pemerintahan sepertiga yang berisikan golongan proletariat, golongan petani dan golongan borjuasi kecil (klas pemodal yang memiliki modal terbatas). Tujuan dari menarik klas borjuasi kecil dalam pemerintahan adalah untuk menjalankan pembangunan nasional yang berorientasi pada pembangunan Cina. Sebab pada tahapan awal pembangunan Setelah program Lompatan Jauh ke Depan usai, pemerintah Mao menerbitkan laporan yang menyebutkan bahwa tragedi itu disebabkan oleh 70 persen akibat bencana alam dan 30 persen akibat kesalahan manusia. Tetapi, setelah rejim Deng Xiaoping berkuasa, komposisi itu dibalik: 70 persen akibat kesalahan manusia dan 30 persen akibat bencana alam. Dan 70 persen itu bebannya ditanggung oleh Mao Zedong.


(15)

Mao beranggapan butuh menggaet kekuatan modal namun sifatnya tunduk pada kekuasaan Partai Komunis Cina.

Bagi Mao, pekerjaan politik haruslah bertalian erat dengan pekerjaan pekerjaan ekonomi, demikian halnya saat sistem sosial ekonomi mengalami perubahan yang fundamental, maka seluruh aspek pekerjaan politik harus bersinergis dengan sistem sosialis Cina.74 Selain itu kekuataan militer juga harus terlibat dalam pekerjaan politik partai yang diperlukan saat melaksanakan perang rakyat. Yang tujuannya untuk menggalang kekuatan tentara merah, menggalang kekuatan tentara sahabat, menggalang persatuan rakyat, mencerai-beraikan tentara musuh dan menjamin kemenangan dalam pertempuran.75

Salah satu pandangan Deng Xiaoping dalam menjalankan roda pemerintahan adalah melalui reformasi dan keterbukaan. Deng memimpin mulai

Bagi Mao Zedong dan Partai Komunis Cina, revolusi sosialis adalah revolusi agraria dan pembangunan industri nasional yang sejatinya adalah pembebasan Cina dari sistem kapitalisme. Perjuangan Mao dan seluruh rakyat Cina pada masa revolusi telah membawa Cina kepada sistem ekonomi politik sosialis. Menegasikan sistem feodal pasca kepemimpinan Dinasti Qing dan menghancurkan sistem kapitalisme di era Chiang Kai Shek.

3.2. Kebijakan Ekonomi Politik Deng Xiaoping

74 Anonim. Situasi Dewasa Ini dan Tugas Kita (25 Desember 1947) , Pilihan Karya Mao Zedong, Jilid IV Hal 194


(16)

akhir tahun 70-an dan mendatangkan perubahan dari seluruh aspek. Oleh karena itu ia disebut sebagai arsitek kepala reformasi dan keterbukaan Cina. Reformasi terhadap kebijakan dalam negeri Deng terutama termanifestasi dalam 2 aspek.

Pertama, Ia menganggap harus mengakhiri keadaan Cina selama puluhan tahun lalu yang terus menerus mengadakan gerakan politik, sehingga pembangunan ekonomi tidak dapat berjalan dengan normal. Harus berupaya memelihara stabilitas negara, untuk menciptakan iklim sosial yang diperlukan demi pembangunan ekonomi. Deng menekankan keharusan untuk dengan teguh tak tergoyahkan menjadikan pembangunan ekonomi sebagai inti pekerjaan partai berkuasa dan seluruh negara.

Kedua, dengan setapak demi setapak mengubah cara pengelolaan negara terhadap pekerjaan ekonomi, yaitu dari semula yang sama sekali bersandar pada perencanaan dan pengontrolan pemerintah berubah menjadi mengakui peranan pengaturan penting pasar dalam operasi ekonomi. Sementara itu, Deng menekankan pula keharusan mendorong secara menyeluruh reformasi negara atas sistem-sistem iptek, pendidikan, kebudayaan dan kesehatan di atas dasar perkembangan ekonomi kapitalisme.

Keadaan kapitalisasi ini kembali terjadi setelah sidang pleno III dari kongres Partai Komunis Cina yang diselenggarakan pada bulan Desember 1978, hasilnya menunjukan masuknya era reformasi Deng Xiaoping. Era ini lebih dikenal dengan era restorasi kapitalisme. Sejak tahun 1978 reformasi politik dan


(17)

ekonomi ditandai dengan dikeluarkan beberapa kebijakan yang bertujuan untuk membongkar sistem ekonomi politik sosialis yang dibangun selama 30 tahun oleh pemerintahan Mao Zedong. Sejak saat itu juga segala proyek khusus yang dimulai oleh Deng bersifat kapitalis dan berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pasar.

Proyek dari para investor yang menjadi cara untuk mengembalikan Cina transisi dari sistem sosialis ke kapitalisme.Tentu saja seluruh program ini telah membangkitkan perlawanan dari klas buruh dan kaum tani yang selama 60 tahun hidup dalam sistem sosialisme. Salah satu kebijakan yang paling ditentang ketika itu adalah kebijakan reformasi perburuhan dan sistem sewa tanah dipedesaan.

Dalam kebijakannya Deng mengembalikan sistem pengupahan bagi tenaga kerja yang bekerja. Di masa Mao, sistem upah dihapuskan, seluruh hasil kerja dari tenaga kerja dibagikan secara merata sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja. Bagi Deng, sistem pembagian hasil kerja adalah hak dari para kaum pemodal. Sebab jika menjalankan sistem Mao maka ini akan merugikan para investor. Artinya ini bertetangan dengan kebijakan Mao yang menghapuskan sistem upah bagi kaum buruh.

Bagi kaum tani sistem kerja kolektifitas pertanian dihapuskan dan digantikan dengan sistem sewa tanah bagi satu keluarga. alhasil mengakibatkan sejumlah kaum tani meninggalkan pedesaan dan menjual tenaga mereka untuk bekerja di kota. Selain mereformasi perburuhan dan agraria, Deng juga melakukan reformasi ditatanan birokrasi dan membubarkan komune rakyat dipedesaan.


(18)

Alhasil sistem ini telah menghapuskan tenaga kerja tetap bagi pegawai negeri. Langkah ekonomi reformasi Cina diikuti oleh pengembangan industri manufaktur untuk memperluas dan meningkatkan investasi yang berasal dari luar negeri.

Dalam pandangan Deng, politik tidak harus menjadi panglima dan ekonomi bisa tidak mengikuti pandangan politik. Deng menyebutkan Cina di eranya masih menganut paham sosialisme secara politik, akan tetapi sosialisme dengan ciri khusus. Seperti diungkapkan Chen Yun seorang petinggi PKC pada tahun 1924 keterbukaan terhadap dunia luar dan dijalankannya politik yang lebih luwes (yang berarti masuknya modal asing dan politik revisionis). Sehingga tidak heran jika secara ekonomi cina tidak lagi sosialis. Cina tidak memprioritaskan kepada sektor ekonomi yang menghasilkan pertumbuhan yang pesat tanpa intervensi pemerintahan.

Cina membuka peluang penanaman modal asing untuk membawa Cina kepada perekonomian global. Kebijakan yang diambil adalah kebijakan pintu terbuka (Kaifang Zhenzheb). Tujuanya untuk membuka, memperlancar dan memodrenisasi melalui pengembangan tehnologi dengan mengutamakan modal dari investor. Alhasil dalam waktu satu tahun Cina mampu meraup miliaran uang dalam bentuk investasi maupun pinjaman. Penekanan dalam program ini menerapkan tiga cara76

76

Nanda Akbar. Transformasi Besar Cina , Dinamika Negara Dalam Kebangkitan Ekonomi. Jogja Media Utama. Yogya. 2011. Hal 32


(19)

1. Joint Venture: Ini merupakan sebuah ide bisnis untuk menjalin patungan antara negara kapitalisme dan negara sosialis. Sejak tahun 1979 telah terjadi dua ribu kesepakatan, sebagai contoh hubungan kerja sama antara perusahaan American Motor Coorporation dan Cina dalam memproduksi mobil jenis jeep dan mesinnya di Bejing.

2. Counter Trade: Cara lain untuk meningkatkan investasi asing dan alih tehnologi. Tehniknya adalah penundaan pembayaran peralatan sampai hasil pengolahan barang terjual. Dilakukan untuk menjaga devisi Cina.

3. Zona Ekonomi Khusus (ZEK): adalah zona yang bebas dari pajak. Pada masa Deng, Cina menempatkan 4 pelabuhan sebagai ZEK. Tujuan dari dibuatnya zona ini adalah untuk mempermudah bagi investor untuk terhindar dari pajak.

Selain itu dalam pengembangan aspek perdagangan Cina bergabung dengan organisasi perdagangan dunia atau biasa disebut World Trade Organization (WTO) pada tahun 1986, alhasil Cina menjalankan kebijakan ekonomi yang bersifat terbuka seperti menurunkan tarif import untuk berbagai produk baik industri maupun pertanian, memperbolehkan perusahaan luar negeri untuk memasarkan barang-barang secara langsung di Cina, membuka lebih luas bidang telekomunikasi dan keuangan bagi kompetitor luar.

Pada tahun 1976, Deng memperkuat posisinya dengan menjalin hubungan kerja sama dengan negara barat. Pada tahun 1979 Amerika Serikat memberikan pengenalan diplomatik penuh kepada Cina dan menjalin kerja sama dengan


(20)

Amerika Serikat sebagai negara kiblat ekonomi kapitalis.77

Jika kita melihat dari seluruh aspek kebijakan ekonomi politik Mao dan Deng, maka akan banyak perbedaan yang mendasar dalam menjalankan pemerintahan di Cina. Walaupun dalam satu aspek keduanya mengadopsi paham sosialis dalam sistem politik negara Cina. Akan tetapi dalam pelaksanaan sistem ekonominya Deng lebih kompromis jika dibandingkan dengan Mao. Dilain sisi Mulai sejak saat itu terjadi privatisasi pada perusahaan milik negara, perusahaan swasta diberi ruang untuk berkembang, investor asing diberi intensif tinggi, pasar saham diizinkan. Variabel umum yang menjadi pertimbangan adalah deng menafsirkan ajaran komunis adalah kepentingan ekonomi.

Secara singkat kebijakan ini terlihat sebagai keberhasilan Deng dalam membangun ekonomi Cina. Deng membiarkan investasi masuk dengan lancar, perusahan swasta dibiarkan tumbuh pesat, alhasil Cina menjadi ekonomi pasar sosialis yang membangun sebuah sistem ekonomi dimana kepemilikan pribadi adalah arus utama. Akan tetapi jika kita telusuri secara politik kebijakan Deng ini sangatlah tidak sesuai dengan ajaran Marx yang memang anti terhadap investasi. Sehingga menjadi sebuah kondisi yang paradoks jika Deng menyebut Cina secara politik berpaham sosialis dan sistem ekonomi kapitalis.

3.3. Perbedaan Sistem Ekonomi Politik Mao Zedong Dengan Sistem Ekonomi Politik Deng Xiaoping


(21)

Mao lebih ideologis dibandingkan dengan Deng dalam melihat sosialisme sebagai hari depan Cina. Dari perbedaan ini, penulis akan mencoba untuk menganalisis perbedaan sistem politik Cina dari kepemimpinan dua kepala pemerintah ini. Sehingga dalam pemaparan penulis dapat menyajikan faktor yang melararbelakangi peralihan sistem ekonomi politik di Cina.

3.3.1. Pembangunan Politik Negara Cina

Di era Mao Zedong, pembangunan politik Cina begitu di prioritaskan. Hal ini didasari oleh pembangunan ideologi sosialisme bagi masyarakat Cina. Jauh sebelum Cina menjalankan revolusi sosialnya, Mao Zedong bersama Partai Komunis Cina menjalankan program-program partai yang tujuannya memperbesar front persatuan nasional. Front persatuan inilah yang berisikan barisan persatuan antara klas buruh, kaum tani, tentara rakyat, dan partai. Dalam program-program partai komunis cina, seluruhnya berorientasi kepada meningkatkan pemahaman kader partai tentang tujuan dari menjalankan revolusi.

Selain itu propaganda juga dijalankan untuk tujuan memperbesar pengaruh partai. Pekerjaan politik di era Mao ini berbilang cukup berhasil dengan cepat. Kondisi ini dipengaruhi oleh masyarakat Cina yang ketika itu dimiskinkan oleh perang melawan Jepang dan sistem feodal dinasti yang dianggap mulai usang ketika itu. Inilah yang membangun watak nasionalis dan revolusioner bagi masyarakat Cina untuk keluar dari kemiskinan. Sebab, keadaan perang akan mempercepat penyebaran gerakan pembebasan nasional.


(22)

Pasca sudah besarnya front persatuan nasional. PKC bersama masyarakat Cina yang sudah sepakat dengan sistem sosialis menjalankanLong March pada tahun 1934 dari Cina bagian tenggara sampai ke Cina Barat laut. Hal ini mendapatkan simpati yang besar dari masyarakat petani di pedesaan. Padahal saat itu Cina masih dikuasai oleh kekuatanx Nasionalis (Kuomintang) pimpinan Chiang Kai Sek. Tetapi ketika terjadi perang Cina–Jepang pada tahun 1937, kekuatan komunis dan nasionalis menjadi bersatu melawan Jepang.

Pasca perang Cina-Jepang ini terjadi perebutan kekuasan antara kaum komunis dan kaum nasionalis yang berakibat kaum Nasionalis nenyingkir ke kepulauan Taiwan. Partai Komunis Cina sebagai partai yang berkuasa pada tahun 1949 mendirikan Republik Rakyat Cina dan menjadikan Mao Zedong sebagai presidennya. Mao berhasil membangun kekuatan politik sosialis. Sebuah hasil yang gilang gemilang bagi partai komunis Cina.

Setelah berdirnya negara Republik Rakyat Cina dibawah kepemimipinan PKC, segala aspek yang berhaluan individualis, liberalisasi dan kapitalitalisasi dihilangkan dari Cina. Pembangunan politik Mao tidaklah berhenti sampai disitu, pasca revolusi Mao tetap menjalankan pembangungan politik sosialis dengan menjalankan kediktatoran proletariat. Esensi dari program ini adalah untuk menghapuskan ide-ide kapitalis yang selama ini ditanamkan dalam sistem pemerintahan melalui program edukasi, propaganda, agitasi, dan program ideologi.


(23)

Seluruh program ini merupakan bagian dari skema mengikis sisa-sisa pikiran borjuasi masyarakat Cina. Suatu yang tidak terpisahkan untuk sistem masyarakat tanpa klas yang dicita-citakan oleh Karl Marx. Perjuangan Mao dan PKC dalam melancarkan revolusi telah menarik simpatik masyarakat luas, pekerjaan politik dan ideologi yang berkelanjutan telah bertalian erat dengan pembangunan kekuatan militer untuk bisa mengimbangi kekuatan tentara negara musuh. Mao memandang doktrin militer yang integral dan secara eksplisit menghubungkan ideologi politiknya dengan strategi militer adalah sebuah hal yang ikhwal.

Dalam pemikiran Maois, "kekuasaan politik berasal dari moncong senapan", dan kaum buruh tani dapat dimobilisasi untuk melakukan perang rakyat dalam perjuangan bersenjata yang melibatkan perang gerilya. Tahap pertama melibatkan mobilisasi dan pengorganisasian kaum buruh dan tani. Tahap kedua melibatkan pembangunan wilayah basis di pedesaan dan peningkatan koordinasi di antara organisasi-organisasi gerilya. Tahap ketiga melibatkan transisi ke perang rakyat.

Berbeda halnya dengan pembangunan politik di eranya Deng Xiaoping, secara khusus program Deng Xiaoping tidak terlalu menekankan pada program pembangunan politik. Bagi Deng pekerjaan politik tidaklah harus lebih diutamakan dari pada pekerjaan ekonomi. Seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab diatas bahwa kedudukan Deng sebenarnya bersifat paradoks. Deng lebih dikenal dengan gerakan reformasinya. Deng memang tidak secara terang-terangan


(24)

mengubah sistem politik Cina dari sosialis menjadi kapitalisme. Tetapi Deng mengubah sistem basisnya yaitu ekonomi.

Alasannya, perkembangan masyarakat akan ditentukan oleh bidang-bidang produksi. Bidang ekonomi adalah basis, sedangkan dua dimensi yaitu institusi sosial dan bentuk-bentuk kesadaran sosial adalah bangunan atau suprastuktur. Ciri-ciri yang menentukan bentuk ekonomi adalah klas-klas sosial dalam masyarakat. Artinya jika Deng menjalankan sistem ekonomi dan politik yang berbeda, sebenarnya Deng sedang menjalankan sistem kapitalisme. Cina boleh saja mengatakan diri sebagai negara penganut paham sosialis di masa Deng secara politik. Tetapi bagi kaum Marxis Cina dimasa Deng hanyalah negara kapitalis.

Sikap dan pandangan Deng tentang penyatuan ideologi kapitalis dan sosialis tidaklah terlepas dari kedudukan Deng sebagai klas borjuasi. Menurut teori Marx klas borjuasi akan lebih bimbang dalam menentukan sikap politiknya. Sebab klas ini memiliki modal/kapital untuk mengubah taraf hidupnya. Begitu halnya dengan Deng, Pasca kematian Mao dan runtuhnya Uni Soviet kedudukan ideologi sosialis mengalami gejolak penurunan drastis yang begitu besar dari kalangan borjuasi ketika itu. Sebab ketika itu klas borjuasi adalah klas yang berkuasa dinegara dunia.

Alhasil, segala gerakan yang berhaluan sosialis dibeberapa negara dianggap sebagai gerakan yang haram dan terlarang. Dokrtrin negatif tentang pembantaian masyarakat dan anti agama menjadikan gerakan sosialis dikerdilkan.


(25)

Maka beberapa kalangan borjuasi mulai merevisi ajaran sosialis dengan menghilangkan esensi awalnya untuk menghapuskan sistem klas dalam masyarakat. Deng ketika itu juga melakukan revisi pada ajaran Mao. Sistem yang selama 30 tahun dibangun oleh Mao digantikan dengan sistem sosialis ciri khusus Cina oleh Deng. Deng adalah bentuk pemerintahan revisionis modern yang memoderatkan ajaran Marx. Tidak akan dapat terwujud sistem sosialis tanpa sistem ekonomi yang sosialisme juga.

3.3.2. Kebijakan Ekonomi Politik Cina

Ideologi kapitalisme yang mempertahankan sistem ekonomi monopolilah yang menjadi cikal bakal lahirnya ideologi sosialisme. Kelahiran sistem sosialisme Cina didasari oleh watak kapitalisme yang eksploitatif, ekspansif dan akumulatif modal menjadikan kelas pekerja hidup dalam keterasingan. Jadi Marx mengatakan, “Bahwa sebaiknya kita curiga kalau pengusaha mengkhotbahi masyarakat tentang nilai-nilai luhur serta kewajiban moral mereka. Sering tanpa disadari, khotbah-khotbah macam itu sarat dengan pamrih, alias ideologi.

Oleh karena itu sosialisme merupakan keyakinan bahwa kosentrasi alat-alat produksi yang dikuasai bersama-sama untuk kebutuhan bersama. kritikan Marx terhadap sistem kapitalisme yang beranggapan bahwa kaum borjuis menyatakan dengan menundukkan alam pada manusia, menerapkan sitem kimia pada industri dan membuat sarana/alat produksi yang berteknologi tinggi, telah menciptakan kekuatan produksi yang lebih masif dibandingkan generasi


(26)

berikutnya. Sehingga pada puncaknya terjadi pertentangan kelas yang semakin meningkat.”78

Mao berhasil mendirikan negara komunis Cina. Bukan berarti Cina mendadak menjadi negara sosialis secara tiba-tiba. Tidak selesai sampai disitu pasca menjadi kepala negara, Mao menjalankan pendistribusian tanah yang selama ini dikuasai oleh tuan-tuan tanah, penghapusan sistem upah, kolektifitas

Dengan demikian Karl Marx mengutamakan perubahan sosial melalui sebuah perjuangan bersenjata yang dijalankan oleh rakyat atau revolusi untuk mencapai masyarakat tanpa klas yakni, Sosialisme. Revolusi dapat dilihat sebagai sudut pandang yang maju, progresif dan radikal melawan kekuatan konservatif. Kekuatan konservatif adalah golongan penguasa alat-alat produksi dan kekuatan progresif adalah klas proletar yang hidup dalam keterasingan ekonomi, politik sosial dan budaya. Untuk itu tidak ada jalan lain selain menjalankan revolusi sosial untuk menggantikan kekuatan konservatif.

Jika berkaca pada pandangan Marx, keberhasilan Mao dan PKC dalam menjalankan revolusi adalah sebuah usaha untuk menghapuskan sistem monopoli alat produksi di Cina. Penggulingan kekuasaan Partai Kuomintang dan perjuangan melawan kolonialisme merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan rakyat Cina ketika itu merampas tanah-tanah yang dikuasai oleh tuan tahan, penumbangan kekuasaan rezim nasionalis Kuomintang.


(27)

pertanian, dan program lompatan jauh kedepan. Klas borjuasi diberi ruang tapi tidak diberi kesempatan untuk kembali melakukan monopoli atas alat produksi.

Alat produksi kini dikuasai oleh masyarakat, klas buruh dan kaum tani kini berdaulat atas hasil produksinya, sistem kerja kolektif dijalankan dipedesaan dan pembangunan industri di perkotaan. Seluruhnya dilakukan secara kolektif tanpa campur tangan negara kapitalis, tanpa pinjaman ataupun investasi. Watak borjuasi yang selama ini melekat pada masyarakat mulai perlahan hilang. Seluruhnya dijalankan atas dasar kolektif.

Situasi ini berubah, ketika Deng Xiaoping mengubah sistem ekonomi Cina lebih kearah kapitalisme. Cina kembali menyerahkan aset yang sudah dirampas saat revolusi kepada pihak asing dalam bentuk privatisasi, menjalankan praktek liberalisasi, dan menjalin kerja sama dengan negara kapitalisme. Suatu hal yang menarik dari fenomena ini ketika Cina menjadi negara kapitalis, borjuasinya adalah golongan dari keluarga pemerintahan atau keluarga anggota partai komunis.

Yang perlu dicatat adalah bahwa gejala memperkaya diri di kalangan para pejabat partai dan pemerintah dan keluarganya melalui berbagai macam bisnis, yang dibikin maju dan berkembang berkat hubungan dan kedudukannya, merupakan sesuatu yang biasa dan bukan rahasia lagi dalam “Sosialisme dengan Ciri Khusus Cina.” Kritikan pedas juga mulai berdatangan dari 170 anggota partai


(28)

dan kader PKC yang masih memegang pandangan Marx, sehingga mereka mengeluarkan surat yang berisikan tentang:

Begitu diumumkan keterbukaan terhadap dunia luar dan dijalankannya politik yang lebih luwes, beberapa kader dalam Partai, Pemerintah dan Militer, bersama dengan anak-anaknya, langsung dengan tergesa-gesa terjun ke dalam dunia usaha. Menurut sejumlah survei (lebih dari 12) yang dilakukan di kota dan provinsi, sejak kwartal keempat tahun lalu telah didirikan lebih dari 20 ribu usaha. Mayoritas dari 20 ribu usaha itu didirikan melalui koneksi antara pejabat-pejabat ini dengan bisnis ilegal baik dalam negeri maupun luar negeri. Mereka menggunakan lubang-lubang di reformasi untuk melakukan segala macam transaksi ilegal termasuk pembelian dan penjualan ilegal, penyuapan dan penerimaan suapan, pembayaran di bawah meja, pemalsuan fakta-fakta, penghindaran pembayaran pajak, pembuatan dan penjualan obat palsu, anggur palsu, pembunuhan, penjualan dan pertunjukan pornografi dan menarik wanita ke dunia pelacuran. Semua hal yang busuk dan buruk ini telah terjadi. Ideologi kapitalis hina “hanya uang yang penting” sedang dengan serius mengikis Partai dan masyarakat kita.79

Memang saat itu Cina menjelma menjadi negara kapitalis superior, negara ini seakan menunjukkan kemajuan pesat perekonomiannya. Namun pada

Keadaan ini lah yang menjadi alasan para pemimpin Cina mempertahankan sistem politik yang sosialis akan tetapi dalam aspek ekonomi mereka memilih untuk kapitalis. Sebab secara analisis jika menggunakan sistem politik yang diktator layaknya negara komunis, maka sama halnya ini cara untuk mempertahankan kepemimpinan borjuasi sebab tidak ada pergantian di negara sosialis khusus Cina selain dari klas borjuasi sendiri. Ini yang menjadi analisis terpenting dari poin ini, kebijakan yang diambil Deng adalah langkah mundur yang sejak lama sudah ditinggalkan oleh Mao. Lantas bagaimana Cina di era pasca Deng dengan menggunakan sistem kapitalisme?

79Surat 170 Anggota dan Kader PKT Ditujukan Kepada Sekretaris Jenderal PKC,Seluruh Anggota Polibiro


(29)

akhirnya, turut mengalami kebangkrutan ekonomi dibawah sistem imperialisme. Bahkan beberapa tahun sebelum tahun 2016, China telah mengalami gelombang arus resesi ekonomi yang ditandai dengan pernyataan resmi Dewan Negara China dalam tema “Status Sumber Daya Manusia Kertas Putih China” pada akhir tahun 2009 lalu.

Ditegaskan bahwa pada tahun tersebut, terdapat tidak kurang dari 27% atau sekitar 288 juta jiwa dari total angkatan kerjanya sebanyak 1,07 miliar jiwa berada dalam posisi status pengangguran. Kemudian di tahun 2010 berdasarkan survey World Bank, dijelaskan bahwa China masih memiliki 150 juta orang hidup dibawah garis kemiskinan yang berpenghasilan kurang dari 1 dolar per hari sebagai ukuran garis kemiskinan internasional. Diakhir tahun 2010, Standart and Chartered juga telah memperkirakan bahwa China terancam mengalami gagal bayar atas utang pemerintahannya sebesar 8-9 triliun yuan atau sekitar 1,2 – 1,4 triliun dolar AS.

Dimana sejumlah dana tersebut selama ini digunakan untuk memberikan suntikan dana kepada berbagai perusahaan-perusahaan besar terutama yang berada di provinsi Liaoning China. Rentetan gelombang resesi ekonomi China diatas yang terjadi secara fluktuatif, mengakibatkan lonjakan krisis yang terjadi saat ini di China. Hal ini dibuktikan dengan kebijakan devaluasi yuan pada pertengahan agustus lalu sebanyak 2 kali dengan total devaluasi sebesar 3,6% sehingga mengakibatkan nilai tukar yuan kepada dolar jatuh ke angka 6,3306 yuan per dolar AS.


(30)

Kebijakan devaluasi yuan oleh People’s Bank of China (PBC) pada 11 dan 12 Agustus 2015 bertujuan untuk meningkatkan kembali nilai export negara ini yang sedang mengalami kemerosotan sebesar 8,3% pada Juli 2015. Pasalnya aktivitas export China selama ini merupakan sumber utama dari PDB negara tersebut atau tidak kurang dari 60% PDBnya. Sementara 60% nilai export China selama ini dari PDB nya, pada kenyataannya tidak terlepas dari peran investasi saham perusahaan MNC dunia. Sehingga keadaan demikian yang juga berujung kepada anjloknya nilai saham di Bursa Saham Shanghai hingga 30% pada Juli lalu.

3.3.3. Kediktatoran Klas Masyarakat Cina

Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan Friedirch Engles terhadap kapitalisme yang menjadikan dua golongan besar antara klas borjuasi dan klas proletariat. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi dari hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme. Dalam struktural masyarakat kapitalisme golongan ini memiliki golongan yang saling berkontradiksi dan wataknya antagonistik, dimana hubungan tersebut bersifat eksploitatif, sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh pemikir sosial lainnya. Secara khusus klas ini membagi masyarakat kedalam dua hubungan yang berbeda, menjadi klas penghisap dan terhisap.

Lahirnya klas penghisap dalam masyarakat kapitalisme dikarenakan kedudukan alat produksi yang dimonopoli secara besar-besaran oleh golongan


(31)

borjuasi. Sebaliknya lahirnya klas penghisap dalam masyarakat kapitalisme dikarenakan termonopolinya alat produksi sehingga klas terhisap harus menjual tenaganya kepada klas penghisap. Jumlah klas borjuasi secara kuantitas lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah klas proletariat. Tentu keadaan inilah yang membuat kemiskinan yang meraja rela begitu besar dikalangan masyarakat.

