Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Karet Berumur 7, 10 dan 13 Tahun di Kebun Sei Baleh Estate PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) merupakan salah satu
produk non migas yang menjadi sumber pemasukan devisa negara dalam jumlah
besar. Hasil utama tanaman karet adalah getah (lateks). Perkembangan teknologi
dan industri yang semakin maju, menyebabkan penggunaan karet alam yang
semakin luas dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun mengalami persaingan
dengan munculnya karet sintetis, keunggulan karet alam sulit ditandingi
diantaranya elastisitas yang sempurna, tidak mudah panas, dan daya tahan tinggi
terhadap keretakan. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan
yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan
pemakai terbesar karet alam.
Menurut Direktorat Jendral Perkebunan (2014) produksi karet di Indonesia
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2010 produksi karet mencapai 2.734.854
ton dan terjadi peningkatan menjadi 2.990.184 ton pada tahun 2011 dan terus
meningkat menjadi 3.040.376 ton pada tahun 2012 serta pada tahun 2013
produksi karet mencapai 3.180.297 ton. Sektor karet Indonesia mengalami
perkembangan


yang signifikan, hal

ini

terlihat

dari

total

luas areal

perkebunan karet yang terus bertambah dari tahun ke tahun yaitu seluas 3.424.217
hektar pada tahun 2008 menjadi 3.492.042 pada tahun 2013.
PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk merupakan salah satu perusahaan
perkebunan tertua di Indonesia. Sejak awal sebagai perusahaan perkebunan karet,
perusahaan telah berkembang dan diversifikasi menjadi salah satu produsen
terkemuka baik karet alam dan CPO di Indonesia. Pada Desember 2007,

Universitas Sumatera Utara


2

perusahaan telah mengelola sekitar 100.000 ha perkebunan kelapa sawit dan karet.
Mayoritas perkebunan saat ini berada di Pulau Sumatera. PT. Bakrie Sumatera
Plantation, Tbk (Perseroan) berkantor pusat di Kisaran, Kabupaten Asahan,
Provinsi Sumatera Utara dan bergerak di bidang usaha perkebunan kelapa sawit
dan karet serta pabrik pengolahannya (PT. Bakrie Sumatera Plantations, 2015).
Menurut Wijaksono (2012) produksi lateks per satuan luas dalam kurun
waktu tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon karet yang
digunakan, kesesuaian lahan dan agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum
menghasilkan, system dan manajemen sadap, dan lainnya. Damanik, et al. (2010)
menambahkan bahwa umur tanaman juga berpengaruh terhadap produksi karet
karena berkaitan dengan penentuan matang sadap dan manajemen sadap.
Hujan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
karet baik secara langsung dalam hal pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman
yang bervariasi menurut fase perkembangan tanaman, kondisi iklim dan tanah,
maupun secara tidak langsung melalui pengaruh terhadap kelembaban udara dan
tanah serta radiasi matahari. Ketiga faktor lingkungan fisik tersebut erat kaitannya
dengan penyerapan air dan hara serta penyakit tanaman. Jumlah hari hujan yang

tinggi dan merata dapat menyebabkan kondisi daun menjadi sangat rentan.
Akibatnya daun baru yang terbentuk menjadi gugur kembali.
Menurut Damanik et al. (2010) penentuan matang sadap dapat dilihat dari
umur tanaman. Kebun karet yang memiliki tingkat pertumbuhan normal siap
disadap pada umur lima tahun dengan masa produksi selama 25 - 35 tahun.
Namun, hal ini dianggap tidak tepat karena adanya faktor-faktor lain yang juga
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tetapi tidak tampak dan tidak bisa dikontrol

Universitas Sumatera Utara

3

oleh manusia. Seandainya memungkinkan, pohon karet yang masih berumur di
bawah lima tahun pun sudah bisa disadap. Akan tetapi, hampir semua tanaman
rata-rata bisa disadap di atas umur lima tahun. Melihat kekurangan seperti yang
diuraikan di atas maka penentuan matang sadap dengan memperhatikan umur
tanaman hanya dijadikan sebagai dasar, bukan sebagai patokan mutlak. Artinya,
umur menjadi dasar untuk melihat kematangan pohon dengan cara lainnya, yaitu
mengukur lilit batang.
Menurut Sianturi (2001) produktivitas tanaman karet juga bergantung pada

komposisi umur tanaman. Pada umur 5-7 tahun, karet memasuki fase tanaman
menghasilkan, produksi meningkat tiap tahun, dan pada umur 13-15 tahun
produksinya maksimal. Menurut Anwar (2001) estimasi produksi lateks tertinggi
yaitu pada saat tanaman berumur 14 tahun sebanyak 9400 liter/ha. Semakin
bertambah umur tanaman semakin meningkat produksi lateksnya. Mulai umur 16
tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 28
tahun produksinya akan menurun.
Kondisi musim penghujan dan umur tanaman merupakan beberapa
penyebab utama terjadinya fluktuasi yang berpengaruh terhadap penyebaran
produksi karet. Pemahaman terhadap pengaruh unsur cuaca dan umur tanaman
terhadap pertumbuhan dan produksi lateks sangat diperlukan sebagai dasar untuk
memprediksi dan evaluasi terhadap produktivitas karet. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh curah hujan dan hari hujan serta
hubungan korelasi keduanya terhadap produksi karet pada tanaman berumur 7, 10
dan 13 tahun di kebun Sei Baleh Estate PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.

Universitas Sumatera Utara

4


Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan
korelasi keduanya terhadap produksi karet pada tanaman berumur 7, 10 dan 13
tahun di kebun Sei Baleh Estate PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi
keduanya terhadap produksi karet pada tanaman berumur 7, 10 dan 13 tahun di
kebun Sei Baleh Estate PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara dan sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 5, 7 dan 9 Tahun di Kebun Sei Baruhur PT. Perkebunan Nusantara III Persero

0 2 114

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Karet Berumur 7, 10 dan 13 Tahun di Kebun Sei Baleh Estate PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk

1 3 120

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Karet Berumur 7, 10 dan 13 Tahun di Kebun Sei Baleh Estate PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk

0 0 16

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Karet Berumur 7, 10 dan 13 Tahun di Kebun Sei Baleh Estate PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk

0 0 2

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Karet Berumur 7, 10 dan 13 Tahun di Kebun Sei Baleh Estate PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk

0 0 15

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Karet Berumur 7, 10 dan 13 Tahun di Kebun Sei Baleh Estate PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk

0 0 3

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Karet Berumur 7, 10 dan 13 Tahun di Kebun Sei Baleh Estate PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk

0 0 24

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 7, 10, dan 13 Tahun di PTPN III Kebun Huta Padang Kabupaten Asahan

0 0 14

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 7, 10, dan 13 Tahun di PTPN III Kebun Huta Padang Kabupaten Asahan

0 1 2

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 7, 10, dan 13 Tahun di PTPN III Kebun Huta Padang Kabupaten Asahan

0 0 3