5. dirjen ikta hilirisasi pembangunan industri berbasis migas dan batubara

(1)

RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2016

HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MIGAS DAN BATUBARA

Disampaikan oleh :

Ir. Harjanto, M. Eng

Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka

Jakarta, 16 Februari 2016


(2)

I. KINERJA MAKRO INDUSTRI

III. POSISI DAYA SAING INDUSTRI

Outline Presentasi

II. ARAH PEMBANGUNAN INDUSTRI

IX. PEMANFAATAN BATUBARA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU INDUSTRI PETROKIMIA/PUPUK

IV. TINJAUAN GAS BUMI NASIONAL V. NILAI TAMBAH GAS BUMI

VII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA DI TELUK BINTUNI

X. KESIMPULAN

VI. ANALISIS PENYESUAIAN HARGA GAS BUMI BAGI INDUSTRI


(3)

(4)

A. PERTUMBUHAN INDUSTRI NON-MIGAS TAHUN 2015

Sumber : BPS diolah Kemenperin

Pertumbuhan industri non migas tahun 2011 sebesar 7,46 persen, tahun 2012 sebesar 6,98 persen, sebesar 5,45 persen pada tahun 2013, sebesar 5,61 persen untuk tahun 2014, dan sebesar 5,04 persen untuk tahun 2015. Pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun 2015 Januari-Desember sudah berada diatas pertumbuhan ekonomi yang sebesar 4,79 persen.


(5)

B. KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS TERHADAP PDB NASIONAL


(6)

NO Indikator Pembangunan Industri Satuan 2014 2015* 2020 2025 2035 1 Pertumbuhan sektor Industri Non

Migas % 5,7 6,8 8,5 9,1 10,5

2 Share Industri non migas terhadap

PDB % 20,8 21,2 24,9 27,4 30,0

3 Share ekspor produk industri

terhadap total ekspor % 66,5 67,3 69,8 73,5 78,4

4 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Juta

orang 14,88 15,44 18,44 21,73 29,19 (Persentase tenaga kerja di sektor

industri terhadap total pekerja) % 13,7 14,1 15,7 17,6 22,0

5

Rasio impor bahan baku sektor

industri terhadap PDB sektor industri non migas

% 43,5 43,1 26,9 23,0 20,0

6 Nilai Investasi sektor industri Rp

Trilyun 210 270 618 1.000 1.930

7

Persentase nilai tambah sektor

industri yang diciptakan di luar Pulau Jawa

% 29,0 30,0 32,0 35,0 40,0

C. TARGET DAN PROYEKSI PEMBANGUNAN INDUSTRI TAHUN 2015 S.D. 2035 (persen)


(7)

(8)

A. ACUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

UU No. 3 Thn. 2014 tentang Perindustrian

Pembangunan industri yang maju diwujudkan melalui penguatan struktur Industri yang mandiri,

sehat, dan berdaya saing, dengan mendayagunakan sumber daya secara

optimal dan efisien

Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional

Rencana Induk

Pembangunan Industri Nasional merupakan

pedoman bagi Pemerintah dan pelaku Industri dalam perencanaan dan

pembangunan Industri periode 2015 - 2035.

PP No. 14 Tahun 2015

Kebijakan Industri Nasional

Kebijakan Industri Nasional

merupakan arah dan tindakan untuk melaksanakan Rencana Induk


(9)

B. Bangun Industri Nasional & Pengembangan Industri Prioritas

UU Nomor 3 Tahun 2014 – RIPIN 2015 - 2035


(10)

(11)

POSISI DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL

Penilaian daya saing terhadap 144 negara yang dilakukan World Economic Forum

menggunakan 3 aspek penilaian, yakni: 1. Persyaratan dasar (Basic requirements)

2. Pemacu efisiensi (Efficiency enhancers)


(12)

Peringkat Indonesia pada Global Competitiveness Report 2015-2016 masih

berada di bawah negara-negara ekonomi utama di ASEAN seperti Thailand, Malaysia dan Singapura.

