HUBUNGAN EKONOMI DAN POLITIK CINA ASEAN

HUBUNGAN EKONOMI DAN POLITIK CINA-ASEAN
DALAM KERJA SAMA PERDAGANGAN ACFTA TAHUN 2010
ANDIK SETYA NURYAHYA
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menjelaskan hubungan
ekonomi dan politik Cina dengan ASEAN dalam kerangka kerjasama
perdagangan bebas ACFTA dimana kerjasama tersebut akan berlaku penuh di
tahun 2010 untuk negara ASEAN 6 yakni Indonesia, Malaysia, Singapura,
Filipina, Brunei Darusalam, Thailand dan berlaku pada tahun 2015 bagi Negaranegara di kawasan ASEAN yang tergolong Negara di bawah Negara berkembang
yakni kamboja, laos, Vietnam dan Myanmar. Penelitian ini akan menjelaskan
bagaimana kerjasama dalam bidang ekonomi dan politik yang di jalankan oleh
Cina dalam kerangka kerjasama ACFTA dimana kerjasama tersebut selain
mengandung unsur dalam bidang ekonomi juga membawa tujuan dalam bidang
politik yang ingin di capai oleh Cina.
Dari hasil penelitian menggunakan sudut pandang konsep kerjasama
internasional dapat dijelaskan bahwa kerjasama internasional di lakukan Negara
bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bagi masyarakatnya. Dalam kerjasama
internasional juga di bagi kedalam beberapa bidang kerjasama seperti bidang
ekonomi, bidang politik dan keamanan serta bidang sosial dan budaya. Selain itu

juga terdapat beberapa alasan Negara dalam membentuk dan melakukan
kerjasama yakni untuk meningkatkan ekonomi Negara lewat pembukaan pasar
dan investasi, meningkatkan efisiensi lewat pemenuhan bahan baku produksi yang
di dapat dari Negara lain, kerjasama dilakukan juga karena terdapat ancaman yang
mengancam keamanan bersama serta kerjasama dilakukan sebagai bentuk
pengurangan terhadap kerugian negatif yang di timbulkan akibat tindakan
individual Negara dimana tindakan tersebut akan berdampak terhadap Negara
lain. Dari beberapa alasan di atas dapat di jelaskan kerjasama ekonomi Cina dalam
kerangka ACFTA berkaitan dengan trade dan investasi guna meningkatkan
efisiensi dan kesejahteraan ekonomi sedangkan kerjasama politik Cina lebih di
arahkan untuk menghadapi ancaman bersama di kawasan dan pengurangan
terhadap tindakan individual Negara ASEAN yang akan berdampak pada Cina.
Kata kunci: ASEAN, Cina, kerjasama ACFTA, Kerjasama Internasional,
Kerjasama Bidang Ekonomi, Kerjasama Bidang Politik.

1

PENDAHULUAN
Setelah berakhirnya perang dingin dengan kemenangan Amerika Serikat
dari kubu blok barat dunia internasionalpun secara bertahap juga ikut mengalami

perubahan yang secara signifikan membawa dunia ke era globalisasi seperti pada
saat ini.1 Fenomena globalisasi tersebut merupakan sebuah fenomena sosial yang
salah satunya di tandai dengan adanya kerjasama global yang intens antara aktor
internasional baik itu dalam bentuk kerjasama antar Negara maupun kerjasama
bukan antara Negara yang di lakukan dalam berbagai macam bidang seperti
politik, sosial dan budaya, ekonomi serta lingkungan. Kerjasama yang di lakukan
antar aktor Negara maupun aktor non Negara tersebut menjadikan batas-batas
Negara tidak lagi menjadi penghalang untuk di lakukannya kerjasama. Dengan
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat
seperti pada saat ini telah mendukung kemudahan dalam bekerjasama antar
Negara dan membuat kesalingtergantungan antar Negara dalam kerjasama
tersebut.
Perkembangan global yang telah menjadikan Negara saling tergantung
satu sama lain lewat kerjasama internasional juga di lakukan oleh Cina yang
notabene merupakan bagian dari aktor global yang mengalami perkembangan
ekonomi paling stabil dunia. Saat ini pertumbuhan ekonomi Negara Cina adalah
yang paling cepat di dunia. Dari tahun 1979 dan utamanya setelah Cina masuk
sebagai anggota dari WTO pada tahun 2001 sampai 2007 yang mana membuat
gross domestic product (GDP) Cina mulai tumbuh dengan rata-rata di atas 9
persen pertahun dengan GDP nyata pada tahun 2007 sebesar 11,4 persen. 2

Kombinasi dan besarnya surplus perdagangan, arus investasi asing langsung
(foreign direct investment), dan pembelian mata uang asing dalam jumlah yang
sangat besar, telah membantu dalam menjadikan Cina sebagai Negara pemegang
cadangan devisa terbesar di dunia, yakni sebesar 1,9 triliun dolar pada akhir
September 2008.3 Perkembangan ekonomi Cina yang pesat ini menuntut Cina
juga untuk memenuhi kebutuhan akan industrinya dan sumber daya alam yang
mana mengharuskan Cina untuk menjalin kerja sama dengan aktor lainnya seperti
ASEAN.
ASEAN merupakan organisasi geopolitik dan ekonomi dari Negara-negara
di kawasan Asia Tenggara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Pembentukan organisasi regional ini bertujuan untuk meningkatkan kerja sama
multilateral antarnegara di kawasan Asia Tenggara. Perkembangan global
mengharuskan ASEAN untuk melakukan kerja sama ekonomi internasional,
melalui pembentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN melakukan kerja sama
1

F. Kratochwil, E. D Mansfield, “International Organization A Reader : International
Institutions Two Approach”,1994, hal. 45
2
http://www.tradingeconomics.com/china/gdp diakses pada 1 juni 2014

3
Wayne M. Morrison, CRS Report for Congress-China’s Economic Conditions, 20 november
2008, summary, http://www.fas.org/sgp/crs/row/RL33534.pdf, di akses pada tanggal 1 juni 2014
hlm.1

2

ekonomi dengan beberapa Negara mitra seperti Jepang, Cina, Korea, Australia,
Selandia Baru dan India. Dari beberapa mitra ASEAN, Cina merupakan Negara
yang mengalami pertumbuhan paling cepat yang mampu menjadi penggerak
perekonomian dunia. Hubungan antara ASEAN dan Cina dalam hal perdagangan
bebas tercermin dalam bentuk ACFTA.
Kerja sama ACFTA adalah suatu bentuk kerja sama dalam bidang ekonomi
antara Negara Cina dengan Negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang masuk
dalam ASEAN. ACFTA mencakup 1,9 milyar konsumen dengan pertumbuhan
PDB regional yang berada pada posisi ke tiga di dunia setelah Uni Eropa dan
NAFTA, dan juga merupakan sebuah formalisasi dari proses integrasi perekomian
di kawasan yang telah berlangsung cukup lama dimana Cina adalah adalah mitra
partner kerjasama penting bagi ASEAN dan begitu juga sebaliknya. Implementasi
pada ACFTA ini dilaksanakan mulai tahun 2005 dengan memulai penurunan tarif

atau bea masuk bagi barang dari Cina ataupun ASEAN dan di harapkan pada
tahun 2010 tarif atau bea masuk sudah berada pada tahap nol untuk produk yang
umum dan pada tahun 2018 pada produk yang di anggap sensitive. 4
Dalam kerja sama ACFTA antara Cina dan ASEAN pastinya akan
mengalami kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pihak. Bagi ASEAN,
ACFTA berguna untuk menekan dan mengurangi ancaman pertumbuhan
perekonomian Cina yang pada saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Melalui ACFTA, ASEAN memiliki akses untuk dapat masuk ke pasar domestik
Cina yang begitu besar dan luas.5 Dengan jumlah penduduk terbesar di dunia Cina
merupakan mitra dagang yang cukup penting dan mengimpor 12 persen volume
produk Negara di ASEAN pada tahun 2008. Ini tentu saja membuat nilai ekspor
ASEAN dengan Cina mencapai 11 persen dari keseluruhan ekspor ASEAN dan di
sisi lain ASEAN menjadi sasaran bagi 10 persen total volume ekspor dari Cina.6
Berdasarkan uraian tersebut, maka muncul pertanyaan Bagaimana kerjasama
yang dilakukan oleh Cina di bidang ekonomi dan politik dalam kerjasama ACFTA
tahun 2010 dengan ASEAN?
LANDASAN TEORI
Dalam dunia hubungan internasional banyak di pelajari teori dan konsep
yang berkaitan dengan pengaturan hubungan antara Negara dalam melakukan
hubungannya dengan Negara lain salah satunya adalah tentang konsep kerjasama

yang mengatur tentang hubungan antara dua Negara atau lebih dalam melakukan
hubungan pada lingkup internasionalnya. Suatu bentuk kerjasama juga dapat di
jalankan dalam berbagai bentuk seperti dalam bentuk perundingan bilamana
karena belum terjadinya kesesuaian masalah dan tujuan daripada dilakukannya
4

http://unpad.ac.id/yogix/2010/03/12/Bagaimana-Mekanisme-Acfta-2010/ di akses pada tanggal 1
juni 2014
5
http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/158-agustus-2011/1188-keuntungan-yangdiperoleh-dari-acfta-lebih-besar-dibandingkan-dengan-kerugiannya.html diakses pada tanggal 1
juni 2014
6
http://www.sdi.kkp.go.id/index.php/arsip/c/590/MEMAHAMI-SANG-NAGA-MENJAWABTANTANGAN-CAFTA-/ di akses pada tanggal 1 juni 2014.

3

kerjasama dan kerjasama yang terjadi tanpa perundingan bilamana sudah terdapat
kesamaan pandangan di antara anggotanya. 7
Terdapat banyak definisi daripada kerjasama itu sendiri yang berbeda
antara satu dengan yang lainya akan tetapi memiliki inti yang sama di dalamnya.

Kerjasama dapat di artikan sebagai suatu bentuk daripada hubungan yang berdasar
pada asas hukum yang ada dan terjadi karena kesadaran pelakunya dan bukan
didasarkan karena paksaan atau kekerasan seperti halnya dalam suatu organisasi
internasional. Selain itu kerjasama juga dapat di lakukan tanpa media perundingan
apabila di antara para aktor pelakunya sudah memiliki kesamaan pandangan.8
Selain itu kerjasama juga dapat di definisikan sebagai serangkaian
hubungan timbal balik antara aktor yang tidak di dasarkan pada paksaan maupun
kekerasan dan berdasar pada hukum yang berlaku seperti kerjasama yang terdapat
pada sebuah organisasi internasional PBB ataupun Uni Afrika. Sehingga dapat di
simpulkan inti dari konsep kerjasama berdasar pada pemenuhan kepentingan
pribadi, dimana hasil akhir yang menguntungkan kedua belah pihak dapat di
realisasikan melalui kerja sama daripada dengan usaha pribadi ataupun dengan
cara persaingan.9
Bentuk kerjasama dalam lingkup internasional juga dilakukan oleh Negara
dibawah naungan organisasi ataupun lembaga internasional. Kerjasama dalam
lingkup internasional biasanya lebih komplek karena melibatkan berbagai macam
aspek di dalamnya yang harus di perhatikan dan dipenuhi oleh kedua belah pihak
yang akan melakukan kerjasama. Kerjasama internasional ini di definisikan
sebagai salah satu usaha yang dilakukan oleh Negara-negara untuk menyamakan
kepentingan-kepentingan yang sama dan merupakan suatu perwujudatan daripada

kondisi masyarakat yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Kerjasama internasional biasanya berlangsung pada situasi yang bersifat
desentralisasi di mana suatu kerjasama tersebut melibatkan institusi-intitusi dan
jaringan kultur yang dipisahkan secara geografis oleh batas wilayah suatu Negara
sehingga penyamaan pemikiran untuk pemecahan masalah dalam kerjasama
tersebut sangat diutamakan agar tidak menimbulkan kebuntuan dalam kerjasama
yang di jalin.10
Kerjasama internasional menurut Drs Teuku May Rudi di definisikan
sebagai suatu bentuk pola kerjasama yang melewati garis batas suatu Negara
dengan berdasarkan pada struktur yang jelas dan lengkap serta diharapkan akan
terus berlangsung secara berkesinambungan dan melembaga guna untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati bersama di antara kedua belah pihak baik antara

7

Dougherty, James E. & Robert L. Pfaltzgraff “Contending Theories in International
Relations”1997, hal. 418.
8
Ibid. hal 419
9

Ibid
10
Sjamsumar Dam dan Riswandi, “Kerjasama ASEAN, Latar Belakang, Perkembangan dan
Masa Depan”,1955, hal. 15

4

pemerintah dengan pemerintah maupun antar kelompok bukan dalam lingkup
pemerintah pada Negara yang berbeda. 11
Tujuan daripada suatu kerjasama internasional adalah untuk menambah
kesejahteraan bersama antar anggotanya dikarenakan memang setiap kerjasama
yang dijalin dan di bentuk oleh suatu Negara biasanya memang memiliki tujuan
guna mempercepat peningkatan kesejahteraan dan penyelesaian masalah di antara
keduanya. Menurut K.J Holsti proses terjadinya suatu bentuk kerjasama adalah di
dasarkan pada perpaduan dari berbagai macam permasalahan nasional, regional
maupun global yang menarik perhatian lebih dari satu Negara dalam lingkup
internasional. Selain itu kerjasama juga merupakan suatu pandangan tentang
kebijakan dari suatu Negara tertentu yang berguna bagi tercapainya kepentingan
dari Negara lain dalam bentuk persetujuan antara dua Negara atau lebih yang
memiliki kepentingan yang berbeda dan di dasari pada aturan resmi yang telah

disepakati oleh kedua belah pihak. 12
Berdasarkan pada bidangnya kerjasama antar Negara dibagi menjadi
beberapa bagian seperti kerjasama dalam bidang ekonomi, kerjasama dalam
bidang politik dan keamanan, kerjasama dalam bidang sosial.
Kerjasama dalam bidang ekonomi adalah merupakan suatu komponen
dalam kerjasama internasional yang membutuhkan suatu kondisi dimana
kerjasama tersebut mendukung daripada proses dalam perdagangan dan integrasi
keuangan dalam ranah internasional dengan melakukan penerapan suatu perilaku
yang mengarah pada tujuan pencapaian keuntungan dalam bidang ekonomi baik
dalam jangka menengah ataupun jangka panjang. Kerjasama tersebut biasanya di
cirikan dengan trade dan investasi dalam suatu bentuk kerjasama. Organisasi
dalam kerjasama dalam bidang ekonomi ini seperti APEC, MEE dan lain
sebagainya.13
Kerjasama dalam bidang sosial merupakan kerjasama yang di lakukan oleh
sekelompok Negara yang bertujuan untuk memberi dampak dan manfaat dalam
bidang sosial kemasyarakatan dan bertujuan untuk mencapai kepentingan sosial
daripada Negara yang melakukan kerjasama tersebut. bentuk kerjasama sosial ini
seperti misalnya badan-badan sosial yang ada dalam PBB seperti WHO, ILO,
UNICEF dan sebagainya.14
Kerjasama dalam bidang politik dan keamanan merupakan kerjasama yang

di lakukan oleh sekelompok Negara yang di jadikan tujuan untuk mencapai tujuan
daripada kepentingan kemanan dan politik bersama ataupun individual daripada
Negara-negara tersebut. kerjasama ini bisa berbentuk hubungan politik maupun
berupa kebijakan politik lokal maupun internasional baik dalam bidang ekonomi,
11

Rudi, T.May. “Teori, Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional”. 1993. Hal.3
K.J Holsti, “International Politics, a Framework for Analysis”1995. Hal. 652-653
13
O’farrill Enrique, Fierro Juan, Eugenia Maria, Perez Eugenio, Vallejos Marcela, “ Economic
Cooperation” 1999, hal. 15
14
Fehr Ernst & Gintis Herbert, “Human Motivation and Social Cooperation : Experimental and
Analytical Foundations”,2006, hal. 10
12

5

security, sosial antara Negara yang digunakan untuk mencapai kepentingannya
dan untuk menghadapi ancaman dari luar. Bentuk kerjasama dalam bidang politik
seperti SEATO, ANZUS, NATO, CENTO dan lain sebagainya. 15
Selain itu kerjasama internasional yang terbentuk juga memiliki alasan
masing-masing dari suatu Negara anggota kerjasama. Menurut K.J Holsti terdapat
beberapa alasan umum yang melatarbelakangi Negara melakukan kerjasama
dengan Negara lain yakni: 16
1. Kerjasama dilakukan Negara guna meningkatkan ekonominya, dimana
dengan adanya kerjasama dengan Negara lain Negara tersebut akan
dapat mengurangi biaya produksi yang harus di tanggung dalam
memenuhi kebutuhan produk yang di produksi untuk rakyatnya karena
keterbatasan yang dimiliki Negara tersebut. Selain itu kerjasama juga
akan menciptakan peluang pembukaan pasar dan investasi yang akan
membantu ekonomi Negara.
2. Kerjasama dilakukan Negara untuk meningkatkan efisiensi yang
berkaitan dengan pemenuhan bahan baku produksi yang di dapat dari
Negara lain
3. Kerjasama dilakukan karena adanya permasalahan yang mengancam
keamanan bersama
4. Kerjasama dilakukan karena sebagai bentuk pengurangan terhadap
kerugian negatif yang timbul akibat tindakan individual Negara
dimana kerugian negatif tersebut akan berdampak terhadap Negara
lain.
PEMBAHASAN
Hubungan Kerjasama Ekonomi Cina
Impor Bahan Baku Produksi
Salah satu bentuk hubungan kerjasama dalam kerjasama internasional
dalam yaitu dalam hal ekonomi yang berarti semua apapun yang di lakukan oleh
Negara dalam hubungannya dengan lingkup internasional mengandung ranah dan
tujuan yang berhubungan dengan bidang ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
ekonomi Negara. Seperti yang kita tahu ACFTA merupakan kerja sama yang
terbentuk atas inisiatif dari Cina untuk bergabung dan melakukan free trade
dengan Negara-negara kawasan Asia Tenggara. Kerjasama tersebut salah satunya
di dorong karena pertumbuhan ekonomi Cina yang pesat dan secara terus menerus
dan berkelanjutan membuat Cina harus memperoleh pasokan energi dan bahan
mentah serta SDA yang lainnya untuk kebutuhan industrinya. Dalam hal ini
Negara-negara di kawasan ASEAN yang kaya akan sumber daya alam di pandang
15

Pamuji Nanang Mugasejati, “Konsep Legalisasi dalam Politik Kerjasama Internasional”,
2006, hal. 122-125
16
K.J Holsti, “International Politics : A framework For Analysis”1995. Hal 362

6

oleh Cina sangat penting untuk memberikan pasokan bahan mentah dan energi
bagi Cina.
Salah satu alasan yang membuat Cina menjalin dan secara berkelanjutan
meningkatkan kerjasama dengan Negara-negara anggota ASEAN adalah karena
sebagian besar Negara-negara di kawasan ASEAN memiliki cadangan bahan
mentah sumber daya alam yang melimpah yang dapat memenuhi kebutuhan
konsumsi Cina guna untuk menunjang proses industrialisasinya.17 Dengan
berjalannya pembangunan ekonomi di Cina yang semakin cepat maka kebutuhan
akan energi berupa sumber daya minyak semakin meningkat juga. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka dari itu Cina menghentikan kebijakan
lamanya tentang larangan untuk mengimpor minyak yang di mulai pada tahun
1986.
Untuk pemenuhan kebutuhan energi ini Cina juga mengambil dari
beberapa Negara kawasan ASEAN. Pada beberapa Negara di kawasan tersebut
seperti Indonesia. Thailand, Malaysia dan Vietnam memiliki bahan-bahan mentah
yang di butuhakan oleh Cina seperti minyak bumi , karet, agrikultur dan timah.
Bagi Cina terdapat beberapa Negara di kawasan ASEAN yang memiliki potensi
besar dalam hal pemasok kebutuhan minyak di Cina dan di anggap penting karena
pasokan minyaknya dapat memenuhi kecukupan dalam bidang energi seperti
Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Vietnam. Negara-negara tersebut tidak
dapat terlepas dari Cina baik untuk eksplorasi minyak di Negara mereka masingmasing ataupun kerja sama bersama dalam melakukan eksplorasi minyak.
Untuk dapat mencukupi kebutuhan pasokan di bidang pangan yang besar
maka Cina harus menemukan cara bagaimana untuk memenuhi kebutuhan dan
memberi makan terhadap 20 persen (1.3 milyar jiwa) dari jumlah penduduk dunia
yang semuanya berada di Cina, sementara hanya tersedia lahan sebanyak 7 persen
di Cina yang dapat di tanami. 18 Oleh karena itu kedekatannya dengan Negaranegara di kawasan ASEAN yang memiliki sumber daya alam yang melimpah baik
dalam bidang agrikultur dan pertanian dan kerjasama yang di lakukan dengan
Negara-negara tersebut utamanya dalam bidang ekonomi seperti ACFTA dengan
berkurangnya hambatan tarif dalam perdagangan bebasnya maka akan dapat
menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan akan pasokan pangan bagi Cina.
Ketersediaan bahan mentah di Negara-negara ASEAN ini menjadikan kawasan
tersebut orientasi daripada kerjasama ekonomi yang selalu di kembangkan dan di
tingkatkan oleh Cina terhadap ASEAN. Dalam hal ini berarti Cina ingin
memperoleh akses yang sebesar besarnya dan juga dalam jangka panjang terhadap
komoditas-komoditas tersebut yang yang di gunakan untuk pemenuhan akan
kebutuhan industrialisasinya sehingga dapat memperkuat ekonomi Cina. Selain
itu dengan potensi penduduk yang besar di mana dua puluh persen penduduk
dunia menetap di Negara Cina memang membutuhkan pasokan dalam bidang
pangan dan pertanian sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan yang besar di
17
18