Selain klas proletariat tidak memiliki alat produksi, klas ini juga harus berhadapan dengan negara milik kapitalisme. Kedudukan negara dalam sistem masyarakat Kapitalisme adalah alat klas bagi klas borjuasi. Berbagai kebijakan dikeluarkan oleh pada birokrat negara dengan tujuan untuk melanggengkan kepentingan klas borjuasi. Keadaan ini terus berlangsung sejak awal kapitalisme sampai ke fase imperialisme. Tapi bukan berarti keadaan memiskinkan ini tidak mendapat perlawanan dari klas terhisap. Perjuangan klas terhisap sudah dimulai sendiri oleh Karl Marx melalui Revolusi Paris, kemudian perlawanan perjuangan menghapuskan klas juga dipraktekan oleh Lennin melalui Revolusi Oktober dan Mao Zedong melalui Revolusi Tiongkok. Perjuangan ini bukan tanpa sebab, atau semata-mata akibat kondisi eksploitasi oleh klas borjuasi.

Melalui filsafat materialisme dialektika histori, Marx berdalil bahwa sistem penghisap manusia atas manusia adalah sebuah turunan dari setiap masanya selama masih ada penguasaan dan monopoli atas individu. Selama itu pula kontradiksi akan melahirkan sebuah peradaban baru, bagi Marx peradaban itu adalah peradaban masyarkat tanpa klas yaitu sosialisme menuju komunisme.


(32)

Sebagian kaum revisionis mencoba merevisi pandangan ini yang beranggapan bahwa pertentangan klas bisa didamaikan tanpa harus melalui jalan kekerasaan.

Jika dihubungkan dengan praktek perjungan klas yang dijalankan oleh Mao Zedong, perjuangan klas yang dijalankan telah melibatkan mayoritas penduduk Cina. Perebutan kekuasaan telah berbuah manis bagi kemenangan partai komunis cina. Pasca revolusi, Mao mencoba menghapuskan sistem klas dalam masyarakat. Caranya dengan membangun kekuasaan diktator proletariat. Klas borjuasi besar direbut hartanya dan kelompok tuan tanah besar dirampas tanahnya, seluruhnya diserahkan ke negara dan negara mendistribusikan kepada masyarakat. Kelompok anti komunis dan kaum feodal mereka perangi. Klas borjuasi sedang dan borjuasi kecil dicoba untuk digaet dalam front persatuan nasional Cina.

Dalam tahapan awal klas borjuasi dibiarkan untuk tetap ada di Cina, tetapi klas borjuasi dilarang keras untuk melakukan akumulasi modal. Seluruhnya diintervensi oleh PKC. Secara perlahan watak-watak kapitalis klas borjuasi akan terkikis seiring dengan kegiatan propaganda dan pendidikan ideologi sosialis oleh polit biro PKC. Tugas utama polit biro adalah menjalankan sistem pengkaderan dengan meningkatkan pemahaman ideologis sosialisme bagi kader PKC. Bagi Mao klas borjuasi bisa digaet tapi bukan untuk membiarkan sistem monopoli terus eksis di Cina. Klas dalam masyarakat akan hilang seiring dengan kediktatoran klas proletar atas klas borjuasi.


(33)

Partai Komunis Cina harus menjadi detasemen termaju dalam membangun ideologi sosialis. Kediktatoran klas dalam masyarakat sosialis harus memiliki hari depan masyarakat tanpa klas tanpa harus kompromi dengan pihak klas borjuasi. Inilah yang ditunjukan oleh Mao dan PKC dalam menjalankan kediktatorannya. Kontradiksi klas masyarakat Cina di era Deng Xiaoping terlihat lebih lembut dan bersifat kompromi. Deng beranggapan bahwa klas borjuasi dan klas proletariat harus bergandengan tangan untuk membangun Cina. Deng menggantungkan harapan kepada klas borjuasi untuk menanamkan modalnya di pembangunan Cina.

Keterbukaan Cina di masa Deng menandakan sistem kapitalisme mendomiasi struktur masyarakat. Maka tidak heran ketika kedudukan klas proletar akan kembali didiktatori oleh klas borjuasi kembali. Hal ini terlihat dari susunan pemerintahan Cina di masa Deng. Golongan-golongan pengikut ajaran Mao digantikan dengan orang-orang revisionis moderen untuk mengisi bagian krusial dalam pemerintahan dan Partai Komunis Cina. Tentu dampaknya adalah persatuan yang sudah dibangun antara klas buruh dan kaum tani terilusikan dengan program Deng dan tidak lagi bersatu dalam garis sentralisme demokratik partai.

Partai sudah dipimpin oleh kalangan oligarkhi yang memperoleh kekayaan dari hasil penanaman investasi. Mereka adalah kelompok bangsawan yang mendanai instrument politik agar bisnis yang dijalankan oleh para kelompok oligarki memperoleh dukungan sehingga semakin besar dan otomatis


(34)

menghasilkan keuntungan secara cepat dibandingkan melalui jalur bisnis yang murni tanpa koneksi. Kepentingan klas pemodal dan bangsawan tidak sedikit untuk menumbangkan dominasi klas proletar di partai. Dominasi klas proletar dalam partai tentu akan sangat menggangu keberadaan mereka dalam mengatur perekonomian Cina.

Dominasi klas proletar dalam kepemimpinan partai tidak lagi dominan. Kondisi perang ideologi ini yang mekan keberadaan klas buruh dalam tubuh partai. Partai yang seharusnya sudah mampu untuk menancapkan dominasi atas ajaran sosialisme sejak era Mao kembali dihadapkan kepada tekanan kaum borjuasi dalam negeri. Borjuasi yang mengatasnamakan dirinya sebagai watak klas proletar namun tingak lakunya liberal dan mengotak-atik ajaran Karl Marx (revisionis modern).

Kegagalan Cina dalam mempertahankan sistem sosialisme sebenarnya bukanlah karena kaum sosialis melainkan kegagalan kaum revisionis modern yang mengotak-atik sistem yang sejak lama dibangun oleh Mao. Cina diera Deng tidak memberikan ajaran sosialis yang sesuai dengan ajaran klas dalam perspektif Marx.

Atas kondisi diatas kita dapat mengalisis tentang dominasi klas mana yang ada dalam PKC. Dominasi klas dalam partai tentu akan sangat mempengaruhi kedudukan klas buruh dalam mendiktatori klas borjuasi. Karena kediktatoran proletariat merupakan rentetan tahapan menuju masyarakat komunisme yang


(35)

tanpa klas. Sistem diktator proletariat yang dijalankan oleh Mao melalui pemerintahan seperti dengan melibatkan klas buruh dan kaum tani adalah bentuk konkreat dari program perjuangan klas. Kediktatoran proletariat tidak kita temukan dalam PKC masa kepemimpinan Deng. Deng lebih memilih meletakan kepemimpinan kepada kelompok borjuasi dengan tujuan untuk mendapatkan asupan dana untuk menyelamatkan Cina dari kondisi krisis.

3.3.4. Kebijakan Kebudayaan Cina

Didalam membangun kebudayaan proletariat, Mao beranggapan bahwa penting untuk belajar dari munculnya revisionis modern di Uni Soviet, Mao menyadari bahwa di Cina juga ada bahaya restorasi kapitalisme. Kebijakan itu tidak datang dari musuh negara reaksi atau dari kubu imperialisme secara langsung tapi mereka menyusup dalam tubuh kepemimpinan partai, pemerintahan, militer maupun budaya. Untuk itu Mao menjalankan revolusi besar kebudayaan proletariat, pada dasarnya adalah sebuah revolusi politik besar yang dipimpin oleh klas proletariat melawan klas borjuasi dan semua klas penghisap lainnya dibawah kondisi sosialisme.

Program RBKP dilancarkan dibawah kondisi sosialisme dan kediktatoran proletariat. Dalam RBKP rakyat diberikan kebebasan untuk melakukan 4 kebebasan besar yaitu kebebasan berbicara, mengemukakan pendapat sebebas-bebasnya, mengadakan perdebatan besar, dan menulis poster dengan huruf besar. Program ini dikecam dan dianggap sebagai sebuah teror bagi negara kapitalisme


(36)

dan dianggap sebagai kediktatoran yang kejam. Sebab melalui program RBKP kalangan borjuasi tidak dibiarkan berada dalam situasi yang bebas. Masyarakat dibiarkan untuk memilih pemimpinnya.

Dalam sistem masyarakat sosialis masih dimungkinkan untuk bangkitnya kaum revisionisme yang membelokkan tujuan dari sosialisme, hal ini dikarenakan berbagai macam kontradiksi, ketimpangan dan ketidaksetaraan yang diwarisi dari masyarakat lama yang tidak mungkin lenyap dalam beberapa tahun. Ketidak setaraan ini berupa ketidaksetaraan dalam mendapatkan gaji, kesempatan pendidikan dan kesempatan kerja di kota dan dipedesaan. Hal ini yang menciptakan rasa tidak sepenanggungan, egois dan hak istimewa. Inilah sebuah karakter klas borjuasi.

Dalam periode pembangunan sosialis selain adanya klas, kontradiksi, perjuangan klas, dan masih ada juga ketidaksesuaian antara basis ekonomi dengan bangunan atasnya (pendidikan, politik, kebudayaan, ideologi dan lain sebagainya). Masalah inilah perubahan dalam basis material ekonomi terjadi begitu cepat jika dibandingkan dengan perubahan dalam bangunan atas. Kondisi inilah yang membangkitkan budaya lahir dan berkembangnya sebuah elit dari kalangan borjuasi baru di Cina.

Masyarakat Cina melihat dan merasakan tingkah laku birokrasi yang terpisah dari paham sosialis. Oleh karena itu Mao memobilisasi massa untuk melawan kaum borjuasi baru. Dalam dokumen keputusan CCPKC tentang RBKP


(37)

yang diambil pada bulan agustus 1966 jelas dinyatakan tujuan dari RBKP adalah berjuang melawan dan menggulingkan orang-orang yang berkuasa yang mengambil jalan kapitalisme dan mengubah pendidikan, sastra dan seni dan semua bangunan atas yang tidak sesuai dengan dasar ekonomi sosialisme. Sehingga memudahkan pengembangan sistem sosialisme.80

Hasil dari kampanye dan gerakan pendidikan sosialis telah membawa Mao pada satu kesimpulan bahwa berbagai gerakan dan pemberhentian orang-orang revisionis dari jabatannya tidak saja cukup untuk menjamin diteruskannya revolusi dan pembangunan sosialisme. Alhasil dari RBKP ini adalah jutaan massa dimobilisasi secara besar-besaran untuk meningkatkan kesadaran melalui belajar Marxisme dan Lenninisme serta pikiran Mao Zedong serta menempa diri dalam perjuangan melawan revisionis yang bersayap dalam partai.

