IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM PENGELOLAAN PROGRAM STUDI KEAHLIAN DI SMKN 1 SURABAYA.
IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM
PENGELOLAAN PROGRAM STUDI KEAHLIAN DI SMKN 1
SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
ATHIF FATIN ATHARI SHOLIHAH NIM. D03212006
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2016
(2)
(3)
(4)
(5)
ABSTRAK
Skripsi oleh Athif Fatin Athari Sholihah, 2016, Judul:Implementasi Manajemen
Mutu Terpadu Terhadap Pengelolaan Program Studi Keahlian Di SMKN 1 Surabaya.Pembimbing : Dr. Husniyatus Salamah Zainiyati, M. Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi Manajemen Mutu Terpadu di SMK Negeri 1 Surabaya, implementasi Manajemen Mutu Terpadu terhadap pengelolaan program studi keahlian di SMK Negeri 1 Surabaya, dan faktor penghambat implementasi Manajemen mutu Terpadu terhadap pengelolaan program studi keahlian di SMK Negeri 1 Surabaya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pada penelitian ini, peneliti hadir langsung di lokasi penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan subyek penelitian, yaitu: Kepala Sekolah, MR ISO, waka kesiswaan, waka kurikulum, dan juga siswa. dan MR ISO sebagai informan kunci. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang mendukung terhadap penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Manajemen Mutu Terpadu di SMK Negeri 1 Surabaya tergolong baik. Artinya berjalan dengan baik, implementasi Manajemen Mutu Terpadu terhadap pengelolaan program studi keahlian di SMK Negeri 1 Surabaya juga tergolong baik. Tidak ada kendala yang berarti di dalam pelaksanaannya. Hal ini juga didukung dengan mengadakan internal dan eksternal audit secara rutin dan adanya angket keluhan pelanggan, dan faktor penghambat implementasi Manajemen mutu Terpadu terhadap pengelolaan program studi keahlian di SMK Negeri 1 Surabaya tidak banyak. Permasalahan yang dihadapi masih bisa di atasi dengan baik. Salah satunya jumlah siswa yang banyak dan berbeda karakter.
Salah satu saran kami terhadap sekolah adalah Agar semua komponen sekolah (stake holder) agar lebih kreatif dan kompak lagi dalam melaksanakan manajemen mutu terpadu agar nantinya visi dan misi serta tujuan sekolah bisa mencapai hasil yang lebih maksimal.
Kata kunci : Manajemen Mutu Terpadu, pengelolaan program studi keahlian
(6)
DAFTAR ISI
SAPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Operasional... 9
F. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 20
A. Program Studi Keahlian ... 20
1. Pengertian Pengelolaan Program Studi Keahlian ...20
2. Syarat Pengelolaan Program Studi Keahlian ...21
(7)
3. Langkah-Langkah Pengelolaan Program Studi keahlian ...22
4. Pengelolaan Dalam Program Studi Keahlian Di SMK ...23
B. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pengelolaan Program Studi Keahlian ...23
1. Manajemen Mutu Terpadu (MMT)...23
2. Prinsip dan unsur pokok dalam MMT ...26
3. Sekolah Dengan Manajemen Mutu Total (MMT) ... 29
4. Prinsip-Prinsip sekolah dengan Manajemen Mutu Total ... 30
5. Strategi pelaksanaan MMT di tingkat sekolah...33
6. Aspek-Aspek Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pengelolaan Program Studi Keahlian ... 36
7. Manajemen Mutu Terpadu Pada Pendidikan Dalam Islam... 41
C. Hasil Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pengelolaan Program Studi Keahlian ...46
BAB III METODE PENELITIAN... 49
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 49
B. Jenis Dan Sumber Data ... 50
C. Teknik Pengumpulan Data... 54
D. Teknik Analisis Data... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN... 62
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... .62
B. Penyajian Data ... 68
1. Program Studi Keahlian Di SMK Negeri 1 Surabaya... 68
2. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pengelolaan Program Studi Keahlian Di SMKN 1 Surabaya ... 72
3. Hasil Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pengelolaan Program Studi Keahlian Di SMK Negeri 1 Surabaya... 72
(8)
C. Analisis Data ... 88
BAB V PENUTUP... 94
D. Kesimpulan ... 94
E. Saran... 95
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel.2.1 Sekolah Mutu Terpadu... 34
Tabel.4.2 Struktur Organisasi Sekolah... 65
Tabel.4.3 Pengelolaan Program Studi Keahlian ... 68
Tabel.4.4 Pengelolaan Bidang Pekerjaan dan Studi Lanjut ... 69
Tabel.4.5.Hasil Olah Data Angket Kepuasan Guru dalam Hal Pelayanan ... 77
Tabel.4.6 Hasil Olah Data Angket Kepuasan Guru dalam Hal Pelayanan ... 78
Tabel.4.7 Hasil Olah Data Angket Kepuasan Karyawan dalam Hal Pelayanan berdasarkan Skala Sikap ... 78
Tabel.4.8 Hasil Olah Data Angket Kepuasan Karyawan dalam Hal Pelayanan berdasarkan Skala Sikap ... 79
Tabel.4.9 Hasil Olah Data Angket Kepuasan Siswa dalam Hal Pelayanan berdasarkan Skala Sikap per Sub Variabel... 79
Tabel.4.10 Hasil Olah Data Angket Kepuasan Siwa dalam Hal Pelayanan berdasarkan Skala Sikap per Sub Variabel... 79
Tabel.4.11 Hasil Internal Audit... 81
Tabel.4.12 Tinjauan Internal Audit... 82
(9)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha peningkatan mutu melalui pendekatan pemberdayaan sekolah
dalam mengelola institusinya, Dediknas telah lama melakukannya. Dalam era
otonomi daerah yang secara implisit dinyatakan dalam undang-undang Nomor
22 tahun 1999, dan diberlakukan secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2001,1
muncul pemberdayaan sekolah melalui manajemen berbasis sekolah (School
Based Management)disingkat MBS.2
Adapun mengenai isi UU No.22 Tahun 1999 tentang pemerintah
daerah dengan prinsip desentralisasi pemerintah dan PP No.25 tentang
kewenangan pemerintah dan provinsi sebagai daerah otonom yang memberi
isyarat terjadinya perubahan kewenangan dalam pengolahan pendidikan di
daerah provinsi dan Kabupaten/kota maupun di sekolah yang melahirkan
wacana akuntabilitas sekolah.3
Dengan adanya otonomi daerah tersebut sekolah lebih “bebas” dalam melakukan pengembangan melalui inisiatif, kreativitas, inovatif dan
selanjutnya kompetitif atau mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang
1
B. Suryosubroto,Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rieneka Cipta, 2004, h. 194.
2
Zainal Aqib dan ElhamRohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. (Bandung: Yrama Widya, 2007), h. 134.
3
Syaifudin segala,Manajement Strategic Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi Dan Pemberdayaan Potensi Sekolah Dalam Sistem Otonomi Sekolah.
(10)
2
secara khusus untuk meningkatkan mutu sekolah tersebut dan secara umum
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Menurut pengelolaan praktis manajemen dibagi menjadi empat fungsi
utama yaitu planning, leading, organizing, controlling dan tujuh belas
aktivitas.4Dan secara sederhana, proses pengelolaan sekolah mencakup 4
tahap, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan (actuating), dan pengawasan (controling) yang bisa disingkat
OPAC.5 Dan manajemen menurut MP Follet adalah seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain.6
Oleh sebab itu diperlukan adanya implementasi. Implementasi adalah
suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun
secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah
perencanaan sudah dianggap fix. Browne dan Wildavsky7 mengemukakan
bahwa”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga
dikemukakan oleh Mclaughin8. Adapun Schubert9 mengemukakan bahwa
”implementasi adalah sistem rekayasa.” Implementasi bisa diterapkan dalam segala bidang, termasuk dalam pendidikan yang bermutu.
4
T. Hani Handoko,Manajemen Edisi II. (Yogyakarta: BPFE, 1993), h. 6-7.
5
TantriAbeng Dkk, Manajemen Dalam Persfektif.(Yogyakarta: LMP2M AMP-YKPN, 1996), h. 9.
6
HeidjrahmanRanupandjono, Teori dan Konsep Manajemen. (Yogyakarta: UPP AMP-YKPN, YKPN, 1996), h. 41.
7
Ibid., h. 70.
8
Ibid., h. 70.
9
(11)
3
Pendidikan yang bermutu, dalam arti menghasilkan lulusan yang
sesuai dengan harapan masyarakat, baik dalam kualitas pribadi, moral
pengetahuan, maupun kompetensi kerja menjadi syarat mutlak dalam
kehidupanmasyarakat global yang terus berkembang saat ini dan yang akan
datang dalam merealisasikan pendidikan yang bermutu, dituntut penerapan
program mutu yang fokus pada upaya – upaya penyempurnaan mutu seluruh
komponen dan kegiatan pendidikan.
Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan,
merupakan sesuatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan
lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu
pula. Merupakan sesuatu yang mustahil pula, terjadi proses pendidikan yang
bermutu jika tidak di dukung oleh faktor–faktor penunjang proses pendidikan
yang bermutu pula. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh
personalia, seperti administrator, guru, kanselor, dan tata usaha yag bermutu
dan profesional.hal itu di dukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan,
fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun
jumlahnya, dan biaya yang mencukupi,manajemen yang tepat, serta
lingkungan yang mendukung. Sudah begitu lama masyarakat mendambakan
pendidikan berkualitas sehingga tuntutan terhadap kualitas sangat semarak
dan perwujudannya sangat urgen karena mutu sudah menjadi a very critical
competitive variable dalam persaingan internasioanal. Sekolah yang
(12)
4
pelanggan, ibarat daya tarik ’gula bagi semut’ sehingga sudah selayaknya madrasah konsisten dalam peningkatan dan pemeliharaan persekolahan.
Mutu sudah menjadi keharusan yang tidak terbantahkan dan
merupakan konsep yang paling manjur menjawab berbagai tantangan –
tantangan yang semakin kompleks. Mutu menjadi indikator penting
pengelolaan sekolah. Mutu sekolah harus memperhatikan dan konfirmasi
dengan kebutuhan pelangganquality is conformance to customer requirement.
Berdasarkan hakikat kualitas secara holistik, kualitas pendidikan yang
diharapkan tidak saja tidak saja pada hasil, tetapi juga pada input dan proses,
terutama pada proses. Melihat fenomena diatas kiranya upaya untuk
menciptakan kondisi yang kondusif dalam mencapai tujuan pendidikan adalah
mutlak membutuhkan budaya manajemen kualitas. Dengan manajemen
tersebut pengelolaan sekolah akan dapat terwujud secara sempurna.
Salah satu model manajemen adalah manajemen mutu terpadu, adalah
sutu sistem manajemen yang fokus pada orang yang bertujuan untuk
meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan pelanggan pada biaya
sesungguhnya yang secara berkelanjutan terus-menerus.10
Mutu (quality) adalah keinginan pelanggan yang mungkin selama ini
paling kurang dikelola. Dalam kenyataannya, istilah manajemen mutu(quality
management) jarang digunakan sampai tahun 1980-an. Mutu adalah kunci
10
Mulyadi, Pendekatan Baru Total Quality Management Prinsip Manajemen Kontemporer untuk Mengurangi Lingkungan Bisnis Global. (Yogyakarta: Aditya Media, 1998). h. 10.
(13)
5
untuk kebanggaan, produktivitas, dan kemampulabaan. Dengan menekankan
pada mutu pertama-tama, yang lain secara logis akan mengikuti.11
Pada sistem manajemen mutu terpadu, merupakan perluasan dan
pengembangan dari jaminan mutu. Yaitu tentang usaha menciptakan sebuah
kultur mutu, yang mendorong semua anggota stafnya untuk memuaskan para
pelanggan.
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) pada awalnya diterapkan di pada
dunia bisnis yang kemudian di terapkan di dunia pendidikan. Secara filosofis,
konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan
yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Pelanggan dapat dibedakan menjadi pelanggan dalam (internalcustomer) dan
pelanggan luar (external customer).Dalam dunia pendidikan yang termasuk
pelanggan dalam adalah pengelola institusi pendidikan itu sendiri, misalkan
manajer, guru, staff, dan penyelenggara institusi. Sedangkan yang termasuk
pelanggan luar adalah masyarakat, pemerintah, dan dunia industri .Jadi, suatu
institusi dikatakan bermutu apabila antara pelanggan internal dan eksternal
telah terjalin kepuasan atau jasa yang diberikan. Maka dari itu, untuk
memposisikan institusi pendidikan sebagai industri jasa, harus memenuhi
standar mutu.12
Manajemen mutu terpadu sangat erat hubungannya dengan
pengelolaan sekolah. Persyaratan melaksanakan MMT sendiri meliputi
11
Amin Widjaja Tunggal, Ak., MBA.Manajemen Mutu Terpadu Suatu Pengantar, (Total Quality Management.Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993.
12
Sallis, Edward. Total Quality Manajemen in Education Manajemen Mutu Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD, 2007.
(14)
6
komitmen dr manajemen puncak, adanya steering committee dari seluruh
bagian organisasi, perencanaan dan publikasi, dan pembentukan intrastruktur
yang mendukung penyebar luasan dan perbaikan yang
berkesinambungan.13Menurut Jerome S. Arcaro membuat model visual dari
sekolah yang menerapkan mutu total. Sekolah yang menerapkan mutu total
ditopang oleh lima pilar, yaitu 1). Berfokus pada pengguna, 2).keterlibatan
secara total semua anggota, 3). Melakukan pengukuran, 4).Komitmen pada
perubahan, serta 5).Penyempurnaan secara terus-menerus. Pilar-pilar tersebut
dibangun di atas keyakinan dan nilai-nilai yang menjadi pegangan dalam
pendidikan. Keyakinan dan nilai-nilai tersebut sejalan dengan visi dan misi
pendidikan (sekolah), tujuan jangka panjang dan pendek, serta kriteria
keberhasilan yang kritis.14
Karena beberapa hal diataslah peneliti tertarik untuk meneliti
bagaimana proses pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) khususnya
di dalam lembaga pendidikan yang tentunya berbeda dengan lembaga bisnis.
Utuk mengetahui bagaimana sebuah lembaga pendidikan menjadi sebuah
penjual jasa tentu ada banyak hal yang menarik dalam proses mewujudkan
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) ini di sekolah / lembaga pendidikan.
Sehubungan dengan hal itu, peneliti tertarik untuk meneliti Manajemen Mutu
Terpadu (MMT) di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) khususnya
implementasinya terhadap pengelolaan program studi keahlian. Peneliti
tertarik tentang bagaimana sekolah mengelola program studi keahlian
13
Rudy Prihantoro C.Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
14
Nana SyaodihSukmadinata, Dkk.Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. Bandung: Refika Aditama, 2006.
(15)
7
sehingga dapat menjadi sebuah produk yang layak dan bagus untuk dijual
kepada konsumen. Konsumen dalam hal ini adalah para siswa, orang tua, dan
masyarakat. Bagaimana mereka tertarik untuk bersekolah di sekolah tersebut
dan memilih program studi keahlian yang dianggap bagus dari yang dimiliki
lembaga / sekolah lain. Untuk mengetahui bagaimana implementasi
manajemen mutu terpadu terhadap pengelolaan program studi keahlian
peneliti akan mengadakan penelitian di SMKN 1 Surabaya.
SMKN 1 ini merupakan salah satu sekolah yang masuk dalam daftar
Sekolah Berstandart Nasional dan Internasional di Surabaya. SMK Negeri 1
Surabaya sebagai lembaga pendidikan yang dapat diakui sebagai pengembang
generasi yang profesional dan berbasis IT serta dapat bersaing dalam Pasar
Kerja Global. Kurikulum berdasarkan peraturan pemerintah dan
undang-undang dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional, serta aturan
pelaksanaannya dari pejabat yang terkait. SMK Negeri 1 Surabaya mencapai
perbaikan yang berkesinambungan berdasarkan system manajemen Mutu ISO
9001: 2000. Selain itu SMK Negeri Surabaya ini memiliki bisnis sendiri yang
dikelola langsung oleh siswa-siswinya sendiri sesuai program studi
keahliannya. SMK Negeri 1 Surabaya memiliki minimarket dan hotel yang
dikelola sendiri di dalam lingkungan sekolah. Sehingga para siswa bisa terjun
langsung dan menimba pengalaman dari sana.
Untuk itu, maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul
“Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pengelolaan Program Studi Keahlian Di SMKN 1 Surabaya”.
(16)
8
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana program studi keahlian di SMK Negeri 1 Surabaya?
2. Bagaimana manajemen mutu terpadu dalam pengelolaan program studi
keahlian di SMKN 1 Surabaya?
3. Bagaimana hasil implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam
pengelolaan program studi keahlian di SMK Negeri 1 Surabaya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui program studi keahlian di SMKN 1 Surabaya.
2. Untuk mengetahui implementasi Manajemen Mutu Terpadu terhadap
pengelolaan program studi keahlian di SMK Negeri 1 Surabaya.
3. Untuk mengetahui hasil implementasi Manajemen mutu Terpadu terhadap
pengelolaan program studi keahlian di SMK Negeri 1 Surabaya.
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu manajemen
b. Sebagai bahan informasi, masukan dan evaluasi bagi para praktisi
pendidikan dalam memperbaiki kinerja manajemen di lembaga
pendidikan / sekolah
c. Sebagai penambah wawasan keilmuwan dan memperkaya pengalaman
serta melatih diri mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang telah di
(17)
9
2. Secara praktis
a. Sebagai masukan dan pemahaman bagi kepala sekolah untuk
membangun efektifitas dan efisiensi dalam pendayagunaan
sumber-sumber pendidikan.
b. Sebagai masukan pada lembaga pendidikan (sekolah) untuk
menerapkan MMT dalam rangka mengelola sumber- sumber
pendidikan.
E. Definisi Operasional 1. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap fix. Berikut ini
akan sedikit info tentang pengertian implementasi menurut para ahli.
semoga info tentang pengertian implementasi menurut para ahli bisa
bermanfaat.
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Majone dan Wildavsky15, mengemukakan implementasi
sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky16 mengemukakan
bahwa”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling
15
Nurdin, Usman,Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Semarang: CV Obor. Pustaka, 2002. h.70 .
