Analisis Tema Pada Film American Dreams In China

BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka hasil meninjau pandangan, pendapat sesudah menyelidiki

atau mempelajari (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1198). Pustaka adalah
kitab-kitab; buku; skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini.
Penelitian yang berkaitan dengan Tema Cerita yang penelitain dilakukan oleh
beberapa sepengetahuan penulis, beberapa diantaranya dilakukan oleh:
Sally (2016) , dalam skripsinya yang berjudul “Kajian Struktural Film Confucius
Versi 2010. Dalam skripsi ini, penulisnya menceritakan bagaimana struktur film
yang terdapat dalam film Confucius dan bagaimana peran tokoh utama Chow
Yun Fat melakonkan tokoh Confucius. Dalam film Confucius(孔子)terdapat
beberapa tokoh bawaan tetapi hanya ada satu tokoh utama atau tokoh sentral yaitu
Kong Zi. Tokoh Confucius dalam film tersebut yaitu sebagai tokoh yang
berkarakter protagonis. Tema dalam film Confucius ( 孔 子 ) adalah tentang
perjalanan hidup Kong Zi pada usia 35 tahun yang penuh dengan tantangan dan
penolakan karena ajarannya tentang etika, moral, dan kemanusiaan. Selain itu

mengisahkan tentang perjalanan Kong Zi selama mengembara dalam pengasingan
setelah meninggalkan tanah Lu.

Universitas Sumatera Utara

Irma Fitri Setyawati (2012) mahasiswa jurusan komunikasi dan penyiaran
islam fakultas dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dalam skripsinya
berjudul Moral Anak dalam Film Hapalan Sholat Delisa mengkaji moral anak
yang menggunakan metode dokumentasi dan teknik analisis model Roland
Barthes. Metode ini menggunakan teori moral dari Pam Schiller dan Tamera
Bryant juga mengkaji struktur film tersebut termasuk unsur instrinsik terutama
tokoh.
Rani Hastari (2012) mahasiswa fakultas ilmu budaya Universitas
Indonesia dalam skripsinya yang berjudul Representasi Tokoh Kulit Hitam Film
Animasi The Princess and The Frog (2009) Negosiasi Disney dalam Isu Gender
dan Rasial. Dalam skripsi tersebut digunakan juga teori structural yang membahas
tentang tema, alur, latar, tokoh dan penokohan dan lain-lain. Tokoh utama yang
terdapat dalam film tersebut adalah Tiana, Charlotte dan Naveen. Charlotte adalah
refresentasi dari putrid klasik yang berkulit putih, cantik dan menginginkan
menikah dengan pangeran. Tokoh Tiana adalah sosok perempuan yang sempurna,

pemberani, dan mandiri tetapi dalam film ini sosok tiana adalah seekor katak.
Tokoh Naveen yaitu seorang pangeran kaya yang didepak dari kerajaannya karena
tidak dapat diandalkan. Sosok Naveen digambarkan sebagai sosok yang suka
menebar cinta dan menunjukkan pesonanya. Selanjutnya analisis aspek tema, dan
konflik menunjukkan adanya kaitan film ini dengan konteks sosial ekonomi di
New Orleands, Amerika Serikat, pada tahun 1920-an. New Oerlands menjadi latar
yang memiliki “paket lengkap” sesuai cirri khas. Tema ini mengandung semangat
warga Amerika untuk meraih impian dan kehidupan yang lebih baik

Universitas Sumatera Utara

Referensi tersebut diatas adalah untuk acuan didalam analisis penelitian
penulis dalam judul Analisis Tema Film American Dreams in China
2.2 Konsep
Konsep penelitian merupakan operasional keterkaitan antar variablevariabel yang berasal dari kerangka teori dan biasanya berkonsentrasi pada satu
bagian dari kerangka teori.
Penelitian membutuhkan pemahaman yang memadai mengenai istilahistilah yang dipakai didalamnya. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep
pedoman atau panduan bagi peneliti. Adapun konsep-konsep yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah Tema, Film dan Tokoh Cerita. Boggs (1992:24)
mengatakan sastra dan film betul-betul memiliki banyak unsur yang sama.

Biarpun keduanya adalah media yang berbeda, keduanya mengkomunikasi
bermacam hal dengan cara yang sama dalam analisis sastra. Membagi film ke
dalam berbagai unsurnya untuk kepentingan analisa adalah sebuah proses yang
artifisial, karena unsur-unsur dari seni mana pun juga tidak pernah berwujud
secara terpisah dari yang lainnya. Misalnya adalah suatu yang mustahil untuk
memisahkan konsep-konsep plot dan tokoh. Peristiwa yang mempengaruhi
manusia dan manusia mempengaruhi peristiwa.
Dalam sebuah karya fiksi, drama atau film keduanya terjadi dengan erat
sekali. Biarpun tindakan untuk memisahkan unsur-unsur ini lalu menyorotinya
secara terpisah pula merupakan tindakan yang artifisial, namun metoda analisis
mempergunakan teknik ini untuk kemudahan dan kelayakannya. Tapi hal ini ia
lakukan dengan kesadaran bahwa unsur-unsur ini dapat kita pelajari secara

Universitas Sumatera Utara

terpisah tanpa kehilangan pandangan dari saling ketergantungan atau kaitan
mereka dengan keseluruhan. Himawan (2008:2) menyatakan film, secara umum
dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik.
Unsur naratif adalah bahan (materi ) yang akan dikaji berhubungan dengan aspek
cerita atau tema film. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh,

tema, masalah, konflik, waktu, serta lainnya.

2.1.1 Film
Menurut Nur Dwi Andayani (2007:41) Film adalah salah satu bentuk
kesenian yang saling mempengaruhi antara cahaya dan bayang-bayang secara
halus. Film melakukan komunikasi verbal melalui dialog (seperti drama), film
mempergunakan irama yang kompleks dan halus (seperti musik), film
berkomunikasi melalui citra, metafora, dan lambang-lambang (seperti puisi), film
memusatkan diri pada gambar bergerak (seperti pantomime) yang memiliki ritmis
tertentu (seperti tari), dan akhirnya film memiliki kesanggupan untuk memainkan
waktu dan ruang, mengembangkan dan mempersingkatnya, memajukan atau
memundurkannya secara bebas dalam batas-batas wilayah yang cukup lapang.
Boggs (1992:23) juga mengatakan bahwa film tetaplah sesuatu yang unik
walaupun terdapat kesamaan dengan media lain. Film melebihi drama karena film
memiliki kemampuan mengambil sudut pandang yang bermacam-macam, gerak,
waktu dan ruang yang tidak terbatas. Berbeda dari novel film berkomunikasi tidak
melalui lambang-lambang abstrak yang dicetak di atas halaman kertas sehingga

Universitas Sumatera Utara


memerlukan suatu penerjemah oleh otak ke pelukisan visual dan suara, tapi
langsung melalui gambar-gambar visual dan suara nyata Asrul Sani(1992:4-13).

2.1.2 Struktural Film
`

Produksi film yang menghasilkan suatu karya yang memiliki keunggulan

sendiri sebagai media massa. Film memiliki suatu tujuan. Film tidak berwujud
semata-mata untuk dirinya sendiri sebagai sebuah media massa dan objek estetis
murni, melainkan berwujud pada ruang lingkup dunia sekelilingnya. Film dapat
menjadi mediator realitas. Ia dapat menunjang kesan manusia tentang realitas.
Pendapat ini ditunjang oleh keunggulan film sebagai media massa yang
menghibur berisi gambar bergerak dengan inovasi yang tidak terbatas, musik yang
canggih, dan dibuat dengan teknologi yang menghasilkan konsep visual yang
menarik Asrul Sani (1984:3).
UsmarIsmail (1965:47) mengungkapkan bahwa sejak pertama kali dibuat,
film langsung dipakai sebagai alat komunikasi massa atau populernya alat untuk
bercerita. Menurut Himawan Pratista (2008:29) sebagai alat komunikasi massa
untuk bercerita film memiliki struktur dan klasifikasi, yaitu:

Film dapat diklasifikasi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Menurut Jenis Film
a. Film Cerita (Fiksi)

Universitas Sumatera Utara

Film Cerita (fiksi) adalah cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor
dan aktris yang sifatnya komersial.
b. Film Non Cerita (Non Fiksi)
Film Non Cerita (Non Fiksi) adalah film yang mengambil kenyataan
sebagai objeknya. Film non cerita ini terbagi menjadi 2 kategori, yaitu:
• Film Faktual : Film yang menampilkan fakta atau kenyataan (new
real) yang kejadiannya actual.
• Film Dokumenter : Film ini mengungkapkan fakta dan berhubungan
dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film
documenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun
merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik.
Film dalam penelitian ini merujuk pada film non cerita (non fiksi) yaitu film
yang nyata dan dikatagorikan kedalam film dokumenter karena membahas tentang
orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata.

2. Menurut Tema Film (Genre)
a. Drama
Tema ini lebih menekan pada sisi human interest yang bertujuan
mengajak penonton ikut merasakan kejadian yang dialami tokohnya,
sehingga penonton merasa sedih, senang, kecewa, bahkan ikut marah.
b. Action
Tema

Action

mengetengahkan

adegan-adegan

perkelahian,

pertempuran dengan senjata, atau kebut-kebutan kendaraan antara tokoh

Universitas Sumatera Utara


yang baik (protagonis), sehingga penonton ikut merasakan ketegangan, waswas takut, bahkan bisa ikut bangga terhadap kemenangan si tokoh.
c. Komedi
Tema film komedi intinya adalah mengetengahkan tontonan yang
membuat penonton tersenyum, atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Film
komedi berbeda dengan lawakan, karena film komedi tidak harus dimainkan
oleh pelawak, tetapi pemain biasa pun bisa memerankan tokoh lucu.
Menurut tema, film “American Dreams in China” ini bertemakan atau
penjelasannya merujuk pada drama, action, dan komedi.
3. Fungsi Film
Adapun fungsi film adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan
Film yang dibuat dapat membawakan pesan yang mendidik.
b. Tranformasi Kebudayaan
Film yang dibuat dapat memberikan penerang pada masyarakat
yang menonton
c. Hiburan
Film tersebut dapat

menghibur penontonnya yang membuat


tertawa, ketakutan atau sedih.
d. Penerangan
Film yang dibuat dapat memberikan penerangan pada masyarakat
yang menonton.

Universitas Sumatera Utara

Fungsi dalam film American Dreams in China ini merujuk pada pendidikan
dan transformasi kebudayaan
2.1.2

Naratif
Himawan (2008:33) menyatakan Naratif adalah suatu rangkaian peristiwa

yang berhubungan

satu sama

lain dan terikat oleh logika sebab-akibat


(kausalitas) yang terjadi dalam suatu ruang dan waktu. Sebuah kejadian tidak bisa
terjadi begitu saja tanpa ada alas an yang jelas. Segala hal yang terjadi pasti
disebabkan oleh sesutau dan terikat oleh satu sama lain oleh hokum kausalitas.
Dalam sebuah film cerita sebuah kejadian pasti disebabkan

oleh kejadian

sebelumnya. Segala aksi dan tindakan para pelaku cerita akan memotivasi
terjadinya peristiwa berikutnya dan terus memotivasi peristiwa berikutnya lagi.
Perubahan ini akan membentuk sebuah pola pengembangan
pengembangan naratif

naratif .

Pola

secara umum dibagi menjadi tiga tahap yakni,

pendahuluan, pertengahan, dan penutupan. Pola pengembangan naratif dalam film
umunya disajikan secara linier dimana sebuah rangkaian peristiwa berjalan sesuai

dengan urutan waktu sebenarnya.
2.1.4 Tema
Menurut Mido (1994:18), tema adalah persoalan yang berhasil menduduki
tempat utama dalam cerita rekaan dan bukan dalam pikiran pengarangnya. Hal ini
mengingat yang dihadapi oleh pembaca bukanlah pengarangnya, tetapi adalah
karya sastra karangannya. Jadi tema adalah persoalan atau pokok pembicaraan
yang mendasari cerita.Fungsi sebuah tema adalah memberi masukan bagi elemen

Universitas Sumatera Utara

struktural lain, seperti plot, tokoh, dan latar. Fungsi tema yang terpenting dalam
karya sastra adalah menjadi elemen penyatu terakhir keseluruhan cerita. Artinya,
pengarang menciptakan dan membentuk plot, membawa tokoh menjadi hidup,
baik secara sadar atau tidak, tersurat maupun tersirat, pada dasarnya merupakan
perilaku yang dituntun oleh tema yang dipilih dan telah mengarahkannya. Dalam
film “America Dreams In China” tema yang diangkat adalah “New Dreams”,
yaitu Impian baru tiga orang yang bersahabat dalam menggapai cita-citanya.
Melalui kerja keras mereka mengembangkan bisnis dari impian semula untuk
mengembangkan dunia pendidikan di negera mereka sendiri meskipun dengan
keberhasilan mereka datang tantangan baru dan masalah.
2.1.4 Tokoh
Tokoh adalah perilaku cerita dalam sebuah film. Peran tokoh sangatlah
penting karena sebagai sudut pandang yang utama, tokoh juga merupakan pelaku
yang berperan dalam suatu cerita. Tokoh merupakan gambaran seseorang dalam
film dimana para pemirsa atau penonton dapat memahami secara jelas perwatakan
dari tokoh-tokoh dalam film.
Nurgianto (2007:176-177) mengungkapkan bahwa seorang pengarang cerita
dituntut jeli dalam memilih seorang tokoh dalam cerita untuk menyampaikan
pesan pengarang.pengarang cerita mengungkapkan permasalahan dalam suatu
film melalui penampilan para tokohnya. Tokoh menunjuk pada orang atau pelaku
cerita. Cerita akan terjadi hidup dengan hadirnya tokoh yang ada dan disertai
berbagai konflik yang dihadapi. Melalui kajian tokoh, kita dapat mengetahui

Universitas Sumatera Utara

bagaiman peran tokoh dalam suatu film, pembagian tokoh dapat dibedakan
berdasarkan segi peranan dan tingkat pentingnya tokoh.
1.

Tokoh Utama
Tokoh Utama (central character/main character) adalah tokoh yang

diutamakan penceritaannya karena tokoh utama merupakan tokoh yang
paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang
dikenai kejadian. Tokoh ini sangat penting dan ditampilkan secara terus
menerus sehingga cenderung mendominasi sebuah cerita. Sebagian besar
cerita menceritakan tentang tokoh ini sehingga Ia sangat menentukan
perkembangan alur secara keseluruhan. Tokoh ini mncul sebagai orang yang
dikenai kejadian dan konflik.

2.

Tokoh Tambahan
Tokoh Tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya

dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin
dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh tambahan sering disebut
sebagai peran pembantu dalam film, namun tanpa kehadiran tokoh
tambahan maka jalan cerita akan kurang variatif. Tokoh tambahan biasanya
seorang yang mendukung atau bahkan melawan si tokoh utama. Tokoh ini
diceritakan dalam porsi yang cukup pendek. Ia adalah orang muncul untuk
membantu tokoh utama baik secara langsung maupun tidak langsung.

Universitas Sumatera Utara

Dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh dapat dibedakan atas tokoh
protagonis dan tokoh antagonis.
1. Tokoh Protagonis
Tokoh yang dikenal baik dan disukai oleh penonton. Tokoh ini memiliki
dua sisi kepribadian yang berbeda.
2. Antagonis
Tokoh yang biasanya dibenci oleh penonton. Tokoh ini biasanya
berwatak buruk dan negative
Berdasarkan pembagian jenis-jenis tokoh tersebut di atas, tokoh yang
diteliti dalam penelitian ini adalah tokoh utama (central character/main
character). Menurut perwatakannya, tokoh yang diteliti yaitu tokoh yang
sering muncul atau round character yang protagonist. Tokoh utama yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tokoh yang diperankan
oleh Cheng Dongxing (Huang Xiaoming), Meng Xiaojun (Deng Chao) dan
Wang Yang (Tong Dawei).

