Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Tinjauan Literatur

2.1.1

Kualitas Audit
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu

organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang
kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan
auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar
pengendalian mutu. Watkins dkk. (2004) telah mengidentifikasi empat buah
definisi kualitas audit dari beberapa ahli, yaitu sebagai berikut.
a.

Kualitas audit adalah probabilitas nilaian-pasar bahwa laporan keuangan

mengandung kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan
melaporkan kekeliruan material tersebut.

b.

Kualitas audit merupakan probabilitas bahwa auditor tidak akan
melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk
laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material.

c.

Kualitas audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor.

d.

Kualitas audit ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi noise
dan bias dan meningkatkan kemurnian pada data akuntansi.
Kualitas hasil pekerjaan auditor bisa juga dilihat dari kualitas keputusan-

keputusan yang diambil. Menurut Edwards, et al. dalam Bedard dan Michelene

9

Universitas Sumatera Utara

(1993) ada dua pendekatan yang digunakan untuk yaitu outcome oriented dan
process oriented. Pendekatan outcome oriented digunakan jika solusi dari sebuah
masalah atau hasil dari sebuah pekerjaan sudah dapat dipastikan. Untuk menilai
kualitas keputusan yang akan diambil dilakukan dengan cara membandingkan
solusi atau hasil yang dicapai dengan standar hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sedangkan pendekatan process oriented digunakan jika solusi
sebuah permasalahan atau hasil dari sebuah pekerjaan sangat sulit dipastikan.
Maka untuk menilai kualitas keputusan yang akan diambil auditor dilihat dari
kualitas tahapan/proses yang telah ditempuh auditor selama menyelesaikan
pekerjaan dari awal hingga menghasilkan sebuah keputusan.
Dalam Nataline (2007) disebutkan ada sembilan elemen pengendalian
kualitas yang harus diterapkan oleh kantor akuntan dalam mengadopsi kebijakan
dan prosedur pengendalian kualitas untuk memberikan jaminan yang memadai
agar sesuai dengan standar profesional di dalam melakukan audit, jasa akuntansi,
dan jasa review. Sembilan elemen pengendalian tersebut adalah sebagai berikut.
1)


Independensi
Seluruh auditor harus independen terhadap klien ketika melaksanakan

tugas.

Prosedur

dan

kebijakan

yang

digunakan

adalah

dengan


mengkomunikasikan aturan mengenai independensi kepada staf.
2)

Penugasan personel untuk melaksanakan perjanjian
Personel harus memilik pelatihan teknis dan profesionalisme yang

dibutuhkan dalam penugasan. Prosedur dan kebijakan yang digunakan yaitu
10

Universitas Sumatera Utara

dengan mengangkat personel yang tepat dalam penugasan untuk melaksanakan
perjanjian serta memberi kesempatan partner memberikan persetujuan penugasan.
3)

Konsultasi
Jika diperlukan personel yang dapat mempunyai asisten dari orang yang

mempunyai keahlian, judgement, dan otoritas yang tepat. Prosedur dan kebijakan
yang diterapkan adalah mengangkat individu sesuai dengan keahliannya.

4)

Supervisi
Pekerjaan pada semua tingkat harus disupervisi untuk meyakinkan telah

sesuai dengan standar kualitas. Prosedur dan kebijakan yang digunakan adalah
menetapkan prosedur-prosedur untuk me-review kertas kerja dan laporan serta
menyediakan supervisi pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
5)

Pengangkatan
Karyawan baru harus memiliki karakter yang tepat untuk melaksanakan

tugas secara lengkap. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah selalu
menerapkan suatu program pengangkatan pegawai untuk mendapatkan karyawan
pada level yang akan ditempati.
6)

Pengembangan profesi
Personel harus memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk memenuhi


tanggung jawab yang disepakati. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah
menyediakan progam peningkatan keahlian spesialisasi serta memberikan
informasi kepada personel tentang aturan profesional yang baru.
11

Universitas Sumatera Utara

7)

Promosi
Personel harus memenuhi kualifikasi untuk memenuhi tanggung jawab

yang akan mereka terima di masa depan. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan
adalah

menetapkan

kualifikasi


yang

dibutuhkan

untuk

setiap

tingkat

pertanggungjawaban dalam kantor akuntan serta secara periodik membuat
evaluasi terhadap personel.
8)

Penerimaan dan kelangsungan kerjasama dengan klien
Kantor akuntan publik harus meminimalkan penerimaan penugasan

sehubungan dengan klien yang memiliki manajemen dengan integritas yang
kurang. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah menetapkan kriteria
dalam mengevaluasi klien baru serta me-review prosedur dalam kelangsungan

kerja sama dengan klien.
9)

Inspeksi
Kantor akuntan harus menentukan prosedur-prosedur yang berhubungan

dengan elemen-elemen yang lain yang akan diterapkan secara efektif. Prosedur
dan kebijakan yang diterapkan adalah mendefinisikan luas dan isi program
inspeksi serta menyediakan laporan hasil inspeksi untuk tingkat yang tepat.
Dari pengertian tentang kualitas audit tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat
mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi
dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan

12

Universitas Sumatera Utara

auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada
standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

2.1.2

Kompleksitas
Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan

suatu tugas audit. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas
audit sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain (Restu dan
Indriantoro, 2000). Lebih lanjut (Restu dan Indriantoro, 2000) menyatakan bahwa
kompleksitas muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugastugas utama maupun tugas-tugas lain.
Kompleksitas
membingungkan

dan

tugas
sulit

merupakan
(Iskandar,


tugas

yang

2007).

tidak

Beberapa

terstruktur,
tugas

audit

dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas yang tinggi dan sulit
sementara yang lain memprespsikannya sebagai tugas yang mudah (Jiambalvo
dan Pratt, 1982). Kompleksitas tugas pada penelitian ini didefinisikan sebagai
tugas yang kompleks, terdiri atas bagianbagian yang banyak, berbeda-beda dan
saling terkait satu sama lain. Dalam pelaksanaan tugasnya yang kompleks, auditor

junior sebagai anggota pada suatu tim audit memerlukan keahlian, kemampuan
dan tingkat kesabaran yang tinggi (Sabarudinsah, 2007).
Auditor menghadapi situasi yang dilematis dikarenakan beragamnya
kepentingan yang harus dipenuhi. Berbagai kasus yang terjadi mengidikasikan
kegagalan auditor dalam mengatasi kompleksitas pengauditan. Auditor tidak
mampu mengakomodasi berbagai kepentingan konstituen, auditor lebih berpihak
13

Universitas Sumatera Utara

kepada klien yang dinilai lebih menjamin eksistensinya (dikarenakan klien
merupakan sumber pendanaan) Akibatnya, praktik rekayasa akuntansi seringkali
diartikulasikan secara negatif dan tidak menghiraukan mekanisme kontrol yang
dilakukan oleh publik. Kasus Enron, Kimia Farma, kasus bank Lippo, dan
berbagai kasus-kasus lain menambah daftar panjang tuduhan yang ditujukan pada
profesi ini. Kompleksitas audit justru menjadi semakin tinggi dengan adanya
berbagai tekanan tersebut.
Bonner (1994), dalam Jamilah (2007) mengemukakan ada tiga alasan yang
cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas audit untuk sebuah
situasi audit perlu dilakukan:
1. Kompleksitas audit ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja
seorang auditor
3. Sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah
dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan
pada kompleksitas tugas audit
4. Pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu tim
manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan
tugas audit.
Kompleksitas audit yang muncul karena semakin tingginya variabilitas
dan ambiguitas dalam tugas pengauditan menjadi indikasi penyebab turunnya
kualitas audit. Dalam situasi yang seperti itu, auditor cenderung berperilaku

14

Universitas Sumatera Utara

disfungsional dan lebih mengutamakan kepentingan klien daripada obyektivitas
hasil pengauditan itu sendiri.
2.1.3

Time Budget Pressure
Time Budget Pressure atau Tekanan Anggaran Waktu adalah keadaan

yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran
waktu yang telah disusun atau terdapat pembahasan waktu anggaran yang sangat
ketat dan kaku (Sososutiksno, 2005). Auditor seringkali bekerja dalam
keterbatasan waktu, untuk itu setiap KAP perlu membuat anggaran waktu dalam
kegiatan pengauditan. Anggaran waktu dibutuhkan untuk menentukan kos audit
dan mengukur kinerja auditor (Waggoner dan Cashell, 1991) dalam (Simamora,
2000). Akan tetapi, seringkali anggaran waktu tidak sesuai dengan realisasi atas
pekerjaan yang dilakukan, akibatnya muncul perilaku disfungsional yang
menyebabkan kualitas audit lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan De
Zoort dan Lord (1997) dalam Nataline, 2007, yang menyebutkan bahwa saat
menghadapi tekanan anggaran waktu, auditor akan memberikan respon dengan
dua cara yaitu, fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku
auditor untuk bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-baiknya.
Sedangkan, tipe disfungsional adalah perilaku auditor yang membuat penurunan
kualitas audit.
Melalui time budget, keseluruhan waktu yang tersedia untuk melakukan
penugasan audit dialokasikan kepada masing – masing audit staff yang terlibat,
walaupun penentuannya tidak secara formal, perkiraan alokasi waktu yang tepat

15

Universitas Sumatera Utara

akan berguna sebagai dasar yang digunakan untuk memperkirakan biaya.
Keuntungan lain adalah tersedianya bukti dokumen penugasan kompilasi. Adanya
time budget memungkinkan dilaksanakannya review audit yang terkait dengan
perkara pengadilan sehingga dapat dilakukan pengujian substantive secara
professional. Time budget ini ditetapkan oleh manajer bekerjasama dengan partner
dan dengan persetujuan klien, artinya KAP telah melakukan kesepakatan dengan
klien untuk melakukan audit dalam batas waktu yang ditentukan dan untuk itu
klien bisa menaksir fee yang harus dibayar.
Time budget akan menjadi dasar argumen tentang alasan mengapa biaya
audit harus dikurangi terkait pendeknya waktu pelaksanaan audit. Bila terdapat
tekanan time budget, akan berdampak kurang efektifnya pelaksanaan audit. Ada
kemungkinan KAP akan kehilangan klien karena waktu pelaksanaan yang terlalu
lama berakibat pada tingginya biaya audit. Pada praktiknya, time budget juga
berguna dalam pengukuran tingkat efisiensi seorang auditor dalam melakukan
pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan merupakan
komponen penilaian dalam perfomance appraisal. Perfomance appraisal ini akan
menyebabkan tekanan yang mempengaruhi auditor agar dapat menyelesaikan
pekerjaannya tepat waktu. Tekanan ini mengakibatkan berkurangnya kepatuhan
auditor untuk mengikuti proesedur yang telah ditetapkan dalam proses audit
sehingga berpengaruh kepada kualitas audit yang dilakukan auditor.
Kondisi ini tidak dapat dihindari auditor, apalagi dengan semakin
bersaingnya KAP. KAP harus bisa mengalokasikan waktu secara tepat karena
berhubungan dengan kos audit yang harus dibayar klien. Apabila KAP tidak bisa
16

