S SEJ 1200129 Chapter5

112

BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1

Simpulan
Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai Tradisi Kawin Gantung

Di Ujung Gebang: Sebuah Kajian Historis Tahun 1970 - 2015, maka terdapat
empat hal yang ingin penulis simpulkan. Pertama, tradisi kawin gantung yang ada
di Desa Ujung Gebang merupakan tradisi yang sudah ada sejak lama, yakni telah
ada lebih dari satu abad lamanya yang diturunkan secara turun temurun oleh
leluhurnya kepada masyarakat pendukungnya. Seluruh masyarakat Ujung Gebang
melaksanakan tradisi tersebut, karena mereka meyakini bahwa tradisi yang telah
lama ada tersebut tidak bisa begitu saja ditinggalkan. Masyarakat Ujung Gebang
juga mempercayai hukum alam. Ketika mereka tidak melaksanakan tradisi yang
telah diwariskan maka akan ada sesuatu yang terjadi atau celaka baik itu kepada
dirinya sendiri atau pun terjadi kepada desa tersebut.
Tradisi kawin gantung merupakan tradisi mengawinkan anak yang berusia

masih kecil, karena syarat dilakukannya kawin gantung adalah belum akil baligh
bagi anak laki-laki dan belum menstruasi bagi anak perempuan. Selain itu, kawin
gantung yang ada pada masyarakat Ujung Gebang merupakan sebuah syarat
ketika akan diadakan khitanan untuk anak laki-laki dan rasulan untuk anak
perempuan. Ketika anak tersebut akan di khitan atau pun di rasul apabila mereka
tidak mempunyai pasangan, maka mereka tidak bisa melaksanakan khitanan atau
rasulan tersebut.
Kedua, tradisi kawin gantung di Desa Ujung Gebang telah memiliki
perubahan makna dan tujuan dari tahun ke tahun. Meskipun perubahan yang ada
termasuk ke dalam perubahan yang lambat karena perubahan tersebut
memerlukan waktu yang lama dan perubahan yang terjadi hanya perubahan kecil
saja. Perubahan yang terjadi yaitu mengenai diadakannya kawin gantung itu
sendiri serta persentase kawin gantung yang berlanjut sampai kepada pernikahan
resmi ketika mereka telah dewasa.
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

112


113

Selain sebagai syarat ketika akan di khitan atau di rasul, tujuan dari
diadakannya kawin gantung dari tahun 1970-1994 tersebut adalah sebagai ajang
perjodohan. Setiap orang tua menginginkan anaknya mendapatkan jodoh yang
terbaik sehingga tidak heran para orang tua mencarikan jodoh utnuk anaknya.
Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya yakni mulai tahun 1995 ketika sudah
mulai terjadinya perubahan terhadap pola kehidupan serta tradisi kawin gantung
sampai sekarang, tujuan dari kawin gantung itu tidak hanya sebagai ajang
perjodohan saja. Tetapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya yang dilaksanakan
oleh masyarakat pendukungnya. Tradisi kawin gantung ini sudah seperti jati diri
dari masyarakat Ujung Gebang.
Ketiga, perubahan yang terjadi terhadap tradisi kawin gantung yang ada di
Desa Ujung Gebang dipengaruhi oleh berbagai bidang kehidupan, yaitu bidang
pendidikan, bidang sosial-politik, dan bidang ekonomi. Pendidikan yang ada di
Desa Ujung Gebang telah mengalami kemajuan dari sebelumnya, sebelum tahun
1995 masyarakat Ujung Gebang kebanyakan hanya bersekolah sampai pada
tingkat Sekolah Dasar karena sarana pendidikan yang ada pun terbatas yakni
hanya sampai Sekolah Dasar. Ketika ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi harus menempuh jarak yang jauh, dikarenakan keberadaan Sekolah

Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas hanya ada di kecamatan dan
kabupaten. Tidak hanya itu, pola pikir masyarakat Ujung Gebang yang masih
rendah terhadap pendidikan mengakibatkan masyarakat Ujung Gebang tidak
bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Hal tersebut mengakibatkan tingkat pendidikan pada masyarakat Ujung
Gebang masih sangat rendah. Kebanyakan dari mereka dipaksa oleh orang tuanya
untuk menikah setelah lulus dari Sekolah Dasar. Sehingga persentase kawin
gantung yang berlanjut sampai kepada pernikahan resmi mencapai 80-90 persen.
Sedangkan setelah tahun 1995 sarana prasana sudah mulai diperbaiki, dari mulai
adanya listrik, perbaikan akses jalan menuju Desa Ujung Gebang, serta sarana
pendidikan yang ada sudah lebih baik yakni di desa tersebut sudah tersedia sampai
jenjang Sekolah Menengah Pertama. Banyak dari mereka mengenyam pendidikan
yang lebih tinggi karena mereka menyadari pentingnya pendidikan. Sehingga hal
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

114

tersebut mengakibatkan berubahnya persentase kawin gantung yang jadi sampai

kepada pernikahan resmi hanya 40-50 persen.
Berikutnya yang menyebabkan perubahan dalam tradisi kawin gantung di
Desa Ujung Gebang dapat dilihat dari faktor sosial-budaya. Adanya modernisasi
menyebabkan kemajuan teknologi dan informasi tak terkecuali pada masyarakat
Ujung Gebang. Kemajuan teknologi menyebabkan masyarakatnya berkomunikasi
dengan masyarakat luas di luar sana. Tidak hanya itu, dengan mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi membuat masyarakatnya berkomunikasi dengan
masyarakat di luar desa tersebut yang mempunyai banyak karakter. Banyaknya
teman dan kenalan di luar desa menyebabkan mereka tidak hanya berkomunikasi
dan bergaul dengan teman satu desa saja. Hal tersebut menyebabkan masyarakat
Ujung Gebang mempunyai pola pikir yang baru atau yang berbeda mengenai
kawin gantung. Tidak sedikit dari mereka yang tertarik untuk mempunyai
pasangan yang berada di luar desa. Sehingga hal ini berpengaruh terhadap tradisi
kawin gantung itu sendiri, persentase kawin gantung yang jadi sampai kepada
pernikahan resmi berkurang karena dengan bertemunya dengan teman baru
mengakibatkan banyaknya kawin gantung yang gagal atau bercerai karena merasa
tidak cocok.
Bidang ekonomi merupakan bidang selanjutnya yang menimbulkan
perubahan dalam tradisi kawin gantung. Perekonomian masyakat Ujung Gebang
lebih baik setelah diperbaikinya akses jalan menuju Ujung Gebang dibandingkan

dengan sebelum tahun 1995. Hal tersebut berdampak pula terhadap tradisi kawin
gantung, karena dengan ekonomi yang lebih baik mengakibatkan semakin mudah
pula dalam mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Letak sekolah dengan
jenjang yang lebih tinggi dan jaraknya yang tidak dekat membutuhkan biaya yang
tidak sedikit, namun dengan perekonomian yang lebih baik hal tersebut tidaklah
menjadi masalah. Sehingga hal ini pula akan mengakibatkan masyarakatnya
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan tidak sedikit yang bekerja di luar desa
Ujung Gebang dan mendapatkan pasangan di luar. Dengan demikian, bidang
ekonomi juga merupakan salah satu yang mengakibatkan berubahnya persentase
kawin gantung yang berlanjut sampai kepada pernikahan resmi.
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