Dengan tegas tujuan dari RBKP adalah berjuang melawan dan menggulingkan orang-orang yang berkuasa yang mengambil jalan kapitalis, mengkritik para kaum intelektual borjuasi. Kemudian untuk memperteguh pandangan masyarakat Mao mengajak masyarakat untuk mengubah pendidikan, sastra, seni dan semua bangunan atas yang tidak sesuai dengan dasar ekonomi sosialis. Sebelum RBKP sebenaranya telah banyak kampanye perlawanan melawan orang-orang borjuasi misalnya gerakan anti kanan dan gerakan pendidikan sosialis yang dilakukan oleh pemerintahan dan partai yang sudah dikuasai oleh deng Xiaoping.

80


(38)

Gerakan RBKP ini tentu mendapat banyak pertentangan dari kubu Deng Xiaoping yang beranggapan bahwa gerakan masyarakat yang bergelora untuk merebut kekuasaan revisionis dianggap sebagai gerakan anarkis. Memang dalam sejarah partai komunis belum pernah terjadi gerakan massa mengobrak abrik dan menghancurkan aparat dan lembaga negara. Dari kalangan petinggi partai tingkat nasional, direktur dan manager pabrik, sampai kepada para akademisi yang berhaluan revisionis semua menjadi sasaran kritik.

Keadaan ini menarik perhatian dari media kaum imperialisme serta media yang dikuasai oleh borjuasi. Media-media ini menunjukan dan membuktikan bahwa sosialisme adalah sistem yang merampas hak demokrasi rakyat. Orang yang dulu pengagum sosialisme kini merosot menjadi pengagum demokrasi liberal. Revolusi besar kebudayaan proletariat sebenarnya sudah membuktikan dengan jelas bagaimana kedudukan kaum imperialisme dan kaum borjuasi. Kediktatoran proletariat sama sekali bukan hambatan untuk adanya demokrasi bagi klas buruh, kaum tani dan klas pekerja lainnya.

Anggapan dari kaum revisionis yang menganggap RBKP adalah cerminan dari gaya kepemimpinan diktator Mao. Sebab bagi kalangan revisionis Mao telah membuat kekeliruan dalam meyelesaikan kontradiksi dalam partai. Sebab bagi Deng dan pengikutnya bahwa klas borjuasi sudah selesai dibasmi pada tahun 1949 sehingga tidak mungkin perjuangan klas belum selesai. Tentu saja ini adalah skema untuk mengaburkan kontradiksi klas dalam sistem masyarakat Cina. Namun yang menjadi catatan tambahan bahwa RBKP bukan melahirkan


(39)

kontradiksi antara masyarakat. Tetapi cara menyelesaikan kontradiksi rakyat dengan orang yang berkuasa yang mengambil jalan kapitalisme. Yang diperangi Mao adalah ide dan gagasan dari kalangan revisionis.

Berakhirnya masa Mao berakhir jugalah RBKP, dan menjadi tonggak awal reformasi kebudayaan ala Deng. Setelah Mao wafat pada September 1976 pemerintahan sementara diambil alih oleh Hua Guofeng dan akhirnya Deng kembali untuk melakukan transformasi ekonomi melalui jalur kapitalisme. Untuk menciptakan kondisi masyarakat yang mampu mendukung reformasi Deng melakukan reformasi kebudayaan yang dikenal dengan Liberalisasi Pikiran. Masyarakat Cina yang kokoh mempertahankan kebudayaan, terutama pengaruh sosialisme. Reformasi ini dimaksudkan untuk menyesuaikan sisi pengaruh sosialisme dan budaya yang diaanggap Deng kurang semangat dalam membangun Cina.

Disatu sisi liberalisasi pikiran menentang konsep perekonomian sosialis yang dianggap gagal dalam membangun Cina. Pengendalian badan-badan usaha oleh pemerintahan serta konsep sama rasa sama rata yang sejalan dengan konsep laba dan bisnis. Disisi lain liberalisasi pikiran telah mendorong masyarakat Cina untuk berkompetisi dan tentu ini bertentangan dengan ajaran sosialisme yang mengajarakan kebersamaan.


(40)

NO

PERBEDAAN SISTEM EKONOMI POLITIK SOSIALIS DAN KAPITALISME DI CINA

KEBIJAKAN KEPEMIMPINAN

MAO ZEDONG DENG XIAOPING

1 Pembangunan Politik Negara

Pembangunan politik berasas kediktatoran proletariat untuk pembangunan sosialisme.

Pembangunan politik berasaskan pada

kediktatoran borjuasi untuk membangun kapitalisme 2 Kebijakan

Ekonomi Politik

Kebijakan lompatan jauh ke depan dengan tujuan

pelaksanaan Land Reform dan pembangunan industri nasional

Kebijakan reformasi

ekonomi. Membuka peluang investasi dan pinjaman luar negeri untuk pembangunan 3 Kediktatoran Klas

Masyarakat

Klas proletariat mendiktatori klas borjuasi

Klas borjuasi mendiktatori klas proletariat

4 Kebijakan Kebudayaan

Menjalankan revolusi besar kebudayaan proletariat untuk menghapuskan watak

revisionis modern yang berkembang di kalangan pemimpin partai

Menjalankan reformasi budaya melalui program liberalisasi pikiran yang tujuannya merestorasi budaya kapitalisme


(41)

3.4. Faktor-Faktor Mempengaruhi Peralihan Sistem Ekonomi Politik Cina Dari Sosialisme-Kapitalisme

Setelah melihat kebijakan ekonomi politik Cina di masa Mao dan Deng kemudian melihat perbedaan dari kedua sistem ini maka penulis akan mencoba melihat faktor apa yang mempengaruhi peralihan ini. di Dalam melihat peralihan, penulis menggunakan perspektif klas Marx dalam melihat dasar dari penelitian. Alhasil terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan ini, diantaranya:

3.4.1. Faktor Internal

Faktor internal peralihan sistem ekonomi yang terjadi di Cina adalah faktor yang paling menentukan. Dalam hal ini adalah keterlibatan Partai Komunis Cina dalam menjalankan sistem ekonomi sosialisme di Cina. Adapun yang menjadi faktor internal peralihan sistem ekonomi politik Cina disebabkan oleh:

3.4.1.1. Faktor Fase Awal Peralihan Cina Dari Sistem Feodal Menuju Sistem Sosialisme

Pasca Mao Zedong bersama rakyat Cina memenangkan revolusi sosial menumbangkan sistem dinasti feodal. Disaat itu juga corak ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan juga mengalami proses perubahan. Beberapa usaha untuk memperteguh pandangan sosialisme mulai dijalankan melalui perjuangan klas. Saat itu sifat dan watak masyarakat masih sangat terbelakang akibat sistem feodal.


(42)

Sistem masyarakat feodal telah membuat jurang ketimpangan dalam klas masyarakat. Perbedaan tingkat pendidikan, tingkat kebudayaan, tingkat ekonomi menjadikan watak masyarakat lebih individualis dan anti sosial. Watak klas borjuasi yang ditanamkan sejak lama tentu tidak berubah begitu saja pasca revolusi. Inilah yang perlu dikikis habis dalam menjalankan sistem sosialisme.

Pandangan masyarakat tentang sistem sosialisme masih sangat terlalu dini. Bagi Mao saat itu perjuangan klas bukan hanya sebatas angkat senjata. Tetapi memajukan pandangan masyarakat Cina tentang hari depan sosialisme. Keadaan masyarakat yang terbelakang tentu membutuhkan proses kerja politik dan ideologi untuk mempertahankan kemenangan dan serangan dari kaum revisionis. Masyarakat sosialis meliputi satu periode sejarah yang cukup panjang. Dalam periode sejarah sosialis, masih ada klas, kontradiksi klas dan perjuangan klas, ada perjuangan antara jalan sosialis dan jalan kapitalis dan ada bahaya restorasi kapitalisme.

Bukan berarti pasca kemenangan revolusi, secara otomatis selesai jugalah perjuangan diktator proletariat. Bukan berarti sudah tidak ada kesenjangan, tidak ada lagi pemikiran-pemikiran klas borjuasi dalam masyarakat, dan seluruhnya sudah menjadi sosialis. Untuk merubah watak klas borjuasi dalam masyarakat dibutuhkan kediktatoran proletariat. Watak dan ke khasan klas borjuasi yang sejak lama telah melekat dalam kebudayaan masyarakat. Watak klas borjuasi yang masih melekat inilah yang menjadi faktor munculnya pemikiran revisionis moderen dalam kubu Partai Komunis Cina.


(43)

Memperteguh pandangan masyarakat yang sosialis, mendapatkan serangan dari negara reaksi dan paling berbahaya sebenarnya rongrongan kaum revisionis moderen dala tubuh PKC. Karena pemikiran bebas kaum borjuasi merevisi pandangan Marx tentang sosialisme dan merubah esensi dari sosialisme. Sikap dan pandangan Deng tentang penyatuan ideologi kapitalis dan sosialis tidaklah terlepas dari faktor ini.

