Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyelesaian Kawin Lari dalam Hukum Adat di Desa Wab Kepulauan Kei Kabupaten Maluku Tenggara (Studi Kasus) T1 172009023 BAB V
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis memberikan
simpulan sebagai berikut:
1. Alasan Melakukan Kawin Lari
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis melihat
bahwa sebagian besar Kawin Lari terjadi karena tidak ada persetujuan dari
orang tua terutama dari pihak perempuan, ingin cepat berumah tangga,
takut kehilangan si gadis, dan si gadis telah hamil. Dengan demikian
terjadilah kawin lari.
2. Akibat yang di hadapi ketika Kawin Lari terjadi
Berdasarkan hasil wawancara serta penelitian yang dilakukan oleh penulis,
maka dapat disimpulkan bahwa kawin lari menjadi suatu akibat yang besar
untuk kehidupan pasangan kawin lari tersebut. Mengapa penulis
mengatakaan demikian karena berdasarkan penelitian yang dilakukan
bahwa Kawin Lari yang dilakukan pasangan yang sedang jatuh cinta
tidaklah mengambil keputusan secara bijaksana,
merencanakan untuk
kawin lari tanpa memandang resiko yang diterima oleh setiap pasangan
kawin lari maupun oleh keluarga mereka. Fenomena kawin lari dapat
menimbulkan permusuhan dalam keluarga, pertentangan dengan hukum
adat dan normamasyarakat yang dapat mengakibatkan sulitnya mencapai
99
keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan UU nomor 1 tahun 1974
tentang tujuan perkawinan.
3. Langkah-langkah Penyelesaiannya.
Adat perkawinan Kawin lari, berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan para responden yaitu 8 pasangan, tua-tua adat serta tokoh-tokoh
masyarakat. maka dengan pembayaran atau pemberian harta kawin atau
denda adat merupakan cara penyelesaian kawin lari, dengan rincian
sebagai berikut :
1) Perkawinan yang terjadi antara bujang dan bujang (marai) dapat
diselesaikan dengan pihak laki-laki memberikan mas aryaf, mas duan
tu bre, tiga tail mas sebagai denda bagi pihak laki-laki. Setelah itu
kembali lagi ke orangtua wanita, karena orang tua wanita wajib
menerima bagiannya baik itu berupa mas atau pun uang yang disebut
juga dengan istilah Air susu Ibu.
2) Perkawinan yang terjadi antara bujang dan istri orang :
Kasus perkawinan yang mana seorang bujang pria bersama istri
orang sepakat untuk melakukan kawin lari, dan dari responden tua-tua
adat serta masyarakat setempat mengungkapkan bahwa tata cara adat
itu akan diperlakukan ketika terjadi suatu kasus.
Tahap penyelesaian, karena keputusan kedua suami dari istri
yang melakukan kawin lari tersebut tidak mempertahankan rumah
tangganya lagi. Berarti pria yang telah melakukan kawin lari dengan
istri
orang
tersebut
akan
membayar
100
denda
2X
lipat,
yaitu
mengembalikan harta yang diberikan oleh suami pertama dan diberikan
kepada keluarga atau klaim “marga” dari suami pertama.
Bagi masyarakat Kei pada umumnya apabila perkawinan sudah
dilaksanakan secara adat masing-masing, mereka berkeyakinan bahwa
perkawinan itu sudah sah dan terlepas dari dosa-dosa. Maka mengacu pada
hal tersebut upaya hukum yang dikenakan bagi setiap masyarakat yang
melanggar ketentuan hukum adat, yaitu dikenakan denda adat dan
dikucilkan dari pertemuan-pertemuan adat.
5.2 Saran
Melalui penulisan skripsi ini, penulis memberikan beberapa saran
terhadap perkawinan yang ada di masyarakat Kei sesuai hukum adat Larwul
Ngabal :
1. Bagi Pemuda-Pemudi di Desa Wab Kecamatan Kei Kecil Kabupaten
Maluku Tenggara.
Bagi pemuda pemudi Desa Wab Kecamatan Kei Kecil Kabupaten
Maluku Tenggara sebaiknya menjadikan Hukum Adat Larwul Nagabal
sebagai Hukum yang
suci dan sakral, dalam memutuskan segala hal
terlebih khusus pada perkawinan atau pernikahan. Agar selalu melangkah
pada jalan yang baik sehingga perkawinan juga berlangsung dengan baik
dan tidak menyusahkan orang lain serta masyarakat.
2. Bagi Tua –Tua Adat di Desa Wab Kecamatan Kei Kecil Kabupaten
MalukuTenggara
101
Bagi Tua –tua Adat di Desa Wab Kecamatan Kei Kecil Kabupaten
Maluku tenggara tetap memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang
Hukum Larwul Ngabal bagi pemuda-pemudi, meningkatkan musyawarah
adat dan turut bekerja sama dengan orang tua pemuda-pemudi agar mereka
selalu berjalan sesuai dengan hukum yang ada. Karena dampak negatif
akan terjadi ketika mereka keluar dari hukum adat, dan melanggar aturan
yang telah ada. Ketika kita melangkah hukum adat selalu menjadi bagian
yang tidak terlepas dari kehidupan kita sebagai masyarakat yang memiliki
budaya, tetapi harus juga di imbangi dengan hukum Negara kita sebagai
masyarakat Indonesia serta menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila,
Undang-undang Dasar sebagai Dasar Negara kita.
3. Bagi para peneliti
Para peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan
terutama pada hukum adat perkawinan, sehingga dapat melestarikan
hukum adat perkawinan di daerah masing-masing. Sebagai suatu aturanaturan perkawinan yang berlaku di Negara Republik Indonesia, baik
berdasarkan perundangan maupun berdasarkan hukum adat.
102
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis memberikan
simpulan sebagai berikut:
1. Alasan Melakukan Kawin Lari
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis melihat
bahwa sebagian besar Kawin Lari terjadi karena tidak ada persetujuan dari
orang tua terutama dari pihak perempuan, ingin cepat berumah tangga,
takut kehilangan si gadis, dan si gadis telah hamil. Dengan demikian
terjadilah kawin lari.
2. Akibat yang di hadapi ketika Kawin Lari terjadi
Berdasarkan hasil wawancara serta penelitian yang dilakukan oleh penulis,
maka dapat disimpulkan bahwa kawin lari menjadi suatu akibat yang besar
untuk kehidupan pasangan kawin lari tersebut. Mengapa penulis
mengatakaan demikian karena berdasarkan penelitian yang dilakukan
bahwa Kawin Lari yang dilakukan pasangan yang sedang jatuh cinta
tidaklah mengambil keputusan secara bijaksana,
merencanakan untuk
kawin lari tanpa memandang resiko yang diterima oleh setiap pasangan
kawin lari maupun oleh keluarga mereka. Fenomena kawin lari dapat
menimbulkan permusuhan dalam keluarga, pertentangan dengan hukum
adat dan normamasyarakat yang dapat mengakibatkan sulitnya mencapai
99
keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan UU nomor 1 tahun 1974
tentang tujuan perkawinan.
3. Langkah-langkah Penyelesaiannya.
Adat perkawinan Kawin lari, berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan para responden yaitu 8 pasangan, tua-tua adat serta tokoh-tokoh
masyarakat. maka dengan pembayaran atau pemberian harta kawin atau
denda adat merupakan cara penyelesaian kawin lari, dengan rincian
sebagai berikut :
1) Perkawinan yang terjadi antara bujang dan bujang (marai) dapat
diselesaikan dengan pihak laki-laki memberikan mas aryaf, mas duan
tu bre, tiga tail mas sebagai denda bagi pihak laki-laki. Setelah itu
kembali lagi ke orangtua wanita, karena orang tua wanita wajib
menerima bagiannya baik itu berupa mas atau pun uang yang disebut
juga dengan istilah Air susu Ibu.
2) Perkawinan yang terjadi antara bujang dan istri orang :
Kasus perkawinan yang mana seorang bujang pria bersama istri
orang sepakat untuk melakukan kawin lari, dan dari responden tua-tua
adat serta masyarakat setempat mengungkapkan bahwa tata cara adat
itu akan diperlakukan ketika terjadi suatu kasus.
Tahap penyelesaian, karena keputusan kedua suami dari istri
yang melakukan kawin lari tersebut tidak mempertahankan rumah
tangganya lagi. Berarti pria yang telah melakukan kawin lari dengan
istri
orang
tersebut
akan
membayar
100
denda
2X
lipat,
yaitu
mengembalikan harta yang diberikan oleh suami pertama dan diberikan
kepada keluarga atau klaim “marga” dari suami pertama.
Bagi masyarakat Kei pada umumnya apabila perkawinan sudah
dilaksanakan secara adat masing-masing, mereka berkeyakinan bahwa
perkawinan itu sudah sah dan terlepas dari dosa-dosa. Maka mengacu pada
hal tersebut upaya hukum yang dikenakan bagi setiap masyarakat yang
melanggar ketentuan hukum adat, yaitu dikenakan denda adat dan
dikucilkan dari pertemuan-pertemuan adat.
5.2 Saran
Melalui penulisan skripsi ini, penulis memberikan beberapa saran
terhadap perkawinan yang ada di masyarakat Kei sesuai hukum adat Larwul
Ngabal :
1. Bagi Pemuda-Pemudi di Desa Wab Kecamatan Kei Kecil Kabupaten
Maluku Tenggara.
Bagi pemuda pemudi Desa Wab Kecamatan Kei Kecil Kabupaten
Maluku Tenggara sebaiknya menjadikan Hukum Adat Larwul Nagabal
sebagai Hukum yang
suci dan sakral, dalam memutuskan segala hal
terlebih khusus pada perkawinan atau pernikahan. Agar selalu melangkah
pada jalan yang baik sehingga perkawinan juga berlangsung dengan baik
dan tidak menyusahkan orang lain serta masyarakat.
2. Bagi Tua –Tua Adat di Desa Wab Kecamatan Kei Kecil Kabupaten
MalukuTenggara
101
Bagi Tua –tua Adat di Desa Wab Kecamatan Kei Kecil Kabupaten
Maluku tenggara tetap memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang
Hukum Larwul Ngabal bagi pemuda-pemudi, meningkatkan musyawarah
adat dan turut bekerja sama dengan orang tua pemuda-pemudi agar mereka
selalu berjalan sesuai dengan hukum yang ada. Karena dampak negatif
akan terjadi ketika mereka keluar dari hukum adat, dan melanggar aturan
yang telah ada. Ketika kita melangkah hukum adat selalu menjadi bagian
yang tidak terlepas dari kehidupan kita sebagai masyarakat yang memiliki
budaya, tetapi harus juga di imbangi dengan hukum Negara kita sebagai
masyarakat Indonesia serta menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila,
Undang-undang Dasar sebagai Dasar Negara kita.
3. Bagi para peneliti
Para peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan
terutama pada hukum adat perkawinan, sehingga dapat melestarikan
hukum adat perkawinan di daerah masing-masing. Sebagai suatu aturanaturan perkawinan yang berlaku di Negara Republik Indonesia, baik
berdasarkan perundangan maupun berdasarkan hukum adat.
102