S SEJ 1200129 Chapter3

37

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan penulis mengenai Tradisi Kawin Gantung Di
Ujung Gebang: Sebuah Kajian Historis Tahun 1970 – 2015 ini adalah penelitian
yang bersifat kualitatif yaitu dengan mengandalkan kajian melalui berbagai
literatur yang relevan dengan pembahasan yang penulis kaji. Literatur yang
penulis gunakan adalah literatur yang sebelumnya telah dilakukan kritik sumber
baik secara internal maupun eksternal terhadap literatur yang didapatkan. Literatur
tersebut terdiri dari berbagai buku, jurnal, artikel dan dokumen lainnya yang
berkaitan dengan segala aspek yang berhubungan dengan tradisi kawin gantung
tersebut.

3. 1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis
dengan pendekatan interdisipliner yang menggunakan bantuan ilmu sosial lainnya
seperti disiplin ilmu sosiologi dan antroplogi. Untuk pengumpulan data yaitu
menggunakan teknik wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi.
Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan

peninggalan masa lampau dan menuliskan hasilnya berdasarkan fakta yang telah
diperoleh yang disebut historiografi (Gottschalk, 1986, hlm.32). Sedangkan
metode sejarah adalah proses untuk mengkaji dan menguji kebenaran rekaman
dan peninggalan-peninggalan masa lampau dengan menganalisis secara kritis
bukti-bukti dan data-data yang ada sehingga menjadi penyajian dan cerita sejarah
yang dapat dipercaya (Ismaun, 2005, hlm. 35).
Menurut Nugroho Notosusanto (Ismaun, 2005, hlm.34) menguraikan ada
empat prosedur/langkah dalam metode historis, yaitu: 1) mencari jejak-jejak masa
lampau, 2) meneliti jejak-jejak itu secara kritis, 3) berusaha membayangkan
bagaimana gambaran masa lampau, berdasarkan informasi yang diperoleh dari
jejak-jejak itu dan, 4) menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi imajinatif dari masa

Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38

lampau itu sehingga sesuai dengan jejak-jejaknya maupun dengan imajinasi
ilmiah.


Dari

definisi-definisi

yang37 diungkapkan di atas maka dengan
menggunakan metode sejarah dalam mengkaji tradisi kawin gantung ini, penulis
dapat mengembangkan daya pikir dan kekritisannya. Dalam menganalisis
rekaman dan bukti-bukti atau dokumen-dokumen serta sumber- sumber lain yang
diperoleh

dari

masa

lampau

yang dapat

dipertangungjawabkan


dalam

penyajiannya.
Pada proses penelitian, penulis menggunakan metode wawancara yaitu
menggunakan metode sejarah lisan dan tradisi lisan. Seperti dalam buku Sejarah
Lisan Konsep dan Metode, secara sederhana sejarah lisan dapat dipahami sebagai
peristiwa-peristiwa sejarah terpilih yang terdapat dalam ingatan hampir di setiap
individu manusia (Dienaputra, 2006, hlm.33). Dalam penelitian ini penulis
melakukan penelitian mengenai sejarah lokal yang kebanyakan sumbernya adalah
sumber lisan. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian sejarah lokal yang
kebanyakan sumbernya adalah sumber lisan yang dilakukan oleh peneliti terhadap
para narasumber yang memang sesuai untuk diajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai tradisi kawin gantung tersebut. Sasaran wawancara pun dipersiapkan
oleh peneliti untuk mendapakan sumber-sumber yang kredibilitas dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sasaran wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti
yaitu kepada sesepuh Desa Ujung Gebang misalnya tokoh masyarakat atau kepala
desa, lebe kawin (orang yang ditunjuk oleh pemerintah desa untuk menikahkan
orang yang ingin menikah), serta masyarakat Desa Ujung Gebang yang
melakukan tradisi kawin gantung.

Sebelum melakukan pemilihan topik, Gray dalam Sjamsuddin (2007,
hlm.90) mengemukakan bahwa ada empat kriteria dalam pemilihan topik, di
antaranya nilai (value), keaslian (originality), kepraktisan (practicality), dan
Kesatuan (unity).
1.

Nilai (value)

Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39

Fokus kajian dalam topik yang dibahas adalah bagaimana Tradisi Kawin
Gantung di Desa Ujung Gebang Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon. Dalam
hal ini penulis mengkaji berbagai bidang kehidupan, yaitu bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan masyarakat Desa Ujung Gebang yang
dapat menyebabkan tradisi ini mengalami perubahan dengan tradisi kawin
gantung sebelumnya yang ada di Desa Ujung Gebang.

Penulis dalam pemilihan topik ini mencoba memperlihatkan bagaimana
tradisi kawin gantung yang ada di Desa Ujung Gebang serta perkembangan tradisi
tersebut sebelum dan setelah adanya pengaruh dari berbagai bidang kehidupan.
Hal yang menarik dalam mengkaji tradisi kawin gantung ini adalah ketika tradisi
ini masih bertahan sampai saat ini meskipun telah mendapatkan pengaruh dari
berbagai bidang kehidupan baik bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan
pendidikan. Selain itu kearifan lokal atau adat istiadat yang dipegang teguh dan
dilestarikan oleh masyarakat Desa Ujung Gebang Kecamatan Susukan Kabupaten
Cirebon meskipun telah mendapat pengaruh. Penulis berusaha memperlihatkan
nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kawin gantung tersebut.
2. Keaslian (originality)
Keaslian (originality) dari proposal skripsi yang dibuat oleh penulis ini
dapat dipertanggungjawabkan dengan dilakukannya pengumpulan sumber
(Heuristik) dari berbagai sumber yang ada, baik itu sumber tertulis ataupun
sumber lisan. Setelah dilakukannya pengumpulan sumber-sumber yang relevan
mengenai tradisi kawin gantung, sumber yang didapatkan oleh penulis tidak
langsung digunakan begitu saja melainkan dilakukan kritik sumber terlebih
dahulu terhadap sumber tersebut baik itu kritik eksternal maupun internal
sehingga didapatkan fakta yang seobjektif mungkin.
Selain dilihat dari pengumpulan sumber dan pengambilan fakta yang

seobjektif mungkin, keaslian topik juga diperlihatkan dengan belum adanya kajian
yang membahas mengenai Tradisi Kawin Gantung Di Ujung Gebang: Sebuah
Kajian Historis Tahun 1970 - 2015.
3. Kepraktisan (practicality)
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