2.1.5 Alur
Kokasih (2006:56) menyatakan alur merupakan pola pengembangan cerita
yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Intisari alur ada pada permasalahan
cerita. Akan tetapi suatu permasalahan tidak bisa dipaparkan begitu saja, harus
ada dasarnya. Oleh karena itu, alur terdiri atas:
1. saling mengenal
2. munculnya konflik

Universitas Sumatera Utara

3. konflik meninggi
4. klimaks
5. menyelesaikan konflik atau masalah
di tahap saling mengenal pengarang mulai menggambarkan situasi dan
memperkenalkan tokoh-tokoh cerita sebagai pendahuluan. Di bagian kedua
pengarang mulai menampilkan pertikaian yang terjadi diantara tokoh. Pertikaian
ini semakin meninggi, dan puncaknya dari masalah tersebut terjadi di bagian
keempat (klimaks). Setelah fase tersebut terlampaui sampailah dibagian kelima
(pemecahan masalah). Alur pun menurun menuju mencari solusi dalam masalah
dan penyelesaian cerita. Itulah unsur-unsur alur yang berpusat pada konflik.
Dengan adanya alur seperti diatas, pembaca dibawa kedalam suatu keadaan yang
menegangkan (suspense). Suspense inilah yang menarik pembaca untuk
mengikuti cerita tersebut. Dari tahap-tahap alur diatas menjelaskan bahwa
kekuatan

sebuah cerita terletak pada kemampuan pengarang pembawa

pembacanya menemui masalah, memuncaknya masalah dan berakhirnya masalah.
Timbulnya konflik sering berhubungan erat dengan unsur watak dan latar. Konflik
dalam cerita mungkin terjadi karena watak seorang tokoh yang menimbulkan
persoalan bagi tokoh lain atau lingkungannya. Nurgiyantoro (2009:159) ditinjau
dari padu tidaknya alur dalam sebuah cerita, maka alur dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yakni alur rapat dan alur renggang. Alur rapat adalah alur yang
menyajikan peristiwa yang secara cepat dan fungsional. Peristiwa-peristiwa yang
terjalin dalam alur ini tidak dapat dipenggal atau atau dihilangkan karena sifatnya
yang fungsional tinggi, sehingga jika suatu peristiwa saja dihilangkan, pembaca

Universitas Sumatera Utara

akan

kehilangan cerita, tidak memahami sebab-akibat, bahkan tidak dapat

mengerti isi keseluruhan cerita. Alur renggang adalah alur yang menyajikan
pergantian peristiwa dengan lambat dan memiliki hubungan antar peristiwa yang
tidak erat. Alur renggang ditandai dengan adanya sela pada keterjalinan peristiwa
sehingga dapat disisipi oleh peristiwa tambahan. Dalam penelitian ini, penulis
hanya menggunakan alur rapat dalam pembahasan alur.
2.2 Landasan Teori Struktural
Menurut Abrams (1981:68) dalam bukunya, analisis struktural karya sastra
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi
dan hubungan antarunsur instrinsik yang bersangkutan. Tahap pertama
diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya bagaimana keadaan peristiwaperistiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Setelah
dijelaskan bagaimana fungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang makna
dan keseluruhannya dan bagaimana hubungan antarunsur itu sehingga secara
bersama membentuk sebuah totalitas makna yang padu.
Dengan demikian, pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan
secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar unsur karya sastra yang secara
keseluruhan. Analisis struktural tak cukup dilakukan hanya sekedar mendata
unsur tertentu sebuah karya fiksi, namun yang lebih penting adalah menunjukkan
bagaimana hubungan antar unsur itu dan sumbangan apa yang diberikan terhadap
tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai.
Secara umum, terdapat perbedaan dan persamaan antara narasi film dan
novel. Sekalipun terdapat perbedaan antara narasi novel dan film, terdapat

Universitas Sumatera Utara

beberapa hal yang sama. Torop (1999:129) menyatakan bahwa tidak mungkin
secara langsung mentransfer sebuah prosa kedalam film karena penggunaan
kamera membuat gambar film begitu konkret sehingga menghilangkan
kemungkinan adanya interprestasi lain yang muncul kedalam prosa. Sekalipun
demikian, menurutnya proses adaptasi tidak perlu menghancurkan novel karena
keduanya, novel dan film sama-sama menggunakan narasi hanya bentuknya yang
berbeda. Novel teks naratif, sedangkan film berupa visual naratif.

Universitas Sumatera Utara