Jendela Pewara Dinamika 2011l Rekening PNS Gendut

--jsnde
REKENING
PNSGENDUT
AWAL Desemberini, pemberitaan media diramaikan dengansejumlahdugaanrekening PNS
gendut. Ini bukan tentang rekening bank para
PNSyang berbadangendut. Melainkantentang
sejumlah PNSyang disinyalir memiliki rekening
berjumlah besar, berjumlah milyaran rupiah.
PPATKmenemukan sejumlah aliran dana yang
mencurig4kanpada sejumlahPNSbergolongan
rendah dan inasih muda.
Beberapabulan sebelumnya, pemberitaan
serupajuga gencardiberltakan oleh media.Hanya pelakunyadiduga dilakukan oleh sejumlah
petinggi Polri. Hingga kini tidak ada pengusutan dan penyelidikanlebih lanjut. Kasusnyaseolah menguap. Dugaan rekening PNSgendut
pun sepertinya bakal menguap, tergerus oleh
sejumlah berita heboh lainnya.
PNSdenganskalagaji yang telah terukur, sebetulnya kekayaannyajuga terukur. Bagaimana
mungkin PNSmuda yang bergaji (plus berbagai penghasilantambahan lainnya) yang berkisar 5 juta rupaih memiliki rekening milyaran,
memiliki properti mewah, dan membagi-bagikan uang ke sejumlah rekening keluarganya?
Dengansangatmudah, orang bisa menengarai
kalau orang seperti GayusTambunanmemiliki

hal-hal tersebut karena korupsi.
Permasalahannya,tak mudah untuk membuktikannya. Bukankarenaorang-orangseperti GayusTambunan,PNSmuda itu, lihai dalam
menyembunyikan hasil korupsinya tetapi seringkali kasusnyasaling "menyandera".
Sayatidak yakin orang korupsi dilakukan seorang diri. Itu bukan korupsi tetapi mencuri.
Korupsi tampaknya dilakukan secarasistematis dan dilakukan secararamai-ramai sehingga
kalau ada yang tertangkap, cukup satu orang
yang dikorbankan dan melindungi lainnya.
Lemahnyapenegakanhukum dan ringannya
hukuman tindak pidana korupsi, kerapkali dijadikan dasar asumsi mengapa korupsi masih
terus berlangsung. Ada seloroh yang mengatakan orang mau-mau saja korupsi karenajika
tertangkap dan telah menjalani hukuman sekitar satu tahun, setelahitu masih bisa menikmati hasil korupsinya. Bandingkan dengan PNS
yang baik-baik itu harus menutup hutangnya
dengan gajinya yang tak seberapaitu.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan
Ndup sebagai mantan koruptor. Kekayaannya

yang tidak tersita itu masih bisa menghidupinya.
Orang-orangmasih rcspek dan tak ada aspek
penghinaan atas "karir'Lnya sebagaikoruptor.
Bandingkan dengan nasib para mantan atau

prang-orang yang tersangkut G.30.S/1965/PKI.
Merekatakbisa bekerjadi sektorpemerintahan.
Hak-hakpolitilinya dicabut. Bahkananak-anaknya pun susahmencaripekerjaan.Labeleks-tapol
cukup menyengsarakanorang-orang yang terlijuga keturunannya.
bat G.30.S/1965/PKI,
Dari kasus sejarah ini, saya bayangkan hal
semacamitu diberlakukan pada para koruptor.
Mereka itu pada intinya tidak bakal takut melewati sepenggal hidupnya di penjara. Yang
mereka takutkan adalah kemiskinan. Orangorang korup sebagian besar ingin memperkaya diri. Oleh karena itu, jika semua hartanya disita, dibuat miskin, tampaknya akan lebih
membuatnya jera. Juga anak-anakdan suami/
istrinya dibuat miskin denganmenerapkanseperti apa yang dialami anak-anakeks-tapolitu.
Maal itu hanya angan-angansaya.Memang
dosa seseorang tidak bisa dilanjutkan pada
anak-anaknya.Bagaimanamungkin seseorang
melakukan tindak korupsi, keluarganya juga
dikenai hukuman? Tetapi, siapa tahu malah
efektif untuk pencegahantindak korupsi.
Di Jerman pada Perang Dunia II, Hitlerlah
yang memerintahkan pembunuhan terhadap
orang-orang Yahudi yang dikenal dengan istilah holoccusf. Begitulahsejarahmenuliskannya.

MeskipelakunyaHitler dan pasukanNazi,hingga kiniwargaJerman harus menanggungkompensasi terhadap negara Israel dan menanggung dosa-dosaHitler. Merekatetap dianggap
sebagai "pelaku" kejahatan genosida itu. Labelisasi terhadap sikap anti-semit seolah-olah
menjadi stereotip negatif bagi mereka.Begitulah inti buku Holocaust Industry karya Norman
G. Finkelstein (2000).
Apakah kita juga perlu membenci pelaku tindak korupsi dan juga keturunannya? Apakah
kita juga tidak bakal bisa berkelit dari sebuah
sistem yang cenderung korup? Atau malah punya haf,ratterpendam untukmelakukan korupsi
demi anak cucu?

D r.N U R H A D I,
M.H um.
PemimpinRedaksi

P E WA R A D IN A MIK A U I ;[FIf].;Ii i Z.; I I