Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Wanprestasi Pada PT. Pegadaian (PERSERO) Kantor Wilayah Medan

(1)

Guna Me Pendidik U MHD DIPLO emenuhi Sa kan Pada Pro

FAK UNIVERSI

TUGAS A

Diajukan o D RIZKY AD

1021011

OMA III K

alah Satu Sy ogram Dipl KULTAS E ITAS SUM MEDA 2014 AKHIR oleh : DE PUTRA 142 KEUANGAN yarat Untuk loma III Fak

EKONOMI MATERA U AN 4 A N Menyelesa kultas Ekon UTARA ikan nomi


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI D- III KEUANGAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

 

NAMA : MHD RIZKY ADE PUTRA

NIM : 102101142

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN

JUDUL : TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM

WANPRESTASI PADA PT PEGADAIAN (PERSERO) KANTOR WILAYAH I MEDAN

 

Tanggal : Februari 2014 Dosen Pembimbing

Dr. Yeni Absah, SE, M. Si NIP. 19741123 200012 1 001 Tanggal : Februari 2014 Ketua Program Studi

Dr. Yeni Absah, SE, M. Si NIP. 19741123 200012 1 001

Tanggal : Februari 2014 Dekan Fakultas Ekonomi

Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA NIP. 19560407 198002 1 001


(3)

 

NAMA : MHD RIZKY ADE PUTRA

NIM : 102101142

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN

JUDUL : TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM WANPRESTASI PADA PT PEGADAIAN (PERSERO) KANTOR WILAYAH I MEDAN

Medan, Februari 2014 Menyetujui

Pembimbing,

Dr. Yeni Absah, SE, M.Si NIP: 19741123 200012 2 001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Jurusan Keuangan Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir yang Penulis ajukan adalah :

“TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM WANPRESTASI PADA PT PEGADAIAN (PERSERO) KANTOR WILAYAH I MEDAN”

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis telah banyak menerima masukan berupa motivasi, semangat, dan bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak, baik didapat secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih dan rasa hormat yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Azhar Maksum, M.Ec Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Keuangan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara

3. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, pemikiran, dan pengarahan pada penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini

4. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar serta Staff Pegawai yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan


(5)

mengadakan riset sehingga selesainya Tugas Akhir ini

6. Ayahanda Misno Djoeynaidhy dan Ibunda Nur Lince yang telah mengasuh dan mendidik serta memberi bimbingan, dorongan, nasehat, dan doa. Sehingga saya berhasil menyusun tugas akhir dan menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Tidak lupa juga ketujuh saudara saya tersayang, Bahtera Gunawan, Yeni Anggraini, Abdini Maliana Timor, Rahma Bintari, Yudi Armada, Ayu Pratiwi, Dewi Djoeynaidhy.

7. Kepada wanita yang sangat penulis sayangi yang selalu mendukung penyelesaian tugas akhir Rini Herdiyanti, Amd

8. Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya tersayang Lia Rahmadanita, M. Ichsan Syahputra, Dhedhe Citra Afrida, Rhirin Malahayati, Eka Trisnani, Dya Ovi Syahputri, Randy Rozan, Talcha Ovie Ariyanti, Jones Aritonang, yang telah memberikan doa dan dukungan morilnya kepada saya dalam mengerjakan tugas akhir ini.

Medan, Februari 2014 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : PROFIL PERUSAHAAN ... 7

A. Sejarah dan Dasar Hukum Berdirinya PT Pegadaian (Persero) ... 7

B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 20

C. Uraian Pekerjaan ... 23

D. Kinerja Terkini PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan ... 26

BAB III : PEMBAHASAN ... 28

A. Pengertian Wanprestasi ... 28

B. Akibat Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai ... 29

C. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Wanprestasi ... 30

D. Upaya Hukum yang Dilakukan Para Pihak Apabila Salah Satu Pihak Melakukan Wanprestasi ... 34

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

No. Keterangan Halaman

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I Medan ... 22 


(8)

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Tercapainya kesejahteraan masyarakat diperlukan pembangunan di bidang ekonomi, sebab dengan kuatnya perekonomian suatu negara berakibat pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat, semakin berkembangnya pembangunan maka kebutuhan masyarakat terhadap dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Oleh karena itu muncullah kegiatan pembiayaan, tujuannya adalah menyalurkan dana kepada masyarakat untuk kegiatan pembiayaan ekonominya.

Pada hakekatnya pembangunan nasional ditujukan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata secara material maupun spiritual. Salah satu asas yang penting di dalam pembangunan nasional adalah peri kehidupan dalam keseimbangan. Keseimbangan yang di maksud disini adalah keseimbangan antara kepentingan-kepentingan keduniaan dengan akhirat, antara jiwa dan raga, antara material dan spiritual, serta antara individual dan masyarakat.

Jadi dalam arti yang luas pembangunan nasional akhirnya bermuara kepada peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini berarti pula memberikan cukup kebutuhan kepada masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok. Berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai di dalam pelaksanaan pembangunan


(9)

nasional di berbagai bidang sejak Repelita I sampai saat ini, masih ada beberapa masalah yang belum terpecahkan sepenuhnya, antara lain pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah tertentu, peningkatan kemampuan yang lebih cepat dari golongan-golongan ekonomi lemah, serta masalah-masalah sosial lainnya.

Pembangunan ekonomi berkaitan erat dengan usaha jangka panjang yang terus menerus untuk meningkatkan kemakmuran. Kemakmuran ini baru meningkat apabila terjadi pertumbuhan produksi di berbagai sektor ekonomi yang lebih besar dari pada pertumbuhan jumlah penduduk. Pertumbuhan produksi ini dapat dilaksanakan apabila ada tambahan investasi. Bagi suatu unit usaha, maka penambahan modal usaha kerap kali tidak digantungkan hanya pada sisa keuntungan atau pendapatan pada waktu yang lalu. Hal ini berarti bahwa dalam rangka mengembangkan usaha dalam banyak hal di butuhkan tambahan dana dari luar. Di sini diperlukan adanya lembaga-lembaga yang dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan akan dana.

Kegiatan pembiayaan biasa dilakukan oleh lembaga pembiayaan maupun lembaga keuangan. Kegiatan lembaga pembiayaan lebih menekankan pada fungsi pembiayaan, sedangkan lembaga keuangan lebih menekankan pada fungsi keuangan yaitu jasa keuangan pembiayaan dan jasa keuangan bukan pembiayaan. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa secara garis besar lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan lembaga pembiayaan.


(10)

3

Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. Salah satu bentuk dari lembaga keuangan bukan bank adalah Perusahaan Umum Pegadaian. Perusahaan Umum Pegadaian adalah salah satu bentuk lembaga pembiayaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas yang berpenghasilan rendah. Pegadaian menyalurkan dananya kepada masyarakat yang membutuhkan dengan bunga yang relatif rendah dan pelayanan yang cepat.

Dalam masa ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP), PP. No. 7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN), selanjutnya berdasarkan PP. No. 10/1990 (yang diperbaharui dengan PP. No. 103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM). Hingga pada tahun 2011, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011, bentuk badan hukum Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Dengan adanya peralihan status lembaga ini maka diharapkan lembaga ini tidak ketinggalan dari badan perkreditan lainnya, terutama dalam kualitas pelayanan kepada masyarakat ke arah yang lebih profesional.

PT Pegadaian (Persero) memberikan kredit untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan akan dana mendesak yang bersifat produktif serta berusaha untuk menghindarkan masyarakat dari jeratan lintah darat dan praktek sejenisnya. Jika dibandingkan dengan lembaga keuangan bank, maka pegadaian sebagai salah


(11)

satu dari lembaga keuangan bukan bank mempunyai bentuk visi dan misi yang lebih sederhana, yaitu menyalurkan kredit kepada masyarakat juga berusaha memupuk keuntungan.