Sumber: Global Competitiveness Report 2015-2016

Peringkat Daya Saing Beberapa Negara Asia dalam Global Competitiveness Report 2015-2016

Indikator Penilaian : 1. Institution 2. Infrastructure

3. Macroeconomic Env. 4. Health & Primary Education 5. Higher Education & Training 6. Goods Market Efficiency 7. Labor Market Efficiency 8. Financial Market Dev. 9. Technological Readiness 10. Market Size

11. Business Sophistication 12. Innovation


(13)

(14)

McKinsey Global Institute Analysis, 2012

 Sektor Manufaktur adalah kunci suatu negara lepas dari middle income trap. Tidak ada negara yg sukses meningkatkan income per kapita tanpa memiliki sektor manufaktur yg kuat (MGI, 2012);

 Pertumbuhan pendapatan signifikan dipengaruhi oleh pangsa manufaktur (Rodrik, 2010);

 Agar Menjadi Negara berpenghasilan menengah, peran industri harus mencapai sekitar 40% terhadap ekonomi;


(15)

ASEAN HS Logam HS Kimia Dasar HS Kimia Hilir HS Tekstil & Aneka Jumlah HS Prosen (%)

K1 (Sangat Tinggi)

273 216 275 486 1250 31,26%

K2 (Tinggi) K3 (Rendah)

676 646 425 1001 2748 68,73%

K4 (Sangat Rendah)

Posisi Daya Saing Produk Industri Manufaktur Indonesia Di Pasar Asean

31,26% produk industri manufaktur berdaya saing tinggi

dan mampu berkompetisi di pasar


(16)

(17)

(18)

Sumber : Kementerian ESDM


(19)

Kebutuhan Gas Bumi Untuk Industri


(20)

Sumber : FIPGB


(21)

HARGA LNG

Sumber :http://www.bloomberg.com/news/articles/2015-12-02/lng-falls-faster-than-oil-as-u-s-fracking-spurs-growing-glut


(22)

(23)

(24)

Konsumsi domestik akan memberikan ‘economic gains’ yang lebih besar dibandingkan dengan ekspor.


(25)

KAJIAN NILAI TAMBAH GAS BUMI SECARA UMUM


(26)

Comparison of Added Value


(27)

(28)

VI.

ANALISIS PENYESUAIAN HARGA

GAS BUMI BAGI INDUSTRI


(29)

Kerangka Berpikir Kebijakan Penurunan Harga Gas

Kebijakan Harga Gas

(Harga Gas Turun)

Dampak Multiplier

OUTPUT Naik

PDB Naik PPN Naik

Impor Naik*) Pajak Bea

Masuk Naik Profit Perusahaan Naik PPh Badan Naik Upah TK Naik PPh Orang Naik Jumlah Tenaga Kerja Naik

•Penerimaan pemerimtah

dari bagi hasil penjualan gas turun

Omset Penjualan Gas

Turun

*) Catatan: Impor akan naik dengan asumsi meningkatnya kapasitas produksi dalam negeri akan meningkatkan kebutuhan bahan penolong yang masih belum diproduksi di dalam negeri, sehingga memberikan pajak bea


(30)

Multiplier Sektor Gas

Input

Industri Hulu

Output

Industri Hilir

Backward Linkage

Forward Linkage

0.90

0.94

Nilai keterkaitan dengan sektor hilir (Forward Linkage) > keterkaitan dengan sektor hulu (Backward Linkage) potensi hilirisasi besar

Nilai keterkaitan BL dan FL < 1 dibawah rata-rata industri karena tidak semua industri manufaktur menggunakan gas sebagai sumber energi atau bahan baku

Sektor Gas

*) Kajian dilakukan oleh Kementerian Perindustrian dan LPEM FEB UI dengan Metodologi Tabel Input Output Nasional

**) Model ersifat s ap-shot da heli opter ie dala kuru aktu satu tahu


(31)

31

31

Asumsi Model Analisis Dampak Penurunan Harga Gas Bumi

2013 * Gross Revenue

Owned Price elasticity Other sector Price elasticity


(32)

32

32 Sumber: LPEM FE UI, 2015


(33)

33

33 Sumber: LPEM FE UI, 2015


(34)

34

34 Sumber: LPEM FE UI, 2015


(35)

35

35

TOTAL BALANCE


(36)

VII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI

PETROKIMIA DI TELUK BINTUNI


(37)

1. Rencana pemanfaatan sebagian cadangan gas bumi di Teluk Bintuni untuk industri petrokimia di kawasan industri Teluk Bintuni, antara lain untuk: • Amoniak-urea • Metanol • Etilen • Propilen • Polietilen • Polipropilen

2. PT Pupuk Indonesia (Persero) diberi tugas untuk mengelola Kawasan Industri Teluk Bintuni seluas 2.112 ha.

3. Sedang dilakukan studi bersama untuk penyediaan alokasi gas bumi untuk industri pupuk sampai habis masa konsesi tahun 2035.