Inayati, RS “ASEAN-CHINA FTA : Akselerasi Menuju East Asia Community (EAC)?” hal. 46
Hadi, S &Wibowo I,”Merangkul Cina”, 2009, hal. 163

7

Cina yang mana semua bahan sumber daya alam tersebut di peroleh dari
kerjasamanya dengan ASEAN.
Selain dari impor bahan mentah untuk pemenuhan kebutuhan produk
industrialisasi Cina juga melakukan impor roduk di bidang manufaktur dari
Negara yang lebih maju di kawasan ASEAN seperti Singapura dan Malaysia guna
untuk menunjang efisiensi dari pada proses produksi dalam industrialisasi Cina.
berikut daftar tabel ekspor dan impor yang di lakukan dengan Negara kawasan
ASEAN Sehingga dengan keberadaan bahan baku untuk proses produksi yang
melimpah yang di datangkan dari kawasan ASEAN akan menekan biaya produksi
terkait kelangkaan bahan baku yang tidak dimiliki oleh Cina. Selain itu pasokan
produk manufaktur yang di impor oleh Cina dari Negara maju di kawasan
ASEAN juga akan berdampak pada efisiensi percepatan proses industrialisasi di
bidang teknologi yang di gunakan untuk proses industrialisasi.
Ekspor Produk Guna Memperluas Pasar
Selain daripada pemenuhan kebutuhan dalam bidang sumber daya alam
pertumbuhan ekonomi Cina yang pesat juga berimplikasi terhadap perluasan akses
pasar yang ingin di capai oleh Cina guna untuk memasarkan hasil-hasil dari
produksinya. Selain karena faktor sumber daya alam yang melimpah kawasan
Asia Tenggara juga memiliki potensi lain yang menjadi daya tarik bagi Cina untuk
melakukan kerjasama sama. Potensi daya tarik tersebut yakni kawasan Asia
Tenggara merupakan kawasan yang potensial untuk memasarkan produk-produk
hasil industrialisasi Cina. Produk-produk hasil industrialisasi Cina seperti produk
manufaktur juga dibutuhkan di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia,
Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina meskipun di sisi lain Cina juga
mengimpor produk manufaktur dari beberapa Negara tersebut.19
Jika Negara-negara di kawasana ASEAN memiliki sumber daya alam yang
melimpah di mana hal tersebut menjadi keuntungan bagi Negara-negara di
kawasan ASEAN dalam melakukan kerja sama dengan Cina, maka bagi Cina
potensi pasarlah yang salah satunya juga membuat Cina tertarik dengan kawasan
ASEAN ini. Meskipun dalam jumlah total penduduk yang hanya setengah dari
total penduduk Cina yang berjumlah 1.3 milyar jiwa, akan tetapi potensi
penduduk 500 juta jiwa dari total ke sepuluh Negara kawasan ASEAN tersebut
juga tidak dapat di kesampingkan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi Cina.
Bagi Cina kawasan Asia Tenggara menjadi pilihan untuk melakukan kerjasama
karena selain menyediakan bahan baku sumber daya alam untuk industrialisasinya
kawasan Asia Tenggara juga menyediakan pasar untuk kebutuhan ekspor produk
manufaktur dari Cina. Kemajuan ekonomi di Cina mengharuskan Negara tersebut
mencari kawasan yang potensial akan sumber daya alam untuk pemenuhan bahan
baku industrialisasinya dan juga pasar untuk memasarkan produk hasil dari
industrialisasi di Cina dan kawasan ASEAN memiliki kemampuan untuk
mendukung kebutuhan Cina tersebut.20
19
20

Pambudi, D & Chandra, AC “Garuda Terbelit Naga”, 2006, hal. 32
Ibid.

8

Perluasan akses pasar yang di lakukan oleh Cina ini lebih di karenakan
pertumbuhan GDP Cina terus meningkat pasca membuka diri dan mengadakan
reformasi ekonomi tahun 1978 pada masa pemerintahan Deng Xiaoping dan
mencapai puncaknya pada tahun 1992. Menurut data dari bank dunia presentase
ekspor Cina ke seluruh dunia juga terus meningkat hingga 6,4 persen pada tahun
2005 dan 7,7 persen pada tahun 2007 dari jumlah total ekspor komoditas
manufaktur yang ada di dunia. Hal tersebut mengindikasikan kemampuan Cina
dalam mengekspor komoditas ke seluruh dunia.21
Dari struktrur ekspor Cina terhadap dunia tersebut dapat di lihat bahwa
Cina bukan lagi Negara pengekspor produk-produk hasil pertanian seperti Negara
berkembang lainnya. Pada awal tahun 1980 an ekspor Cina masih di dominasi
oleh hasil pertanian akan tetapi pada tahun 2000 struktur ekspor Cina menjadi
terbalik dan lebih banyak di bidang manufaktur. Pada saat kerjasama free trade
dengan ASEAN dalam ACFTA dapat di lihat antara tahun 2000 sampai 2010
ekspor dari Cina masih di dominasi oleh produk manufaktur yang berupa barangbarang elektronik dan peralatan mesin di mana ini mengindikasikan proses
industrialisasi besar-besaran di Cina.22
Dengan adanya ACFTA peningkatan ekspor Cina semakin besar karena
Negara-negara di ASEAN yang memiliki total jumlah penduduk lima ratus juta
jiwa menjadi pasar yang potensial bagi produk dari Cina. Beberapa contoh berikut
merupakan peningkatan ekspor Cina ke Negara di ASEAN yakni seperti di
Indonesia peningkatan ekspor minyak dan gas ke Indonesia dari Cina juga terjadi
pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 61.4 persen sedangkan
peningkatan ekspor ke Indonesia di bidang bukan minyak dan gas juga mengalami
peningkatan dari 37.34 persen menjadi 47.24 persen pada tahun 2005-2009 dan di
tahun 2010 peningkatan ekspor Cina ke Indonesia mencapai 96 persen. 23 Di
Thailand ekspor Cina juga mengalami peningkatan yang signifikan seperti pada
tahun 2010 terjadi peningkan ekspor Cina sebesar 46 persen pada bidang produkproduk manufaktur lebih besar dari tahun sebelumnya yakni tahun 2009 sebesar
39 persen.24
Peningkatan ekspor juga terjadi antara Cina dengan Malaysia dalam
kerjasama ACFTA. Ekspor Cina ke Malaysia mengalami peningkatan sebesar 45
persen di mulai dari tahun 2005 di bidang manufaktur juga seperti mesin listrik
dan perlengkapannya, perlengkapan telekomunikasi, perekam suara dan televise.
Begitu juga di Filipina terjadi peningkatan perdagangan bilateral di antara
keduanya pada tahun 2007 dan 2008 dari 7.5 milyar dolar menjadi 28.6 milyar
dolar. Ekspor Cina yang utama ke Filipina yakni dalam bidang manufaktur seperti
mesin listrik dan perlengkapannya, besi dan baja, bahan mineral tambang dan
21