PT Pegadaian dalam menyalurkan pinjaman kredit terhadap masyarakat menggunakan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditelah ditetapkan. Peraturan dan ketentuan yang digunakan adalah suatu bentuk peraturan yang telah di standarisasi, sehingga dapat melayani masyarakat dalam jumlah banyak dan dalam waktu relatif singkat. Hal ini jelas menjadi gambaran untuk melihat peraturan yang dilaksanakan oleh PT Pegadaian dalam memenuhi pelayanan yang maksimal sesuai dengan tujuan dan latar belakang dibentuknya PT Pegadaian. Masyarakat banyak yang tidak mengerti kapan terjadinya suatu hubungan hukum didalam perjanjian gadai pada PT Pegadaian yang menimbulkan adanya tanggung jawab para pihak setelah perjanjian gadai tersebut disepakati oleh para pihak.

Di dalam suatu perjanjian gadai tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya suatu wanprestasi. Wanprestasi bukan hanya dapat dilakukan oleh pihak yang memberi gadai, namun juga dapat dilakukan oleh yang menerima gadai, atau dengan kata lain wanprestasi dapat dilakukan oleh kedua belah pihak. Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam suatu perikatan, baik dalam kesalahannya sendiri maupun di luar kesalahannya, maka dapat dikatakan ingkar atau disebut juga wanprestasi.


(12)

5

Kondisi wanprestasi pada PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Sumut setiap tahunnya mengalami perubahan. Hal tersebut biasanya diperoleh dari sewa-menyewa suatu barang. Wanprestasi dapat berupa empat macam, yaitu:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan 3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Pihak yang melakukan wanprestasi harus bertanggung jawab, adapun bentuk pertanggungjawabannya adalah berupa akibat hukum untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi agar memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut.

B. Permasalahan

Setelah dicermati inti dari judul tugas akhir ini, maka diajukan beberapa permasalahan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggung jawab para pihak dalam wanprestasi?

2. Bagaimana upaya hukum yang harus dilakukan para pihak apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranan PT Pegadaian (Persero) dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.


(13)

2. Untuk mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban, serta tanggung jawab antara PT Pegadaian (Persero) dengan nasabah dalam pemberian kredit.

3. Untuk mengetahui upaya hukum yang harus dilakukan para pihak apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini akan memberikan informasi tentang kesiapan perangkat hukum yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemberian kredit oleh PT Pegadaian (Persero) kepada para nasabah yang membutuhkan dana.

2. Secara praktis, akan memberikan masukan positif kepada pemerintah khususnya para pengelola PT Pegadaian (Persero) untuk lebih mengefektifkan pemberian kredit kepada para nasabah yang membutuhkan dana tersebut.


(14)

 

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah dan Dasar Hukum Berdirinya PT Pegadaian (Persero)

Pegadaian sebagai lembaga yang memberikan pinjaman uang dengan jaminan barang-barang bergerak telah lama dikenal di Indonesia, yaitu sejak zaman VOC. Untuk memudahkan dalam penulisan ini maka sejarah pegadaian akan dibagi dalam dua tahap, yaitu pada saat sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan.

1. Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia

Sejarah pegadaian sebelum kemerdekaan telah mengalami 4 (empat) periode pemerintahan yaitu:

a. Masa VOC (1746-1811)

b. Masa penjajahan Inggris (1811-1816) c. Masa penjajahan Belanda (1816-1946) d. Masa penjajahan Jepang (1942-1945)

Fungsi pegadaian pada masa tersebut diatas tetap sebagai penyalur pinjaman dengan jaminan benda bergerak.

a. Pegadaian pada Masa VOC (1746-1811)

Pada masa VOC lembaga gadai dikenal dengan “Bank Van Leening”. Pertama didirikan pada tahun 1746 berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Von Sinhoff, tanggal 28 Agustus 1746. Lembaga ini memberikan pinjaman atas dasar gadai dan juga bertindak sebagai wessel bank.


(15)

Pada mulanya yaitu sejak didirikan pada tahun 1746 lembaga ini merupakan perusahaan patungan antara VOC (pemerintah) dengan pihak swasta, dengan perbandingan modal 2/3 modal swasta dengan jumlah modal seluruhnya

f 7.500.000,00, kemudian sejak tahun 1794 diusahakan sepenuhnya oleh pemerintah dengan bunga 6% per tahun. Dalam melakukan usahanya, Bank Van Leening memungut bunga 9% per tahun (3% atau 4% per bulan).

Pada tahun 1800 VOC dibubarkan dan kekuasaan di Indonesia diambil alih oleh Pemerintah Belanda. Semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Deandles, Bank Van Leening ini lebih diperhatikan dan dalam masa pemerintahannya dikeluarkan peraturan tentang jenis-jenis barang yang dapat diterima sebagai jaminan yaitu emas, perak, kain, dan lain-lain.

b. Pegadaian pada Masa Penjajahan Inggris (1811-1816)

Pada tahun 1811 terjadi peralihan kekuasaaan dari pemerintahan Belanda kepada pemerintahan Inggris. Sir Stamford Raffles sebagai pemimpin tertinggi di Indonesia pada masa itu tidak menyutujui adanya Bank Van Leening dikelola pemerintah, maka dikeluarkanlah peraturan yang menyatakan bahwa setiap orang dapat mendirikan badan perkreditan ini dengan syarat mendapat izin dari penguasa. Peraturan ini disebut juga Licentie Stelsel. Dalam perkembangannya ternyata tujuan Licentie Stelsel yaitu memperkecil peranan

worker (lintah darat) tidak mencapai sasaran, artinya tidak menguntungkan pemerintahan malahan menimbulkan kerugian terhadap masyarakat karena timbulnya penarikan bunga yang tidak wajar. Oleh karena itu pada tahun 1814


(16)

9

masyarakat umum dapat menjalankan usaha gadai dengan syarat sanggup membayar sewa kepada pemerintah.

c. Pegadaian pada Masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1816 kembali menguasai Indonesia, sementara itu Pacht Stelsel yang dibentuk pada masa Inggris semakin berkembang, baik dalam arti perluasan wilayah operasi maupun jumlahnya. Kemudian pada tahun 1856 pemerintah Belanda mengadakan penelitian terhadap pelaksanaan Pacht Stelse.

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata para packers banyak yang bertindak sewenang-wenang dalam menetapkan suku bunga, tidak melelangkan barang jaminan yang kadaluarsa, tidak membayar uang kelebihan kepada yang berhak, dan tidak melaksanakan daftar usaha yang teratur, hal ini sangat merugikan rakyat. Kemudian melalui Staatsblad No. 226 tahun 1930 status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 IBW

(Indonesische Bedrijvenwet) Staatsblad No. 419 tahun 1927 dimana harta

kekayaan pegadaian negara di pisahkan dari kekayaan negara (pemerintah).

d. Pegadaian pada Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)

Pada masa penjajahan Jepang pegadaian masih merupakan instansi pemerintah (jawatan) dibawah pimpinan dan pengawasan kantor besar keuangan. Pada masa ini lelang atas barang jaminan tidak di tebus (sudah kadaluarsa) di hapuskan sama sekali dan barang berharga seperti emas, intan, dan berlian yang ada di Pegadaian di ambil oleh pemerintah Jepang.


(17)

2. Sesudah Proklamsi kemerdekaan

Dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, penguasaan atas Pegadaian Negara beralih kepada Pemerintah Republik Indonesia dan statusnya adalah sebagai jawatan di bawah Menteri Keuangan.

Dengan Peraturan Pemerintah No. 178 tahun 1961 terhitung mulai tanggal 1 Januari 1961, Pegadaian Negara diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara Pegadaian. Status sebagai perusahaan negara ternyata menyebabkan pegadaian terus menerus mengalami kemerosotan di bidang keuangan atau pendapatan sehingga statusnya perlu di kembalikan menjadi jawatan. Tetapi kemudian pada tahun 1965 Perusahaan Negara Pegadaian di integrasikan ke dalam urusan bank sentral.

