Pengaruh Time Budget Pressure, Risiko Kesalahan dan Kompleksitas terhadap Kualitas Audit

(1)

PENGARUH TIME BUDGET PRESSURE, RISIKO KESALAHAN DAN KOMPLEKSITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT

Skripsi

Sebagai Syarat Tugas Akhir Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Di susun Oleh: Abdul Muhshyi 206082003962

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.Data Pribadi

1. Nama : Abdul Muhshyi

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 02 Juni 1988.

3. Alamat : Cijulang, Rt/Rw 01/05, Desa Kopo, Kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor

4. Agama : Islam

5. Nama Ayah : Djuki Padmawisastra 6. Nama Ibu : Yuyun Badru Kamal

7. Nomor Telepon : 085718824464/081380138785

8. E-mail : padmawisastra2@yahoo.com /

padmawisastra@gmail.com

B.Data Pendidikan Formal

1. 1994 - 2000 : SDN Cipayung Girang II 2. 2000 - 2003 : SLTP Al-Amaliah Ciawi 3. 2003 - 2006 : MAN II Bogor


(7)

vi

PENGARUH TIME BUDGET PRESSURE, RISIKO KESALAHAN DAN KOMPLEKSITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis pengaruh time budget pressure, risiko kesalahan dan kompleksitas terhadap kualitas audit. Responden dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Jumlah auditor yang menjadi sampel penelitian ini adalah 53 auditor dari 20 Kantor Akuntan Publik. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah

convenience sampling, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan

peneliti adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

time budget pressure, resiko kesalahan dan kompleksitas berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit. Hasil adjusted R square ditemukan bahwa pengaruh, kompleksitas audit dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit dapat dijelaskan sebesar 42,2% sedangkan sisanya sebesar 57,8 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.

Kata kunci: Time budget presure, Resiko Kesalahan Kompleksitas dan Kualitas Audit.


(8)

vii

THE EFFECTS OF TIME BUDGET PRESSURE, RISK OF ERRORS AND COMPLEXITY ON AUDIT QUALITY

ABSTRACT

This research analyzed the effect of time budget pressure, the risk of error and complexity on audit quality. Respondents in this study were the auditors who work

in public accounting firm in Jakarta. The numbers of auditors who became

research sample were 53 auditors from 20 public accounting firms. Sampling method that used in this research was Convenience sampling, while the method of processing data that used by the researcher was double regression analysis. The results of this research showed that the time budget pressure, risk of error and complexity effect significantly on audit quality. Results adjusted R square was found that the effect, audit complexity and time budget pressure on audit quality can be explained by 42.2% while the remaining 57.8% is explained by other variables not included in this research model.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis tersanjung kepada Allah Swt, yang dengan limpahan rahmat, taufiq dan hidayah -nya dapat diselesaikan tugas akhir penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya, yang merupakan suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis juga menyadari bahwa, penelitian ini tidak luput dari jasa lembaga dan orang-orang tertentu yang telah membantu penulis, baik moril maupun materil. Maka pada kesempatan ini, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya khusus kepada:

1. Kedua orang tua, IbundaYuyun Badru Kamaliah dan Ayahanda Djuki Padmawisastra tercinta yang selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus, membesarkan, mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada ananda untuk mencapai kesuksesan masa depan menjadi anak yang sholeh, sehat lahir batin dan selamat dunia akhirat, semoga penulis selalu mendapat ridho mereka dan dapat berbakti kepadanya.


(10)

ix

2. Kaka-kakaku (eliawati, dede suhendar, ela, Neti P, Idar P, Mamah P, iis P, Titi P, Alm Aceng apendi P dan Alm eneng P) Dan keluarga besar Badru Kamaliah Dan keluarga besar Padmawisastra & Armaya, mereka turut memberikan dukungan, motivasi, dan doa yang tulus kepada penulis, semoga

Allah Subhanahu Wata‟ala senantiasa melindungi dan memberikan

kebahagiaan kepada mereka.

3. Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bpk. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku pembimbing I yang senantiasa ikhlas untuk meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi.

5. Ibu. Dr. Rini. Ak selaku pembimbing II sekaligus Kajur Akademik I Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis ucapkan terima kasih atas yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi petunjuk dan kebaikan serta kemurahan hati beliau, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan bekal ilmu bagi penulis, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat sehingga menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

7. Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, meski saya merasa masih jauh dari sempurna. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan demi


(11)

x

penyempurnaan hasil penelitian ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, bagi pengembangan diri penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Akhirnya segala urusan penulis pasrah-tawakalkan kepada Dzat yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Jakarta, Juli 2013


(12)

xi DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Surat Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstrak ... vi

Abstract ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18

A. Tinjauan Umum Atas Audit ... 18

1. Pengertian Audit ... 18

2. Standar Audit ... 19

3. Tujuan Audit ... 22

4. Prosedur Audit ... 23

B. Time Budget Pressure ... 28

C. Risiko Kesalahan ... 31

D. Kompleksitas ... 33


(13)

xii

F. Penelitian Terdahulu ... 39

G. Keterkaitan Antar variabel ... 43

1. Time budget pressure Dengan Kualitas Audit ... 43

2. Risiko Kesalahan Dengan Kualitas Audit ... 46

3. Kompleksitas Dengan Kualitas Audit ... 47

H. Kerangka Pemikiran ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 50

B. Metode Pengumpulan Sampel ... 50

C. Metode Pengumpulan Data ... 51

D. Metode Analisis Data ... 51

E. Operasional Variabel Penelitian ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 68

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 68

2. Karakteristik Responden ... 70

B. Hasil Dan Pembahasan ... 71

1. Statistik Deskriptif ... 71

2. Uji Kualitas data ... 72

a. Uji Validitas ... 72

b. Uji Reliabilitas ... 74

3. Pengujian Asumsi Klasik ... 76

a. Uji Normalitas ... 76

b. Uji Multikolinieritas ... 77

c. Uji Heteroskedastisitas ... 78

4. Hasil Uji Hipotesis ... 80

a. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda ... 79

b. Hasil Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi) ... 80

c. Hasil Uji t – Statistik ... 81


(14)

xiii

C. Interpretasi ... 86

1. Analisis Pengaruh Time Budget Pressure Kualitas Audit .. 85

2. Analisis Pengaruh Resiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit ... 86

3. Analisis Kompleksitas Audit Terhadap Kualitas Audit ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Implikasi ... 89

C. Keterbatasan ... 90

D. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 41

3.1 Operasional Variabel ... 64

4.1 Deskriptif Penyebaran Kuesioner ... 69

4.2 Distribusi Kuesioner ... 70

4.3 Data Statistik Responden ... 70

4.4 Statistik Deskriptif ... 71

4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Time Budget Pressure ... 72

4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Resiko Kesalahan Auditor ... 73

4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Kompleksitas ... 73

4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit ... 74

4.9 Hasil Uji Reliabilitas Time Budget Pressure ... 75

4.10 Hasil Uji Reliabilitas Resiko Kesalahan Auditor ... 75

4.11 Hasil Uji Reliabilitas Kompleksitas ... 75

4.12 Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Audit ... 78

4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scaterplot) ... 78

4.14 Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda ... 79

4.15 Hasil Uji Adjusted R2 (Determinasi) ... 80

4.16 Hasil Uji t - Statistik ... 81


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kualitas Audit Frame Work ... 38

2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 50

4.1 Normal p-plot ... 78


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 95

2 Data Mentah Jawaban Responden ... 103

3 Hasil Pengolahan Data SPSS 20 ... 107


(18)

xvii BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Good Corporate Governance GCG merupakan sistem yang mengatur

dan mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Hal ini juga diperjelas oleh keputusan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara tentang pengembangan praktik GCG dalam perusahaan persero, disebutkan bahwa GCG adalah prinsip perusahaan yang sehat dan diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan (Kaihatu, 2006:9).

Penerapan good corporate governance harus menjadi standar tinggi dari perilaku perusahaan dan menjadikannya sebagai budaya di dalam bisnis inti operasinya dan juga didalam interaksinya dengan lingkungan eksternal perusahaan, dimana dia menjelaskan standar perilaku didalam bisnis inti


(19)

2 operasi sebagai corporate responsibility (CR) dan standar perilaku dilingkungan eksternal sebagai corporate social responsibility (Urip, 2010:7).

Dewasa ini persaingan antar perusahaan semakin meningkat diiringi dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam menghadapi masalah itu para pengelola perusahaan membutuhkan jasa akuntan, khususnya jasa akuntan publik. Akuntan dalam hal ini adalah auditor yaitu suatu profesi yang salah satu tugasnya melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah perusahaan dan memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan keuangan yang harus disajikan secara wajar sesuai SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum). Akuntanbilitas publik sangat ditentukan oleh kualitas laporan audit yang dibuatnya (Setyorini, 2011:1).

Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti Tyco, Worldcom, Xerox, AIG, Satyam Computer

1Services dan lain-lain, menyebabkan profesi akuntan publik banyak mendapat

kritikan. Auditor dianggap ikut andil dalam memberikan informasi yang salah, sehingga banyak pihak yang merasa dirugikan. Seperti kasus AIG yang terjadi PWC tidak berhasil mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh AIG terkait kontrak asuransi senilai $ 500 juta sehingga meningkatkan pendapatan demi tujuan mempoles laporan keuangan. Kasus lainya adalah pada kasus Satyam

Computer 1Services dalam kasus ini PWC tidak mampu mendeteksi

kecurangan yang dilakukan pemilik Satyam yaitu Ramalinga Raju yang memalsukan nilai pendapatan bunga diterima dimuka, lalu mencatat kewajiban


(20)

3 yang lebih rendah dari yang seharusnya dan piutang yang digelembungkan (http://bizcovering.com/history/10-major-accounting-scandals/).

Pengauditan merupakan bagian dari assurance service, maka jelaslah bahwa pengauditan melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagi pengambil keputusan serta independensi dan kompetensi dari pihak yang melakukan audit (auditor). Kualitas informasi yang meningkat akibat audit akan menimbulkan peningkatan kepercayaan dari publik, dalam hal ini terutama pihak – pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan. Laporan hasil audit (audit report) di jadikan bahan pertimbangan oleh pengambil keputusan dalam menilai laporan go public. Syarat tersebut menyatakan bahwa perusahaan go public diharuskan untuk meminta opini audit dari auditor eksternal terhadap laporan keuangan yang akan dipublikasikan pada masyarakat luas. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penjaminan atas kepercayaan publik pada perusahaan tersebut. Meskipun dalam sebuah teori dinyatakan bahwa audit yang baik adalah audit yang mampu meningkatkan kualitas informasi beserta konteksnya namun kenyataan di lapangan berbicara lain. Fenomena perilaku pengurangan kualitas audit (Reduced Audit Quality

Behaviours) semakin banyak terjadi (Suryanita, 2006:1).

Hal ini menimbulkan perhatian yang lebih terhadap cara auditor dalam melakukan audit. Pengurangan kualitas dalam audit diartikan sebagai

“pengurangan mutu dalam pelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja oleh auditor”. Pengurangan mutu ini dapat dilakukan melalui tindakan seperti


(21)

4 dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat item yang dipertanyakan dan pemberian opini saat semua prosedur audit yang di isyaratkan belum dilakukan dengan lengkap. Reduce Audit Quality Behaviours (perilaku pengurangan kualitas audit) dideskripsikan oleh Malon dan Roberts (1996) sebagai tindakan yang dilakukan oleh auditor selama melakukan pekerjaan yang nantinya tindakan ini dapat mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit. perilaku ini muncul karena adanya dilema antara inherent cost (biaya yang melekat pada proses audit) dan kualitas yang dihadapi oleh auditor dalam (Choram, dkk., 2004:4).

Kualitas audit merupakan suatu isu yang komplek, karena begitu banyak factor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, yang tergantung dari sudut pandang masing-masing pihak. Hal tersebut menjadikan kualitas audit sulit pengukurannya, sehingga menjadi suatu hal yang sensitif bagi perilaku individual yang melakukan audit. Secara teoritis kualitas pekerjaan auditor biasanya dihubungkan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan yang kompeten pada biaya yang paling rendah serta sikap independensinya dengan klien. Kualitas audit yang baik akan memberikan konsekuensi bagi pihak yang di audit

(auditee). Salah satu bentuk konsekuensi tersebut adalah kepuasan auditee.

Widagdo (2002:4) mendefinisikan kepuasan auditee sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Kualitas audit yang dirasakan auditee diperoleh melalui pengalaman diaudit atau diperiksa. Auditee akan terkesan dan merespon atas


(22)

5 apa yang dialami termasuk dalam hal pengkomunikasian hasil pemeriksaan (Basuki dan Krisna, 2006:7).

Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar - standar dan prinsip - prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak (Independen), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur standar umum pemeriksaan akuntan publik, mengatur segala hal yang berhubungan dengan penugasan dan independensi dalam sikap mental. Kane dan Velury (2005:14), mendefinisikan kualitas audit sebagai kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan bentuk penyimpangan lainnya. Russel (2000:5), menyebutkan bahwa kualitas audit merupakan fungsi jaminan dimana kualitas tersebut akan digunakan untuk membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan yang seharusnya (Simanjuntak, 2008:3).

Penurunan kualitas audit adalah akibat dari tekanan (pressure), sistem pengendalian (control system) dan gaya pengendalia (supervissory style). Otley dan Pierce (1995), menjelaskan bahwa beberapa perilaku disfungsional auditor seperti Prematur Sign-Off Audit Procedures (menghentikan prosedur audit),

Underreporting of Time (keterlambatan atau tidak tepat waktu), Altering Audit

Process dan Gathering Unsufficient Evidence (mengganti proses audit dan

mengumpulkan bukti yang tidak cukup) akan berdampak terhadap penurunan kualitas audit (Simanjuntak, 2008:4).


(23)

6 Berkurangnya kualitas informasi yang dihasilkan dari proses audit dapat terjadi karena beberapa tindakan, seperti Mengurangi jumlah sampel dalam audit, Melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, Tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat pos yang dipertanyakan dan Memberikan opini ketika semua prosedur audit belum dilaksanakan secara lengkap. Dalam prakteknya tindakan pengurangan kualitas audit (reduced audit

quality) masih sering terjadi, padahal dalam teori telah jelas dinyatakan bahwa

proses audit yang baik adalah yang mampu meningkatkan kualitas informasi. Perilaku pengurangan kualitas audit (reduced audit quality behaviours) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh auditor selama melakukan pekerjaan dimana tindakan ini dapat mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit (Lestari, 2010:2).

Dampak penurunan kualitas audit dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap profesi akuntansi, menurunkan kredibilitas para akuntan publik atas hasil - hasil audit yang mereka lakukan. Pada akhirnya akibat dari penurunan kualitas audit dapat mematikan profesi itu sendiri serta akan menimbulkan campur tangan pemerintah yang berlebihan terhadap profesi itu sendiri. Lembaga profesi (Ikatan Akuntan Indonesia) sendiri terus berusaha untuk menjaga kualitas audit dengan melakukan peer review atas pekerjaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) melalui SK Menkeu No.472/ KMK. 01. 017/ 1999 tanggal 4 Oktober 1999 yang dilakukan oleh BPKP. Namun demikian usaha tersebut belum menunjukkan keberhasilan yang cukup berarti. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh


(24)

7

Indonesian Corruption Watch (ICW) tahun 2005 menghasilkan kesimpulan

sebagai berikut 1) hampir semua KAP tersebut tidak melakukan pengujian yang memadai atas suatu account, 2) pada umumnya dokumentasi audit kurang memadai, 3) terdapat auditor yang tidak memahami peraturan perbankan, tetapi menerima penugasan audit terhadap bank, 4) pengungkapan yang tidak memadai di dalam laporan audit, 5) masih terdapat auditor yang tidak mengetahui laporan dan opini audit yang sesuai standar. Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan kualitas audit yang rendah dan tidak dapat diandalkan oleh pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan ekonomis (Simanjuntak, 2008:5 - 6).

Survey yang dilakukan oleh Conram, dkk (2004:5), terhadap 106 senior auditor menjelaskan secara umum bahwa tekanan anggaran waktu memberikan pengaruh yang paling besar terhadap perilaku penurunan kualitas audit dan berhubungan dengan risiko audit. Hasil penelitian ini menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam kondisi tingkat risiko kesalahan audit rendah berhubungan dengan peningkatan tindakan penurunan kualitas audit secara keseluruhan. Para manager cenderung untuk melakukan tindakan penurunan kualitas audit dibandingkan melakukan pendekatan kepada manager audit untuk peningkatan anggaran waktu. Anggaran waktu senior audit kurang berpengaruh terhadap risiko klien dalam hal tekanan fee audit. Sedangkan Malone dan Roberts (1996), tidak menemukan adanya hubungan antara tingkat tekanan anggaran waktu dan penurunan kualitas audit (Conram, dkk., 2004:7).

