DINAMIKA DALIL HUKUM HAKIM DALAM PENETAPAN PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN AGAMA NGANJUK TAHUN 2015.

DINAMIKA DALIL HUKUM HAKIM DALAM PENETAPAN
PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN AGAMA
NGANJUK TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh:
Dwi Siswanto
NIM. C01212070

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
ProdiAhwal al- Syakhsiyyah
SURABAYA
2016

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Dinamika Dalil Hukum Hakim dalam Penetapan
Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015”
merupakan hasil penelitian hukum normative yang bertujuan menjawab
pertanyaan tentang dalil hukum hakim, perbedaan penggunaan dalil hukum

hakim dan tinjauan hukum Islam terhadap penetapan permohonan dispensasi
nikah di Pengadilan Agama Nganuk Tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum doctrinal, dengan
data primer berasal dari salinan penetapan permohonan dispensasi nikah di
Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015, selain salinan penetapan penelitian ini
juga menggunakan data sekunder yang berasal dari buku – buku hukum dengan
tujuan menunjang penjelasan data primer, dengan menggunakan analisis induktif
kemudian ditarik pada yang umum, mengenai dalil hukum hakim.
Proses penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pertimbangan hukum
hakim tidak hanya berpedoman pada ketentuan yang berlaku, melainkan majelis
hakim menggunakan pendekatan metodologi pengkajian hukum Islam maslahah
mursalah, terhadap wanita hamil di luar nikah. mengenai terjadinya perbedaan
penggunaan dalil hukum hakim hanya sebagai dasar hukum hakim dalam
penetapannya dikarenakan pada permohonan tersebut menggunakan penasehat
hukum dan ketentuan mengenai permohonan yang digugurkan dan dicabut. Dalil
hukum hakim sudah sesuai dengan Islam.
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian hukum normative yang
menggunakan penelitian metode penelitian doctrinal, menyatakan bahwa
pertimbangan hukum hakim tidak hanya berpedoman pada ketentuan yang
berlaku, melainkan majelis hakim, menggunakan pendekatan metodologi

pengkajian hukum Islam maslahah mursalah. dan pertimbangan terhadap
perlindungan dan kepastian hukum terhadap keberadaan anak, terhadap wanita
hamil diluar nikah, mengenai terjadinya perbedaan penggunaan dalil hukum
hakim hanya sebagai dasar hukum penetapan dikarenakan pada permohonan
tersebut menggunakan penasehat hukum dan ketentuan mengenai permohonan
yang digugurkan dan dicabut, dalil hukum hakim sudah sesuai dengan Islam,
maka permohonan Pemohon patut diterima.
Saran dalam penelitian ini ditujakan kepada 2 (dua) pihak , pertama orang
tua, agar lebih mempertimbangkan lagi untuk menikahkan anaknya karena
pernikahan dibawah ketentuan sangat bahaya misalnya hamil diusia muda, kedua
hakim di lingkungan Peradilan Agama agar hendaknya berhati – hati dalam
memberikan izin dispensasi nikah agar tidak dijadikan celah bagi masyarakat
dengan mudah mendapatkan izin dispensasi nikah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM ................................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN…….. ...................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
ABSTRAK ..............................................................................................................v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN……………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TRANSLITERASI ................................................................................x
BAB I

PENDAHULUAN ...........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................1
B. Batasan Masalah dan Identifikasi masalah ..............................8
C. Rumusan Masalah ....................................................................9
D. Kajian Pustaka ........................................................................10
E. Tujuan Hasil Penelitian ..........................................................13
F. Kegunaan Hasil Penelitian ......................................................13
G. Definisi Oprasional .................................................................14
H. Metode Penelitian ...................................................................15

I. Sistematika Pembahasan ........................................................19

BAB II

KONTRUKSI YURIDIS DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN
AGAMA ……………………………………..............................21
A. Pengertian Dispensasi Nikah ..................................................21
B. Dasar Hukum Dispensasi Nikah ............................................ 23
1. Dispensasi nikah dalam kontruksi hukum positif ............. 23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Dispensasi nikah dalam kontruksi hukum Islam ............. 24
C. Akibat Hukum Dispenasi Nikah………………………………… 31
1. Akibat hukum dispensasi nikah………………………..... 31
2. Kepastian hukum adanya dispensasi nikah…………………. 33
D. Proses Pengajuan Dispensasi Nikah……………………………... 38
E. Faktor – faktor Terjadinya Dispensasi Nikah……………………. 43
BAB


III

DALIL HUKUM HAKIM DALAM PENETAPAN
PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN
AGAMA NGANJUK TAHUN 2015........................................... 45
A. Kewenangan Pengadilan Agama Ngajuk ....................................
45
1. Kewenangan relatif…………………….…………………. 45
2.Kewenangan absolut…………………….………………..
46
B. Penyelesaian Perkara Permohonan Dispensasi Nikah di
Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015 .................................47
C. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Penetapan Permohonan
Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015 .
...................................................................................................59

BAB IV

ANALISIS TERHADAP DALIL HUKUM HAKIM DALAM
PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN

AGAMA NGANJUK TAHUN 2015 ................................................ 77
A. Pertimbangan Dalil Hukum Hakim dalam Memberikan
Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015
..................................................................................................77
B. Perbedaan Penggunaan Dalil Hukum Hakim dalam
Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama ............85
C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan Permohonan Dispensasi
Nikah
di
Pengadilan
Agama
Nganjuk
Tahun
2015
………………..……..……………………………………..…. 91

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V


PENUTUP............................................................................................. 93
A. Kesimpulan .................................................................................... 93
B. Saran.........................................................................................94

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
LAMPIRAN………………………………………………………………………………..

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh
pasangan atau salah satu calon mempelai usianya masih di bawah batas usia
pernikahan, pernikahan dini yang terjadi ditengah – tengah masyarakat tidak
hanya karena masalah ekonomi, pendidikan, maupun adat istiadat, melainkan
sering kali terjadi pernikahan dini disebabkab terjadinya zina, yang
menyebabkan hamil diluar perrnikahan yang sah.1
Pernikahan dini merupakan suatu antisipasi dari orang tua untuk
mencegah timbulnya akibat negatif yang merusak dan mencemarkan nama

baik serta martabat keluarga, antisipasi orang tua ini diwujudkan dalam bentuk
proses pendampingan melegalkan atau memperoleh bukti akta pernikahan dari
lembaga yang berwenang proses ini dilakukan di Pengadilan Agama2
Proses pendampingan orang tua dilakukan karena adanya batas usia
minimum seseorang boleh melakukan pernikahan, batas usia pernikahan diatur
dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
“perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
1
2

Aisyah Dahlan, Persiapan Menuju yang Lestari, ( Jakarta: PT. Pustaka Antara, 1996), 39.
Mudzakaroh, Tentang Perkawinan di Bawah Umur, (Jakarta: Al- Azhar, 1985 ), 62.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2
(Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 ( enam belas)
tahun”.


3

Penentuan batas usia minimum seseorang boleh melakukan

pernikahan sangatlah penting, sebab pernikahan sebagai sesuatu perjanjian
perikatan antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri, oleh sebab itu
pernikahan seharusnya dilakukan oleh pasangan yang sudah siap baik dilihat
dari biologis dan spikologis.4
Berdasarkan persyaratan seseorang boleh melakukan pernikahan salah
satunya sudah memenuhi batas usia pernikahan, bilamana belum memenuhi
batas usia pernikahan maka dapat memohon izin dispensasi nikah kepada
Pengadilan Agama, ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 7 ayat (2) UU No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan “dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1)
pasal ini dapat meminta dispensasi nikah ke pengadilan agama atau pejabat
lain yang berwenang ditunjuk oleh salah kedua orang tua pihak pria maupun
pihak wanita”.5
Adapun dalam Islam tidak mengenal adanya dispensasi nikah,
dikarenakan dalam Islam masih mengalami beberapa kendala mengenai batas
usia seseorang boleh melakukan pernikahan, asalkan seseorang tersebut sudah
balig, menurut madzab Syafii ketentuan balig bagi anak laki - laki ditandai

dengan mimpi basah, sesuatu yang menyebabkan keluarnya air mani yang
3

Pasal 7 ayat (1) Undang - undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang – undang Perkawinan, (Yogjakarta: Liberty,
1986), 70.
5
Pasal 7 ayat (2) Undang -undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3
memancar yang darinya akan menjadi anak, hal ini sering kali terjadi pada
rentang usia 15 tahun. Sedangkan pada anak perempuan ketentuan balig
ditandai dengan menstruasi minimal dapat terjadi pada anak perempuan pada
usia 9 tahun. Ketentuan bagi anak perempuan juga bisa dikenakan sebab
mengandung (hamil).6
Bilamana tidak terdapat indikasi/tanda balig pada anak laki-laki maupun
anak perempuan maka ketentuan balig ditentukan dengan usia, menurut Imam

Abu Hanifah berpendapat bahwa usia pada anak laki-laki 18 tahun sedangkan
untuk anak perempuan usia 17 tahun sementara Abu Yusuf Muhammad bin
Hasan dan madzab Syafii berpendapat usia 15 tahun adalah tanda balig bagi
laki-laki maupun perempuan.

7

Islam mengnyisaratkan seseorang hendak

melakukan pernikahan hendaklah dewasa, sebagaimana firman Allah Swt.
dalam Surah Annisa Ayat 6:
 …     
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.” 8
jika melihat konteks dari ayat ini mengenai kedewasaan hanya pada
kalimat telah cukup umur, padahal dalam realitanya kedewasaan sendiri masih
tergolong ambigu, dikarenakan seringkali definisi dewasa dan usia terkadang

6

Husein Muhammad, Fiqih Perempuan Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender, (Yogyakarta:
LKiS, 2007), 90.
7
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2010), 95.
8
Kementrian Agama RI, Al Qur’an dan Tafsir, jilid 2, ( Jakarta: Widya Cahaya, 2002), 118.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4
tidak sesuai, meskipun telah mengalami kematangan seksual, akan tetapi
belum tentu seorang anak tersebut memiliki kematangan berfikir dewasa.9
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan “perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur
19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16
(enam belas) tahun”.10 Persyaratan tersebut juga dipertegas dalam Kompilasi
Hukum Islam Pasal 15 ayat (1) “untuk kemaslahatan keluarga dan rumah
tangga perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah
mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 UU No.1 Tahun 1974 yakni
calon suami sekurang - kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang kurangnya berumur 16 tahun”.11
Meskipun sudah ada batas minimum seseorang boleh melakukan
pernikahan masih memberikan kelonggaran untuk terjadinya pernikahan yang
menyimpang dari ketentuan, asalkan ada dispensasi nikah dari Pengadilan
Agama berdasarkan permintaan dari salah satu orang tua pihak mempelai
ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 7 ayat (2) UU No.1 Tahun 1974
tentang Perkawinan “dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini
dapat meminta dispensasi nikah ke Pengadilan Agama atau pejabat lain yang

9

Muhammad Fauzi Adhim, Indahnya Pernikahan Dini, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 47.
Pasal 7 ayat (1) Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
11
Pasal 15 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam.
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5
berwenang ditunjuk oleh salah kedua orang tua pihak pria maupun pihak
wanita”.12
Pengadilan Agama mempunyai kewenangan absolut untuk menerima,
memeriksa dan memutuskan perkara hukum perdata Islam salah satunya
permohonan dispensasi nikah. 13 Pertimbangan hukum hakim dalam putusan
maupun penetapan perkara di lingkungan Peradilan Agama dibagi menjadi dua,
pertimbangan tentang duduk perkara atau peristiwa dan pertimbangan tentang
hukum, dalam hal ini para pihak menjelaskan duduk perkara atau peristiwa
sedangkan hakim menjelaskan tentang hukum dan dituangkan dalam bentuk
tulisan yang berupa putusan maupun penetapan.14
Hakim dalam memberikan putusan maupun penetapan di Pengadilan
Agama salah satunya permohonan dispensasi nikah, hakim mempunyai ijtihad
atau pertimbangan hukum hakim sendiri yang berdasarkan musyawarah
majelis hakim, salah satunya memberikan penetapan permohonan dispensasi
nikah, hakim mempunyai wewenang penuh untuk mengabulkan atau menolak
permohonan

dispensasi

nikah

di

Pengadilan

Agama

sesuai

dengan

pertimbangan hukum Hakim.15

12

Pasal 7 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Ahmad Mujahidin, Pembaruan Hukum Acara Peradilan Agama, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012),
120.
14
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogjakarta: Liberty Yogjakarta, 2002),
221.
15
Abdul Manan, Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan, (Jakarta: Kencana, 2007), 136.

13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6
Pengadilan Agama Nganjuk merupakan Pengadilan tingkat pertama
dibawah naungan Mahkamah Agung, Pengadilan Agama Nganjuk tahun 2015
memberikan penetapan permohonan dispensasi nikah sejumlah 44 permohonan
dispensasi nikah, dari 44 permohonan dispensasi nikah 1 permohonan
dispensasi nikah digugurkan dikarenakan Pemohon tidak hadir saat
persidangan dan 1 permohonan dispensasi nikah dicabut oleh Pemohon.
Berdasarkan fakta dipersidangan majelis hakim dalam memberikan izin
dispensasi nikah kepada Pemohon dengan beberapa pertimbangan antara lain,
perkara yang diajukan oleh Pemohon merupakan kewenang absolut Pengadilan
Agama Nganjuk, berdasarkan surat penolakan dari Pegawai Pencatatan Nikah
(PPN) Kantor Urusan Agama Kecamatan Kabupaten Nganjuk dengan alasan
bahwa usia anak Pemohon belum memenuhi persyaratan minimum seseorang
boleh melakukan pernikahan.
Berdasarkan atas penolakan tersebut Pemohon memohan agar Pengadilan
Agama Nganjuk dapat memberikan izin dispensasi nikah kepada Pemohon
agar dapat melangsungkan pernikahan anaknya meskipun usianya masih
dibawah batas usia pernikahan, pertimbangan selanjutnya apabila Pemohon
sudah memunuhi syarat pengajuan lengkap adminitrasi, Pemohon merupakan

persona standi in yudicio atau pihak yang berkepentingan dalam perkara ini,
kedua saksi yang dihadirkan oleh Pemohon sudah memenuhi persyaratan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7
formil kesaksian dalam persidangan, antara calon suami dan calon istri tidak
ada larangan pernikahan, dan mempertimbangkan asas kemaslahatan yang
bersandarkan dalam kaidah fikih yang berbunyi “mencegah kerusakan harus
didahulukan dari pada pencapaian nilai - nilai maslahah”. 16
Majelis hakim III dan majelis hakim IV mempertimbangkan, bahwa
dalam ketentuan Pasal 53 Ayat (1) Kompilasi Hukum Islam terdapat norma
hukum bahwa “seorang wanita hamil di luar nikah dapat dikawinkan dengan
pria yang menghamilinya”. ”Selanjutnya dalam pasal 53 ayat (2), dinyatakan
bahwa “perkawinan dengan wanita hamil yang disebutkan pada ayat (1) dapat
dilangsungkan tanpa menungu lebih dahulu kelahiran anaknya”.17
Majelis hakim telah beralasan untuk mengesampingkan ketentuan batas
usia minimum usia pernikahan yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 7 ayat
(1), UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Jo pasal 15 ayat (1) Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia dalam hal ini memberikan sebuah kelemahan
terhadap ketentuan pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
Jo Pasal 15 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, bilamana semua
permohonan dispensasi nikah dikabulkan.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai permasalahan dalil hukum hakim dalam memberikan
penetapan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun
16
17

Salinan Penetapan No. 0042/Pdt.P/2015.Ngj, 10.
Ibid., 10.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8
2015 untuk itu penelitian ini diberi judul “Dinamika Dalil Hukum Hakim
dalam Penetapan Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama
Nganjuk Tahun 2015”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1.

Penyebab terjadinya pernikahan dini

2.

Perbedaan pendapat tentang batas usia balig

3.

Penyebab terjadinya dispenasi nikah

4.

Diskripsi penggunaan dalil hukum hakim

5.

Pertimbangan dalil hukum hakim dalam memberikan penetapan
dispensasi nikah di Pengadilan Agama Nganjuk tahun 2015

2. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini terbatas
pada permasalahan :
1.

Dalil hukum yang digunakan oleh hakim dalam penetapan perkara
permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Nganjuk pada Tahun
2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9
2.

Terjadi perbedaan penggunaan dalil hukum hakim dalam penetapan
perkara dispensasi nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015.

3.

Tinjauan hukum Islam terhadap penetapan majelis hakim dalam perkara
permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun
2015.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, dan batasan masalah
yang telah dipaparkan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana dalil hukum yang digunakan oleh hakim dalam Penetapan
perkara permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Nganjuk
pada Tahun 2015 ?

2.

Mengapa terjadi perbedaan penggunaan dalil hukum hakim dalam
Penetapan perkara dispensasi nikah di Pengadilan Agama Nganjuk
Tahun 2015 ?

3.

Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penetapan majelis hakim
dalam perkara permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama
Nganjuk Tahun 2015 ?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10
D. Kajian Pustaka
Pembahasan yang dikaji dalam penelitian ini adalah dinamika dalil
hukum hakim dalam memberikan izin dispensasi nikah di Pengadilan Agama
Nganjuk Tahun 2015. Sebelumnya sudah ada penelitian yang membahas
mengenai izin dispensasi nikah di Pengadilan Agama, diantaranya:
Skripsi yang ditulis oleh Barir Masna Af’idah pada tahun 2010 yang
berjudul “Studi terhadap Penetapan Pengadilan Agama Nganjuk dan
Pengadilan Yogjakarta tentang Dispensasi Nikah karena Calon Istri Hamil di
Luar Nikah”. 18 Dalam skripsi ini penulis mengkaji terhadap penetapan
dispensasi nikah di dua Pengadilan Agama yang berbeda, Pengadilan Agama
Nganjuk dan Pengadilan Agama Yogjakarta, dalam permohonan calon istri
sudah hamil, dan calon suami belum mendapat pekerjaan yang menjadi pokok
permasalahan antara dua Pengadilan Agama tersebut sama mendapatkan
masalah yang sama akan tetapi beda penetapan, Pengadilan Agama Nganjuk
monolaknya karena majelis hakim berpendapat bahwa calon suami belum
mampu memikul tanggung jawab sebagai suami dan kehamilan tersebut
disengaja supaya mendapat restu dari orang tua, sedangkan Pengadilan Agama
Yogjakarta mengabulkan dengan pertimbangan bahwa calon suami tersebut
sudah dewasa dan sudah siap memikul tanggung jawab sebagai suami.

18

Barir Masna Af’idah “ Studi Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Nganjuk dan Pengadilan
Yogjakarta Tentang Dispensasi Nikah Karena Calon Istri Hamil di Luar Nikah” ( Skripsi IAIN Sunan
Ampel Surabaya, 2010).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11
Skripsi yang ditulis oleh Faruq Alfarizmi pada tahun 2011 yang berjudul
“Studi

Analisis

No.0053/Pdt.P
Bertunangan”.

terhadap
/PA.Pas

19

Penetapan

tentang

Pengadilan

Dispensasi

Agama

Nikah

Pasuruhan

Karena

Sudah

Dalam skripsi ini antara anak Pemohon dan calon suami

sudah melakukan pertunangan selama 5 bulan, dan hubungan antara calon
suami dan calon istri sudah dekat bahkan mereka berdua pernah melakukan
hubungan intin layaknya suami istri, dalam penetapannya majelis hakim
mengabulkan permohonannya dengan pertimbangan mencegah kerusakan
harus didahulukan dari pada pencapaian nilai - nilai maslahah, meskipun umur
calon istri masih 12 tahun.
Skripsi yang ditulis oleh Ary Ardila pada tahun 2012 yang berjudul
“Analisis Yuridis terhadap Penolakan Dispensasi Nikah bagi Pasangan Sirri di
Bawah

Umur

dalam

Penetapan

Pengadilan

Agama

Krasakan

No

032/Pdt.P/2011/PA.Krs”.20 Dalam skripsi ini peneliti mengkaji terhadap calon
suami masih dibawah umur yang sudah melakukan nikah siri, dalam
permohonannya supaya nantinya tidak sulit mendapatkan akta nikah maupun
akta kelahiran anaknya, dalam penetapannya majelis hakim menolaknya,
permohonan Pemohon lebih tepat untuk melakukan permohonan isbat nikah.
19

Faruq Alfarizmi, “Studi Analisis Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Pasuruhan No.0053/Pdt.P
/PA.Pas Tentang Dispensasi Nikah Karena Sudah Bertunangan” (Skripsi IAIN Sunan Ampel
Surabaya, 2011).
20
Ary Ardila “Analisis yuridis Terhadap Penolakan Dispensasi Nikah bagi Pasangan Sirri di Bawah
Umur dalam Penetapan Pengadilan Agama Krasakan No 032/Pdt.P/2011/PA.Krs,”(Skripsi IAIN
Sunan Ampel Surabaya,2012).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12
Jurnal yang ditulis Quri Orchid pada tahun 2012 yang berjudul
“Pemberian

Dispensasi

Usia

Perkawinan

(Studi

Kasus

Penetapan

No.82/Pdt.P/PA.Mks”. 21 Dalam jurnal ini mengakaji tentang pertimbangan
hukum hakim dalam memberikan dispensasi nikah dalam penetapannya majelis
hakim tidak hanya berpedoman pada ketentuan yang berlaku majelis hakim
mempertingkan maslahah mursalah pertimbangan kebaikan dan menolak
kerusakan, karena takut akan terjadi hal – hal yang tidak diingikan dikemudian
hari jika tidak cepat dinikahkan apabila mereka tetap menjalin hubungan dan
akan akan mengkwatirkan orang tua.
Berdasarkan penelitian yang sudah ditemukan oleh peneliti menunjukan,
bahwa belum ada penelitian yang secara khusus membahas tentang dinamika
dalil hukum hakim dalam penetapan dispensasi nikah di Pengadilan Agama
Nganjuk tahun 2015. Adapun perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian
tersebut di antaranya:
1.

Salinan penetapan permohonan dispensasi nikah berasal dari Penetapan
Pengadilan Agama Nganjuk tahun 2015.

2.

Dalam penelitian disini mengkaji tetang dalil hukum yang digunakan
oleh hakim dalam penetapan perkara permohonan dispensasi nikah di
Pengadilan Agama Nganjuk tahun 2015.