Wibowo I “Belajar Dari Cina Bagaimana Cina Merebut Peluang Dalam Era
Globalisasi”,2007, Hal. 31
22
Ibid hal.32
23
Keith E. Flick & Kalyan M. Kemburi “ASEAN-China Free Trade Area: Challenges,
Opportunities and the Road Ahead”.2012. S. Rajaratnam School of International
Studies.Singapore. hal. 30
24
Ibid hal. 42

9

pakaian.25 Ekspor Cina di kamboja mengalami peningkatan antara tahun 2007
sampai dengan tiga bulan di awal tahun 2010 dari 739 juta dolar menjadi 843 juta
dolar dalam bidang manufaktur. Sedangkan dengan Singapura ekspor Cina juga
mengalami peningkatan akan tetapi juga terjadi peningkatan di bidang impor
dalam produk-produk elektronik
Maka dari itu dengan pertumbuhan ekonomi Cina yang meningkat pesat
dan juga perkembangan ekspornya ke seluruh dunia yang juga besar menimbulkan
konsekuensi bagi Cina untuk mencari tempat perluasan akses pasarnya guna untuk
memasarkan produk industrialisasinya yang di dominasi sebagian besar oleh
produk dalam bidang manufaktur. Maka ASEAN dengan 500 juta populasinya
menjadi tempat yang tepat untuk perluasan akses pasar Cina tersebut karena dapat
menimbulkan komplementarias atau saling melengkapi di antara keduanya di
mana ASEAN memiliki sumber daya alam yang di butuhkan Cina dan ASEAN
juga membutuhkan produk manufaktur dari Cina.
Investasi Asing Guna Menunjang Ekonomi Cina
Hubungan Kerjasama ekonomi dari kerjasama free trade antara ASEAN
dan Cina selain sebagai pemenuhan kebutuhan bahan baku material dan juga
perluasan pasar juga dalam bidang investasi asing. Karena investasi asing adalah
salah satu jalan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Cina itu sendiri baik itu
investasi ke luar maupun investasi yang masuk ke Cina. Kerjasama ACFTA yang
di ikuti oleh Cina juga mengikutsertakan free trade dalam bidang investasi yang
akan berlaku pada agustus tahun 2009 sebagaimana yang tercatat dalam perjanjian
ACFTA yang telah di sepakati antara kedua belah pihak. Dalam beberapa dekade
terjadi peningkatan investasi dari Cina ke ASEAN secara bertahap.
Investasi asing dari Cina ke ASEAN sebesar 0.76 milyar dolar pada tahun
2000 sebelum terjadinya kerjasama ACFTA di antara kedua belah pihak dan
meningkat menjadi 10.8 milyar dolar pada tahun 2008 setelah di berlakukannya
ACFTA di kedua belah pihak. Begitu juga dengan investasi dalam bidang nonfinancial yang di lakukan oleh Cina sebesar 1.2 milyar dolar terhadap ASEAN
pada pertengahan 2010 sedangkan FDI dari ASEAN ke Cina sebesar 3.1 milyar
dolar.26 Pada dasarnya FDI yang di lakukan oleh Cina itu sendiri adalah sebagai
salah satu Cara untuk menghilangkan gambaran buruk dari Cina yang terkenal
akan produk “made in Cina”. Selain itu FDI yang di lakukan oleh Cina juga
sebagai langkah Cina yang ingin mempromosikan ekspor, pencarian sumber daya
alam untuk menunjang produksi, pencarian terhadap teknologi guna menunjang
industri dalam negeri. Pada tahun 2008 lebih dari delapan ribu lima ratus investor
Cina dan dua belas ribu perusahaan Cina melakukan investasi di seratus tujuh
puluh empat Negara di seluruh dunia. 27
Sedangkan di ASEAN dengan adanya ACFTA di bidang investasi pada
tahun 2009 FDI di antara keduanya mengalami peningkatan yang cukup
25

Ibid hal. 52
ibid hal. 31
27
ibid
26

10

signifikan. FDI ASEAN ke Cina pada tahun 2003-2009 meningkat dari 2.93
milyar dolar menjadi 4.68 milyar dolar, sedangkan FDI dari Cina ke ASEAN juga
mengalami peningkatan 230 juta dolar menjadi 3 milyar dolar. Pada bulan juni
tahun 2010 total FDI ke Cina sebesar 60 milyar dolar, sedangkan FDI dari Cina ke
ASEAN sebesar 9.6 milyar dolar. 28 Dengan banyaknya investasi yang mengalir
baik kedalam maupun keluar maka secara tidak langsung akan dapat
meningkatkan ekonomi Cina itu sendiri guna menunjang kesejahteraan penduduk
negaranya. Investasi yang masuk ke dalam Cina akan merangsang sektor-sektor
produkttif dalam negeri Cina dimana dengan tetap beroprasinya sektor produktif
juga akan menunjang proses industrialisasi di Cina dimana hasil akhir dari proses
industrialisasi tersebut adalah peningkatan dalam bidang ekonomi Cina. Seperti di
sebutkan di atas bahwa investasi asing yang mengalir ke Cina maupun yang di
lakukan oleh Cina terhadap Negara-negara di kawasan ASEAN seperti dalam hal
mempromosikan ekspor barang-barang produk dari Cina di mana hal tersebut di
lakukan untuk mencari pasar yang potensial di kawasan ASEAN, pencarian
sumber daya alam serta teknologi yang mana semua hal tersebut juga akan
menunjang efisiensi dari proses industrialisasi di Cina sehingga pemenuhan
kebutuhan barang-barang produk bagi rakyat Cina juga akan terpenuhi secara
tidak langsung karena ketersediaan bahan baku yang melimpah dan teknologi
untuk memproduksinya.
Hubungan Kerjasama Politik Cina
Mengimbangi Pengaruh Jepang dan Amerika di Kawasan ASEAN
Salah satu alasan Negara melakukan kerjasama internasional adalah untuk
menghadapi masalah yang mengancam keamanan bersama baik dalam bidang
ekonomi, security, cultural hal tersebut juga menjadi tujuan Cina dalam
membentuk dan melakukan kerjasama dengan ASEAN. Kerjasama tersebut salah
satunya di wujudkan oleh Cina dengan menjalin kerjasama regional dalam bidang
ekonomi seperti ACFTA. Selain itu kerjasama yang di lakukan antara Cina dengan
kawasan ASEAN adalah untuk mengimbangi dominasi Jepang dan Amerika di
kawasan Asia Tenggara. Seperti yang di ketahui belum adanya bentuk kerjasama
resmi yang ada di kawasan Asia Timur menandakan masih buruknya hubungan
antar Negara di kawasan tersebut terutama hubungan antara Cina dengan Jepang.
Terlepas dari konflik di masa lalu selama perang dunia dua kawasan Asia
Tenggara saat ini memandang Jepang sebagai sesuatu yang positif karena Jepang
saat ini merupakan salah satu investor utama di di kawasan ASEAN juga menjadi
mitra dialog penuh ASEAN. Begitu juga dengan hubungannya dengan Cina yang
terus berkembang dengan semakin terbukanya orientasi politik dan ekonomi Cina
yang semakin bersahabat dari Negara yang tadinya di pandang sebagai ancaman
bagi ASEAN terkait dengan perkembangan komunismenya di Asia Tenggara.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan persepsi Cina terhadap Jepang di
mana Jepang di anggap oleh Cina belum mau mengakui kesalahan yang di
lakukannya pada saat perang dunia ke dua dengan menduduki Cina pada saat itu.
28