Universitas Sumatera Utara

mengalokasikan waktu, sehingga waktu audit menjadi lebih lama maka
berdampak pula pada kos audit yang semakin besar. Hal ini akan membuat klien
memilih KAP lain yang bisa menyelesaikan tugas auditnya dengan efektif dan
efisien (Sososutiksno, 2005)
Time budget pressure suatu audit mempunyai pengaruh positif terhadap
perilaku disfungsional auditor (Otley &Pierce, 1996). Semakin besar tingkat time
budget pressure maka akan semakin besar pula kemungkinan auditor untuk
melakukan audit quality reduction behaviour (AQRB), dan Under reporting of
time (URT). Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Soobaroyen
& Chengabroyan (2005) bahwa time budget pressure suatu audit yang besar
mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku disfungsional auditor terdiri dari
audit quality reduction behaviour (AQRB), premature sign-off (PSO) dan under
reporting of time (URT) .
.Menurut Paul dkk (2003) tingginya tingkat tekanan waktu anggaran pada
auditor, dan banyak auditor telah beberapa kali melakukan praktek mengurangi
kualitas audit, berpotensi memiliki implikasi untuk fungsi kualiats audit. Hasil ini
menunjukkan pentingnya menempatkan nilai yang sesuai pada fungsi audit untuk
memastikan waktu anggaran yang memadai.
2.1.4

Independensi Auditor
Dalam SPAP (IAI, 2001: 220.1) auditor diharuskan bersikap independen,

artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern).
17

Universitas Sumatera Utara

Menurut Ahson dan Asokan (2004) keputusan independensi adalah kemampuan
auditor untuk melawan tekanan dan mempertahankan sikap yang tidak memihak
ketika iadihadapkan dengan tekanan pada pekerjaan. Higson (2003) menemukan
bahwa jika auditor tidak independen, orang akan menganggap bahwa audit adalah
buang-buang waktu dan bahwa angka-angka dalam laporan keuangan mungkin
menjadi tidak berarti.
Carey dalam Mautz (1961) mendefinisikan independensi akuntan publik
dari segi integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan
keuangan.Independensi meliputi:
1.

Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang
profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional.

2.

Merupakan

istilah

penting

yang

mempunyai

arti

khusus

dalam

hubungannya dengan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan.
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak
memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya.
Ada dua sikap independensi yang harus dimiliki oleh akuntan publik/auditor
yaitu:

18

Universitas Sumatera Utara

1. Independence in fact
Akuntan publik/auditor harus jujur dalam mempertimbangkan fakta yang
ada dan dapat bersikap tidak memihak dalam memberikan pendapat. Sikap
independen ini adalah sikap mental yang ada dalam diri pribadi akuntan publik
sehingga masyarakat pengguna sulit mengukur apakah akuntan tersebut jujur atau
tidak.
2. Independence in appearance
Masyarakat

mendapatkan

kesan

bahwa

akuntan

publik

bisa

memperlihatkan tindakan-tindakan yang independen. Oleh karena itu akuntan
publik harus selalu menjaga tindakan dan perbuatannya agar tidak mempengaruhi
kepercayaan masyarakat.
Tjun, Marpaung, dan Setiawan (2012) meneliti 4 faktor yang
mempengaruhi independensi, yaitu:
1.

Lama hubungan dengan klien
Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien
sudah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.17 tahun 2008 tentang jasa
akuntan publik. Pada bagian kedua pasal 3 mengatur mengenai pembatasan masa
pemberian jasa menjelaskan bahwa membatasi masa kerja auditor paling lama 3
tahun untuk klien yang sama dengan tahun buku berturut-turut, sementara untuk
Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk 6 tahun. Pembatasan ini
dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat
mencegah terjadinya skandal akuntansi.
19

Universitas Sumatera Utara

2.

Tekanan dari klien
Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik
kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin ingin operasi
perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui laba yang
lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan. Untuk mencapai
tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan melakukan tekanan kepada
auditor sehingga laporan keuangan auditan yang dihasilkan itu sesuai dengan
keinginan klien. Pada situasi ini, auditor mengalami dilema. Pada satu sisi, jika
auditor mengikuti keinginan klien maka ia melanggar standar profesi. Tetapi jika
auditor tidak mengikuti klien maka klien dapat menghentikan penugasan atau
mengganti KAP auditornya.

3.

Telaah dari rekan auditor (Peer Review)
Peer Review adalah suatu telaah, oleh akuntan publik, atas ketaatan KAP
pada sistem pengendalian mutu kantor itu sendiri. Tujuan peer review adalah
untuk menentukan dan melaporkan apakah KAP yang di review itu telah
mengembangkan kebijakan dan prosedur yang memadai bagi kelima unsur
pengendalian mutu, dan mengikuti kebijakan serta prosedur itu dalam praktik.

4.

Jasa non-audit
Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan juga
jasa non atestasi yang berupa jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pajak dan jasa
konsultasi manajemen. Menurut Elfarini (2007) pemberian jasa selain jasa audit
berarti auditor telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien. Jika pada saat
20

Universitas Sumatera Utara

dilakukan pengujian laporan keungan klien ditemukan kesalahan yang terkait
dengan jasa yang diberikan auditor tersebut. Kemudian auditor tidak mau
reputasinya buruk karena dianggap memberikan alternatif yang tidak baik bagi
kliennya. Maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas audit dari auditor tersebut.
Supriyono

(1988)

membuat

kesimpulan

mengenai

pentingnya

independensi akuntan publik sebagai berikut.
1)

Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi akuntan
publik untuk memulai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen
kepada pemakai informasi.

2)

Independensi

diperlukan

oleh

akuntan

publik

untuk

memperoleh

kepercayaan dari klien dan masyarakaat, khususnya para pemakai laporan
keuangan.
3)

Independensi diperoleh agar dapat menambah kredibilitas laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen.

4)

Jika akuntan publik tidak independen maka pendapat yang dia berikan tidak
mempunyai arti atau tidak mempunyai nilai.

5)

Independensi merupakan martabat penting akuntan publik yang secara
berkesinambungan perlu dipertahankan.

2.1.5

Risiko Kesalahan
Risiko audit merupakan risiko kesalahan yang diterima seorang auditor

dalam hal memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan
yang salah saji secara material. Hal yang mendorong auditor untuk melakukan
21

Universitas Sumatera Utara

penyimpangan pada pelaksanaan prosedur audit yaitu ketika auditor menetapkan
bahwa risiko audit rendah, sehingga auditor harus lebih banyak melakukan
prosedur audit sementara disisi lain auditor dihadapkan atas anggaran waktu dan
biaya yang terbatas misalnya melakukan penyimpangan dengan melakukan
pengurangan sampel yang telah ditetapkan dikarenakan keterbatasan faktor
ekonomi (waktu dan biaya), hal tersebut dapat menimbulkan kecendrungan
auditor untuk mengabaikan prosedur audit yang disyaratkan atau tidak melakukan
prosedur audit secara lengkap (Yuliana, dkk., 2009).
Penilaian terhadap risiko yang dihadapi oleh auditor secara jelas
dinyatakan dalam standar audit yaitu Pernyataan Standar Auditing (PSA) Seksi
312, risiko audit dan materialitas dalam pelaksanaan audit (IAI 2004) dimana
risiko audit perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat dan lingkup
prosedur audit serta dalam mengevaluasi prosedur tersebut. Pada tingkat saldo
atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari:
1. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian
yang terkait, seperti pengukuran tingkat kompleksitas transaksi, perkembangan
teknologi dan operasi, pengamatan laporan audit terdahulu, akun - akun atau
transaksi yang sulit di audit.
2. Risiko Pengendalian

22

Universitas Sumatera Utara

Risiko pengendalian adalah risiko salah saji material yang dapat terjadi
dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas, maka dapat dilihat berdasarkan struktur organisasi
klien tekhnik dalam sitem pengendalian, bukti dan efektifitas pengendalian intern
klien.
3. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul
sebagian karena adanya ketidakpastian. Ketidakpastian ini timbul karena auditor
mungkin memilih salah satu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara
keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.
Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan
melalui perencanaan penerimaan tingkat resiko, pengujian subtantif terhadap
resiko usaha klien, hubungan penetapan dengan resiko bawaan dan pengendalian.
2.2