Usaha kegiatan pegadaian diatur sebagai perusahaan dalam arti luas 2 IBW 1927 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 mengenai bentuk-bentuk Perusahaan Negara dan melalui instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 1967 maka Jawatan Pegadaian dengan dasar kegiatan IBW sebenarnya mempunyai sebagai Perusahan Jawatan. Melalui surat keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 39/MK/6/1/1971 Pasal 1 (tanggal 20 Januari 1971) ditetapkan bahwa Jawatan Pegadaian adalah unit pelaksanaan di lingkungan Direktorat Jenderal Keuangan. Selanjutnya, dalam pasal 2 surat keputusan menteri keuangan tersebut di tetapkan bahwa Jawatan Pegadaian pada tahun 1870 Pacht Stelsel dihapuskan dan diganti lagi dengan Licentie Stelsel dengan maksud untuk mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang merugikan masyarakat dan pemerintah. Tetapi usaha ini tidak berhasil, karena penyelewengan masih tetap


(18)

11

berjalan tanpa menghiraukan peraturan yang berlaku. Maka pada tahun 1880

Pacht Stelsel diberlakukan kembali.

Setelah diadakan penelitian oleh pemerintah, maka untuk mengurangi kerugian pada masyarakat perlu diadakan pengawasan terhadap pelaksanaan

Pacht Stelsel, tetapi dalam hal ini menyebabkan masyarakat enggan melakukan usaha dibidang ini secara legal sebagai pada parriltius. Tetapi di lain pihak penyimpangan yang merugikan masyarakat dapat di akhiri. Hal ini yang mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan sendiri badan perkreditan gadai. Kemudian pada tanggal 1 April 1901 di Sukabumi didirikan Pegadaian Negeri pertama di Indonesia dengan Staatsblad No. 131 tanggal 12 Maret 1901. Sedangkan uang pinjaman yang dapat diberikan maksimum f 300 dan tidak dikenakan biaya administrasi.

Pegadaian Negara yang dikuasai pemerintah ini berkembang dengan baik sehingga mendorong dikeluarkannya peraturan tentang monopoli. Peraturan monopoli ini dulu hanya berlaku berlaku terbatas pada kota-kota dimana pegadaian negara berdiri, tetapi dengan dikeluarkannya Staatsblad 1941 dan Staatsblad No. 28 jo. 420 tahun 1921 sifat monopoli ini berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia.

Yang dimaksud dengan monopoli disini adalah adanya larangan terhadap anggota masyarakat umum lainya untuk berusaha dengan cara menerima gadai dan pemberian uang pinjaman maksimum f 100 atau kurang. Sanksi terhadap pelanggaran monopoli ini di atur dalam pasal 509 KUH Pidana yang menyatakan sebagai berikut:


(19)

Barang siapa tanpa izin meminjamkan uang atau barang dengan gadai atau dalam bentuk kontrak komisi yang nilainya tidak lebih dari seratus rupiah (dahulu gulden) diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak seribu rupiah (dahulu gulden).

Direktorat Jenderal Keuangan fungsinya diperluas yaitu tidak sekedar memberantas lintah darat saja, tetapi juga memberikan pembinaan dan pengarahan kredit ke sektor produktif. Lebih di pertegas lagi dalam Keputusan Presiden No. 56 tahun 1985, fungsi dari Perusahaan Jawatan Pegadaian adalah sebagai berikut:

1. Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai kepada:

a. Para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif b. Kaum buruh atau pegawai negeri yang ekonominya lemah dan bersifat

konsumtif

2. Ikut serta mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar seperti ijon, pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya.

3. Menyalurkan kredit maupun usaha-usaha lainya yang bermanfaat terutama bagi pemerintah dan masyarakat.

4. Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan bermanfaat terutama mengenai kredit yeng bersifat produktif daan bila perlu memperluas daerah operasinya.

Kedudukan, tugas, dan fungsi perusahaan jawatan Pegadaian lebih disempurnakan lagi dengan di keluarkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 66/KMK/011987 tentang organisasi dan tata kerja


(20)

13

Perusahaan Jawatan Pegadaian yang pada prinsipnya tercantum dalam pasal 3 sebagai berikut:

1. Membina menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dan fidusia

2. Mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar seperti ijon, pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya yang bersifat meyengsarakan rakyat

3. Membina pola perkreditan atas dasar hukum gadai dan fidusia yang bersifat produktif

4. Membina dan mengawasi pelaksanaan operasional Perusahaan Jawatan Pegadaian Pasal 2 dari Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut menyatakan bahwa tugas dari Perusahaan Jawatan Pegadaian menyalurkan pinjaman atas dasar hukum gadai dan fidusia, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan Menteri Keuangan.

Dalam rangka delegurasi dan debiroktarisasi guna membantu iklim ekonomi yang menunjang perkembangan ekonomi perkembangan ekonomi, perlu dipandang untuk meningkatkan peranan lembaga kredit atas dasar hukum gadai yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan untuk lebih meningkatkan efisiensi dan produktifitas pengelolaan Perusahaan Jawatan Pegadaian yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1969 di pandang perlu mengalihkan bentuknya menjadi PT Pegadaian, sebagaimana di maksud dalam Undang-undang No.9 tahun 1969 di dalam penjelasan umum Sub A alinea 4 Undang-undang tersebut dinyatakan dalam rangka bahwa pelaksanaan ketetapan MPRS No. XX111/1/1966 oleh pemerintah berdasarkan instruksi Presiden No. 17


(21)

tahun 1967 telah di gariskan kebijaksanaan untuk menggolongkan usaha-usaha negara secara tegas ke dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Perusahaan Negara Jawatan 2. Perusahaan Negara Umum 3. Perusahaan Negara Perseroan

Pasal 32 Undang-Undang No. 19 Prp 1960 menetapkan bahwa pembubaran atau pengalihan bentuk perusahaan negara harus dilakukan dengan Peraturan Pemerintah. Dengan mengingat perkembangan ekonomi dan moneter dewasa ini dan untuk lebih meningkatkan peranan lembaga kredit atas dasar hukum gadai yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta untuk lebih meningkatkan efisiensi dan produktifitas pengelolaan Perusahaan Jawatan Pegadaian , perlu dialihkan bentuk menjadi PT Pegadaian.

Atas dasar Pasal 23 Undang-Undang No. 19 Prp tahun 1960 ini maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990 tentang perubahan bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi PT Pegadaian (Persero) dan di sempurnakan lagi dengan Peraturan Pemerinrtah No. 103 tahun 2000 tentang PT Pegadaian (Persero), dimana pada prinsipnya tujuan dan peraturan ini adalah untuk memperbaiki tata kerja dan struktur organisasi ke arah yang lebih profesional.

Selanjutnya dapatlah disebutkan bahwa mengenai perbedaan Instansi Pegadaian sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 jo. Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000 dapat dilihat dari perkembangannya


(22)

15

mulai dari berdirinya sampai saat ini. Dalam hal ini harus di tilik kembali sejarah berdirinya Pegadaian.

Adapun fungsi Pegadaian pada 4 (empat) periode sebagaimana telah disebutkan di atas adalah sebagai penyalur pinjaman dengan jaminan benda bergerak. Selanjutnya, dapatlah disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 jo. Dan setelah dikeluarkanya Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000, maka status dari instansi Pegadaian berubah menjadi Perusahan Umum hingga saat ini, dimana tugasnya selain menyalurkan dana kepada masyarakat yang memerlukanya juga dapat memupuk keuntungan pendapatan.

Dari urain diatas dapatlah disimpulkan perbedaan Instansi Pegadaian sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 jo. Dengan Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000, yaitu terletak pada status Instansi Pegadain tersebut.

3. PT Pegadaian (Persero) Sebagai Suatu Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

Lembaga keuangan terdiri dari dua jenis, yaitu Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Pada dasarnya lembaga keuangan adalah sebagai perantara dari pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, sehingga peran Lembaga Keuangan yang sebenarnya adalah sebagai perantara keuangan masyarakat. Meskipun demikian kedua jenis Lembaga keuangan tersebut mempunyai perbedaan fungsi dan kelembagaan. Maka dalam hal ini dibahas Lembaga keuangan Bukan Bank secara keseluruhan.


(23)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 38/MK/IV/1972 tanggal 18 Januari 1972 , pemerinah Indonesia telah membentuk Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) sebagai salah satu usaha untuk mendorong perkembangan pasar uang dan modal di Indonesia.

Kegiatan utama lembaga tersebut adalah menggerakkan dana dari masyarakat dengan cara mengeluarkan kertas berharga. Dana yang diserahkan itu dipakai untuk membantu pembiayaan perusahaan dalam bentuk pinjaman atau penyertaan modal, disamping dana yang juga telah disediakan oleh bank-bank untuk maksud dan tujuan yang sama.

Untuk membentuk Lembaga Keuangan Bukan Bank ini pemerintah Indonesia telah menetapkan dua jenis badan uasaha yaitu:

1. Mereka yang mengutamakan kegiatan di bidang pembiayaan pembangunan (Development type)

2. Mereka yang bergerak sebagai perantara dalam penerbitan dan perdagangan surat-surat berharga (Investment type)

Badan-badan usaha ini telah didirikan berkat kerjasama (joint venture) antar bank-bank pemerintah dengan bank-bank perusahaan swasta nasional di satu pihak dan bank-bank LKBB luar negeri di pihak lain.

Tugas utama mereka yang tergolong Development type adalah memberikan pinjaman jangka menengah dan jangka panjang serta mengikut sertakan modal dalam perusahaan-perusahan. Tugas utama mereka yang tergolong Investmet type

adalah memasarkan efek-efek yang dikeluarkan perusahaan melaului bursa. Dalam hal tersebut belakangan ini, Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat


(24)

17

Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 7/264/Kep/Dir/UPUM tanggal 7 Februari 1975 yang menentukan bahwa pemasaran efek-efek kepada masyarakat melalui bursa harus dilakukan melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 1382/MK/6/11/1975 tanggal 28 November 1975, Lembaga keuangan Bukan Bank, seperti juga bank dari berbagai jenis baik pemerintah maupun swasta nasional dan asing tidak boleh memberikan keterangan-keterangan tentang keadaan keuangan nasabahnya kecuali:

1. Untuk keperluan perpajakan apabila diminta secara tertulis

2. Untuk kepentingan pengadilan dalam perkara tindak bila diminta secara tertulis oleh jaksa ataupun hakim.

Dewasa ini jumlah badan usaha yang bergerak di bidang ini ada 12 buah terdiri Development type 2 buah dan Investnent type 10 buah, termasuk sebuah perusahaan yang di bentuk semata-mata untuk menolong penduduk pribumi yaitu PT Bahana. Baik kedua perusahaan Development type maupun kesepuluh perusahaan Investment type itu menunjukkan perkembangan yang berarti selama periode 1976/1979. Perusahaan-perusahaan tipe investasi dapat berkembang karena banyak dana yang berhasil di kumpulkan dari penjualan surat-surat berharga dan pinjaman, sedangkan meningkatnya penanaman dana disebabkan oleh bertambahnya pembelian surat berharga dan warkat-warkat niaga lainya terutama promes. Lembaga Keuangan Bukan Bank tidak diperkenankan menerima tabungan berupa deposito berjangka (Checking account). Selain lembag


(25)

keuangan tersebut diatas, di Indonesia kini terdapat tiga buah kantor perwakilan Lembaga Keuangan Bukan Bank luar negeri yang berkedudukan di Jakarta, yaitu:

1. Arbututhnol Latham Co.Ltd. London;

2. Private Investment Company for Asia (PICA), Tokyo;

3. Commonwealth Development Corporation London;

Selanjutnya, Lembaga keuangan Bukan Bank (LKBB) merupakan salah satu jenis lembaga keuangan, seperti telah disinggung dimuka didirikan dengan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792/MK/IV/12/1970 dan No. Kep. 38/MK/IV/1/1972 serta disempurnakan dengan No. 562/KMK/011/1982. Lembaga keuangan yang dapat menghimpun dana masyarakat selain modal/dana sendiri, dengan jalam mengeluarkan surat berharga. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 38/1972 yang dikeluarkan pada tanggal 18 Januari 1972 yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah:

Lembaga-lembaga keuangan secara langsung ataupun tidak langsung mengeluarkan uang, terutama dengan surat-surat berharga yang dapat dinegosiasikan menyalurkanya melalui masyarakat untuk membiayai usaha-usaha dagang, pada umum nya lembaga-lembaga didirikan untuk mengatasi soal-soal keuangan yang ditangani oleh sektor perbankan.

Sejak pembentukannya LKBB telah turut berperan aktif dalam usaha menggerakkan pasar uang berjangka pendek di Jakarta misalnya telah berhasil menciptakan hubungan baik antara lembaga-lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank serta badan-badan usaha lainya. Hubungan tersebut terjalin dalam persatuan


(26)

19

para pedagang uang (money dealers) yang secara teratur/berkala mengadakan pertemuan.

Sejak di giatkannya pasar modal pada bulan Agustus 1977, LKBB telah mengambil peranan yang cukup berarti yakni antara lain sebagai penjamin emisi. Selain itu, LKBB juga bergiat dalam penyediaan dana bagi perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan swasta yang merupakan perusahaan patungan (joint venture).

Sesuai dengan PP No. 10 tahun 1990 jo. PP No. 103 Tahun 2003 tentang perubahan status Perusahaan Jawatan menjadi PT Pegadaian (Persero) menyebutkan bahwa salah satu kegiatan pegadaian adalah menyalurkan uang pinjaman kepada masyarakat berdasarkan pegadaian. Begitu juga Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah suatu badan yang melakukan kegiatan dibidang keuangan berupa usaha menghimpun dana, memberikan kredit, sebagai perantara dalam usaha mendapatkan sumber pembiayaan dan usaha penyertaan modal itu selalu dilakukam secara langsung atau tidak langsung melalui penghimpunan dana terutama dengan menyalurkan surat berharga. Dengan demikian Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) beroperasi lebih banyak di pasar uang dan modal. Adapun dana yang diperoleh bersifat jangka panjang dan disalurkan kepada masyarakat terutama guna pembiayaan pembangunan industri dan prasarana serta pembangunan ekonomi lainnya.

Melihat dari usaha pokok yang dilakukan LKBB, maka dikenal dua sektor yang ditelitinya yaitu pertama sektor pembiayaan pembangunan, berupaya pemberi kredit jangka menengah/ jangka panjang serta melakukan penyertaan


(27)

modal, yang kedua berupa usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang-bidang tertentu, seperti memberikan pinjaman kepada masyarakat berupa pegadaian.

Adapun bila dilihat dari sektor yang ditelitinya, yaitu berupa pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam bidang-bidang tertentu maka secara garis besar Lembaga Keuangan Bukan Bank terdiri dari perusahaan asuransi, penyelenggaran dana pensiun, perusahaan keuangan, holding company, perusahaan yang menberikan potongan/diskon, perusahaan pemutar kredit, dan Pegadaian.

Lembaga pegadaian ini di maksudkan untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat perorangan. Kredit atau pinjaman yang diberikan didasarkan pada nilai barang jaminan yang disesuaikan. Perusahaan bentuk pegadaian ini mempunyai aset yang berjatuh tempo pendek, adapun pasivanya berbentuk modal sendiri yang berjatuh tempo panjang.

Maka dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa Pegadaian sebagai suatu lembaga Keuangan Bukan Bank, karena PT Pegadaian (Persero) ikut serta dalam penyaluran pinjaman kepada masyarakat untuk membantu jalannya perekonomian masyarakat, disamping itu juga tidak lepas dari penimbunan pendapatan.

B. Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I Medan

Struktur Organisasi merupakan gambaran sistematis tentang bagian tugas dan tanggungjawab serta hubungannya. Pada hakekatnya jumlah kegiatan dan hubungan serta wewenang yang mempunyai fungsi terorganisir.

Struktur Organisasi bukanlah merupakan tujuan akhir dari perusahaan tetapi merupakan alat perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan


(28)

21

dan ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Dengan adanya struktur organisasi perusahaan maka dapat dilihat dengan jelas pembagian tugas dan tanggungjawab dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya, dalam melakukan kegiatannya.

Dengan adanya struktur organisasi yang terorganisir dengan sempurna, maka kegiatan dalam organisasiakan berjalandenganlancar dan akan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif.

Hubungan kerjasama antara sekelompok orang yang terdapat dalamsuatu organisasi dituangkan dalamsuatu struktur organisasi. Secara umum pengertian dari struktur organisasi adalah merupakan suatu susunan pekerjaan dari masing-masing pekerjaaan yang terdapat dalam suatu perusahaan, mulai dari tingkat yang paling atas hingga tingkat yang paling bawah, yang tersususun dengan sedemikian rupa pada suatu perusahaan. Adapun tugas dari struktur organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I Medan adalah sebagai berikut:


(29)

Strukktur Organ

Sum

isasi PT Pe

mber: PT Pe

Gambar egadaian (P

gadaian (Per

r 2.1 Persero) Ka

rsero) Kanwi

antor Wilay

il I Medan


(30)

23

C. Uraian Pekerjaan

1. Pimpinan Wilayah

Pemimpin Wilayah mempunyai tugas:

a. Meyakini/memastikan bahwa bidang yang menjadi tanggung jawabnya telah memiliki rencana kerja tahunan yang berpedoman pada RJP Perusahaan atau ketentuan lain yang telah ditetapkan Direksi.

b. Meyakini/memastikan tersusunnya kebijakan di wilayah.

c. Meyakini/memastikan bahwa pengelolaan bidang yang menjadi tanggung jawabnya telah dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan Perusahaan. d. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya pelaksanaan

fungsi-fungsi kantor pusat di wilayah dalam bidang operasional, keuangan, umum, SDM, dan pelaksanaan kegiatan Perusahaan lainnya, sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan Direksi.

e. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya pengamanan kekayaan Perusahaan yang ada di Kantor Wilayah, Kantor Cabang beserta Unit Pelayanan Cabang.

f. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya strategi bisnis yang menjadi acuan bagi para Pemimpin Cabang, kegiatan evaluasi berkala terhadap kinerja para Pemimpin Cabang, dan strategi pemecahan masalah teknis operasional Kantor Cabang.

g. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pekerjaan seluruh Bagian di Kantor Wilayah, Manajer Area, serta tenaga Fungsional lainnya.

h. Meyakini/memastikan bahwa target kerja kantor wilayah yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik oleh seluruh unit kerja operasional. i. Mewakili kepentingan Perusahaan di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang,

baik ke dalam maupun ke luar berdasarkan kewenangan yang dilimpahkan Direksi.


(31)

2. Manajer Bisnis mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis gadai, bisnis fidusia dan jasa lain, bisnis syariah, dan bisnis emas serta melakukan pemasaran setiap bidang bisnis.

Manajer Bisnis dibantu oleh: a. Asisten Manajer Bisnis Gadai

b. Asisten Manajer Bisnis Fidusia dan Jasa Lain c. Asisten Manajer Bisnis Syariah

d. Asisten Manajer Bisnis Emas e. Asisten Manajer Pemasaran

a) Asisten Manajer Bisnis Gadai mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis gadai.

b) Asisten Manajer Bisnis Fidusia dan Jasa Lain mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis fidusia dan jasa lain. c) Asisten Manajer Bisnis Syariah mempunyai fungsi merencanakan,

mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis syariah.

d) Asisten Manajer Bisnis Emas mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis emas.

e) Asisten Manajer Pemasaran mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemasaran semua produk/bisnis di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang.

3. Manajer Keuangan mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan tresuri dan akuntansi Kantor Wilayah.


(32)

25

Manajer Keuangan dibantu oleh : a. Asisten Manajer Tresuri b. Asisten Manajer Akuntansi

4. Manajer SDM mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan administrasi, pengembangan dan kesejahteraan SDM, serta hubungan industrial dan pelatihan SDM.

Manajer SDM dibantu oleh:

a. Asisten Manajer Administrasi dan Pengembangan SDM b. Asisten Manajer Kesejahteraan dan Hubungan Industrial c. Asisten Manajer Pelatihan

5. Manajer Logistik mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan pengelolaan bangunan pada Kantor Wilayah dan Kantor Cabang, serta penatausahaan perlengkapan, rumah tangga dan bangunan.

Manajer Logistik dibantu oleh: a. Asisten Manajer Bangunan b. Asisten Manajer Perlengkapan

6. Fungsional Ahli Taksir mempunyai fungsi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas sesuai dengan keahliannya dalam rangka penilaian dan penyesuaian taksiran barang jaminan.

7. Fungsional PKBL dan CSR mempunyai fungsi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan PKBL dan CSR di Kantor Wilayah, serta mendorong kesejahteraan dan perbaikan lingkungan masyarakat luas pada umumnya dan lingkungan sekitar bisnis pada khususnya.


(33)

8. Fungsional Pranata Teknologi Informasi mempunyai fungsi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi urusan database, perangkat lunak jaringan dan teknis perangkat keras dalam lingkup Kantor Wilayah.

9. Fungsional Hubungan Masyarakat mempunyai fungsi membantu Pemimpin Wilayah dalam merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan Perusahaan, kehumasan dan protokol di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang.

10. Fungsional Legal Officer mempunyai fungsi membantu Pemimpin Wilayah dalam merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan hukum Perusahaan, penanganan aspek hukum dan hubungan industrial di Kantor Wilayah, Kantor Cabang dan Kantor Cabang Syariah.

D. Kinerja Usaha Terkini PT Pegadaian (Persero) Medan

Setiap perusahaan tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai semua itu, begitu juga PT Pegadaian (Persero). Pihak perusahaan terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh perusahaan dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja.

Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan perusahaan adalah menyalurkan pinjaman kepada masyarakat atass dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan non formal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat. Masyarakat yang sedang memerlukan pinjaman atau pun mengalami kesulitan keuangan cenderung


(34)

27

dimanfaatkan oleh lembaga keuangan seperti lintah darat dan pengijon untuk mendapatkan sewa dana atau bunga dengan tingkat bunga yang sangat tinggi. Untuk menghindari kegiatan merugikan tersebut Pegadaian memberikan beberapa bentuk penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai seperti dalam UU Hukum Perdata Pasal 1150.

Menurut kitab UU Hukum Perdata pasal 1150 , Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang. Barang tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk menggunakan barang yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.


(35)

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Wanprestasi

Kata “wanprestasi” berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk, tidak memenuhi, terlambat, ceroboh, atau tidak lengkap memenuhi suatu perikatan. Wanprestasi yang dimaksud disini adalah wanprestasi yang dilakukan oleh suatu pihak yang dapat menimbulkan pembatalan perjanjian dari pihak lain secara hukum. Wanprestasi seseorang dapat berupa:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya b. Melakukan apa yang diperjanjikan, tapi tidak sebagaimana yang

diperjanjikan itu

c. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan

Dalam perjanjian gadai, jika benda gadai tidak ditebus dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka benda gadai dilelang pada waktu yang ditentukan oleh kepala PT Pegadaian. Lelang dilakukan sendiri oleh PT Pegadaian

dan tidak boleh Balai Lelang. Pertimbangan untuk hal ini ialah karena PT Pegadaian diperkirakan lebih mengetahui harga benda gadai dari pada Balai

Lelang.

Sebelum lelang dimulai sebulan sebelumnya PT Pegadaian mengumumkan kepada masyarakat bahwa lelang akan dilaksanakan. Pada hari yang ditentukan, lelang dilakukan dan pembeli yang berhak adalah yang menawar


(36)

29

dengan harga tertinggi, setelah kepada umum dinyatakan penawaran itu dua kali tetap tidak disambut dengan tawaran yang lebih tinggi oleh penawar lain.

Lelang benda gadai yang termasuk golongan A dan B dilakukan pada awal bulan kedelapan (bulan kalender) terhitung mulai bulan digadaikan. Sedangkan benda gadai yang termasuk golongan pinjaman C dan D dilakukan pada awal bulan kelima (bulan kalender) terhitung mulai bulan digadaikan.

B. Akibat Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai

Wanprestasi bukan hanya dapat dilakukan oleh pihak yang memberikan gadai, namun juga dapat dilakukan oleh yang menerima gadai, atau dengan kata lain wanprestasi itu dapat dilakukan oleh kedua belah pihak, baik itu yang memberikan gadai maupun oleh penerima gadai.

Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan, ia dikatakan ingkar janji atau disebut juga dengan wanprestasi. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam perikatan itu dapat disebabkan atas kesalahannya sendiri tetapi juga mungkin diluar kesalahannya. Adapun bentuk wanprestasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Debitur tidak memenuhi perikatan atau sama sekali tidak melaksanakan prestasi

b. Debitur terlambat memenuhi prestasi/perikatan

c. Debitur melaksanakan prestasi tetapi tidak baik, atau debitur keliru atau tidak pantas dalam memenuhi perikatan.


(37)

Adapun bentuk wanprestasi diatas adalah bentuk wanprestasi yang umum, yang mana pada umumnya wanprestasi itu dilakukan oleh debitur. Bedanya dengan perjanjian gadai adalah dimana wanprestasi itu dapat dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu si pemberi gadai maupun si penerima gadai, karena masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang sama-sama punya peluang untuk terjadinya wanprestasi yang diatas karena memang begitulah bentuk wanprestasi yang diatur oleh hukum kita.

C. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Wanprestasi

Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh PT Pegadaian adalah aktivitas pemberian kredit. Dimana pemberian kredit tersebut terjadi pada saat kedua belah pihak menandatangani Surat Bukti Kredit (SBK), yaitu antara pihak nasabah dengan PT Pegadaian yang dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Cabang PT Pegadaian setempat.

Dengan ditanda tanganinya Surat Bukti Kredit oleh pemberi gadai (nasabah) berarti pihak pemberi gadai telah menyetujui isi perjanjian yang ditetapkan oleh PT Pegadaian. Dengan demikian telah terjadi hubungan hukum

antara pihak pemberi gadai (nasabah) dengan pihak penerima gadai (PT Pegadaian) yang menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara kedua belah

pihak.

Dari isi perjanjian yang ditetapkan oleh PT Pegadaian dapat di lihat hak dari PT Pegadaian, yaitu:


(38)

31

1. Menguasai barang bergerak milik nasabah yang dijadikan jaminan

2. Menerima pelunasan dan biaya-biaya lain yang timbul karenanya, misalnya lelang dan bunga (sewa modal)

3. Berhak menahan barang gadai selama si berhutang belum melunasi pinjaman, bunga serta biaya lain yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang-barang tersebut

4. Menjual benda gadai dengan kekuasaan sendiri, sebelum penjualan harus didahului dengan peringatan atau somasi kepada pemberi gadai (debitur) apabila tidak melunasi uang pinjaman dan bunga sampai batas waktu yang ditetapkan di dalam Surat Bukti Kredit menurut golongannya masing-masing

5. Hak untuk menjual benda gadai dengan perantara hakim apabila debitur (pemberi gadai) ingkar janji, maka PT Pegadaian (penerima gadai) dapat menuntut dimuka hakim agar dilakukan penjualan benda-benda gadai untuk mengambil perlunasan hutang ditambah sewa modal (bunga) dan biaya-biaya lain yang telah dikeluarkan guna menyelamatkan barang tersebut

Adapun yang menjadi kewajiban pemegang gadai (PT Pegadaian) menurut perjanjian gadai adalah:

1. Menyerahkan Surat Bukti Kredit sebaga bukti bahwa barang telah diterima penerima gadai

2. Merawat barang jaminan selama dalam kekuasaannya, serta bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang jaminan


(39)

3. Tidak memakai atau mempergunakan atau memanfaatkan barang yang dijaminkan untuk kepentingan sendiri

4. Wajib memberitahu kepada debitur bila hendak melelang barang gadai 5. Menyerahkan kembali barang jaminan apabila perjanjian pokok telah

berakhir yang dibuktikan dengan Surat Bukti Kredit

6. Membayar uang kelebihan apabila masih terdapat sisa dari lelang barang jaminan dengan jangka satu tahun setelah lelang. Apabila lebih dari satu tahun, uang kelebihan tersebut menjadi milik negara

7. Membayar ganti rugi akibat kerusakan atau kehilangan barang jaminan karena kesalahan dalam pemeliharaan oleh pihak PT Pegadaian. Ganti rugi tersebut ditetapkan sebesar 125% dari harga taksiran pada saat perjanjian dibuat

8. Menyelenggarakan lelang dimuka umum dengan cara yang lazim digunakan

9. Bertanggung jawab atas hasil penjualan

Sedangkan yang menjadi hak dari pihak penerima gadai (debitur) adalah: 1. Menerima Surat Bukti Kredit sebagai bukti penyerahan barang jaminan 2. Menerima uang pinjaman sesuai dengan nilai taksir barang yang

ketentuannya telah ditetapkan oleh direksi

3. Menerima kembali barang yang telah dijaminkan dalam keadaan utuh seperti semula setelah perjanjian pokok berakhir


(40)

33

5. Menuntut ganti rugi akibat dari kerusakan atau kehilangan atau kelalaian dari pihak penerima gadai (PT Pegadaian) sebesar 125% dari harga taksiran

6. Memperpanjang atau memperbaharui jangka wakru kredit apabila dikehendaki

Selanjutnya yang menjadi kewajiban dari pemberi gadai (debitur) itu sendiri adalah:

1. Menyerahkan barang yang menjadi objek gadai

2. Menyerahkan Surat Bukti Kredit pada saat melunasi uang pinjaman

3. Menyerahkan sewa modal (bunga) dan biaya-biaya yang lain yang telah dikeluarkan untuk penyelamatan barang tersebut oleh PT Pegadaian

4. Tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh PT Pegadaian baik untuk perjanjian pokok maupun perjanjian gadai.

Pada umumnya suatu perjanjian akan mulai berlaku (mengikat), setelah perjanjian ditandatangani oleh kedua belah pihak yang mengadakannya. Dalam perjanjian gadai, perjanjian tersebut dianggap telah terjadi apabila dalam keadaan dimana ada bukti bahwa baik pemilik gadai, atau setidak-tidaknya menyetujui persyaratan terpentingnya dan kemudian salah satu pihak telah mengeluarkan biaya dan melakukan tindakan-tindakan yang berkenaan dengan perjanjian tersebut.

Oleh karena itu salah satu pihak dapat dinyatakan bertanggung jawab atas kerugian yang timbul apabila ia tidak memenuhi kewajiban-kewajiban untuk melanjutkan isi perjanjian.


(41)

Dengan demikian, apabila telah terjadi dalam perjanjian tersebut mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak, maka akan lebih jelas untuk menentukan siapa yang melakukan wanprestasi yang telah dilakukan.

Wanprestasi tidak terjadi dengan sendirinya, maka untuk menentukan seseorang itu wanprestasi tergantung pada waktu yang diperjanjikan. Pada umumnya seseorang itu dikatakan wanprestasi adalah pada saat orang tersebut melakukan perbuatan yang dilarang dalam perjanjian misalnya tidak memenuhi perikatan maka dikatakan orang tersebut wanprestasi. Salah satu yang diatur dalam perjanjian itu adalah mengenai “Kewajiban-kewajiban pihak yang menggadaikan dan menerima gadai”.