Pemilihan sumber terkait dengan kepraktisan sangat diterapkan dalam
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penulis benar-benar memanfaatkan apa
yang ada di sekitarnya untuk dijadikan bahan kajian sehingga memberi
kemudahan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan kajian tradisi
kawin gantung yang ada di Desa Ujung Gebang Kecamatan Susukan Kabupaten
Cirebon. Topik kajian ini juga berada di daerah tempat tinggal penulis, sehingga
mudah dalam melakukan penelitian dan wawancara kepada narasumber.
Selain mengumpulkan sumber lisan melalui wawancara. Penulis juga
melakukan pencarian sumber tertulis, baik pencarian buku, jurnal, artikel serta
internet yang relevan serta yang mudah ditemukan di perustakaan-perpustakaan

terdekat berbagai Universitas di Bandung dan perpustakaan daerah Jawa Barat,
sehingga hal ini mempermudah penulis di dalam melakukan penelitian. Dari
penjelasan tersebut, maka terlihat dalam memilih topik kajiannya penulis
memperhatikan kepraktisan dalam pemilihan topiknya.
4.

Kesatuan (unity)
Jika dilihat dari kesatuan (unity) maka pemilihan topik dan bahasan yang

disajikan mempunyai kesatuan dengan apa yang dicantumkan dalam topik.
Pembahasannya terfokus kepada tradisi kawin gantung yang di batasi oleh rentang
waktu yang telah ditetapkan sehingga tidak melebar dan keluar dari apa yang telah
ditetapkan oleh penulis. Kemudian jika ditinjau dari pemilihan sumber yang
digunakan pun relevan dan menunjang dalam pengkajian topik yang ada.
Sehingga dalam mengkaji Tradisi Kawin Gantung di Desa Ujung Gebang ini
dapat menghasilkan kesimpulan yang relevan dengan topik kajian.
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam membahas Kawin Gantung
Di Ujung Gebang: Sebuah Kajian Historis Tahun 1970 – 2015 menggunakan
metode historis. Penggunaan metode historis ini lebih lanjut dalam suatu
penelitian dikemukakan oleh Edson dalam Supardan (2007, hlm.306) bahwa:

Metode historis menggambarkan permasalahan atau pertanyaan untuk
diselidiki; mencari sumber tentang fakta historis, meringkas dan
mengevaluasi sumber-sumber historis, dan menyajikan fakta-fakta yang
bersangkutan dalam suatu kerangka interpretatif.
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41

Adapun metode historis menurut Ismaun (2005, hlm. 34) dalam buku
Sejarah sebagai ilmu yaitu berupa heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
Adapun penjelasan dari metode tersebut penulis jelaskan sebagai berikut.
1. Heuristik
Heuristik merupakan langkah awal dalam sebuah penelitian sejarah.
Pengumpulan data sejarah yang digunakan oleh penulis adalah dengan
mengumpulkan sumber tertulis. G.J. Renier dalam Ismaun (2005, hlm.113)
mengemukakan bahwa heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu
ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum.
Heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan,

menangani, dan memerinci bibliografi, atau mengklasifikasi dan merawat catatancatatan. Catatan atau sumber tertulis itu berupa buku-buku, data-data, dan lain
sebagainya, sumber-sumber yang digunakan dalam tahapan heuristik oleh penulis
di antaranya:
a.

Studi Literatur
Dalam studi literatur ini penulis mengumpulkan berbagai sumber yang

sesuai dengan topik yang telah dipilih. Sumber harus relevan dengan topik dan
kajian yang sedang dilakukan. Sumber tersebut berupa buku-buku atau jurnal
ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam melakukan studi literatur ini,
penulis mengunjungi berbagai perpustakaan yang ada di Kota Bandung. Dalam
mengkaji berbagai sumber buku, penulis melakukan analisis terhadap buku yang
telah diperoleh baik secara eksternal ataupun internal sehingga dalam penyusunan
penulisan skripsi ini, penulis menggunakan analisis untuk memperkuat data-data
yang ada dilapangan. Dalam pelaksanaannya, penulis mengkaji berbagai litelatur
baik berupa buku, jurnal, dan artikel mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
masyarakat dan kebudayaan serta mengenai tradisi dalam mengkaji tradisi kawin
gantung yang ada di Desa Ujung Gebang Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon
tersebut.

Sumber tertulis yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi
yang berjudul Tradisi Kawin Gantung di Ujung Gebang: Sebuah Kajian Historis
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

42

Tahun 1970 - 2015 berupa buku, dan artikel yang relevan dari beberapa tempat.
Seperti yang diungkapkan penulis dalam proposal skrispsinya yaitu penulis
mencari dan mengumpulkan sumber-sumber tertulis berupa buku, dokumen, dan
artikel yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Penelusuran sumber
tertulis tersebut dilakukan dengan mendatangi beberapa perpustakaan di sekitar
Kota Bandung, yaitu meliputi perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia,
Perpustakaan Daerah Jawa Barat, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Padjadjaran, Badan Pelestarian Nilai Budaya serta mengunjungi website resmi
yang relevan.
b.

Wawancara

Wawancara adalah alat pengumpul data yang digunakan penulis untuk

mendapatkan beberapa informasi mengenai masalah yang penulis kaji. Informasi
tersebut didapatkan melalui tanya jawab yang dilakukan oleh pewawancara
dengan narasumber yang mengalami atau saksi langsung dalam kejadian langsung
suatu peristiwa. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa
narasumber seperti, sesepuh Desa Ujung Gebang, Kepala Desa Ujung Gebang,
lebe kawin (orang yang ditunjuk oleh pemerintah desa untuk menikahkan orang
yang ingin menikah), dan masyarakat Desa Ujung Gebang.
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (indeph
interview), yaitu suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara denga
informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan
pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama atau berulang (Rahmat, 2009, hlm.6). Teknik
wawancara ini dilakukan penulis agar penulis mendapatkan sumber-sumber
berupa sumber lisan (oral history) dan tradisi lisan (oral tradition) dimana
narasumber mengalami langsung peristiwa pada lokalitas tertentu. Seperti halnya
dengan kajian penelitian ini adalah narasumber dapat mengungkapkan bagaimana
tradisi kawin gantung yang masih dilakukan sampai saat ini di Desa Ujung
Gebang Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon. Dalam melakukan wawancara
tersebut penulis membawa alat untuk menunjang pelaksanaan wawancara, penulis
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

