Vol.15 No.3 Juli 2014
ISSN: 1412-968X
Volume 15, Nomor 3, Juli 2014
JOURNAL OF
Economic
Management
& Business
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU)
terhadap Alokasi Belanja Daerah di Kabupaten Aceh Utara
Andria Zulfa
219
Pengaruh Indek Bursa Dunia terhadap Indek Saham di Bursa Efek Indonesia
Chairil Akhyar, Nurhadi, Ghazali Syamni, dan Anwar Puteh
235
Peluang dan Kendala Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Aceh
Jamilah
243
Pengaruh Uang Beredar, PDB, Tingkat Bunga, dan Kurs
terhadap Inlasi di Indonesia Tahun 1998-2012
Khairil Anwar
253
Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2), Nilai Tukar Rupiah (Kurs),
Neraca Perdagangan dan Suku Bunga Bank Indonesia
terhadap Inlasi di Indonesia Periode 2008-2013
Maya Febrianty Lautania dan Evayani
261
Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Aceh
terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Kemiskinan
Muhammad Ilhamsyah Siregar dan Iqbal Mudawali
273
Pengaruh Internal Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik
Studi pada Konsumen Produk Merek Pond’s di Kota Lhokseumawe
Sapna Biby
291
Pengaruh Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial terhadap
Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe
Sullaida
305
Analisis Penerapan Akuntansi Zakat, Infaq dan Sedekah
pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe
Syawal Harianto dan Diana
313
Pengaruh Bantuan Sarana Nelayan terhadap Peningkatan Pendapatan
pada Masyarakat Pesisir Pantai Kota Lhokseumawe
Studi Kasus di Pesisir Pantai Meuraksa Kec. Blang Mangat
Umaruddin Usman
327
Pengaruh Dana Otonomi Khusus terhadap Kemiskinan Kabupaten/Kota
di Provinsi Aceh
Ratna
339
FAKULTAS EKONOMI
Unversitas Malikussaleh
ISSN: 1412-968X
Volume 15, Nomor 3, Juli 2014
JOURNAL OF
Economic
Management
& Business
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU)
terhadap Alokasi Belanja Daerah di Kabupaten Aceh Utara
Andria Zulfa
219
Pengaruh Indek Bursa Dunia terhadap Indek Saham di Bursa Efek Indonesia
Chairil Akhyar, Nurhadi, Ghazali Syamni, dan Anwar Puteh
235
Peluang dan Kendala Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Aceh
Jamilah
243
Pengaruh Uang Beredar, PDB, Tingkat Bunga, dan Kurs
terhadap Inlasi di Indonesia Tahun 1998-2012
Khairil Anwar
253
Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2), Nilai Tukar Rupiah (Kurs),
Neraca Perdagangan dan Suku Bunga Bank Indonesia
terhadap Inlasi di Indonesia Periode 2008-2013
Maya Febrianty Lautania dan Evayani
261
Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Aceh
terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Kemiskinan
Muhammad Ilhamsyah Siregar dan Iqbal Mudawali
273
Pengaruh Internal Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik
Studi pada Konsumen Produk Merek Pond’s di Kota Lhokseumawe
Sapna Biby
291
Pengaruh Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial terhadap
Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe
Sullaida
305
Analisis Penerapan Akuntansi Zakat, Infaq dan Sedekah
pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe
Syawal Harianto dan Diana
313
Pengaruh Bantuan Sarana Nelayan terhadap Peningkatan Pendapatan
pada Masyarakat Pesisir Pantai Kota Lhokseumawe
Studi Kasus di Pesisir Pantai Meuraksa Kec. Blang Mangat
Umaruddin Usman
327
Pengaruh Dana Otonomi Khusus terhadap Kemiskinan Kabupaten/Kota
di Provinsi Aceh
Ratna
339
FAKULTAS EKONOMI
Unversitas Malikussaleh
E-MABIS
JOURNAL OF
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
Economic
Management
& Business
ISSN : 1412 – 968X
Diterbitkan Oleh :
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Dewan Penasehat/Advisory Board
Rektor Universitas Malikussaleh
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Ketua Penyunting/ Chief Editor
Wahyuddin
Pengelola Penyunting/Managing Editor
Khairil Anwar (Chief)
Iswadi, Anwar Puteh, Ichsan, Ghazali Syamni,
Damanhur, Naufal Bachri, Husaini, Yulbahri
Penasehat Editorial dan Dewan Redaksi/
Editorial Advisory and Review Board
Prof. A. Hadi Ariin (Unimal), Jullimursyida, Ph.D (Unimal),
Adi Aif Zakaria, Ph.D (UI), Zafri Ananto Husodo, Ph.D (UI),
Fachruzzaman (UNIB), Erlina, Ph.D (USU), Muhammad Nasir, Ph.D (USK),
Sofyan Syahnur, Ph.D (USK), Tafdil Husni, Ph.D (UNAND),
Jeliteng Pribadi, MA (USK),
Sirkulasi & Secretary :
Kusnandar Zainuddin, Fuadi, Karmila, Ismail
Kantor Penyunting/Editorial Ofice
Kampus Bukit Indah P.O. Box. 141 Lhokseumawe Telp. (0645) 7014461 Fax. (0645) 56941
E-mail : [email protected] - Hompage: www.fe-unimal.org/jurnal/emabis
Jurnal E-Mabis Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh diterbitkan sejak tahun 2000 sesuai dengan
Surat Keputusan Rektor Universitas Malikussaleh nomor SK. No.34/UM.H/KP/2000
Jurnal E-Mabis diterbitkan oleh FE Unimal bekerjasama dengan ISEI Lhokseumawe
Dekan : Wahyuddin, Pembantu Dekan I : Khairil Anwar, Pembantu Dekan II: Iswadi,
Pembantu Dekan III : Anwar Puteh, Pembantu Dekan IV : Ichsan
Jurnal E-Mabis terbit 4 kali setahun pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober.
ISSN : 1412-968X. keputusan terbit 4 kali setahun mulai Edisi Vol.13 Nomor: 1, Januari 2012
Daftar Isi
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU)
terhadap Alokasi Belanja Daerah di Kabupaten Aceh Utara
Andria Zulfa
219
Pengaruh Indek Bursa Dunia terhadap Indek Saham di Bursa Efek Indonesia
Chairil Akhyar, Nurhadi, Ghazali Syamni, dan Anwar Puteh
235
Peluang dan Kendala Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Aceh
Jamilah
243
Pengaruh Uang Beredar, PDB, Tingkat Bunga, dan Kurs
terhadap Inlasi di Indonesia Tahun 1998-2012
Khairil Anwar
253
Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2), Nilai Tukar Rupiah (Kurs),
Neraca Perdagangan dan Suku Bunga Bank Indonesia
terhadap Inlasi di Indonesia Periode 2008-2013
Maya Febrianty Lautania dan Evayani
261
Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Aceh
terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Kemiskinan
Muhammad Ilhamsyah Siregar dan Iqbal Mudawali
273
Pengaruh Internal Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik
Studi pada Konsumen Produk Merek Pond’s di Kota Lhokseumawe
Sapna Biby
291
Pengaruh Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial terhadap
Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe
Sullaida
305
Analisis Penerapan Akuntansi Zakat, Infaq dan Sedekah
pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe
Syawal Harianto dan Diana
313
Pengaruh Bantuan Sarana Nelayan terhadap Peningkatan Pendapatan
pada Masyarakat Pesisir Pantai Kota Lhokseumawe
Studi Kasus di Pesisir Pantai Meuraksa Kec. Blang Mangat
Umaruddin Usman
327
Pengaruh Dana Otonomi Khusus terhadap Kemiskinan Kabupaten/Kota
di Provinsi Aceh
Ratna
339
Journal
Of Economic
Management
& Business - Vol. 15,
3, Juli 2014
JOURNAL
OF ECONOMIC
MANAGEMENT
& No.
BUSINESS
Volume 15, Nomor 3, Juli 2014
ISSN: 1412 – 968X
Hal. 219-233
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)
TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH
DI KABUPATEN ACEH UTARA
ANDRIA ZULFA
Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
This study aims to determine the effect Pendapatan Asli Dareah (PAD) and Dana
Alokasi Umum (DAU) Belanja Daerah allocations in North Aceh Regency period
2001 to 2012. The data analysis was performed by multiple linear regression approach by the SPSS program. The results showed that simultaneous PAD and DAU
signiicant on the allocation of Belanja Daerah in North Aceh district during the period of observation. While partially demonstrated that PAD positive and signiicant
impact on the allocation of Belanja Daerah in North Aceh district during the period
of observation, while the Dana Alokasi Umum (DAU) is positive but not signiicant
effect on the allocation of Belanja Daerah in North Aceh during the observation period. The results of this study support the results of the study have Prakosa (2004),
Maemunah (2006), Syukriy and Halim (2003), and Sani (2009). The implication of
this study is the higher number of incoming PAD and DAU in northern Aceh district
budget, the greater the potential for local governments to implement regional development programs for the prosperity and welfare of the community.
Keywords: PAD, DAU, Allocations, Keuangan Daerah
219
220
ANDRIA ZULFA
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional diawali dengan
pembangunan pondasi ekonomi yang kuat sehingga menciptakan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi nasional sangat ditentukan oleh
pembangunan ekonomi daerah.Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, maka daerah diberikan otonomi atau kewenangan oleh Pemerintahan
Pusat untuk mengurus urusan rumah tangganya
sendiri. Apabila Pemerintah Daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan mendapat kebebasan dalam pengambilan keputusan pengeluaran
disektor publik, maka mereka harus mendapat
dukungan sumber-sumber keuangan yang berasal
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan lain-lain dari pendapatan yang sah (Halim, 2009).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Optimalisasi penerimaan
PAD hendaknya didukung upaya Pemerintah Daerah dengan meningkatkan kualitas layanan publik (Mardiasmo, 2002). Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
pasal 6 menjelaskan bahwa sumber Pendapatan
Asli Daerah terdiri atas: 1) Hasil pajak Daerah; 2)
Hasil retribusi Daerah; 3) Hasil Perusahaan Milik
Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan; dan 4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Sumber Pendapatan Asli Daerah sebagaimana
tersebut pada dasarnya masih dalam bentuk dan
jenis yang sama, kecuali dalam Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, dengan menambah 1 (satu) lagi unsur
sumber PAD, yaitu “Zakat”. Namun PAD dari
jenis ini belum sempat dilaksanakan, karena sudah
dinyatakan tidak berlaku lagi dengan ditetapkan
dan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, tetapi
PAD dari jenis Zakat ini masih tercantum didalamnya. Akan tetapi, hingga Tahun Anggaran 2010
belum juga dimasukkan sebagai jenis PAD dan
berdasarkan penelitian bahwa pada tahun anggaran 2011 telah dimasukkan didalam APBD Kabupaten, tetapi hanya sekedar pencatatan, sedangkan
pengelolaannnya dilaksanakan oleh satu badan
yang dinamakan dengan “Baital Maal” yang mekanisme pelaksanaannya sesuai dengan yang telah
diatur menurut Hukum Islam (Syari’at Islam).
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan sumber pembelanjaan daerah disamping Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Peranan DAU terletak pada
kemampuannya untuk menciptakan pemerataan
berdasarkan pertimbangan atas potensi iskal dan
kebutuhan nyata dari masing-masing daerah (Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004).
