”Nangkih” dan Gambaran Pernikahan Dini Pada Masyarakat Etnis Karo di Desa Suka Dame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang

ABSTRAK

Pernikahan dini di Indonesia bukan merupakan hal yang baru karena memang sudah
ada sejak dulu, tetapi untuk di masa sekarang pernikahan di usia dini sudah
mendapat pertentangan terutama bagi mereka yang menikah di usia sekolah. Orang
tua pada masyarakat karo di desa Suka Dame juga menentang pernikahan dini,
namun tetap banyak di jumpai mereka yang menikah dini di desa ini. Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam tentang nangkih pada
masyarakat Karo, untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung mereka memilih
menikah dini dan untuk mengetahui makna pernikahan itu sendiri bagi mereka yang
memilih menikah dini. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dan tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan kuesioner, serta studi
kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nangkih memang sudah ada pada masyarakat
Karo khususnya di desa Suka Dame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli
Serdang. Nangkih sudah ada dari sejak zaman dahulu kala dan telah diturunkan
secara turun temurun. Nangkih merupakan jalan kompas yang dibenarkan oleh adat
Karo bagi mereka yang ingin menikah tetapi mendapat hambatan dari luar. Namun
nangkih lebih dimaknai negatif, tidak bagus dan menyimpang karena menikah tanpa
meminta izin atau restu dari orang tua terlebih dahulu, sehingga nangkih sangat tidak

dianjurkan untuk dilakukan. Nangkih dalam masyarakat Karo terbagi atas tiga versi,
yaitu: pertama Nangkih yang dilakukan karena tidak direstui orang tua, kedua
nangkih karena terhambat oleh faktor biaya ketiga nangkih yang dinangkihnangkihkan atau disengaja. Pada masa sekarang versi yang paling banyak dijumpai
adalah versi yang pertama dan kedua, sedangkan untuk versi ketiga sudah sangat
jarang ditemui. Pernikahan dini pada masyarakat Karo di desa Suka Dame,
Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang didasari oleh kemauan sendiri
dari individu, walaupun mendapatkan pertentangan orang tua, karena orang tua tidak
menyetujui anaknya menikah dini. Hal ini terbukti dari penelitian ini, dimana 6 dari
8 orang laki-laki (75%) menikah dini dengan cara nangkih dan 22 dari 32 orang
perempuan (68,75%) yang menikah dini dengan cara nangkih. Dimana Sebagian
besar dari mereka setuju jika nangkih dikatakan sebagai media penyelamatan untuk
dapat menikah. Adapun faktor-faktor mereka memilih nangkih yaitu faktor ingin
mandiri, banyak yang putus sekolah, pengaruh teman dan faktor pacaran di usia dini
dan relatif singkat. Adapun makna pernikahan yang melatarbelakangi mereka
menikah dini adalah pernikahan dimaknai sebagai sesuatu yang membanggakan dan
ajang pamer yang menandakan mereka cantik sehingga cepat laku. Namun
pernikahan dinilai sebagai suatu yang berharga dan perlu dijaga sehingga mereka
tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya walaupun mendapat banyak
halangan terutama dari segi ekonominya dimana rata-rata dari mereka yang menikah
dini berpendapatan sekitar Rp.500ribu sampai dengan Rp.2juta per bulannya.

Mereka yang menikah dini merasa menyesal menikah di usia tersebut karena di usia
mereka yang muda, mereka masih ingin menikmati masa muda sehingga 81,25%
yang menikah dini melarang anaknya untuk menikah dini karena tidak ingin
anaknya bernasib sama dengan dirinya dan ingin anaknya melanjutkan sekolahnya
tidak seperti mereka yang rata-rata hanya tamatan SMP dan SMA.
3
Universitas Sumatera Utara