16
(18)
10
menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin17. Adapun Schubert18
mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata
implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau
mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa
implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana
dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu
untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak
berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.
Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum menurut Fullan
merupakan proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat
aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan
perubahan.
Dalam konteks implementasi kurikulum pendekatan-pendekatan
yang telah dikemukakan di atas memberikan tekanan pada proses.
Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang
digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan
yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar
dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut. Masing-masing pendekatan
itu mencerminkan tingkat pelaksanaan yang berbeda.
Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan
Usman menjelaskan bahwa pendekatan pertama, menggambarkan
17
Ibid., h. 70.
18
(19)
11
implementasi itu dilakukan sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum
desain. Kata proses dalam pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan
dengan penjelasan tujuan program, mendeskripsikan sumber-sumber baru
dan mendemonstrasikan metode pengajaran yang digunakan.
Pendekatan kedua, menurut Nurdin dan Usman menekankan pada
fase penyempurnaan. Kata proses dalam pendekatan ini lebih menekankan
pada interaksi antara pengembang dan guru (praktisi pendidikan).
Pengembang melakukan pemeriksaan pada program baru yang
direncanakan, sumber-sumber baru, dan memasukkan isi/materi baru ke
program yang sudah ada berdasarkan hasil uji coba di lapangan dan
pengalaman-pengalaman guru.Interaksi antara pengembang dan guru
terjadi dalam rangka penyempurnaan program, pengembang mengadakan
lokakarya atau diskusi-diskusi dengan guru-guru untuk memperoleh
masukan. Implementasi dianggap selesai manakala proses penyempurnaan
program baru dipandang sudah lengkap.19
Sedangkan pendekatan ketiga, Nurdin dan Usman memandang
implementasi sebagai bagian dari program kurikulum. Proses
implementasi dilakukan dengan mengikuti perkembangan dan mengadopsi
program-program yang sudah direncanakan dan sudah diorganisasikan
dalam bentuk kurikulum desain.
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai pelaksanaan atau penerapan.Artinya yang dilaksanakan dan
19
(20)
12
diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk
kemudian dijalankan sepenuhnya. Kalau diibaratkan dengan sebuah
rancangan bangunan yang dibuat oleh seorang Insinyur bangunan tentang
rancangan sebuah rumah pada kertas kalkirnya maka implementasi yang
dilakukan oleh para tukang adalah rancangan yang telah dibuat tadi dan
sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng atau tidak sesuai
dengan rancangan, apabila yang dilakukan oleh para tukang tidak sama
dengan hasil rancangan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang
telah di buat karena rancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit,
sulit dan telah sempurna dari sisi perancang dan rancangan itu. Maka
implementasi kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya
apa yang telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan dengan
segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadi apabila
yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah
dirancang maka terjadilah kesia-siaan antara rancangan dengan
implementasi. Rancangan kurikulum dan implementasi kurikulum adalah
sebuah sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya
(konsep linearitas) dalam arti implementasi mencerminkan rancangan,
maka sangat penting sekali pemahaman guru serta aktor lapangan lain
yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai inti kurikulum untuk
(21)
13
Jadi menurut peneliti, implementasi adalah perencanaan atau
penerapan sebuah rencana yang sudah diatur dan disusun secara
terperinci/matang untuk dilaksanakan dan dijalankan sepenuhnya.
2. Manajemen Mutu Terpadu
Manajemen Mutu Terpadu/MMT merupakan suatu sistem
manajemen yang fokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan
secara berkelanjutan kepuasan pelanggan pada biaya sesungguhnya yang
secara berkelanjutan terus-menerus.20
Karena itu, pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi
komperhensip dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan
dengan produk yang dihasilkan. Masalah kualitas juga tidak lagi dimaknai
dan dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada
terwujudnya kepuasan konsumen atau pelanggan. MMT juga melibatkan
faktor fisik dan faktor non fisik, semisal budaya organisasi, gaya
kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan factor-faktor ini akan
mengakibatkan kualitas pelayanan menjadi lebih meningkat dan
bermakna.
Manajemen Mutu Terpadu-MEMUTUSKAN dapat diartikan
sebagai perpaduan semua fungsi dari organisasi ke dalam falsafah holistik
yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitass, dan
pengertian serta kepuasan pelanggan.21 Menurut Juran dan Ishikawa,
MMT adalah upaya organisasi menilai kembali cara-cara, kebiasaan,
20
Mulyadi, Pendekatan Baru Total Quality Manajemen Prinsip Manajemen Kontemporer untuk Mengarungi Lingkungan Bisnis Global. Yogyakarta: Adytia Media, 2000. h. 10.
21
(22)
14
praktik, dan aktivitas yang ada dan kemudian secara inovatif
memfungsikan seluruh sumber dayanya kedalam proses lintas fungsi yang
mengabdi pada kepentingan klien, sehingga organisasi mampu mencapai
visi dan misinya. Pendapat lain dikemukakan oleh Sugeng Pinando yang
menyatakan bahwa MMT merupakan aktivitas yang berusaha untuk
mengoptimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan yang terus
menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.
Disamping itu, Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana juga mengatakan
bahwa MMT merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas
sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi.22
Manajemen Mutu Terpadu juga diasumsikan sebagai suatu filosofi
manajemen yang melembagakan sumber daya yang ada, terencana,
berkesinambungan dan mengasumsikan peningkatan kualitas dari hasil
semua aktivitas yang terjadi dalam organisasi: bahwa semua fungsi
manajemen yang ada dan semua tenaga untuk berpartisipasi dalam proses
perbaikan.
Dengan peningkatan sistem kualitas dan budaya kualitas, proses
MMT bermula dari pelanggan dan berakhir pada pelanggan pula. Proses
MMT memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan dan harapan
pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk
22
(23)
15
memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan
kepada pelanggan (output).
Manajemen Mutu Terpadu merupakan upaya untuk
mengoptimalkan organisai dalam rangka kepuasan pelanggan. Dengan
demikian manajemen mutu terpadu berkaitan dengan:
a. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
b. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
c. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah
d. Memiliki komitmen jangka panjang
e. Membutuhkan kerjasama tim
f. Memperbaiki proses secara berkesinambungan
g. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
h. Memberikan kebebasan yang terkendali
i. Memiliki kesatuan tujuan
j. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Konsep Manajemen Mutu Terpadu pada dasarnya adalah
menekankan pada kepuasan pelanggan dan pelayanan yang bermutu.
Dalam dunia pendidikan, manfaat penerapan MMT adalah perbaikan,
pelayanan, penguragan biaya, dan kepuasan pelanggan.
Perbaikan progresif dalam system manajemen dan kualitas
pelayanan menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Sebagai
(24)
16
semangat dan rasa percaya diri di kalangan staf pelayanan public,
perbaikan hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya, peningkatan
akuntabilitas dan transparansi pemerintah serta peningkatan produktivitas
dan efisiensi pelayanan publik.
Jadi menurut saya MMT adalah suatu sistem manajemen yang
fokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan secara berkelanjutan dan terus-menerus.
3. Pengelolaan Program Studi Keahlian
Kata “Pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula pengaturan atau pengurusan. Banyak orang yang mengartikan
manajemen sebagai pengaturan, pengelolaan, dan pengadministrasian, dan
memang itulah pengertian yang populer saat ini. Pengelolaan diartikan
sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh
sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai
tujuan tertentu.23
Jadi menurut peneliti, pengelolaan adalah sebuah proses,
pengaturan, dan cara dari rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan
satu orang atau lebih dalam usaha mencapai sebuah tujuan tertentu.
Terdapat empat langkah proses pengelolaan dapat diterapkan
dalam pengendalian mutu program studi keahlian di SMK.24
Langkah pertama adalah perencanaan, yaitu menyusun tujuan dan
standar-standar performanisasi.Tujuan kegiatan dirumuskan dalam bentuk
23
Suharsimi Arikunto,Manajemen Penelitian.Jakarta: Rienaka Cipta, 2009. h. 13 - 31.
24Nana SyaodahSukmadinata, Ayi Novi Jam’iat, Ahman,
Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. (Bnadung: PT. RefikaAditama, 2006) h. 52-53.
(25)
17
performansi yang mengandung standar-standar pengukuran untuk
menentukan sampai sejauh mana performansi dapat dicapai.
Langkah kedua, pengukuran performansi nyata.Tugas yang harus
dilakukan adalah mengukur secara akurat performanisasi nyata yang
dicapai. Pengukuran ini harus akurat sehingga dapat diketahui perbedaan
antara apa yang dicapai dan apa yang diharapkan dicapai (ideal).
Langkah ketiga adalah membandingkan performansi hasil
pengukuran dengan performansi standar.
Langkah keempat adalah memperbaiki performasi dan situasi yang
dihadapi. Apabila situasi problematis yang dihadapi (situasi aktual di
bawah standar), hendaknya, dicari cara-cara untuk menyelesaikan atau
mengatasinya. Apabila situasi oportuniti yang ditemukan (situasi aktual
melebihi/di atas standar) yang harus dicari adalah tindakan menjaga atau
memelihara.