Permasalahan Dana Alokasi Umum (DAU)
terletak pada perbedaan cara pandang antara pusat
dan daerah tentang dana ini. Bagi Pemerintah Pusat, DAU dijadikan sebagai instrument horizontal
imbalance untuk pemerataan atau mengisi iscal
gap. Sedangkan bagi Pemerintah Daerah, DAU
dimaksudkan untuk mendukung kecukupan pendapatan daerah. Permasalahannya akan timbul
ketika Pemerintah Daerah meminta DAU sesuai
dengan kebutuhannya. Akan tetapi, alokasi DAU
didasarkan pada kebutuhan daerah yang demikian
belum bisa dilakukan karena dasar perhitungan
iscal needs tidak memadai (terbatasnya data, belum ada standar pelayanan minimum masing-masing daerah, dan sistem penganggaran yang belum
berdasarkan pada standar analisis belanja). Ditambah total pengeluaran anggaran khususnya APBD
belum mencerminkan kebutuhan sesungguhnya
dan cenderung tidak eisien.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Alokasi Umum (DAU) bersama-sama digunakan
untuk pembelanjaan daerah, jika keduanya meningkat maka dana yang dimiliki oleh Pemerintah
Daerah akan lebih tinggi dan tingkat kemandirian
daerah akan meningkat pula, sehingga Pemerintah
Daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Pratiwi (2007), pertumbuhan PAD secara berkelanjutan akan menyebabkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah itu.
Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu
Daerah Tingkat II yang berada di Provinsi Aceh.
Kabupaten ini adalah salah satu Kabupaten yang
tergolong tua di Provinsi Aceh. Kabupaten Aceh
221
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
Utara terus melaksanakan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memajukan daerahnya melalui Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), yang dalam hal ini
adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Alokasi Umum (DAU). Namun sumbangan PAD
terhadap APBD Kapubaten Aceh Utara saat ini
kondisinya masih sangat kurang memadai, terutama dengan habisnya sumber daya alam utama di
daerah ini, yakni minyak bumi dan gas alam, sehingga kontribusi yang dapat disumbangkan PAD
terhadap total penerimaan daerah masih relatif
sangat rendah sementara belanja daerah cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Disamping itu,
sumbangan DAU juga cenderung tidak mencukupi dari tahun ke tahun. Perkembangan Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),
dan belanja daerah di Kabupaten Aceh Utara selama 12 tahun terakhir seperti yang terlihat pada
Tabel 1 bahwa rata-rata selama tahun 2001 hingga
2012, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Aceh Utara mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2001 PAD Kab. Aceh Utara sebesar Rp 12,533 milyar, kemudian terus mengalami
pertumbuhan positif hingga mencapai Rp 119,858
milyar di tahun 2007. Namun pada tahun 2008,
PAD mengalami penurunan hingga mencapai
Rp 106,145 milyar dan terus berlangsung hingga
mencapai Rp 38,504 milyar di tahun 2010. Se-
mentara pada tahun 2011 PAD Kab. Aceh Utara
kembali meningkat hingga mencapai Rp 73,277
milyar di tahun 2012.
Disamping itu, pertumbuhan Dana Alokasi
Umum (DAU) di Kabupaten Aceh Utara selama
periode pengamatan juga mengalami peningkatan
yang positif. Pada tahun 2001, DAU Kab. Aceh
Utara sebesar Rp 233,970 milyar, namun pada tahun 2002 mengalami penurunan hingga mencapai
Rp 149,120 milyar di tahun 2003. Pertumbuhan
DAU positif kembali terjadi pada tahun 2004
yakni mencapai Rp 199,895 milyar dan terus tumbuh hingga mencapi Rp 612,599 milyar di tahun
2012 meskipun sempat terpuruk pada tahun 2010.
Kondisi yang hampir bersamaan juga terlihat pada
pertumbuhan Belanja Daerah, dimana pada tahun
2001 Belanja Daerah Kabupaten Aceh Utara sebesar Rp 160,181 milyar dan terus mengalami pertumbuhan hingga mencapai Rp 1.611,235 milyar
di tahun 2008 meskipun sempat terpuruk pada tahun 2004. Pada tahun 2009 Belanja Daerah Kabupaten Aceh Utara kembali menurun, yakni dari Rp
1.611,235 milyar (tahun 2008) ke Rp 1.352,233
milyar di tahun 2009. Penurunan ini terus berlangsung hingga mencapai Rp 847,164 di tahun 2012,
meskipun sempat mengalami pertumbuhan positif
di tahun 2011.
Dari uraian di atas terlihat bahwa selama tahun 2001 hingga 2012, Pendapatan Asli Daerah
Tabel 1
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),
dan Alokasi Belanja Daerah Kabupaten Aceh Utara
Periode 2001 – 2012
PAD
Thn.
DAU
Prtmbhn
(%)
Belanja Daerah
2001
Total
(Rp Milyar)
12,533
-
Total
(Rp Milyar)
233,970
Prtmbhn
(%)
-
Total
(Rp Milyar)
160,181
2002
21,821
0.74
200,592
-0.14
180,897
0.13
2003
37,774
0.73
149,120
-0.26
665,092
2.68
2004
38,029
0.01
199,895
0.34
733,629
0.10
2005
55,368
0.46
199,896
0.00
690,703
-0.06
2006
103,120
0.86
199,896
0.00
886,037
0.28
2007
119,858
0.16
203,868
0.02
1,066,064
0.20
2008
106,145
-0.11
224,975
0.10
1,611,235
0.51
2009
85,520
-0.19
226,981
0.01
1,352,233
-0.16
2010
38,504
-0.55
245,998
0.08
932,592
-0.31
2011
53,643
0.39
440,366
0.79
1,087,015
0.17
2012
73,277
0.37
612,599
0.39
847,164
-0.22
Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (Diolah, 2013)
Prtmbhn
(%)
-
222
ANDRIA ZULFA
(PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki
hubungan searah dengan Alokasi Belanja Daerah
di Kabupaten Aceh Utara. Dimana peningkatan
PAD dan DAU akan memicu peningkatan Belanja
Daerah di Kabupaten Aceh Utara. Sebaliknya penurunan PAD dan DAU akan memicu penurunan
Belanja Daerah di Kabupaten Aceh Utara. Kondisi
yang demikian ini relevan dengan hasil penelitian
Maimunah (2006), Prakosa (2004), dan Syukry
& Halim (2003), yang juga menunjukkan bahwa
PAD dan DAU signiikan berpengaruh terhadap
Belanja Daerah. Akan tetapi hasil penelitian Sari
(2009) menunjukkan bahwa DAU berpengaruh
signiikan terhadap Belanja Daerah sedangkan
PAD tidak.
Berdasarkan rumusan fenomena di atas maka
tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Alokasi Umum (DAU) terhadap Alokasi Belanja
Daerah di Kabupaten Aceh Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi iskal adalah pemberian sumber-sumber
penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri sesuai dengan potensinya masingmasing. PAD mencerminkan local taxing power
yang “cukup” sebagai necessary condition bagi
terwujudnya otonomi daerah yang luas karena
nilai dan proporsinya yang cukup dominan utuk
mendanai daerah (Simanjuntak, 2005). Secara teoritis pengukuran kemandirian daerah diukur dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber PAD berasal dari pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, dan hasil pengolahan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lainlain pendapatan daerah yang sah.
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang
berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah,
Pos Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi
serta Pengelolaan Sumber Daya Alam (Bastian,
2002). Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari
sumber ekonomi asli daerah. Identiikasi sumber
Pendapatan Asli Daerah adalah meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang
menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan
cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola
sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal (Elita dalam
Pratiwi, 2007).
Kendala utama yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah adalah
minimnya pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Proporsi Pendapatan
Asli Daerah yang rendah, di lain pihak menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam mengelola keuangan daerah.
Sebagian besar pengeluaran, baik rutin maupun
pembangunan, dibiayai dari dana perimbangan,
terutama Dana Alokasi Umum.Alternatif jangka
pendek peningkatan penerimaan Pemerintah Daerah adalah menggali dari Pendapatan Asli Daerah
(Pratiwi, 2007).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah. Adapun kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi dua jenis pendapatan, yaitu (Halim, 2002):
1. Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah
yang berasal dari pajak.
2. Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah.
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Pembagian
dana untuk daerah melalui bagi hasil berdasarkan
daerah penghasil cenderung menimbulkan ketimpangan antar daerah dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan potensi daerah. Alokasi Dana Alokasi Umum bagi daerah yang potensi iskalnya besar namun kebutuhan iskalnya kecil akan memperoleh alokasi Dana Alokasi Umum yang relatif
kecil. Sebaliknya daerah yang memiliki potensi
iskalnya kecil namun kebutuhan iskalnya besar
akan memperoleh alokasi Dana alokasi Umum relatif besar. Dengan maksud melihat kemampuan
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
APBD dalam membiayai kebutuhan-kebutuhan
daerah dalam rangka pembangunan daerah yang
dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai (Halim, 2009).
Dalam UU Nomor 32/2004 disebutkan bahwa
untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintah daerah, Pemerintah pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana
Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan Sumber
Daya Alam. Disamping Dana Perimbangan tersebut, Pemerintah Daerah memiliki sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah
(PAD), pembiayaan, dan lain-lain pendapatan
yang sah. Kebijakan penggunaan semua dana
tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
Dana transfer dari Pemerintah Pusat diharapkan
digunakan secara efektif dan eisien oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pelayanannya
kepada masyarakat.
Menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kebutuhan DAU oleh suatu
daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota) ditentukan dengan menggunakan pendekatan Fiscal Gap,
dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan
atas kebutuhan daerah dengan potensi daerah.
Dana Alokasi Umum digunakan untuk menutup
celah yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi penerimaan daerah yang ada.
Alokasi Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah semua pengeluaran
Pemerintah Daerah pada suatu periode Anggaran.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdiri
dari tiga komponen utama, yaitu unsur penerimaan, belanja rutin dan belanja pembangunan. Ketiga komponen itu meskipun disusun hampir secara
bersamaan, akan tetapi proses penyusunannya berada di lembaga yang berbeda (Halim, 2002).
Proses penyusunan APBD secara keseluruhan
berada di tangan Sekretraris Daerah yang bertanggung jawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan
penyusunan APBD. sedangkan proses penyusunan belanja rutin disusun oleh Bagian Keuangan
Pemerintah Daerah, proses penyusunan penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah
dan proses penyusunan belanja pembangunan
223
disusun oleh Bappeda (Dedy Haryadi et al, dalam
Pratiwi, 2007).
Menurut penelitian Pambudi (2007) belanja
juga dapat dikategorikan menurut karakteristiknya
menjadi dua bagian, yaitu: (1) Belanja selain modal (Belanja administrasi umum; Belanja operasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana publik; Belanja transfer; Belanja tak terduga). (2) Belanja
modal.
Sedangkan menurut Pambudi (2007), secara
umum belanja dalam APBD dikelompokan menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Belanja administrasi umum, yaitu semua pengeluaran Pemerintah Daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau
pelayanan publik.
2. Belanja operasi, pemeliharaan sarana dan prasarana publik, yaitu semua pengeluaran Pemerintah Daerah yang berhubungan dengan
aktivitas atau pelayanan publik.
3. Belanja modal, yaitu semua pengeluaran Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi
satu tahun anggaran dan akan menambah aset
atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan
menambah belanja yang bersifat rutin seperti
biaya operasi dan pemeliharaan.
4. Belanja transfer, yaitu pengalihan uang dari
Pemerintah Daerah kepada pihak ketiga tanpa
adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian imbalan maupun keuntungan dari pengalihan uang tersebut. Kelompok belanja ini
terdiri atas pembayaran angsuran pinjaman,
dana bantuan, dan dana cadangan.
5. Belanja tak tersangka, yaitu pengeluaran yang
dilakukan oleh Pemerintah
Daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan
tak terduga dan kejadian-kejadian luar biasa.
Menurut Nurlan (2008) menyatakan bahwa belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana
alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan
sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya
yang telah ditutup.