43

menggunakan tape recorder sebagai alat untuk membantu penulis dalam merekam
setiap pembicaraan yang dilakukan oleh pewawancara dan narasumber. Kemudian
hasil rekaman tersebut akan diolah untuk pembahasan berikutnya.
2. Kritik Sumber
Kritik sumber merupakan tahap kedua dalam penelitian sejarah. Fungsi
dari kritik sumber sangat erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka
mencari kebenaran, sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan
apa yang benar dan apa yang tidak benar atau palsu, apa yang mungkin dan apa
yang meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2007). Kritik sumber dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kritik eksternal dan internal.
a. Kritik eksternal
Kritik eksternal lebih banyak dilakukan untuk sumber primer baik lisan
maupun tertulis. Dalam penulisan skripsi ini, kritik eksternal yang dilakukan oleh
penulis yaitu terhadap sumber lisan yang diperoleh. Di dalam mengkaji tradisi
kawin gantung yang ada di Desa Ujung Gebang, penulis melakukan wawancara
dengan beberapa narasumber yang ada di Desa Ujung Gebang yang dapat
dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Penggunaan sumber lisan dengan teknik
wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh data berdasarkan pertimbangan
bahwa periode yang menjadi bahan kajian dalam penulisan ini masih
memungkinkan didapatkanya sumber lisan mengenai perkembangan dan
perubahan tradisi kawin gantung di Desa Ujung Gebang Kecamatan Susukan
Kabupaten Cirebon dari tahun 1970 – 2015. Selain itu, narasumber atau pelaku
yang mengalami, melihat, dan merasakan sendiri peristiwa dimasa lampau yang
menjadi objek kajian sehingga sumber yang diperoleh menjadi lebih objektif dan
narasumber merupakan orang yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan
ucapannya. Dalam hal ini teknik wawancara dalam sejarah disebut sebagai sejarah
lisan (oral history). Sejarah lisan (oral history) merupakan ingatan tangan pertama
atau sumber pertama yang dituturkan secara lisan oleh orang-orang yang
diwawancara sejarawan (Sjamsuddin, 2007, hlm.78).

Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

44

Dalam penulisan skripsi ini penulis melakukan kritik eksternal terhadap
sumber lisan saja. Melihat sumber tertulis yang diperoleh bukanlah sumber
primer. Sedangkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kritik eksternal
tersebut dilakukan terhadap sumber primer. Sehingga dalam hal ini penulis
melakukan kritik eksternal terhadap sumber lisan yang diperoleh dengan melihat
umur narasumber, ingatan dari narasumber tersebut apakah masih baik dan lainlain.
b.

Kritik Internal
Kritik internal dilakukan guna menguji kredibilitas (dapat dipercaya) serta

reabilitas sumber-sumber yang diperoleh. Langkah yang dilakukan dalam kritik
internal adalah dengan cara membandingkan sumber yang satu dengan yang
lainnya. Pada tahap ini penulis mencoba untuk memutuskan apakah sumber lisan
yang diperoleh melalui mewawancarai narasumber dan sumber-sumber literatur
seperti

buku,

jurnal,

maupun

artikel

yang

telah

dikumpulkan

dapat

dipertanggungjawabkan dan bersifat objektif.
Kritik internal pada sumber tertulis tersebut dilakukan dengan melihat
apakah isi buku, ataupun artikel tersebut dapat memberikan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan kaidah keilmuan yang
berlaku. Setelah menganalisis dan membaca seluruh sumber lisan dan tertulis,
penulis juga membandingkan sumber yang satu dengan sumber yang lain apakah
terdapat kesamaan atau perbedaan sehingga dapat dinilai informasi mana yang
dapat dipercaya.
Pada tahap internal ini memang penulis melakukan kredibilitas dari
sumber-sumber sekunder yang didapatkan. Penggunaan kritik internal ini
dilakukan penulis dengan cara membandingkan narasumber satu dengan
narasumber lainnya dan membandingkan banyak buku yang relevan dengan kajian
penelitian yang dilakukannya. Ternyata dalam kritik internal ini, penulis ini
mendapatkan sumber-sumber baik narasumber satu dengan yang lainnya ataupun
literatur-literatur yang sesuai di antara perbandingan buku satu dengan yang lain.
Sehingga penulis mempercayai sumber-sumber yang didapatnya itu adalah
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

45

sumber-sumber yang valid, walaupun disetiap narasumber yang diwawancarai
atau pun buku tersebut memiliki subjektifnya tersendiri karena sumber-sumber itu
independen. Tetapi, dalam pembahasan yang diungkapkan oleh beberapa
narasumber dan buku-buku kajian tersebut memiliki pemaparan fakta yang sama.

3. Interpretasi
Pada tahap ini sumber-sumber yang telah melewati tahap kritik eksternal
ataupun internal kemudian dapat dijadikan sumber sejarah yang dapat
dipertanggungjawabkan. Interpretasi yang dimaksud adalah pandangan dari
penulis terhadap sumber-sumber sejarah yang ditemukan selama melakukan
penelitian. Penulis membuat deksripsi, analisis kritis dan pemilihan fakta-fakta.
Penafsiran

dilakukan

untuk

menghubungkan

konsep-konsep

yang

telah

ditentukan, dengan fakta dan data yang ditemukan dari sumber penelitian.
Dalam

penelitian

ini,

penulis

akan

menggunakan

pendekatan

interdisipliner, sehingga penulis memerlukan ilmu-ilmu bantu lainnya dalam
mengkaji pembahasan ini. Ilmu bantu yang penulis pakai ialah ilmu bantu soiologi
dan antropologi karena dalam membahas perkembangan tradisi kawin gantung
tersebut diperlukan adanya ilmu sosiologi yang membahas mengenai kehidupan
masyarakat dan ilmu bantu antropologi budaya untuk membahas mengenai
kebudayaan masyarakat itu sendiri. Seperti konsep masyarakat, kebudayaan,
tradisi, perubahan sosial budaya, teori crisis rites, teori struktural fungsional, dan
teori interaksionisme simbolik. Ilmu bantu sosiologi dan antroplogi ini sangat
membantu dalam melakukan penelitian ini.
Pada tahap interpretasi kemudian penulis menuliskan pembahasan yang
sesuai dengan masalah yang dikaji mengenai Kawin Gantung Di Ujung Gebang:
Sebuah Kajian Historis Tahun 1970 - 2015.
4. Historiografi
Dalam tahap ini penulis menggunakan pendekatan interdisipliner untuk
membantu dalam merangkai dan menghubungkan fakta yang telah diuji
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

46

kebenaranya. Pendekatan multi aspek yang penulis lakukan di antaranya dengan
melakukan pendekatan terhadap ilmu sosial lain seperti sosiologi, antropologi
kebudayaan dan ilmu lainnya. Selain itu dikarenakan penulis mengungkapkan
mengenai sebuah tradisi kawin gantung di Desa Ujung Gebang maka didalamnya
harus terdapat mengenai konsep-konsep yang diambil dari ilmu sosiologi dan
antroplogi kebudayaan seperti konsep masyarakat dan kebudayaan, tradisi,
upacara-upacara ritual, perubahan sosial budaya, sehingga lebih mudah untuk
mengkaji tradisi kawin gantung tersebut.
Metode interpretasi yang dilakukan sudah sesuai dengan metode penelitian
sejarah yang ada, dimana dengan menggunakan sumber yang sudah ada, seperti
sumber lisan yaitu dengan mewawancarai narasumber dan sumber tertulis juga
dibantu dengan pendekatan yang digunakan maka interpretasi yang dilakukan bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sehingga setelah itu dilakukanlah
historiografi. Tahap akhir ini juga disebut dengan penulisan laporan penelitian
yaitu seluruh hasil penelitian berupa data dan fakta yang telah mengalami proses
sebelumnya dan dituangkan dalam bentuk tulisan yang dikenal dengan istilah
historiografi.
Dalam historiografi, penulis mencoba untuk menghubungkan keterkaitan
antara fakta-fakta yang ada sehingga menjadi suatu penulisan sejarah dalam
bentuk proposal skripsi yang berjudul Tradisi Kawin Gantung Di Ujung Gebang:
Sebuah Kajian Historis Tahun 1970 - 2015. Jika kita perhatikan dari topiknya saja
mengenai tradisi yang masih tetap ada dan dilaksanakan sampai saat ini. Sehingga
dalam penyajianya penulis melakukan analitis-kritis, yaitu suatu penjelasan yang
bertolak kepada problem atau masalah mengenai perubahan presentase yang jadi
kawin gantung.
Tahapan historiografi ini dilakukan penulis dengan penyajian analitiskritis. Sehingga dengan dilakukanya tahapan ini dapat memberikan kontribusi
terhadap permasalahan yang ada dan didapatkan benang merah sekaligus solusi
dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

3. 2 Persiapan Penelitian
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

47

Sebelum melaksanakan penelitian di lapangan, penulis melakukan
beberapa persiapan untuk melakukan penelitian. Penulis dalam hal ini melakukan
berbagai tahapan persiapan terlebih dahulu yaitu penentuan dan pengajuan tema
penelitian, kemudian penyusunan rancangan, mengurus perizinan hingga proses
bimbingan dan penyusunan karya tulis ini. Adapun secara terperinci mengenai
berbagai persiapan penelitian tersebut terdiri dari beberapa langkah-langkah yang
harus dilakukan, yaitu:
3.2.1

Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Penentuan dan pengajuan topik penelitian merupakan suatu hal yang

sangat penting dan kegiatan yang harus dilakukan penulis dalam menulis sebuah
karya ilmiah. Topik penelitian diajukan setelah melakukan langkah-langkah dalam
menentukan pemilihan topik. Awal ketertarikan penulis untuk mengkaji masalah
ini adalah ketika penulis mengobrol dengan kakek mengenai tradisi-tradisi yang
masih tetap ada dan dilaksanakan di sekitar wilayah tempat tinggal penulis.
Diantaranya adalah tradisi mipit pare, munjungan, guar bumi, dan masih banyak
lagi. Dari berbagai tradisi yang disebutkan oleh kakek saya, ada sebuah tradisi
yang menarik perhatian saya yang memang tidak semua wilayah melakukan
tradisi tersebut yaitu tradisi kawin gantung yang ada di Desa Ujung Gebang.
Sehingga penulis tertarik dan memutuskan untuk meneliti mengenai tradisi kawin
gantung yang ada di Desa Ujung Gebang tersebut.
Dengan demikian penulis mengambil topik kajian yang akan diusulkan
kepada tim TPPS mengenai tradisi kawin gantung yang ada di Desa Ujung
Gebang. Tim TPPS bertanya kepada penulis apakah tradisi tersebut masih
dilakukan sampai saat ini, kemudian mempersilahkan penulis untuk mengkaji
topik tersebut karena memang belum ada yang menulis mengenai tradisi tersebut
sebelumnya. Maka dalam hal ini penulis mengajukan judul Tradisi Kawin
Gantung Di Ujung Gebang: Sebuah Kajian Historis Tahun 1970 - 2015. Setelah
itu penulis melakukan konsultasi dengan calon pembimbing sehingga diberikan
berbagai macam masukan. Setelah itu, penulis memantapkan untuk melanjutkan
untuk melakukan seminar skripsi yang dilakukan pada 29 Desember 2015.

Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

48

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah suatu prasyarat bagi penulis yang harus
ditempuh sebelum melakukan suatu penelitian lapangan. Rancangan penelitian
yang penulis buat yaitu dalam bentuk sebuah proposal skripsi yang mulai
direalisasikan ketika penulis merasa tertarik dengan penelitian sejarah lokal
tersebut. Sehingga penulis melakukan pra penelitian pada tanggal 14 Februari
2016. Setelah itu penulis melakukan beberapa kali konsultasi dengan tim TPPS
yaitu Bapak Drs Ayi Budi Santosa, M.Si. Beliau memberikan masukan-masukan
dan hingga akhirnya penulis membuat proposal skripsi dengan judul Tradisi
Kawin Gantung Di Ujung Gebang: Sebuah Kajian Historis Tahun 1970 - 2015.
Proposal tersebut diajukan kepada tim TPPS dan hingga akhirnya diterima sebagai
tindak lanjut pembuatan skripsi.
Sebelum dilanjutkan untuk menjadi sebuah skripsi, penulis melakukan
konsultasi dengan calon pembimbing I yaitu Drs Ayi Budi Santosa, M.Si dan II
yaitu Drs. Syarif Moeis. Dari kedua dosen tersebut diberikan masukan mengenai
latar belakang penelitian, rumusan masalah hingga sistematika penulisan.
Sehingga penulis melakukan beberapa kali revisi dengan tambahan dari kedua
dosen tersebut.
Setelah itu, kemudian ditindaklanjuti dengan penetapan Surat Keputusan
(SK) oleh TPPS dan ketua Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dengan
nomor SK012/TPPS/JPS/PEM/2016. SK yang penulis terima sekaligus juga
sebagai surat penunjukan Bapak Drs Ayi Budi Santosa, M.Si sebagai dosen
pembimbing I dan Bapak Drs Syarif Moeis sebagai dosen pembimbing II.
3.2.3 Mengurus Perijinan Penelitian
Dalam menyusun skripsi dengan masalah penelitian yang dikaji oleh
penulis ini tentunya membutuhkan berbagai sumber yang relevan dalam proses
penelitian baik yang berupa lisan ataupun tulisan. Metode yang digunakan oleh
penulis adalah metode historis dimana penulis harus mengkaji banyak literatur
yang sesuai dengan topik bahasan, maka peneliti harus mencari sumber-sumber
sejarah ke berbagai tempat baik sumber sejarah lisan ataupun tulisan. Dengan
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49

