Produk Produk Syariah Bermunculan
Produk-Produk Syariah Bermunculan
Produk-produk berlabel Syariah, akhir-akhir ini bermunculan di Indonesia. Baik itu produk
perbankkan, produk asuransi, produk pegadaian dan bahkan produk multi marketing. Ini tentu
suatu hal yang menggembirakan, di samping sikap waspada kemungkinan adanya produk berlabel
syariah tetapi sebetulnya tidak syar’i.
Sikap waspada ini juga sempat terlontar dalam Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih
Muhammadiyah yang berlangsung di Padang Oktober 2003. Saat itu peserta Munas meminta
Pimpinan Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah
agar melakukan pengkajian yang mendalam tentang ada atau tidaknya nilai-nilai Islam dalam
segala aktifitas bisnis, terutama yang berlabel syari’ah
Selain itu, dalam rangka memperlancar bisnis yang syar’i, Munas juga merekomendasikan agar
Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah agar bertindak proaktif untuk memperjuangkan
masuknya nilai-nilai Islam ke dalam pembuatan kebijakan pemerintah dan perundang-undangan
di bidang perekonomian. Sedangkan untuk internal Persyarikatan, Munas juga
merekomendasikan kepada Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah agar mendorong aktifitas
bisnis di lingkungan amal usaha organisasi dan bisnis anggota-anggotanya untuk senantiasa
mempedomani norma-norma Islam dalam berbisnis.
Sudah sejak lama ulama-ulama Muhammadiyah yang ada di Majelis Tarjih merekomendasikan
untuk mengusahakan terwujudnya konsepsi system perekonomian khususnya lembaga
perbankkan yang sesuai dengan qaidah Islam sebagaimana hasil Muktamar Tarjih di Sidoarjo
pada tahun 1968. Desakan ini diperkuat lagi pada Muktamar Tarjih di Wiradesa pada tahun 1972.
(Selanjutnya keputusan terlengkap tentang perbankkan dari Muktamar Tarjih di Sidoarjo akan
dimuat selengkapnya pada Suplemen kali ini yang juga akan menampilkan sejumlah perusahaan,
swasta maupun milik negara, yang berlabel syariah).
Perusahaan-perusahaan yang akan ditampilkan dalam Suplemen kali ini, antara lain BNI Syariah,
Niaga Syariah, Bank Syariah Indonesia dan BUMIDA Bumiputera. Mereka, baik yang bergerak
dalam bidang perbankkan maupun asuransi, telah mencoba memasarkan produk-produk syariah
kepada masyarakat Indonesia. Sebagai sebuah lembaga bisnis yang tadinya beroperasi dalam
bidang konvensional tertarik untuk masuk ke pasar syariah yang perkembangannya akhir-akhir
ini menggembirakan.
Kiranya perkembangan yang bagus yang diawali dengan munculnya Bank Muamalat Indonesia
ini, akan merangsang Persyarikatan Muhammadiyah untuk mengimplementasikan sejumlah
keputusan Tarjih seputar kegiatan ekonomi berbasis syariah.
Insyaallah harapan mulia itu akan tergapai, meski setahap demi setahap, sebab sejumlah amal
usaha ekonomi yang berlabel syariah juga telah dilaunching beberapa wilayah Muhammadiyah,
seperti yang terjadi di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah.(lut).
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 21-04
Produk-produk berlabel Syariah, akhir-akhir ini bermunculan di Indonesia. Baik itu produk
perbankkan, produk asuransi, produk pegadaian dan bahkan produk multi marketing. Ini tentu
suatu hal yang menggembirakan, di samping sikap waspada kemungkinan adanya produk berlabel
syariah tetapi sebetulnya tidak syar’i.
Sikap waspada ini juga sempat terlontar dalam Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih
Muhammadiyah yang berlangsung di Padang Oktober 2003. Saat itu peserta Munas meminta
Pimpinan Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah
agar melakukan pengkajian yang mendalam tentang ada atau tidaknya nilai-nilai Islam dalam
segala aktifitas bisnis, terutama yang berlabel syari’ah
Selain itu, dalam rangka memperlancar bisnis yang syar’i, Munas juga merekomendasikan agar
Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah agar bertindak proaktif untuk memperjuangkan
masuknya nilai-nilai Islam ke dalam pembuatan kebijakan pemerintah dan perundang-undangan
di bidang perekonomian. Sedangkan untuk internal Persyarikatan, Munas juga
merekomendasikan kepada Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah agar mendorong aktifitas
bisnis di lingkungan amal usaha organisasi dan bisnis anggota-anggotanya untuk senantiasa
mempedomani norma-norma Islam dalam berbisnis.
Sudah sejak lama ulama-ulama Muhammadiyah yang ada di Majelis Tarjih merekomendasikan
untuk mengusahakan terwujudnya konsepsi system perekonomian khususnya lembaga
perbankkan yang sesuai dengan qaidah Islam sebagaimana hasil Muktamar Tarjih di Sidoarjo
pada tahun 1968. Desakan ini diperkuat lagi pada Muktamar Tarjih di Wiradesa pada tahun 1972.
(Selanjutnya keputusan terlengkap tentang perbankkan dari Muktamar Tarjih di Sidoarjo akan
dimuat selengkapnya pada Suplemen kali ini yang juga akan menampilkan sejumlah perusahaan,
swasta maupun milik negara, yang berlabel syariah).
Perusahaan-perusahaan yang akan ditampilkan dalam Suplemen kali ini, antara lain BNI Syariah,
Niaga Syariah, Bank Syariah Indonesia dan BUMIDA Bumiputera. Mereka, baik yang bergerak
dalam bidang perbankkan maupun asuransi, telah mencoba memasarkan produk-produk syariah
kepada masyarakat Indonesia. Sebagai sebuah lembaga bisnis yang tadinya beroperasi dalam
bidang konvensional tertarik untuk masuk ke pasar syariah yang perkembangannya akhir-akhir
ini menggembirakan.
Kiranya perkembangan yang bagus yang diawali dengan munculnya Bank Muamalat Indonesia
ini, akan merangsang Persyarikatan Muhammadiyah untuk mengimplementasikan sejumlah
keputusan Tarjih seputar kegiatan ekonomi berbasis syariah.
Insyaallah harapan mulia itu akan tergapai, meski setahap demi setahap, sebab sejumlah amal
usaha ekonomi yang berlabel syariah juga telah dilaunching beberapa wilayah Muhammadiyah,
seperti yang terjadi di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah.(lut).
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 21-04