Kerangka Konseptual
224
ANDRIA ZULFA
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori
yang maka skema kerangka konseptual dalam penelitian ini yaitu :
Pendapatan
Asli Daerah
(X1)
Alokasi
Belanja Daerah
(Y)
Dana
Alokasi Umum
(X2)
Gambar 1. Skema Kerangka Konseptual
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara
yang hendak diuji kebenarannya dengan melihat
hasil analisis penelitian. Sekaran (2007) mengatakan bahwa hipotesis bisa didiinisikan sebagai
hubungan yang diperkirakan secara logis diantara
dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam
bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hubungan
tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis yang
dirumuskan untuk studi penelitian.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesisnya
adalah:
H1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh
positif dan signiikan terhadap Alokasi Belanja
Daerah (ABD) di Aceh Utara) .
H2 : Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh
positif dan signiikan terhadap Alokasi Belanja
Daerah (ABD).
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data sekunder yang bersifat time series,
yaitu jumlah Pendapatan asli Daerah (PAD),
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Alokasi Belanja
Daerah di Kabupaten Aceh Utara selama periode
pengamatan, yakni 12 tahun (mulai tahun 2001
hingga tahun 2012). Data-data ini diperoleh dari
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah dan
www.djkp.co.id.
Deinisi Operasional Variabel
1. Pendapatan Asli Daerah (X1). PAD Kabupaten
Aceh Utara adalah seluruh sumber keuangan
daerah yang meliputi pajak daerah, retribusi,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah di wilayah
ini. Rasio Rupiah.
2. Dana Alokasi Umum (X2) DAU Kabupaten
Aceh Utara adalah dana yang berasal dari
APBN (Pemerintah Pusat) untuk pemerataan
kemampuan keuangan dalam rangka mendanai kebutuhan daerah di wilayah ini. Rasio
Rupiah.
3. Alokasi Belanja Daerah (Y) ABD Kabupaten
Aceh Utara adalah seluruh belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dan tidak secara langsung oleh adanya dalam pelaksanaan
program dan kegiatan daerah di wilayah ini.
Rasio Rupiah
Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, lebih lanjut peneliti menggunakan bantuan pengolahan data SPSS
(Statistical Package for Social Science). Dengan
kecendrungan data linear maka digunakan spesiikasi Model Analisis Regresi Linier Berganda,
yaitu:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + ε
Dimana:
Y = Alokasi Belanja Daerah
α = Konstanta
X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 = Dana Alokasi Umum (DAU)
β = Koeisien Variabel Independen
ε = Error Term
Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2006), uji normalitas digunakan untuk menyatakan apakah suatu data
mengikuti sebagian normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov. Menurut Ghozali (2006), pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov Smirnov
tentang data tersebut mendekati atau merupakan
distribusi normal adalah jika nilai signiikan atau
nilai probabilitas lebih kecil dari 5% maka distri-
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
busi adalah tidak normal, sebaliknya jika nilai signiikan atau nilai probabilitas lebih besar 5% maka
distribusi adalah normal. Namun jika data mengalami distribusi yang tidak normal, maka data-data
mentah akan ditransformasikan kedalam bentuk
Log atau LN atau bentuk lainnya.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel-variabel bebas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantar
variabel bebasnya (Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas adalah dengan cara mengamati
nilai VIF dan tolerance . jika nilai VIF melebihi
nilai 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,10
maka model regresi yang diindikasikan terdapat
multikolonieritas (Ghozali, 2006). Jika data-data
terdeteksi mengalami heteroskedastisitas, maka
data-data mentah akan ditransformasikan kedalam
bentuk absolut dan selanjutnya ditransformasikan
kedalam bentuk Ln (Ghozali, 2006).
Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2006), uji heteroskedastisitas menguji apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians
dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan
lain maka disebut homoskedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat graik Scatterplot.
Dasar pengambilan keputusannya yaitu jika ada
pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin) yang
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada
pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam model regresi berganda linier ada kore-
225
lasi antara kesalahan penganggu pada periode
t dengan kesalahan penganggu pada periode t1(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lain. Jika ada masalah autokorelasi,
maka model regresi yang seharusnya signiikan,
menjadi tidak layak untuk dipakai (Santoso,
2000).
Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Durbin Watson. Singgih (2000),
bila angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak terjadi autokorelasi. Menurut Ghozali (2006),
untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
bisa menggunakan Uji Durbin-Watson (DW test)
dengan pola pengambilan keputusannya.
Pengujian Hipotesis
Uji statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan kriteria
pengambilan keputusannya adalah:
a. Jika thitung > ttabel atau jika nilai signiikansi <
signiikansi alpha (α = 5%), maka H1, H2 diterima. Artinya, secara PAD (H1) dan DAU
(H2) berpengaruh signiikan terhadap Alokasi
Belanja Daerah.
b. Jika thitung ≤ ttabel atau jika nilai signiikansi >
signiikansi alpha (α = 5%), maka H1, H2 ditolak. Artinya, secara PAD (H1) dan DAU (H2)
tidak berpengaruh signiikan terhadap Alokasi
Belanja Daerah.
HASIL PENELITIAN
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Aceh Utara
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Aceh Utara merupakan jumlah penerimaan atau
pendapatan yang diperoleh Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara selama satu tahun anggaran
yang berasal dari beberapa sumber, yaitu sumber
pajak daerahnya, retribusi daerahnya, pendapatan
lain-lain yang sah. Pertumbuhan jumlah PAD Kabupaten Aceh Utara selama periode pengamatan,
yakni mulai tahun 2001 hingga 2012 terlihat pada
Gambar 2.
226
ANDRIA ZULFA
Gambar 1. Pertumbuhan PAD Kabupaten Aceh Utara Periode 2001 – 2012
Gambar 2. Pertumbuhan DAU Kabupaten Aceh Utara Periode 2001 – 2012
Gambar 4. Pertumbuhan Jumlah ABD Kabupaten Aceh Utara Periode 2001 – 2012
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
Dari Gambar 2 tersebut terlihat bahwa ratarata Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Aceh Utara mengalami pertumbuhan positif selama periode pengamatan (2001 – 2012), kecuali
pada tahun 2008 dan 2009 yang tumbuh secara
negatif sebagai dampak krisis perekonomian dunia. Pertumbuhan PAD Kabupaten Aceh Utara
tertinggi terjadi pada tahun 2006 yang mencapai
86,24% dari tahun sebelumnya dan pertumbuhan
PAD terendah terjadi pada tahun 2010, yaitu mencapai -54,98% dari tahun sebelumnya.
Perkembangan Dana Alokasi Umum (DAU)
Kabupaten Aceh Utara
Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten Aceh
Utara merupakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat kepada Kabupaten ini
sebagai tambahan pendapatannya dalam rangka
penyelenggaraan program pembangunan nasional. Pada dasarnya, pengalokasian DAU bertujuan untuk membantu Pemerintah daerah dalam
menjalakan pembangunan daerah serta untuk
membendung ketimpangan keuangan antar daerah. Pertumbuhan DAU tersebut selama periode
pengamatan terlihat dalam Gambar 3.
Dari Gambar 3 tersebut terlihat bahwa selama
periode pengamatan, rata-rata pertumbuhan Dana
Alokasi Umum (DAU) Kabupaten Aceh Utara
positif setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2002
dan 2003 yang mengalami pertumbuhan negatif.
Pertumbuhan DAU tertinggi terjadi pada tahun
2011, yakni mencapai 79,01%, hal ini disebabkan
oleh meningkatnya pertumbuhan nasional pasca
pemulihan krisis perekonomian global. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun
2003 yang mencapai -25,66%, hal ini disebabkan
oleh data kebutuhan iskal dan data kapasitas isikal disebabkan karena penambahan pegawai yang
sangat signiikan.
Perkembangan Alokasi Belanja Daerah Kabupaten Aceh Utara
Belanja daerah Kabupaten Aceh Utara adalah
semua pengeluaran kas Pemerintah Kabupaten
Aceh Utara dalam satu tahun anggaran yang digunakan untuk membiayai seluruh pengeluaran
227
dalam rangka pembangunan daerah tersebut. Selama periode pengamatan, yakni tahun 2001 hingga
tahun 2012 jumlah belanja daerah kabupaten ini
terindikasi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pertumbuhan jumlah alokasi belanja daerah
Kabupaten Aceh Utara selama tahun 2001 hingga
2012 terlihat pada Gambar 4.
Dari Gambar 4 terlihat bahwa pertumbuhan
jumlah alokasi belanja daerah di Kabupaten Aceh
Utara tertinggi terjadi pada tahun 2003, dimana
pertumbuhannya mencapai 267,66% dari tahun
2002. Pertumbuhan yang sangat signiikan ini
disebabkan oleh banyaknya jumlah pembiayaan
terhadap sarana dan prasarana yang rusak selama
konlik Aceh. Sedangkan pertumbuhan terendah
terjadi pada tahun 2010 yang mencapai -31%.
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan kriteria keputusannya adalah jika nilai signiikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari
5%, maka data-data yang digunakan dapat dinyatakan berdistribusi normal. Adapun hasil uji normalitas data dalam penelitian ini yang dilakukan
dengan Kolmogorov Smirnov.
Dari Tabel 2 terlihat bahwa seluruh data pada
masing-masing variabel penelitian memiliki nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) > 5%. Dimana data Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki nilai Asymp.
Sig (2-tailed) sebesar 0,934 (93,4%) > cronbach
alpha (α = 5%), data Dana Alokasi Umum (DAU)
sebesar 0,191 (19,1%) > α = 5%, dan data Alokasi
Belanja Modal (ABM) sebesar 0,248 (24,8%).
Oleh karena demikian, maka dapat dinyatakan
bahwa seluruh data-data yang digunakan dalam
penelitian ini berdistriusi normal dan dapat digunakan untuk proses analisis selanjutnya (regresi).
Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel-variabel bebas. Jika nilai
VIF melebihi nilai 10 dan nilai tolerance kurang
dari 0,10 maka model regresi yang diindikasikan
terdapat multikolonieritas (Ghozali, 2006). Hasil
uji multikolinearitas dalam penelitian ini seperti
228
ANDRIA ZULFA
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
PAD
DAU
N
ABM
12
12
12
10.8543
12.3931
13.4772
.68185
.38617
.71861
Absolute
.155
.313
.295
Positive
.109
.313
.139
Negative
-.155
-.230
-.295
Kolmogorov-Smirnov Z
.538
1.083
1.021
Asymp. Sig. (2-tailed)
.934
.191
.248
Normal Parameters(a,b)
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah, 2013).
Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
0.982
1.018
0.982
1.018
Model
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dana Alokasi Umum (DAU)
Sumber: Hasil Penelitian (Diolah, 2013)
Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
Model
R
1
Adjusted R
Square
R Square
.875(a)
.766
Std. Error of the
Estimate
.713
Durbin-Watson
.38470
1.396
Sumber: Hasil Penelian (Data Diolah, 2013)
Tabel 5
Koeisien Korelasi dan Determinasi
Model
R
1
R Square
.875
Adjusted R
Square
.776
.713
Std. Error of the
Estimate
.38470
Sumber: Hasil Penelitian (2013)
Regression Standardized Predicted Value
Scatterplot
Dependent Variable: ABM
1.5
1.0
.5
0.0
-.5
-1.0
-1.5
-2.0
-2.5
-1.5
-1.0
-.5
0.0
.5
1.0
Regression Standardized Residual
Gambar 4. Graik Scatterplot (Hasil Uji Heteroskedastisitas)
1.5
229
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
terlihat pada Tabel 2, menggambarkan bahwa semua variabel bebas memiliki nilai tolerance lebih
besar dari 0,10 dan nilai VIF-nya kurang dari 10.
Dimana Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Alokasi Umum (DAU) sama-sama memiliki nilai
tolerance sebesar 0,982 > 0,10 dan nilai VIF-nya
sebesar 1,018 < 10. Oleh karena demikian, maka
seluruh data variabel bebas dapat dinyatakan bebas dari gejala multikolinearitas.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2006).
Adapun hasil pengujian hetroskedastisitas dalam
penelitian ini terlihat pada Gambar 5.
Dari Gambar 5 terlihat bahwa titik-titik tersebar secara tidak beraturan sehingga tidak terdeteksi adanya pola tertentu. Disamping itu, penyebaran
titik-titik berada di atas dan di bawah nilai 0 pada
sumbu Y. Oleh karena demikian, maka data-data
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga
dapat digunakan untuk proses analisis berikutnya.
Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik
autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan
lain pada model regresi (Widarjono, 2009). Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya
autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji
Durbin-Watson (uji DW).
Dari Tabel 4 terlihat bahwa nilai DurbinWatson (DW) sebesar 1,396. Berdasarkan Tabel
DW dengan kepercayaan sebesar 5%, maka nilai
dL sebesar 1,1776 dan nilai dU sebesar 1,9399
sehingga 4-dL adalah 2,8224 dan 4-dU adalah
2,0601. Oleh karena demikian, maka nilai DW
(1,396) berada diantara nilai dU (1,1776) dan nilai
4-dU (2,0601) sehingga dapat disimpulkan bahwa
data-data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari gejala autokorelasi.
Hasil Analisis Korelasi dan Determinasi
Untuk melihat hubungan variabel bebas
dengan variabel terikat serta besarnya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dapat diketahui melalui nilai koeisien korelasi dan
determinasi.
Dari Tabel 6 diketahui bahwa nilai korelasi (R)
sebesar 0,875 yang menunjukkan kuatnya hubungan antara variabel independen (PAD dan DAU)
dengan variabel dependen (alokasi belanja daerah) sebesar 87,5%. Sedangkan koeisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R Square sebesar 0,776
artinya, PAD dan DAU mampu menjelaskan jumlah alokasi belanja daerah di Kabupaten Aceh Utara sebesar 77,6% sedangkan sisanya yaitu 22,4%
(100% - 77,6%) dijelaskan oleh faktor lain yang
tidak dijelaskan dalam penelitian ini, seperti dana
hibah atau dana bantuan, hutang, dan sebagainya.
Hasil Pengujian Hipotesis
Pebgujian hipotesis dengan menggunakan Uji
t (parsial) bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi
Umum (DAU) secara individual terhadap alokasi
belanja daerah di Kabupaten Aceh Utara. Adapun
hasil pengujian secara parsial (uji t) dalam penelitian ini terlihat pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki nilai thitung
(5,305) > ttabel (2,201) atau nilai signiikansinya
(0%) < α (5%) sehingga H1 diterima, artinya PAD
Tabel 6
Hasil Pengujian secara Parsial (Uji t)
Model
(Constant)
Unstandardized
Coeficients
B
Std. Error
Standardized
Coeficients
Beta
T
Sig.
2.119
3.965
.534
.606
PAD
.911
.172
.864
5.305
.000
DAU
.119
.303
.064
.392
.704
Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah, 2013)
230
berpengaruh signiikan terhadap alokasi belanja
daerah di Kabupaten Aceh Utara. Oleh karenanya,
jika PAD meningkat maka alokasi belanja daerah
pun akan meningkat atau penurunan PAD akan
memicu penurunan belanja daerah.
Dalam literatur ekonomi dan keuangan daerah, hubungan Pendapatan dan Belanja Daerah
didiskusikan secara luas sejak akhir dekade 1950an dan berbagai hipotesis tentang hubungan diuji
secara empiris menyatakan bahwa pendapatan
mempengaruhi belanja. Sementara studi tentang
pengaruh grants dari Pemerintah Pusat terhadap
keputusan pengeluaran atau Belanja Pemerintah
Daerah sudah berjalan lebih dari 30 tahun (Prakosa, 2004). Holtz-Eakin, et al (dalam Prakosa,
2004) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan
sangat erat antara transfer dari Pemerintah Pusat
dengan Belanja Pemerintah Daerah.
Sementara Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki nilai thitung (0,392) < ttabel (2,201) atau nilai
signiikansinya (0%) < α (5%) sehingga H2 ditolak, artinya DAU tidak berpengaruh signiikan terhadap alokasi belanja daerah di Kabupaten Aceh
Utara.
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan sumber pendapatan penting bagi sebuah daerah dalam
memenuhi belanjanya. Dana Alokasi Umum
(DAU) ini sekaligus dapat menujukan tingkat kemandirian suatu daerah. Semakin banyak Dana
Alokasi Umum yang diterima maka berarti daerah
tersebut masih sangat tergantung terhadap Pemerintah Pusat dalam memenuhi belanjanya, ini menandakan bahwa daerah tersebut belumlah mandiri, dan begitu juga sebaliknya (Pambudi, 2007).
Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan untuk Kabupaten Aceh Utara dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas
daerah, keadaan geograi, jumlah penduduk, dan
tingkat pendapatan. Jaminan keseimbangan penyelenggaraan Pemerintah Daerah dalam rangka
penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat.
Oleh karenanya, DAU merupakan sumber dana
yang dominan dan dapat meningkatkan pelayanan
pada masyarakat. Sebagai tujuan dari desentralisasi yaitu untuk mempercepat pembangunan disamping itu tetap memaksimalkan potensi daerah
untuk membiayai kebutuhan daerah.
Kondisi yang demikian cenderung relevan
ANDRIA ZULFA
dengan hasil kajian Prakosa (2004) yang menunjukkan bahwa selama periode pengamatannya Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki posisi
yang kurang dominan dalam menentukan alokasi
belanja daerah di Yogyakarta dan Jawa Tengah,
karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) jauh lebih
tinggi dari DAU-nya. Namun untuk tahun-tahun
berikutnya DAU akan lebih dominan berpengaruh
terhadap alokasi belanja daerah di kedua daerah
tersebut, karena munculnya berbagai bentuk peraturan daerah tentang pajak dan retribusi daerah
mungkin merupakan indikasi untuk “mengimbangi” pendapatan yang bersumber dari Pemerintah
Pusat (salah satunya DAU).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh
positif dan signiikan terhadap alokasi belanja
daerah di Kabupaten Aceh Utara selama periode 2001 – 2012. Pendapatan Asli Daerah
secara positif dan signiikan dalam mempengaruhi alokasi belanja daerah ini disebabkaan
rata-rata PAD selama priode pengamatan tumbuh secara positif, sehingga memungkinkan
Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara
untuk meningkatkan jumlah program-program
daerah demi terlaksananya pembangunan daerah yang akan membawa pada kesejahteraan
dan kemakmuran rakyatnya, sehingga dengan meningkatnya program-program tersebut
secara otomatis akan meningkatkan jumlah
alokasi belanja daerahnya.
b. Dana Alokasi Umum (DAU) tidak berpengaruh positif signiikan terhadap alokasi belanja daerah di Kabupaten Aceh Utara selama
periode 2001 – 2012. karena DAU masih menjadi komponen utama bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh Utara dalam hal pembiayaan
program-program pemerintah. Dengan kata
lain, selama periode pengamatan PAD Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara belum
mampu sepenuhnya membiayai program pembangunan secara mandiri, meskipun Kabupat-
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
en Aceh Utara merupakan daerah otonomi dan
memiliki sumber daya alam yang berlimpah,
tetapi masih dikendalai oleh berbagai masalah,
seperti iklim politik yang belum sepenuhnya
stabil, bencana alam, dan kebijakan-kebijakan
teradap perusahaan multinasional yang saat ini
beroperasi di wilayah ini. Namun demikian,
jumlah DAU yang masuk kedalam APBD Kabupaten Aceh Utara selama periode pengamatan belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara.
SARAN
Adapun saran penulis atas hasil penelitian ini
adalah:
a. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara
Untuk dapat menjalankan desentralisasi
atau otonomi daerah dalam rangka program
pembangunan daerah khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya, maka
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara agar memaksimalkan potensi daerah sehingga dapat
mendongkrak jumlah PAD-nya serta dalam
penggunaannya juga diatur dengan seeisien
mungkin. Disamping itu, Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh Utara juga perlu mengusulkan kepada Pemerintah Pusat agar jumlah
231
DAU ditingkatkan karena dengan peningkatan
tersebut secara otomatis akan sangat membantu PAD dalam menjalankan program-program
daerah. Akan tetapi, sebaiknya Pemerintah
Daerah Kabupaten Aceh Utara agar tidak selalu mengandalkan DAU sehingga kebijakan
otonomi yang berlaku dapat terlaksana dengan
baik. Jika prosentase penggunaan DAU mengalami penurunan, maka Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh Utara berhasil dalam menggali segala potensi yang dimilikinya secara
mandiri.
b. Bagi Peneliti Berikutnya
Mengingat hasil koeisien determinasi sebesar 77,6% yang menunjukkan bahwa variansi
PAD dan DAU mampu menjelaskan alokasi
belanja daerah di Kabupaten Aceh Utara sebesar 77,6%, artinya masih terdapat 22,4% faktor lain yang juga dapat menjelaskan variansi
variabel dependen, maka peneliti lebih lanjut
agar menambahkan faktor-faktor lain, seperti ukuran atau jenis-jenis pendapatan daerah
lainnya atau dapat pula menambah (mengkombinasikan) dengan variabel-variabel nonkeuangan, seperti kebijakan dan peraturan,
partisipasi dalam penganggaran, dan kondisi
makro ekonomi.
232
ANDRIA ZULFA
REFERENSI
Arif, Bahtiar. (2002). Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat. Jakarta
Ariin, Bustanul dan Didik J. Rachbini. (2001). Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik. PT. Grasindo. Jakarta.
Bastian, Indra. (2002). Sistem Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta.
Brahmantio (2002). Analisis Kebijakan Fiskal pada Era Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan. Vol. 6, No. 1.
Darwanto dan Yustikasari, Yulia, Pengaruh pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan
Dana Alokasi Umum terhadap pengalokasian anggaran belanja modal, Makalah disajikan pada
Seminar Antarbangsa di Universitas Hassanudin, Makassar, 26-28 Juli 2007.
Ghozali, Imam. (1997). Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.
____________. (2006). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Edisi Keempat. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Semarang.
Halim, Abdul. (2009). Problem Desentralisasi dan Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat –
Daerah. Sekolah Pascasarjana UGM. Yogyakarta.
___________. (2007). Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.
____________. (2002). Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Maimunah, Mutiara. (2006). Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.
Mardiasmo. (2002). Otonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi: Yogyakarta.
_________. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Edisi Keempat. Andi. Yogyakarta.
Nafarin, M. (2001). Penganggaran Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta.
Nurlan, Darise. (2008). Akuntansi Keuangan Daerah. Penerbit PT. Indeks:. Jakarta.
Nurul, Aisyiyah. (2008). Analisis Kinerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Sebelum
dan Sesudah Pemberlakuan Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 Studi Pada Pemerintah Kabupaten
Kudus. Tesis (Tidak dipublikasikan). Fakultas Ekonomi UNDIP. Semarang.
Pambudi, Triwidodo. (2007). Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja
Daerah pada Kabupaten/Kota di Bali. Tesis. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
233
Prakosa, Bambang. (2004). Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah (studi kasus Empirik di Wilayah Propinsi
Jawa Tengah dan DIY). Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol. 3, No. 1.
Pratiwi, Novi. (2007). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Prediksi Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Indonesia. Skripsi Sarjana (dipublikasikan). Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.
Puspita, Sari. (2009). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendaptan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Belanja Langsung. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Santoso, Singgih. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Sukriy dan Halim Abdullah. (2004). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi Kasus Kabupaten/Kota Di Jawa
dan Bali. Simposium Nasional Akuntansi VI:1140-1159, Surabaya 16-17 Oktober 2003.
Warsito, Kawedar, Abdulrohman, dan Sri Handayani. (2008). Akuntansi Sektor Publik: Pendekatan
Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan daerah. Badan Penerbit Undip. Semarang.