adanya hal tersebut, penulis membutuhkan kelengkapan administrasi berupa surat
pengantar keterangan penelitian.
Sebelum penulis mengurus perizinan, terlebih dahulu penulis memilih dan
menentukan lembaga maupun instansi apa yang dianggap relevan dan dapat
memberikan kontribusi terhadap penelitian yang dilakukan. Setelah menentukan
berbagai instansi terkait, kemudian penulis mengurus surat perizinan mulai dari
tingkat departemen pendidikan sejarah yang disetujui oleh pembimbing I atau
pembimbing II dan ketua departemen sejarah. Kemudian setelah itu diurusi oleh
tingkat fakultas untuk mendapat legitimasi dari dekan FPIPS UPI.
3.2.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Perlengkapan penelitian merupakan salah satu unsur yang penting untuk
kelancaran proses penelitian. Agar mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan
penulis, perlengkapan penelitian ini harus dipersiapkan dengan baik. Adapun
perlengkapan yang dibutuhkan selama penelitian di antaranya:
a. Surat perizinan
b. Kamera
c. Alat perekam suara, dan
d. Buku Catatan
3.2.5 Proses Bimbingan
Konsultasi merupakan suatu proses yang paling penting dilakukan dalam
melakukan penelitian yang hasilnya berupa skripsi. Berdasarkan surat keputusan
yang dikeluarkan oleh Tim Pengembang Penulisan Skripsi (TPPS) no
12/TPPS/JPS/PEM/2016 maka dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini
penulis akan dibimbing oleh Pembimbing I yaitu Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si dan
Pembimbing II yaitu Drs. Syarif Moeis. Dalam hal ini, kompetensi yang dimiliki
oleh kedua dosen pembimbing itu adalah kajian dalam sosiologi antropologi.
Jelaslah tim TPPS menetapkan kedua pembimbing tersebut dalam
membimbing penulis dalam melakukan kajian mengenai tradisi kawin gantung.
Konsultasi ini sangat penting guna mendapatkan masukan atau koreksi yang
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50

dilakukan kedua dosen pembimbing yang memang ahli dalam sejarah
kebudayaan. Dalam melakukan bimbingan, penulis sebelumnya menghubungi
masing-masing dosen pembimbing dan kemudian membuat jadwal pertemuan.

3. 3 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan suatu tahap dimana metode historis
sangat penting dalam tahap pelaksanaan penelitian tersebut. Dalam Hal ini penulis
melakukan tahapan-tahapan dengan menggunakan metode historis untuk
mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Dalam proses pelaksanaan
penelitian ini, penulis melakukan empat tahapan penelitian sesuai dengan metode
historis yang akan dipaparkan sebagai berikut.
3.3.1 Heuristik
Heuristik

merupakan

kegiatan

yang

dilakukan

dalam

rangka

mengumpulkan sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Kegiatan ini dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan berbagai sumber
sejarah, baik berupa sumber lisan ataupun tulisan, dan sumber primer maupun
sekunder. Sumber-sumber yang penulis kumpulkan merupakan sumber lisan
ataupun tulisan yang berkaitan mengenai kebudayaan atau tradisi.
Sumber-sumber sejarah merupakan bahan-bahan mentah mencakup segala
macam evidensi atau bukti yang telah ditinggalkan oleh manusia yang
menunjukan segala aktivitas mereka dimasa lalu baik itu berupa kata-kata yang
tertulis maupun kata-kata yang diucapkan

secara lisan (Sjamsuddin, 2012,

hlm.75). Sumber-sumber sejarah itu dapat berupa artefak, rekaman, kronik,
otobiografi, surat kabar, publikasi pemerintah, catatan harian dan surat pribadi.
Selain itu, sumber sejarah juga dapat dibedakan menjadi sumber tertulis, sumber
lisan, sumber primer dan sumber sekunder yang dapat digunakan dalam proses
penelitian sejarah.
a. Sumber tertulis
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

a) Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia
Pencarian sumber yang pertama dilakukan oleh penulis yaitu dengan
mengunjungi perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia yang mulai
dilakukan sejak awal Januari sampai Februari 2016. Dari perpustakaan
Universitas Pendidikan Indonesia, penulis menemukan beberapa sumber yang
relevan di antaranya adalah:
1) Karya Kaplan yang berjudul Teori Budaya diterbitkan oleh Pustaka Pelajar
2) Karya Koentjaraningrat yang berjudul Pengantar Antropologi diterbitkan
oleh Universitas
3) Karya Dienaputra yang berjudul Sejarah Lisan Konsep dan Metode
diterbitkan oleh Balatin Pratama
4) Karya P. Sajogyo yang berjudul Sosiologi Pembangunan diterbitkan oleh
Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta
5) Karya Kuntowijoyo yang berjudul Budaya dan Masyarakat diterbitkan
oleh Tiara Wacana.
b) Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran
Pencarian sumber yang kedua dilakukan oleh penulis adalah dengan
mengunjungi perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran yang
dilakukan pada tanggal 4 Februari 2016 penulis menemukan beberapa sumber,
diantaranya adalah:
1) Karya Koentjaraningrat yang berjudul Kebudayaan Mentalitas dan
Pembangunan ditebitkan oleh PT. Gramedia
2) Karya Rafael R. Maran yang berjudul Manusia dan Kebudayaan Dalam
Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Diterbitkan oleh PT. Rineka Cipta
c) Badan Perpustakaan Arsip Daerah Jawa Barat (BAPUSIPDA)
Pencarian sumber selanjutnya dilakukan oleh penulis adalah dengan
mengunjungi Badan Perpustakaan Arsip Daerah Jawa Barat yang dilakukan pada
tanggal 18 Februari 2016. Sumber yang ditemukan adalah: Karya Prasetya yang
berjudul Ilmu Budaya Dasar diterbitkan oleh PT. Asdi Mahasatya.
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