4. Sedang dilakukan pembicaraan awal alokasi gas dari sumber lain untuk industri petrokimia.


(38)

RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA DI TELUK BINTUNI


(39)

KAWASAN INDUSTRI TELUK BINTUNI

PAPUA BARAT

Lokasi Desa Onar Baru, Distrik Sumuri Komoditas Basis Industri Pupuk dan Petrokimia

Luas ±2112 Ha

Pemrakarsa Utama BUMN (PT Pupuk Indonesia) Tingkat Kesiapan

1. RTRW v

2. RDTR 2015

3. Master Plan v

4. Studi Kelayakan v

5. Renstra v

6. DED 2015

7. AMDAL -

Pekerjaan Fisik dalam KI

1. Pembangunan Jalan Poros - 2. Pembangunan Gedung Pengelola KI - 3. Pembangunan Politeknik - 4. Traning Center Building & Workshop - 5. Pembangunan Pusat Layanan KI - 6. Pembebasan Lahan - 7. Pematangan Lahan - 8. Pembangunan rel kerata api - 9. Pembangunan Dry Port - 10. Pembangunan Tank Farm CPO & CPKO - Dukungan Sarpraws di Luar Kawasan Industri

Prasyarat Utama: Kebijakan Harga Gas untuk industri

dalam negeri 2015-2016 1. Jalan

Akses jalan sepanjang 30 Km dari Jalan Lintas Provinsi ke Kawasan Industri (2017)

2. Pelabuhan Pelabuhan Trestle sepanjang 5 km dengan kapasitas 50.000 DWT (2017) 3. Pembangkit Listrik Jaringan listrik dan power plant ±200 MW

(2018-2019)

4. Rel Kereta Api n.a. 5. Kebutuhan Air Baku ± 2000 L/detik (2018) 6. Perumahan Buruh -


(40)

ANALISIS SENSITIVITAS PROYEK UREA TELUK BINTUNI

 Untuk harga gas US$ 5/MMBTU, dan harga urea US$ 300/ton akan mendapatkan IRR sebesar 10,24%

 Harga urea saat ini US$ 250/ton, dengan harga gas US$ 5/MMBTU akan memberikan IRR sebesar 5,68%


(41)

Manfaat Pembangunan Industri Petrokimia Di Teluk Bintuni

1. Subsitusi impor produk hilir terutama polietilen dan polipropilen diperkirakan bernilai USD 2 Milyar (Impor polietilen dan polipropilen pada tahun 2014 senilai USD 2,15 Milyar)

2. Ada nilai tambah terhadap SDA yang lebih besar. 3. Penyerapan tenaga kerja.

4. Pemasukan negara dari sektor pajak penghasilan. 5. Perolehan PPN dari Industri Petrokimia.

6. Peningkatan potensi SDM.

7. Manfaat lain bagi daerah (infrastruktur, ketahanan pangan, ekonomi mikro, pengurangan biaya logistic/transportasi).


(42)

VII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI

PETROKIMIA DI ACEH


(43)

PEMANFAATAN FASILITAS PT. ARUN NGL

• Seiring dengan berkurangnya produksi gas dan berakhirnya kontrak usaha pengelolaan gas antara Exxon Mobil dan Pemerintah Indonesia, PT Arun NGL yang selama ini sebagai operator ekspor LNG dari Lhokseumawe berhenti beroperasi.

• Agar fasilitas yang ada tidak sia-sia dan dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan ekonomi regional maka pemerintah Indonesia telah mengambil inisitatif untuk merivatilisasi usaha di bawah payung PT. Perta Arun Gas (PAG), sebuah joint venture yang kepemilikan usahanya 70% Pertamina dan 30% Pemerintah Aceh.

• Penyaluran gas sebagai hasil regasifikasi telah diuji coba seiring dengan selesainya proyek pembangunan pipa gas Aru-Belawan. Direncanakan sumber gas LNG Tangguh dan Bontang akan jadi pemasok kebutuhan gas untuk usaha ini. Selain itu PAG juga masih dapat memanfaatkan cadangan gas yang ditinggalkan Exxon Mobil Indonesia di Kawasan Lhokseumawe dan Aceh Utara serta Produksi Minyak dan Gas PT. MEDCO di Aceh Timur dan Tamiang.


(44)

Design Capacity 135,000 BBLS/day Saat ini produksi nya hanya 4.000 Bbls/d ( 3 % kapasitas )

Condensate Stabilization Units berpotensi diubah menjadi Crude Distilation Unit ( CDU )

LNG Storage Tanks Potensi untuk :

- LNG Terminal / LNG Re- gasification Plant. - LNG Hub/International Trading

2 x Propane Tanks @ 83.000 M3

2 x Butane Tanks 83.000 M3 + 55.000 M3 Idle sejak th 2001

LPG Storage & Loading berpotensi untuk LPG Terminal & Trading ( Tran-shipment ) Facilities

4 Floating Roof Tanks @ 530,000 BBLS Condensate Storage Tanks berpotensi untuk Crude Oil Storage

2 x LNG Berths @ 95.000 DWT 1 x LPG Berth @ 65.000 DWT 1 SPM – dapat untuk VLCC Pelabuhan LNG & LPG Arun

( Pengembangan Bisnis LNG/LPG Trading )


(45)

1. Proyek LNG Terminal/ReGasification ( LNG ReGas )

– Bersamaan dgn proyek Pipanisasi Gas Arun- Belawan, 370 K Status: Beroperasi

2. Proyek LNG Hub/ LNG Trading – Memanfaatkan excess kapasitas tanki LNG

- Menyimpan LNG saat low demand ( summer ) dan menjualnya saat high demand ( winter ) Status: Belum berjalan

3. Proyek LPG Hub/Tran-shipment ( LPG Trading )

Status: Front End Engineering Design ( FEED ) selesai.

4. Kilang BBM ( 300.000 Bbls/d ) integrated Petro-Chemical Plant - Proposed

– Pemanfaatan asset Arun ( penghematan Rp 10 T & waktu konstruksi lebih cepat ).

– Lokasi strategis ( dekat sumber bahan baku & imbas 3 Titik Hot Spot Intelijen )

– Kemandirian Bahan Baku dan proyek berlangsung jangka panjang.

– Ketahanan Energy Nasional dan solusi pembangunan janka panjang ekonomi Aceh.

5. Pembangunan Pembangkitan Listrik 200 MW di area Arun oleh PLN

Status: sedang dalam pengerjaan.


(46)

IX. PEMANFAATAN BATUBARA

SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU

INDUSTRI PETROKIMIA / PUPUK


(47)

NO ENERGI TERBARUKAN/ SUMBER DAYA (SD) KAPASITAS TERPASANG (KT) RASIO KT/SD (%)

1 2 3 4 5 = 4/3

1 Tenaga Air

75.000 MW

6.057 MW 8,01%

2 Minihidro 419 MW 0,56%

3 Mikro Hydro 181 MW 0,25%

4 Tenaga Surya 4,8

kwh/m2/day 22,45 MW - 5 Tenaga Angin 3 – 6 m/s 1,87 MW - 6 Samudera 49 GW***) 0,01 MW****) 0% 7 Uranium 3.000 MW *) 30 MW **) 0%

8 Panas Bumi 29.215 1.341 4,6%

JENIS ENERGI FOSIL

CADANGAN (Proven + Possible)

PRODUKSI (per TAHUN)

RASIO CADANGAN/PRODUKSI (Tanpa Eksplorasi Baru)

TAHUN

MINYAK 7,76 milyar bbl 346 juta bbl 22

GAS 157,14 TSCF 2,95 TSCF 53

BATUBAR

A 21,13 milyar ton 254 juta ton 83

Sumber: Kementerian ESDM

Bauran Energi Primer Nasional 2013 1.236 Juta SBM

CADANGAN TERBATAS !!


(48)

(49)

PROYEK PILOT PLANT GASIFIKASI BATUBARA, PT Pupuk Kujang bekerjasama dengan IHI Jepang

1. PT. Pupuk Kujang, bekerja sama dengan Ishikawa Heavy Industries (IHI) Jepang saat sedang mengerjakan proyek pilot plant gasifikasi batubara dengan kapasitas 50 ton/hari di Cikampek.

2. Di masa mendatang, pengembangan proyek ini diproyeksikan untuk mencapai skala komersial sampai dengan 3.000 ton/hari dan mampu memenuhi kebutuhan syngas PT. Pupuk Kujang dalam memproduksi pupuk urea.


(50)

Gasifikasi Batubara Sebagai Bahan Baku Industri Pupuk

Di Muara Enim

• Kerjasama PT Pupuk Sriwidjaja dan PT Bukit Asam dalam pembangunan gasifikasi batubara sebagai bahan baku industri pupuk. Permbangunan plant gasifikasi berada dekat mulut tambang (Mine Mouth)

• Proyek ini dapat menghemat konsumsi gas 25%. PT Bukit Asam akan menyediakan batubara sebagai bahan baku gasifikasi selama 20 tahun.

• Dari hasil FS,

• Jenis batubara yang digunakan adalah lignite

• Terdapat tiga pilihan plant produksi yaitu urea plant, ammonia plant atau gabungan antara ammonia dan urea plant


(51)

COAL TO METHANOL PLANT, BULUNGAN

1. Proyek Coal to Methanol Plant oleh PT. Bulungan Methanol di Kalimantan, bekerja sama dengan ChemOne.

2. Bahan baku yang digunakan yaitu batubara kalori rendah (lignit). Pabrik ini akan memproduksi methanol grade AA sebanyak 1,4 juta ton/tahun. Dengan target pasar yaitu industri-industri kimia di Asia.

3. Total investasi mencapai US$ 1.700.000.000


(52)

PROYEK COAL TO ETHANOL, CELANESE

• Dengan kapasitas awal 400.000 ton/tahun dan akan siap diekspansi hingga 1,1 juta ton/tahun.

• Fase awal menggunakan bahan baku gas alam atau batubara kalori sedang, untuk selanjutnya akan menggunakan batubara kalori rendah dengan pertimbangan keekonomian.

• Hasil produksi 100% akan diserap dalam negeri melalui PT. Pertamina untuk selanjutnya digunakan sebagai campuran bahan bakar minyak.

• Kualitas ethanol yang diproduksi diharapkan memenuhi bahkan melebihi standar yang dibutuhkan untuk bahan bakar ethanol.


(53)

Contoh Simulasi Cost Pemanfaatan Batubara

untuk Industri Pupuk

Coal

1.29 ton

Int’l price coal

US$45/ton

Value as commodity

US$58

Natural Gas Equivalent 36MMBTU

UREA

1 ton

+

Ammonia

0.58 ton

+

CO

2

0.58 ton

US$150

US$244.7

(US$422/ton)

US$23.4

(US$30/ton)

US$58

Total Value as Feedstock

US$58


(54)

(55)

1. Target Pertumbuhan Ekonomi 7% – 8%

Salah satu faktor penting dalam pemenuhan target pertumbuhan ekonomi 7% - 8% dan sekaligus upaya peningkatan daya saing industri adalah adanya jaminan ketersediaan bahan baku dan energi bagi industri.

5. Pemikiran Terhadap Pemberian Insentif Bagi Industri

Konsep pengembangan industri, khususnya industri hulu yang lahap energi dan padat modal, seharusnya mendapatkan insentif/fasilitas berupa subsidi energi dan bahan baku untuk menciptakan daya saing melalui pengembangan hilirisasi. Hal itu diperlukan karena industri hulu pada umumnya, seperti petrokimia dianggap sebagai the mother of industry atau industri prioritas sebagai agen peningkatan ketahanan ekonomi nasional.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing

Industri manufaktur akan lebih kompetitif pada pasar dalam negeri, ASEAN, dan global market apabila harga energi dan bahan baku terjangkau (affordable) untuk industri disamping faktor logistik, infrastruktur, biaya dan bunga bank..