Yuwono, Sony dkk. (2005). Penganggaran Sektor Publik Pedoman Praktis Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja). Bayumedia. Malang.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
________________,Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
________________,Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh.
________________,Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
________________,Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Penge
Volume 15, Nomor 3, Juli 2014
JOURNAL OF
Economic
Management
& Business
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU)
terhadap Alokasi Belanja Daerah di Kabupaten Aceh Utara
Andria Zulfa
219
Pengaruh Indek Bursa Dunia terhadap Indek Saham di Bursa Efek Indonesia
Chairil Akhyar, Nurhadi, Ghazali Syamni, dan Anwar Puteh
235
Peluang dan Kendala Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Aceh
Jamilah
243
Pengaruh Uang Beredar, PDB, Tingkat Bunga, dan Kurs
terhadap Inlasi di Indonesia Tahun 1998-2012
Khairil Anwar
253
Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2), Nilai Tukar Rupiah (Kurs),
Neraca Perdagangan dan Suku Bunga Bank Indonesia
terhadap Inlasi di Indonesia Periode 2008-2013
Maya Febrianty Lautania dan Evayani
261
Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Aceh
terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Kemiskinan
Muhammad Ilhamsyah Siregar dan Iqbal Mudawali
273
Pengaruh Internal Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik
Studi pada Konsumen Produk Merek Pond’s di Kota Lhokseumawe
Sapna Biby
291
Pengaruh Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial terhadap
Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe
Sullaida
305
Analisis Penerapan Akuntansi Zakat, Infaq dan Sedekah
pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe
Syawal Harianto dan Diana
313
Pengaruh Bantuan Sarana Nelayan terhadap Peningkatan Pendapatan
pada Masyarakat Pesisir Pantai Kota Lhokseumawe
Studi Kasus di Pesisir Pantai Meuraksa Kec. Blang Mangat
Umaruddin Usman
327
Pengaruh Dana Otonomi Khusus terhadap Kemiskinan Kabupaten/Kota
di Provinsi Aceh
Ratna
339
FAKULTAS EKONOMI
Unversitas Malikussaleh
ISSN: 1412-968X
Volume 15, Nomor 3, Juli 2014
JOURNAL OF
Economic
Management
& Business
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU)
terhadap Alokasi Belanja Daerah di Kabupaten Aceh Utara
Andria Zulfa
219
Pengaruh Indek Bursa Dunia terhadap Indek Saham di Bursa Efek Indonesia
Chairil Akhyar, Nurhadi, Ghazali Syamni, dan Anwar Puteh
235
Peluang dan Kendala Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Aceh
Jamilah
243
Pengaruh Uang Beredar, PDB, Tingkat Bunga, dan Kurs
terhadap Inlasi di Indonesia Tahun 1998-2012
Khairil Anwar
253
Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2), Nilai Tukar Rupiah (Kurs),
Neraca Perdagangan dan Suku Bunga Bank Indonesia
terhadap Inlasi di Indonesia Periode 2008-2013
Maya Febrianty Lautania dan Evayani
261
Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Aceh
terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Kemiskinan
Muhammad Ilhamsyah Siregar dan Iqbal Mudawali
273
Pengaruh Internal Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik
Studi pada Konsumen Produk Merek Pond’s di Kota Lhokseumawe
Sapna Biby
291
Pengaruh Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial terhadap
Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe
Sullaida
305
Analisis Penerapan Akuntansi Zakat, Infaq dan Sedekah
pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe
Syawal Harianto dan Diana
313
Pengaruh Bantuan Sarana Nelayan terhadap Peningkatan Pendapatan
pada Masyarakat Pesisir Pantai Kota Lhokseumawe
Studi Kasus di Pesisir Pantai Meuraksa Kec. Blang Mangat
Umaruddin Usman
327
Pengaruh Dana Otonomi Khusus terhadap Kemiskinan Kabupaten/Kota
di Provinsi Aceh
Ratna
339
FAKULTAS EKONOMI
Unversitas Malikussaleh
E-MABIS
JOURNAL OF
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
Economic
Management
& Business
ISSN : 1412 – 968X
Diterbitkan Oleh :
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Dewan Penasehat/Advisory Board
Rektor Universitas Malikussaleh
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Ketua Penyunting/ Chief Editor
Wahyuddin
Pengelola Penyunting/Managing Editor
Khairil Anwar (Chief)
Iswadi, Anwar Puteh, Ichsan, Ghazali Syamni,
Damanhur, Naufal Bachri, Husaini, Yulbahri
Penasehat Editorial dan Dewan Redaksi/
Editorial Advisory and Review Board
Prof. A. Hadi Ariin (Unimal), Jullimursyida, Ph.D (Unimal),
Adi Aif Zakaria, Ph.D (UI), Zafri Ananto Husodo, Ph.D (UI),
Fachruzzaman (UNIB), Erlina, Ph.D (USU), Muhammad Nasir, Ph.D (USK),
Sofyan Syahnur, Ph.D (USK), Tafdil Husni, Ph.D (UNAND),
Jeliteng Pribadi, MA (USK),
Sirkulasi & Secretary :
Kusnandar Zainuddin, Fuadi, Karmila, Ismail
Kantor Penyunting/Editorial Ofice
Kampus Bukit Indah P.O. Box. 141 Lhokseumawe Telp. (0645) 7014461 Fax. (0645) 56941
E-mail : [email protected] - Hompage: www.fe-unimal.org/jurnal/emabis
Jurnal E-Mabis Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh diterbitkan sejak tahun 2000 sesuai dengan
Surat Keputusan Rektor Universitas Malikussaleh nomor SK. No.34/UM.H/KP/2000
Jurnal E-Mabis diterbitkan oleh FE Unimal bekerjasama dengan ISEI Lhokseumawe
Dekan : Wahyuddin, Pembantu Dekan I : Khairil Anwar, Pembantu Dekan II: Iswadi,
Pembantu Dekan III : Anwar Puteh, Pembantu Dekan IV : Ichsan
Jurnal E-Mabis terbit 4 kali setahun pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober.
ISSN : 1412-968X. keputusan terbit 4 kali setahun mulai Edisi Vol.13 Nomor: 1, Januari 2012
Daftar Isi
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU)
terhadap Alokasi Belanja Daerah di Kabupaten Aceh Utara
Andria Zulfa
219
Pengaruh Indek Bursa Dunia terhadap Indek Saham di Bursa Efek Indonesia
Chairil Akhyar, Nurhadi, Ghazali Syamni, dan Anwar Puteh
235
Peluang dan Kendala Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Aceh
Jamilah
243
Pengaruh Uang Beredar, PDB, Tingkat Bunga, dan Kurs
terhadap Inlasi di Indonesia Tahun 1998-2012
Khairil Anwar
253
Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2), Nilai Tukar Rupiah (Kurs),
Neraca Perdagangan dan Suku Bunga Bank Indonesia
terhadap Inlasi di Indonesia Periode 2008-2013
Maya Febrianty Lautania dan Evayani
261
Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Aceh
terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Kemiskinan
Muhammad Ilhamsyah Siregar dan Iqbal Mudawali
273
Pengaruh Internal Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik
Studi pada Konsumen Produk Merek Pond’s di Kota Lhokseumawe
Sapna Biby
291
Pengaruh Budaya Organisasi dan Kemampuan Manajerial terhadap
Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Kontruksi di Kota Lhokseumawe
Sullaida
305
Analisis Penerapan Akuntansi Zakat, Infaq dan Sedekah
pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe
Syawal Harianto dan Diana
313
Pengaruh Bantuan Sarana Nelayan terhadap Peningkatan Pendapatan
pada Masyarakat Pesisir Pantai Kota Lhokseumawe
Studi Kasus di Pesisir Pantai Meuraksa Kec. Blang Mangat
Umaruddin Usman
327
Pengaruh Dana Otonomi Khusus terhadap Kemiskinan Kabupaten/Kota
di Provinsi Aceh
Ratna
339
Journal
Of Economic
Management
& Business - Vol. 15,
3, Juli 2014
JOURNAL
OF ECONOMIC
MANAGEMENT
& No.
BUSINESS
Volume 15, Nomor 3, Juli 2014
ISSN: 1412 – 968X
Hal. 219-233
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)
TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH
DI KABUPATEN ACEH UTARA
ANDRIA ZULFA
Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
This study aims to determine the effect Pendapatan Asli Dareah (PAD) and Dana
Alokasi Umum (DAU) Belanja Daerah allocations in North Aceh Regency period
2001 to 2012. The data analysis was performed by multiple linear regression approach by the SPSS program. The results showed that simultaneous PAD and DAU
signiicant on the allocation of Belanja Daerah in North Aceh district during the period of observation. While partially demonstrated that PAD positive and signiicant
impact on the allocation of Belanja Daerah in North Aceh district during the period
of observation, while the Dana Alokasi Umum (DAU) is positive but not signiicant
effect on the allocation of Belanja Daerah in North Aceh during the observation period. The results of this study support the results of the study have Prakosa (2004),
Maemunah (2006), Syukriy and Halim (2003), and Sani (2009). The implication of
this study is the higher number of incoming PAD and DAU in northern Aceh district
budget, the greater the potential for local governments to implement regional development programs for the prosperity and welfare of the community.
Keywords: PAD, DAU, Allocations, Keuangan Daerah
219
220
ANDRIA ZULFA
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional diawali dengan
pembangunan pondasi ekonomi yang kuat sehingga menciptakan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi nasional sangat ditentukan oleh
pembangunan ekonomi daerah.Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, maka daerah diberikan otonomi atau kewenangan oleh Pemerintahan
Pusat untuk mengurus urusan rumah tangganya
sendiri. Apabila Pemerintah Daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan mendapat kebebasan dalam pengambilan keputusan pengeluaran
disektor publik, maka mereka harus mendapat
dukungan sumber-sumber keuangan yang berasal
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan lain-lain dari pendapatan yang sah (Halim, 2009).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Optimalisasi penerimaan
PAD hendaknya didukung upaya Pemerintah Daerah dengan meningkatkan kualitas layanan publik (Mardiasmo, 2002). Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
pasal 6 menjelaskan bahwa sumber Pendapatan
Asli Daerah terdiri atas: 1) Hasil pajak Daerah; 2)
Hasil retribusi Daerah; 3) Hasil Perusahaan Milik
Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan; dan 4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Sumber Pendapatan Asli Daerah sebagaimana
tersebut pada dasarnya masih dalam bentuk dan
jenis yang sama, kecuali dalam Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, dengan menambah 1 (satu) lagi unsur
sumber PAD, yaitu “Zakat”. Namun PAD dari
jenis ini belum sempat dilaksanakan, karena sudah
dinyatakan tidak berlaku lagi dengan ditetapkan
dan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, tetapi
PAD dari jenis Zakat ini masih tercantum didalamnya. Akan tetapi, hingga Tahun Anggaran 2010
belum juga dimasukkan sebagai jenis PAD dan
berdasarkan penelitian bahwa pada tahun anggaran 2011 telah dimasukkan didalam APBD Kabupaten, tetapi hanya sekedar pencatatan, sedangkan
pengelolaannnya dilaksanakan oleh satu badan
yang dinamakan dengan “Baital Maal” yang mekanisme pelaksanaannya sesuai dengan yang telah
diatur menurut Hukum Islam (Syari’at Islam).
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan sumber pembelanjaan daerah disamping Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Peranan DAU terletak pada
kemampuannya untuk menciptakan pemerataan
berdasarkan pertimbangan atas potensi iskal dan
kebutuhan nyata dari masing-masing daerah (Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004).
