Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasien Kolostomi dalam Perawatan Stoma di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Pengetahuan

2.1.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjasi setelah orang
melakukan penginderaan sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatsn, penengaran, penciuman, rasa dan
raba (Notoatmodjo, 2007).Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui
proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Nursalam,
2009).
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Nursalam (2009) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1.

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari


sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.Oleh karena itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.Kata kerja untuk mengukut bahwa seseorang
tahu

tentang

apa

yang

dipelajarinya

antara

lain

menyeutkan,


menguraikan,mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat
menyebutkan

tanda-

tanda

bahaya

penderita

demam

berdarah

dengue

8
Universitas Sumatera Utara


9

2.

Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk dapat menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.Orang yang telah pahan terhadap objek atau materi tersebut
harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.Contoh : dapat menjelaskan
mengapa harus makan makanan yang bergizi pada masa postpartum.
3.

Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat di
artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. Contoh : dapat menggunakan

rumus statistik dalam perhitungan – perhitungan hasil penelitian.
4.

Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja seperti : dapat menggambarkan ( membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkkan, dan sebagainya.
5.

Sintesis (synthetic)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

Universitas Sumatera Utara

10


baru.Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi- formulasi yang telah ada. Contoh: dapat menyusun, merencanaka,
meringkas, menyesuaikan dan sebagainya.
6.

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.Penilaian ini didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat.Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak
menderita malnutrisi atau tidak.
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Budiman & Agus (2013 dalam Puspa 2015) menyatakan faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan sebagai berikut:
1.

Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan


kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun non formal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah
tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang
sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif dimana
kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap
objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, maka
akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.

Universitas Sumatera Utara

11

2.

Informasi/media massa
Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,


menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan
informasi

dengan

tujuan

tertentu

(Undang-Undang

Teknologi

Informasi).Informasi tidak dapat diuraikan (intangible) tetapi informasi tersebut
dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan
pengamatan

terhadap

dunia


sekitar

kita,

serta

diteruskan

melalui

komunikasi.Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program
komputer, dan basis data.
3.

Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang adalah tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang
akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitasyang diperlukan untuk
kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
4.

Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

Universitas Sumatera Utara

12

5.

Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh

kebenaran

pengetahuan

dengan

cara

mengulang

kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama
bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6.

Usia
Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua. Namun pada usia tua, individu akan mengalami kemunduran
baik fisik maupun mental.
2.1.4. Pengukuran Pengetahuan
Budiman & Agus (2013 dalam Puspa 2015) menyatakan bahwa menurut
Skinner, bila seseorang mampu menjawab mengenai materi tertentu baik secara
lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang
tersebut.Sekumpulan jawaban yang diberikan tersebut dinamakan pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara

13

Pengukuran bobot pengetahuan seseorang ditetapkan menurut hal-hal sebagai
berikut:
1. Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.
2. Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, dan analisis.
3. Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Arikunto
(2006) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan
yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%.
2. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56–74%.
3. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%.

2.2.

Sikap

2.2.1. Defenisi Sikap
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulis atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang- tidak senang, setuju- tidak setuju, baik- tidak baik, dan sebagainya)
(Notoadmodjo, 2007)
Sikap adalah kecenderungan individu untuk melakukan respons tertutup
terhadap stimulus maupun objek tertentu di lingkungan sekitarnya (Sunaryo,
2013).

Universitas Sumatera Utara

14

2.2.2. Komponen pokok sikap
Saifuddin (1995 dalam Sunaryo 2013) menyatakan bahwa sikap memiliki
tiga komponen yang membentuk struktur sikap.
1.

Komponen Kognitif
Komponen Kognitif dapat disebut juga komponen perceptual, yang berisi

kepercayaan individu.

Kepercayaan tersebut berhubungan dengan hal- hal

bagaiman individu mempersepsikan objek sikap dengan apa yang dilihat dan di
ketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi,
kebutuhan emosional dan informasi dari oran lain. Misalnya, individu mengetahui
bahawa kesehatan itu sangan berharga karena dia menyadari bahwa apabila sakit,
dirinya akan merasakan betapa nikmatnya sehat.
2.

Komponen Afektif ( komponen emosional)
Komponen ini merujuk pda dimensi emosional subjektif indifidu, terhadap

objek sikap, baik yang positif (rasa senang) maupun negative (rasa tidak senang).
Reaksi emosional banyang di pengaruhi oleh apa yang kita paercayai sebagai
sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut. Misalnya, individu merasa
senang (sikap positif) terhadap profesi keperawatan, berarti ian melukiskan
perasaannya terhadap keperawatan.
3.

Komponen Konatif
Komponen konatif disebut juga komponen perilaku, yaitu komponen sikap

yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap bjek
sikap

yang

dihadapinya.Misalnya,

individu

mengetahui

bahwa

profesi

Universitas Sumatera Utara

15

keperawatan adalah pekerjaan yang mulia sehingga banyak lulusan SMA yang
masuk Akademi Keperawatan.
2.2.3. Fungsi Sikap
Atkinson, Smith, dan Ben (1996 dalam Sunaryo 2013) mengungkapkan
bahwa sikap memiliki lima fungsi, yaitu:
1.

Fungsi Instrumental
Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan

menggambarkan keadan keinginan.Sebagamana kita pahami bahwa untuk
menapai suatu tujuan, diperlukan suatu sarana yang disebut sikap. Apabila objek
sikap dapat membantu individu mencapai tujuan, individu akan besikap positif
terhadap objek sikap tersebut atau sebaliknya.
2.

Fungsi Pertahanan Ego
Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari kecemasan

atau ancaman harga dirinya.
3.

Fungsi Ekspresi Nilai
Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu.Sistem nilai

yang terdapan dalam diri individu dapat dilihat dari sikap yang di ambilnya
bersangkutan terhadap nilai tertentu.
4.

Fungsi Pengetahuan
Sikap ini membantu individu untuk memahami dunia, yang membawa

keteraturan terhadap macam- macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam
kehidupan sehari- hari.Setiap individu memiliki motif ingin tahu, ingin mengerti,
dan ingin mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara

16

5.

Fungsi Penyesuaian Sosial
Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian masyarakat. Dalam

hal ini, sikap yang diambil individu tersebut akan sesuai dengan lingkungannya.
2.2.4. Tingkatan Sikap
Menurut Notoadmojo (2010) berdasarkan intensitasnya sikap mempunyai
tingkat-tingkat sebagai berikut:
1.

Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap periksa hamil
(antenatal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu untuk
mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care di lingkungannya.
2.

Menanggapi (responding)
Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang
mengikuti penyuluhan ante natal care tersebut ditanya atau diminta menanggapi
oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapinya.
3.

Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek,atau seseorang memberikan nilai yang positif

terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan
bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
Contoh butir pertama di atas, ibu itu mendiskusikan ante natal care dengan
suaminya, atau bahkan mengajak tetangganya untuk mendengarkan penyuluhan
ante natal care.

Universitas Sumatera Utara

17

4.

Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap

apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain
yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. Contoh tersebut di atas, ibu yang
sudah mau mengikuti penyuluhan ante natal care, ia harus berani untuk
mengorbankan waktunya, atau mungkin kehilangan penghasilannya, atau diomeli
oleh mertuanya karena meninggalkan rumah dan sebagainya.
2.2.5. Determinan ( Faktor Penentu) Sikap
Walgito (2001 dalam Sunaryo 2013) mengungkapkan bahwa terdapat
empat hal penting yang menjadi determina (faktor penentu) sikap individu, yaitu :
1.

Faktor fisiologis
Faktor yang penting dalam faktor fisiologis adalah umur dan kesehatan,

yang menentukan sikap individu.Misalnya, orang muda umumnya bersikap
kurang perhitungan dengan akal, sedangkan orang tua bersikap dengan penuh
kehati- hatian.
2.

Faktor pengalamn langsung terhadap objek sikap
Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap

berpengaruh dalam sikap individu dalam menghadapi objek sikap tersebut.
Misalnya, individu yang pernah mengalami peristiwa kerusuhan etnis akan
bersikap negatif terhadap kerusuhan.

Universitas Sumatera Utara

18

3.

Faktor kerangka acuan
Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap akan menimbulkan

dikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut. Misalnya, individu yang
meyakini bahwa hubungan seksual sebelum nikah tidak sesuai dengan norma
masyarakat dan agama tidak akan melakukan hal tersebut sebelum menikah.
4.

Faktor komunikasi sosial
Informasi yang di terima individu akan dapat menyebabkan perubahan

sikap pada diri individu tersebut. Misalnya, PNS mendengar informasi dari TV
bahwa gaji mulai bulan depan akan naik 10% sehingga sikap PNS terhadap
pemerintah bersifat positif.
2.2.6. Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung.Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan- pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan.
Pertanyaan langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat
dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pernyataanpernyataan terhadap objek tertentu, dengan mengunakan skala Lickert. Misalnya:
Beri pendapat Anda tentang pernyataan- pernyataan di bawah ini dengan
memberikan penilaian sebagai berikut:
4: bila setuju
3: bila biasa saja
2: bila tidak setuju
1: bila sangat tidak setuju

Universitas Sumatera Utara

19

2.3.

Kolostomi

2.3.1. Defenisi Kolostomi
Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus
besar melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak bisa
berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena gangguan fungsi
anus (Lusianah & Suratun, 2010).
2.3.2. Jenis- Jenis Kolostomi
Fitrianingrum (2014) menyatakan bahwa kolostomi ada empat jenis, yaitu:
1.

Kolostomi dauble barrel
Kolostomi dauble barrel adalah tindakan bedah membuka kolon ke

permukaan abdomen untuk membuat dua buah stoma yang mencegah mengaliran
feses kedalam usus sebelah distal.
2.

Kolostomi loop

Kolostomi loop adalah pembuatan stoma di sebelah proksimal dan distal gelung
(loop) intertinum yang sudah ditarik keluar lewat luka insisi pada abdomen serta
kemudian disangga oleh batang plastik atau kaca.
3.

Kolostomi permanen
Kolostomi permanen adalah tindakan bedah membuka kolon ke

permukaan abdomen untuk membentuk sebuah stoma tunggal sesudah bagian
distal kolon tersebut diangkat.
4.

Ileostomi
Ileostomi adalah tindakan bedah membuka ileum ke permukaan abdomen

untuk membuat sebuah stoma.

Universitas Sumatera Utara

20

2.3.3. Stoma
Feses dikeluarkan dari tubuh melalui stoma sehingga pasien kolostomi
menggunakan kantong untuk mengumpulkan feses yang keluar dari stoma
(International Ostomy Association, 2012). Indikator stoma yang sehat, yaitu:
stoma berada diatas kulit, berwarna merah dan lembab, warna pucat menunjukkan
adanya anemia dan warna hitam menunjukkan terjadinya iskemia. Tidak ada
eritema, ruam, ulserasi atau peradangan di sekitar kulit (Rull, 2011).
2.3.4.

Komplikasi stoma
Lusianah & Suratun (2010) menyatakan bahwa ada enam komplikasi

stoma.
1.

Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau

adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan.Untuk menghindari terjadinya
sumbatan, klien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara tratur.
2.

Infeksi
Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab

infeksi pada luka sekitar stoma.Oleh Karena itu pemantauan stoma secara terusmenerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan
kantong stoma sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
3.

Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong yang terlalu sempit dan juga

karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami
pengkerutan.

Universitas Sumatera Utara

21

4.

Prolaps pada stoma
Prolaps terjadi karena otot abdomen atau karna fiksasi struktur penyokong

stoma yang kurang adekuat.
5.

Perdarahan stoma
Perdarahan kemungkinan terjadi karena jahitan luka yang kurang baik atau

terjadi proses infeksi.
6.

Stenosis stoma
Terjadi penyempitan stoma, hal ini dapat pula sebagai akibat retraksi

stoma.

2.4.

Perawatan Kolostomi

2.4.1. Defenisi Perawatan Kolostomi
Perawatan kolostomi adalah membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar
stoma dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan
Lusianah & Suratun (2010).
2.4.2. Tujuan Perawatan Kolostomi
Menurut Lusianah & Suratun (2010) menjelaskan ada empat tujuan
perawatan kolostomi, yaitu:
1. Menjaga kebersihan klien
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mencegah iritasi kulit disekitar stoma
4. Mempertahankan kenyamanan klien dan ligkungannya

Universitas Sumatera Utara

22

2.4.3. Persiapan Pasien untuk Perawatan Kolostomi
Menurut Lusianah & Suratun (2010) ada beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam persiapan pasien, yaitu:
a. Memberi penjelasan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
b. mengatur posisi tidur klien (supinasi)
c. Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan (menutup gorden jendela, pintu,
memasang penyekat tempat tidur, mempersilahkan keluarga untuk menunggu di
luar, kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi.
2.4.4. Persiapan Alat- Alat Perawatan Kolostomi
Persiapan alat- alat perawatan kolostomi menurut Lusianah & Suratun
(2010).
a. Stoma bag, kain berlubang dan kain segi empat
b. Air hangat/ air bersih
c. Kain lembut atau tissue
d. Satu pasang sarung tangan bersih
e. Kantong untuk balutan kotor
f. Celemek
g. Stomahesive Ponds
h. Zink salep
i. Perlak dan alasnya
j. Plester dan gunting
k. Pengukur Stoma
l. Odor less( penghilang bau feses)

Universitas Sumatera Utara

23

2.4.5.

Prosedur kerja perawatan kolostomi
Prosedur kerja perawatan kolostomi menurut Lusianah & Suratun (2010).

1. Cuci tangan, keringkan dan gunakan sarung tangan.
2. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri klien sesuai letak stoma.
3. Meletakkan bengkok di atas perlak dan dekatkan ke tubuh klien.
4. Observasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
5. Membuka kantong kolostomi secara hati- hati dengan menggunakan pinset dan
tangan kiri menekan kulit klien.
6. Meletakkan kolostomi bag kotor dalam bengkok.
7. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma.
8. Membersihkan kolostomi dan kulit sekitar kolostomi dengan air hangat.
9. Mengeringkan kulit sekitar kolostomi dan kulit sekitar kolostomi dengan hatihati menggunakan kassa steril.
10. Memberikan salep zink jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma.
11. Menyesuaikan lubang bag kolostomi dengan stoma kolostomi.
12. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertikal/ horizontal/ miring
sesuai kebutuhan klien.
13. Masukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi.
14. Merekatkan/ memasang kolostomi bag dengan tepat tanpa udara di dalamnya.
15. Merapihkan klien dan lingkungannya.
16. Membereskan alat- alat dan membuang kotoran.
17. Melepas sarung tangan dan cuci tangan.
18. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara