Pengolahan dan Karakterisasi Bentonit Alam Aceh Sebagai Pengisi Nanokomposit Polipropilena-Montmorillonit

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bentonit merupakan sumber daya mineral yang sangat melimpah di Indonesia
dan tersebar dibeberapa lokasi yaitu di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan
Sulawesi dengan jumlah cadangan lebih dari 380 juta ton. Ini merupakan asset yang
sangat potensial dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya (Syuhada dkk, 2009).
Bentonit merupakan istilah dalam dunia perdagangan untuk lempung yang
mengandung monmorillonit dan termasuk dalam kelompok dioktohedral. Kandungan
utama bentonit adalah mineral monmorillonit (85%) dengan rumus kimia M x (Al 4x Mg x )Si 8 O 20 (OH) 4 .nH 2 O

(Riyanto dkk, 1994). Kandungan lain dalam bentonit

merupakan pengotor dari beberapa jenis mineral seperti kwarsa, ilit, kalsit, mika dan
klorit. Mineral bentonit ini memiliki diameter kurang dari 2 μm dengan struktur 3
layer yang terdiri dari 2 layer silika tetrahedral dan satu layer sentral oktahedral.
Montmorillonit (MMT) adalah kelompok mineral filosilikat yang memiliki
kemampuan untuk mengembang serta kemampuan untuk diinterkalasi dengan

senyawa organik membentuk material komposit organik-anorganik. Selain itu mineral
ini juga mempunyai kapasitas penukar kation yang tinggi sehingga ruang antarlapis
MMT mampu mengakomodasi kation dalam jumlah yang besar serta menjadikan
MMT sebagai material yang unik (Ogawa dkk, 1992). Berdasarkan sifat fisiknya,
MMT dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: Na-montmorillonit dan Camontmorillonit. Na-montmorillonit memiliki kandungan Na+ yang besar pada antar
lapisnya. dan memiliki sifat mudah mengembang bila direndam dalam air serta akan
terbentuk suspensi bila didispersikan ke dalam air. Untuk Ca-montmorillonit,
kandungan Ca2+ dan Mg2+ relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan kandungan
Na+. Ca-montmorillonit memiliki sifat sedikit menyerap air dan jika didispersikan
kedalam air akan cepat mengendap atau tidak terbentuk suspensi. Oleh karena itu,

1
Universitas Sumatera Utara

2

Na-montmorillonit sering disebut dengan montmorillonit mengembang dan Camontmorillonit disebut dengan montmorillonit tidak mengembang (Wijaya dkk,
2004).
Sampai saat ini pengolahan bentonit menjadi MMT masih terbatas, terutama
dari bentonit alam Aceh. Penelitian yang sudah dilakukan terhadap bentonit Aceh

hanya sebatas penelitian tentang pemanfaatan bentonit seperti untuk pembuatan
katalis (Ramli, dkk, 2003), untuk uji aktivitasnya pada reaksi kimia (Lubis, 2007) dan
bentonit yang digunakan hanya bentonit dari salah satu daerah di Aceh Utara. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengolahan dan karakterisasi bentonit tersebut mengingat
Aceh merupakan daerah yang banyak mengandung bentonit yang mencapai
2.618.224.030,20 ton (Pusat Sumber daya geologi Aceh, 2009) dan penyebarannya
ada di beberapa kabupaten di wilayah Aceh yang sampai saat ini belum dimanfaatkan
secara optimal (Zulfikar,dkk, 2006; Kaelani, dkk, 2007; Lutviansori, dkk, 2007; Putra
dkk, 2009 ).
MMT sekarang ini merupakan mineral yang menjadi perhatian dan
merupakan mineral yang sangat berharga. MMT banyak digunakan dalam berbagai
aplikasi industri karena memiliki aspek rasio yang tinggi, morfologi dalam bentuk
plate, kandungannya yang berlimpah dan hanya membutuhkan biaya rendah dalam
proses pengolahannya. Lapisan silikatnya yang dapat diinterkalat dan dieksfoliasi
menjadikannya banyak digunakan sebagai pengisi nanokomposit untuk meningkatkan
sifat nanokomposit tersebut (Qin, et. all, 2004).
Pada beberapa tahun terakhir, permintaan untuk bahan rekayasa canggih
dalam berbagai aplikasi, seperti sektor otomotif, kedirgantaraan dan bangunan terus
meningkat yang menyebabkan peneliti untuk terus mencari material baru atau
mengembangkan bahan yang sudah ada, yang berdasarkan pada analisis biaya,

pengembangan teknik dan persyaratan kinerja. Hubungan kekuatan dan berat material
adalah salah satu aspek kunci dari pemilihan bahan, dan nanokompositlah yang
memiliki kemungkinan besar bisa memberi bentuk sederhana, pemilihan material
untuk matrik dan penguat dengan biaya rendah, dan aplikasi yang bermanfaat dari

Universitas Sumatera Utara

3

sudut pandang ekonomi (Dobrzański, 2012). Ini didukung oleh perkembangan dari
ilmu dan teknologi nano yang sangat cepat, terutama karena ketersediaan strategi
baru untuk mensintesis nanomaterial. Ikatan antar partikel yang terjadi pada material
nanokomposit memainkan peran penting dalam peningkatan dan pembatasan sifat
material. Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai penggunaan
pengisi ukuran nano untuk meningkatkan

sifat polimer. Hasilnya terbukti bahwa

pengisi nano dapat meningkatkan sifat mekanik (Hasegawa dkk, 1998 dan Bureau,
2001), sifat fire retardant (Manias, 2001), sifat termal ( Zanetti dkk, 2001; Fatimah

dkk, 2006), sifat barrier (Lange dkk, 2003; Pannirselvam et.all., 2008) dan dalam
banyak penelitian polimer nanokomposit, mereka menggunakan MMT sebagi
pengisi.
Banyak penelitian tentang penambahan MMT dalam PP nanokomposit yang
sudah dilakukan juga menunjukkan bahwa MMT dapat meningkatkan beberapa sifat
nanokomposit tersebut seperti halnya dengan pengisi ukuran nano, diantaranya juga
dapat meningkatkan sifat termal ( Leszczynska, 2007), meningkatkan sifat mekanik
(Ding, et. all., 2005 ; Kim, dan Hoang, 2006 ; Sharma, 2009, ; Castel, 2010;
Drozdov, 2010 ; Kord, et.all., 2011 dan Barleany, 2011), meningkatkan sifat fire
retardancy (Wang, et all, 2011), meningkatkan derajat degradasi (Shi., et.all., 2007).
Penggunaan MMT bentuk nanokomposit untuk berbagai material memang sangat
tepat karena partikel MMT ini sebagian besar tersebar dalam bentuk platelet yang
terpisah-pisah. Ketika bentuk eksfoliasi dibentuk, sifat mekanik dan rheologi
nanokomposit meningkat secara dramatis bila dibandingkan dengan polimer murni
(Cipriano dkk, 2009).
Penambahan vitamin E selain MMT dalam penelitian ini untuk meningkatkan
kestabilan dari nanokomposit, seperti beberapa penelitian sebelumnya telah
menggunakan antioksidan atau stabilizer untuk menstabilkan nanokomposit dari
berbagai pengaruh lingkungan (Therias, et all., 2005). Penggunaan antioksidan atau
stabilizer dalam


poliolefin secara komersial dalam rangka untuk memberikan

kestabilan secara efektif untuk polimer baik selama pemrosesan dan fabrikasi atau

Universitas Sumatera Utara

4

untuk stabilitas jangka panjang pada saat produk polimer yang dikenakan dalam
berbagai lingkungan misalnya cahaya, panas dan UV dan faktor eksternal lainnya,
seperti tekanan dan efek pemakaian (Bauer dkk, 1997).
Menurut laporan dari ahli futurologists, konsumsi plastik akan terus
meningkat hingga 2020, dengan tingkat permintaan mencapai 300 juta ton, yang
menunjukkan peningkatan 16% dibandingkan dengan 2010 (Dobrzański, 2012). Dan
polipropilena (PP) merupakan salah satu plastik yang paling banyak digunakan untuk
berbagai keperluan dan dalam jumlah yang sangat besar. tetapi polipropilena ini
mempunyai beberapa keterbatasan baik dari sifat kimia atau sifat fisika, sehingga
aplikasi dari PP juga terbatas (Pannirselvam et.all., 2008). Sifat PP yang non polar,
menyebabkan penggunaannya sangat terbatas dengan teknologi yang ada (Hejazi

et.all., 2010). Untuk mengatasi keterbatasan ini, PP umumnya difungsionalisasi
dengan berbagai monomer termasuk glisidil metakrilat (GMA) dan maleat anhidrida
(MA) (Kim, 2007 ; Dong, et.all., 2010,. Disamping itu, PP juga mempunyai
kelemahan pada kekuatannya yang rendah dan hanya tahan pada suhu rendah. Untuk
mengatasi masalah ini, beberapa peneliti juga telah mencoba memperbaiki sifatnya
dengan pendekatan nano teknologi sehingga dapat meningkatkan stabilitas termalnya
(Bao et.all., 2007).
Keterbatasan lain dari polipropilena pada penggunaannya sebagai kemasan
(Karian, 2003),

(Vasile, 2000), dimana PP kurang resistensi terhadap gas (gas

barrier). PP memiliki sifat penghalang terhadap uap air yang sangat baik, tetapi
mudah diresapi oleh oksigen, karbon dioksida, dan hidrokarbon. Banyak cara untuk
meningkatkan sifat barrier gas dari PP terhadap gas bumi yang melibatkan baik
penambahan plastik penghalang yang lebih tinggi melalui struktur multilayer (coekstrusi) atau dengan memperkenalkan pengisi dengan aspek rasio tinggi dalam
matriks polimer. Namun, dengan cara co-extrusion alami ini melibatkan proses sangat
kompleks dan mahal.
Untuk mendapatkan nanokomposit, lapisan silikat dari MMT dapat dicampur
dengan PP dengan menggunakan interkalasi mencair. Namun, karena perbedaan


Universitas Sumatera Utara

5

polaritas antara PP dan clay, maka sulit untuk mendapatkan struktur eksfoliasi dari
filler dalam matrik polimer selama proses ekstrusi. Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan pencampuran clay dalam PP adalah dengan menggunakan oligomer
fungsional sebagai kompatibiliser. Usuki et.all., (1997), pertama sekali melaporkan
pendekatan baru untuk mempersiapkan PP nanokomposit yang menggunakan
oligomer fungsional (PP-OH) dengan gugus polar OH sebagai kompatibiliser.
Beberapa studi lain juga melaporkan penggunaan polipropilena-graft-maleat
anhidrida (PP-g-MA) sebagai kompatibiliser (Liu dkk, 2001). Metode ini sering
disebut dengan maleation, yang merupakan salah satu metode yang paling banyak
digunakan untuk polimer fungsional, terutama dalam pengolahan reaktif.
Disamping modifikasi dari PP, montmorillonit yang akan digunakan juga
dimodifikasi dengan dengan rantai alkil organik panjang; yang disebut lapisan
organo-silikat modifikasi (OMLS) atau, organo-clay.. Perlakuan organik dari clay ini
akan mengubah montmorillonit yang hidrofilik


menjadi hidrofobik, sehingga

memungkinkan montmorillonit berinteraksi antarmuka dengan beberapa matriks
polimer yang berbeda. Tanpa perlakuan organik ini, montmorillonit tidak akan pernah
menyebar ke polimer dan tetap sebagai partikel berukuran mikron, dan hanya sebagai
pengisi biasa. Senyawa organik yang paling umum digunakan adalah alkilamonium,
yang memiliki berbagai panjang rantai dan adanya gugus fungsi, bisa sebagai amina
primer, amina sekunder, amina tersier atau amina kuarterner. Alkilammonium,
sampai saat ini sangat sukses dalam sintesis dan dalam pengembangan bahan polimer
nanokomposit. (Morgan, 2007).
MMT yang akan digunakan dari penelitian ini adalah hasil dari pengolahan
bentonit alam Aceh dan telah diambil dari tiga kabupaten yang berbeda yaitu Desa
Pantanlah Kecamatan Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah yang merupakan salah
satu daerah di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mempunyai bentonit
dengan ketebalan 1 m luas 20 Ha dan mempunyai sumber daya hipotik sebesar
520.000 ton (Putra dkk, 2009). Tempat kedua yaitu Desa Teupin Reusep Kecamatan
Muara Batu juga merupakan salah satu daerah di Aceh Utara yang mempunyai

Universitas Sumatera Utara


6

bentonit terbanyak dengan sumber daya terukur 10.858.948,1 ton (Kusnadi dkk,
1987). Sedangkan bentonit dari desa Jaboi Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Sabang
merupakan bentonit yang terdapat disekitar gunung berapi (Pusat Sumber Daya
Geologi Aceh, 2009). Penelitian dilakukan dengan beberapa pengujian untuk
menyelidiki karakteristik kimia, fisika dari bentonit alam daerah Aceh sehingga
menjadi montmorillonit nanopartikel dan akan digunakan sebagai filler nanokomposit
PP-MMT. Beberapa uji yang telah dilakukan untuk menganalisa interaksi pengisi
montmorillonit nanopartikel dengan matrik PP adalah FT-IR, uji morfologi
menggunakan SEM, uji struktur menggunanakan XRD, uji termal TG-DTA, dan uji
tarik untuk mengetahui sifat mekanisnya nanokomposit.

1.2 Permasalahan
1. Bagaimanakah proses pengolahan dan karakteristik kimia dan fisika dari bentonit
alam dari ketiga daerah di Aceh sehingga menjadi montmorillonit nanopartikel.
2. Bagaimanakah proses pengolahan dan interaksi dari polipropilena-montmorillonit
daerah Aceh dengan adanya PP-g-MA sebagai kompatibilizer dan oktadecylamine
sebagai pemodifikasi MMT.
3. Bagaimanakah karakteristik kimia, fisika, mekanis dan degradasi termal dari

nanokomposit polipropilena-montmorillonit dari ketiga daerah tersebut.

.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengolah dan mengkarakterisasi
montmorillonit dari bentonit alam dari ketiga daerah di Aceh

sehingga dapat

digunakan sebagai pengisi nanokomposit polipropilena-montmorillonit dengan
adanya PP-g-MA sebagai kompatibilizer dan oktadecylamine sebagai pemodifikasi
MMT.

Universitas Sumatera Utara

7

1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan didapatkan informasi mengenai
karakterisasi montmorillonit dari bentonit alam dari ketiga daerah di Aceh sehingga

dapat dimanfaatkan sebagai pengisi nanokomposit polipropilena-montmorillonit
untuk berbagai aplikasi.

Universitas Sumatera Utara