Kemampuan Self Care Dan Gambaran Diri Pasien Kolostomi Di RSUP H. Adam Malik Medan

LAPORAN PENELITIAN

KEMAMPUAN SELF CARE DAN GAMBARAN DIRI
PASIEN KOLOSTOMI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Panusur Simanjuntak*, Rika Endah Nurhidayah**

ABSTRAK
Pasien dengan kolostomi cenderung menghadapi masalah yang kompleks seperti
perubahan fisik, mental emosional, sosial, seksual serta ekonomi. Masalah utama pasien
dengan kolostomi adalah masalah kemampuan self care-nya dan respons psikologis pasien
terhadap perubahan gambaran dirinya, dan masalah ini akan mempengaruhi masalahmasalah lainnya. Tipe kolostomi yang biasa dilakukan pada pasien berupa kolostomi
permanen ataupun kolostomi sementara. Pada kedua tipe kolostomi ini pasien akan pulang ke
rumah dari perawatan dengan stomanya. Sehingga kemampuan self care dan gambaran diri
yang positif harus dicapai pasien sebelum pulang ke rumah. Berdasarkan teori keperawatan
Orem, kemampuan self care pasien dibedakan menjadi perawatan total (wholly compensatory),
perawatan sebagian (partially compensatory) dan pendidikan dan dukungan (educative
supportive). Gambaran diri pasien dibedakan menjadi gambaran diri positif dan gambaran diri
negatif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif, dimana tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kemampuan self care dan gambaran diri pasien
dengan kolostomi yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik Medan. Hasil penelitian ini
menunjukkan 50% dari responden memerlukan perawatan sebagian dan 50% yang hanya

membutuhkan pendidikan dan dukungan. Responden yang pulang dari perawatan dengan
gambaran diri negatif adalah 58,33% dan hanya 41,67% dari responden dengan gambaran diri
positif. Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan seperti jumlah sampel yang relatif kecil
(12) dan pemilihan sampel secara non random, uji validitas instrument tidak dilakukan dan
kurangnya homogenitas sampel, sehingga penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk setiap
pasien dengan kolostomi. Untuk meningkatkan pencapaian self care dan gambaran diri yang
positif pada pasien dengan kolostomi diperlukan peran perawat selama masa perawatan pasien
di rumah sakit.
Kata kunci: care, gambaran diri, kolostomi
PENDAHULUAN
Sejak pertama kali dikembangkan
konsep teori self care oleh Orem (1980),

telah banyak digunakan diberbagai area
praktek keperawatan. Konsep teori self care
ini dapat digunakan dalam bidang

Penulis adalah
* Mahasiswa Program Profesi Keperawatan PSIK FK USU
**Staf Pengajar Keperawatan Dasar PSIK FK USU


65

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara

penelitian
keperawatan,
pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan yang
berhubungan dengan promosi kesehatan
maupun
yang
berhubungan
dengan
pengaruh penyakit. Menurut Orem (1980)
self care merupakan konsep yang sangat
penting dalam mengukur kemampuan
seseorang tingkat kemandirian yang harus
dicapai oleh pasien.

Pada pasien dengan kolostomi,
konsep self care dijadikan sebagai kerangka
konsep penelitian Curry (1991) tentang
praktek self care dan pembelajaran
psikomotor pasien kolostomi. Wade (1999)
juga meneliti kemampuan self care pasien
kolostomi pada saat pulang dari rumah
sakit dan mendapatkan 10% tidak mampu
melakukan praktek self care-nya. Kolostomi
adalah suatu tindakan pembedahan dengan
membuka dinding perut sampai kolon
untuk pembuatan lubang (stoma) diatas
dinding perut sehingga feses (BAB)
dialirkan melalui stoma yang dibuat
(Sjamsuhidajat, 1997). Alasan paling sering
dilakukannya tindakan kolostomi adalah
adanya karsinoma kolon dan rektum
(Mayers, 1996). Angka kejadian karsinoma
kolon dan rektum di Amerika Serikat kirakira 150.000 dalam setahun (Smeltzer,
2002). Sedangkan di Indonesia prevalensi

karsinoma kolon dan rektum cukup tinggi,
dan kejadiannya meningkat pada usia diatas
40 tahun (Sjamsuhidajat, !997).
Pasien dengan kolostomi cenderung
menghadapi masalah yang kompleks seperti
perubahan fisik, mental emosional, sosial,
seksual serta ekonomi (Cohen, 1991).
Masalah ini harus menjadi fokus perhatian
perawat selama pasien dirawat, karena jika
salah satu masalah tersebut tidak dapat
ditangani maka akan mempengaruhi satu
sama lain. Masalah utama pasien kolostomi
adalah masalah kemampuan self care-nya
dan respons psikologis pasien terhadap
perubahan gambaran dirinya yang akan
berpengaruh pada mental emosional dan
seksual pasien (Wittaneuer, 2003).

Pembentukan
stoma

juga
berdampak pada perubahan peran, harga
diri, body image, seksual dan hubungan
sosial (Santos,dkk, 2001). Pembentukan
stoma pada pasien kolostomi sangat
mempengaruhi terjadinya gangguan pada
gambaran diri pasien dan merupakan
masalah utama yang terjadi pada
perubahan konsep diri pasien, dimana
perubahan gambaran diri pasien tersebut
akan mempengaruhi komponen konsep diri
yang lainnya (Santos,dkk, 2001). Sehingga
selama perawatan pasien, perawat harus
memberikan dukungan agar pasien dapat
menyesuaikan diri dalam pencapaian
gambaran diri yang positif. Adaptasi pada
perubahan gambaran diri akan meyakinkan
pasien untuk hidup, dengan gaya hidup
yang sama dengan sebelum operasi/
tindakan kolostomi (Cohen, 1991).

Atas dasar masalah-masalah pasien
kolostomi
tersebut
perlu
dilakukan
penelitian tentang kemampuan self care
serta gambaran diri pada pasien yang
dirawat dengan kolostomi sebelum atau
menjelang mereka dipulangkan ke rumah.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian
kuantitatif, desain yang digunakan adalah
studi deskriptif. Desain ini dipilih karena
fokus penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran kemampuan self care
dan gambaran diri pasien kolostomi.
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah

semua pasien yang dilakukan tindakan
kolostomi dan dirawat di rumah sakit
umum pusat H.Adam Malik Medan.
Jumlah populasi pada bulan Juni 2004
sampai dengan Mei 2005 sebanyak 117
orang, sehingga rata-rata jumlah populasi
dalam satu bulan sebanyak 10 orang (RM

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
66
Universitas Sumatera Utara

rawat inap bedah RSUP H.Adam Malik
Medan).
Karena jumlah populasi kurang dari
100 orang, maka sampel yang digunakan
adalah total sampel (Arikunto, 2002). Cara
pengambilan sampel dilakukan secara total
covinience/accidental sampling. Dimana
setiap pasien yang dilakukan kolostomi di

RSUP H Adam Malik Medan dijadikan
sampel penelitian. Kriteria sample yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pasien
dengan
tindakan
kolostomi
permanen maupun sementara, pasien
dewasa usia 24 tahun keatas, dan masih
dalam perawatan di rumah sakit, pasien
yang dirawat pada waktu penelitian
dilaksanakan (satu bulan).

merupakan pertanyaan positif. Untuk
kuisioner gambaran diri pertanyaan negatif
adalah pertanyaan nomor 1-4 tentang
persepsi pasien terhadap tubuhnya, dan
pertanyaan nomor 2 tentang hubungan
pasien dengan orang lain. Sedangkan
pertanyaan positif adalah pertanyaan

nomor 5 tentang persepsi pasien terhadap
tubuhnya dan pertanyaan nomor 1,3,4,5
tentang hubungan pasien dengan orang
lain.
Untuk kuisioner kemampuan self
care, nilai tertinggi yang mungkin dicapai
responden adalah 20 dan nilai terendah 0.
untuk kuisioner gambaran diri nilai
tertinggi adalah 10 dan nilai terendah 0.

Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di
RSUP H Adam Malik Medan. Lokasi ini
dipilih dengan pertimbangan bahwa rumah
sakit tersebut adalah rumah sakit
pendidikan sekaligus pusat rujukan di
wilayah propinsi Sumatera Utara. Sehingga
sampel penelitian lebih memungkinkan
didapatkan pada rumah sakit tersebut.


HASIL PENELITIAN

Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dari
responden/objek penelitian digunakan
lembar kuisioner. Lembar kuisioner ini
terdiri dari pertanyaan berstruktur tentang
data demografi, kemampuan self care, serta
gambaran diri responden. Pertanyaan ini
dikembangkan dari teoritis keperawatan
pasien kolostomi yang didasarkan pada
teori keperawatan Orem. Skala yang
digunakan pada penelitian ini adalah skala
Guttman. Dimana jawaban pertanyaan
kuisioner terdiri dari pilihan “ya” dan
“tidak”. Untuk pertanyaan positif, jawaban
“ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak”
diberi skor 0, sedangkan untuk pertanyaan
negatif jawaban “ya” diberi skor 0 dan
jawaban “tidak” diberi skor 1. Pertanyaan

kuisioner tentang kemampuan self care

67

Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian yang telah
dilaksanakan, didapatkan karakteristik
responden mayoritas berada pada usia
dewasa muda atau usia antara 24-40 tahun
(58,33%), dan 41,67% pada usia dewasa
tengah (40-60 tahun). Usia responden
termuda adalah 27 tahun dan tertua berusia
46 tahun, serta seluruh responden berstatus
menikah. Berdasarkan jenis kelamin
responden terdiri dari 75% laki-laki dan
25% wanita. Tingkat pendidikan responden
secara umum adalah setingkat SMA (75%)
dan mayoritas responden bekerja sebagai
pegawai swasta (66,67%). Berdasarkan tipe
kolostomi responden, 58,33% adalah
kolostomi permanen dan 41,67% kolostomi
sementara. Sedangkan lama hari rawat
responden rata-rata 21 hari rawat dengan
58,33% berada antara 15–22 hari rawat.
Lama hari rawat paling singkat adalah 14
hari dan paling lama 30 hari.
Gambaran Diri Pasien dengan Kolostomi
di RSUP H. Adam Malik Medan
Berdasarkan kategori gambaran diri
positif dan gambaran diri negatif, maka
sebagian besar responden (58,33%)

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara

dikategorikan mempunyai gambaran diri
negatif dengan pembentukan kolostomi
pada dirinya. Hanya 41,67% responden
yang mempunyai gambaran diri positif
ketika menjelang pulang dari rumah sakit.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Gambaran
diri
berdasarkan kategori
Gambaran diri responden
Gambaran diri responden.
a. Gambaran diri negatif.
b. Gambaran diri positif

Frekwensi
7
5

responden

Persentase

58,33%
41,67%

PEMBAHASAN
Gambaran diri pasien dengan
kolostomi adalah fokus kedua dari
penelitian ini yang dinilai dari aspek
persepsi pasien terhadap tubuhnya setelah
tindakan
kolostomi
dan
bagaimana
hubungan
pasien
dengan
orang
disekitarnya. Didapatkan bahwa 58,33%
responden mempunyai gambaran diri
negatif setelah tindakan kolostominya. Hal
ini juga menunjukkan angka yang berarti,
bahwa responden akan berada di
lingkungan sosial dengan gambaran diri
negatif. Beberapa hal yang menunjukkan
gambaran diri negatif pada responden
penelitian ini yaitu 66,67% responden
merasa tubuhnya menjadi kurang menarik
dan merasa malu dengan kolostominya,
58,33% responden tidak dapat menerima
kondisi fisiknya dengan kolostomi sama
seperti sebelum dilakukannnya tindakan
kolostomi, 50% responden akan menutupi
kolostominya
jika
teman
dekatnya
berkunjung ke rumah sakit, 83,33%
responden tidak akan mengikuti kegiatan
sosial di lingkungannya setelah pulang dari
rumah sakit dan 50% responden
berpendapat tidak akan melakukan
kebiasaan yang sama seperti sebelum
operasi.

Pasien dengan kolostomi akan
menganggap bahwa stoma mereka akan
tetap dapat terlihat oleh orang lain
walaupun
sebenarnya
tidak
terlihat
sehingga mereka merasa takut akan di tolak
oleh pasangan, teman dekat ataupun
orang–orang
disekitarnya.
Persiapan
psikologis dan konseling pasien pre operasi
akan memberikan hasil yang baik dalam
penerimaan perubahan body image pasien
setelah operasi (Kegihley, 1987).
Bimbingan yang diberikan perawat
kepada pasien kolostomi dalam pencapaian
gambaran
diri
yang
positif
harus
memperhatikan
proses
penyesuaian
terhadap
gambaran
dirinya
setelah
tindakan kolostomi. Penyesuaian terhadap
gambaran diri pasien kolostomi dapat
melalui tahapan syok psikologis, menarik
diri, pengakuan dan integrasi (Stuart &
Sudden, 1991). Syok psikologis merupakan
reaksi
emosional
pasien
terhadap
perubahan, dan dapat terjadi pada saat
pertama pembuatan stoma ditetapkan atau
setelah operasi dilakukan. Reaksi pasien
saat ini mungkin menggunakan pertahanan
ego mengingkari, menolak, proyeksi untuk
mempertahankan
keseimbangan
diri.
Tahap menarik diri merupakan tahap
dimana pasien menjadi sadar akan
kenyataan dan ingin lari dari kenyataan,
reaksi pasien pada tahap ini mungkin
pasien menjadi sangat tergantung, pasif,
tidak ada motivasi dalam berperan dalam
perawatannya.
Tahap
penerimaan/
pengakuan secara bertahap, dimana pasien
menjadi lebih sadar akan kenyataan dan
klien mulai melakukan reintegrasi dengan
gambaran dirinya yang baru. Tahap
terakhir adalah integrasi, dimana pasien
dapat
menerima
keadaannya
dan
kolostominya menjadi bagian dari dirinya.
Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
gambaran diri positif pasien kolostomi
dapat dicapai dengan persiapan psikologis
pre operasi dan dukungan psikologis
selama
perawatan
pasien
dalam
mempersiapkan pasien pulang ke rumah.

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
68
Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Pembentukan
kolostomi
pada
seseorang tidak hanya menyebabkan
hilangnya bagian tubuhnya tetapi juga akan
menyebabkan perubahan gambaran dirinya.
Sehingga tujuan atau fokus perawatan
sebelum pasien pulang adalah pencapaian
kemampuan
perawatan
mandiri
kolostominya
secara
aman
serta
kemampuan
pasien
untuk
mempertahankan pemulihan psikologis dan
sosial pasien dalam kehidupannya seharihari.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan,
menunjukkan
58,33%
responden mempunyai gambaran diri
negatif setelah tindakan kolostominya
ketika pasien akan pulang dari perawatan.
Angka ini mengisyaratkan bahwa perlunya
peningkatan pelayanan keperawatan bagi
pasien kolostomi untuk pencapaian
kemampuan self care-nya dan gambaran diri
yang positif.
Hasil penelitian ini tidak dapat
digeneralisasi bagi setiap pasien dengan
kolostomi karena adanya keterbatasan
dalam penelitian ini yaitu jumlah sampel
yang relatif kecil (12 orang) dengan
pemilihan sampel secara non random, uji
validitas instrumen tidak dilakukan karena
keterbatasan waktu penelitian, kurangnya
homogenitas
sampel
sehingga
memungkinkan adanya faktor–faktor lain
yang mempengaruhi kemampuan self care
dan gambaran diri responden penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur
penelitian suatu pendekatan praktek.
Ed.5, Jakarta: Rineka Cipta.
Berger, Williams. (1992). Fundamentals of
nursing collaborating for optimal
health, London: Applenton and
Lange

69

Capernito, Lynda Juall. (2000). Diagnosa
keperawatan aplikasi pada klinik.
Ed.6, Jakarta: EGC.
Dorothy, Tolsma. (2000). Dasar-dasar riset
keperawatan, Jakarta: EGC.
Hitkemper, et.al. (2000). Medical surgical
nursing assestment and management
of clinical problem. 2 nd. Ed, USA:
Mosby Year Book.
Hoeman, Shierley. (2002). Rehabilitation
nursing proceses, applikation and
outcome. 3 th. Ed, USA: Mosby
Year Book.
Keliat, Budi Anna, (1992), Gangguan
konsep diri, Jakarta: EGC.
, (1998), Gangguan koping,
citra tubuh, dan seksual pada klien
kanker, Jakarta: EGC.
Myers, Celia. (1996). Stoma care nursing a
patient center approach, London:
Arnold.
Nazir, Moh. (1999). Metode penelitian,
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, Soekidjo. (1993). Metodelogi
penelitian kesehatan. Ed. Revisi,
Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2001). Pendekatan praktis
metodelogi riset keperawatan, Jakarta:
Agung Seto.
Pollit, Hungler. (1995). Nursing research
principle and methods. 7 th ed.
Philadelphia: J.B. Lippincott.
Rawlins, Williams. (1993). Mental health
psyciatric nursing 3 th. ed, United
States America: Mosby Year Book.
Santos, dkk, (2001), The pouch acting as a
mediator between being a person with
ostomy and being a professional:
analysis of a pedagogical strategy,
Journal of Wound, Ostomy and
Continience Nursing.
Sjamsuhidajat, Jong. (1997). Buku ajar ilmu
bedah. Ed. Revisi, Jakarta: EGC.
Smeltzer, Bare. (2002). Buku ajar
keperawatan bedah brunner dan
suddarth,
Jakarta:
EGC.

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara