Perbaikan Desain Kerja Untuk Mereduksi Heat Stress Pada Pekerja Stasiun Ketel Uap (Boiler Station) di PTPN II Pagar Merbau

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Paparan panas terjadi ketika tubuh menyerap atau memproduksi panas

yang lebih besar dari pada yang diterima melalui proses regulasi termal. Paparan
panas akibat adanya temperatur yang tinggi dalam ruangan kerja bisa ditimbulkan
oleh kondisi ruangan, mesin-mesin ataupun alat yang mengeluarkan panas serta
panas yang bersumber dari sinar matahari yang memanasi atap pabrik yang
kemudian menimbulkan radiasi kedalam ruangan kerja produksi (Kristoffel,
2012).
PTPN II Pagar Merbau merupakan salah satu perusahaan yang
memproduksi Crude Palm Oil (CPO) dan kernel (inti sawit) yang terbuat dari
tandan buah segar (TBS) yang berlokasi di Jl. Raya Galang, Pagar Merbau,
Sumatera Utara. PT. Perkebunan Nusantara II terdiri dari 6 stasiun kerja yaitu
Stasiun penerimaan buah, Stasiun perebusan (sterilizer), Stasiun bantingan
(Threshing), Stasiun pengempaan (Pressing), Stasiun pemurnian minyak
(Clarification), Stasiun pengolahan biji (Kernel Plant).
Berdasarkan hasil observasi, Lantai produksi PTPN II Pagar Merbau

berupa ruangan terbuka dan memiliki atap yang terbuat dari campuran logam
alumunium. Sehingga kondisi lantai produksi yang cukup panas dan tidak dapat
dihindarkan karena adanya paparan panas matahari. Salah satu stasiun kerja yang
memiliki kondisi panas berlebihan adalah stasiun pengolahan biji yaitu pada

Universitas Sumatera Utara

bagian ketel uap (Boiler Station). Boiller digunakan sebagai tempat penghasil uap
untuk menggerakkan turbin uap dan memenuhi kebutuhan uap dari alat – alat
yang dipakai.
Pada stasiun ini, terdapat mesin boiler yang memiliki temperatur sebesar
260oC dan temperatur lingkungan kerja boiler sebesar 37-40oC. Kondisi tersebut
mengakibatkan heat loss yang dialami pekerja sangat sedikit, karena temperatur
lingkungan tempat bekerja juga memiliki temperatur yang tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari kondisi pekerja yang memiliki keringat berlebihan, tidak
menggunakan seragam pekerja, dan sering meninggalkan stasiun kerja untuk
beristirahat.
Waktu kerja produktif dan non-produktif diperoleh dari rumusan Indeks
Suhu Bola Basah (ISBB) dan resiko Heat Stress dianalisa dengan metoda Heat
Stress Index.


Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena memiliki

kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan penguapan jika
terjadi kekurangan atau kelebihan panasnya. (Iftikar Z. Sutalaksana,2006)
Menurut

penyelidikan

untuk

berbagai

tingkat

temperatur

akan

memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:

a. ± 49ºC: Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas
tingkat kemampuan fisik dan mental.
b. ±30ºC: Aktivitas mental dan daya tanggap menurun dan mulai membuat
kesalahan dalam pekerjaan, serta timbul kelelahan fisik.
c. ± 24ºC: Kondisi optimum.
d. ± 10ºC: Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.

Universitas Sumatera Utara

Pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan
faktor kimia di tempat kerja, nilai ambang batas iklim kerja indeks suhu basah dan
bola (ISBB) yang diperkenankan adalah sebagai berikut

Tabel 1.1. Nilai Ambang Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan
Bola (ISBB) yang Diperkenankan
Pengaturan
waktu kerja
setiap jam
75%-100%

5-%-75%
25%-50%
0%-25%

Ringan
31,0
31,0
32,0
32,2

ISBB (oC)
Beban Kerja
Sedang
28,0
29,0
30,0
31,1

Berat
27,5

29,0
30,5

Sumber : PER.13/MEN/X/2011

1.2.

Perumusan Masalah
Permasalahan yang terdapat pada perusahaan adalah lingkungan kerja yang

panas dapat mempengaruhi kesehatan pekerja. Suhu yang tinggi mengakibatkan heat
stress yang di tandai dengan keluarnya keringat yang sangat berlebihan pada pekerja.
Keadaan lingkungan kerja pada pabrik PTPN II Pagar Merbau dengan suhu
lingkungan kerja berkisar antara 37℃ –40℃, suhu tersebut sudah tidak nyaman lagi
untuk bekerja, sedangkan suhu yang optimal untuk kerja orang Indonesia berkisar
antara 24℃ -26℃.

1.3.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1.

Mengurangi panas pada ruangan untuk meningkatkan produktivitas

Universitas Sumatera Utara

2. Mengetahui kondisi termal lingkungan kerja seperti temperatur (T), kecepatan
udara (V) dan kelembaban (RH) pada lantai produksi
3. Mengetahui Heat Stress Index (HSI) pekerja yang berada di lantai produksi.
4. Melakukan perbaikan desain kerja terhadap kondisi lingkungan kerja termal
yang tidak baik bagi kesehatan pekerja.

1.4.

Manfaat Penelitian
Manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.


Manfaat bagi mahasiswa
Memperoleh peluang untuk dapat memecahkan dan mencari solusi untuk
permasalahan-permasalahan lingkungan termal pada perusahaan dari sudut
pandang akademis.

2.

Manfaat bagi perusahaan
Laporan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perusahaan untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja untuk meningkatkan
produktivitas perusahaan.

3.

Bagi Departemen Teknik Industri USU
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mengatasi masalah
suhu lingkungan kerja yang belum nyaman dalam suatu perusahaan.

1.5.


Batasan Masalah dan Asumsi
Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

1.

Penelitian hanya dilakukan pada stasiun ketel uap (boiler station)

2.

Pengukuran termal yang dilakukan hanya di dalam ruangan.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah :

1.

Kondisi

psikologis


pekerja

di

lantai

produksi

dianggap

tidak

mempengaruhi hasil pengukuran.
2.

Pekerja memiliki tingkat metabolisme tubuh yang relatif sama.

3.


Metode kerja dan layout pabrik tidak berubah saat penelitian dilakukan.

Universitas Sumatera Utara