Tuntutan laporan yang berkualitas dengan anggaran waktu terbatas tentu saja (kayanya harus dihapus, pemborosan kata) merupakan tekanan


(25)

8 tersendiri bagi auditor. Dalam studinya, Azad (1994) menemukan bahwa dalam kondisi yang tertekan (secara waktu), auditor cenderung berperilaku disfungsional, misalnya melakukan prematur sign off, terlalu percaya kepada penjelasan dan presentasi klien, serta gagal mengivestigasi isu - isu relevan, yang pada gilirannya dapat menghasilkan laporan audit dengan kualitas rendah. Riset Coram, dkk., (2004:6) menunjukkan terdapat penurunan kualitas audit pada auditor yang mengalami tekanan dikarenakan anggaran waktu yang sangat ketat. Situasi seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi auditor, karena dalam kompleksitas tugas yang semakin tinggi dan anggaran waktu yang terbatas, mereka dituntut untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Kualitas kinerja seseorang akan sangat dipengaruhi oleh tekanan atau tuntutan tugas yang dihadapi (Simanjuntak, 2008:9).

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Conram, dkk.,. (2004:6), yakni pengujian pengaruh anggaran tekanan waktu, risiko audit yang berhubungan dengan penugasan dan tiga jenis perilaku pengujian yang akan menurunkan kualitas audit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (Conram, dkk., 2004:7), adalah bahwa penelitian sebelumnya menggunakan sampel mahasiswa pada Advanced Audit

Module of the Professional Year (PY) pada Institute of Chartered Accountant

in Australia (ICAA) yang diidentifikasikan sebagai senior audit sebagai objek

penelitian, Sedangkan penelitian ini akan mengunakan Kantor Akuntan Publik (KAP). Objek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan


(26)

9 Publik (KAP) di Jakarta dengan mengambil sampel KAP di DKI (Simanjuntak, 2008:9).

Hasil penelitian Josoprijonggo, (2005) agar laporan audit yang dihasilkan auditor berkualitas, maka auditor harus menjalankan pekerjaannya secara profesional. Termasuk saat menghadapi persoalan audit yang kompleks. Auditor harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien, walaupun seberapa tinggi tingkat kompleksitas yang diberikan agar klien merasa puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa auditor yang sama diwaktu yang akan dating (Setyorini, 2011:1).

Pekerjaan audit harus direncanakan dengan matang dan jika menggunakan asisten maka harus dilakukan supervisi yang memadai. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh, pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas (PSA 311,01). Dengan demikian auditor harus merencanakan pekerjaan auditnya sebaik - baiknya, sehingga kemungkinan menanggung risiko yang besar dapat dihindari, sehingga pertimbangan yang diambil untuk menyatakan opini yang sesuai dapat dipertanggungjawabkan. Risiko audit (audit risk) merupakan risiko kesalahan auditor dalam memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara material. Risiko bisnis (business risk) merupakan risiko dimana auditor akan menderita kerugian atau merugikan


(27)

10 dalam melakukan praktik profesinya akibat proses pengadilan atau penolakan publik dalam hubungannya dengan audit (widarsono, 2005:1).

Pengguna laporan keuangan merupakan unsur utama dalam risiko bisnis. Untuk menentukan tingkat kepastian yang diperlukan, auditor terlebih dahulu harus mengidentifikasi pengguna potensial laporan keuangan. Jumlah pengguna laporan keuangan yang lebih besar akan meningkatkan risiko bisnis dan dapat meningkatkan tingkat kepastian yang diinginkan auditor. Kecendrungan lain yang mendorong auditor untuk melakukan penyimpangan pada pelaksanaan prosedur audit yaitu ketika auditor menetapkan bahwa risiko audit rendah, sehingga auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit sementara disisi lain auditor dihadapkan atas anggaran waktu dan biaya yang terbatas misalnya melakukan penyimpangan dengan melakukan pengurangan sampel yang telah di tetapkan dikarenakan keterbatasan faktor ekonomis (waktu dan biaya), hal tersebut dapat menimbulkan kecenderungan auditor untuk mengabaikan prosedur audit yang disyaratkan atau tidak melakukan prosedur audit secara lengkap (Yuliana, dkk., 2009:23).

Kemampuan auditor dalam memberikan opini yang salah akan semakin tinggi, jika salah satu langkah - langkah dalam prosedur audit yang ada dihilangkan, prilaku tersebut akan menyebabkan praktik kesalahan dalam pembuatan opini oleh seorang auditor, hal ini akan sebanding dengan meningkatkan ketentuan hukum atau risiko litigasi. (Yuliana, dkk., 2009:23).

Perkembangan kegiatan bisnispun ternyata mampu mempengaruhi dan membawa perubahan paradigma pelaksanaan audit dari pendekatan dengan


(28)

11 pengendalian ke pendekatan audit berdasarkan Risiko (Pemeriksa No. 93, 2003). Pergeseran fokus audit dari pengendalian ke risiko telah membuat suatu revolusi yang besar dalam pendekatan audit masa kini. Sebagai contoh, The

Institute of Internal Auditor (IIA) dalam standarnya telah menyatakan dengan

tegas bahwa fokus utama pelaksanaan pemeriksaan bukan lagi pada pengendalian (control) tetapi pada risiko. Auditor internal diharapkan dapat mengambil kesimpulan apakah sisa Risiko (residual risk) yang diterima oleh manajemen telah memadai. Disamping itu, IIA juga mengharuskan pengendalian internal suatu organisasi harus memiliki suatu perangkat pengelolaan risiko (risk management) (Widarsono, 2005:3).

Widarsono (2005:3) juga mengungkapkan bahwa Risiko audit yang dihadapi auditor hendaknya terus diusahakan dapat diminimalisir untuk menghindari risiko bisnis yang dihadapi oleh pengguna laporan auditor dan juga bertujuan untuk menjaga reputasi dari auditor itu sendiri. Di New Zealand,

Project Enable‟s mengembangkan pendekatan baru yang bertujuan untuk lebih

memfokuskan audit pada area dimana terdapat risiko audit yang siginifikan, sedangkan untuk area lainnya dilakukan prosedur audit yang minimal. Hal ini membantu dihasilkanya laporan yang lebih terfokus pada ”big picture issues”, yaitu yang dikenal dengan CARKEYS (Control, Analytical Review, Key Item, dan Sampling). (Pemeriksa No. 86:2002).

Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas audit, sulit bagi seseorang namun mudah bagi orang lain (Priyo, 2007:4). kompleksitas audit juga bersifat penting karena kecenderungan bahwa


(29)

12 tugas melakukan audit adalah tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks. Terdapat tiga alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas audit untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan.

Pertama, kompleksitas audit ini diduga berpengaruh signifikan terhadap

kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah audit dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit (Jamilah, ., dkk 2007:10).

Beberapa penelitian sebelumnya berupaya meneliti pengaruh time

budget pressure dengan penurunan kualitas audit. tujuan penelitian -penelitian

tersebut adalah untuk mencari tahu apakah time budget pressure dapat mempengaruhi penurunan kualitas dalam pelaporan audit secara positif atau sebaliknya. Beberapa penelitian tersebut memberikan hasil yang diharapkan bahwa time budget pressure berpengaruh terhadap penurunan kualitas audit. Tetapi, tidak semua penelitian memberikan hasil yang sama. Penelitian ini perlu dilakukan karena bukti secara empiris masih sangat terbatas dalam konteks di Indonesia. Selain itu usaha peningkatan kualitas audit yang dilakukan oleh berbagai lembaga terkait perlu didukung dalam bentuk penelitian akademis (Coram, dkk., 2004:15).

Lebih lanjut dari hasil penelitian yang dilakukan Priyo, (2007:19-20) menunjukkan bahwa interaksi antara kompleksitas audit, tekanan anggaran


(30)

13 waktu dan pemahaman sistem informasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Hadi dan Reeve (1999) yang menyatakan bahwa auditor yang melakukan pemeriksaan pada perusahaan dengan sistem informasi yang berteknologi harus lebih dahulu melakukan review yang komprehensif untuk menentukan langkah program audit. Hal ini berarti akan menambah kompleksitas audit dan anggaran waktu.

Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini menguji variabel -variabel yang mempengaruhi kualitas audit atau dalam hal ini disebut -variabel independen diantaranya time budget pressure, risiko kesalahan dan kompleksitas audit. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Priyo (2007:20). Peneliti tersebut menguji kualitas audit dengan moderasi pemahaman terhadap sistem informasi, serta menguji apakah terdapat kompleksitas audit dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit. Terdapat Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

Pertama, peneliti akan menambahkan satu variabel independen berupa risiko kesalahan. Penulis ingin mengetahui apakah risiko kesalahan yang dilakukan oleh auditor dapat mempengaruhi kualitas dari laporan audit. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya menguji pengaruh faktor kompleksitas audit dan time budget pressure untuk mengetahui apakah terjadi kualitas dalam mengukur kualitas audit, sedangkan penelitian ini menguji faktor situasional lainnya yaitu resiko kesalahan. Kedua, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor


(31)

14 Akuntan Publik di wilayah DKI Jakarta, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel auditor yang bekerja di wilayah Semarang.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil topik penelitian di bidang akuntansi khususnya auditing dengan judul ”Pengaruh Time Budget Pressure, Resiko Kesalahan dan Kompleksitas Audit terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada KAP di DKI Jakarta)”.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh time budget pressure, risiko kesalahan dan kompleksitas audit terhadap kualitas audit ?

2. Variabel Independen manakah diantara time budget pressure, risiko kesalahan dan kompleksitas audit yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap kualitas audit ?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti atas hal - hal sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis pengaruh time budget pressure, risiko kesalahan dan kompleksitas audit terhadap kualitas audit


(32)

15 b. Untuk mengetahui variabel Independen (time budget pressure, risiko kesalahan dan kompleksitas audit) yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap kualitas audit

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)

1) Memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara variabel time budget pressure, risiko kesalahandan kompleksitas audit terhadap perilaku kualitas audit.

2) Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik untuk mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kualitas audit.

3) Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik untuk mengevaluasi prosedur audit dan jangka waktu audit yang ditetapkan. 4) Bagi Ikatan Akuntan Indonesia, hasil penelitian ini menunjukkan

pentingnya acuan prosedur audit yang dapat digunakan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan yang ditunjukkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik

b. Bagi Auditor

Sebagai motivator dalam melaksanakan audit pada perusahaan, sehingga laporan yang dihasilkan dapat segera di laporkan ke BAPEPAM sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan BAPEPAM. Menghindari terjadinya praktik penghentian prematur atas prosedur audit pada saat melakukan audit dengan cara meningkatkan


(33)

16 profesionalisme dan kualitasnya dalam menjalankan prosedur audit yang sesuai dengan Standar Profesionalisme Akuntan Publik (SPAP).

c. Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

Menambah pengetahuan auditor mengenai pengaruh faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas suatu laporan audit, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan akan pentingnya peningkatan kualitas audit yang ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) untuk meningkatkan kualitas audit dan sebagai pedoman bagi auditor untuk tetap memelihara profesionalisme dan indepedensi.

d. Pemakai Laporan Keuangan yang telah diaudit (klien)

Melalui peningkatan kualitas audit secara berkesinambungan, klien dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan keuangan yang berkualitas, handal dan dapat dipercaya yang telah dihasilkan oleh auditor.

e. Bagi Akademik

Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai factor -faktor apa saja yang harus dihindari dalam melakukan proses audit serta Dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.


(34)

17 f. Bagi Mahasiswa

Memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh time

budget pressure, risiko kesalahan dan kompleksitas audit terhadap

kualitas audit.

g. Bagi Penulis

Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dalam menyelesaikan studi program strata satu (S-1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(35)

18 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Umum Atas Audit 1. Pengertian Audit

Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti–bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan apa yang tercermin dari pernyataan Mulyadi (2002:9) mendefinisikan auditing:

“Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil–hasilnya kepada pemakai

yang berkepentingan”.

Audit adalah suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan (Arens, dkk., 2006:4)


(36)

19 Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan tentang karakteristik audit adalah sebagai berikut:

a. Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti atau informasi.

b. Adanya bukti audit (evidence) yang merupakan informasi atas keterangan yang digunakan oleh seorang auditor untuk menilai tingkat kesesuaian informasi.

c. Adanya tingkat kesesuaian (degree of correspondence) dan kriteria tertentu (esthablished criteria).

d. Audit harus dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk melakukan audit. Seorang auditor harus kompeten dan independen terhadap fungsi atau satuan usaha yang diperiksanya. e. Adanya pelaporan dan mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak

yang berkepentingan.

2. Standar Auditing

Merupakan pedoman untuk membantu auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan. Standar audit mencerminkan ukuran mutu pekerjaan audit laporan keuangan (Arens, 2010:42).

Menurut standar audit referensi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), terdiri atas sepuluh standar, dan terbagi dalam tiga kelompok yaitu:


(37)

20 a. Standar Umum

1) Keahlian dan kompetensi teknis yang memadai 2) Sikap mental yang independen

3) Kemahiran profesional dengan cermat dan seksama b. Standar Pekerjaan Lapangan

Merupakan pedoman auditor dalam melaksanankan prosedur audit. Standar pekerjaan lapangan antara lain:

1) Perencanaan Dan Supervisi Audit a) Perencanaan

Merupakan pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan, yang meliputi penentuan: (i) Sifat, luas, dan pelaksanaan audit. (ii) Program audit b) Supervisi

Mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit atau penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah:

(1) Memberikan instruksi kepada asisten.

(2) Menjaga informasi masalah - masalah penting yang dijumpai dalam audit.

(3) Mereview pekerjaan yang dilaksanakan.

(4) Menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor akuntan.


(38)

21 Auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit, menentukan sifat, saat dan ruang lingkup pengujian dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan.

c. Bukti Kompeten Yang Cukup

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. d. Standar Pelaporan

1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2) Laporan auditor harus menunjukkan dan menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip tersebut dalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus


(39)

22 dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan audit serta tujuan yang akan dicapai. Dan secara spesifik standar auditing dikelompokkan menjadi tiga, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum mencakup keahlian, sikap mental independen seorang auditor, dan kemahiran profesional kinerja seorang auditor, dengan standar lapangan yang mencakup Perencanaan dan supervisi audit dan bukti kompeten yang cukup, serta standar pelaporan yang berkaitan dengan pengaturan penyajian laporan hasil audit.

3. Tujuan Audit

Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum. Langkah – langkah untuk menyusun berbagai tujuan audit adalah sebagai berikut (Halim, 2008:147):

a) Memahami berbagai tujuan dan tanggung jawab audit. b) Memecahkan laporan keuangan menjadi berbagai siklus. c) Mengetahui berbagai asersi manajemen tentang akun - akun.


(40)

23 d) Mengetahui berbagai tujuan audit umum atas berbagai akun dan kelas

transaksi.

e) Mengetahui berbagai tujuan audit spesifik atas berbagai akun dan kelas transaksi.

4. Prosedur Audit

Standar pekerjaan lapangan ketiga menyebutkan beberapa prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor dalam mengumpulkan berbagai tipe bukti audit. Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut meeliputi (Mulyadi, 2002:56)

a. Inspeksi

Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Prosedur audit ini banyak dilakukan oleh auditor. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor dapat menentukan keaslian dokumen tersebut.

b. Pengamatan

Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamati auditor adalah karyawan, prosedur dan proses.


(41)

24 c. Permintaan Keterangan

Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter.

d. Konfirmasi

Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.

Disamping auditor memakai prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut, auditor melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Prosedur ini sangat diperlukan bagi asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif (Lestari, 2010:2). Kualitas dari auditor dapat diketahui dari seberapa jauh auditor menjalankan prosedur -prosedur audit yang tercantum dalam program audit.

Generally Accepted Audit Standards (GAAS) yang merupakan

standar audit baku merinci prosedur audit adalah sebagai berikut Elen, dkk., (2001:42):

a. Kegiatan Pendahuluan (Pre-engagement Activities) terdiri dari : 1) Menerima atau menolak klien baru

2) Membuat jangka waktu perjanjian 3) Menetapkan staf audit


(42)

25 b. Aktivitas Perencanaan (Planning activities), terdiri dari 4 langkah, yaitu:

1) Pemahaman tentang bisnis klien, dalam langkah ini auditor harus melakukan:

a) Persiapan evaluasi analitik b) Menaksir risiko

c) Penaksiran atas materialitas

2) Mengevaluasi akuntansi pengendalian intern, dilakukan melalui dua tahap, yaitu :

a) Tahap awal b) Tahap pelengkap

3) Mengembangkan perencanaan audit secara menyeluruh:

a) Menjelaskan kepercayaan yang optimal terhadap pengendalian intern

b) Merancang prosedur compliance test c) Merancang prosedur subtantif d) Pencatatan program audit

4) Kegiatan pengujian kepatuhan, dilakukan melalui dua langkah, yaitu: a) Melakukan pengujian

b) Melakukan evaluasi akhir terhadap pengendalian intern, dengan cara:

(1) Melakukan evaluasi (2) Modifikasi rencana audit


(43)

26 c. Kegiatan Pengujian Subtantif, dilakukan dengan lima langkah, yaitu:

1) Melakukan pengujian subtantive dari transaksi 2) Melakukan prosedur pemeriksaan analitik

3) Memeriksa secara detail terhadap pengujian atas saldo 4) Prosedur pemeriksaan post balance sheets

5) Memeriksa hasil dari prosedur subtantif, dengan cara : a) Penemuan agregatif

b) Melakukan evaluasi

c) Modifikasi perencanaan audit

6) Auditor harus memberikan penjelasan kepada : a) Manajemen

b) Pengacara c) Lainnya

d. Kegiatan Merancang Opini Dan Laporan, dilakukan melalui empat langkah, yaitu:

1) Mengevaluasi laporan keuangan 2) Mengevaluasi hasil audit

3) Perumusan opini

4) Draft dan menerbitkan laporan

e. Kegiatan berkelanjutan, dilakukan melalui enam langkah, yaitu: 1) Mengadakan pengawasan terhadap pengujian


(44)

27 3) Mempertimbangkan kelayakan hubungan dengan klien Melakukan

komunikasi khusus yang diperlukan, mengenai hal berikut: a) Kelemahan yang material dalam pengendalian intern b) Kesalahan yang bersifat material

c) Kegiatan ilegal oleh klien

4) Melakukan konsultasi dengan pihak yang berkompeten tentang masalah - masalah khusus

5) Merancang dokumen kerja, memutuskan dan menyimpulkan dalam kertas kerja yang tepat

Dalam penelitian ini prosedur audit yang digunakan adalah yang ditetapkan dalam Standart Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang menurut Herningsih (2002) mudah untuk dilakukan praktik penghentian prematur prosedur audit, prosedur tersebut adalah :

a. Pemahaman bisnis dan industri klien (PSA No.05 SA Seksi 310, 2001) b. Pertimbangan pengendalian internal (PSA No.69 SA Seksi 319, 2001)

c. Review kinerja internal auditor klien (PSA No.33 SA Seksi 322, 2001)

d. Informasi asersi manajemen (PSA No.07 SA Seksi 326, 2001) e. Prosedur analitik (PSA No.22 SA Seksi 329, 2001)

f. Proses konfirmasi (PSA No.07 SA Seksi 330, 2001) g. Representasi manajemen (PSA no.17 SA Seksi 333, 2001)

h. Pengujian pengendalian teknik audit berbantu komputer (PSA No.59 SA Seksi 327, 2001)

i. Sampling audit (PSA No.26 SA Seksi 350, 2001)


(45)

28 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa prosedur audit merupakan kumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada suatu waktu tertentu saat berlangsungnya proses audit yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaan secara efisien dan efektif. Bukti audit tersebut meliputi inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

B.Time Budget Pressure

Auditor seringkali bekerja dalam keterbatasan waktu, untuk itu setiap KAP perlu membuat anggaran waktu dalam kegiatan pengauditan. Anggaran waktu dibutuhkan untuk menentukan kos audit dan mengukur kinerja auditor (Simamora, 2000:63). Akan tetapi, seringkali anggaran waktu tidak sesuai dengan realisasi atas pekerjaan yang dilakukan, akibatnya muncul perilaku disfungsional yang menyebabkan kualitas audit lebih rendah. Hal ini sesuai dengan Nataline (2007), yang menyebutkan bahwa saat menghadapi tekanan anggaran waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu, fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik - baiknya. Sedangkan, tipe disfungsional adalah perilaku auditor yang membuat penurunan kualitas audit (Setyorini, 2011:15).

Anggaran waktu merupakan hal yang sangat penting bagi semua AKP karena menyediakan dasar untuk memperkirakan biaya audit, pengalokasian staf ke dalam pekerjaan audit, dan sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja auditor (Basuki, dkk., 2006:2).


(46)

29 Tekanan anggaran waktu merupakan gambaran normal dan sistem pengendalian auditor. Tekanan yang dihasilkan oleh anggaran waktu yang ketat secara konsisten berhubungan dengan perilaku disfungsional. Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembahasan waktu anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutiksno, 2005:3). Serta sangat diperlukan bagi auditor dalam melaksanakan tugasnya untuk dapat memenuhi permintaan klien secara tepat waktu dan menjadi salah satu kunci keberhasilan karir auditor di masa depan. Oleh karena itu, selalu ada tekanan bagi auditor untuk menyelesaikan audit dalam waktu yang telah dianggarkan. Auditor yang menyelesaikan tugas melebihi waktu normal yang telah dianggarkan cenderung dinilai memiliki kinerja yang buruk oleh atasannya atau sulit mendapatkan promosi. Kriteria untuk memperoleh peringkat yang baik adalah pencapaian anggaran waktu. Akhir-akhir ini tuntutan tersebut semakin besar dan menimbulkan time pressure (Lestari, 2010:17).

Time Pressure memiliki dua dimensi yaitu time budget pressure

(keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat) dan time deadline pressure (kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya) (Heriningsih, 2001:45).


(47)

30 Fungsi anggaran dalam Kantor Akuntan Publik adalah sebagai dasar estimasi biaya audit, alokasi staf ke masing-masing pekerjaan dan evaluasi kenirja staf auditor Suryanita, dkk., (2007:23). Time Pressure yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada auditornya bertujuan untuk mengurangi biaya audit. Semakin cepat waktu pengerjaan audit, maka biaya pelaksanaan audit akan semakin kecil. Keberadaan time pressure ini memaksa auditor untuk menyelesaikan tugas secepatnya / sesuai dengan anggaran waktu yang telah ditetapkan. Pelaksanaan prosedur audit seperti ini tentu saja tidak akan sama hasilnya bila prosedur audit dilakukan dalam kondisi tanpa time pressure. Agar menepati anggaran waktu yang telah ditetapkan, ada kemungkinan bagi auditor untuk melalukan pengabaian terhadap prosedur audit bahkan pemberhentian prosedur audit (Lestari, 2010:18).

Tekanan anggaran waktu merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang. Tekanan anggaran waktu dalam hal ini, merupakan suatu kondisi dimana auditor diberikan batasan waktu dalam mengaudit. Kondisi ini tidak dapat dihindari auditor, apalagi dengan semakin bersaingnya KAP. KAP harus bisa mengalokasikan waktu secara tepat karena berhubungan dengan kos audit yang harus dibayar klien. Apabila KAP tidak bisa mengalokasikan waktu, sehingga waktu audit menjadi lebih lama maka berdampak pula pada kos audit yang semakin besar. Hal ini akan membuat klien memilih KAP lain yang bisa menyelesaikan tugas auditnya dengan efektif dan efisien (Sososutiksno, 2005:3).


(48)

31 C.Risiko Kesalahan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tekanan anggaran waktu pada perilaku auditor disebabkan oleh risiko dan pentingnya keputusan yang mendasarinya. Ben Zur dan Breznitz (1981), menemukan bahwa keputusan yang diambil oleh auditor cenderung tidak berisiko pada tekanan anggaran waktu yang tinggi. Risiko adalah sebuah variabel penting dalam pelaksanaan audit seperti yang dikemukakan oleh Houston (1999), yang menemukan bahwa pada kondisi tekanan anggaran waktu yang tinggi, anggaran waktu senior audit kurang responsif terhadap peningkatan risiko klien. Penilaian terhadap risiko yang dihadapi oleh auditor secara jelas dinyatakan dalam standar audit yaitu Pernyataan Standar Auditing (PSA) Seksi 312, risiko audit dan materialitas dalam pelaksanaan audit (IAI 2004) dimana risiko audit perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi prosedur tersebut. Pada tingkat saldo atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari:

1. Risiko Bawaan

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait, seperti pengukuran tingkat kompleksitas transaksi, perkembangan teknologi dan operasi, pengamatan laporan audit terdahulu, akun - akun atau transaksi yang sulit di audit.

2. Risiko Pengendalian

Risiko pengendalian adalah risiko salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat


(49)

32 waktu oleh pengendalian intern entitas, maka dapat dilihat berdasarkan struktur organisasi klien tekhnik dalam sitem pengendalian, bukti dan efektifitas pengendalian intern klien.

3. Risiko Deteksi

Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena adanya ketidakpastian. Ketidakpastian ini timbul karena auditor mungkin memilih salah satu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit. Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui perencanaan penerimaan tingkat resiko, pengujian subtantif terhadap resiko usaha klien, hubungan penetapan dengan resiko bawaan dan pengendalian.

PSA Seksi 312 juga menyebutkan bahwa, auditor juga menghadapi risiko praktik profesional lainnya akibat dari tuntutan pengadilan, publikasi negatif atau peristiwa lain yang timbul berkaitan dengan laporan keuangan yang telah diaudit dan dilaporkan. Risiko ini tetap dihadapi oleh auditor meskipun telah melaksanakan tugas berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan telah melaporkan hasil audit atas laporan keuangan dengan semestinya. Hal ini mensyaratkan bahwa meskipun auditor menetapkan risiko pada tingkat yang rendah, auditor tidak boleh melaksanakan prosedur yang kurang luas sebagaimana yang seharusnya (Simanjuntak, 2008:17-20).


(50)

33 D.Kompleksitas Audit

Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas audit. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas audit sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain (Restu dan Indriantoro, 2000). Lebih lanjut Restu dan Indriantoro (2000) menyatakan bahwa kompleksitas muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugas tugas utama maupun tugas - tugas lain. Priyo (2007:4) mengemukakan argument yang sama, bahwa kompleksitas tugas dalam pengauditan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam artian informasi tersebut tidak konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan

2. Adanya ambiguitas yang tinggi, yaitu beragamnya outcome ( hasil ) yang diharapkan oleh klien dari kegiatan pengauditan

Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas tinggi dan sulit sementara yang lain mempersepsikannya sebagai tugas yang mudah (Jiambalvo dan Pratt, 1982). Badan audit research ternama telah mendemonstrasikan bahwa sejumlah faktor level individu terbukti berpengaruh terhadap keputusan seorang auditor (Solomon dan Shields, 1995) dalam (Jamilah, dkk, 2007:10) dan bahwa pengaruh dari keberadaan faktor - faktor ini berubah - ubah seiring dengan meningkatnya kompleksitas tugas yang dihadapi (Jamilah, dkk,, 2007:10). Pengujian sejumlah faktor - faktor terhadap kompleksitas tugas menjadi penting karena dalam tugas audit banyak ditemui persoalan yang kompleks.


(51)

34 Jamilah (2007:10) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan:

1. Kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor

2. Sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas tugas audit

3. Pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit.

Audit menjadi semakin kompleks dikarenakan tingkat kesulitan (task

difficulity) dan variabilittas tugas (task variability) audit yang semakin tinggi

(Gupta dkk, 1999) mendefinisikan kompleksitas tugas sebagai kompleksitas dan kemampuan analisis sebuah tugas dan ketersediaan prosedur operasi standar. Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan dan sulit (Iskandar, 2007:25). Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas yang tinggi dan sulit sementara yang lain memprespsikannya sebagai tugas yang mudah (Jiambalvo dan Pratt, 1982). Kompleksitas tugas pada penelitian ini didefinisikan sebagai tugas yang kompleks, terdiri atas bagianbagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Dalam pelaksanaan tugasnya yang kompleks, auditor junior sebagai anggota pada suatu tim audit memerlukan keahlian, kemampuan dan tingkat kesabaran yang tinggi (Sabarudinsah, 2007:7).


(52)

35 E.Kualitas Audit

Kualitas audit atau Audit quality oleh Kane dan Velury (2005), didefinisikan sebagai tingkat kemampuan kantor akuntan dalam memahami bisnis klien. Banyak faktor yang memainkan peran tingkat kemampuan tersebut seperti nilai akuntansi yang dapat menggambarkan keadaan ekonomi perusahaan, termasuk fleksibilitas penggunaan dari generally accepted

accounting principles (GAAP) sebagai suatu aturan standar, kemampuan

bersaing secara kompetitif yang digambarkan pada laporan keuangan dan hubungannya dengan risiko bisnis, dan lain sebagainya (simanjuntak, 2008:14). Audit sendiri dalam arti luas didefinisikan sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi - asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara asersi - asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil - hasil kepada para pengguna yang berkepentingan. Dari pendapat tersebut dapat digambarkan hal - hal penting sebagai berikut (Simanjuntak, 2008:14).

1. Audit harus dilakukan secara sistematis. Hal ini berarti audit tersebut dilakukan secara terencana dan menggunakan orang – orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai sebagai auditor, serta mampu menjadi independensi dalam sikap mental baik dalam penampilan maupun dalam tindakan.

2. Harus memperoleh bukti - bukti untuk dapat membuktikan hasil investigasi serta mengevaluasi apakah informasi keuangan telah sesuai dengan kriteria dan standar akuntansi yang telah ditetapkan.


(53)

36 3. Menetapkan tingkat kesesuaian atau kewajaran antara asersi - asersi dalam laporan keuangan klien dengan kriteria atau standar yang telah ditetapkan. Kriteria atau standar yang dimaksud adalah sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

4. Menyampaikan hasil - hasil auditannya kepada para pengguna yang berkepentingan (kepada managerial ownership), sehingga para pengguna yang berkepentingan dengan informasi tersebut akan dapat membuat keputusan ekonomi.

Kualitas Audit diartikan oleh De Angelo, 1981 dalam (Simajuntak, 2008:15) sebagai gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaaan yang tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak - pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat. Tidak hanya bergantung pada klien saja.

Kualitas audit terkait dengan adanya jaminan auditor bahwa laporan keuangan tidak menyajikan kesalahan yang material atau memuat kecurangan (Astriana, 2010). De Angelo (1981) dalam Coram, dkk, (2004:10) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dari tingkat kepatuhan auditor dalam melaksanakan berbagai tahapan yang seharusnya dilaksanakan dalam sebuah kegiatan pengauditan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kualitas audit menyangkut kepatuhan auditor dalam memenuhi hal yang bersifat procedural untuk memastikan keyakinan terhadap keterandalan laporan keuangan (Simanjuntak, 2008:15-16).


(54)

37 Kualitas audit adalah pemeriksaan yang sistematis dan independen untuk menentukan aktivitas, mutu dan hasilnya sesuai dengan pengaturan yang telah direncanakan dan apakah pengaturan tersebut diimplementasikan secara efektif dan cocok dengan tujuan. Pasuraman, dkk., (1985), menyatakan bahwa terdapat dua atribut utama yang mempengaruhi kualitas yaitu expected service

dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sudah

memenuhi dengan yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan, begitu juga dengan jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal (Basuki, 2006:8).

Audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan Mulyadi (2002:9).

Simanjuntak (2008:17), menyebutkan bahwa terdapat berbagai dimensi dari kualitas audit. Hal ini dapat dilihat dari hubungan antara komponen kualitas audit yaitu produk yang dihasilkan dari kualitas audit dan pengaruhnya terhadap informasi laporan keuangan. Komponen dari kualitas audit adalah reputasi auditor dan kekuatan monitoring auditor yang didapatkan dari para professional dan literatur akademis. Skema (framework) dari Walkins, dkk., (2004).


(55)

38 Gambar 2.1

Kualitas Audit Frame Work

Kualitas Audit

Produk Kualitas Audit

Sumber: Walkins, dkk., (2004) dalam (Simanjuntak, 2008:17).

Simanjuntak (2008:16) menyatakan bahwa Kekuatan monitoring auditor menggambarkan kemampuan untuk menghasilkan informasi yang meminimalisasi perbedaan kejadian ekonomis yang dilaporkan oleh klien dengan kejadian yang sebenarnya, oleh sebab itu kekuatan dalam melakukan monitoring dilakukan dengan adanya kompetensi dan objektifitas auditor. Reputasi auditor memberikan pengaruh terhadap kredibilitas informasi yang dapat dipahami, hal ini berhubungan dengan pandangan pasar terhadap kompetensi dan objektifitas auditor.

Reputasi Auditor Perceived competence Perceived indepedence

Kekuatan Monitoring Auditor Kompetensi Auditor Indepedensi Auditor

Kredibilitas Informasi Tingkat Kepercayaan Pengguna

Informasi

Kualitas Informasi Bagaimana Informasi Merefleksikan Kejadian

Ekonomi Sebenarnya


(56)

39 F.Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya membahas tekanan angaran waktu berkaitan dengan perilaku disfungsional auditor dan alasan kenapa auditor melakukan tindakan RAQ dalam lingkungan audit (Rhode, 1978; Alderman dan Detrick, 1982; Margheim dan Pany, 1986). Beberapa dari penelitian tersebut mengidentifikasikan secara khusus tindakan RAQ yang dilakukan dan perbedaan tingkatan kejadian. Willet dan Page (1996), melaporkan perbedaan dari tingkatan kinerja pada tiga situasi RAQ. Mereka menyebutkan bahwa auditor cenderunguntuk menolak item yang janggal dari sampel yang ditetapkan, selanjutnya tidak melakukan pengujian terhadap semua sampel yang telah dipilih dan menerima bukti audit yang meragukan.

Malone dan Roberts (1996), menguji pengaruh kareteristik personal, kualitas KAP dan prosedur review, struktur KAP dan persepsi auditor terhadap tekanan anggaran waktu sehubungan dengan tindakan penurunan kualitas audit. Hasil penelitian tersebut menyebutkan perbedaan tingkat kejadian pada enam perilaku penurunan kualitas audit dengan 75% auditor tidak pernah melakukan sign - off, 58% tidak mengikuti isu-isu teknis akuntansi, 52% tidak pernah melakukan review secara mendalam terhadap dokumen pendukung, 50% tidak meneruskan item yang ditanyakan pada kuesioner, sementara 42% tidak pernah menerima penjelasan yang meragukan dari klien hanya 26% yang melakukan pekerjaan dengan kurang normal.

Penelitian yang dilakukan oleh Sososutikno yang berjudul “Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya


(57)

40

terhadap Kualitas Audit”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan

anggaran waktu secara langsung tidak memiliki hubungan negatif terhadap kualitas audit, karena tekanan anggran waktu yang diusulkan pada tingkat tertentu dapat mempengaruhi kualitas audit dan dapat pula tidak mempengaruhi kualitas audit.