21

Quri Orchid “Pemberian Dispensasi Usia Perkawinan (Studi
No.82/Pdt.P/PA.Mks” (Jurnal Universitas Hasanuddin, Makasar, 2012).

Kasus

Penetapan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13
E. Tujuan Hasil Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, tujuan penelitian yang ingin
dicapai oleh penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.

Mengetahui dalil hukum yang digunakan oleh hakim dalam penetapan
perkara permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Nganjuk
tahun 2015.

2.

Mengetahui terjadi perbedaan penggunaan dalil hukum hakim dalam
penetapan perkara permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama
Nganjuk tahun 2015.

3.

Mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap penetapan majelis hakim
dalam permohonan perkara dispensasi nikah di Pengadilan Agama
Nganjuk tahun 2015.

F. Kegunanaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna
dalam beberapa hal sebagai berikut :
1.

Aspek keilmuan (teoritis)
hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan, memperluas khazanah ilmu
pengetahuan dalam arti membangun, memperkuat dan menyempurnakan
teori yang sudah ada.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14
2.

Aspek terapan (praktis)
hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan hukum hakim dalam memberikan penetapan perkara
permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama.

G. Definisi Oprasional
Berdasarkan judul skrispsi yang telah dipaparkan di atas, maka perlu
untuk mengertikan masing - masing variabel secara tegas dan spesifik dari
penelitian yang berjudul “Dinamika Dalil Hukum Hakim dalam Penetapan
Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015”.
sebagai berikut :
1. Dinamika Dalil Hukum Hakim : persamaan dan perbedaan, dalil hukum
yang digunakan oleh hakim dalam
menyelesaikan perkara.

22

Terutama

perkara permohonan dispensasi nikah
di Pengadilan Agama Nganjuk tahun
2015.
2. Dispensasi Nikah

: pengecualian dari aturan umum untuk
keadaan yang khusus, pembebasan

22

M.Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika,2012), 57.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15
dari yang sudah suatu kewajiban atau
larangan.23
3. Penetapan Permohonan

: pernyataan yang diucapkan oleh hakim
dalam sidang terbuka untuk umum
untuk

mengakhiri

perkara

permohonan di pengadilan agama.24
H. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
hukum normatif, karena data primer yang digunakan dalam penelitian ini
berupa salinan penetapan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama
Nganjuk Tahun 2015 agar penelitian ini tersusun dengan benar, maka
penelitian ini menggunakan motode sebagai berikut :
1.

Data yang dikumpulkan
Dalam pelaksanaan penelitian ini dikumpulkan data yang sesuai
dengan kebutuhan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini
antara lain;
a.

Prosedur penyelesaian perkara permohonan dispensasi nikah di
Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015.

23

Depaertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1995 ), 238.
24
Ahamd Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama,… 227.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16
b.

Dalil hukum yang digunakan oleh hakim dalam penetapan
permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun
2015.

2.

Sumber data
sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
diperoleh.25 Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian
ini, maka digunakan dua sumber data antara lain :
a.

Sumber primer yaitu sumber data yang sifatnya penting dan
memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah informasi yang
diperlukan dan berkaitan dengan penelitian.26
1.

Salinan penetapan Pengadilan Agama Nganjuk tentang
perkara permohonan dispensasi nikah Tahun 2015.

b. Sumber sekunder yaitu sember data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh peneliti yang merupakan hasil penelitian dari sumber – sumber
yang telah ada.27 Dengan tujuan menunjang penjelasan data primer
antara lain :
1.

Undang - Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

2.

Intruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam

25

Suharmisi Arikunto, Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 172.
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo,1997), 116.
27
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Askara,2006), 19.

26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17
3.

Peraturan Menteri Agama No.3 Tahun 1975

4.

UU No.7 Tahun 1989 diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006
tentang Peradilan Agama

5.

Muhammad Husain, Fiqih Perempuan Refleksi kiai atas

Wacana Agama dan Gender
6.

Ahmad Mujahidin,

Pembaharuan Hukum Acara Perdilan

Agama
7.

Wahbah Zuhailiy, Ushul Fiqh al- Islamiy

3. Teknik pengumpulan data
Dalam sebuah penelian juga membutuhkan data yang akurat dan
relevan dengan tujuan agar penelitiannya terarah sesuai dengan tujuan
yang diharapkan, sedangkan dalam mendapatkan data tersebut perlu juga
menggunakan metode yang sesuai dengan data yang di butuhkan, teknik
pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematika dan standart
untuk mendapatkan data yang di perlukan dalam penelitian. 28 Dalam
penelitian ini teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dengan menelusuri dan
mempelajari data berupa dokumen tertulis. 29 Terutama dari salinan
penetapan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Nganjuk
Tahun 2015.
28
29

Moh Nazir, Metodologi Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 174.
Masruhan, Metodologi Hukum , (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013 ), 208.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18
Dengan menggunakan dokumentasi peneliti mendapatkan data
tentang prosedur permohonan dispensasi nikah, berita acara persidangan,
dan salinan penetapan Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015

4.

Teknik analisis data
Merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman penelitian
tentang dalil hukum yang digunakan oleh Hakim dalam penetapan
permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun
2015.
Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder
dianalisis menggunakan analisis induktif yaitu kerangka berfikir yang
diawali dari fakta – fakta yang khusus kemudian ditarik pada yang
umum.30 Mengenai dalil hukum yang digunakan oleh hakim dalam
penetapan permohonan dispensi nikah di Pengadilan Agama Nganjuk
Tahun 2015.
Kemudian dianalis apakah dalil hukum hakim yang digunakan
dalam memeberikan penetapan dispensasi nikah di Pengadilan Agama
Nganjuk Tahun 2015 tersebut sudah sesuai dengan undang – undang
yang berlaku yaitu UU No. Tahun 1974 tentang Perkawinan, dan hukum
Islam kaidah fikih (maslahah mursalah).

30

Sutrisno Hadi, Motodologi Riset , (Yogjakarta: Yayasan Penerbit Psikologi UGM, 1982), 42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19
I. Sistematika Pembahasan
Dalam setiap pembahasan suatu masalah sistematika pembahasan
merupakan aspek terpenting karena sistematika pembahasan ini dimaksud
untuk mempermudah bagi pembaca dalam mengetahui alur pembahasan yang
terkandung dalam skripsi ini. adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini
terdiri dari lima bab. Adalah sebagai berikut:
Bab Pertama, membahas tentang pendahuluana yang berisi latar
belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab Kedua, merupakan bab yang berisi tentang kontruksi yuridis
dispensasi nikah di Pengadilan Agama yang meliputi pengertian dispensasi
nikah, dasar hukum dispensasi nikah, akibat hukum dispensasi nikah dan
prosedur pengajuan dispensasi nikah di Pengadilan Agama, penyebab
dispensasi nikah.
Bab Ketiga. Merupakan uraian terhadap kewenangan Pengadilan Agama
Nganjuk, penyelesaian perkara permohonan dispensasi nikah di Pengadilan
Agama Nganjuk Tahun 2015 dan dalil hukum hakim, perbedaan dalil hukum
hakim yang digunakan oleh hakim dalam penetapan permohonan dispensasi
nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20
Bab Keempat, merupakan bab yang berisi tentang analisis dalil hukum
Hakim, perbedaan penggunaan dalil hukum hakim dan tinjauan hukum Islam
mengenai dalil hukum yang digunakan oleh hakim dalam penetapan perkara
dispensasi nikah di pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015.
Bab Kelima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
Kontruksi yuridis Dispensasi Nikah
di Pengadilan Agama

A. Pengertian Dispensasi Nikah
Secara sederhana pengertian dispensasi nikah dapat dipahami dalam dua
kata dasar dispensasi dan nikah, dalam kamus besar bahasa Indonesia arti
dispensasi adalah pengecualian dari aturan umum untuk suatu keadaan yang
khusus pembebanan dari suatu kewajiban atau larangan, menyatakan bahwa
suatu peraturan perundang - undangan tidak berlaku untuk suatu hal yang
khusus.1
Sedangkan pengertian dispensasi dalam Kamus Hukum yang dikarang
oleh Sudarsono makna dispensasi adalah merupakan pengecualian dari suatu
aturan secara umum untuk sesuatu keadaan yang bersifat khusus, pembebasan
dari suatu larangan atau kewajiaban.2 Hal senada juga disampaikan oleh C.S.T
Kansil dan Chistine S.T Kansil makna dispensasi merupakan penetapan yang
menyatakan bahwa suatu ketentuan peraturan memang tidak berlaku bagi
kasus yang diajukan oleh seorang Pemohon.3

1

Tim Penyususunan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), 270.
2
Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 102.
3
C.S.T Kansil dan Chistine S.T Kansil, Kamus Istilah Aneka Ilmu, (Jakarta: Surya Multi Grafika,
2001), 52.

21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Menurut Subekti dan Tjitosubodo dalam bukunya yang berjudul Kamus
Hukum makna dispensasi menyatakan bahwa penyimpangan atau pengecualian
dari suatu perintah yang berlaku, seiring dengan itu menurut Roihan A. Rasyid
makna dispensasi merupakan pemberian izin oleh Pengadilan Agama kepada
calon mempelai yang belum cukup umur untuk melangsungkan pernikahan
bagi pria yang umurnya belum mencapai 19 tahun dan bagi wanita yang
umurnya belum mencapai 16 tahun, dispensasi nikah diajukan oleh pihak
keluarga terutama orang tua kepada Pengadilan Agama dalam bentuk
permohonan.4
Adapun pernikahan menurut UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
dapat diartikan sebagai berikut “perkawinan ialah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga )yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang
Maha Esa”.5
Berdasarkan penjelasan mengenai makna dispensasi nikah diatas dalam
Islam tidak mengartikan secara spesifik mengenai makna dispensasi nikah,
dikarenakan dalam Islam belum dijelaskan secara pasti mengenai batas usia
seseorang boleh melakukan pernikahan, asalkan antara calon suami maupun
calon isteri telah balig.

4

Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, ,1998),32.
Pasal 1 Undang -undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

B. Dasar Hukum Dispensasi Nikah
1.

Dispensasi nikah dalam kontruksi hukum positif.
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan “perkawinan hanya diizikan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
(enam belas) tahun.6 Persyaratan tersebut juga dipertegas dalam ketentuan
Pasal 15 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam “untuk kemaslahatan keluarga
dan rumah tangga perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang
telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang - undang No.1
Tahun 1974 yakni calon suami sekurang - kurangnya berumur 19 tahun dan
calon isteri sekurang - kurangnya berumur 16 tahun”.7
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan “dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini
dapat meminta dispensasi nikah ke Pengadilan Agama atau pejabat lain
yang berwenang ditunjuk oleh salah kedua orang tua pihak pria maupun
pihak wanita”.8 Mengenai halnya dengan permohonan dispensasi nikah
Pasal 4 ayat (1) UU No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama,
menyatakan

bahwa

permohonan

dispensasi

nikah

dapat

diajukan

berdasarkan daerah hukum tempat tinggalnya pemohon yang terletak di

6

Ibid., Pasal 7 ayat (1).
Pasal 15 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam.
8
Pasal 7 ayat (2), Undang - undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

kabupaten/kota.9 Permohonan dispensasi nikah diajukan oleh orang tua
calon mempelai yang usianya masih dibawah ketentuan usia pernikahan,
selanjutnya bilamana Pengadilan Agama mengabulkan permohonan
dispensasi nikah dalam bentuk penetapan, maka salinan penetapan tersebut
dapat dijadiakan sebagai memenuhi kekurangan persyaratan melangsungkan
pernikahan.10
Ketentuan yang sama juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Agama Nomor 3 Tahun 1975 mengenai ketentuan batas usia pernikahan,
bilamana usianya belum mencapai usia minimal pernikahan dapat memohon
dispensasi nikah ke Pengadilan Agama berdasarkan daerah hukum tempat
tinggalnya, ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 12 dan Pasal 13
mengenai ketentuan prosedur pemahaman dispensasi nikah di Pengadilan
Agama bagi yang usianya belum mencapai usia minimal seseorang boleh
melakukan pernikahan, menyatakan sebagai tersebut :
Pasal 12
a. Pernikahan harus didasarkan persetujuan kedua calon mempelai;
b. Seseorang calon mempelai yang akan melangsungkan pernikahan
belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin sebagaimana
yang dimaksud pasal 6 ayat 2,3,4 dan 5 Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974. 11

9

Pasal 4 ayat (1) Undang- undang No.3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama.
Moh.Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Sinar Grafindo, 1999), 183.
11
Pasal 12 Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975.

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Pasal 13
a. Apabila seorang suami belum mencapai umur 16 tahun hendak
melangsungkan pernikahan harus mendapat dispensasi dari
Pengadilan Agama.
b. Permohonan dispensasi nikah bagi mereka tersebut pada ayat (1)
pasal ini, diajukan oleh kedua orang tua pria maupun wanita
kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggalnya;
c. Pengadilan Agama setelah memeriksa dalam persidangan dan
berkeyakinan bahwa terdapat hal-hal yang memungkinkan untuk
memberikan dispensasi tersebut, maka Pengadilan Agama
memberikan dispensasi nikah dengan suatu penetapan;
d. Salinan penetapan itu dibuat dan diberikan kepada pemohon untuk
memenuhi persyaratan melangsungkan pernikahan.12
2.

Dispensasi nikah dalam kontruksi hukum Islam
Dalam perpektif hukum Islam memiki resepsi yang berbeda mengenai
makna dispensasi nikah, dalam kontruksi hukum Islam dispensasi nikah
dapat diartikan sebagai sebuah keadaan yang merubah keadaan sebuah
hukum asal, misalnya dalam Islam memiliki metode maslahah mursalah
yaitu maslahah yang tidak ada legalitas hukumnya posisi yang tidak ada
legalitas hukumnya dalam halnya mengenai makna dispensasi nikah dalam
kontruksi hukum Islam, maka konsep maslahah inilah yang dapat dijadikan
salah satu dalil dalam penggalilan hukum Islam perpektif ulama ushul fikih
mengenai makna dispensasi nikah.13
Secara bahasa maslahah dapat diartikan sebagai menarik manfaat dan
menolak adanya kemundharatan, sedangakan arti maslahah adalah terlepas

12
13

Ibid., Pasal 13.
Asafri Jaya Bakti,Konsep Maqa}sid Syari’ah al- Syatibi, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2002), 145.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

dari penunjukan syariat baik dianggap ataupun menolak.14 Sedangkan
menurut terminilogi ushul fikih, maslahah mursalah adalah beberapa sifat
yang sejalan dengan tujuan syariat akan tetapi tidak ada dalil tertentu dari
syari‘ah yang membenarkan dan membatalkan dengan ditetapkan hukum
padanya akan tercapai kemaslahatan dan tertolak kerusakan dari manusia.15
Penggunaan metode maslahah mursalah ini masih memunculkan hal
yang delimatis dikarenakan maslahah ini sangat dibutuhkan mengingat
tidak semua kebutuhan manusia dijelaskan secara rinci dalam nash sehingga
penggunaan maslahah mursalah ini merupakan suatu kebutuhan yang sangat
mendesak, karena metode maslahah mursalah sebagai alat legalitas untuk
mengesahkan status hukum agar maslahah mursalah bisa dijadikan sebagai
salah satu dalil dalam menggali sebuah hukum dalam halnya mengenai
makna dispensasi nikah syarat - syarat tersebut antara lain:
1. Maslahah mursalah seharusnya sesuai dengan syarat syariat dalam
persyariatan sehingga tidak meniadakan pokok –pokok syariat
dan juga tidak bertentangan dengan nash maupun dalil – dalil
yang qa}t‘i jadi, jika dalam sesuatu hal yang harus direalisasikan
akan tetapi secara nyata kemaslahatan tersebut bertentangan dan
dapat merobohkan nilai – nilai agung al – maqa}s} id al – syari‘ah,

14
15

Abdul Karim Zaidan, al- Wajiz Fi Ushul Fiqh, (Berut: Mu’asasah al- Risalah, 1998), 237.
Wahbah Zuhailiy, Ushul Fiqh al- Islamiy, (Dimsyaq, Dar al- Fikr, 1998), 757.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

maka masahah tersebut tidak bisa dijadikan sebuah dalil dan
metode untuk menggali hukum Islam.
2. Maslahah seharusnya berupa maslahah yang rasional (masuk akal)
maslahah yang disini adalah maslahah yang sudah pasti, bukan
berupa maslahah yang masih diragukan dan memunculkan ketidak
jelasan.
3. Maslahah merupakan manfaat yang dapat dirasakan oleh
mayoritas umat secara umum, bukan maslahah yang hanya dapat
dirasakan oleh sebagian orang sebagian kelompok saja syarat yang
ketiga inilah meminimalisir kesalahan yang dilakukan oleh pihak
tertentu yang menjadi maslahah mursalah sebagai penggalian
hukum untuk meligimasikan kepentingan sendiri saja.16
Apabila ketiga syarat diatas sudah terpenuhi, maka mujathid
dibolehkan untuk mengaplikasikan metode maslahah mursalah sebagai
sebuah kemaslahatan yang harus direalisasikan, maka boleh menerapkan
kemaslahatan tersebut walapun status hukumnya tidak mendapatkan
legalitas nash yang tegas dalam alqur’an. Pernikahan dalam Islam
memanglah sangat dianjurkan, berpedoman dari alqur’an dalam surah
Annisa ayat 32:

16

Ibid., 799.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

          
        

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.17
Berdasarkan ayat di atas kata (‫ )الصاحن‬dapat dipahami oleh banyak
ulama dalam arti “yang layak kawin” yakni yang mampu secara mental dan
spiritual untuk membina rumah tangga.18 Begitu pula dengan Hadist
Rasulullah Saw, yang menganjurkan kepada para pemuda untuk
melangsungkan pernikahan dengan syarat adanya kemampuan bila belum
mampu hendaknya berpuasa.

ّ
ِ ِ
ِ ِ
ْ ّ‫َ َ َ اَللّ اَ ُ ْ ُ لّ ْ فَ َم ْ ََْ يَ ْع َم ْب ُسل‬
ِ َ َ َِ ََ
ِ
ٍ
َْ
ْ ْ َ َ ْ ‫َ ا َا َااَْ ا فَ َْ ْل‬

ِ َ ‫اا ُا ااِ ّ اا‬
ِ
َْ ُ َ
ْ ُ َ َ َ ْ َ‫َ ْ َا َ َ َال‬
ِ
ِ ِ
ِ
ْ َ َ َ َ َ ْ‫فَ َْ َ ّ ْ َ َ َ ّ ُ ْا فَ ّْ ُ اَ ٌ ُ ُ ا‬
ّ ‫صَ ِام فَِ ّا ال‬
ّ ‫ِال‬
ٌ‫ص ْ َم لَ ُ ِ َ اء‬

Dari ‘Aisyah, Dia berkata Rasulullah SAW bersabda: Nikah itu
sebagian dari sunahku, barang siapa yang tidak mau
mengamalkan sunahku, maka dia bukan termasuk golonganku.
Dan menikahlah kalian semua, sesungguhnya aku (senang)
kalian memperbanyak umat, dan barang siapa (diantara kalian)
telah memiliki kemampuaan atau persiapan (untuk menikah)
maka menikahlah, dan barang siapa yang belum mendapati
17
18

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-Art, 2005), 354.
M. Quraish Shihab, Tafsir al Misba̅h, Vol. IX, (Jakarta : Lentera Hati, 2005) , 335.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

dirinya (kemampuan atau kesiapan) maka hendaklah ia
berpuasa, sesungguhnya puasa merupakan pemotong hawa nafsu
baginya.19
Berdasarkan Hadist di atas bahwa Rasullah Saw, menganjurkan
menikah bagi para pemuda yang telah sanggup melangsungkan pernikahan,
dalam Hadist tersebut tidak ada kreteria usia pernikahan hanya disebutkan
bagi mereka yang sudah mampu, karena pernikahan merupakan ikatan yang
sakral antara seorang pria dan wanita, pernikahan merupakan pembeda
antara hubungan sah suami istri dan berbuat zina, sedangakan bagi mereka
yang belum mampu hendaklah berpuasa, selanjutnya mayoritas ulama fikih
mengesahkan terjadinya perkawinan dini, berpedoman pada alqur’an Surah
attalaq Ayat 4 mengenai masa idah (masa menuggu) bagi perempuan yang
mengalami menopause dan perempuan yang belum haid.
            
              
.  
Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di
antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang
masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bul

Dokumen yang terkait

Penetapan permohonan dispensasi nikah tahun 2012-2014 (studi pada pengadilan agama rengat provinsi Riau)

0 10 0

Praktik pemberian dispensasi nikah (studi penetapan pengadilan agama Tigarakasa Kabupaten Tangerang tahun 2013)

0 9 0

PENETAPAN DISPENSASI KAWIN OLEH HAKIM DALAM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DI PENGADILAN AGAMA BANTUL

0 4 93

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENGABULKAN PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR DILIHAT DARI SEGI Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan Permohonan Dispensasi Nikah Di Bawah Umur Dilihat Dari Segi Manfaat Dan Mudharot (Studi Kasus Pengadilan Agama Surakarta

0 2 19

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS DISPENSASI PERMOHONAN NIKAH Tinjauan Yuridis Dispensasi Permohonan Nikah Bagi Anak Di Bawah Umur (Studi Kasus Penetapan Pengadilan Agama Wonogiri).

0 2 12

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Dispensasi Permohonan Nikah Bagi Anak Di Bawah Umur (Studi Kasus Penetapan Pengadilan Agama Wonogiri).

0 3 11

NASKAH PUBLIKASI TINJAUAN YURIDIS DISPENSASI PERMOHONAN NIKAH Tinjauan Yuridis Dispensasi Permohonan Nikah Bagi Anak Di Bawah Umur (Studi Kasus Penetapan Pengadilan Agama Wonogiri).

0 1 17

PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA WATES DALAM MEMUTUSKAN PERMOHONAN DISPENSASI PERKAWINAN DIBAWAH UMUR.

0 4 206

Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Dispensasi Perkawinan Dini Akibat Hamil di Luar Nikah pada Pengadilan Agama Bantul

0 0 18

ANALISIS DALIL PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH DAN KONSTRUKSI HUKUM HAKIM MEMPERTIMBANGKAN KESIAPAN MEMPELAI LAKI-LAKI YANG BELUM CUKUP UMUR UNTUK MELAKSANAKAN PERNIKAHAN (STUDI PENETAPAN PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO NO. 77/PDT.P/2015/PA.SKH) - UNS Institutiona

0 0 11