3. Rasionalisasi Harga Energi Bagi Industri

Energi merupakan salah satu elemen penting dalam struktur biaya produksi industri. Diperlukan rasionalisasi harga energi bagi industri dalam rangka peningkatan daya saing industri.

4. Pemikiran Alternatif Dalam Pemanfaatan Gas Bumi dan Batubara

Sumber energi seperti gas bumi dan batubara, seyogyanya diperlakukan sebagai bahan baku industri yang memiliki nilai tambah tinggi apabila dibandingkan dengan mekanisme dijual sebagai komoditi.


(56)

Terima Kasih


(1)

51

COAL TO METHANOL PLANT, BULUNGAN

1. Proyek

Coal to Methanol

Plant

oleh PT. Bulungan Methanol di

Kalimantan, bekerja sama dengan ChemOne.

2. Bahan baku yang digunakan yaitu batubara kalori rendah (lignit). Pabrik

ini akan memproduksi methanol grade AA sebanyak 1,4 juta ton/tahun.

Dengan target pasar yaitu industri-industri kimia di Asia.

3. Total investasi mencapai US$ 1.700.000.000


(2)

PROYEK

COAL TO ETHANOL

, CELANESE

Dengan kapasitas awal 400.000 ton/tahun dan akan siap diekspansi hingga 1,1 juta

ton/tahun.

Fase awal menggunakan bahan baku gas alam atau batubara kalori sedang, untuk

selanjutnya akan menggunakan batubara kalori rendah dengan pertimbangan

keekonomian.

Hasil produksi 100% akan diserap dalam negeri melalui PT. Pertamina untuk

selanjutnya digunakan sebagai campuran bahan bakar minyak.

Kualitas ethanol yang diproduksi diharapkan memenuhi bahkan melebihi standar

yang dibutuhkan untuk bahan bakar ethanol.


(3)

53

Contoh Simulasi Cost Pemanfaatan Batubara

untuk Industri Pupuk

Coal

1.29 ton

Int’l price coal US$45/ton

Value as

commodity

US$58

Natural Gas Equivalent 36MMBTU

UREA

1 ton

+

Ammonia

0.58 ton

+

CO

2

0.58 ton

US$150

US$244.7

(US$422/ton)

US$23.4

(US$30/ton)

US$58

Total Value as

Feedstock

US$58


(4)

(5)

55 1. Target Pertumbuhan Ekonomi 7% – 8%

Salah satu faktor penting dalam pemenuhan target pertumbuhan ekonomi 7% - 8% dan sekaligus upaya peningkatan daya saing industri adalah adanya jaminan ketersediaan bahan baku dan energi bagi industri.

5. Pemikiran Terhadap Pemberian Insentif Bagi Industri

Konsep pengembangan industri, khususnya industri hulu yang lahap energi dan padat modal, seharusnya mendapatkan insentif/fasilitas berupa subsidi energi dan bahan baku untuk menciptakan daya saing melalui pengembangan hilirisasi. Hal itu diperlukan karena industri hulu pada umumnya, seperti petrokimia dianggap sebagai the mother of industry atau industri prioritas sebagai agen peningkatan ketahanan ekonomi nasional.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing

Industri manufaktur akan lebih kompetitif pada pasar dalam negeri, ASEAN, dan global market apabila harga energi dan bahan baku terjangkau (affordable) untuk industri disamping faktor logistik, infrastruktur, biaya dan bunga bank..

3. Rasionalisasi Harga Energi Bagi Industri

Energi merupakan salah satu elemen penting dalam struktur biaya produksi industri. Diperlukan rasionalisasi harga energi bagi industri dalam rangka peningkatan daya saing industri.

4. Pemikiran Alternatif Dalam Pemanfaatan Gas Bumi dan Batubara

Sumber energi seperti gas bumi dan batubara, seyogyanya diperlakukan sebagai bahan baku industri yang memiliki nilai tambah tinggi apabila dibandingkan dengan mekanisme dijual sebagai komoditi.


(6)

Terima Kasih