Vol.15 No.1 Januari 2014

ISSN: 1412-968X
Volume 15, Nomor 1, Januari 2014

JOURNAL OF

Economic
Management
& Business
Pengaruh Capacity, Equity dan Empowerment terhadap Kinerja Pegawai
Studi Kasus pada Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue
Anwar, Rudi Irawan dan Elvina

1

Integrasi Pasar Keuangan Pasca Krisis Finansial Global
pada Negara Indonesia, Cina dan India
Anwar Puteh

9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Terkonsentrasi

pada Pasar-Pasar di Lhokseumawe
Azhar

17

Persepsi Kaum Perempuan pada Simpan Pinjam Perempuan PNPM
Studi Kasus Kelompok Perempuan Kecamatan Tanah Pasir Aceh Utara
Ghazali Syamni, Rasyimah dan Muammar

27

Analisis Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Nilai Produksi
pada Industri Kecil di Kota Banda Aceh
Hismendi

37

Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan
Studi pada Program Pembangunan Jalan di Desa Darussalam
Kecamatan Nisam Antara

Khairil Anwar

47

Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia
Ristati

57

Bauran Pemasaran Jasa dan Hubungannya dengan Kepuasan
serta Loyalitas Nasabah PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe
Roslinda dan Mariyudi

65

Analisis Pengaruh Hasil Laba BUMD terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Aceh Utara
Umaruddin Usman

81


Pengaruh Kepribadian dan Kepercayaan Diri terhadap Produktivitas Usaha Kecil
di Kota Lhokseumawe
Yanita

89

FAKULTAS EKONOMI
Unversitas Malikussaleh

ISSN: 1412-968X
Volume 15, Nomor 1, Januari 2014

JOURNAL OF

Economic
Management
& Business
Pengaruh Capacity, Equity dan Empowerment terhadap Kinerja Pegawai
Studi Kasus pada Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue

Anwar, Rudi Irawan dan Elvina

1

Integrasi Pasar Keuangan Pasca Krisis Finansial Global
pada Negara Indonesia, Cina dan India
Anwar Puteh

9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Terkonsentrasi
pada Pasar-Pasar di Lhokseumawe
Azhar

17

Persepsi Kaum Perempuan pada Simpan Pinjam Perempuan PNPM
Studi Kasus Kelompok Perempuan Kecamatan Tanah Pasir Aceh Utara
Ghazali Syamni, Rasyimah dan Muammar


27

Analisis Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Nilai Produksi
pada Industri Kecil di Kota Banda Aceh
Hismendi

37

Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan
Studi pada Program Pembangunan Jalan di Desa Darussalam
Kecamatan Nisam Antara
Khairil Anwar

47

Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia
Ristati

57


Bauran Pemasaran Jasa dan Hubungannya dengan Kepuasan
serta Loyalitas Nasabah PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe
Roslinda dan Mariyudi

65

Analisis Pengaruh Hasil Laba BUMD terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Aceh Utara
Umaruddin Usman

81

Pengaruh Kepribadian dan Kepercayaan Diri terhadap Produktivitas Usaha Kecil
di Kota Lhokseumawe
Yanita

89

FAKULTAS EKONOMI
Unversitas Malikussaleh


E-MABIS

JOURNAL OF

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Economic
Management
& Business
ISSN : 1412 – 968X

Diterbitkan Oleh :
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Dewan Penasehat/Advisory Board
Rektor Universitas Malikussaleh
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Ketua Penyunting/ Chief Editor
Wahyuddin
Pengelola Penyunting/Managing Editor

Khairil Anwar (Chief)
Iswadi, Anwar Puteh, Ichsan, Ghazali Syamni,
Damanhur, Naufal Bachri, Husaini, Yulbahri
Penasehat Editorial dan Dewan Redaksi/
Editorial Advisory and Review Board
Prof. A. Hadi Ariin (Unimal), Jullimursyida, Ph.D (Unimal),
Adi Aif Zakaria, Ph.D (UI), Zafri Ananto Husodo, Ph.D (UI),
Fachruzzaman (UNIB), Erlina, Ph.D (USU), Muhammad Nasir, Ph.D (USK),
Sofyan Syahnur, Ph.D (USK), Tafdil Husni, Ph.D (UNAND),
Jeliteng Pribadi, MA (USK),
Sirkulasi & Secretary :
Kusnandar Zainuddin, Fuadi, Karmila, Ismail
Kantor Penyunting/Editorial Ofice
Kampus Bukit Indah P.O. Box. 141 Lhokseumawe Telp. (0645) 7014461 Fax. (0645) 56941
E-mail : [email protected] - Hompage: www.fe-unimal.org/jurnal/emabis
Jurnal E-Mabis Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh diterbitkan sejak tahun 2000 sesuai dengan
Surat Keputusan Rektor Universitas Malikussaleh nomor SK. No.34/UM.H/KP/2000
Jurnal E-Mabis diterbitkan oleh FE Unimal bekerjasama dengan ISEI Lhokseumawe
Dekan : Wahyuddin, Pembantu Dekan I : Khairil Anwar, Pembantu Dekan II: Iswadi,
Pembantu Dekan III : Anwar Puteh, Pembantu Dekan IV : Ichsan

Jurnal E-Mabis terbit 4 kali setahun pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober.
ISSN : 1412-968X. keputusan terbit 4 kali setahun mulai Edisi Vol.13 Nomor: 1, Januari 2012

Daftar Isi
Pengaruh Capacity, Equity dan Empowerment terhadap Kinerja Pegawai
Studi Kasus pada Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue
Anwar, Rudi Irawan dan Elvina