Penelitian yang dilakukan Prasita dan Priyo yang berjudul “Pengaruh Kompleksitas Audit, Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit

dengan Moderasi Pemahaman terhadap Sistem Informasi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kompleksitas audit mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit, tekanan anggaran waktu mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit dan interaksi antara kompleksitas, tekanan anggaran waktu dan pemahaman terhadap sistem informasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Dalam evaluasi terhadap proses strategi yang digunakan, beberapa

penelitian menguji factor - faktor yang lebih penting pada kondisi tekanan

waktu, Ben Zur dan Breznitz (1981), menemukan bahwa auditor akan memilih risiko rendah pada tekanan anggaran waktu tinggi dan tidak menggunakan penurunan kualitas audit dalam risiko tinggi. Svenson dan Edland (1987), menemukan bahwa dalam tekanan waktu, auditor memberikan pertimbangan lebih besar kepada atribut yang paling penting dalam pembuatan keputusan, sehingga dalam tekanan anggaran waktu auditor akan mempertimbangkan risiko kesalahan dalam memutuskan apakah menggunakan perilaku penurunan kualitas audit atau tidak.


(58)

41

Penelitian yang dilakukan Engko dan Gudono yang berjudul “Pengaruh

Kompleksitas Tugas dan Locus of Control terhadap Hubungan dan Gaya Kepemimpinan antar Kualitas Kerja Auditor”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kompleksitas tugas, akan menurunkan kualitas kerja auditor.

Penelitian yang dilakukan Simajuntak yang berjudul “Pengaruh Time

Budget Pressure dan Resiko Kesalahan terhadap Penurunan Kualitas Audit

(Reduced Audit Quality) Studi Empiris pada Auditor KAP di Jakarta”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu membuat auditor cenderung untuk melakukan tindakan yang menyebabkan penurunan kualitas audit.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Metode penelitian Hasil Penelitian 1. Nataline (2007)

Pengaruh Batasan Waktu Audit, Pengetahuan Akuntansi dan

Auditing, Bonus serta Pengalaman terhadap Kualitas Auditor pada KAP di Semarang

Sampel: auditor yang bekerja diKAP semarang yang berjumlah 20 KAP dengan total 238 orang Alat uji: regresi

berganda Tahun penelitian (2007)

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, ada pengaruh antara batasan waktu audit, pengetahuan auditing dan akuntansi, pemberian bonus serta pengalaman kerja terhadap kualitas audit pada KAP di Semarang.

2. Sososutiksno (2005) Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap kualitas Audit. Sampel:Responden adalah auditor senior diBPK dan BPKP metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Total 220 kuesioner yang dibagikan, 130 yang dapat digunakan dalam analisis. Tahun penelitian (2005)

Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa variabel independent yaitu

time pressure, risiko audit,

materialitas, prosedur

review dan kontrol kualitas

serta locus of control auditor berpengaruh signifikan terhadap

penghentianprematur atas prosedur audit.


(59)

42 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Nama Peneliti Metode penelitian Hasil Penelitian 3. McNamara dan

Liyanarachchi (2005) Time Badget Pressure and Dysfungsional Behaviour withinan Occopational Stres Model Sample Sampel meliputi 594 auditor, Data dianalisis menggunakan regresi kategoris dengan skala yang optimal

(CATREG) Versi 2 (SPSS Versi 11, 2005).

Time Badget Pressure berpengaruh terhadap Auditor dyfungsional behavior

4. Basuki dan krisna Yunika Mahardani (2006) Pengaruh tekanan anggaran dan waktu terhadap prilaku disfungsional auditor dan kualitas audit pada kantor akuntan public disurabaya

Sampel menggunakan dengan metode non probality sampling dengan teknik sampling aksidental. Uji data menggunakan simple regresi dengan analisis jalur. Populasi pada auditor seluruh KAP disurabaya.tahun (2006)

Hasil penelitian hipotesis ketiga (Ha3) ditolak, artinya tekanan anggaran waktu tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini karena tekanan anggaran dan waktu sudah lumrah dikalangan auditor dan setiap auditor memiliki persepsi berbeda tentang kualitas audit

5. Piter Simanjuntak (2008) Pengaruh Time Budget

Pressure dan Risiko

Kesalahan Terhadap Penurunan Kualitas Audit (RAQ)

Sampel :auditor yang bekerja pada KAP the

big four dan non - big

four.kuesioner yang

disebar 520. Alat uji: SPSS Tahun penelitian: (2008)

Pada tingkat tekanan anggaran waktu tinggi, tingkat risiko kesalahan yang rendah dalam pelaksanaan tugas tidak menyebabkan rendahnya tingkat penurunan kualitas audit 6 Andin Prasita dan

Priyo Hadi (2007) Pengaruh Kompleksitas Audit, Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit dengan Moderasi Pemahaman terhadap Sistem Informasi

Sampel: auditor yang bekerja di KAP

disemarang. Kuesioner 84. Alat uji:regresi sederhana. Tahun penelitian: (2007) Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kompleksitas audit mempunyai pengaruh negative terhadap kualitas audit, tekanan anggaran waktu mempunyai pengaruh negative terhadap kualitas audit dan interaksi antara kompleksitas, tekanan anggaran waktu dan pemahaman terhadap system informasi

berpengaruh positif terhadap kualitas audit.


(60)

43 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Nama Peneliti Metode penelitian Hasil Penelitian 7. Cecilia Engko dan

Gudono (2007) Pengaruh

Kompleksitas Audit, Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit dengan Moderasi Pemahaman terhadap Sistem Informasi

Sampel: 200 kuesioner, ke 20 KAP disurabaya, semarang dan

yogyakarta. Alat uji: metode non probality sampling, purposive sampling. Tahun penelitian : (2007)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kompleksitas audit mempunyai pengaruh negative terhadap kualitas audit, tekanan anggaran waktu mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit dan interaksi antara kompleksitas, tekanan anggaran waktu dan pemahaman terhadap system informasi

berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Sumber: Penelitian Jurnal – Jurnal Terdahulu G.Keterkaitan Antar Variabel

1. Time Budget Pressure Dengan Kualitas Audit

Tekanan yang diberikan oleh manajemen dalam menentukan anggaran waktu diperkirakan merupakan faktor yang terlibat penting dalam perilaku auditor (Rhode 1978; Alderman dan Deitrick 1982). Rhode (1978), menemukan bahwa tekanan anggaran waktu merupakan penyebab potensial dari perilaku penurunan kualitas audit. Penelitian lainnya melaporkan bahwa tekanan anggaran waktu sebagai faktor utama yang mempengaruhi tingkatan dari penurunan kualitas audit (Alderman dan Detrick 1982; Willett dan Page 1996). Namun Malone dan Roberts (1996), tidak menemukan hubungan apapun antara tingkatan tekanan anggaran waktu dan penurunan kualitas audit.


(61)

44 Penelitian ini menduga bahwa perilaku kualitas audit akan meningkat seiring peningkatan tekanan anggaran waktu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kelley dan Margeheim (1990), serta Otley dan Pierce (1996), yang menyebutkan bahwa hubungan antara tekanan anggaran waktu dan perilaku kualitas audit adalah linier walaupun literature psikologi menduga teori U terbalik berhubungan dengan efek tekanan. Dalam konteks ini diduga bahwa semakin tinggi tingkat kualitas audit akan membuat semakin rendah dan tinggi tekanan anggaran waktu.

Pencapaian kinerja sesuai dengan anggaran waktu yang ditetapkan berhubungan negatif dengan prilaku disfungsional auditor, apabila auditor merasa mudah dalam mencapai anggaran waktu maka dapat mendorong auditor untuk tidak melakukan pelanggaran terhadap standar audit dan prilaku-prilaku yang tidak etis yang membuat auditor dapat menghasilkan kinerja buruk yang berakibat pada rendahnya kualitas audit yang dihasilkan (Mcnamara dan Liyanarachchi, 2008:24).

Penelitian Prasita dan Adi (2007) menunjukan bahwa tekanan anggaran waktu memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kualitas audit, sehingga menimbulkan stress yang pada akhirnya mendorong auditor melakukan pelanggaran terhadap standar audit dan mendorong adanya prilaku - prilaku yang tidak etis atau disfungsional yang justru menghasilkan kinerja buruk auditor yang berakibat rendahnya kualitas audit.


(62)

45 Namun penelitian diatas tidak konsisten dengan Basuki dan Mahardani (2007:217) yang meneliti bahwa tekanan anggaran dan waktu tidak memiliki pengaruh negatif yang signifikan secara langsung terhadap kuaitas audit, namun harus melalui perilaku underresponding of time terlebih dahulu. Mereka meyakini, anggaran waktu yang ketat telah dianggap sebagai suatu realita yang tidak dapat dihindari dan merupakan cara untuk mendorong auditor untuk bekerja keras dan efisien. Selain itu, penjelasan yang mungkin untuk hal ini adalah adanya perbedaan persepsi diantara auditor mengenai hakikat kualitas audit itu sendiri. Misalnya dalam suatu proses audit, kontrak sampling 60% namun dilakukan 30%, 6 hari pemeriksaan persediaan namun dilakukan 4 hari, mungkin dianggap masih memenuhi kualitas audit jika oppini yang diberikan tidak salah pada akhir audit.

Penelitian mereka didukung oleh Sososutikno (2003:1122) menurutnya, tekanan anggaran waktu memberikan motivasi positif bila tekanan anggaran waktu ditingkatan pada level yang sangat sulit tapi terlihat dapat dicapai oleh auditor. Begitupun sebaliknya, tekanan anggaran waktu dapat mengurangi motivasi jika ditempatkan pada tingkat cukup sulit tapi tidak dapat dicapai oleh auditor. Maka berdasarkan penelitian Prasita dan Adi (2007), Mc Namara dan Liyanarachchi (2008) serta Coram, Ng dan Woodiliff (2004) peneliti menyatakan hipotesa bahwa takanan anggaran dan waktu diduga akan berpengaruh terhadap kualitas audit.


(63)

46 2. Risiko Kesalahan dengan Kualitas Audit

Penilaian risiko untuk pelaporan keuangan adalah identifikasi manajemen dan analisis risiko yang relevan dengan persiapan laporan keuangan yang sesuai GAAP / Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Berikut adalah proses penilaian risiko, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko, menilai arti penting dari risiko dan kemungkinan terjadinya, menentukan tindakan yang diperlukan untuk mengatur risiko.

Sedangkan pengertian Risiko Audit menurut SA Seksi 312 Risiko

Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, “Risiko Audit adalah

risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang

mengandung salah saji material”. Semakin pasti auditor dalam menyatakan

pendapatnya, akan semakin rendah pula risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya. Begitu juga sebaliknya.

Asna Manulang (2010:10) yang meneliti bahwa tekanan anggaran waktu mempunai pengaruh terhadap berbagai perilaku auditor dalam yang menyebabkan penurunan kualitas audit. Tekanan yang diberikan oleh manajemen dalam mennentukan anggaran waktu diperkirankan merupakan faktor yang terlibat penting dalam perilaku auditor. Hal ini ditunjukan dalam beberapa tingkat tekanan anggaran waktu dan resiko yang di hadapi auditor dalam penugasa audit.

Penelitian terhadap kualitas audit yang berhubungan dengan pengaruh dari berbagai tingkatan tekanan anggaran waktu dapat menggunakan berbagai alternatif pendekatan. Sebuah alternatif pendekatan yang rasional sehubungan dengan perilaku kualitas audit adalah hubungan


(64)

47

kinerja pekerjaan yang dilakukan pada kondisi “risiko rendah” pada saat

penugasan audit. Ragunathan (1991) menemukan bahwa alasan yang paling umum digunakan oleh auditor pada perilaku kualitas audit sehubungan dengan risiko rendah adalah keterbatasan waktu. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan Willet dan Page (1996) menemukan bahwa tekanan anggaran waktu merupakan alasan untuk melakukan perilaku kualitas audit dalam kondisi tingat risiko pekejaan yang rendah, sehingga auditor menentukan bahwa terdapat hal-hal yang merupakan „pekerjaan

yang tidak penting‟. Oleh sebab itu hipotesis kedua diajukan adalah: Ha2: Risiko Kesalahan berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.

3. Kompleksitas Audit Denga Kualitas Audit

Menurut Andini ika setyorini (2011:45) meningkatkan kompleksitas tugas dapat menurunkan keberhasilan tugas. Sebuah tugas menjadi lebih kompleks jika adanya ketidak konsistenan petunjuk dan ketidak mampuan pengambil keputusan dalam mengintegrasikan petunjuk informasi.

Kompleksitas penugasan audit merupakan salah satu faktor penentu kualitas audit. Menurut Libby dan Lipe (1992) dan Kennedy (1993) dalam Marganingsih dan martini (2009:9) menyatakan bahwa kompleksitas penugasan audit sebagai alat untuk meningkatkan kualitas kerja. Hal tersebut dapat mempengaruhi usaha auditor untuk mencapai hasil audit yang berkualitas dengan peningkatkan kualitas kerja.

Marganingsih dan Martani (2009) dalam Sadewa Parama (2011: 37) menjelaskan bahwa kompleksitas tugas tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor dan efeknya terhadap kualitas audit. Menurunya, setiap tugas


(1)

109

Kompleksitas

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 53 100.0

Excludeda 0 .0

Total 53 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.825 6

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

KP1 2.00 .760 53

KP2 2.00 .707 53

KP3 1.94 .691 53

KP4 2.04 .759 53

KP5 2.11 .776 53

KP6 2.17 .753 53

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

KP1 10.26 7.929 .477 .821

KP2 10.26 7.775 .575 .800

KP3 10.32 7.722 .611 .793

KP4 10.23 7.448 .609 .793

KP5 10.15 7.515 .570 .801

KP6 10.09 7.087 .721 .768

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(2)

110

Kualitas Audit

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 53 100.0

Excludeda 0 .0

Total 53 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.857 15

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

KA1 4.08 .432 53

KA2 4.13 .590 53

KA3 4.13 .520 53

KA4 4.08 .549 53

KA5 4.21 .532 53

KA6 3.96 .678 53

KA7 4.09 .564 53

KA8 4.36 .558 53

KA9 4.17 .545 53

KA10 4.21 .600 53

KA11 4.04 .619 53

KA12 4.09 .628 53

KA13 4.08 .549 53

KA14 4.08 .646 53

KA15 4.06 .633 53

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

KA1 57.68 22.453 .604 .844

KA2 57.62 22.278 .447 .850

KA3 57.62 22.663 .440 .851

KA4 57.68 22.261 .492 .848

KA5 57.55 22.406 .481 .849

KA6 57.79 20.860 .612 .841

KA7 57.66 22.575 .414 .852

KA8 57.40 22.090 .517 .847

KA9 57.58 22.132 .523 .846

KA10 57.55 22.406 .413 .852

KA11 57.72 21.899 .488 .848

KA12 57.66 21.767 .503 .847

KA13 57.68 22.107 .523 .846

KA14 57.68 21.299 .569 .843

KA15 57.70 22.292 .405 .853

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(3)

111

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TMP 53 1.00 3.00 2.1989 .53761

RK 53 1.40 3.00 2.3962 .40046

KP 53 1.00 3.00 2.0438 .54135

KA 53 3.27 4.80 4.1172 .33443

Valid N (listwise) 53

Correlations

KA TMP RK KP

Pearson Correlation

KA 1.000 -.327 -.575 -.301

TMP -.327 1.000 .138 .032

RK -.575 .138 1.000 .083

KP -.301 .032 .083 1.000

Sig. (1-tailed)

KA . .008 .000 .014

TMP .008 . .162 .411

RK .000 .162 . .277

KP .014 .411 .277 .

N

KA 53 53 53 53

TMP 53 53 53 53

RK 53 53 53 53

KP 53 53 53 53

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .675a .456 .422 .25421 2.442

a. Predictors: (Constant), KP, TMP, RK b. Dependent Variable: KA

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 2.649 3 .883 13.666 .000b

Residual 3.167 49 .065

Total 5.816 52

a. Dependent Variable: KA

b. Predictors: (Constant), KP, TMP, RK

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 5.813 .269 21.642 .000

TMP -.154 .066 -.248 -2.326 .024 .981 1.020

RK -.435 .089 -.520 -4.875 .000 .975 1.026

KP -.154 .065 -.250 -2.360 .022 .993 1.007


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 8 98

PENGARUH DUE PROFESSIONAL CARE, AKUNTABILITAS, KOMPLEKSITAS AUDIT , DAN TIME BUDGET PRESSURE TERHADAP KUALITAS AUDIT.

0 0 1

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 0 11

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 0 2

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 0 8

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 0 21

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 0 3

Pengaruh Kompleksitas, Time Budget Pressure, Independensi Auditor dan Risiko Kesalahan Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Medan

0 0 17

Skripsi Pengaruh Kompetensi, Independensi, Time Budget Pressure, Time Deadline Pressure, dan Kompleksitas Audit terhadap Kualitas Audit pada KAP di Semarang

0 0 14

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Time Budget Pressure, Time Deadline Pressure, dan Kompleksitas Audit terhadap Kualitas Audit pada KAP di Semarang - Unika Repository

0 0 54