Permasalahan Dana Alokasi Umum (DAU)
terletak pada perbedaan cara pandang antara pusat
dan daerah tentang dana ini. Bagi Pemerintah Pusat, DAU dijadikan sebagai instrument horizontal
imbalance untuk pemerataan atau mengisi iscal
gap. Sedangkan bagi Pemerintah Daerah, DAU
dimaksudkan untuk mendukung kecukupan pendapatan daerah. Permasalahannya akan timbul
ketika Pemerintah Daerah meminta DAU sesuai
dengan kebutuhannya. Akan tetapi, alokasi DAU
didasarkan pada kebutuhan daerah yang demikian
belum bisa dilakukan karena dasar perhitungan
iscal needs tidak memadai (terbatasnya data, belum ada standar pelayanan minimum masing-masing daerah, dan sistem penganggaran yang belum
berdasarkan pada standar analisis belanja). Ditambah total pengeluaran anggaran khususnya APBD
belum mencerminkan kebutuhan sesungguhnya
dan cenderung tidak eisien.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Alokasi Umum (DAU) bersama-sama digunakan
untuk pembelanjaan daerah, jika keduanya meningkat maka dana yang dimiliki oleh Pemerintah
Daerah akan lebih tinggi dan tingkat kemandirian
daerah akan meningkat pula, sehingga Pemerintah
Daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Pratiwi (2007), pertumbuhan PAD secara berkelanjutan akan menyebabkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah itu.
Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu
Daerah Tingkat II yang berada di Provinsi Aceh.
Kabupaten ini adalah salah satu Kabupaten yang
tergolong tua di Provinsi Aceh. Kabupaten Aceh
221
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
Utara terus melaksanakan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memajukan daerahnya melalui Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), yang dalam hal ini
adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Alokasi Umum (DAU). Namun sumbangan PAD
terhadap APBD Kapubaten Aceh Utara saat ini
kondisinya masih sangat kurang memadai, terutama dengan habisnya sumber daya alam utama di
daerah ini, yakni minyak bumi dan gas alam, sehingga kontribusi yang dapat disumbangkan PAD
terhadap total penerimaan daerah masih relatif
sangat rendah sementara belanja daerah cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Disamping itu,
sumbangan DAU juga cenderung tidak mencukupi dari tahun ke tahun. Perkembangan Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),
dan belanja daerah di Kabupaten Aceh Utara selama 12 tahun terakhir seperti yang terlihat pada
Tabel 1 bahwa rata-rata selama tahun 2001 hingga
2012, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Aceh Utara mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2001 PAD Kab. Aceh Utara sebesar Rp 12,533 milyar, kemudian terus mengalami
pertumbuhan positif hingga mencapai Rp 119,858
milyar di tahun 2007. Namun pada tahun 2008,
PAD mengalami penurunan hingga mencapai
Rp 106,145 milyar dan terus berlangsung hingga
mencapai Rp 38,504 milyar di tahun 2010. Se-
mentara pada tahun 2011 PAD Kab. Aceh Utara
kembali meningkat hingga mencapai Rp 73,277
milyar di tahun 2012.
Disamping itu, pertumbuhan Dana Alokasi
Umum (DAU) di Kabupaten Aceh Utara selama
periode pengamatan juga mengalami peningkatan
yang positif. Pada tahun 2001, DAU Kab. Aceh
Utara sebesar Rp 233,970 milyar, namun pada tahun 2002 mengalami penurunan hingga mencapai
Rp 149,120 milyar di tahun 2003. Pertumbuhan
DAU positif kembali terjadi pada tahun 2004
yakni mencapai Rp 199,895 milyar dan terus tumbuh hingga mencapi Rp 612,599 milyar di tahun
2012 meskipun sempat terpuruk pada tahun 2010.
Kondisi yang hampir bersamaan juga terlihat pada
pertumbuhan Belanja Daerah, dimana pada tahun
2001 Belanja Daerah Kabupaten Aceh Utara sebesar Rp 160,181 milyar dan terus mengalami pertumbuhan hingga mencapai Rp 1.611,235 milyar
di tahun 2008 meskipun sempat terpuruk pada tahun 2004. Pada tahun 2009 Belanja Daerah Kabupaten Aceh Utara kembali menurun, yakni dari Rp
1.611,235 milyar (tahun 2008) ke Rp 1.352,233
milyar di tahun 2009. Penurunan ini terus berlangsung hingga mencapai Rp 847,164 di tahun 2012,
meskipun sempat mengalami pertumbuhan positif
di tahun 2011.
Dari uraian di atas terlihat bahwa selama tahun 2001 hingga 2012, Pendapatan Asli Daerah
Tabel 1
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),
dan Alokasi Belanja Daerah Kabupaten Aceh Utara
Periode 2001 – 2012
PAD
Thn.
DAU
Prtmbhn
(%)
Belanja Daerah
2001
Total
(Rp Milyar)
12,533
-
Total
(Rp Milyar)
233,970
Prtmbhn
(%)
-
Total
(Rp Milyar)
160,181
2002
21,821
0.74
200,592
-0.14
180,897
0.13
2003
37,774
0.73
149,120
-0.26
665,092
2.68
2004
38,029
0.01
199,895
0.34
733,629
0.10
2005
55,368
0.46
199,896
0.00
690,703
-0.06
2006
103,120
0.86
199,896
0.00
886,037
0.28
2007
119,858
0.16
203,868
0.02
1,066,064
0.20
2008
106,145
-0.11
224,975
0.10
1,611,235
0.51
2009
85,520
-0.19
226,981
0.01
1,352,233
-0.16
2010
38,504
-0.55
245,998
0.08
932,592
-0.31
2011
53,643
0.39
440,366
0.79
1,087,015
0.17
2012
73,277
0.37
612,599
0.39
847,164
-0.22
Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (Diolah, 2013)
Prtmbhn
(%)
-
222
ANDRIA ZULFA
(PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki
hubungan searah dengan Alokasi Belanja Daerah
di Kabupaten Aceh Utara. Dimana peningkatan
PAD dan DAU akan memicu peningkatan Belanja
Daerah di Kabupaten Aceh Utara. Sebaliknya penurunan PAD dan DAU akan memicu penurunan
Belanja Daerah di Kabupaten Aceh Utara. Kondisi
yang demikian ini relevan dengan hasil penelitian
Maimunah (2006), Prakosa (2004), dan Syukry
& Halim (2003), yang juga menunjukkan bahwa
PAD dan DAU signiikan berpengaruh terhadap
Belanja Daerah. Akan tetapi hasil penelitian Sari
(2009) menunjukkan bahwa DAU berpengaruh
signiikan terhadap Belanja Daerah sedangkan
PAD tidak.
Berdasarkan rumusan fenomena di atas maka
tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Alokasi Umum (DAU) terhadap Alokasi Belanja
Daerah di Kabupaten Aceh Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi iskal adalah pemberian sumber-sumber
penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri sesuai dengan potensinya masingmasing. PAD mencerminkan local taxing power
yang “cukup” sebagai necessary condition bagi
terwujudnya otonomi daerah yang luas karena
nilai dan proporsinya yang cukup dominan utuk
mendanai daerah (Simanjuntak, 2005). Secara teoritis pengukuran kemandirian daerah diukur dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber PAD berasal dari pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, dan hasil pengolahan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lainlain pendapatan daerah yang sah.
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang
berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah,
Pos Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi
serta Pengelolaan Sumber Daya Alam (Bastian,
2002). Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari
sumber ekonomi asli daerah. Identiikasi sumber
Pendapatan Asli Daerah adalah meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang
menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan
cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola
sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal (Elita dalam
Pratiwi, 2007).
Kendala utama yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah adalah
minimnya pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Proporsi Pendapatan
Asli Daerah yang rendah, di lain pihak menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam mengelola keuangan daerah.
Sebagian besar pengeluaran, baik rutin maupun
pembangunan, dibiayai dari dana perimbangan,
terutama Dana Alokasi Umum.Alternatif jangka
pendek peningkatan penerimaan Pemerintah Daerah adalah menggali dari Pendapatan Asli Daerah
(Pratiwi, 2007).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah. Adapun kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi dua jenis pendapatan, yaitu (Halim, 2002):
1. Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah
yang berasal dari pajak.
2. Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah.
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Pembagian
dana untuk daerah melalui bagi hasil berdasarkan
daerah penghasil cenderung menimbulkan ketimpangan antar daerah dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan potensi daerah. Alokasi Dana Alokasi Umum bagi daerah yang potensi iskalnya besar namun kebutuhan iskalnya kecil akan memperoleh alokasi Dana Alokasi Umum yang relatif
kecil. Sebaliknya daerah yang memiliki potensi
iskalnya kecil namun kebutuhan iskalnya besar
akan memperoleh alokasi Dana alokasi Umum relatif besar. Dengan maksud melihat kemampuan
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
APBD dalam membiayai kebutuhan-kebutuhan
daerah dalam rangka pembangunan daerah yang
dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai (Halim, 2009).
Dalam UU Nomor 32/2004 disebutkan bahwa
untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintah daerah, Pemerintah pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana
Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan Sumber
Daya Alam. Disamping Dana Perimbangan tersebut, Pemerintah Daerah memiliki sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah
(PAD), pembiayaan, dan lain-lain pendapatan
yang sah. Kebijakan penggunaan semua dana
tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
Dana transfer dari Pemerintah Pusat diharapkan
digunakan secara efektif dan eisien oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pelayanannya
kepada masyarakat.
Menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kebutuhan DAU oleh suatu
daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota) ditentukan dengan menggunakan pendekatan Fiscal Gap,
dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan
atas kebutuhan daerah dengan potensi daerah.
Dana Alokasi Umum digunakan untuk menutup
celah yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi penerimaan daerah yang ada.
Alokasi Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah semua pengeluaran
Pemerintah Daerah pada suatu periode Anggaran.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdiri
dari tiga komponen utama, yaitu unsur penerimaan, belanja rutin dan belanja pembangunan. Ketiga komponen itu meskipun disusun hampir secara
bersamaan, akan tetapi proses penyusunannya berada di lembaga yang berbeda (Halim, 2002).
Proses penyusunan APBD secara keseluruhan
berada di tangan Sekretraris Daerah yang bertanggung jawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan
penyusunan APBD. sedangkan proses penyusunan belanja rutin disusun oleh Bagian Keuangan
Pemerintah Daerah, proses penyusunan penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah
dan proses penyusunan belanja pembangunan
223
disusun oleh Bappeda (Dedy Haryadi et al, dalam
Pratiwi, 2007).
Menurut penelitian Pambudi (2007) belanja
juga dapat dikategorikan menurut karakteristiknya
menjadi dua bagian, yaitu: (1) Belanja selain modal (Belanja administrasi umum; Belanja operasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana publik; Belanja transfer; Belanja tak terduga). (2) Belanja
modal.
Sedangkan menurut Pambudi (2007), secara
umum belanja dalam APBD dikelompokan menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Belanja administrasi umum, yaitu semua pengeluaran Pemerintah Daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau
pelayanan publik.
2. Belanja operasi, pemeliharaan sarana dan prasarana publik, yaitu semua pengeluaran Pemerintah Daerah yang berhubungan dengan
aktivitas atau pelayanan publik.
3. Belanja modal, yaitu semua pengeluaran Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi
satu tahun anggaran dan akan menambah aset
atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan
menambah belanja yang bersifat rutin seperti
biaya operasi dan pemeliharaan.
4. Belanja transfer, yaitu pengalihan uang dari
Pemerintah Daerah kepada pihak ketiga tanpa
adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian imbalan maupun keuntungan dari pengalihan uang tersebut. Kelompok belanja ini
terdiri atas pembayaran angsuran pinjaman,
dana bantuan, dan dana cadangan.
5. Belanja tak tersangka, yaitu pengeluaran yang
dilakukan oleh Pemerintah
Daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan
tak terduga dan kejadian-kejadian luar biasa.
Menurut Nurlan (2008) menyatakan bahwa belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana
alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan
sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya
yang telah ditutup.