1

Integrasi Pasar Keuangan Pasca Krisis Finansial Global
pada Negara Indonesia, Cina dan India
Anwar Puteh

9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Terkonsentrasi
pada Pasar-Pasar di Lhokseumawe
Azhar


17

Persepsi Kaum Perempuan pada Simpan Pinjam Perempuan PNPM
Studi Kasus Kelompok Perempuan Kecamatan Tanah Pasir Aceh Utara
Ghazali Syamni, Rasyimah dan Muammar

27

Analisis Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Nilai Produksi
pada Industri Kecil di Kota Banda Aceh
Hismendi

37

Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan
Studi pada Program Pembangunan Jalan di Desa Darussalam Kecamatan Nisam Antara
Khairil Anwar
47
Pengaruh Kurs dan Inlasi terhadap Pasar Saham di Indonesia
Ristati


57

Bauran Pemasaran Jasa dan Hubungannya dengan Kepuasan
serta Loyalitas Nasabah PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe
Roslinda dan Mariyudi

65

Analisis Pengaruh Hasil Laba BUMD terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Aceh Utara
Umaruddin Usman

81

Pengaruh Kepribadian dan Kepercayaan Diri terhadap Produktivitas Usaha Kecil
di Kota Lhokseumawe
Yanita

89

Journal
Of Economic
Management
& Business - Vol. 15,
1, Januari 2014
JOURNAL
OF ECONOMIC
MANAGEMENT
& No.
BUSINESS

Volume 15, Nomor 1, Januari 2014
ISSN: 1412 – 968X
Hal. 1-8

PENGARUH CAPACITY, EQUITY DAN
EMPOWERMENT TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Studi Kasus pada Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue

ANWAR1, RUDI IRAWAN2 DAN ELVINA1
1
2

Dosen pada Politeknik Negeri Lhokseumawe
Pegawai Setdakab Simeulue

This study aims at determining the effect of capacity, equity and empowerment
to employees performance of Secretariat of Regency Simeulue. Respondent of this
study were 62 employees. The data were taken by spreading out questionnaire and
analized statistically in Multiple Linier Regression.The study ind that the capacity, equity and empowerment effects the employees performance of Secretariat of
Regency Simeulue. The result showed that F test > F table, and t test > t table. It
means that simultaneously and partially, the capacity, equity and empowerment have
signiicant effect on the employees performance.
Keywords: capacity, equity, empowerment, employees performance

1

ANWAR, RUDI IRAWAN DAN ELVINA

2

LATAR BELAKANG
Sumber daya manusia merupakan modal dasar
pembangunan nasional, oleh karena itu kualitas
sumber daya manusia senantiasa harus dikembangkan dan diarahkan agar bisa mencapai tujuan
yang diharapkan. Sumber daya manusia dapat dilihat dari 2 aspek yaitu aspek kuantitas dan aspek
kualitas. Aspek kuantitas mencakup jumlah sumber daya manusia yang tersedia sedangkan aspek
kualitas mencakup kemampuan sumber daya manusia baik isik maupun non isik yaitu kecerdasan
dan mental dalam melaksanakan pembangunan,
Kedua aspek tersebut sangat diperlukan dalam
proses pengembangan sumberdaya manusia,
sebab kuantitas sumber daya manusia yang besar
tanpa didukung kualitas yang baik akan menjadi
beban pembangunan bagi suatu bangsa.
Agar pembangunan sumber daya manusia di
daerah lebih tepati sasaran, terdapat tiga aspek
yang terkandung dalam pengembangan sumber
daya manusia yaitu pertama, memberikan penekanan pada kapasitas (capacity), yaitu upaya
meningkatkan kemampuan beserta energi yang
diperlukan. Kedua, penekanan pada aspek pemerataan (equity) dalam rangka menghindari perpecahan didalam masyarakat yang dapat menghancurkan kapasitasnya. Ketiga, pemberian kekuasaan
dan wewenang (empowerment) yang lebih besar
kepada masyarakat, dengan maksud agar hasil
pembangunan dapat benar-benar bermanfaat
bagi masyarakat, karena aspirasi dan partisipasi
masyarakat terhadap pembangunan dapat terus
meningkat. Disamping itu perlunya wewenang
untuk memberikan koreksi terhadap keputusan
yang diambil tentang alokasi sumber daya.
Pelaksanaan pembangunan di kabupaten
Simeulue berjalan sedikit lambat dari daerah lainnya. Kendala utamanya adalah masih rendahnya
pendapatan yang digunakan dalam pelaksanaan
pembangunan di daerah, masih kurangnya penerimaan daerah yang disebabkan karena belum
banyak berkembang kegiatan usaha atau penanaman modal, masih rendahnya infrastruktur jalan,
sarana transportasi baik laut dan udara, kurangnya
kualitas sumber daya manusia dan kemampuan
pemerintah daerah untuk memberdayakan kegiatan investasi.

Implementasi UU No. 22 Tahun 1999 mengenai Pemerintah Daerah memiliki implikasi yang
serius bagi pelayanan publik di daerah. Peningkatan tuntutan publik harus disertai dengan peningkatan kapasitas daerah dalam menjalankan fungsi
dan tanggung jawabnya. Namun demikian, yang
paling utama dalam menentukan kapasitas daerah
adalah kemampuan sumber daya manusia, khususnya sumber daya manusia pemerintah daerah.
Untuk memperbaiki berbagai kelemahan sumber daya aparatur di lingkungan birokrasi pemerintah daerah kabupaten Simeuleu dan mengantisipasi tuntutan pelayanan publik yang semakin
beragam, maka diperlukan pemikiran untuk membangun perilaku birokrasi yang memiliki profesionalisme, etos kerja yang baik, menjunjung
tinggi nilai kejujuran dan etika yang baik dalam
menjalankan tugas dan fungsi sebagai penyelengara negara dan pelayanan masyarakat.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya
aparaturnya yaitu melalui upaya peningkatan kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan secara
kontinyu dan berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar birokrasi senantiasa mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat
serta dapat menyesuaikan diri dengan berbagai
perubahan yang terjadi pada masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah apakah terdapat pengaruh capacity, equity dan empowerment terhadap
kinerja pegawai.
TINJAUAN TEORITIS
Kapasitas sumber daya manusia adalah
kemampuan seseorang atau individu, suatu organisasi (kelembagaan) atau suatu sistem untuk
melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya
untuk mencapai tujuan secara efektif dan eisien.
Kapasitas harus dilihat sebagai kemampuan untuk
mencapai kinerja, untuk menghasilkan keluarankeluaran (outputs) dan hasil-hasil (outcomes).
Menurut Brown (2001:25), “Capacity building adalah suatu proses yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang, suatu organisasi atau
suatu sistem untuk mencapai tujuan-tujuan yang
dicita-citanya. Selanjutnya menurut Morison

Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 1, Januari 2014

dalam Herdiana (2012), “Capacity Building sebagai suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau
serangkaian gerakan, perubahan multi level di
dalam individu, kelompok-kelompok, organisasiorganisasi dan sistem-sistem dalam rangka untuk
memperkuat kemampuan penyesuaian individu
dan organisasi sehingga dapat tanggap terhadap
perubahan lingkungan yang ada”.
Menurut Soeprapto (2010), World Bank, menekankan perhatian capacity building pada:
1. Pengembangan sumber daya manusia, training, rekruitmen dan pemutusan pegawai profesional, manajerial dan teknis,
2. Keorganisasian, yaitu pengaturan struktur,
proses, sumber daya dan gaya manajemen,
3. Jaringan kerja (network), berupa koordinasi,
aktivitas organisasi, fungsi network serta interaksi formal dan informal,
4. Lingkungan organisasi, yaitu aturan (rule)
dan undang-undang yang mengatur pelayanan
publik, tanggung jawab dan kekuasaan antara
lembaga, kebijakan yang menjadi hambatan
bagi development tasks serta dukungan keuangan dan anggaran.
5. Lingkungan kegiatan lebih luas lainnya, meliputi faktor-faktor politik, ekonomi dan situasikondisi yang mempengaruhi kinerja.
Sedangkan UNDP memfokuskan pada tiga dimensi, yaitu;
1. Tenaga kerja (dimensi human resources), yaitu
kualitas SDM dan cara SDM dimanfaatkan
2. Modal (dimensi isik), menyangkut sarana material, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan
dan ruang/gedung,
3. Teknologi, yaitu organisasi dan gaya manajemen, fungsi perencanaan, penentuan kebijakan, pengendalian dan evaluasi, komunikasi,
serta sistem informasi manajemen (Edralin,
2007).
Dari penjelasan diatas, dapat dijelaskan bahwa
pelaksanaan capacity building dilakukan pada
berbagai aspek dimulai dari sumber daya manusia
yang ada sampai dengan sistem yang mengatur
proses kerjanya.
Equity merupakan konsep keadilan dan per-

3

lakuan yang sama terhadap orang lain yang berperilaku sana dengan cara yang serupa. Merurut
Adams (2013), dalam konsep ini menekankan
bahwa bawahan membandingkan usaha mereka
dan imbalan mereka dengan usaha dan imbalan
yang diterima orang lain dalam iklim kerja yang
sama. Dasar dari teori motivasi ini dengan dimensi bahwa individu dimotivasi oleh keinginan
untuk diperlakukan secara adil. Dalam pekerjaan,
individu bekerja untuk memperoleh imbalan. Ada
4 hal yang penting dalam teori keadilan adalah :
a. Orang; orang yang secara individu merasa adil
atau tidak adil
b. Perbandingan dengan pihak lain; siapa saja
atau kelompok yang dibandingkan sebagai rasio masukan dan hasil.
c. Masukan (input); karaktaeristik individu seseorang dari pekerjaaan (misalnya : keterampilan, keahlian, pendidikan) atau bisa juga umur,
jenis kelamin atau ras, dan sebagainya.
d. Hasil (outcome); apa yang diterima yang bersangkutan dari pekerjaan (penghargaan, tunjangan, gaji dan upah, dsb).
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa
manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan
organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi
bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai,
dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu:
1. Seorang akan berusaha memperoleh imbalan
yang lebih besar.
2. Mengurangi intensitas usaha yang dibuat
dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan suatu persepsi tertentu,
seorang pegawai biasanya menggunakan empat
macam hal sebagai pembanding antara lain:
1. Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualiikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan,
sifat pekerjaan dan pengalamannya;
2. Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam
organisasi yang kualiikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;

4

3. Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis
4. Peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengenai jumlah dan jenis imbalan yang pada
nantinya akan menjadi hak dari para pegawai
yang bersangkutan.
Empowerment (Pemberdayaan)
Priyono dan Pranarka (2005:55) menjelaskan
bahwa pemberdayaan merupakan suatu proses
untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan dan atau proses pemberian daya, kekuatan
atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya
kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.
Lebih lanjut Priyono dan Pranarka (2005:56)
memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang pemberdayaan. Secara teoritis dapat dikemukakan beberapa deinisi pemberdayaan yaitu:
1. Alat/teknik manajemen untuk memperbaiki
kinerja organisasi melalui penyebaran pembuatan keputusan dan tanggung jawab, sehingga akan mendorong keterlibatan (sekaligus
rasa memiliki) dari seluruh anggota organisasi,
serta membawa rasa kedekatan antara organisasi dengan masyarakat atau pelanggannya.
2. Upaya untuk membangun potensi (sumber
daya) organisasi dengan cara mendorong,
memberikan motivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta
berupaya untuk mengembangkannya.
3. Upaya menjadikan suasana kemanusiaan
yang adil dan beradab semakin sfektif secara
struktural, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, negara, regional, internasional
maupun dalam bidang politik, ekonomi dan
lain-lain.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
empowerment merupakan perubahan yang terjadi pada falsafah manajemen yang dapat membantu menciptakan suatu lingkungan bagi setiap
individu untuk menggunakan kemampuan dan
energinya untuk meraih tujuan organisasi. Atau
dengan kata lain, pemberdayaan merupakan metode untuk mendorong inisiatif dan respon, sehingga semua permasalahan dapat dipecahkan
secepatnya dan secara leksibel.

ANWAR, RUDI IRAWAN DAN ELVINA

Kinerja
Hasibuan (2003:94) mendeinisikan kinerja
sebagai suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
Kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting yaitu kemampuan dan minat seorang
pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor diatas, semakin besar pula kinerja pegawai.
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja sangat penting bagi suatu organisasi. Dengan penilaian kinerja tersebut, maka
suatu organisasi dapat melihat sampai sejauhmana
faktor manusia dapat menunjang tujuan suatu organisasi.
Menurut Panggabean (2002), penilain kinerja merupakan sebuah proses formal untuk
melakukan peninjauan ulang dan evaluasi kinerja seseorang secara periodik. Proses penilaian
prestasi kerja ditujukan untuk memahami kinerja
seseorang, dimana kegiatan ini terdiri dari identiikasi, observasi, pengukuran dan pengembangan
hasil kerja pegawai dalam sebuah organisasi.
Faktor Penilaian Kinerja
Menurut Gomes (2003:142), penilaian kinerja
dapat dilakukan berdasarkan deskripsi perilaku
yang spesiik, yaitu:
1. Quality of work, jumlah kerja yang dilakukan
dalam suatu periode waktu yang ditentukan.
2. Quality of work, kualitas kerja yang dicapai
berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.
3. Job knowledge, luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilan.
4. Creativeness, keaslian gagasan-gagasan yang
dimunculkan dari tindakan-tindakan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
5. Cooperation, kesediaan untuk bekerjasama
dengan orang lain.
6. Dependability, kesadaran dan dapat dipercayadalam hal kehadiran dan penyelesaian pekerjaan.

Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 1, Januari 2014

7. Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya.
8. Personal qualities, menyangkut kepribadian,
kepemimpinan, keramah-tamahan dan integritas pribadi.
Sementara itu William dalam Hasibuan
(2003:48), menyatakan ada 9 kriteria faktor penilaian kinrja, yaitu:
1. Reliable, harus mengukur kinerja dan hasilnya
secara eobjektif.
2. Content valid, secara rasional harus terkait
dengan kegiatan kerja.
3. Deined spesiic, meliputi segenap perilaku
kerja dan hasil kerja yang dapat diidentiikasikan.
4. Independent, perilaku kerja dan hasil kerja
yang penting tercakup dalam kriteria yang
komprehensif.
5. Non-overlaping, tidak tumpang tindih antar
kriteria.
6. Comprehensive, perilaku kerja dan hasil kerja
yang tidak penting harus dikeluarkan.accessible, kriteria haruslah dijabarkan dan diberi
nama secara komprehensif.
7. Compatible, kriteria harus sesuai dengan tujuan dan budaya organisasi.
8. Up to date, sewaktu-waktu kriteria perlu ditinjau ulang untuk menilik kemungkinan adanya
perubahan organisasi.
Kinerja dihasilkan oleh adanya 3 hal, yaitu:
1. Kemampuan (ability) dalam wujudnya sebagai
kapasitas berprestasi (capacity to perform).
2. Kemampuan, semangat, hasrat atau motivasi
dalam wujudnya sebagai kesediaan untuk berprestasi (willingness to perform).
3. Kesempatan untuk berprestasi (opportunity
to perform) kinerja sebaai hasil kerja (output)
yang berasal dari adanya perilaku kerja serta
lingkungan kerja tertentu yang kondusif.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitan ini adalah semua
pegawai pada Sekretariat Daerah Kabupaten
Simeulue yang berjumlah 160 orang. Jumlah

5

sampel dihitung dengan menggunakan rumus
Slovin dan besarnya sampel sebanyak 62 orang
pegawai yang dibagi berdasarkan 4 golongan
yaitu golongan I, II, III, IV serta pegawai honorer
daerah.
Pengambilan sampel menggunakan teknik
stratiied random sampling dimana sampel diambil secara proporsional untuk masing-masing
golongan. Alokasi sampel dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Proporsi Alokasi Sampel
Golongan
Golongan IV
Golongan III
Golongan II
Golongan I
Honorer Daerah
Jumlah

Populasi
18
28
75
39
160

Jumlah Sampel
7
11
29
15
62

Sumber : Setdakab. Simeulue, 2012.