Sebagaiman lazimnya dalam hukum perjanjian dikenal adanya prestasi dan kontra prestasi jika ada hak tertentu ada pula kewajiban. Demikian juga dalam perjanjian gadai. Kewajiban ini dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu kewajiban yang bersifat finansial dan kewajiban yang bukan bersifat finansial.

D. Upaya hukum yang dilakukan para pihak apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi

Dalam suatu perjanjian, apabila para pihak itu saling melaksanakan prestasi sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak lawannya, maka tidak akan menimbulkan suatu permasalahan. Lain halnya jika salah satu pihak atau keduanya tidak melaksanakan prestasi sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak lawannya, maka tidak akan menimbulkan suatu permasalahan. Lain halnya jika salah satu pihak atau keduanya tidak melaksanakan prestasi sesuai dengan yang


(42)

35

diinginkan oleh pihak lawannya disebut wanprestasi, hal ini akan menimbulkan suatu permasalahan.

Pada umumnya yang melakukan wanprestasi itu adalah pihak debitur, dalam bentuk tidak mengembalikan pinjaman sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan wanprestasi yang dilakukan oleh pihak kreditur atau PT Pegadaian dapat dikatakan kecil kemungkinannya.

Jika nasabah cidera janji (wanprestasi) atau dengan kata lain barang yang digadaikan tidak ditebus dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan telah diberikan somasi terlebih dahulu, maka denda gadai tersebut akan dilelang pada waktu yang telah ditentukan oleh Kepala Cabang PT Pegadaian setempat (Pasal 17 ADP) dan lelang ini tidak dilakukan oleh Balai Lelang. Pertimbangan untuk hal ini adalah karena PT Pegadaian diperkirakan lebih mengetahui harga benda gadai dari pada Balai Lelang.

Sebelum lelang dimulai sebulan sebelumnya PT Pegadaian mengumumkan kepada masyarakat. Pengumuman lelang biasa dilakukan melalui media masa setempat atau melalui papan pengumuman di Kantor Cabang pegadaian setempat. Pada hari yang ditentukan untuk melakukan lelang, pembeli yang berhak adalah yang menawar harga paling tinggi diantara peserta lelang yang hadir, setelah kepada umum dinyatakan penawaran ini dua kali tetapi tidak disambut dengan penawaran harga yang lebih tinggi oleh penawar yang lain.

Lelang benda gadai yang termasuk golongan A dan B dilakukan pada awal bulan ke delapan (bulan kalender) terhitung mulai dari bulan digadaikan. Misalnya benda yang digadaikan dalam bulan November 2011 akan dilelang awal


(43)

bulan Juni 2012, setelah jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) bulan dilalui, dan bulan ketujuh merupakan satu bulan yang bebas bunga oleh karena maksimal pengenaan bunga terhadap pinjaman adalah 180 hari dan pada bulan ketujuh ini merupakan waktu pertimbangan apakah benda gadai ditebus atau tidak oleh debitur.

Lelang benda gadai yang termasuk golongan C dan D dilakukan pada awal bulan lima (bulan kalender) terhitung mulai digadaikannya suatu barang. Misalnya terhadap suatu benda yang digadaikan pada bulan November 2011, maka pelelangannya dilakukan pada awal bulan Maret 2012, mengenai tanggal pelelangan maupun setelah lelang dilakukan beserta hasil lelang (berita acaranya) harus dilaporkan kepada Balai Lelang. Kemudian salah satu hari setelah lelang dilaksanakan, maka PT Pegadaian harus memberitahukan kepada nasabah barangnya dilelang. Seluruh hasil lelang harus diberitahukan dan jika ada kelebihan uang pelelangan atas barang gadai tersebut akan dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi uang pinjaman, sewa modal, serta biaya lelang sebesar 3%.

Selanjutnya, walaupun PT Pegadaian kecil kemunginan melakukan wanprestasi, akan tetapi bukan berarti PT Pegadaian tidak pernah melakukan wanprestasi akibat kelalaian petugas PT Pegadaian. Apabila PT Pegadaian melakukan satu wanprestasi maka PT Pegadaian akan memberikan ganti rugi kapada debitur sebesar 125% dari harga taksiran barang yang digadaikan tersebut, sehingga debitur tidak dirugikan apabila PT Pegadaian melakukan wanprestasi.


(44)

37

Saat ini kondisi wanprestasi di PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I Medan semakin membaik. Sebelumnya pada tahun 2011 kondisi wanprestasi yang terjadi di PT Pegadaian meningkat, hal tersebut terjadi karena pendapatan atau hasil usaha nasabah menurun sehingga tanggung jawab untuk membayar hutang kepada pihak Pegadaian terhambat. Maka dari tahun 2011 sampai pertengahan tahun 2012 tingkat wanprestasi di Pegadaian meningkat hal tersebut yang merugikan pihak Pegadaian.

Tetapi pada akhir tahun 2012 sampai pertengahan tahun 2013 kondisi wanprestasi di Pegadaian menurun, hal tersebut terjadi karena pihak Pegadaian lebih memperhatikan calon nasabah yang akan menggadai dan melihat usaha yang dijalankan nasabah tersebut berjalan lancar. Kemudian pihak Pegadaian akan menjelaskan lebih terperinci akibat hukum yang akan diterima jika salah satu pihak melakukan wanprestasi. Setelah calon nasabah memenuhi persyaratan maka calon nasabah diberikan pinjaman sehingga wanprestasi yang terjadi di Pegadaian semakin menurun.

Maka dari tahun 2011 sampai dengan pertengahan tahun 2013 wanprestasi yang terjadi di PT Pegadaian semakin berkurang dan menjadi lebih baik. Kondisi wanprestasi yang semakin membaik tersebut akan terus dipertahankan oleh para pihak agar di waktu yang akan datang tidak terjadi hal yang akan merugikan antara PT Pegadaian (Persero) dan nasabah tersebut.


(45)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat dikemukakan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Tanggung jawab antara PT Pegadaian dengan nasabah dalam pemberian kredit, terjadi pada saat kedua belah pihak menandatangani Surat Bukti Kredit, yaitu antara nasabah dengan dengan PT Pegadaian yang dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Cabang PT Pegadaian. Dengan di tandatanganinya Surat bukti Kredit oleh nasabah (pemberi gadai), berarti pihak pemberi gadai telah menyetujui isi perjanjian yang ditetapkan oleh PT Pegadaian. Dengan demikian telah terjadi tanggung jawab dan hubungan hukum antara para pihak pemberi gadai (nasabah) dengan pihak penerima gadai (PT Pegadaian) yang menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara kedua belah pihak. 2. Upaya hukum yang dilakukan para pihak apabila salah satu pihak

melakukan wanprestasi adalah jika PT Pegadaian yang melakukan wanprestasi, misalnya barang yang digadaikan hilang atau rusak berat, maka PT Pegadaian wajib mengganti rugi kepada nasabah sebesar 125% dari harga taksiran, sedangkan apabila pihak nasabah yang melakukan wanprestasi, maka barang yang digadaikan akan dilelang untuk pelunasaan uang pinjaman nasabah, dan kelebihan harga gadai


(46)

39

wajib dikembalikan kepada nasabah setelah dipotong dengan sejumlah pinjaman, sewa modal, dan biaya lelang.

B. Saran

Adapun saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Mengingat PT Pegadaian satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi wewenang untuk menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai, diharapkan PT Pegadaian mendirikan cabangnya sampai ke desa-desa karena usaha kecil menengah, koperasi dan masyarakat ekonomi lemah masih terdapat di desa-desa. Selama ini PT Pegadaian membuka cabangnya masih terbatas di daerah perkotaan, sehingga masyarakat perdesaan sangat kesulitan mendapatkan kredit dalam menjalankan usahanya, kebanyakan masyarakat perdesaan memperoleh kredit dari gadai gelap, praktek riba, dan pinjaman yang tidak wajar.

2. Diharapkan pihak PT Pegadaian memberi penjelasan kepada nasabah terhadap isi dari perjanjian gadai atau hak dan kewajiban kedua belah pihak sebelum Surat Bukti Kredit ditandatangani, mengingat perjanjian gadai yang dibuat oleh pihak PT Pegadaian dapat dikatakan suatu kontrak baku yang hanya di buat sebelah pihak saja serta tidak ada kebebasan membuat perjanjian (asas kebebasan berkontrak) di dalamnya. Sebagai contoh selama ini karena kebanyakan nasabah kurang memahami isi dari perjanjian gadai tersebut sehingga tidak


(47)

mengetahui bahwa mereka juga mempunyai hak terhadap kelebihan hasil, pelelangan barang yang digadaikan akibat tidak sanggup melunasi pinjaman.


(48)

 

DAFTAR PUSTAKA

J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak jaminan Kebendaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007

Kartini Muljadi, Seri Hukum Harta Kekayaan dan Hak Tanggungan, Prenada Media Group, Jakarta, 2006

R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Purta Abadin, Jakarta, 1999

Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1985

Yudha. Pandu, Himpunan Peraturan Fidusia dan Hak Tanggungan, Indonesia Legal Center Publishing, Jakarta, 2008

www.pegadaian.co.id www.google.com


(1)

bulan Juni 2012, setelah jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) bulan dilalui, dan bulan ketujuh merupakan satu bulan yang bebas bunga oleh karena maksimal pengenaan bunga terhadap pinjaman adalah 180 hari dan pada bulan ketujuh ini merupakan waktu pertimbangan apakah benda gadai ditebus atau tidak oleh debitur.

Lelang benda gadai yang termasuk golongan C dan D dilakukan pada awal bulan lima (bulan kalender) terhitung mulai digadaikannya suatu barang. Misalnya terhadap suatu benda yang digadaikan pada bulan November 2011, maka pelelangannya dilakukan pada awal bulan Maret 2012, mengenai tanggal pelelangan maupun setelah lelang dilakukan beserta hasil lelang (berita acaranya) harus dilaporkan kepada Balai Lelang. Kemudian salah satu hari setelah lelang dilaksanakan, maka PT Pegadaian harus memberitahukan kepada nasabah barangnya dilelang. Seluruh hasil lelang harus diberitahukan dan jika ada kelebihan uang pelelangan atas barang gadai tersebut akan dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi uang pinjaman, sewa modal, serta biaya lelang sebesar 3%.

Selanjutnya, walaupun PT Pegadaian kecil kemunginan melakukan wanprestasi, akan tetapi bukan berarti PT Pegadaian tidak pernah melakukan wanprestasi akibat kelalaian petugas PT Pegadaian. Apabila PT Pegadaian melakukan satu wanprestasi maka PT Pegadaian akan memberikan ganti rugi kapada debitur sebesar 125% dari harga taksiran barang yang digadaikan tersebut, sehingga debitur tidak dirugikan apabila PT Pegadaian melakukan wanprestasi.


(2)

 

Saat ini kondisi wanprestasi di PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I Medan semakin membaik. Sebelumnya pada tahun 2011 kondisi wanprestasi yang terjadi di PT Pegadaian meningkat, hal tersebut terjadi karena pendapatan atau hasil usaha nasabah menurun sehingga tanggung jawab untuk membayar hutang kepada pihak Pegadaian terhambat. Maka dari tahun 2011 sampai pertengahan tahun 2012 tingkat wanprestasi di Pegadaian meningkat hal tersebut yang merugikan pihak Pegadaian.

Tetapi pada akhir tahun 2012 sampai pertengahan tahun 2013 kondisi wanprestasi di Pegadaian menurun, hal tersebut terjadi karena pihak Pegadaian lebih memperhatikan calon nasabah yang akan menggadai dan melihat usaha yang dijalankan nasabah tersebut berjalan lancar. Kemudian pihak Pegadaian akan menjelaskan lebih terperinci akibat hukum yang akan diterima jika salah satu pihak melakukan wanprestasi. Setelah calon nasabah memenuhi persyaratan maka calon nasabah diberikan pinjaman sehingga wanprestasi yang terjadi di Pegadaian semakin menurun.

Maka dari tahun 2011 sampai dengan pertengahan tahun 2013 wanprestasi yang terjadi di PT Pegadaian semakin berkurang dan menjadi lebih baik. Kondisi wanprestasi yang semakin membaik tersebut akan terus dipertahankan oleh para pihak agar di waktu yang akan datang tidak terjadi hal yang akan merugikan antara PT Pegadaian (Persero) dan nasabah tersebut.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat dikemukakan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Tanggung jawab antara PT Pegadaian dengan nasabah dalam pemberian kredit, terjadi pada saat kedua belah pihak menandatangani Surat Bukti Kredit, yaitu antara nasabah dengan dengan PT Pegadaian yang dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Cabang PT Pegadaian. Dengan di tandatanganinya Surat bukti Kredit oleh nasabah (pemberi gadai), berarti pihak pemberi gadai telah menyetujui isi perjanjian yang ditetapkan oleh PT Pegadaian. Dengan demikian telah terjadi tanggung jawab dan hubungan hukum antara para pihak pemberi gadai (nasabah) dengan pihak penerima gadai (PT Pegadaian) yang menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara kedua belah pihak. 2. Upaya hukum yang dilakukan para pihak apabila salah satu pihak

melakukan wanprestasi adalah jika PT Pegadaian yang melakukan wanprestasi, misalnya barang yang digadaikan hilang atau rusak berat, maka PT Pegadaian wajib mengganti rugi kepada nasabah sebesar 125% dari harga taksiran, sedangkan apabila pihak nasabah yang melakukan wanprestasi, maka barang yang digadaikan akan dilelang untuk pelunasaan uang pinjaman nasabah, dan kelebihan harga gadai


(4)

 

wajib dikembalikan kepada nasabah setelah dipotong dengan sejumlah pinjaman, sewa modal, dan biaya lelang.

B. Saran

Adapun saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Mengingat PT Pegadaian satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi wewenang untuk menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai, diharapkan PT Pegadaian mendirikan cabangnya sampai ke desa-desa karena usaha kecil menengah, koperasi dan masyarakat ekonomi lemah masih terdapat di desa-desa. Selama ini PT Pegadaian membuka cabangnya masih terbatas di daerah perkotaan, sehingga masyarakat perdesaan sangat kesulitan mendapatkan kredit dalam menjalankan usahanya, kebanyakan masyarakat perdesaan memperoleh kredit dari gadai gelap, praktek riba, dan pinjaman yang tidak wajar.

2. Diharapkan pihak PT Pegadaian memberi penjelasan kepada nasabah terhadap isi dari perjanjian gadai atau hak dan kewajiban kedua belah pihak sebelum Surat Bukti Kredit ditandatangani, mengingat perjanjian gadai yang dibuat oleh pihak PT Pegadaian dapat dikatakan suatu kontrak baku yang hanya di buat sebelah pihak saja serta tidak ada kebebasan membuat perjanjian (asas kebebasan berkontrak) di dalamnya. Sebagai contoh selama ini karena kebanyakan nasabah kurang memahami isi dari perjanjian gadai tersebut sehingga tidak


(5)

mengetahui bahwa mereka juga mempunyai hak terhadap kelebihan hasil, pelelangan barang yang digadaikan akibat tidak sanggup melunasi pinjaman.


(6)

 

DAFTAR PUSTAKA

J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak jaminan Kebendaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007

Kartini Muljadi, Seri Hukum Harta Kekayaan dan Hak Tanggungan, Prenada Media Group, Jakarta, 2006

R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Purta Abadin, Jakarta, 1999 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1985

Yudha. Pandu, Himpunan Peraturan Fidusia dan Hak Tanggungan, Indonesia Legal Center Publishing, Jakarta, 2008

www.pegadaian.co.id www.google.com