Bibit-bibit pemikiran revisionis yang tetap ada dalam pikian pimpinan PKC saat itu mulai mulai mengutak-atik sistem sosialisme Cina. Mereka menjalankan reformasi dari segala aspek dengan tujuan untuk mengubah ekonomi Cina menjadi kapitalisme. Keuntungannya para kaum revisioni bisa memupuk harta untuk memperkaya diri dijadikan motivasi ditambah sistem politik sosialis yang diktator akan memperteguh kedudukan mereka secara secara permanen. Inilah menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi peralihan sistem ekonomi politik Cina. Bagi Deng tidak ada peralihan sistem sosialisme, yang ada hanya penyesuaian sosialisme dengan kebudayaan Cina.

Penyesuaian sistem ekonomi politik kapitalisme ini disebut sebagai sosialisme dengan ciri khusus Cina. Namun bagi Mao perjuangan mempertahankan sosialisme adalah bagian dari perjuangan klas untuk menghapuskan revisionis moderen dalam tubuh partai. Mao sangat tegas memandang revisionis moderen sebagai penyebab restorasi kapitalisme Cina.


(44)

Bagi Deng maupun Mao keduanya memiliki kepentingan masing-masing untuk mempertahankan metode ekonomi politiknya. Berbagai kebijakan dikeluarkan untuk saling menghapuskan sistem yang berlaku baik dimasa Deng maupun dimasa Mao. Bagi Deng, kepentingannya adalah menggantikan sistem sosialisme menuju kapitalisme. Sedangkan bagi Mao mendiktatori klas borjuasi atas klas proletariat.

3.4.1.2. Faktor Kepemimpinan Klas Borjuasi Kecil Dalam Partai

Menurut pandangan Marxisme, klas borjuasi kecil adalah golongan masyarakat yang memiliki modal terbatas dan kerap bersikap bimbang. Deng Xiaoping merupakan kader Patai Komunis Cina yang berlatar belakang klas borjuasi kecil. Berasal dari kalangan pemuda pelajar, Deng mulai mencoba mempelajari ideologi sosialis. Pasca kematian Mao, Deng melanjutkan tonggak kepemimpinan partai dan Cina.

Saat itu sistem sosialisme dunia sedang dalam keadaan surut, gerakan kapitalisme mencuat kepermukaan. Keadaan ini juga berimbas kepada perekonomian Cina. Gerakan untuk merevisi ajaran Marx mulai bermunculan dari kalangan kaum intelektual atau borjuasi kecil. Bagi pandangan kaum borjuasi kecil ini merupakan peluang untuk keluar dari krisis dengan bergabung dengan negara poros kapitalisme.

Sama halnya dengan Deng Xiaoping yang menilai melalui jalan ekonomi kapitalisme, Cina dapat keluar dari krisis ekonomi pasca perang dingin.


(45)

Kehancuran Uni Soviet menjadi sebuah batu sandungan dalam pembangunan sosialisme di Cina. Dominasi golongan revisionis telah mengubah haluan ideologi partai. Tawaran secara tidak langsung tersaji didepan mata pemerintahan Deng Xiaoping untuk membangun kapitalisme di Cina.

Investasi dan pinjaman untuk membangun Cina digelontorkan oleh negara-negara kapitalisme. Tahun pertama pasca deklarasi kapitalisasi ekonomi Cina, pembangunan begitu peasat. Peraturan ekonomi dalam konstitusi diamandemen untuk merubah kebijakan agar lebih terbuka terhadap investasi. Pembangunan Cina ditujukan untuk mempercepat perputaran modal di Cina. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, ini menjadi pasar dan sasaran tenaga produktif bagi investasi.

Para klas borjuasi dalam PKC menyambut ini dengan meriah. Tapi yang menjadi persoalan, Deng tidak menjaga seutuhnya ajaran sosialisme. Memang pada saat itu negara dunia sudah didominasi oleh perekonomian kapitalisme. Deng melihat peluang ini, kelompok klas kanan yang menjadikan para golongan revisionis terbawa arus.

Deng merevisi ajaran Marx dengan menegasikan kontradiksi, perjuangan klas dan mereformasi ekonomi politik Cina.Pandangan borjuasi kembali ke tengah-tengah masyarakat, seluruh pandangan sosialisme direvisi demi kepentingan klas borjuasi yang menguasai partai komunis Cina. Deng mulai menjalankan sistem ini, dan mengembalikan Cina ke sistem ke jalan kapitalisme.


(46)

Kepemipinan borjuasi kecil dalam partai Komunis Cina adalah penyebab peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sistem sosialisme menuju sistem kapitalisme. Memang karakteristik borjuasi ini bukan hanya dilihat dari status hubungan produksinya tetapi dilihat juga dari wataknya penghisap atau terhisap. Bagi Deng pemerintahan politik sosialis dan sistem ekonomi kapitalis merupakan sebuah hal yang sah-sah saja.

Mao Zedong sendiri memang juga berasal dari kalangan borjuasi kecil, akan tetapi teori Marx yang menempah Mao menjadi seorang proletariat dalam menajalankan teori revolusioner. Inilah yang membawa Cina menjadi negara sosialisme. Berbeda dengan Deng, dimasa kepemimpinannya Mao meletakan kekuasaannya didalam garis koridor teori Marxisme. Mao tidak bimbang dalam menjalankan praktek revolusionernya. Alhasil sampai akhir hidupnya, Mao tidak sesekalipun mengubah haluan ekonomi politik Cina.

Jika berkaca pada pandangan Marx, keberhasilan Mao dan PKC dalam menjalankan revolusi adalah sebuah usaha untuk menghapuskan sistem monopoli alat produksi di Cina. Penggulingan kekuasaan Partai Kuomintang dan perjuangan melawan kolonialisme merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan rakyat Cina ketika itu merampas tanah-tanah yang dikuasai oleh tuan tahan, penumbangan kekuasaan rezim nasionalis Kuomintang. Masuknya klas borjuasi dalam partai menjadikan seluruh hasil revolusi dikembalikan lagi ke sistem kapitalisme


(47)

3.4.1.3. Pandangan Revisionis Moderen Tentang Kontradiksi

Pasca Cina dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping, pemerintahan revisionis mendominasi segala aspek di Cina. Pandangan kaum revisionis beranggapan bahwa kontradiksi antara kals borjuasi dan klas proletar yang sudah usai pasca revolusi 1946. Kemunculan ide kapitalisasi ekonomi Cina adalah sebuah penyuasaian sistem ekonomi sosialis ciri khusus Cina. Bagi Deng dan pengikutnya Cina masih menjalankan sistem politik sosialisme, tapi secara ekonomi kapitalis.

Dalam pembangunan Sosialisme, masih terus ada kontradiksi antara tenaga produksi dan hubungan produksi yang harus dilihat sebagai satu keseluruhan, ibaratnya dua muka dari satu mata uang yang sama. Kontradiksi itu diselesaikan melalui penyesuaian terus menerus antara hubungan produksi dengan perkembangan yang dicapai oleh tenaga produksi. Kalau hubungan produksi tidak disesuaikan maka pada suatu ketika perkembangan tenaga produksi akan mengalami hambatan dan kontradiksi antara keduanya tak akan bisa diselesaikan dengan baik.

Kondisi ini telah mengaburkan pandangan masyarakat tentang sosialisme. Masyarakat kembali disuguhkan dengan budaya kapitalisme berbungkus sosialisme. Ini yang menjadikan perjuangan klas dalam masyarakat Cina belumlah selesai. Pandangan klas borjuasi masih ada ditengah masyarakat Cina. Tetapi bagi Deng dan pengikutnya malah sebaliknya. Deng beranggapan kolaborasi sistem


(48)

sosialisme dengan sistem kapitalisme adalah sebuah cara untuk menyelamatkan Cina dari krisis.

Deng mengilustrasikan ekonomi Cina ibarat kucing. Tidak masalah kucing hitam atau kucing putih, keduannya tetap makan ikan. Tidaklah masalah ekonomi Cina kapitalisme atau sosialisme yang utama keduanya untuk tujuan kesajateraan. Bagi Deng kontradiksi sudah selesai, klas buruh dapat berdamai dengan klas borjuasi. Bahkan dalam beberapa praktek klas borjuasi dan klas proletariat menjalin hubungan produksi untuk membangun Cina. Bagi Deng tidak masalah menjalankan mengkolaborasikan sistem kapitalisme dengan sistem sosialisme yang utama adalah bagaimana seluruh klas dalam masyarakat mampu untuk membangun Cina.

Dampaknya Cina membangun dengan kekuatan ekonomi investasi. Terlihat secara infrastruktur Cina menjelma menjadi kekuatan ekonomi dunia, namun nyatanya kekuatan ekonomi yang maju adalah kekuatan ekonomi klas borjuasi yang berkuasa di Cina dan investasi luar negeri Cina. Masyarakat Cina kembali di hadapkan kepada sistem perampasan nilai lebih dan monopoli alat produksi.

3.4.2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor dari luar yang mempengaruhi peralihan sistem ekonomi politik Cina. Selain faktor internal sebagai faktor yang


(49)

menentukan, akan tetapi faktor eksternal dari luar Partai Komunis Cina menjadi batu loncatan berkembangnya paham revisionis moderen di Cina.

3.4.2.1. Kehancuran Uni Soviet Sebagai Kiblat Sosialisme Dunia

Setelah masa Stalin, pandangan politik Uni Soviet tentang masyarakat diktator proletariat mulai beralih haluan dibawah kepemimpinan Khurushchev. Setahap demi setahap menjadi negara dibawah kepemimpinan borjuasi. Kondisi ini berdampak dengan sikap politik Uni Soviet yang mulai melakukan pemutusan hubungan dengan negara-negara sosialisme seperti dengan negara Komunis Tiongkok dibawah kepemimpinan Mao Zedong pada tahun 1960-an.

Bahkan Uni Soviet mulai membuka diri untuk melakukan investasi dengan negara-negara kapitalis yang ketika itu sudah mencapai tahapan tertingginya. Khurushcev telah membuka pintu masuknya watak borjuasi ke Partai PKUS dan menjadi syarat pembubaran sistem masyarakat sosialisme. Gerakan pemeberontakan di internal negara dan tekanan krisis ekomomi Rusia akibat perang dingin melawan Amerika Serikat berimbasnya pada pengucilan gerakan sosialis.

Tentu saja pimpinan partai komunis Uni Soviet menjadikan ini sebagai peluang bisnis dalam membangun kesatuan antara pekerjaan politik dan ekonomi. Imbasnya tentu pengucilan gerakan buruh dan berdampak kepada pembubaran Partai Komunis Uni Soviet pada tanggal 29 Agustus 1991 oleh Gorbachev. Pembubaran ini sebagai bentuk pemberhangusan gerakan sosialisme. Gorbachev


(50)

memang selamat dari kudeta, tetapi tingkat kepercayaan masyarakat makin menurun.

Gorbachev tetap dihadapkan kepada kesulitan ekonomi dalam negeri yang semakin parah, hingga berdampak kelompok militer mulai terpecah-pecah dan 15 negara bagian yang tergabung dalam Uni Soviet banyak yang menuntut kemerdekaan. Semua ini atas dasar kekecewaan negara-negara soviet dalam penegakan garis sosialisme. Hingga Uni Soviet dinyatakan bubar pada tanggal 31 Desember 1991.

Pembubaran ini sebagai bentuk berdampak kepada kepemimpinnan sosialisme dunia. Gorbachev meyerahkan kepemimpinan sosialisme kepada setiap partai di setiap negara. Keadaan ekonomi dalam negeri Uni Soviet yang semakin parah, berdampak kepada kelompok militer mulai terpecah-pecah dan 15 negara bagian yang tergabung dalam Uni Soviet banyak yang menuntut kemerdekaan. Semua ini atas dasar kekecewaan negara-negara soviet dalam penegakan garis sosialisme. Hingga Uni Soviet dinyatakan bubar pada tanggal 31 Desember 1991.

Sejak saat itu gerakan sosialisme dunia dianggap gagal oleh negara Amerika Serikat. Pembantaian dan gerakan anti agama dikampanyekan diberbagai dunia. Tujuannya untuk menghapuskan paham sosialisme di negara dunia. Alhasil, gerakan anti sosialisme berimbas kepada demokratisasi negara-negara dunia. Amerika Serikat sebagai negara kiblat kapitalisme mampu mendomoninasi perekonomian dunia. Salah satunya adalah Cina, restorasi kapitalisme dan semua


(51)

propaganda kaum penguasa revisionis kapitalis Cina, menghitamkan Sosialisme yang dibangun Mao. Tapi kecintaan masyarakat terhadap Mao tidaklah sedemikian.

Pada hari kelahiran dan meninggalnya Mao, peringatan untuk mengenang Mao diselenggarakan di berbagai kota dan para pesertanya semakin banyak dan kehadiran kaum muda pun meningkat. Terdapat berbagai grup studi karya-karya Mao dan internet juga digunakan untuk menyebarkan dan menyalurkan pendapat yang menantang versi resmi kaum penguasa dan arus pokok dalam media petisi dan persaingan.

Nilai sosial lainnya yang sangat penting diajarkan Mao adalah kerja sama dan setiakawan, bukan kompetisi dan persaingan. Mao percaya akan kemampuan lembaga-lembaga ilmu dan penelitian untuk memenuhi tugasnya justru karena keunggulan dari sosialisme di mana antara lembaga-lembaga tersebut tidak ada kompetisi dan persaingan. Melalui kerja sama dan tukar informasi, semua akan maju bersama.81

Pasca itu, hampir seluruh negara sosialisme dunia mendeklarasikan diri sebagai pemimpin sosialisme dengan corak kapitalisme. Saat itu juga sistem ekonomi politik sosialisme kehilangan pamor. Gerakan pembebasan nasional tidak lagi berhaluaan revolusioner. Para pimpinan partai mulai menjalankan sistem ekonomi sosialisme yang ada pada isi kepala mereka. Memang faktor ini

81


(52)

tidaklah menjadi faktor paling dominan. Tapi faktor ini mempengaruhi pandangan gerakan sosialis ketika itu.

3.4.2.2. Faktor Kampanye Hitam Tentang Sosialisme Mao Zedong

Setelah kemenangan kapitalisme, pandangan tentang sosialisme dianggap sebagai sebuah ideologi yang berbahaya. Sosialisme diartikan sebagai sebuah kekerasan untuk mencapai masyarakat tanpa klas. Bahkan beberapa pemikir liberal beranggapan bahwa sosialisme merupakan sebuah ideologi utopis. Sosialisme tidak akan mampu menghapuskan klas dalam masyarakat melalui jalan revolusi. Pemikiran ini berlandaskan kepada kegagalan Uni Soviet dan Cina.

Cina secara khusus ideologi sosialisme Mao dianggap gagal menghapuskan sistem masyarakat berklas. Mao dianggap tidak mampu mendirikan pemerintahan yang kompak dan stabil. Revolusi dianggap sebagai keresahan dan perang saudara dalam waktu yang lama. Segi keberhasilan Mao dalam membangun sosialisme dinilai sebagai sebuah karakter yang totaliter garis keras. Revolusi besar kebudayaan proletariat untuk melawan revisionis moderen dianggap sebagai pembantaian terbesar sepanjang sejarah manusia.

Mega proyek lompatan jauh kedepan untuk meningkatkan perekonomian kolektif pertanian. Walaupun beberapa kalangan menyebutkan bahwa hasil dari program ekonomi lompatan jauh kedepan dianggap gagal. Munculnya beragam angka yang menyebutkan tingkat kematian itu akibat program ini, mungkin tidak begitu penting bagi sebagian kalangan selama ini. Mao telah memaksa para


(53)

pemimpin partai di tingkat provinsi dan lokal untuk memenuhi target produksi besar-besaran yang tidak realistis kepada para petani. Tidak adanya komunikasi yang efektif dan desentralisasi yang tidak masuk akal telah menyebabkan aktivitas ekonomi nasional mengalami kekacauan dan terjadi misalokasi sumberdaya yang luar biasa.

Sementara itu rangsangan kepada petani untuk berproduksi semakin menurun akibat penentuan level pendapatan secara besar-besaran melalui sistem komune. Hal-hal ini kemudian menyumbang pada gagalnya hasil produksi pertanian pada 1959 hingga 1962. Situasi gagal panen ini makin memburuk ketika pemerintah pusat mengambilalih produk pertanian kacang-kacangan dari daerah pedesaan, guna memenuhi kekurangan produksi kacang-kacangan secara nasional dari perkiraaan semula.

Akibat paling buruk dari gagalnya program Lompatan Jauh ke Depan ini, terjadi kemiskinan dan kelaparan massal yang luar biasa di seluruh Cina. Kemiskinan dan kelaparan ini adalah sesuatu yang terbesar dalam sejarah Cina, bahkan diklaim terbesar dalam sejarah umat manusia. Dan ini bukan kemiskinan biasa, melainkan kemiskinan yang mematikan dengan jumlah korban yang mendirikan buluroma. Para intelektual liberal dan pemimpin Cina pasca Mao, mengeluarkan angka-angka yang berbeda mengenai jumlah penduduk yang meninggal akibat kelaparan itu.


(54)

Akan tetapi kampanye yang dituju telah tercapai, “Mao telah membiarkan rakyatnya mati akibat kemiskinan dan kelaparan.” Tetapi, bagi mereka yang ingin menegakkan kebenaran ilmiah, jumlah angka yang berbeda-beda itu menimbulkan pertanyaan serius menyangkut validitas dan akurasi dari mana dan bagaimana angka itu diperoleh. Berhadapan dengan kontroversi itu, kita mesti melampaui metode perhitungan statistik. Saya ingin mengajak anda untuk melihat perkembangan ekonomi dan sosial pada masa penerapan program Lompatan Jauh ke Depan.

Data yang dikeluarkan oleh rejim Deng Xiaoping, juga menunjukkan angka pertumbuhan yang positif. Misalnya, produksi industrial meningkat sebesar 11,2 persen per tahun dari 1952-1976 (bertumbuh 10 persen per tahun selama periode revolusi kebudayaan yang dituduh sebagai periode terkelam dalam sejarah Cina). Pada tahun 1952, sumbangan sektor industri terhadap pendapatan nasional bruto sebesar 36 persen. Pada 1975, sumbangan sektor industri meningkat menjadi 75 persen, sementara sumbangan sektor pertanian sebesar 28 persen.

Data lain dari Guo Shutian, mantan direktur kebijakan dan hukum kementrian pertanian Cina di masa Mao menyebutkan, benar bahwa produksi pertanian menurun dalam periode 1949-1978, karena “bencana alam dan kesalahan dalam praktek.” Namun demikian, ia mengatakan antara 1949-1978 jumlah produksi pangan biji-bijian meningkat sebesar 145,9 persen dan total produksi pangan meningkat sebesar 169,6 persen. Selama periode ini, penduduk Cina bertumbuh sebesar 77,7 persen. Berdasarkan data ini, menurut Shutian,


(55)

produksi pangan per kapita Cina meningkat dari 204 kg menjadi 328 kg dalam periode tersebut.82

Menyimak data-data di atas, menjadi aneh jika melihat jumlah puluhan juta orang yang meninggal akibat kelaparan dan kemiskinan. Dimana rasionalisasinya? Jika asumsinya tampilan ekonomi yang positif itu hanya terkonsentrasi pada segelintir elit partai, hal itu tidak sesuai dengan kenyataan bahwa pada masa Mao tingkat kesenjangan sosial masyarakat Cina adalah yang terbaik sepanjang sejarahnya. Berhadapan dengan keanehan ini, maka kita punya dua pilihan: pertama, percaya buta bahwa memang pada masa Lompatan Jauh ke Depan ada puluhan juta orang yang mati; atau kedua, kita menganggap angka-angka puluhan juta itu tak lebih sebagai propaganda murahan kalangan yang anti revolusi Cina.

82


(56)

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada dua faktor yang menjadi penyebab peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sistem ekonomi sosialisme menuju sistem ekonomi kapitalisme, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam Partai Komunis Cina dan faktor eksternal yang berasal dari luar Partai Komunis Cina.

2. Faktor internal peralihan sistem ekonomi politik Cinadisebabkan oleh masih adanya watak borjuasi, hal ini dikarenakan Cina saat itu masih dalam tahapan awal peralihan sistem feodal. Sehingga kondisi ini melahirkan adanya klas borjuasi dalam kepemimpinan Partai Komunis Cina. Dampaknya Partai Komunis Cina diisi oleh golongan revisionis moderen yang memiliki pandangan berbeda dengan golongan marxis dalam memandang kontradiksi yang ada di Cina.

3. Faktor eksternal peralihan sistem ekonomi politik Cinadisebabkan oleh bubarnya gerakan sosialisme dunia akibat keruntuhan Uni Soviet sebagai kiblat sosialisme dunia dan kampanye hitam tentang sosialisme dikalangan masyarakat dunia,


(57)

4. Perbedaan mendasar dari sistem ekonomi politik sosialisme dan kapitalisme terletak pada aspek pembangunan politik, kebijakan ekonomi politik Cina, kedudukan klas dalam sistem masyarakat dan kebijakan kebudayaan di kedua masa pemimpin ini.

4.2. Saran

Hasil penelitian yang telah dilakukan memberikan pengetahuan mengenai keberhasilan Cina dalam membangun perekonomiannya, tentu menurut peneliti penting untuk diberikan masukan agar pembangunan ekonomi di Indonesia dapat berjalan lebih baik dan lebih maju lagi dalam menyelesaikan persoalan ekonomis bagi masyarkat di Indonesia.

1. Persatuan antara klas buruh dan kaum tani sebagai masyarakat mayoritas di Indonesia adalah syarat utama untuk membangun perekonomian Indonesia. Sebab berkaca dari keberhasilan Cina dalam membangun perekonomiannya yang dilatarbelakangi oleh aliansi dasar Cina yang bergabung dalam Front Persatuan Nasional di eranya Mao. Kondisi Cina di era Mao tidaklah jauh berbeda dengan Indonesia saat ini. Cina saaat itu adalah negara yang berbasis agraria sama halnya dengan Indonesia. Ketika Cina mampu mengkonsentrasikan pembangunan berbasis agraria melalui program Land Reform dan pembangunan industri nasional Artinya sangat relevan jika melihat praktek maju Cina tersebut dijalankan dalam


(58)

pembangunan di Indonesia. Tidak ada alasan untuk tidak menjalankan Land Reform dan pembangunan industri nasional.

2. Sistem ekonomi adalah basis dari seluruh aspek bangunan atasnya. Sangatlah tepat jika dalam pembangunan di Indonesia lebih mengutamakan pembangunan ekonomi yang berasaskan kepada kepentingan masyarakat mayoritas. Pembangunan sarana dan prasarana pertanian, pembangunan lapangan pekerjaan, pendidikan dan kesehatan gratis, dan segala aspek yang menyangkut harkat orang banyak.


(59)

BAB II

PROFIL NEGARA CINA

2.1. Sejarah Negara Cina

Sejarah Cina adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari penemuan arkeologi dan antropologi, daerah Cina telah didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu. Peradaban Cina berawal dari berbagai negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada zaman Neolitikum.30 Dalam sejarah dikatakan bahwa Cina merupakan bangsa yang sudah ada semenjak 3000 SM. Bangsa Tionghoa yang merupakan bangsa asli Cina sudah menduduki lembah sungai Hoang Ho di Cina bagian utara. Lembah yang subur telah menjadi pusat kedamaian dan sebagai tempat asli bagi bangsa Tionghoa. Selama ribuan tahun bangsa Tionghoa membangun peradaban yang kuat dan kokoh. Dalam catatan sejarah, Cina telah memulai mendirikan sebuah kekuasaan politik sejak tahun 1550-1050 SM dalam bentuk kerajaan perbudakan.31

Kemajuan pesat ekonomi politik Cina bukan semata-mata dipengaruhi oleh kemajuan industri di era milenium saat ini. Proses perkembangan peradaban yang diawali oleh sistem masyarakat primitif yang berkembang ke perbudakan, berkembang ke era dinasti feodal sampai meletusnya revolusi sosial dan

30 Wikipedia. “Sejarah Tiongkok”. Diakses melalui: https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Tiongkok pada tanggal 4 Desember 2016, Pukul 18:51

31 J. Fachruddin Daulay.

Orang Tionghoa: Bangsa Tertua Di Asia, Sejarah, dan Latar Belakang Awal Persebarannya.


(1)

Keywords : Political Economy, Class, Capitalism Restoration and Modern Revisionist.


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi ini berjudul “Sistem Ekonomi Politik Cina (Studi Kasus : Peralihan Sistem Ekonomi Sosialisme Menuju Sistem Ekonomi Kapitalisme).

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun dan ditujukan untuk memenuhi syarat menempuh ujian akhir Strata-1, Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini dapat terselesaikan dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis haturkan kepada :

1. Terima kasih kepada Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Terimakasih kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Terima kasih kepada Bapak Prof. Subhilhar, M.A, Ph.D selaku dosen pembimbing saya. Terima kasih untuk segala saran, kritik, dan motivasi yang diberikan dalam membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Kedua orang tua Saya, Bapak Samidun Situmorang dan Ibu Damsiah Siregar yang selalu memberikan semangat kepada saya baik secara moril maupun materi. Terimakasih atas dukungan yang diberikan selama ini.

5. Seluruh dosen dan staft pengajar Ilmu Politik FISIP USU yang sudah memberi ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada saya selama kuliah di Ilmu Politik


(3)

6. Kedua saudara saya, Andes Febriansyah Situmorang, S.E dan Afrilio Heriansyah Situmorang, S.H yang telah memberikan dukungannya selama ini. 7. Rekan-rekan Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Politik secara khusus kepada

teman-teman angkatan 2013, yang telah memulai perjalanan mulai dari awal perkuliahan sampai dipenghujung akhir akademik kita.Semoga kawan-kawan dapat segera menyelesaikan skripsinya.Dan juga seluruh pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam pengumpulan data, pengolahan data, serta penyajiannya. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca walaupun masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih bagi semua pihak yang telah memberi bimbingan, masukan, bantuan, dan dukungan selama proses pengerjaan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Medan, Februari 2017

Elya Novita Sari Situmorang 130906065


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT ………...………... ii

KATA PENGANTAR ………... iii

DAFTAR ISI ………... iv

BAB I : PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………...… 11

1.3. Batasan Masalah ………...…… 12

1.4 Tujuan Penelitian ………...…… 12

1.5 Manfaat Penelitian ………... 12

1.6 Kerangka Teori………... 13

1.6.1 Teori Ekonomi Politik ………... 13

1.6.2 Teori Sosialisme Marxis... 22

1.7 Metodologi Penelitian ... 27

1.7.1 Metode Penelitian ...………... 27


(5)

1.7.4 Teknik Analisis Data ………... 28

1.8 Sistematika Penulisan ………... 30

BAB II : PROFIL NEGARA CINA ………... 32

2.1. Sejarah Negara Cina ………... 32

2.1.1. Fase Sistem Masyarakat Perbudakan Menuju Sistem Masyarakat Feodal Di Negara Cina (2100 SM-1644) ... 32

2.1.2. Fase Sistem Masyarakat Feodal dan Sistem Kolonialisme Di Negara Cina (1644-1911) ………... 35

2.1.3. Republik Cina Dibawah Kepemimpinan Pemerintahan Nasionalis (1912) ………...………... 38

2.1.4. Kebangkitan Gerakan Komunis Di Era Pemerintahan Nasionalis (1927) ………...…………... 39

2.1.5. Pemerintahan Nasionalis Cina dan Kaum Komunis Melawan Agresi Militer Jepang ……...…………... 40

2.1.6. Fase Kemenangan Kaum Komunis Cina (Revolusi Sosial Cina) …...…………...…...…………...…...…………... 42

2.1.7. Fase Cina Dibawah Kepemimpinan Kaum Komunis dan Kemunculan Revisionis Modern …...…...…... 44

2.2. Keadaan Alam & Sosial ……...…...…………...…... 45

2.2.1. Keadaan Alam ...…...…………...…... 46


(6)

BAB III : PERALIHAN SISTEM EKONOMI SOSIALISME CINA

MENUJU SISTEM EKONOMI KAPITALISME ………... 53

3.1. Kebijakan Ekonomi Politik Mao Zedong …...…... ... 65

3.2. Kebijakan Ekonomi Politik Deng Xiaoping ... ... 70

3.3. Perbedaan Sistem Ekonomi Politik Mao Zedong Dengan Sistem Ekonomi Politik Deng Xiaoping ... ... 75

3.3.1. Pembangunan Politik Negara Cina... ... 76

3.3.2. Kebijakan Ekonomi Politik Cina... ... 80

3.3.3. Kediktatoran Klas Masyarakat Cina... ... 85

3.3.4. Kebijakan Kebudayaan Cina... ... 90

3.4. Faktor-Faktor Mempengaruhi Peralihan Sistem Ekonomi Politik Cina Dari Sosialisme-Kapitalisme ... ... 96

3.4.1. Faktor Internal... ... 96

3.4.2. Faktor Eksternal... ... 104

BAB IV : PENUTUP ... ... 111

4.1. Kesimpulan ... ... ... 111

4.2. Saran ... ... ... 112