Data dianalisis dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda dan dilakukan dengan
bantuan program aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution). Adapun persamaan regresinya adalah:
Y = a + b1x1+b2x2+b3x3+e
Dimana:
Y = Kinerja Pemerintah Daerah
a = Konstanta
b1...b3= Koeisien regresi
x1 = Capacity
x2 = Equity
x3 = Empowerment
e = Standar error
Berdasarkan model regresi tersebut dapat dilakukan bebearapa pengujian statistik, yaitu:
1. Uji t (uji parsial). Uji –t dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel
independen (X1, X2, X3) secara individu terhadap variabel dependen (Y) dengan asumsi variabel lainnya adalah konstan. Langkah-langkah
pengujian diawali dengan membuat formula
hipotesis sebagai berikut:
Ho:b1 = 0 artinya secara parsial tidak ada pengaruh antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

ANWAR, RUDI IRAWAN DAN ELVINA

6

Ha : b1 ≠ 0 artinya secara parsial ada pengaruh
antara variabel independen (X) terhadap
variabel dependen (Y). Keputusan yang diambil adalah:
Ho : diterima bila thitung < ttabel dan Ha ditolak.
Ha : diterima bila thitung > ttabel dan Ho ditolak.
2. Uji F (uji simultan). Uji F digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh variabel independen
(X1, X2, X3) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen (Y). Langkahlangkah pengujian diawali dengan membuat
formula hipotesis sebagai berikut:
Ho : b1 = b2 = b3 = 0 artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen. Keputusan
yang diambil adalah:
Ho diterima bila Fhitung < Ftabel dan Ha ditolak.
Ha diterima bila Fhitung > Ftabel dan Ho ditolak.
PEMBAHASAN
Hasil pengujan data dengan menggunakan
program SPSS seperti terlihat pada Tabel 2, maka
model persamaan regresi linier berganda yang
diperoleh dari hasil pengujian sebagai berikut:

Pengujian Korelasi dan Determinasi
Besarnya variabel independen terhadap variabel dependen, dapat dilihat berdasarkan nilai koeisien korelasi (R) dan determinasi (R2) berikut:
Berdasarkan hasil pengujian yang terlihat poada Tabel 3, diperoleh nilai koeisien sebesar 0,730.
Hal ini berarti terdapat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen sebesar 73,0%.
Artinya terdapat hubungan yang cukup kuat antara kinerja dengan capacity (X1), equity (X2) dan
empowerment (X3).
Koeisien determinasi (R2) sebesar 0,533. Ini
berarti bahwa sebesar 53,3% kinerja pegawai
dipengaruhi oleh oleh variabel capacity (X1), equity (X2) dan empowerment (X3), sedangkan selebihnya yaitu sebesar 46,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Pengujian Hipotesis secara Parsial(Uji t)
Pengaruh kinerja pegawai terhadap capacity,
equity dan empowerment secara parsial dapat dilihat dari hasil uji t. Hasil pengujian yang diperlihatkan pada tabel 2 diatas, dapat diketahui t hitung
pada masing-masing variabel dengan tingkat signiikansi sebesar α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung untuk variabel capacity (X1)
sebesar 3,079, variabel equity (X2) , nilai t hitung
sebesar 3,371 dan nilai t hitung untuk variabel empowerment (X3) sebesar 2,278.

Y = 1,295 + 0,280X1 + 0,264X2 + 0,169X3

Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Β

Variabel
Constanta (a)
Capacity (X1)
Equity (X2)
Empowerment (X3)
t tabel = 2,010
F hitung = 22,073
F tabel = 2,77

1,295
0,280
0,264
0,169

Standar Error
0,363
0,091
0,078
0,074

T hitung
3,566
3,079
3,371
2,278

Sig
0,001
0,003
0,001
0,026

Sumber : Data Primer, 2012 (diolah).
Tabel 3
Nilai Korelasi dan Koeisien Determinasi
R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error
of the estimate

0,730

0,533

0,509

0,32564

Sumber : Data Primer, 2012 (diolah).

Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 1, Januari 2014

Hasil pengujian menunjukkan variabel capacity (X1), equity (X2) dan empowerment (X3) berpengaruh terhadap kinerja pegawai (Y). Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh
antara capacity, equity dan empowerment secara
parsial terhadap kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue terbukti (Ha diterima dan
Ho ditolak).
Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F)
Hasil pengujian secara simultan menunjukkan nilai F hitung sebesar 22,073 sedangkan Ftabel
dengan tingkat signiikansi α = 5% adalah sebesar
2,77. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel
dengan tingkat signiikansi 0,000. Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa
variabel capacity (X1), equity (X2) dan empowerment (X3) secara bersama-sama berpengaruh secara signiikan terhadap kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue (Y).
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kapasitas (capacity) berpengaruh secara signiikan terhadap kinerja pegawai Sekretariat

7

Daerah Kabupaten Simeulue. Hal ini berarti
bahwa dengan adanya peningkatan pengembangan sumber daya manusia baik berupa
pelatihan, pengaturan struktur, koordinas, aturan dan kondisi-kondisi yang kondusif akan
mampu meningkatkan kinerja pegawai.
2. Pemerataan (equity) berpengaruh secara signiikan terhadap kinerja pegawai Sekretariat
Daerah Kabupaten Simeulue. Ini menunjukkan dengan diterapkannya prosedur secara
seragam kepada pegawai, kebijakan untuk
kepentingan setiap pegawai tidak bias, semua
prosedur didasarkan pada informasi yang aktual, prinsip-prinsip moral yang sudah disepakati harus dapat mendukung proses penerapan
prosedur dan semua pegawai memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan kinerja
mereka.
3. Pemberdayaan (empowerment) berpengaruh
secara signiikan terhadap kinerja pegawai
Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue. Hal
ini berarti diberikannya pendelegasian/wewenang yang jelas, pelaksanaan tugas yang
jelas serta melaksanakan tanggungjawab yang
jelas terhadap pegawai yang diberikan oleh
Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue akan
mampu meningkatkan kinerja pegawai.