Kerangka Konseptual
224
ANDRIA ZULFA
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori
yang maka skema kerangka konseptual dalam penelitian ini yaitu :
Pendapatan
Asli Daerah
(X1)
Alokasi
Belanja Daerah
(Y)
Dana
Alokasi Umum
(X2)
Gambar 1. Skema Kerangka Konseptual
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara
yang hendak diuji kebenarannya dengan melihat
hasil analisis penelitian. Sekaran (2007) mengatakan bahwa hipotesis bisa didiinisikan sebagai
hubungan yang diperkirakan secara logis diantara
dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam
bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hubungan
tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis yang
dirumuskan untuk studi penelitian.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesisnya
adalah:
H1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh
positif dan signiikan terhadap Alokasi Belanja
Daerah (ABD) di Aceh Utara) .
H2 : Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh
positif dan signiikan terhadap Alokasi Belanja
Daerah (ABD).
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data sekunder yang bersifat time series,
yaitu jumlah Pendapatan asli Daerah (PAD),
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Alokasi Belanja
Daerah di Kabupaten Aceh Utara selama periode
pengamatan, yakni 12 tahun (mulai tahun 2001
hingga tahun 2012). Data-data ini diperoleh dari
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah dan
www.djkp.co.id.
Deinisi Operasional Variabel
1. Pendapatan Asli Daerah (X1). PAD Kabupaten
Aceh Utara adalah seluruh sumber keuangan
daerah yang meliputi pajak daerah, retribusi,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah di wilayah
ini. Rasio Rupiah.
2. Dana Alokasi Umum (X2) DAU Kabupaten
Aceh Utara adalah dana yang berasal dari
APBN (Pemerintah Pusat) untuk pemerataan
kemampuan keuangan dalam rangka mendanai kebutuhan daerah di wilayah ini. Rasio
Rupiah.
3. Alokasi Belanja Daerah (Y) ABD Kabupaten
Aceh Utara adalah seluruh belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dan tidak secara langsung oleh adanya dalam pelaksanaan
program dan kegiatan daerah di wilayah ini.
Rasio Rupiah
Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, lebih lanjut peneliti menggunakan bantuan pengolahan data SPSS
(Statistical Package for Social Science). Dengan
kecendrungan data linear maka digunakan spesiikasi Model Analisis Regresi Linier Berganda,
yaitu:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + ε
Dimana:
Y = Alokasi Belanja Daerah
α = Konstanta
X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 = Dana Alokasi Umum (DAU)
β = Koeisien Variabel Independen
ε = Error Term
Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2006), uji normalitas digunakan untuk menyatakan apakah suatu data
mengikuti sebagian normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov. Menurut Ghozali (2006), pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov Smirnov
tentang data tersebut mendekati atau merupakan
distribusi normal adalah jika nilai signiikan atau
nilai probabilitas lebih kecil dari 5% maka distri-
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
busi adalah tidak normal, sebaliknya jika nilai signiikan atau nilai probabilitas lebih besar 5% maka
distribusi adalah normal. Namun jika data mengalami distribusi yang tidak normal, maka data-data
mentah akan ditransformasikan kedalam bentuk
Log atau LN atau bentuk lainnya.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel-variabel bebas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantar
variabel bebasnya (Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas adalah dengan cara mengamati
nilai VIF dan tolerance . jika nilai VIF melebihi
nilai 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,10
maka model regresi yang diindikasikan terdapat
multikolonieritas (Ghozali, 2006). Jika data-data
terdeteksi mengalami heteroskedastisitas, maka
data-data mentah akan ditransformasikan kedalam
bentuk absolut dan selanjutnya ditransformasikan
kedalam bentuk Ln (Ghozali, 2006).
Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2006), uji heteroskedastisitas menguji apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians
dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan
lain maka disebut homoskedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat graik Scatterplot.
Dasar pengambilan keputusannya yaitu jika ada
pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin) yang
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada
pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam model regresi berganda linier ada kore-
225
lasi antara kesalahan penganggu pada periode
t dengan kesalahan penganggu pada periode t1(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lain. Jika ada masalah autokorelasi,
maka model regresi yang seharusnya signiikan,
menjadi tidak layak untuk dipakai (Santoso,
2000).
Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Durbin Watson. Singgih (2000),
bila angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak terjadi autokorelasi. Menurut Ghozali (2006),
untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
bisa menggunakan Uji Durbin-Watson (DW test)
dengan pola pengambilan keputusannya.
Pengujian Hipotesis
Uji statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan kriteria
pengambilan keputusannya adalah:
a. Jika thitung > ttabel atau jika nilai signiikansi <
signiikansi alpha (α = 5%), maka H1, H2 diterima. Artinya, secara PAD (H1) dan DAU
(H2) berpengaruh signiikan terhadap Alokasi
Belanja Daerah.
b. Jika thitung ≤ ttabel atau jika nilai signiikansi >
signiikansi alpha (α = 5%), maka H1, H2 ditolak. Artinya, secara PAD (H1) dan DAU (H2)
tidak berpengaruh signiikan terhadap Alokasi
Belanja Daerah.
HASIL PENELITIAN
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Aceh Utara
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Aceh Utara merupakan jumlah penerimaan atau
pendapatan yang diperoleh Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara selama satu tahun anggaran
yang berasal dari beberapa sumber, yaitu sumber
pajak daerahnya, retribusi daerahnya, pendapatan
lain-lain yang sah. Pertumbuhan jumlah PAD Kabupaten Aceh Utara selama periode pengamatan,
yakni mulai tahun 2001 hingga 2012 terlihat pada
Gambar 2.
226
ANDRIA ZULFA
Gambar 1. Pertumbuhan PAD Kabupaten Aceh Utara Periode 2001 – 2012
Gambar 2. Pertumbuhan DAU Kabupaten Aceh Utara Periode 2001 – 2012
Gambar 4. Pertumbuhan Jumlah ABD Kabupaten Aceh Utara Periode 2001 – 2012
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
Dari Gambar 2 tersebut terlihat bahwa ratarata Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Aceh Utara mengalami pertumbuhan positif selama periode pengamatan (2001 – 2012), kecuali
pada tahun 2008 dan 2009 yang tumbuh secara
negatif sebagai dampak krisis perekonomian dunia. Pertumbuhan PAD Kabupaten Aceh Utara
tertinggi terjadi pada tahun 2006 yang mencapai
86,24% dari tahun sebelumnya dan pertumbuhan
PAD terendah terjadi pada tahun 2010, yaitu mencapai -54,98% dari tahun sebelumnya.
Perkembangan Dana Alokasi Umum (DAU)
Kabupaten Aceh Utara
Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten Aceh
Utara merupakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat kepada Kabupaten ini
sebagai tambahan pendapatannya dalam rangka
penyelenggaraan program pembangunan nasional. Pada dasarnya, pengalokasian DAU bertujuan untuk membantu Pemerintah daerah dalam
menjalakan pembangunan daerah serta untuk
membendung ketimpangan keuangan antar daerah. Pertumbuhan DAU tersebut selama periode
pengamatan terlihat dalam Gambar 3.
Dari Gambar 3 tersebut terlihat bahwa selama
periode pengamatan, rata-rata pertumbuhan Dana
Alokasi Umum (DAU) Kabupaten Aceh Utara
positif setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2002
dan 2003 yang mengalami pertumbuhan negatif.
Pertumbuhan DAU tertinggi terjadi pada tahun
2011, yakni mencapai 79,01%, hal ini disebabkan
oleh meningkatnya pertumbuhan nasional pasca
pemulihan krisis perekonomian global. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun
2003 yang mencapai -25,66%, hal ini disebabkan
oleh data kebutuhan iskal dan data kapasitas isikal disebabkan karena penambahan pegawai yang
sangat signiikan.
Perkembangan Alokasi Belanja Daerah Kabupaten Aceh Utara
Belanja daerah Kabupaten Aceh Utara adalah
semua pengeluaran kas Pemerintah Kabupaten
Aceh Utara dalam satu tahun anggaran yang digunakan untuk membiayai seluruh pengeluaran
227
dalam rangka pembangunan daerah tersebut. Selama periode pengamatan, yakni tahun 2001 hingga
tahun 2012 jumlah belanja daerah kabupaten ini
terindikasi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pertumbuhan jumlah alokasi belanja daerah
Kabupaten Aceh Utara selama tahun 2001 hingga
2012 terlihat pada Gambar 4.
Dari Gambar 4 terlihat bahwa pertumbuhan
jumlah alokasi belanja daerah di Kabupaten Aceh
Utara tertinggi terjadi pada tahun 2003, dimana
pertumbuhannya mencapai 267,66% dari tahun
2002. Pertumbuhan yang sangat signiikan ini
disebabkan oleh banyaknya jumlah pembiayaan
terhadap sarana dan prasarana yang rusak selama
konlik Aceh. Sedangkan pertumbuhan terendah
terjadi pada tahun 2010 yang mencapai -31%.
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan kriteria keputusannya adalah jika nilai signiikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari
5%, maka data-data yang digunakan dapat dinyatakan berdistribusi normal. Adapun hasil uji normalitas data dalam penelitian ini yang dilakukan
dengan Kolmogorov Smirnov.
Dari Tabel 2 terlihat bahwa seluruh data pada
masing-masing variabel penelitian memiliki nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) > 5%. Dimana data Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki nilai Asymp.
Sig (2-tailed) sebesar 0,934 (93,4%) > cronbach
alpha (α = 5%), data Dana Alokasi Umum (DAU)
sebesar 0,191 (19,1%) > α = 5%, dan data Alokasi
Belanja Modal (ABM) sebesar 0,248 (24,8%).
Oleh karena demikian, maka dapat dinyatakan
bahwa seluruh data-data yang digunakan dalam
penelitian ini berdistriusi normal dan dapat digunakan untuk proses analisis selanjutnya (regresi).
Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel-variabel bebas. Jika nilai
VIF melebihi nilai 10 dan nilai tolerance kurang
dari 0,10 maka model regresi yang diindikasikan
terdapat multikolonieritas (Ghozali, 2006). Hasil
uji multikolinearitas dalam penelitian ini seperti
228
ANDRIA ZULFA
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
PAD
DAU
N
ABM
12
12
12
10.8543
12.3931
13.4772
.68185
.38617
.71861
Absolute
.155
.313
.295
Positive
.109
.313
.139
Negative
-.155
-.230
-.295
Kolmogorov-Smirnov Z
.538
1.083
1.021
Asymp. Sig. (2-tailed)
.934
.191
.248
Normal Parameters(a,b)
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah, 2013).
Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
0.982
1.018
0.982
1.018
Model
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dana Alokasi Umum (DAU)
Sumber: Hasil Penelitian (Diolah, 2013)
Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
Model
R
1
Adjusted R
Square
R Square
.875(a)
.766
Std. Error of the
Estimate
.713
Durbin-Watson
.38470
1.396
Sumber: Hasil Penelian (Data Diolah, 2013)
Tabel 5
Koeisien Korelasi dan Determinasi
Model
R
1
R Square
.875
Adjusted R
Square
.776
.713
Std. Error of the
Estimate
.38470
Sumber: Hasil Penelitian (2013)
Regression Standardized Predicted Value
Scatterplot
Dependent Variable: ABM
1.5
1.0
.5
0.0
-.5
-1.0
-1.5
-2.0
-2.5
-1.5
-1.0
-.5
0.0
.5
1.0
Regression Standardized Residual
Gambar 4. Graik Scatterplot (Hasil Uji Heteroskedastisitas)
1.5
229
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
terlihat pada Tabel 2, menggambarkan bahwa semua variabel bebas memiliki nilai tolerance lebih
besar dari 0,10 dan nilai VIF-nya kurang dari 10.
Dimana Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Alokasi Umum (DAU) sama-sama memiliki nilai
tolerance sebesar 0,982 > 0,10 dan nilai VIF-nya
sebesar 1,018 < 10. Oleh karena demikian, maka
seluruh data variabel bebas dapat dinyatakan bebas dari gejala multikolinearitas.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2006).
Adapun hasil pengujian hetroskedastisitas dalam
penelitian ini terlihat pada Gambar 5.
Dari Gambar 5 terlihat bahwa titik-titik tersebar secara tidak beraturan sehingga tidak terdeteksi adanya pola tertentu. Disamping itu, penyebaran
titik-titik berada di atas dan di bawah nilai 0 pada
sumbu Y. Oleh karena demikian, maka data-data
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga
dapat digunakan untuk proses analisis berikutnya.
Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik
autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan
lain pada model regresi (Widarjono, 2009). Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya
autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji
Durbin-Watson (uji DW).
Dari Tabel 4 terlihat bahwa nilai DurbinWatson (DW) sebesar 1,396. Berdasarkan Tabel
DW dengan kepercayaan sebesar 5%, maka nilai
dL sebesar 1,1776 dan nilai dU sebesar 1,9399
sehingga 4-dL adalah 2,8224 dan 4-dU adalah
2,0601. Oleh karena demikian, maka nilai DW
(1,396) berada diantara nilai dU (1,1776) dan nilai
4-dU (2,0601) sehingga dapat disimpulkan bahwa
data-data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari gejala autokorelasi.
Hasil Analisis Korelasi dan Determinasi
Untuk melihat hubungan variabel bebas
dengan variabel terikat serta besarnya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dapat diketahui melalui nilai koeisien korelasi dan
determinasi.
Dari Tabel 6 diketahui bahwa nilai korelasi (R)
sebesar 0,875 yang menunjukkan kuatnya hubungan antara variabel independen (PAD dan DAU)
dengan variabel dependen (alokasi belanja daerah) sebesar 87,5%. Sedangkan koeisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R Square sebesar 0,776
artinya, PAD dan DAU mampu menjelaskan jumlah alokasi belanja daerah di Kabupaten Aceh Utara sebesar 77,6% sedangkan sisanya yaitu 22,4%
(100% - 77,6%) dijelaskan oleh faktor lain yang
tidak dijelaskan dalam penelitian ini, seperti dana
hibah atau dana bantuan, hutang, dan sebagainya.
Hasil Pengujian Hipotesis
Pebgujian hipotesis dengan menggunakan Uji
t (parsial) bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi
Umum (DAU) secara individual terhadap alokasi
belanja daerah di Kabupaten Aceh Utara. Adapun
hasil pengujian secara parsial (uji t) dalam penelitian ini terlihat pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki nilai thitung
(5,305) > ttabel (2,201) atau nilai signiikansinya
(0%) < α (5%) sehingga H1 diterima, artinya PAD
Tabel 6
Hasil Pengujian secara Parsial (Uji t)
Model
(Constant)
Unstandardized
Coeficients
B
Std. Error
Standardized
Coeficients
Beta
T
Sig.
2.119
3.965
.534
.606
PAD
.911
.172
.864
5.305
.000
DAU
.119
.303
.064
.392
.704
Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah, 2013)
230
berpengaruh signiikan terhadap alokasi belanja
daerah di Kabupaten Aceh Utara. Oleh karenanya,
jika PAD meningkat maka alokasi belanja daerah
pun akan meningkat atau penurunan PAD akan
memicu penurunan belanja daerah.
Dalam literatur ekonomi dan keuangan daerah, hubungan Pendapatan dan Belanja Daerah
didiskusikan secara luas sejak akhir dekade 1950an dan berbagai hipotesis tentang hubungan diuji
secara empiris menyatakan bahwa pendapatan
mempengaruhi belanja. Sementara studi tentang
pengaruh grants dari Pemerintah Pusat terhadap
keputusan pengeluaran atau Belanja Pemerintah
Daerah sudah berjalan lebih dari 30 tahun (Prakosa, 2004). Holtz-Eakin, et al (dalam Prakosa,
2004) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan
sangat erat antara transfer dari Pemerintah Pusat
dengan Belanja Pemerintah Daerah.
Sementara Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki nilai thitung (0,392) < ttabel (2,201) atau nilai
signiikansinya (0%) < α (5%) sehingga H2 ditolak, artinya DAU tidak berpengaruh signiikan terhadap alokasi belanja daerah di Kabupaten Aceh
Utara.
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan sumber pendapatan penting bagi sebuah daerah dalam
memenuhi belanjanya. Dana Alokasi Umum
(DAU) ini sekaligus dapat menujukan tingkat kemandirian suatu daerah. Semakin banyak Dana
Alokasi Umum yang diterima maka berarti daerah
tersebut masih sangat tergantung terhadap Pemerintah Pusat dalam memenuhi belanjanya, ini menandakan bahwa daerah tersebut belumlah mandiri, dan begitu juga sebaliknya (Pambudi, 2007).
Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan untuk Kabupaten Aceh Utara dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas
daerah, keadaan geograi, jumlah penduduk, dan
tingkat pendapatan. Jaminan keseimbangan penyelenggaraan Pemerintah Daerah dalam rangka
penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat.
Oleh karenanya, DAU merupakan sumber dana
yang dominan dan dapat meningkatkan pelayanan
pada masyarakat. Sebagai tujuan dari desentralisasi yaitu untuk mempercepat pembangunan disamping itu tetap memaksimalkan potensi daerah
untuk membiayai kebutuhan daerah.
Kondisi yang demikian cenderung relevan
ANDRIA ZULFA
dengan hasil kajian Prakosa (2004) yang menunjukkan bahwa selama periode pengamatannya Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki posisi
yang kurang dominan dalam menentukan alokasi
belanja daerah di Yogyakarta dan Jawa Tengah,
karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) jauh lebih
tinggi dari DAU-nya. Namun untuk tahun-tahun
berikutnya DAU akan lebih dominan berpengaruh
terhadap alokasi belanja daerah di kedua daerah
tersebut, karena munculnya berbagai bentuk peraturan daerah tentang pajak dan retribusi daerah
mungkin merupakan indikasi untuk “mengimbangi” pendapatan yang bersumber dari Pemerintah
Pusat (salah satunya DAU).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh
positif dan signiikan terhadap alokasi belanja
daerah di Kabupaten Aceh Utara selama periode 2001 – 2012. Pendapatan Asli Daerah
secara positif dan signiikan dalam mempengaruhi alokasi belanja daerah ini disebabkaan
rata-rata PAD selama priode pengamatan tumbuh secara positif, sehingga memungkinkan
Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara
untuk meningkatkan jumlah program-program
daerah demi terlaksananya pembangunan daerah yang akan membawa pada kesejahteraan
dan kemakmuran rakyatnya, sehingga dengan meningkatnya program-program tersebut
secara otomatis akan meningkatkan jumlah
alokasi belanja daerahnya.
b. Dana Alokasi Umum (DAU) tidak berpengaruh positif signiikan terhadap alokasi belanja daerah di Kabupaten Aceh Utara selama
periode 2001 – 2012. karena DAU masih menjadi komponen utama bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh Utara dalam hal pembiayaan
program-program pemerintah. Dengan kata
lain, selama periode pengamatan PAD Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara belum
mampu sepenuhnya membiayai program pembangunan secara mandiri, meskipun Kabupat-
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
en Aceh Utara merupakan daerah otonomi dan
memiliki sumber daya alam yang berlimpah,
tetapi masih dikendalai oleh berbagai masalah,
seperti iklim politik yang belum sepenuhnya
stabil, bencana alam, dan kebijakan-kebijakan
teradap perusahaan multinasional yang saat ini
beroperasi di wilayah ini. Namun demikian,
jumlah DAU yang masuk kedalam APBD Kabupaten Aceh Utara selama periode pengamatan belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara.
SARAN
Adapun saran penulis atas hasil penelitian ini
adalah:
a. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara
Untuk dapat menjalankan desentralisasi
atau otonomi daerah dalam rangka program
pembangunan daerah khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya, maka
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara agar memaksimalkan potensi daerah sehingga dapat
mendongkrak jumlah PAD-nya serta dalam
penggunaannya juga diatur dengan seeisien
mungkin. Disamping itu, Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh Utara juga perlu mengusulkan kepada Pemerintah Pusat agar jumlah
231
DAU ditingkatkan karena dengan peningkatan
tersebut secara otomatis akan sangat membantu PAD dalam menjalankan program-program
daerah. Akan tetapi, sebaiknya Pemerintah
Daerah Kabupaten Aceh Utara agar tidak selalu mengandalkan DAU sehingga kebijakan
otonomi yang berlaku dapat terlaksana dengan
baik. Jika prosentase penggunaan DAU mengalami penurunan, maka Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh Utara berhasil dalam menggali segala potensi yang dimilikinya secara
mandiri.
b. Bagi Peneliti Berikutnya
Mengingat hasil koeisien determinasi sebesar 77,6% yang menunjukkan bahwa variansi
PAD dan DAU mampu menjelaskan alokasi
belanja daerah di Kabupaten Aceh Utara sebesar 77,6%, artinya masih terdapat 22,4% faktor lain yang juga dapat menjelaskan variansi
variabel dependen, maka peneliti lebih lanjut
agar menambahkan faktor-faktor lain, seperti ukuran atau jenis-jenis pendapatan daerah
lainnya atau dapat pula menambah (mengkombinasikan) dengan variabel-variabel nonkeuangan, seperti kebijakan dan peraturan,
partisipasi dalam penganggaran, dan kondisi
makro ekonomi.
232
ANDRIA ZULFA
REFERENSI
Arif, Bahtiar. (2002). Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat. Jakarta
Ariin, Bustanul dan Didik J. Rachbini. (2001). Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik. PT. Grasindo. Jakarta.
Bastian, Indra. (2002). Sistem Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta.
Brahmantio (2002). Analisis Kebijakan Fiskal pada Era Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan. Vol. 6, No. 1.
Darwanto dan Yustikasari, Yulia, Pengaruh pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan
Dana Alokasi Umum terhadap pengalokasian anggaran belanja modal, Makalah disajikan pada
Seminar Antarbangsa di Universitas Hassanudin, Makassar, 26-28 Juli 2007.
Ghozali, Imam. (1997). Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.
____________. (2006). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Edisi Keempat. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Semarang.
Halim, Abdul. (2009). Problem Desentralisasi dan Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat –
Daerah. Sekolah Pascasarjana UGM. Yogyakarta.
___________. (2007). Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.
____________. (2002). Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Maimunah, Mutiara. (2006). Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.
Mardiasmo. (2002). Otonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi: Yogyakarta.
_________. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Edisi Keempat. Andi. Yogyakarta.
Nafarin, M. (2001). Penganggaran Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta.
Nurlan, Darise. (2008). Akuntansi Keuangan Daerah. Penerbit PT. Indeks:. Jakarta.
Nurul, Aisyiyah. (2008). Analisis Kinerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Sebelum
dan Sesudah Pemberlakuan Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 Studi Pada Pemerintah Kabupaten
Kudus. Tesis (Tidak dipublikasikan). Fakultas Ekonomi UNDIP. Semarang.
Pambudi, Triwidodo. (2007). Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja
Daerah pada Kabupaten/Kota di Bali. Tesis. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 15, No. 3, Juli 2014
233
Prakosa, Bambang. (2004). Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah (studi kasus Empirik di Wilayah Propinsi
Jawa Tengah dan DIY). Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol. 3, No. 1.
Pratiwi, Novi. (2007). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Prediksi Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Indonesia. Skripsi Sarjana (dipublikasikan). Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.
Puspita, Sari. (2009). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendaptan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Belanja Langsung. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Santoso, Singgih. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Sukriy dan Halim Abdullah. (2004). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi Kasus Kabupaten/Kota Di Jawa
dan Bali. Simposium Nasional Akuntansi VI:1140-1159, Surabaya 16-17 Oktober 2003.
Warsito, Kawedar, Abdulrohman, dan Sri Handayani. (2008). Akuntansi Sektor Publik: Pendekatan
Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan daerah. Badan Penerbit Undip. Semarang.
Yuwono, Sony dkk. (2005). Penganggaran Sektor Publik Pedoman Praktis Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja). Bayumedia. Malang.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
________________,Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
________________,Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh.
________________,Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
________________,Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Penge