Ibid. hal. 45

11

Hal tersebut terlihat dalam penulisan buku tentang sejarah di Jepang yang mana
cenderung membenarkan tindakan yang di lakukan oleh Jepang pada saat perang
dunia ke dua terhadap Korea, Cina dan Asia Tenggara serta kunjungan yang
dilakukan berulang kali oleh perdanan menteri Jepang ke kuil Yasukuni tempat
korban perang dunia ke dua di makamkan termasuk pemimpin militer yang
dijatuhi hukuman sebagai penjahat perang pada saat itu di mana hal tersebut
berakibat dari pembekuan kontak antar pejabat tinggi Cina dan Jepang dari tahun
2001-2006 pada masa pemerintahan Junichiro Koizumi.29
Berkaca dari masa lalu yang pahit bagi Cina maka dari itu Cina
membulatkan tekad untuk tidak akan mau menerima kepemimpinan Jepang di
Asia Timur. Akan tetapi Cina juga mengkhawatirkan tentang mulainya
ketergantungan Negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara yang
menggantungkan diri mereka terhadap ekonomi Jepang, sehingga dengan adanya
hal tersebut secara tidak langsung Negara-negara di ASEAN tidak dapat menolak
kepemimpinan Jepang di kawasan mereka. Oleh karena itu Cina akan berupaya
menentang Asia Tenggara yang di rangkul oleh Jepang karena bagi Cina hal
tersebut merupakan ancaman terhadap Cina itu sendiri. Di sisi lain sebenarnya
Cina juga menyadari akan peran dan kontribusi Jepang dalam pembangunan
ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Dari hal ini mengapa Cina mendekatkan diri
kepada kawasan Asia Tenggara. secara politis dan ekonomi Cina tidak
menginginkan Jepang memonopoli kawasan Asia Tenggara dengan kata lain Cina
ingin membantu Negara di kawasan Asia Tenggara untuk untuk lepas dari
ketergantungan terhadap Jepang. 30
Pembentukan kerjasama regional antara Cina dan ASEAN yang tercermin
dalam ACFTA merupakan salah satu usaha politik Cina untuk mengimbangi dan
mengurangi pengaruh ekonomi Jepang di kawasan ASEAN. hal tersebut
dibuktikan dengan keagresifan Cina dalam mengajukan proposal kerjasama
pembentukan ACFTA tersebut kepada ASEAN pada tahun 2002 yang hasilnya
adalah pembentukan regional Free Trade Area antara Cina dengan ASEAN yang
pertama kali di bentuk di kawasan Asia. Dengan keberhasilan Cina membentuk
kawasan FTA regional dengan ASEAN maka dari itu Jepang juga mengajukan hal
yang sama satu tahun sesudah pengajuan kerjasama FTA yang di lakukan oleh
Cina yaitu pada tahun 2003. Dari hal ini dapat terlihat dengan adanya usaha dari
Cina untuk mengimbangi dan mengurangi pengaruh Jepang di kawasan Asia
Tenggara.31
Sedangkan dalam usahanya mengimbangi pengaruh Amerika di kawasan
Asia Tenggara Cina juga menjadikan kerjasama ACFTA sebagai suatu kebijakan
luar negeri dalam bidang ekonomi untuk lebih mendekatkan diri dengan kawasan
ASEAN.dengan terbentuknya blok FTA regional maka secara tidak langsung
hubungan di antara Negara anggota dari FTA tersebut akan lebih dekat. Para
pengamat juga menyimpulkan Cina memiliki strategi terhadap kawasan Asia
29
30
31

Sungkar, Y, “Strategi ASEAN Dalam Perluasan ASEAN+3”,2005, hal.101
Ibid, hal. 102
Ibid, hal. 103

12

Tenggara di mana pengaruh dari Cina akan dengan mudah di perluas dengan isu
tentang Cina yang ingin mendekat dengan kawasan tersebut di motivasi karena
Cina ingin lingkungan yang stabil, damai dan sejahtera untuk perkembangan
daripada ekonominya akan tetapi di sisi lain hal tersebut di lihat sebagai usaha
dari Cina untuk mengurangi pengaruh Amerika di kawasan dengan secara pelanpelan menjadikan Cina sebagai pusat dari ekonomi dan security di kawasan Asia
Tenggara.32 Usaha dari Cina untuk mengimbangi dan mengurangi pengaruh
Amerika dan jepang di kawasan Asia Tenggara lewat kerjasama ekonomi yang
dibentuk antara Cina-ASEAN memberikan cukup hasil yang signifikan dilihat
dari data perdagangan dengan kedua Negara tersebut yang dari tahun ke tahun
semakin mengalami penurunan di sisi Amerika dan Jepang dan peningkatan di sisi
Cina.
Tabel.6
ASEAN Trade with Selected Major Partners for 1995, 2000, and 2005 as a
Percent of Total Trade

Sumber: China-Shouteast Asia Relations: Trends, Issues, and Implications
for The United States
Dari data di atas dapat di lihat perkembangan perdagangan antara ASEAN
dengan Negara lain seperti Amerika, Cina dan Jepang dari tahun ke tahun. Di
mana perdagangan antara ASEAN dengan Cina terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun dan perdagangan antara ASEAN dengan Jepang dan Amerika
mengalami penurunan secara signifikan. Kenaikan perdagangan antara Cina dan
ASEAN terjadi secara lebih besar pada tahun 2004 di mana pada waktu itu
kesepakatan tentang pembentukan blok FTA antara ASEAN dan Cina disepakati.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa kerjasama antara Cina dengan ASEAN yang
terjalin mengurangi pengaruh dari Jepang dan Amerika di kawasan Asia Tenggara.
Kerjasama Terkait Batas Wilayah Laut Cina Selatan
32

Ibid, Hal. 4

13

Salah satu alasan lain negara melakukan kerjasama adalah untuk
mengurangi kerugian negatif yang di timbulkan dari tindakan individual Negara
yang mana tindakan tersebut juga akan berdampak terhadap Negara lain. Dalam
hal ini Cina melakukan kerjasama dalam bidang politik dan keamanan dengan
ASEAN salah satunya untuk mencegah tindakan individual dari beberapa Negara
di kawasan ASEAN yang sedang berkonflik dengan Cina terkait batas wilayah di
perairan laut Cina selatan agar tidak bertindak secara individual sehingga tindakan
tersebut dapat merugikan Cina terkait konflik laut Cina selatan. Melalui
pembentukan kerjasama regional blok FTA Cina mencoba untuk lebih
mendekatkan diri kepada ASEAN dalam bidang ekonomi akan tetapi juga dalam
bidang politik dan keamanan. Hal tersebut sekilas dapat terlihat dari proposal
kerjasama dalam bidang security yang di ajukan oleh Cina pada tahun 2011 dalam
Cina-ASEAN Amity and exchange year dengan tema “Cina-ASEAN mutually
beneficial and win-win partners” dimana ACFTA berperan penting dalam
membantu merealisasikan maksud dan tujuan Cina tersebut.33
Dengan tujuan untuk mempromosikan perdamaian dan juga persahabatan
serta lingkungan kawasan yang harmonis di kawasan laut Cina selatan yang
selama ini menjadi pemicu permasalahan security antara Cina dengan beberapa
Negara kawasan ASEAN maka dari itu Cina dengan kesadaran diri melakukan
penandatangan dan kerjasama Declaration on the Conducts of Parties in the South
China Sea (DOC) yang di tandatangani pada bulan November tahun 2002 di
Phnom Penh dan setelah melewati daripada beberapa perundingan dengan
ASEAN maka Cina mau mengadopsi dan menerapkan DOC pada 21 july 2011 di
bali.34 Konflik pada laut Cina selatan melibatkan enam Negara di kawasan
ASEAN yaitu Cina, Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei Darussalam
dimana setiap Negara tersebut memiliki alasan masing-masing terhadap klaim atas
potensi dari laut Cina selatan itu sendiri.35 Dalam mengklaim wilayah laut Cina
selatan Cina menggunakan fakta sejarah dari penemuan situs, dokumen-dokumen
kuno, peta-peta dan penggunaan gugus-gugus pulau oleh nelayannya yang sejak
2000 tahun lalu telah mencari ikan di kawasan tersebut. Semua usaha keras yang
telah di lakukan Cina tersebut untuk menunjukkan laut Cina selatan merupakan
bagian dari Cina.
Selain dengan usaha yang di lakukan Cina di atas dalam sengketa laut
Cina selatan dengan menunjukkan bukti-bukti sejarah Cina juga mendekati
Negara-negara yang berkonflik dengannya terkait laut Cina selatan dengan jalan
mengajak untuk bekerjasama organisasi yang menaungi Negara-negara yang
terlibat konflik tersebut dengan Cina dalam suatu kerjasama Ekonomi seperti
ACFTA maupun keamanan. Seperti pada bulan agustus tahun 2004 yang pada saat
itu juga berlangsung kerjasama di bidang ekonomi dengan kawasan ASEAN, Cina
mencoba untuk mengajak salah satu Negara yang berkonflik terkait perbatasan di
laut Cina selatan yakni Filipina untuk mengadakan eksplorasi bersama guna
33

Jianren Liu “Early Review of ACFTA : Achievements, Problems and Its Implication on SinoASEAN Relations” 2012, Hal. 16
34
Ibid
35
Harini Setyasih “Kepentingan Nasional Cina Dalam Konflik Laut Cina Selatan”, Hal. 44

14

mengurangi ketegangan di antara kedua Negara tersebut. Hal tersebut di sambut
baik oleh Filipina dengan beberapa alasan diantaranya adalah dalam hal
pemenuhan kebutuhan sumber daya alam minyak bumi yang mana dengan
semakin berkembangnya era kemajuan global maka kebutuhan akan minyak bumi
akan semakin meningkat. Hal tersebut yang mendasari Filipina mau bekerjasama
dengan Cina untuk melakukan eksplorasi bersama.36
Selain daripada Filipina usaha Cina ini juga di lakukan dengan Vietnam
yang mana Negara kawasan ASEAN tersebut juga berkonflik dengan Cina terkait
laut Cina selatan. Pada maret 2005 ke tiga perusahaan minyak dari masing-masing
Negara yakni Filipina, Cina dan Vietnam melakukan kerjasama dan
menandatangani suatu perjanjian triparty di manila dimana perjanjian tersebut
ditujukan untuk penelitian seismik eksplorasi minyak bersama di laut Cina selatan
dengan jangka waktu tiga tahun dan mencakup area seluas seratus empat puluh
tiga ribu kilometer persegi. Kerjasama yang di lakukan tersebut menegaskan
bahawa penandatanganan yang di lakukan tidak akan berdampak pada
pengurangan wilayah laut Cina selatan yang sedang mereka persengketakan dan
mengacu pada suatu wilayah kerjasama yang damai dan stabil. 37
Dari beberapa usaha yang di lakukan Cina di atas terkait sengketa batas
wilayah di perairan laut Cina selatan yang terjadi antara Cina dan beberapa
Negara di kawasan ASEAN, Cina lebih memilih jalan kerjasama dalam mendekati
dan meredam konflik dari Negara-negara ASEAN yang berkonflik dengannya.
Cina lebih memilih mendekati dan mengajak Negara yang berkonflik tersebut
dengan melakukan kerjasama ekonomi dalam kerangka kerjasama ACFTA agar
dapat meredam tindakan individual dari Negara kawasan ASEAN tersebut yang
mana akan merugikan Cina karena Cina tidak berkonflik dengan satu Negara
melainkan dengan beberapa Negara sekaligus dimana hal tersebut sangat tidak
menguntungkan bagi Cina.

KESIMPULAN
Perkembangan regionalisme pasca perang dingin dan kebangkitan
ekonomi Cina setelah lebih terbuka terhadap dunia internasional yang di tandai
dengan melesatnya pertumbuhan ekonomi Cina yang menempati posisi ke dua
dunia setelah Amerika menggeser Negara tetangga satu kawasan yakni jepang
menuntut Cina untuk melakukan kerjasama dengan Negara lain baik secara
regional ataupun global untuk memenuhi semua kebutuhan negaranya agar
keberlangsungan perkembangan ekonominya tetap berjalan dan agar dapat tetap
bisa mempertahankan posisi ekonomi terbesar ke dua dunia tak lain di di lakukan
lewat kerjasama internasional dengan Negara lain. Kerjasama internasional yang
merupakan suatu bentuk kerjasama yang di lakukan oleh aktor-aktor internasional
yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bersama dalam lingkup
36

Ralf Emmers, “ Maritime Disputes in The South China Sea: Strategic and Diplomatic Status
Quo, Institute for Defence and Strategic Studies” working paper no.87
37
Ibid

15

internasional di bagi dalam beberapa bidang yakni ekonomi, politik, keamanan
serta budaya.
Hubungannya kerjasama Cina dengan ASEAN dalam ACFTA yang
dilakukan oleh Cina merupakan suatu bentuk kerjasama regional ekonomi politik
yang di lakukan Cina dengan kawasan Asia Tenggara di mana kerjasama Cina
tersebut dapat di jelaskan menggunakan konsep kerjasama internasional.
Hubungan kerjasama ekonomi Cina dalam kerjasama ACFTA merupakan
hubungan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam bidang ekonomi di mana
kebangkitan Cina tersebut memberi dampak pada Cina untuk memenuhi
kebutuhan ekonominya yang tidak dapat di penuhi di dalam negeri Cina itu
sendiri seperti pemenuhan bahan mentah untuk industrialisasinya lewat impor,
perluasan pasar untuk produk hasil industrialisasi Cina keluar Negara lewat
ekspor serta investasi asing yang bersifat ke dalam maupun keluar yang di
lakukan Cina guna menunjang perekonomiannya. Sedangkan hubungan kerjasama
politik yang di lakukan oleh Cina dalam ACFTA dapat di lihat dari ACFTA itu
sendiri yang merupakan suatu bentuk kerjasama yang bersifat ekonomi politik
dari Cina di kawasan ASEAN dimana kerjasama tersebut memiliki tujuan politik
dan keamanan di dalamnya yaitu di lihat dari adanya keinginan untuk membentuk
kerjasama ACFTA sebagai langkah untuk menyaingi dan untuk mengurangi
pengaruh Jepang dan Amerika di kawasan Asia Tenggara lewat kerjasama ACFTA
yang di bentuk dalam lingkup regional juga untuk meredam sengketa di wilayah
laut Cina selatan sebagai usaha untuk meredam tindakan individual Negara
kawasan ASEAN yang akan berdampak pada Cina.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Dougherty, James E. & Robert L. Pfaltzgraff. 1997.“Contending Theories.
New York: Harper and Row Publisher.

Elisabeth, A, 2009. “Menuju Pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN :
Isu-Isu Strategis”, LIPI, Jakarta.
Holsti, K.J. 1995. “International Politics, a Framework for Analysis”,
New Jersey, Prentice-Hall

16

Hocking Brian & Smith Michael, 1996. “World Politic: An Introduction to
International Relation”, Routledge Press
Inayati, RS. 2006. ASEAN-CHINA FTA : Akselerasi Menuju East Asia
Community (EAC), Jakarta, LIPI Press.
Kartasasmita, Koesnadi. 1983.
Internasional. Bandung: Fisip UNPAD Press.

Organisasi

Dan

Administrasi

Keith E. Flick & Kalyan M. Kemburi, 2012. “ASEAN-China Free Trade
Area: Challenges, Opportunities and the Road Ahead”, S. Rajaratnam School of
International Studies.Singapore.
Luhulima, CPF, Anwar,DF, Bhakti, IN, Sungkar, Y & Inayati, RS, 2008.
“Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015”, Jakarta, Pustaka
Pelajar.
Prabowo , D & Wardoyo, S, 1997. “AFTA Suatu Pengantar”, BPFE,
Yogyakarta.
Pambudi, D & Chandra, AC, 2006. “Garuda Terbelit Naga” Institute for
Global Justice, Jakarta.
Rudi, T.May. 1993.”Teori Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional”.
Bandung: PT.Refika Aditama
Sjamsumar Dam dan Riswandi, 1955. “Kerjasama ASEAN, Latar
Belakang, Perkembangan dan Masa Depan”, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sungkar, Y, 2005.”Strategi ASEAN Dalam Perluasan ASEAN+3”, Jakarta,
LIPI Press.
Weather , DE, E mmers, R, Pangestu, M, & Sebastian, LC, 2005.
“International Relations in Southeast Asia The Struggle For Autonomy”, oxford.
Rowman and littlefield Publisher inc.
Wibowo I, 2007. “Belajar Dari Cina Bagaimana Cina Merebut Peluang
Dalam Era Globalisasi”, Kompas Media Nusantara, Jakarta.
Wibowo, I & Hadi. S (eds) 2009. “Merangkul Cina”, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Wuyandari,G, 2000. “Menuju ASEAN Vision 2020: Tantangan dan
Inisiaif”, Jakarta, PPW-LIPI.
Yaumidin, UK, 2008. “Hubungan Kerjasama Ekonomi Antar Negara di
Kawasan Asia Pasifik”, LIPI, Jakarta.

17

JURNAL
ASEAN Statistical Year Book, 2010. ASEAN Secretariat, Jakarta.
Direktorat Jendral Kerjasama ASEAN Kementrian Luar Negeri RI 2010,
ASEAN Selayang Pandang, edk 19, Kemlu, Jakarta.
“Economic Review”, 2009. No. 218. Desember.
Fehr Ernst & Gintis Herbert, 2006. “Human Motivation and Social
Cooperation : Experimental and Analytical Foundations”, 1Institute for Empirical
Research in Economics, University of Zurich, Blumlisalpstrasse 10, CH –Zurich,
Switzerland.
Harini Setyasih,2008. “Kepentingan Nasional Cina Dalam Konflik Laut
Cina Selatan”. Jurnal Mengajar Hubungan Internasional.
Jianren Liu, 2012. “Early Review of ACFTA : Achievements, Problems and
Its Implication on Sino-ASEAN Relations”.
Kratochwil. F, E. D Mansfield, 1994. “International Organization A
Reader International Institutions Two Approach”.
Leong, HK & Ku, SCY (eds.), 2005. “China and Southeast Asia Global
Changes and Regional Challenges, Institute of Southeast Asian Studies
(ISEAS)”,Singapore.
Morrison M. Wayne, 2012. ”Chinas’s Economi Conditions”, Congressional
Research Service.
O’farrill Enrique, Fierro Juan, Eugenia Maria, Perez Eugenio, Vallejos
Marcela, 1999. “ Economic Cooperation” Desember, AGCL Cooperation Chilena.
Pamuji Nanang Mugasejati, 2006. “Konsep Legalisasi dalam Politik
Kerjasama Internasional” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 10, Nomor
2, November.
Ralf Emmers, “Maritime Disputes in The South China Sea: Strategic and
Diplomatic Status Quo, Institute for Defence and Strategic Studies” working
paper no.87.
Singh, DA, 1997. ”Asean Economic Co-operation Transition and
Transformation”, Institude of Southeast Asian Studies Singapura.
Vaughn Bruce, 2006. “China-Southeast Asia Relations: Trends, Issues,
and Implications for United States” CRS report for congress.

18

Wang Gungwu, 2005. “China and Southeast Asia: The Context of a New
Beginning,” in David Shambaugh, ed., Power Shift: China and Asia’s New
Dynamics, Berkeley, CA.
Zhang Haibing, 2005. “Zhongguo-Dongmeng Quyu jingji Hezuo De
Xinjinzhan Yu Wenti” [“Progress and Problems in China-ASEAN Regional
Economic Cooperation”], Guoji wenti luntan [International Review], No. 38,
Spring.
INTERNET
ASEAN secretariat 1977, “Join Communiqué The Second ASEAN Heads
of Government Meeting”, http://www.aseansec.org/5095.htm, di akses pada
tanggal 1 juni 2014
ASEAN Secretariat, “ASEAN Free Trade Area (AFTA)”, 1999,
www.aseansec.org/19585.htm di akses pada tanggal 02 Maret 2015
Central
Intelligence Agency
2011,
The
World
Factbook,
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ch.html diakses
pada tanggal 8 februari 2015.
http://www.tradingeconomics.com/china/gdp diakses pada 1 juni 2014.
http://www.anneahira.com/sejarah-asean.htm diakses pada tanggal 1 juni 2014.
http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/158-agustus-2011/1188
keuntungan-yang-diperoleh-dari-acfta-lebih-besar-dibandingkan-dengan
kerugiannya.html di akses pada tanggal 1 juni 2014.
http://unpad.ac.id/yogix/2010/03/12/Bagaimana-Mekanisme-Acfta-2010/
di akses pada tanggal 1 juni 2014.
http://www.sdi.kkp.go.id/index.php/arsip/c/590/MEMAHAMI-SANGNAGA-MENJAWAB-TANTANGAN-CAFTA-/ di akses pada tanggal 1 juni
2014.

19