Penelitian Terdahulu
Penelitian Abdul Muhshyi (2013) yang bertujuan untuk menganalisis

pengaruh Time Budget Pressure, Risiko Kesalahan dan Kompleksitas terhadap
Kualitas Audit. Objek penelitian adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan
Publik yang terdapat di Jakarta. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Time
Budget Pressure, Resiko Kesalahan dan Kompleksitas berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap Kualitas audit.
23

Universitas Sumatera Utara

Penelitian Winda Kurnia dkk (2014) bertujuan untuk menganalisis
pengaruh Kompetensi, Independensi, Tekanan Waktu dan Etika Auditor Terhadap
Kualitas Audit. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh
signifikan terhadap kualtias audit, independensi berpengaruh sginifikan terhadap
kualitas audit, tekanan waktu berpengaruh signifikam terhadap kualitas audit dan
etika berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian A.A Putu Ratih Cahaya Ningsih bertujuan untuk menganalisis
pengaruh Kompetensi, Independensi dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas
Audit. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Kompetensi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas audit, Independensi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas audit (3) Time Budget Pressure berpengaruh negative
dan signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian Norma Kharismatuti (2012) bertujuan untuk meneliti pengaruh
Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor
sebagai Variabel Moderasi. Objek penelitian adalah internal auditor yang bekerja
di BPKP DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan
independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Tahun Peneliti

Judul

Variabel

Hasil Penelitian

2013

Pengaruh Time
Budget
Pressure,
Risiko

Dependen :
Kualitas Audit

Hasil Penelitian
menunjukkan
bahwa Time
Budget Pressure,

Abdul
Muhshyi

Independen :

24

Universitas Sumatera Utara

2014

2013

Kesalahan Dan
Kompleksitas
Terhadap
Kualitas Audit

Time Budget
Pressure,
Risiko
Kesalahan,
Kompleksitas

Resiko
Kesalahan dan
Kompleksitas
berpengaruh
signifikan secara
simultan
terhadap Kualitas
audit.

Winda Kurnia
Khomsiyah
Sofie

Pengaruh
Kompetensi,
Independensi,
Tekanan Waktu
dan Etika
Auditor
Terhadap
Kualitas Audit

Dependen :
Kualitas Audit

Hasil Penelitian
menunjukkan
bahwa
kompetensi
berpengaruh
signifikan
terhadap kualtias
audit,
independensi
berpengaruh
sginifikan
terhadap kualitas
audit, tekanan
waktu
berpengaruh
signifikam
terhadap kualitas
audit dan etika
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit.

A.A Putu
Ratih Cahaya
Ningsih

Pengaruh
Kompetensi,
Independensi
dan Time
Budget
Pressure
Terhadap
Kualitas Audit

Dependen :
Kualitas Audit

P. Dyan
Yaniartha S.

Independen :
Kompetensi,
Independensi,
Tekanan
Waktu, Etika
Auditor

Independen :
Kompetensi,
Independensi,
Time Budget
Pressure

Hasil Penelitian
menunjukkan
bahwa (1)
Kompetensi
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap kualitas
audit, (2)
25

Universitas Sumatera Utara

Independensi
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap kualitas
audit (3) Time
Budget Pressure
berpengaruh
negative dan
signifikan
terhadap kualitas
audit.
2012

2.3

Norma
Kharismatuti

Pengaruh
Kompetensi dan
Independensi
Terhadap
Kualitas Audit
dengan Etika
Auditor sebagai
Variabel
Moderasi.

Dependen :
Kualitas Audit
Independen :
Kompetensi
dan
Independensi

Kompetensi dan
independensi
berpengaruh
positif terhadap
kualitas audit.

Moderasi :
Etika Auditor

Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Kompleksitas (X1)

H2

Time Budget Pressure (X2)

H2

Independensi Auditor (X3)

H2

Risiko Kesalahan (X4)

H2

Kualitas Audit
(Y)

H1
26

Universitas Sumatera Utara

Penjelasan Kerangka Konseptual
Penelitian ini bermaksud untuk meneliti pengaruh Kompleksitas, Time
Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan terhadap Kualitas
Audit, dengan objek penelitian auditor pada Kantor Akuntan Publik yang terdapat
di Kota Medan.
Kompleksitas pada penelitian ini diproksikan sebagai kompleksitas
pekerjaan yang dihadapi oleh auditor dalam menjalankan tugasnya. Beberapa
tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas yang tinggi dan
sulit sementara yang lain memprespsikannya sebagai tugas yang mudah
(Jiambalvo dan Pratt, 1982). Kompleksitas tugas pada penelitian ini didefinisikan
sebagai tugas yang kompleks, terdiri atas bagianbagian yang banyak, berbedabeda dan saling terkait satu sama lain.
Time Budget Pressure pada penelitian ini diproksikan sebagai tekanan
anggaran waktu yang ditekankan pada auditor dalam menjalankan tugasnya.
Auditor seringkali bekerja dalam keterbatasan waktu, untuk itu setiap KAP perlu
membuat anggaran waktu dalam kegiatan pengauditan. Anggaran waktu
dibutuhkan untuk menentukan kos audit dan mengukur kinerja auditor. Kondisi
ini tidak dapat dihindari auditor, apalagi dengan semakin bersaingnya KAP. KAP
harus bisa mengalokasikan waktu secara tepat karena berhubungan dengan kos
audit yang harus dibayar klien. Apabila KAP tidak bisa mengalokasikan waktu,
sehingga waktu audit menjadi lebih lama maka berdampak pula pada kos audit

27

Universitas Sumatera Utara

yang semakin besar. Hal ini akan membuat klien memilih KAP lain yang bisa
menyelesaikan tugas auditnya dengan efektif dan efisien (Sososutiksno, 2005)
Independensi Auditor pada penelitian ini diproksikan sebagai sikap
independen seorang auditor dalam menjalankan tugasnya. Menurut Ahson dan
Asokan (2004) keputusan independensi adalah kemampuan auditor untuk
melawan tekanan dan mempertahankan sikap yang tidak memihak ketika ia
dihadapkan dengan tekanan pada pekerjaan. Higson (2003) menemukan bahwa
jika auditor tidak independen, orang akan menganggap bahwa audit adalah buangbuang waktu dan bahwa angka-angka dalam laporan keuangan mungkin menjadi
tidak berarti.
Risiko Kesalahan pada penelitian ini diproksikan sebagai risiko kesalahan
yang dihadapi auditor dalam menjalankan tugasnya. Hal yang mendorong auditor
untuk melakukan penyimpangan pada pelaksanaan prosedur audit yaitu ketika
auditor menetapkan bahwa risiko audit rendah, sehingga auditor harus lebih
banyak melakukan prosedur audit sementara disisi lain auditor dihadapkan atas
anggaran waktu dan biaya yang terbatas misalnya melakukan penyimpangan
dengan melakukan pengurangan sampel yang telah ditetapkan dikarenakan
keterbatasan faktor ekonomi (waktu dan biaya), hal tersebut dapat menimbulkan
kecendrungan auditor untuk mengabaikan prosedur audit yang disyaratkan atau
tidak melakukan prosedur audit secara lengkap (Yuliana, dkk., 2009).

28

Universitas Sumatera Utara

2.4

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis

penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan
Risiko Kesalahan berpengaruh secara simultan terhadap Kualitas Audit
2. Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan
Risiko Kesalahan masing-masing berpengaruh secara parsial terhadap
Kualitas Audit

29

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Time Budget Pressure, Risiko Kesalahan dan Kompleksitas terhadap Kualitas Audit

3 25 131

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 8 98

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI,TIME BUDGET PRESSURE DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT Pengaruh Kompetensi, Independensi, Time Budget Pressure Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan

0 2 15

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, TIME BUDGET PRESSURE DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT Pengaruh Kompetensi, Independensi, Time Budget Pressure Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan

0 3 14

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 0 11

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 0 2

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 0 8

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 0 3

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 0 17

Kualitas Audit: Studi Pengaruh Time Budget Pressure dan Independensi Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung

0 0 10