52

d) Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB)
Pencarian

sumber

selanjutnya

dilakukan

penulis

adalah

dengan

mengunjungi Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) yang berada di Jalan
Cinambo dilakukan pada tanggal 14 April 2016. Sumber yang ditemukan yaitu
berupa penelitian mengenai perkawinan dan upacara adat yang dapat membantu
penulis dalam penelitiannya. Sumber tersebut diantaranya:
1) Karya Sopandi, M dkk yang berjudul Deskripsi Upacara Adat Tradisional
Pulun-Pulun di Kabupaten Cirebon tahun 1992.
2) Karya Rachmawaty, E.I. yang berjudul Simbol dan Makna dalam Upacara
Adat Perkawinan Sunda di Kabupaten Bandung tahun 2002.
e) Sumber Intenet
Selain mengunjungi tempat-tempat beserta sumber yang penulis temukan,
penulis juga menelusuri internet untuk menemukan jurnal, artikel maupun karya
lainnya yang mampu menunjang penelitian yang penulis lakukan. Salah satu
sumber internet yang ditemukan adalah sebuah jurnal yang ditulis oleh Jaya, P.H.
yang bejudul Dinamika Pola Pikir Orang Jawa di Tengah Arus Modernisasi
tahun 2012.
f) Koleksi Pribadi
Selain sumber-sumber yang penulis peroleh dengan mengunjungi beberapa
perpustakaan, terdapat pula beberapa sumber yang merupakan koleksi pribadi
yang sudah dimiliki penulis untuk menunjang penulisan skripsi. Buku-buku itu
diantaranya:
1) Karya Jacobus Ranjabar yang berjudul Sistem Sosial Budaya Indonesia
Suatu Pengantar diterbitkan oleh CV Alfabeta.
2) Karya Koentjaraningrat yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi
diterbitkan oleh Rineka Cipta.
3) Karya Soerjono Soekanto yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar
diterbitkan oleh Rajawali Press.
4) Karya Nasikun yang berjudul Sistem Sosial Indonesia diterbitkan oleh
Rajawali Pers.
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53

b. Sumber Lisan dan Tradisi Lisan
Dalam pengumpulan sumber lisan ini penulis mencari terlebih dahulu
narasumber yang relevan agar dapat memberikan informasi yang sesuai dengan
topik kajian. Pengumpulan sumber lisan ini penulis menggunakan teknik
wawancara. Teknik wawancara merupakan langkah yang dilakukan oleh penulis
setelah melakukan pencarian sumber buku serta artikel atau jurnal lainnya yang
relevan dengan kajian penelitian. Pencarian sumber lisan merupakan salah satu hal
yang sangat penting dalam melakukan penelitian yang dilakukan oleh penulis
karena sangat membantu dalam menjawab suatu permasalahan yang penulis kaji.
Dalam pencarian sumber lisan (oral history) dan tradisi lisan (oral tradition) ini
penulis menggunakan teknik wawancara. Wawancara ini dilakukan kepada
narasumber yang mengalami dan memahami peristiwa itu terjadi.
Dalam metode historis, bahwa sumber lisan memiliki peranan yang
penting sebagai sumber sejarah. Melalui wawancaralah penulis mencari sumber
lisan. Kuntowijoyo (2006, hlm. 24) mengemukakan bahwa teknik wawancara
merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lisan dari narasumber
sebagai pelengkap dan narasumber tertulis. Begitu pula dengan Koentjaraningrat
yang mengemukakan bahwa apapun wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
baik wawancara secara terstruktur maupun secara tidak terstruktur, yakni sebagai
berikut:
1. Wawancara terstruktur atau berencana yang terdiri dari suatu daftar
pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua
responden yang diselidiki untuk di wawancara diajukan pertanyaan yang
sama dengan kata-kata dan urutan yang seragam.
2. Wawancara tidak terstruktur atau tidak berencana adalah wawancara yang
tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan
dengan susunan kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi peneliti
(Koentjaraningrat, 1994, hlm.138-139).
Dalam melakukan wawancara ini, penulis mengkategorikan narasumber
yaitu sebagai saksi dan pelaku setiap peristiwa. Saksi merupakan yang melihat
dan mengetahui bagaimana peristiwa itu terjadi misalnya masyarakat sekitar.
Sedangkan pelaku merupakan orang-orang yang benar-benar mengalami atau
terlibat langsung dalam peristiwa tersebut seperti institusi pemerintahan atau
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54

sesepuh di Desa Ujung Gebang. Narasumber yang telah diwawancarai oleh
penulis adalah sebagai berikut.
1. Bapak Edeng (70 Tahun). Beliau adalah sesepuh yang mengetahui tradisi
kawin gantung di Desa Ujung Gebang.
2. Bapak Wira (67 Tahun). Beliau adalah sesepuh yang mengetahui dan
memahami serta pelaku tradisi kawin gantung di Desa Ujung Gebang
Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon.
3. Bapak Kurman (70 Tahun). Beliau adalah mantan kuwu di Desa Ujung
Gebang yang mengetahui tradisi kawin gantung. Terutama ketika ia menjabat
sebagai kuwu di desa tersebut.
4. Bapak Drs. Tarudin, M.Si (52 Tahun). Beliau juga mantan kuwu Ujung
Gebang yang masa jabatannya dari tahun 2001 – 2012. Beliau memahami dan
mengerti mengenai kawin gantung dari segi pemerintah desa.
5. Ibu Nurmaidah (42 Tahun). Beliau adalah istri dari lebe nikah periode 2013
sampai sekarang. Beliau sangat paham mengenai tradisi kawin gantung yang
ada di Desa Ujung Gebang.
6. Bapak Raman (38 Tahun). Beliau merupakan masyarakat Ujung Gebang yang
mengerti dan melaksanakan tradisi kawi gantung.
7. Ibu Wasniti (57 Tahun). Beliau adalah anak dari salah satu sesepuh yang
cukup paham mengenai tradisi kawin gantung, serta melaksanakan tradisi
tersebut.
8. Ibu Waspen (52 Tahun). Beliau adalah masyarakat yang melaksanakan tradisi
kawin gantung.
9. Bapak Suryo (50 Tahun). Beliau adalah masyarakat pendatang di Ujung
Gebang, namun beliau juga memahami tradisi kawin gantung dan
melaksanakan tradisi kawin gantung kepada anaknya.
3.3.2 Kritik Sumber
Pada tahap ini penulis berupaya melakukan kritik terhadap berbagai
sumber yang telah penulis temukan baik berupa buku, jurnal, internet, maupun
sumber tertulis lainnya yang dianggap relevan. Sumber-sumber ini dipilih melalui
kritik eksternal dan kritik internal, dimana kritik eksternal merupakan pengujian
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

dengan melihat aspek-aspek luar sumber sejarah, dan kritik internal yang
merupakan pengujian yang dilakukan terhadap isi sumber sejarah. Menurut
Sjamsuddin (2007, hlm.131), bahwa fungsi kritik sumber yakni sejarawan
dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak
benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil.
a. Kritik Eksternal
Pada tahap kritik eksternal ini, penulis hanya melakukan pengkritikan
terhadap sumber lisan yaitu kepada narasumber yang diwawancarai oleh penulis
saja. Sementara kritik terhadap sumber tertulis dilakukan kritik internal saja. Hal
tersebut dilakukan, karena penulis hanya menemukan dan menggunakan buku
yang telah di copy bukan asli seperti arsip. Kritik eksternal ini dilakukan terhadap
sumber lisan yang telah diperoleh oleh penulis, yaitu sebagai berikut:
1. Bapak Edeng (70 Tahun) merupakan narasumber yang mengetahui dan
memahami mengenai tradisi kawin gantung yang ada di Desa Ujung
Gebang. Dalam memaparkan pengetahuannya mengenai kawin gantung
beliau sangat lancar dan juga jelas. Bapak Edeng diwawancarai pada
tanggal 10 Januari 2016.
2. Bapak Wira (67 Tahun) merupakan sesepuh yang paham mengenai tradisi
kawin gantung dari mulai seserahan sampai kawin gantung selesai di Desa
Ujung Gebang Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon. Narasumber
dalam

menceritakan

tradisi

kawin

gantung

ini

sangat

lancar

memaparkannya. Diwawancara pada tanggal 25 Maret 2016.
3. Ibu Nurmaidah (42 Tahun) merupakan seorang istri dari lebe nikah di
Desa Ujung Gebang yang bertugas menikahkan orang yang ingin menikah
termasuk kawin gantung periode 2013 - sekarang. Ibu Nurmaidah ini
sangat jelas dan lancar dalam memaparkan dan menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti kepadanya. Diwawancarai pada tanggal 25 Maret
dan 11 Juli 2016.
4. Bapak Raman (38 Tahun) merupakan masyarakat Desa Ujung Gebang
yang melakukan tradisi kawin gantung, dimana bapak Raman juga
melakukan tradisi kawin gantung ini kepada anaknya yang berumur 10
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

tahun. Ketika diwawancarai oleh penulis mengenai tradisi kawin gantung
tersebut, Bapak Raman ini sangat lancar menjawab apa yang beliau
ketahui dan pahami mengenai tradisi yang ada di desanya tersebut.
Diwawancara pada tanggal 6 Maret 2016.
5. Ibu Wasniti (57 Tahun) merupakan anak dari salah satu sesepuh yang ada
di Desa Ujung Gebang seorang yang berpengaruh besar dalam peestarian
tradisi kawin gantung yakni Bapak Muksin. Ibu Wasniti ini memahami
betul tradisi kawin gantung yang ada di daerahnya. Sehingga ketika
diwawancara oleh peneliti Ibu Wasniti ini menjawabnya dengan lancar dan
jelas dalam memaparkannya. Diwawancarai pada tanggal 25 Maret 2016.
6. Ibu Waspen (52 Tahun) merupakan masyarakat yang melakukan tradisi
kawin gantung dan orang yang cukup memahami juga mengenai tradisi
kawin gantung yang ada di desa tersebut. Ketika diwawancarai beliau
sangat jelas dan lancar dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti. Beliau diwawancara pada tanggal 6 Maret 2016.
7. Bapak Suryo (50 Tahun) merupakan masyarakat yang melakukan tradisi
kawin gantung terhadap anaknya. Meskipun Bapak Suryo ini bukanlah
penduduk asli desa tersebut. Dalam menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti kepadanya, Bapak Suryo ini menjawabnya dengan lancar
serta rinci. Sehingga peneliti juga menjadikan bapak ini sebagai
narasumber. Diwawancarai pada tanggal 26 Maret 2016.
8. Bapak Kurman (70 Tahun) merupakan sesepuh serta mantan kuwu di desa
Ujung Gebang yang menjabat dari tahun 1988 – 1996. Bapak Kurman ini
sebagai pihak pemerintah yang terlibat langsung dalam tradisi kawin
gantung. Dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, Bapak
Kurman ini masih sangat jelas dan memahami tradisi kawin gantung ini.
Selain itu, periode Bapak Kurman menjabat sebagai kuwu relevan dengan
periodesasi kajian peneliti. Sehingga peneliti menjadikan Bapak Kurman
sebagai narasumber. Diwawancari pada tanggal 9 April 2016.
9. Bapak Drs. Tarudin, M.Si (52 Tahun). Narasumber merupakan mantan
kuwu Desa Ujung Gebang yang menjabat dari tahun 2001 – 2012. Dalam
memaparkan pemahamannya mengenai tradisi kawin gantung sangat
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

lancar dan jelas. Sama halnya dengan bapak Kurman, Bapak Tarudin juga
mantan kuwu yang menjabat di tahun 2000an yang juga relevan dengan
periodesasi kajian penelitian. Sehingga penulis juga menjadikan bapak
Drs.

Tarudin,

M.Si

sebagai

narasumber

untuk

penelitiannya.