Setelah langkah-langkah selanjutnya adalah cara, ada tiga cara
pengelolaan yang dapat digunakan dalam pengelolaan mutu terhadap
program studi keahlian di sekolah menengah kejuruan.
Pertama, pengelolaan umpan maju (feedforward). Cara ini
dilakukan sebelum pekerjaan di mulai untuk mengantisipasi kemungkinan
masalah yang akan muncul, serta melakukan tindakan-tindakan
pencegahan.
Kedua, pengelolaan konkuren (concurrent atau steering control),
(26)
18
atau proses pelaksanaan pekerjaan, memonitor pekerjaan, atau kegiatan
yang sedang berjalan untuk meyakinkan bahwa segala sesuatu berjalan
dengan baik.
Ketiga, pengendalian umpan balik (feedback atau postaction
controls), yaitu mengadakan penilaian atau pengukuran, dan perbaikan
setelah kegiatan dilakukan.25
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini dan untuk menghindari
kerancuan pembahasan, maka peneliti membuat sistematika pembahasan
sebagai berikut :
Bab I, Pendahuluan. Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, definisi
operasional, dan sistematika penulisan.
Bab II, Kajian Pustaka. Membahas kajian pustaka tentang pengertian,
sejarah, konsep dan unsur pokok/ komponen penting Manajemen Mutu
Terpadu.
Bab III, Metode Penelitian. Menguraikan tentang rancangan penelitian.
Tinjauan mengenai pendekatan penelitian. Tinjauan mengenai sasaran
penelitian. Tinjauan tentang jenis dan sumber data. Tinjauan mengenai teknik
pengumpulan data yang meliputi metode interview (wawancara), metode
25
Nana SyaodahSukmadinata, Ayi Novi Jam’iat, Ahman,Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah.(Bnadung: PT. Refika Aditama, 2006). h. 53.
(27)
19
observasi, dan metode dokumentasi. Tinjauan mengenai analisis data dan
teknik keabsahan data.
Bab IV, Laporan Hasil Penelitian. Menjelaskan tentang sejauh mana
implementasi / penerapan MMT terhadap pengelolaan bidang studi keahlian di
SMK Negeri 1 Surabaya.
Bab V, Penutup. Merupakan Bab penutup yang berisi kesimpulan dan
(28)
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Program Studi Keahlian
Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sub sistim pendidikan nasional
seyogyanya mengutamakan mempersiapkan peserta didiknya untuk mampu
memilih karir, memasuki lapangan kerja, berkompetisi, dan mengembangkan
dirinya dengan sukses di lapangan kerja yang cepat berubah dan berkembang.
Karena itulah diperlukan pengelolaan pada jurusan atau program studi
keahlian di SMK.
1. Pengertian Pengelolaan Program Studi Keahlian
Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha
yang di lakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan dalam mencapai
tujuan tertentu.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pengelolaan diartikan
sebagai proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga
orang lain, proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
organisasi, proses yang memberikan pengawasan pada semua kelompok
yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Menurut Daryanto mengemukakan pengelolaan adalah proses
melakukan kegiatan tertentu dengan menggunakan tenaga orang lain.1
Sedangkan menurut Siagian mengemukakan bahwa pengelolaan adalah
seluk liku usaha yang dijalankan dalam mencapai tujuan dengan
1
Daryanto.MediaPembelajaran.Bandung: Nurani Sejahtera, 1997. h. 348. 20
(29)
21
memanfaatkan potensi yang ada, yang dilakukan oleh personil dan
dikerjakan di bawah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
koordinasi dari pengurus.2
Memperhatikan kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
yang di maksud dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian proses
kegiatan yang menggunakan tenaga orang lain yang bertujuan dalam
mencapai tujuan-tujuan organisai yang telah ditetapkan.
Jadi, pengelolaan program studi keahlian adalah suatu rangkaian
proses kegiatan yang menggunakan tenaga orang lain (di lingkungan
SMK) yang bertujuan mencapai tujuan-tujuan program studi keahlian
secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
2. Syarat Pengelolaan Program Studi Keahlian
Untuk keberhasilan pengelolaan mutu pendidikan pada program
studi keahlian di sekolah menengah kejuruan, ada dua hal yang harus
diusahakan, yaitu adanya perencanaan dan struktur organisasi yang jelas.
Pengelolaan membutuhkan adanya perencanaan yang jelas,
lengkap, dan terintegrasi agar dapat dilaksanakan sistem pengendalian
yang efektif dan efisien. perencanaan yang jelas, lengkap, dan terintegrasi
diperlukan agar para pemimpin, seperti Kepala Sekolah, wakasek, waka
kesiswaan, waka kurikulum, serta pemimpin unit lainnya dapat
melaksanakan dan pengelolaan kegiatan dengan baik. Pengelolaan
merupakan muka lain dari mata uang perencanaan. Pemimpin membuat
2
Siagian, Sondang P.Sistem Informasi Untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Haji Masagung, 1990. h. 15.
(30)
22
rencana. Rencana tersebut merupakan standard. Artinya, sejumlah
kegiatan akan dilakukan dan dapat diukur atau dinilai. Sistem dan
teknik-teknik pengelolaan dapat dikembangkan dari perencanaan yang telah
dibuat.3
Pengelolaan yang efektif dan efisien membutuhkan adanya struktur
organisasi yang jelas. Tujuan pengelolaan adalah melakukan pengukuran
dan perbaikan agar apa yang telah direncanakan dapat dicapai secara
optimal .untuk mencapai tujuan tersebut, perlu diketahui pada bidang atau
tingkat perbaikan dapat dilakukan. Pengelolaan kualitas dilaksanakan
melalui orang-orang. Agar dapat diberikan perbaikan yang tepat perlu
diketahui terlebih dahulu siapa yang bertanggung jawaban terhadap apa.
3. Langkah-Langkah Pengelolaan Program Studi keahlian
Ada tiga langkah pengelolaan yang dapat digunakan dalam
pengelolaan mutu terhadap program studi keahlian di sekolah menengah
kejuruan.
Pertama, pengelolaan umpan maju (feedforward). Cara ini
dilakukan sebelum pekerjaan di mulai untuk mengantisipasi kemungkinan
masalah yang akan muncul, serta melakukan tindakan-tindakan
pencegahan.
Kedua, pengelolaan konkuren (concurrent atau steering control),
yaitu memusatkan kegiatan pengendalian pada apa yang sedang berjalan
atau proses pelaksanaan pekerjaan, memonitor pekerjaan, atau kegiatan
3Nana SyaodahSukmadinata, Ayi Novi Jam’iat, Ahman,
Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006) h. 52.
(31)
23
yang sedang berjalan untuk meyakinkan bahwa segala sesuatu berjalan
dengan baik.
Ketiga, pengendalian umpan balik (feedback atau postaction
controls), yaitu mengadakan penilaian atau pengukuran, dan perbaikan
setelah kegiatan dilakukan.4
4. Pengelolaan Dalam Program Studi Keahlian Di SMK
Pengelolaan program studi keahlian mencakup beberapa hal, yaitu
apa saja sasaran mutu pada semua program studi keahlian, bagaimana
pengawasan dan evaluasi pada semua program studi keahlian. Selain itu
pengelolaan dalam program studi keahlian juga mencakup bagaimana
sekolah mengelola standard kompetensi pada semua jurusan, pengelolaan
tempat praktik jurusan, dan pengelolaan kegiatan praktik jurusan.
B. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pengelolaan Program Studi Keahlian 1. Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
Manajemen Mutu Terpadu-MMT dapat diartikan sebagai
perpaduan semua fungsi dari organisasi ke dalam falsafah holistik yang
dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitass, dan
pengertian serta kepuasan pelanggan.5Menurut Juran dan Ishikawa, MMT
adalah upaya organisasi menilai kembali cara-cara, kebiasaan, praktik, dan
aktivitas yang ada dan kemudian secara inovatif memfungsikan seluruh
sumber dayanya kedalam proses lintas fungsi yang mengabdi pada
kepentingan klien, sehingga organisasi mampu mencapai visi dan
4Nana SyaodahSukmadinata, Ayi Novi Jam’iat, Ahman,
Pengendalian Mutu Pen didikan Sekolah Menengah,(Bandung: PT. Refika Aditama, 2006) h. 53.
5
(32)
24
misinya. Pendapat lain dikemukakan oleh Sugeng Pinando yang
menyatakan bahwa MMT merupakan aktivitas yang berusaha untuk
mengoptimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan yang terus
menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.
Disamping itu, Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana juga mengatakan
bahwa MMT merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas
sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi.6
Manajemen Mutu Terpadu juga diasumsikan sebagai suatu filosofi
manajemen yang melembagakan sumber daya yang ada, terencana,
berkesinambungan dan mengasumsikan peningkatan kualitas dari hasil
semua aktivitas yang terjadi dalam organisasi: bahwa semua fungsi
manajemen yang ada dan semua tenaga untuk berpartisipasi dalam proses
perbaikan.
Dengan peningkatan sistem kualitas dan budaya kualitas, proses
MMT bermula dari pelanggan dan berakhir pada pelanggan pula. Proses
MMT memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan dan harapan
pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk
memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan
kepada pelanggan (output).
6
(33)
25
Manajemen Mutu Terpadu merupakan upaya untuk mengoptimalkan
organisai dalam rangka kepuasan pelanggan. Dengan demikian
Manajemen Mutu Terpadu berkaitan dengan:
a. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
b. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
c. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah
d. Memiliki komitmen jangka panjang
e. Membutuhkan kerjasama tim
f. Memperbaiki proses secara berkesinambungan
g. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
h. Memberikan kebebasan yang terkendali
i. Memiliki kesatuan tujuan
j. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Konsep Manajemen Mutu Terpadu pada dasarnya adalah menekankan
pada kepuasan pelanggan dan pelayanan yang bermutu. Dalam dunia
pendidikan, manfaat penerapan MMT adalah perbaikan, pelayanan,
penguragan biaya, dan kepuasan pelanggan.
Perbaikan progresif dalam system manajemen dan kualitas pelayanan
menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Sebagai tambahan,
manfaat lain yang bisa dilihat adalah peningkatan keahlian, semangat dan
rasa percaya diri di kalangan staf pelayanan public, perbaikan hubungan
(34)
26
transparansi pemerintah serta peningkatan produktivitas dan efisiensi
pelayanan publik.
2. Prinsip dan unsur pokok dalam MMT
Menurut Hensler dan Brunell ada empat prinsip utama dalam
MMT. Keempat prinsip tersebut adalah:
a. Kepuasan pelanggan
b. Respek terhadap setiap orang
c. Menejemen berdasarkan fakta
d. Perbaikan berkesinambungan.7
Lebih lanjut, Ciptono dan Anastasya menjelaskan bahwa prinsip
dan unsur pokok dalam MMT, sebagai berikut: pertama, kepuasan
pelanggan. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan
spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas itu ditentukan oleh pelanggan (internal
atau eksternal). Kepuasan pelanggan harus dipenuhi dalam segala aspek,
termasuk harga, keamanaan, dan ketepatan waktu.
Kedua, respek terhadap setiap orang. Setiap karyawan dipandang
sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas sendiri yang unik.
Dengan itu, setiap karyawan dipandang sebagai sumber daya organisasi
yang bernilai. Karena itu, setiap karyawan dalam organisasi diperlakukan
secara baik dan diberi kesempatan untuk mengembangkan diri,
berpartisipasi dalam tim pengembalian keputusan.
7
(35)
27
Ketiga,menejemen berdasarkan fakta. Organisasi berorientasi pada
fakta. Artinya bahwa setiap keputusan organisasi harus didasarkan pada
data, bukan pada perasaan (feeling). Dua konsep pokok berkait dengan
fakta; 1) prioritasi (prioritization), yaitu konsep bahwa perbaikan tidak
dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat
keterbatasan sumber daya yang ada. Dengan demikian, dengan
menggunakan data, maka menejemen dan tim dapat memfokuskan
usahanya pada situasi tertentu yang vital. 2) variasi (variation), atau
variabilitas kinerja manusia. data dapat memberikan gambaran mengenai
variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem
organisasi. Dengan demikian menejemen dapat memprediksi hasil dari
setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
Keempat, perbaikan berkesinambungan. Perbaikan
berkesinambungan merupakan hal yang penting bagi setiap lembaga.
Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA.
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering
dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering
juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk
metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang
sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus
PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau
(36)
28
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari
perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja
yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan.
Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian
masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Siklus
PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1) Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan
merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang
ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling
terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam
melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari
perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah
mutu yang akan diselenggarakan.
2) Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang
telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan
keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu
diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat
memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan
(37)
29
3) Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa
kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah
ditetapkan.
4) Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan
rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila
perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah
lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut
dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta
hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta
hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.8
3. Sekolah Dengan Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
Manajemen mutu terpadu merupakan suatu metodologi yang dapat
membantu para profesional pendidikan mengatasi lingkungan yang terus
berubah. Manajemen mutu dapat digunakan sebagai alat untuk membentuk
ikatan antar sekolah, dunia bisnis, dan pemerintah. Ikatan tersebut akan
memungkinkan para profesional di sekolah atau daerah dilengkapi dengan
sumber-sumber yang dibutuhkan dalam pengembangan program mutu.
Manajemen mutu terpadu (MMT) merupakan aspek utama dari
manajemen total/mutu. MMT merupakan metodologi yang mempermudah
8
Deming, W. Edward. Martin, (1986).Out of Crisis, Massachusetts Institute of. Technology. Center for Advanced Engineering Study. Boston: Massachusetts.
(38)
30
pengelola perubahan, membentuk fokus perubahan, membentuk
intrastruktur yang lebih fleksibel, cepat merespon pada tuntutan perubahan
masyarakat, serta membantu pendidikan mengatasi hambatan-hambatan
biaya dan waktu.
Perubahan terhadap MMT di mulai dengan mengadopsi pembagian
tugas tentang pelaksanaan mutu pada tingkat majlis sekolah, administrator,
guru, staf administrasi, siswa, orang tua dan masyarakat.kegiatan diawali
dengan merumuskan visi dan misi dari sekolah, jurusan/program studi, dan
seksi-seksi pendidikan sekolah.
Visi MMT dipusatkan pada menemukan kebutuhan para
penggunaan lulusan (customer), persiapan melibatkan masyarakat secara
menyeluruh dalam program peningkatan mutu, mengembangkan sistem
untuk mengukur nilai tambah dari pendidikan, sistem dukungan yang
memungkinkan guru, staf administrasi, dan siswa dalam mengelola
perubahan, dan melakukan penyempurnaan, yang berkelanjutan dengan
tujuan agar produk sekolah menuju arah yang lebih baik.9
4. Prinsip-prinsip Manajemen Mutu Terpadu Di Sekolah
Sekolah yang menerapkan manajemen mutu total, sekolah tersebut
melaksanakan program mutu pendidikan dengan berpegang pada
prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Berfokus Pada Customer
9Nana SyaodahSukmadinata, Ayi Novi Jam’iat, Ahman,
Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006) h. 11-12.
(39)
31
Setiap orang di sekolah harus memahami, bahwa setiap produk
pendidikan mempunyai pengguna (customer). Setiap anggota dari
sekolah adalah pemasok(supplier)dan pengguna(customer).Pengguna
pertama dari sekolah adalah keluarga atau disebut Big C dan siawa
atauLittle C. keluarga atau orang tua juga termasuk pemasok. Ada dua
macam pengguna (customer), yaitu pengguna internal, dan pengguna
eksternal. Pengguna internal, seperti orang tua, siswa, guru,
administrator, staf, dan majlis sekolah. Pengguna eksternal seperti
masyarakat, pimpinan perusahaan-industri, lembaga pemerintah,
lembaga swasta, perguruan tinggi, dan lembaga keamanan.10
b. Keterlibatan Menyeluruh
Semua orang harus terlibat dalam transformasi mutu.
Manajemen harus komitmen dan berfokus pada peningkatan mutu.
Transformsi mutu harus di mulai dengan mengadopsi paradigma
pendidikan baru. Kepercayaan lama harus dibuang.Langkah pertama
yang harus dilakukan dalam mengadopsi paradigma pendidikan baru
adalah kualitas pendidikan yang senantiasa bergantung pada
banyaknya uang yang tersedia.Kedua, pendidikan merupakan “a good
old boy network” yang menolak keterlibatan pihak-pihak di luar
pendidikan.
c. Pengukuran
10Nana SyaodahSukmadinata, Ayi Novi Jam’iat, Ahman,
Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006) h. 12.
(40)
32
Pandangan lama mutu pendidikan atau lulusan diukur dari skor
prestasi belajar. Dalam pendekatan baru, para profesional pendidikan,
harus belajar mengukur mutu pendidikan dari kemampuan dan kinerja
lulusan berdasarkan tuntutan pengguna. Para profesional pendidikan
perlu menguasai teknik-teknik pengumpulan dan analisis data, bukan
saja data kemampuan lulusan, melainkan semua data yang terkait
dengan kegiatan dan penunjang pelaksanaan pendidikan. Melalui
pengumpulan dan analisis data, para profesional pendidikan akan
mengetahui nilai tambah dari pendidikan, kelemahan dan hambatan
yang dihadapi serta upaya penyempurnaannya.
d. Pendidikan sebagai sistem
Hendaknya, peningkatan mutu pendidikan berdasarkan konsep
dan pemahaman pendidikan sebagai sistem. Pendidikan sebagai sistem
memiliki sejumlah komponen, seperti siswa, guru, kurikulum,
sarana-prasarana, media, sumber belajar, orang tua, dan lingkungan. Di antara
komponen-komponen tersebut terjalin hubungan yang
berkesinambungan dan keterpaduan dalam pelaksanaan sistem.
e. Perbaikan yang berkelanjutan
Dalam filsafat lama dianut prinsip, “jika sudah rusak, baru diperbaiki,” sedangkan dalam filsafat mutu menganut prinsip, bahwa
(41)
33
setiap proses perlu diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna,
perlu selalu diperbaiki dan disempurnakan.11
5. Strategi pelaksanaan MMT di tingkat sekolah
Dalam rangka mengimplementasikan konsep manajemen
peningkatan mutu yang berbasis sekolah ini, maka melalui partisipasi
aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk
institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan sekolah harus
melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :12
1. Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat,
valid dan secara sistimatis menyangkut berbagai aspek akademis,
administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
2. Melakukan evaluasi diri (self assesment) untuk menganalisa kekuatan
dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah,
kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan
hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek
intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya.
3. Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan
kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam
rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas bagi siswanya sesuai
dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai.
11Nana SyaodahSukmadinata, Ayi Novi Jam’iat, Ahman,
Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006) h. 13.
12
(42)
34
4. Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah
bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun
program jangka panjang atau jangka pendek (tahunan termasuk
anggarannnya).
5. Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah
kondisi alamiah total sumber daya yang tersedia dan prioritas untuk
melaksankan program. Oleh karena itu, sehubungan dengan
keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa program tertentu lebih
penting dari program lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk
belajar. Kondisi ini mendorong sekolah untuk menentukan skala
prioritas dalam melaksanakan program tersebut.
6. Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu tahun
program sekolah, oleh karena itu sekolah harus membuat strategi
perencanaan dan pengembangan jangka panjang melalui identifikasi
kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan jangka panjang ini dapat
dinyatakan sebagai strategi pelaksanaan perencanaan yang harus
memenuhi tujuan esensial, yaitu :
a) mampu mengidentifikasi perubahan pokok di sekolah sebagai hasil
dari kontribusi berbagai program sekolah dalam periode satu tahun,
dan
b) keberadaan dan kondisi natural dari strategi perencanaan tersebut
harus menyakinkan guru dan staf lain yang berkepentingan (yang
(43)
35
harus melaksanakan total dan segera) bahwa walaupun perubahan
besar diperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang
representatif untuk melaksanakannya, sementara urutan dan logika
pengembangan juga telah disesuaikan.
Aspek penting dari strategi perencanaan ini adalah program dapat
dikaji ulang untuk setiap periode tertentu dan perubahan mungkin saja
dilakukan untuk penyesuaian program di dalam kerangka acuan
perencanaan dan waktunya.
Transformasi menuju sekolah bermutu diawali dengan mengadopsi
dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah, administrator, staf,
siswa, guru dan komunitas. Prosesnya diawali dengan mengembangkan
visi dan misi mutu untuk wilayah dan setiap sekolah serta departemen
dalam wilayah tersebut. Visi mutu difokuskan pada pemenuhan kebutuhan
konstumer, mendorong keterlibatan total komunitas dalam program,
mengembangkan system pengukuran nilai tambah pendidikan, menunjang
system yang diperlukan staf dan siswa untuk mengelola perubahan, serta
perbaikan berkelanjutan dengan selalu berupaya keras membuat produk
pendidikan menjadi lebih baik.
Dari penjelasan tersebut bahwa sekolah mutu harus memenuhi
pilar mutu. Menurut Jerome S. Arcaro membuat model visual dari sekolah
yang menerapkan mutu total. Sekolah yang menerapkan mutu total
(44)
36
Keterlibatan secara total semua anggota, 3). Melakukan pengukuran, 4).
Komitmen pada perubahan, serta 5). Penyempurnaan secara
terus-menerus. Pilar-pilar tersebut dibagun di atas keyakinan dan nilai-nilai yang
menjadi pegangan dalam pendidikan. Keyakinan dan nilai-nilai tersebut
sejalan dengan visi dan misi pendidikan (sekolah), tujuan jangka panjang
dan pendek, serta kriteria keberhasilan yang kritis. Model visual dari
Araco dapat dilihat pada gambar berikut:
Tabel.2.1 Sekolah Mutu Terpadu
6. Aspek-Aspek Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pengelolaan Program Studi Keahlian
Untuk menjalankan mutu terpadu diperlukan suatu perubahan baik
perubahan dalam budaya dan sistem nilai dari suatu organisasi yang harus
mengacu pada prinsip-prinsip manajemen mutu terpadu.
Sekolah Mutu Total
Berpusat pada kustomer
Keterlibatan
total Pengukuran
Komitmen pada perubahan
Perbaikan berkelanjutan
Visi Misi Kepercayaan Dan Nilai Tujuan Dan Khusus
Faktor-Faktor Keberhasilan Kritis
(45)
37
Ada empat prinsip utama manajemen mutu terpadu yang
merupakan sasaran dalam pengelolaan pendidikan khususnya pengelolaan
program studi keahlian:13
a. Kepuasan pelanggan
Dalam manajemen mutu terpadu konsep dan pelanggan
diperluas. Kualitas tidak lagi bermuara pada kesesuaian dengan
spesialisasi-spesialisasi tertentu tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh
pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan
eksternal .kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam
segala aspek termasuk di dalamnya harga, keamanan dan ketepatan
waktu. Oleh karena itu segala aktifitas organisasi harus
dikoordinasikan untuk memuaskan pelanggan.
b. Respek terhadap setiap orang
Dalam organisasi yang kualitasnya kelas dunia, setiap
karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan
kreatifitas khas.Ini berarti bahwa karyawan merupakan sumber daya
organisasi yang paling berharga. Oleh karena itu setiap orang dalam
organisasi harus diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan
untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan,
karyawan akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap hasil
keputusan yang merupakan keputusan bersama, sehingga akan menjadi
keputusan bulat yang didukung semua lapisan.
13
(46)
38
c. Manajemen berdasarkan fakta
Organisasi kelas dunia biasanya berorientasi pada fakta.Ini
menunjukkan bahwa keputusan yang diambil berdasarkan pada fakta
bukan pada perasaan. Ada dua konsep yang berkaitan dengan ini.
Pertama adanya prioritas dan kedua adanya variasi.
Prioritas merupakan konsep bahwa perbaikan tidak dapat
dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat
keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu dengan
menggunakan data maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat
memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang sangat vital.
Sedangkan variasi yang dimaksudkan adalah varibilitas kinerja
manusia yang memberikan gambaran pada sistem organisasi. Dengan
demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan
dan tindakan yang dilakukan.
d. Perbaikan Kesinambungan
Untuk dapat sukses setiap organisasi perlu melakukan proses
yang sistematis dalam melaksanakan perbaikan yang
berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCA
(Paln-Do-Check-act). Siklus ini terdiri dari langkah-langkah
perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil pelaksanaan
rencana dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil pelaksanaan
rencana dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang
(47)
39
Sedangkan menurut Djamarah dan Uzer Usman14,
Prinsip-prinsip pengelolaan itu mencakup hal -hal sebagai berikut:
1) Hangat dan Antusias
Guru harus menunjukkan sikap hangat dan antusias dalam
mengajar, apalagi ketika berhubungan dengan siswa. Kehangatan
dan keantusiasan yang diperlihatkan oleh guru akan mendatangkan
keberhasilan dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2) Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau cara mengajar yang
menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar.
3) Bervariasi
Kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan
mengadakan variasi dalam mengajar juga merupakan salah satu
cara yang dapat digunakan untuk mencapai pengelolaan kelas yang
efektif dan menghindari kejenuhan.
4) Keluwesan
Guru yang luas dan tidak kaku dalam menerapkan strategi
pembelajaran, juga salah satu prinsip pengelolaan yang baik.
5) Penekanan Pada hal-hal yang Positif
Ini berarti bahwa penguatan positif harus lebih didahulukan
daripada penguatan negatif.
6) Penanaman Disiplin diri
14
(48)
40
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas/jurusan adalah agar
siswa dapat mengembangkan disiplin diri.15
Dalam melaksanakan pengelolaan dan pola penerapan
manajemen mutu terpadu yang dilakukan sekolah terutama guna
mendukung standar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, harus
memenuhi kualifikasi, dan kompetensi. Dengan demikian pola
penerapan manajemen mutu terpadu mengarah pada ketentuan
pemerintah tentang standar tenaga pendidik dan kependidikan. Sejalan
dengan hal tersebut maka dalam mengembangkan pemenuhan tenaga
pendidik harus memiliki kompetensi supervisi manajerial yang di
dalamnya mampu menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Standar tenaga pendidik dan kependidikan diharapkan mampu
mewujudkan tujuan dan keberhasilan pendidikan dan
pembelajaran/bimbingan di sekolah, oleh karena itu dalam rangka
mengetahui perubahan yang terjadi maka tenaga pendidik harus mampu
memberikan aspek-aspek yang penting dalam melaksanakan tugas pokok
dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
pembelajaran yang dilaksanakan. Sebagai tenaga pendidik kompetensi
yang harus ditingkatkan menyangkut tiga kemampuan yaitu kompetensi
personal, professional dan sosial.16 Ketiganya mempunyai peranan
15
Ana Rosilawati,Konsep Pendidikan Karakter. 2008:134-135.
16
(49)
41
masing-masing yang menyatu dalam diri pribadi guru dalam dimensi
kehidupan di rumah tangga sekolah dan masyarakat.
7. Manajemen Mutu Terpadu Pada Pendidikan Dalam Islam
Untuk pengembangan manajemen mutu terpadu, usaha pendidikan
dalam islam tidak lain adalah merupakan usaha “jasa” yang memberikan
pelayanan kepada pelanggannya, yaitu mereka yang belajar dalam
lembaga pendidikan tersebut. Yaitu peserta didik yang biasa disebut
klien/pelanggan primer (primary external customers). Mereka inilah yang
langsung menerima manfaat layanan pendidikan dari lembaga tersebut.
Sebenarnya agama islam sangat menginginkan umatnya untuk
mengembangkan potensi diri agar menjadi pribadi yang berkualitas hingga
terciptanya umat yang bermutu. dibawah ini sedikit diantara anjuran
agama baik hadits maupun ayat al-Qur'an untuk menjadi umat dan pribadi
yang bermutu, yaitu:
:
)
90
(
Artinya : ”Sesungguhnya Allah menyuruh berbuat keadilan,
berbuat baik dan menolong kaum kerabat dan melarang dari perkara yang keji, mungkar dan dosa. Allah menasehati kamu
moga-moga kamu menjadi ingat."(Q.S. AN-Nahl; 90)17
17
(50)
42
Karena hal di atas para klien terkait dengan orang yang
mengirimnya ke lembaga pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga tempat
klien tersebut bekerja, dan mereka ini kita sebut sebagai pelanggan
sekunder (secondary external customers). Pelanggan lainnya yang bersifat
tersier adalah lapangan kerja bisa pemerintah maupun masyarakat
pengguna output pendidikan (tertiary external customers). Selain itu,
dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu
yang berasal dari interen lembaga; mereka itu adalah para guru/tutor dan
tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga
pendidikan (internal customers). Walaupun para para guru/tutor dan tenaga
administrasi, serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam
proses pelayanan jasa, tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika dilihat
dari hubungan manajemen. Mereka berkepentingan dengan lembaga
tersebut untuk maju, karena semakin maju dan berkualitas mereka
diuntungkan, baik secara kebanggaan maupun finansial. Seperti disebut di
atas bahwa program peningkatan mutu harus berorientasi kepada
kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan Islam haruslah
memperhatikan masing-masing pelanggan tersebut.
Kepuasan dan kebanggan dari mereka sebagai penerima manfaat
layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu
layanan pendidikan Islam. Untuk mengaplikasikan konsep Manajemen
(51)
43
prinsip pencapaian mutu Edward Deming, berikut ini, ialah uraian tentang
penerapan prinsip-prinsip tersebut ke dalam Pendidikan Islam :
Pertama, Untuk menjadi lembaga pendidikan Islam yang bermutu
perlu kesadaran, niat dan usaha yang sungguh-sungguh dari segenap unsur
di dalamnya. Pengakuan orang lain (siswa, sejawat dan masyarakat) bahwa
pendidikan Islam adalah bermutu harus diraih.
Kedua, lembaga pendidikan Islam yang bermutu adalah yang
harapan dan kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan jasa yang diberikan
oleh lembaga tersebut. Kebutuhan pelanggan adalah berkembangnya SDM
yang bermutu dan tersedianya informasi, pengetahuan dan teknologi yang
bermanfaat, karya/produk lembaga pendidikan Islam tersebut.
Ketiga, perhatian lembaga pendidikan selalu ditujukan pada
kebutuhan dan harapan para pelanggan : siswa, masyarakat, industri,
pemerintahan dan lainnya, sehingga mereka puas karenanya.
Keempat, dalam lembaga pendidikan Islam yang bermutu tumbuh
dan berkembang kerjasama yang baik antar sesama unsur didalamnya
untuk mencapai mutu yang ditetapkan.
Kelima, diperlukan pimpinan yang mampu memotivasi,
mengarahkan, dan mempermudah serta mempercepat proses perbaikan
mutu. Pimpinan lembaga (kepala sekolah/madrasah, wakil kepala sekolah,
hingga kepala bagian-bagian terkait) bertugas sebagai motivator dan
(52)
44
mencapai mutu. Setiap atasan adalah pemimpin, sehingga ia haruslah
memiliki kepemimpinan.
Keenam, semua karya pendidikan Islam (pengajaran, penelitian,
pengabdian, administrasi dll.) selalu diorientasikan pada mutu, karena
setiap unsur yang ada didalamnya telah berkomitmen kuat pada mutu.
Akibat dari orientasi ini, maka semua karya yang tidak bermutu ditolak
atau dihindari.
Ketujuh, Ada upaya perbaikan mutu lembaga pendidikan secara
berkelanjutan. Untuk ini standar mutu yang ditetapkan sebelumnya selalu
dievaluasi dan diperbaiki sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
Kedelapan, segala keputusan untuk perbaikan mutu pelayanan
pendidikan/pengajaran selalau didasarkan data dan fakta untuk
menghindari adanya kelemahan dan keraguan dalam pelaksananannya.
Kesembilan, penyajian data dan fakta dapat ditunjang dengan
berbagai alat dan teknik untuk perbaikan mutu yang bisa dianalisis dan
disimpulkan, sehingga tidak menyesatkan.
Kesepuluh, hendaknya pekerjaan di lembaga pendidikan jangan
dilihat sebagai pekerjaan rutin yang sama saja dari waktu ke waktu, karena
bisa membosankan. Setiap kegiatan di lembaga tersebut harus
direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat, serta hasilnya dievaluasi
(53)
45
Kesebelas, dari waktu ke waktu prosedur kerja yang digunakan di
lembaga pendidikan Islam perlu ditinjau apakah mendatangkan hasil yang
diharapkan. Jika tidak maka prosedur tersebut perlu diubah dengan yang
lebih baik.
Keduabelas, Perlunya pengakuan dan penghargaan bagi yang telah
berusaha memperbaiki mutu kerja dan hasilnya. Para guru dan karyawan
administrasi mencoba cara-cara kerja baru dan jika mereka berhasil
diberikan pengakuan dan penghargaan.
Ketigabelas, Perbaikan prosedur antar fungsi di lembaga
pendidikan Islam sebagai bentuk kerjasama harus dijalin hubungan saling
membutuhkan satu sama lain. Tidak ada yang lebih penting satu unsur dari
unsur yang lain dalam mencapai mutu pendidikan Islam.
Keempatbelas, tradisikan pertemuan antar pengajar dan siswa
untuk mereview proses belajar-mengajar dalam rangka memperbaiki
pengajaran yang bemutu.
Mendasarkan hal-hal di atas, tampak bahwa sebenarnya mutu
pendidikan Islam adalah merupakan akumulasi dari cerminan semua mutu
jasa pelayanan yang ada di lembaga pendidikan Islam yang diterima oleh
para pelanggannya. Layanan pendidikan Islam adalah suatu proses yang
panjang, dan kegiatannya yang satu dipengaruhi oleh kegiatannya yang
lain. Bila semua kegiatan dilakukan dengan baik, maka hasil akhir layanan
pendidikan tersebut akan mencapai hasil yang baik, berupa “mutu
(54)
46
C. Hasil Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pengelolaan Program Studi Keahlian
Penerapan suatu sistem manajemen selalu mengakibatkan
terganggunya keseimbangan. Timbul dua pihak yang pro dan kontra,
menerima MMT dan menolak MMT. Penolakan MMT dikarenakan adanya
perubahan dalam manajemen. Yaitu menyangkut nilai-nilai yang sudah
mapan. Jika dibandingkan nilai-nilai budaya Indonesia dengan nilai-nilai
MMT akan tampak sebagai berikut:18
Nilai-nilai Budaya Indonesia: Nilai-Nilai MMT:
1. Asas kekeluargaan 1. Kerja sama
2. Gotong royong 2. Total partisipasi
3. Tutwurihandayani 3. Menghargai sesama
4. Bhineka tunggal ika 4. menghargai keunikan & kreativitas
Mengapa orang enggan menerima perubahan sistem manajemen?, hal
ini karena menyangkut ketidak pastian hasil, kesulitan melaksanakan,
kebiasaan yang sudah ada, dan ancaman terhadap dirinya sendiri.19 Sehingga
dapat dikatakan bahwa cara berfikir dan bertindak yang dilakukan berulang
akan menjadi kebiasaan yang sulit diubah kecuali otak kita di instal dengan
program baru (”seperti software komputer saja”).
Penelitian Usman menyimpulkan bahwa pelaksanaan Pengembangan
Sekolah Seutuhnya (PSS) di SMK mengalami kegagalan karena kepala
18
Hasibuan, Malayu SP,Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: STIE YKPN, 2000. h. 227.
19
Hasibuan, Malayu SP,Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: STIE YKPN, 2000. h. 227.
(55)
47
sekolahnya masih cenderung menampilkan gaya kepemimpinan otoriter, hal
ini karena lemahnya kemandirian sekolah akibat pembinaan pemerintah yang
masih sentralistik, Birokratik, formalistik, konformistik, uniformistik dan
mekanistik. Pembinaan yang demikian ini tidak memberdayakan potensi
sekolah. Akibatnya, setiap hierarki yang berada di bawah kekuasaan bersikap
masa bodoh, apatis, diam supaya aman, menunggu perintah, tidak kreatif dan
tidak inovatif, kurang berpartisipasi dan kurang bertanggung jawab, membuat
laporan asal bapak senang dan takut mengambil resiko.20
Hamzah B. Uno mendifinisikan motivasi kerja sebagai salah satu
faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh
motivasi pada kinerja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas
motivasi yang diberikan. Jadi jika dikaitkan dengan motivasi kerja seorang
guru dalam mengajar biasanya tercermin dalam berbagai kegiatan dan bahkan
prestasi yang dicapai guru tersebut.21
Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk keberhasilan dalam
penerapan MMT di sekolah kepala sekolah harus menerapkan prinsip-prinsip
pengelolaan sekolah secara sederhana yaitu dengan istilah ”KITA” (hanya pemikiran penulis saja), yaitu (a) Kebersamaan :ciptakan prinsip-prinsip
”kebersamaan” di dalam mengelola sekolah, oleh karena itu setiap orang dalam organisasi sekolah diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan
untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan; (b) Inovasi
dan Kreativitas : hanya dengan Inovasi dan kreativitas para pengelola sekolah
20
Usman, Husaini, Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik,dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1.
21
(56)
48
maka sekolah akan tampil beda dari sekolah lain; (c) Transparansi: perlu
diciptakan iklim keterbukaan oleh kepala sekolah, karena hanya dengan
kejujuranlah bawahan akan termotivasi untuk bekerja; dan (d) Akuntabilitas:
apa yang telah dikerjakan oleh seorang pemimpin harus dipertanggung
jawabkan kepada pelanggan (”manusia”) dan kepada Sang Pencipta (Tuhan Yang Maha Kuasa).
(57)
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan pendekatan
deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif merupakan penelitian
yang didasarkan pada data alamiah yang berupa kata-kata dalam
mendeskripsikan obyek yang diteliti. Pendekatan deskriptif kualitatif berusaha
mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual (secara utuh sesuai dengan
konteks) melalui kegiatan pengumpulan data dari latar yang alami. Metode
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara Trianggulasi, analisis data bersifat
induktif, dan hasil kualitatif lebih menekankan makna pada generalisasi1.
Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka hasil data penelitian akan
diinformasikan secara deskriptif dan tidak menguji suatu hipotesa serta tidak
mengkorelasi variable.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bersifat menggambarkan,
menguraikan suatu hal menurut apa adanya. Maksudnya adalah data yang
dikumpulkan berupa kata-kata atau penalaran, gambar, dan bukan
angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan kualitatif2. Berdasarkan
definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian yang
1
Sugiono,Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabta, 2005), hlm: 1.
2
Lexy J Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002), hlm: 6.
(58)
50
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang atau perilaku yang dapat diamati dan hasil penemuannya bukan dengan
jalan pengukuran angka-angka atau statistik. Penelitian kualitatif disebut juga
penelitian naturalistik yang dalam proses pelaksanaannya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: 1) latar alamiah, 2) manusia sebagai alat instrumen, 3) metode
kualitatif, 4) analisa data secara induktif, 5) teori dari dasar, 6) deskriptif, 7)
lebih mementingkan proses dari pada hasil, 8) adanya batas yang ditentukan
oleh fokus, 9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, 10) desain yang
bersifat sementara, 11) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
B. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan
menjadi 2(dua) kelompok, yaitu:
a. Data kualitatif, yaitu data yang hanya dapat diukur secara tidak
langsung.3 Dalam hal ini, data yang dimaksud antara lain, gambaran
umum obyek penelitian, sejarah berdirinya SMKN 1 Surabaya, letak
geografis, Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Terhadap
Pengelolaan Program Studi Keahlian Di SMKN 1 Surabaya.
b. Data kuantitatif, adalah data yang dapat diukur atau dihitung secara
langsung karena berupa angka-angka. Adapun data yang dimaksud
adalah: data tentang jumlah guru, siswa, karyawan, jumlah sarana dan
prasarana, dan data lainnya yang berupa angka.
3
(1)
SMKN 1 Surabaya dan lebih rutin lagi mengadakan rapat/pertemuan selain jadwal yang telah ditetapkan.
3. Agar mengadakan pelatihan dan seminar untuk guru, staf, dan karyawan untuk mengembangkan mutu di sekolah.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Abeng, Tanri dkk, 1996. Manajemen Dalam Persfektif. Yogyakarta: LMP2M AMP-YKPN.
Aqib, Zainal dan Elham Rohmanto, 2007.Membangun Profesionalisme Guru Dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya.
Arifin, Zainal, 199. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: PT. Rosdakarya.
Bafadal, Ibrahim, 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Bahri, Syaiful, 2000.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Bitner, M. J., Zeithaml, V. A., 2003, Service Marketing. New Delhi: McGraw Hill.
Daryanto,1997.Media Pembelajaran.Bandung : Nurani Sejahtera.
Deming, W. Edward. Martin, (1986). Out of Crisis, Massachusetts Institute of. Technology. Center for Advanced Engineering Study.
Boston: Massachusetts.
Faisal, Sanapiah, 1982. Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Fattah, Nanang, 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
G. Zikmund, William, 2003.Bussiness research methods 7th edition.USA: Thomson South Western
Hadi, Sutrisno, 2000.Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Hanafiah, M. Jusuf, dkk, 1994.Pengelolaan Mutu Total Pendidikan
Tinggi. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri.
Handoko, T. Hani, 1993.Manajemen Edisi II. Yogyakarta: BPFE.
Hardjana, Agus M, 1994. Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.
(3)
Hasibuan, Malayu SP, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.
Heidjrahman Ranupandjono, 1996. Teori dan Konsep Manajemen.
Yogyakarta: UPP AMP-YKPN, YKPN.
Imam Suprayono & Tobroni, 2001. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Komariah, Aandan Cepi Triatna, 1996. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ma’arif, Samsul, 2004.Upaya Peningkatan Kualitas Manajerial Lembaga Pendidikan Islam Melalui TQM. Surabaya: Nizamia, VII.
Moleong, Lexy J, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, Enco, 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muncro, Leslydan Malcolm, 2002. Menerapkan Management Mutu
Terpadu. Jakarta: PT Gramedia.
Mustaqim, 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan Pustaka Pelajar Offset.
Nana SyaodahSukmadinata, Ayi Novi Jam’iat, Ahman, 2006.
Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. Bandung: PT. RefikaAditama.
Narbuko, Cholid, 1997.Metode Penelitian. Jakarta: Budi Aksara. Nasution, 1991.Metode Resiarch. Bandung: JemMasr.
Nazir, Moh, 2003.Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurdin, Usman, 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Semarang: CV Obor. Pustaka.
Prihantoro, Rudy, 2012. Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ranupandjono, Heidjrahman, 1996. Teori dan Konsep Manajemen. Yogyakarta: Aditya Media.
(4)
Rosilawati, Ana, 2008.Konsep Pendidikan Karakter. Bandung: Alfabet. Rudy, Prihantoro C, 2012.Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
S. Arcaro, Jerome, 2005. Pendidikan Berbasis Mutu. Alih Bahasa: Yosal Iriantara. Yoyakarta: Pustaka Pelajar.
Sagala, Syaiful, 2007. Manajement Strategic DalamMeningkatkan Mutu Pendidikan Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi Dan Pemberdayaan Potensi Sekolah Dalam Sistem Otonomi Sekolah.Bandung: Alfabeta. Sallis, Edward, 2007. Total Quality Manajemen in Education Manajemen
Mutu Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD.
Siagian, Sondang P, 1990. Sistem Informasi Untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Haji Masagung.
Sugiono, 2005.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabta.
Suharsimi, Arikunto, 2009.Manajemen Penelitian. Jakarta: RienakaCipta. Sujiono, 2007.Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif.Bandung: Alfabeta.
Sukirman, Hartatidkk, 2002. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: FIP Press.
Surakhmat, Winarno, 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Suryosubroto, B, 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rieneka Cipta.
Tangkilisan, HesselNogi S, 2003. Manajemen Modern Untuk Sektor Publik. Yogyakarta: Balairung & CO.
Tjiptono, Fandy, Diana, Anastasya, 2001. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi.
Tunggal, Amin widjaja. 1993. Manajemen Mutu Terpadu Suatu
Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta
Uno, H. Hamzah B, 2007.Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
(5)
Usman, Husaini, 2001. Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik. dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 8, Nomor 1.
---, 2010. Manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
DAFTAR NARASUMBER (INFORMAN)
1. MR ISO 14001: 2004 SMKN 1 Surabaya Dra. Sulastri, MM pada tanggal 10 Mei 2016.
2. MR ISO 9001: 2008 SMKN 1 Surabaya Dra. Eka Rismayawati pada tanggal 18 April 2016.
3. Kepala Sekolah SMKN 1 Surabaya Drs. Bahrun, ST, MM pada tanggal 15 Maret 2016.
4. Waka Kesiswaan SMKN 1 Surabaya Dra. Retno Pinasti, SST pada tanggal 8 April 2016.
5. Waka Kurikulum SMKN 1 Surabaya Drs. M. Hari Supriyanto, SH, MM pada tanggal 8 Mei 2016.
6. Siswa XI-Ak-1 SMKN 1 Surabaya Chelina Liziya Fadhliati pada tanggal 27 Mei 2016.
7. Siswa XI-MM-1 SMKN 1 Surabaya Dara Erwinda Diastyari pada tanggal 27 Mei 2016.
(6)
8. Siswa XI-TKJ-2 SMKN 1 Surabaya Fandi Tiandanoe Pribadi pada tanggal 27 Mei 2016.