8

ANWAR, RUDI IRAWAN DAN ELVINA

REFERENSI
Brown, Lisanne; LaFond Anne; Macintyre, Kate. (2001) Measuring Capacity Building, Carolina
Population Centre/University of North Carolina, Chapel Hill.
Edralin, J.SI. (2007) The New Local Governance and Capacity Building: A Strategic Approach.
Regional Development Studies, Vol. 3.
Gomes, Faustin Cardosa. (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset, Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu. (2003) Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. Bumi Aksara, Jakarta.
Herdiana, Dikdik. 2012. Konsep Umum Pengembangan Kapasitas. http://kapasitas.blogspot.com.
(Online). Diakses 23 Maret 2014.
Liveintranet.blogspot.com. Teori Harapan Vroom. (2013) (Online). Diakses 2 Maret 2014.
Panggabean, S. Mutiara. (2002) Pengaruh Keadilan dalam Pengggajian dan Perilaku Individu terhadap Kinerja Dosen pada Perguruan Tinggi Swasta. Kajian Bisnis No. 26. Mei-Agustus.
Priyono, Onny S dan A.M.W. Pranarka. (2005) Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. CSIS, Jakarta.
Soeprapto, H.R. Riyadi. 2010. The Capacity Building for Local Goverment Toward Good Governance. World Bank.
Sugiyono. (2002) Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.
Umar, Husein. (2001) Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Journal
Of Economic
Management
& Business - Vol. 15,
1, Januari 2014
JOURNAL
OF ECONOMIC
MANAGEMENT
& No.
BUSINESS

Volume 15, Nomor 1, Januari 2014
ISSN: 1412 – 968X
Hal. 1-15

INTEGRASI PASAR KEUANGAN PASCA
KRISIS FINANSIAL GLOBAL
PADA NEGARA INDONESIA, CINA DAN INDIA

ANWAR PUTEH
Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe

This study examines the integration of inancial markets in Indonesia with China
and India after the global inancial crisis. Results of Vector Error Correction Model
(VECM) tends to support the hypothesis that indicates, Indonesia’s inancial market
is integrated with the Chinese and Indian markets keuagan relationship meaning
both short-term and long-term (disequilibrium).
Keywords: Financial markets, global inancial, crisis

9

ANWAR PUTEH

10

PENDAHULUAN
Krisis inansial global yang berpusat di negara-negara maju dengan cepatnya menyebar ke seluruh dunia. Kecepatan penyebaran ini didukung
oleh struktur pasar keuangan global yang telah
terintegrasi dengan baik. Terintegrasinya pasar
keuangan global ini, di satu sisi memberikan manfaat yang besar bagi perekonomian suatu negara
karena mempercepat proses pengembangan pasar
keuangan domestik, meningkatkan eisiensi pasar,
dan membuka akses yang besar terhadap sumber
pembiayaan luar negeri. Tapi si sisi lain, integrasi
ini menjadikan pasar keuangan domestik lebih
rentan terhadap kejutan eksternal.
Semua Negara merasa kekwatiran terhadap
pembalikan dana oleh pemilik modal akibat krisis
inansial global tersebut. Pemilik modal akan menarik dananya dari tempat yang dianggap rentan
terhadap krisis inansial tersebut dan menginvestasikan kembali ke tempat yang lebih aman. Indonesia merupakan salah satu dari tiga Negara
yang dianggap aman dan mampu keluar dari krisis
inansial dalam jangka waktu yang relatif cepat,
karena berhasil meningkatkan perekonomiannya
ditengah badai krisis inansial global yang berawal dari runtuhnya industri keuangan di Amerika
Serikat. Krisis inansial tersebut turut mempengaruhi stabilitas ekonomi global, karena hampir
semua Negara menganut sistem pasar bebas, termasuk Indonesia. Sehingga semua Negara saling
terkait dalam ekonomi global yang terintegrasi aliran dana bebas keluar masuk dari satu Negara ke
Negara lain tanpa batas. Hal ini pertanda bahwa
pasar modal Indonesia saling terintegrasi dengan
pasar modal Negara lain
Terintegrasinya struktur pasar keuangan Indonesia dengan pasar keuangan global, juga memberikan dampak negatif terhadap kecepatan krisis
inansial global ke pasar domestik. Seperti yang
terjadi pada Oktober 2008, volume perdagangan saham dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) mengalami tekanan kuat hingga memaksa
otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagangan (blackout). Selain itu, gejolak
di pasar saham domestik tidak terlepas dari cukup
tingginya proporsi asing dalam perdagangan saham selama ini. Kerugian yang dialami investor

di pasar keuangan global menyebabkan banyak
investor asing yang mengalami kesulitan likuiditas, sehingga terpaksa menarik dananya (deleveraging). Selain disebabkan oleh kesulitan likuiditas
yang memicu deleveraging, jatuhnya pasar saham
juga disebabkan perilaku risk aversion dari investor yang kemudian memicu terjadinya light to
quality dari aset yang dipandang berisiko ke aset
yang lebih aman. Walaupun sebenarnya keadaan fundamental ekonomi di negara berkembang
khususnya Indonesia masih dapat dikatakan baik,
namun penarikan dana tersebut memberikan efek
buruk terhadap kinerja pasar saham di Asia.
Di sisi lain, pasar keuangan yang terintegrasi
dapat membantu memberikan informasi yang lebih lengkap dan mutakhir akan peluang investasi,
dan dapat membantu mengembangkan pendekatan baru untuk membiayai kebutuhan investasi infrastruktur. Tingkat integrasi antar pasar yang satu
dengan yang lain berbeda. Secara teori, hubungan
dengan pasar global dapat menyediakan seluruh
manfaat integrasi keuangan, memberikan peluang
bagi peningkatan modal, beragam pilihan produk
investasi, dan diversiikasi risiko.
Bagi pasar keuangan global di Negara-negara
maju, dengan adanya terintegrasi pasar modal
para investor dapat melakukan investasi maupun
diversiikasi internasional di mana saja tanpa
hambatan. Namun kebanyakan bursa saham di
kawasan Asia-Pasiik (regional) tergolong kurang
terintegrasi, bahkan menjurus segmented, karena
pembentukan harga lebih dipengaruhi oleh kondisi pasar domestik dibanding pasar internasional
(Dewi, 2009). Zona waktu yang sama dan kedekatan geograis memudahkan aliran informasi dan
kontak personal serta dapat membantu mengurangi informasi yang tak selaras. Pasar yang lebih besar, pada gilirannya, dapat mengarah pada layanan
keuangan yang lebih eisien dan kompetitif.
Penyebab terjadinya integrasi pasar keuangan
di suatu Negara adalah bertambahnya aliran dana,
meningkatnya kepemilikan investor asing terhadap asset keuangan dan sektor riil, Dampak positif
dari integrasi pasar keuangan bagi perekonomian
domestik adalah mempercepat proses pengembangan pasar keuangan domestik yang tercermin pada
market deepening, eisiensi pasar dan terbukanya
akses yang lebih besar pada sumber pembiayaan

Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 1, Januari 2014

luar negeri. Akan tetapi di sisi lain, integrasi pasar
keuangan ini menjadikan pasar keuangan domestic sangat dipengaruhi oleh berbagai perkembangan yang terjadi di pasar keuangan global.
Bahkan, pasar keuangan domestik juga menjadi
vulnerable terhadap external shocks, seperti krisis
subprime mortgage di AS (paro kedua 2007) yang
mengakibatkan gejolak di pasar keuangan domestik (Kurniati et al. 2008)
Pasar keuangan menjadi lebih eisien, dan
mampu membuat saling tergantungan antar Negara, khususnya dalam satu kawasan. Sehingga
mendorong masuknya modal asing (capital inlow), disamping membaiknya faktor eksternal
dan domestik, seperti kondisi ekses likuiditas
yang cukup besar di pasar keuangan global, perekonomian emerging markets relatif lebih baik
dibanding perekonomian negara maju, serta imbal hasil (yield) investasi yang lebih tinggi mendorong investor global untuk menempatkan kelebihan likuiditasnya pada instrumen investasi di
emerging markets (Imran, 2009). Didasarkan pada
fenomena dan temuan studi di atas ditemukan bahwa pasar keuangan di kawasan Asia-pasiik belum terintegrasi, jika dibandingkan dengan pasar
keuangan global. Oleh karena ini, studi ini akan
menguji integrasi pasar keuangan di Asia-Pasiik
khususnya pasar keuangan ekonomi baru (Emerging Market Countries) yaitu Indonesia, India dan
Cina.
TINJAUAN TEORITIS
Pasar modal terintegrasi juga dapat membantu
mengembangkan pendekatan baru untuk membiayai kebutuhan investasi infrastruktur yang besar dari kawasan itu. Ada tiga faktor yang mendukung terjadinya integrasi pasar keuangan, yaitu:
(1). Deregulasi atau liberalisasi pasar keuangan;
(2). Kemajuan teknologi yang memungkinkan
pengawasan terhadap pasar keuangan global; dan
(3). Peningkatan institusionel pasar keuangan
(Fabozzi, 1995). Jika pasar modal benar-benar terintegrasi, maka aset inansial akan mencerminkan
harga yang sama di manapun. Pendekatan integrasi di Asia adalah ramah pasar, melalui berbagai
jalur (multi-track) dan dengan berbagai kecepatan
(multi-speed), yang memungkinkan dosis yang se-

11

hat akan pragmatisme di antara suatu kelompok
dengan kepentingan bersama dari negara-negara
di kawasan itu.
Terjadinya integrasi antar pasar keuangan di
sebabkan adanya kesamaan pasar dalam pola pendapatan, dan ini memberikan kontribusi positif
terhadap makroekonomi dalam negeri, dapat menfasilitasi aliran modal daerah ke pasar multinasional, transformasi teknologi, deregulasi keuangan memungkinkan investor untuk memperluas
portofolio mereka secara internasional, dan perdagangan internasional dan mendorong hubungan
ekonomi yang lebih kuat.
Arshanapalli dan Doukas (1993) menggunakan unit root dalam menguji hubungan dan interaksi antara pasar saham New York, Jepang, Paris,
Frankfurt, dan London, dari Januari 1980 sampai
Mei 1990. Hasil studi tersebut menyimpulkan
bahwa telah terjadi interdependensi antar pasar
saham setelah tahun 1987, kecuali untuk pasar saham Jepang. Pasar Perancis, Inggris, dan Jerman
sangat dipengaruhi oleh pasar AS. Kinerja pasar
Jepang tidak memiliki link sama sekali dengan
pasar Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Inggris. Ini menunjukkan bahwa pasar saham Jepang
belum terintegrasi dengan pasar saham lainnya.
Koutmos (1996) mengatakan bahwa terintegrasinya pasar saham Peranci, Jerman, Italia dan
Inggris dipengaruhi oleh sejumlah informasi (berita) baik ditingkat nasional maupun internasional.
Sedangkan Friedman dan Shachmurove (1997)
melakukan penelitian di pasar modal Uni Eropa
seperti Perancis, Jerman, Belanda dan Inggris.
Hasilnya studi tersebut disimpulkan bahwa pasar
modal yang besar saling berkaitan, namun pasar
modal kecil terjadinya indepensi. Koutmos menyarankan bahwa pasar modal yang kecil dalam
jangka waktu pendek sebaiknya memperluas diversiikasi investasi saham. Studi yang dilakukan Gallagher (1995), dan Knif dan Pynnonen
(1999), justru menemukan tidak adannya integrasi
(lemah) pasar saham di Negara Uni Eropa. Namun
Gallagher (1995) menunjukkan bahwa investor Irlandia dapat meningkatkan manfaat diversiikasi
dalam jangka panjang dengan memperluas portofolio saham domestik, karena tidak ditemukan
integrasi antar pasar saham Irlandia, Jerman, dan
Inggris.

ANWAR PUTEH

12

Serletis dan King (1997) menemukan bukti
dari dua tren stokastik pada sepuluh pasar saham
di Uni Eropa dengan menggunakan data kuartalan 1971-1992. Serletis dan King berpendapat
bahwa adanya integrasi atau kecenderungan tunggal di pasar daham Uni Eropa, hal ini disebabkan
adanya beberapa perbedaan pada kebijakan iskal
dan moneter di seluruh negara Uni Eropa. Dengan
menggunakan estimasi variasi waktu, studi Serletis dan King menemukan adanya peningkatan
konvergensi harga saham dari waktu ke waktu, ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pasar
saham Uni Eropa dan ini memperkuat konvergensi pada periode yang akan datang.
Zuhri dan Endri (2008) menguji intergrasi
pasar saham ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia,
Singapura, Thailand dan Filipina selama periode
Januari 1999 – Januari 2008. Pengujian dilakukan
secara bivariate co-integration dan multivariate co-integration. Hasilnya secara multivariate
co-integration test menyimpulkan bahwa kelima
Negara ASEAN memiliki kointegrasi pada vector
1 dengan tingkat signiikansi 5%. Sedangkan pengujian dengan bivariate co-integration test menemukan bahwa pasar saham Indonesia terintegrasi
dengan pasar saham ASEAN, akan tetapi pasar
saham Malaysia-Singapura, Malaysia –Thailand,
Malaysia –Filipina dan Thailand – Filipina tidak
terintegasi.

atas hipotesis nol variabel stokastik memiliki unit
root. Jika nila probabilitas pasar saham tidak signiikan pada taraf keyakinan 90%, maka kesimpulan dari hasil pengujian unit root pada ordo nol semua data penelitian tersebut adalah tidak stasioner.
Hal ini menunjukkan bahwa data time series pada
umumnya bersifat nonstasionary (Gujarati, 1999).
Pengambilan keputusan terhadap stasioneritas
data didasarkan pada nilai kritis MacKinnon sebagai pengganti uji-t dari hasil model uji ADF
test. Selanjutnya nisbah t tersebut dibandingkan
dengan nilai kritis statistik pada t tabel ADF untuk mengetahui ada atau tidaknya akar-akar unit.
Jika hipotesa diterima berarti variabel tersebut
tidak stasioner, maka perlu dilakukan uji derajat
integrasi. Uji derajat integrasi dimaksudkan untuk
melihat pada derajat atau order diferensi ke berapa
data yang diamati akan stasioner.
Coointegration Test dan Error Correction
Model
Kombinasi dari dua seri yang tidak stasioner,
akan bergerak ke arah yang sama menuju ekuilibrium jangka panjangnya dan diferensiasi diantara
kedua seri tersebut akan konstan. Jika demikian
halnya, seri ini dikatakan saling berkointegrasi.
Tes kointegrasi berdasarkan pendekatan vector
autoregressions (VAR) Johansen. Jika vektor Xt
adalah vektor variabel endogen dalam VAR dengan panjang lag p, maka:

METODOLOGI PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data indeks harga saham gabungan harian dari
3 pasar modal di Asia-Pasiik. Periode yang digunakan adalah pasca krisis inansial global yaitu
tahun Januari 2009 – Februari 2011. Pasar modal
yang diamati adalah Indonesia (BEI), Jepang
(NIKKEI), dan India (BSE). Pemilihan sampel
penelitian ini didasari pada negara yang berhasil
keluar dari krisis inansial global secara cepat
dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pada masa krisis.

Dimana:
Yt = vector k dari variabel I(1) non-stasioner
Xt = vector d dari variabel deterministic
et = vector inovasi.
Spesiikasi VAR ini dapat dinyatakan dalam
bentuk irst difference (Widarjono, 2009).

Notasi.
Unit Root Test
Pada penelitian ini, uji stasioneritas dilakukan
dengan menggunakan metode Augmented DickeyFuller Test (ADF). Uji stasioneritas ini didasarkan

dan
I = Matrik identitas

Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 1, Januari 2014

Hubungan jangka panjang (kointegrasi) dijelaskan di dalam matrik dari sejumlah p variable.
Karena 0 < rank = r < (Π) = r = p maka Π terdiri
dari matrik Q dan R dengan dimensi p * r sehingga Π = QR’. Matrik R terdiri dari r, 0