Diwawancarai pada tanggal 9 April 2016.
b. Kritik Internal
Kritik internal yang dilakukan penulis disini adalah mengenai kredibilitas
dari suatu sumber yang telah ditemukan baik berupa lisan ataupun tulisan. Pada
tahap ini penulis melakukan perbandingan terhadap buku-buku yang penulis
gunakan dan narasumber yang telah dilakukan wawancara. Sumber-sumber yang
akan dijadikan sebagai rujukan dalam penulisan skripsi ini akan diuji kebenaran
isinya dengan kenyataan yang ada. Kritik internal yang dilakukan oleh penulis
terhadap sumber-sumber yang akan digunakan adalah sebagai berikut.
Perbandingan isi sumber, penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh
Koentjaraningrat (1972) yang berjudul Beberapa Pokok Antropologi Sosial
dengan studi di lapangan yang penulis lakukan. Perbedaan tersebut terlihat dalam
buku dijelaskan bahwa ketika sebuah tradisi tersebut sudah tidak sesuai dengan
dahulu atau mengalami perubahan maka akan terjadi pergolakan di dalam suatu
masyarakat tersebut. Tradisi kawin gantung yang ada di Desa Ujung Gebang
Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon merupakan tradisi menjodohkan anak
mereka dengan anak dari keluarga yang baik-baik. Tradisi kawin gantung juga
bertujuan untuk menjaga dan mempererat tali silaturahmi di antara dua keluarga
tersebut. Ketika kawin gantung tersebut tidak sampai kepada pernikahan resmi
atau gagal di tengah jalan baik itu pemutusan dari pihak laki-laki ataupun dari
pihak perempuan, maka dalam buku “Beberapa Pokok Antropologi Sosial”
dijelaskan bahwa semakin banyak perubahan yang terjadi maka akan terjadi
pergolakan di dalam masyarakat tersebut. Seperti dalam kawin gantung, semakin
banyaknya masyarakat yang memutuskan untuk tidak melanjutkan kawin gantung
tersebut sampai kepada pernikahan resmi, maka hal tersebut akan terjadi
pergolakan di dalam masyarakat yang diakibatkan karena keluarga yang
diputuskan merasa sakit hati.
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

Namun hal tersebut tidak sejalan dengan yang penulis temukan di
lapangan. Ketika salah satu keluarga dalam kawin gantung memutuskan untuk
tidak melanjutkan kawin gantung tersebut kepada pernikahan resmi atau cerai di
tengah jalan, maka keluarga yang diputuskan tidak lah merasa sakit hati. Kedua
keluarga tersebut tetap menjaga tali silaturahmi dengan baik. Sehingga dengan
demikian hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi pergolakan di dalam
masyarakat seperti yang dijelaskan dalam buku Beberapa Pokok Antropologi
Sosial.
Buku lain yang ditulis oleh Robert H. Lauer yang berjudul Perspektif
Tentang Perubahan Sosial dilakukan kritik internal. Isi dari buku tersebut
menjelaskan pemahaman mengenai perubahan. Selain itu di dalamnya
memaparkan mengenai mekanisme suatu perubahan seperti hal nya bagaimana
cara teknologi dan ideologi mempengaruhi perubahan. Buku ini mengatakan
bahwa perubahan terjadi dimana-mana dan normal. Karena itu, masalah
peerubahan sosial lebih masalah tingkat perubahan yang berbeda ketimbang
masalah ada atau tidaknya. Begitupun buku lain yang ditulis oleh Nasikun yang
berjudul Sistem sosial Indonesia yang menyatakan bahwa masyarakat haruslah
dilihat sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang saling berhubungan satu
sama lain. Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi diantara bagianbagian tersebut adalah bersifat ganda dan timbal balik. Sekalipun integrasi sosial
tidak dapat dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial
selalu cenderung bergerak kearah ekuilibrium yang bersifat dinamis: menanggapi
perubahan-perubahan yang datang dari luar dengan kecenderungan memelihara
agar perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sistem sebagai akibatnya hanya
akan mencapai derajat yang minimal.
Sumber lain yang dilakukan kritik internal oleh penulis adalah dengan cara
melakukan kritik internal terhadap narasumber yang telah diwawancarai oleh
penulis. Pernyataan dari pihak sesepuh Desa Ujung Gebang Kecamatan Susukan
Kabupaten Cirebon yaitu Bapak Edeng (70), Bapak Suryo (50), Bapak Kurman
(70), dan Bapak Raman (38) memiliki pernyataan yang sama mengenai tradisi
kawin gantung yang ada di Desa Ujung Gebang. Tradisi kawin gantung ini
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

59

merupakan sebuah tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun yang sudah
sangat melekat pada masyarakat Desa Ujung Gebang. Tradisi kawin gantung
tersebut merupakan tradisi yang sakral dan tidak bisa ditinggalkan begitu saja oleh
masyarakat Desa Ujung Gebang.
Begitu juga dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Ibu Nurmaidah
(42) dan Ibu Waspen (52), mereka mengungkapkan bahwa tradisi kawin gantung
yang dilaksanakan di Desa Ujung Gebang dari dahulu sampai sekarang telah
mengalami perubahan di dalamnya. Salah satu yang mempengaruhi perubahan
tersebut adalah karena sekarang anak pergaulannya tidak hanya di desa tersebut
saja. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang menemukan pasangan di luar desa
tersebut dan memutuskan untuk tidak melanjutkan kawin gantung sampai kepada
pernikahan resmi. Sedangkan pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak Wira
(67) dan Ibu Wasniti (57) adalah semua masyarakatnya senantiasa melakukan
tradisi ini secara kesadaran dalam diri masyarakatnya. Tradisi kawin gantung ini
tidak hanya sebagai tradisi yang diturunkan secara turun temurun saja, melainkan
juga sebagai jati diri bagi masyarakat Ujung Gebang. Sehingga perlu dijaga dan
dilestarikan keberadaannya.
3.3.3 Interpretasi
Interpretasi merupakan tahap selanjutnya ketika penulis telah melakukan
kritik eksternal dan internal terhadap sumber-sumber yang telah ditemukan.
Dalam tahap ini penulis melakukan analisis terhadap sumber yang telah dilakukan
kritik eksternal dan internal. Dari beberapa narasumber seperti sesepuh Desa
Ujung Gebang Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon pihak pemerintah dan
masyarakat bersama-sama mempunyai pandangan yang sama bahwa tradisi kawin
gantung yang ada di Desa Ujung Gebang adalah sebuah tradisi yang telah ada
sejak lama dan dilakukan secara turun temurun serta tidak bisa begitu saja
ditinggalkan.
Dalam proses interpretasi sejarah, peneliti berusaha mencapai pengetian
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa. Interpretasi dapat dilakukan
dengan cara membandingkan data guna menyingkap peristiwa-peristiwa mana
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60

yang terjadi dalam waktu yang sama. Untuk menge