115

Keempat, upaya melestarikan tradisi kawin gantung secara tidak langsung
dilakukan oleh seluruh masyarakat Ujung Gebang. Hal tersebut terlihat dengan
tidak adanya satu orang pun yang meninggalkan tradisi tersebut bahkan yang
sedang merantau sekalipun. Mereka pulang terlebih dahulu untuk melaksanakan

kawin gantung anaknya di Desa Ujung Gebang, selain itu syarat untuk
melaksanakan khitan dan rasul pada masyarakat Ujung Gebang harus mempunyai
pasangan. Sehingga hal tersebut mengakibatkan tradisi kawin gantung tersebut
masih ada dan tetap dilaksanakan sampai saat ini oleh seluruh masyarakat Ujung
Gebang. Kemudian masyarakatnya mempercayai dengan adanya hukum alam,
mereka mempercayai bahwa sesuatu hal bisa terjadi baik itu celaka atau musibah
ketika tradisi yang telah lama tidak dilaksanakan. Maka dari itu sampai saat ini
tradisi kawin gantung yang ada di Desa Ujung Gebang masih tetap ada dan
dilaksanakan oleh masyarakat pendukungnya.

5.2

Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran atau

rekomendasi yang akan disampaikan oleh penulis, di antaranya:
a. Dunia Pendidikan
Keberdaan tradisi kawin gantung sampai saat ini memperlihatkan bahwa
tradisi tersebut bisa bertahan di tengah arus globalisasi. Hal tersebut didukung
oleh masyarakat serta pihak yang terkait di dalamnya. Tradisi kawin gantung ini

juga bisa dijadikan pembelajaran kepada siswa mengenai tradisi lokal yang masih
ada sampai saat ini di Indonesia. Selain itu untuk membekali calon guru sejarah
khususnya dalam memberikan atau menyampaikan materi mengenai sejarah lokal
serta pengaruh Hindu yang kemudian berdifusi dengan Islam sehingga lahirlah
masyarakat tradisional di Indonesia.
b. Pemerintah Desa Ujung Gebang
Tradisi kawin gantung yang ada di Desa Ujung Gebang merupakan
sebuah warisan budaya lokal Indonesia yang patut untuk dijaga dan dilestarikan
keberadaannya. Peran pemerintah dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk
Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

116

membantu supaya tradisi tersebut tidak sampai punah. Namun pengalaman
penulis dalam mencari sumber rujukan mengenai tradisi kawin gantung, terutama
dalam bentuk ilmiah baik itu dalam bentuk skripsi, jurnal ataupun buku dirasa
cukup sulit dikarenakan belum ada yang meneliti mengenai tradisi kawin gantung
sebelumnya. Sehingga dalam hal ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah

desa ataupun dinas kebudayaan setempat adalah pendokumentasian mengenai
tradisi kawin gantung yang ada di Desa Ujung Gebang tersebut. Sehingga ada
bukti tertulis mengenai tradisi tersebut untuk selanjutnya diturunkan kepada
generasi-generasi berikutnya, tidak hanya melalui tradisi lisan atau oral tradition
dan sejarah lisan atau oral history saja.
c. Masyarakat Ujung Gebang
Selain peran pemerintah, peran masyarakat pun tidak kalah pentingnya
dalam hal ini. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat cukup penting dalam
melestarikan tradisi kawin gantung tersebut. Apalagi tradisi kawin gantung ini
merupakan sebuah tradisi yang muncul dari bawah ke atas. Meskipun sampai saat
ini peran masyarakat sudah cukup baik yakni tetap melaksanakan tradisi tersebut
berdasarkan kesadaran diri sendiri. Akan lebih baik masyarakat Ujung Gebang
khususnya

para

sesepuh

bekerjasama


dengan

pemerintah

desa

untuk

mendokumentasikan tradisi tersebut supaya lebih mudah jika generasi muda ingin
membaca mengenai tradisi tersbut.
d. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian
selanjutnya khususnya mengenai tradisi kawin gantung yang ada di Desa Ujung
Gebang Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon yang masih belum terungkap
secara keseluruhan. Masih banyak yang belum digali secara mendalam dari
penelitian ini dan diharapkan penelitian selanjutnya dapat menemukan fakta –
fakta yang masih belum terungkap dalam penelitian ini.

Mira Munawaroh, 2016
TRADISI KAWIN GANTUNG DI UJUNG GEBANG: Sebuah Kajian Histors Tahun 1970 – 2015

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu