Tinjauan Hukum Tentang Wanprestasi Para Pihak Dalam Perjanjian Penggadaian Barang Pada Perum Pegadaian

7

ABSTRAK

Perusahaan Umum Pegadaian adalah salah satu bentuk perusahaan milik
negara yang bergerak di bidang jasa dalam hal ini pemberian kredit. Kredit yang
diberikan tersebut mempunyai peranan penting dalam membantu masyarakat
memenuhi kebutuhan akan dana mendesak yang bersifat produktif serta berusaha
untuk menghindarkan masyarakat dari jeratan lintah darat dan praktek sejenisnya.
Permasalahan yang dikemukakan adalah mengapa pegadaian disebut
sebagai salah satu Lembaga Keuangan Bukan Bank ; bagaimana hubungan hukum
antara Perusahaan Umum Pegadaian dengan nasabah dalam pemberian kredit,
serta apa hak dan kewajiban kedua belah pihak dan bagaimana upaya hukum yang
harus dilakukan para pihak apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi.
Metode yang dipergunakan adalah melalui library research (studi kepustakaan)
dan field research (studi lapangan).
Kesimpulan yang diperoleh bahwa : Pegadaian terpisah dari lembaga
keuangan yang lazim disebut bank dan turut aktif menyalurkan dana kepada
masyarakat atas dasar hukum gadai. Hubungan hukum antara Perusahaan Umum
Pegadaian dengan nasabah terjadi pada saat kedua belah pihak menandatangani
Surat Bukti Kredit (SBK). Dalam hal ini pemberi gadai berkewajiban

melaksanakan ketentuan dalam perjanjian gadai dan berhak untuk memperoleh
uang sebesar harga taksiran barang jaminan. Sedang Perusahaan Umum
Pegadaian wajib untuk menyerahkan sejumlah uang berdasarkan harga taksiran
barang jaminan, dan berhak memperoleh bunga dari modal tersebut dan
menguasai barang jaminan selama berlangsungnya perjanjian gadai. Apabila
terjadi wanprestasi dari pihak Perum Pegadaian, misalnya barang gadai hilang
atau rusak berat, maka Perum Pegadaian wajib mengganti rugi kepada nasabah
sebesar 125% dari harga taksiran. Sedangkan apabila pihak nasabah yang
melakukan wanprestasi, maka barang gadai tersebut akan dilelang untuk
pelunasan uang pinjaman, dan kelebihan harga barang gadai wajib dikembalikan
kepada nasabah setelah dipotong sejumlah pinjaman bunga dan biaya lelang.
Untuk itu disarankan agar Perum Pegadaian mendirikan cabangnya
sampai ke desa-desa agar terjadi pemerataan pembangunan di bidang ekonomi. Isi
SBK perlu dilengkapi terutama menyangkut tentang hak dan kewajiban para pihak
(antara Perum Pegadaian dengan nasabah). Hal ini bertujuan untuk menjaga
kepastian hukum. Disamping itu sudah seharusnya pihak Perum Pegadaian,
memperbanyak ragam jenis barang gadai yang diterima sebagai jaminan.

Universitas Sumatera Utara