Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hak Debitur untuk Mengetahui Peralihan Piutang T1 312007070 BAB IV

BAB IV
PENUTUP
Dalam Bab Penutup karya tulis kesarjanaan ini Penulis akan mengemukakan
sebuah kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan hak Debitur untuk
mengetahui peralihan piutang. Kesimpulan yang dikemukakan Penulis dalam Bab
ini diambil dari hasil analisis terhadap Putusan Pengadilan yang telah
dikemukakan dalam Bab mengenai Hasil Penelitian yang telah dikemukakan di
atas.

4.1.Kesimpulan
Setelah Penulis meneliti dan menilai serta mencari kaedah-kaedah, normanorma dan prinsip-prinsip hukum yang berhubungan dengan perkara ini, maka :
Pertama, Bank Umum Majapahit dalam mengalihkan piutang kepada
Bank Lippo terbukti cuek terhadap hak Debitur, yaitu tanpa memberitahukan
kepada Ny. Hanny Natali sebagai Debitur dalam perkara tersebut di atas, Bank
Majapahit dapat mengalihkan piutang kepada Bank Lippo sebagai Kreditur baru,
hanya dengan pemberitahuan kepada Debitur.
Kewajiban pemberitahuan tersebut telah dijamin melalui perjanjian utang
piutang antara Debitur dan Kreditur, sehingga tindakan Bank Umum Majapahit
adalah dapat tergolong sebagai pencideraan terhadap perjanjian utang piutang
antara Debitur dan Kreditur, suatu ketidakpatuhan terhadap hukum yang tidak
sekedar masalah rupiah dan harta benda (kebendaan Ny. Hanny Natali).


76

Kedua, Pemberitahuan pengalihan piutang (asset sale) kepada pihak ketiga
(Kreditur baru) harus disampaikan secara tertulis untuk diketahui oleh Debitur.
Ketiga, dipandang dari sudut waktu pemberitahuan, maka Kreditur harus
memberitahukan kepada Debitur sebelum pengalihan dan atau penjualan aset
berupa piutang itu dilakukan untuk mengetahui oleh Debitur.

4.2.Saran
Jika diperhatikan secara seksama terhadap jalannya argumentasi yang
dibangun oleh pengadilan Negeri Surabaya, yang berujung pada putusan bahwa
Ny. Hanny Natali adalah Ne bis in Idem tanpa memperhatikan bukti otentik
sebagai salah satu hal yang sangat mendasar dalam penyelesaian perkara
Keperdataan, maka Penulis memandang perlu untuk mengetuk hati kecil Para
Hakim yang bertugas melayani hukum yang Esa di Indonesia menjaga persatuan
dan

kesatuan


dalam

menilai,

dan

memutuskan

sebuah

perkara

lebih

mengedepankan aspek pembuktian sesuai dikte hukum (the dictate of the law).
Dalam kasus keperdataan sebagai hal yang sangat mendasar untuk memutuskan
sebuah kasus, bukan hanya dengan interprestasi, dalam rangka mewujudkan
penyelesaian sebuah perkara yang berjunjung tinggikan keadilah berdasarkan titah
dan sabda hukum (the dictate of the law).


77