T1 462007049 BAB IV

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran umum partisipan I
Partisipan I yang dikenal dengan RP I berusia 27
tahun. Pendidikan terakhir RP I adalah statra I. Saat
ini RP I memiliki seorang anak yang berusia 2 tahun 3
bulan. RP I tinggal bersama suami, anak dan
mertuanya. Suami RP I bekerja sebagai seorang
kontraktor. Sebelumnya RP I bekerja sebagai seorang
karyawan di sebuah perusahaan swasta namun
setelah menikah RP I keluar dari pekerjaannya.
4.1.2. Gambaran umum riset partisipan II
RP II atau partisipan penelitian II adalah seorang
ibu rumah tangga berusia 21 tahun. Pendidikan
terakhir RP II adalah SMA. RP II tinggal bersama
mertua, suami dan anaknya. Suami RP II bekerja
sebagai seorang buruh pabrik.
4.1.3. Gambaran umum riset partisipan III
Riset partisipan III atau yang dikenal dengan RP

III adalah seorang ibu rumah tangga yang berusia 36
tahun. RP III memiliki tiga orang anak. Pendidikan

29

terakhir RP III adalah SD. RP III tidak bekerja dan
suaminya bekerja sebagai seorang buruh tani. Untuk
membantu menopang perekonomian keluarga RP III
membuat besek untuk dijual. RP III tinggal bersama
kakak iparnya yang belum menikah, suami dan ketiga
anaknya.
Table 1.1. Identitas riset partisipan

Nama
Umur
Status
perkawinan
Jumlah anak
Pekerjaan
Tingkat

pendidikan

Riset
partisipan I
Ny. I
27 tahun
Kawin

Riset
partisipan II
Ny. N
21 tahun
Kawin

Riset
partisipan III
Ny. T
36 tahun
Kawin


1
Ibu
rumah
tangga
Strata 1

1
3
Ibu
rumah Ibu
rumah
tangga
tangga
SMA
SD

4.2. Analisa data
Langkah-langkah

yang


dilakukan

peneliti

dalam

melakukan analisa data adalah setiap detail wawancara yang
telah dilakukan oleh peneliti dibuat dalam bentuk transkrip.
Peneliti juga melakukan pengkodean dengan cara menyusun
serta memberi angka dengan kelipatan 5 (5, 10, 15, 20…dst)
untuk menunjukan baris dalam traskrip wawancara sehingga
memudahkan dalam penelusuran data. Riset partisipan
diberikan kode angka romawi (I, II, III). Langkah selanjutnya
adalah mencari keyword serta mengkategorikannya dalam

30

data jenuh atau tidak jenuh. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data jenuh. Data jenuh merupakan

keyword yang muncul 50 % atau lebih dari jumlah partisipan.

31

4.2.1. Analisa data gambaran pengaruh pengetahuan ibu dalam kemampuan menilai tumbuh kembang balita berdasar
buku KIA.

Kata kunci

- Umur 14 bulan belum dapat memanggil mama
atau papa.
- Umur 18 bulan belum dapat berbicara.

- Stimulasi penting untuk tumbuh kembang anak.
- Tumbuh kembang anak baik jika anak sehat,
bertambah tinggi dan besar.
- Mengajak anak tersenyum adalah cara
menstimulasi tumbuh kembang anak.
- Kolostrum bagus untuk anak.
- Ibu memberikan kolostrum dan melakukan

inisiasi menyusui dini.
- Grafik KMS turun berarti tidak bagus.

- Umur 1 tahun anak dapat berdiri.
- Umur 9 bulan anak dapat duduk sendiri.

Kategori

Sub tema

Tema

Deteksi dini

Deteksi dini
Pengetahuan
ibu

Penilaian tumbuh
kembang


32

Ibu yang memiliki
pengetahuan
mampu menilai
tumbuh kembang
anak dan
melakukan deteksi
dini.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan angket
yang telah diisi oleh partisipan I dan II dapat diketahui jika
partisipan I dan II memiliki pengetahuan tentang tumbuh
kembang anak dan penilaiannya. Hal ini dapat dilihat dari
kemampuan partisipan I dan II dalam mengisi angket dan
menjawab

pertanyaan.


menyebutkan

cara

Partisipan

menstimulasi

I
dan

dan

II

mampu

menilai

tumbuh


kembang anak. Dengan pengetahuan yang dimiliki RP I dan
II mampu menilai tumbuh kembang anak dan mengetahui
lebih dini gangguan bicara yang dialami oleh anak. Hal
tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan I dan II
berikut ini.
“Ya jelas penting banget karena dengan adanya
stimulasi tumbuh kembang anak akan lebih
dapat optimal.” (RP I 50)
“Ya curiganya waktu umur 14 bulan kok belum
bisa bicara seharusnya sudah harus bisa
manggil mama atau papa gitu.” (RP I 255)
“Ya perlu juga mbak, agar tumbuh kembang
maksimal ya perlu untuk dirangsang.” (RP II 785)
“Waktu itu pas umur 18 bulan mbak seharusnya
anak saya sudah dapat bicara tapi waktu itu
belum bisa.” (RP II 965)

Dalam menilai tumbuh kembang anak yang dijadikan
pedoman oleh partisipan III adalah pengalaman RP III

sebelumnya. Berdasarkan wawancara mendalam dan angket
diketahui RP III tidak memiliki pengetahuan spesifik dalam
menilai tumbuh kembang. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan
partisipan

III

menyebutkan
33

cara

merangsang

tumbuh

kembang dan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
tumbuh kembang. Partisipan III mengetahui jika anak
mengalami gangguan bicara ketika berusia 2 tahun 6 bulan.
Hal ini terlihat dari pernyataan partisipan berikut ini.

“Tidak perlu mbak kalau sudah waktunya
tumbuh ya tumbuh sendiri.” (RP III 1600)
“Dari pengalaman yang dulu mbak, dulu yang
nomer satu dan dua itu sudah bisa bicara pas
umur 2 tahun lebih sedikit tapi yang kecil umur 2
tahun 6 bulan belum dapat bicara mbak.” (RP III
1630)

34

4.2.2. Analisa data identifikasi faktor-faktor yang muncul dalam menilai tumbuh kembang balita
Kata kunci

- Ibu bertukar informasi tentang tumbuh kembang anak
saat berkumpul dengan tetangga
- Informasi tumbuh kembang anak diperoleh dari TV,
Dokter, Mertua, Orang tua, buku KIA.
- Informasi penilaian rumbuh kembang diperoleh dari buku
KIA.
- Informasi penilaian tumbuh kembang diperoleh dari
melihat anak tetangga atau saudara.

- Ibu percaya jika anak terkena sawan atau guna-guna
disebabkan orang-orang tua disekitar mempercayainya.
- Penyebab anak mengalami gangguan bicara adalah
terkena sawan atau guna-guna.

- Ibu memberikan kolostrum.
- Ibu melakukan inisiasi menyusui dini.
- Pengalaman pribadi

Kategori

Sub tema

Lingkungan dan
media

Faktor eksternal

Pengetahuan ibu
di pengaruhi
oleh faktor
internal dan
eksternal.

Kepercayaan

Pengetahuan
spesifik
Faktor internal

-

Tidak ikut terapi karena tidak punya uang.
Tidak dibawa ke dokter karena mahal.
Untuk makan sehari-hari saja susah.
Yang penting buat besek dijual untuk makan.

Tema

Ekonomi

35

Dari hasil penelitian diketahui partisipan I memiliki
pengetahuan tumbuh kembang anak. Hal ini dapat dilihat dari
kemampuan partisipan I menyebutkan cara merangsang dan
menilai tumbuh kembang anak. Partisipan I memperoleh
informasi dari TV, internet, dokter, mertua, orang tua, buku KIA
dan melihat anak tetangga atau saudara. Lingkungan juga
mempengaruhi pengetahuan partisipan I, ketika berinteraksi
dengan tetangga RP I bertukar informasi tentang tumbuh
kembang. Partisipan I juga mengikuti perkembangan yang
terjadi dalam pengasuhan anak seperti pemberian kolostrum
dan inisiasi menyusui dini. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan
partisipan I berikut ini:
“Ya dari internet, TV, buku anak, tanya dengan
dokter terus juga dengan mertua dan orang tua juga,
kadang juga dari lihat anak tetangga atau saudara
terus juga dari buku KIA.” (RP I 120)
“Kalau untuk hal itu ya mbak ikuti perkembangan
yang ada, ilmu pengetahuan semakin berkembang
dan pastinya sudah banyak penelitian tentang hal
itu jadi ya saya ikuti perkembangan yang ada
selama hal itu baik. Setahu mbak juga dari internet
terus buku juga bilang kalau kolostrum menyusui
dini itu bagus buat anak jadi tidak ada salahnya
untuk ikuti perkembangan yang ada dek.” (RP I 685)
“Ya dek tapi jarang juga, paling hanya sesekali
saja.”(RP I 675)

Partisipan II memiliki pengetahuan tentang tumbuh
kembang anak. Hal ini terlihat dari kemampuan RP II dalam
mengisi angket dan dari hasil wawancara dengan RP II.
Informasi tumbuh kembang anak diperoleh partisipan II dari

36

buku KIA, TV, mertua dan orang tua. Selain itu secara tidak
langsung lingkungan mempengaruhi pengetahuan partisipan II.
Partisipan II bertukar informasi tentang tumbuh kembang saat
berkumpul dengan tetangga. Partisipan II terbuka terhadap
perkembangan yang terjadi dalam pengasuhan anak seperti
inisiasi menyusui dini dan pemberian kolostrum. Di sisi lain
partisipan II masih mempercayai jika gangguan bicara yang
dialami oleh anak disebabkan terkena sawan. Kepercayaan ini
masih dipegang oleh RP II karena masyarakat sekitar masih
mempercayai hal yang sama. Hal tersebut dapat dilihat dari
pernyataan partisipan II berikut ini:
“Ya dari buku KIA mbak, dari TV terus dari mertua
dan orang tua juga mbak, kadang-kadang tetangga
suka ngumpul gitu jadi sekalian gosip sekalian tukar
informasi tentang anak mbak he…he…he…” (RP II
1365)
“Biasanya kalau kumpul suka tanya-tanya soal anak
sama yang lebih pengalaman mbak.” (RP II 1405)
“Percaya mbak soalnya kata orang-orang tua di sini
anakku kena sawan.” (RP II 1095)

Partisipan

III

tidak

memiliki

pengetahuan

spesifik

mengenai tumbuh kembang anak. Hal ini dapat dilihat dari
ketidakmampuan partisipan III dalam mengisi angket dan
menjawab pertanyaan saat wawancara. Informasi tumbuh
kembang anak diperoleh dari pengalaman RP III sebelumnya.
Kesulitan ekonomi membuat motivasi RP III untuk mencari
informasi

tumbuh

kembang

37

anak

rendah.

Partisipan

III

beranggapan yang terpenting adalah memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga. Partisipan III masih memegang teguh
kepercayaan jika gangguan bicara disebabkan oleh guna-guna.
Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan III berikut
ini:
“yang penting itu saya buat besek untuk dijual
untuk makan mbak.” (RP III 2045)
“Ya karena diguna-guna mbak.” (RP III 1815)

4.3

Pembahasan
Pada bagian ini akan membahas hasil penelitian yang
telah diperoleh dan membandingkannya dengan teori-teori yang
telah ada maupun hasil penelitian sebelumnya yang terkait
dengan penelitian ini.
2.3.3.1 Gambaran pengaruh pengetahuan ibu dalam menilai
tumbuh kembang balita berdasar buku KIA.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 3 partisipan,
didapatkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan
mampu menilai tumbuh kembang anak serta melakukan
deteksi dini gangguan tumbuh kembang yang terjadi. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Notoatmojdo (2003),
pengetahuan

diperlukan

sebagai

dukungan

dalam

menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan
perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa

38

pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan
seseorang.

Hurlock,

pengetahuan

ibu

(1999)
sangat

menyatakan
berpengaruh

bahwa,
terhadap

perkembangan anak sebab ibu yang mempunyai cukup
pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih
memperhatikan

pertumbuhan

dan

perkembangan

anaknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Abuya BA, di Kenya pada tahun 2003, menemukan
adanya pengaruh pendidikan ibu terhadap imunisasi dan
status gizi pada anak. Anak yang terlahir dari ibu dengan
status pendidikan formal diimunisasi secara lengkap dan
memiliki status gizi yang lebih baik dibanding anak yang
terlahir dari ibu yang tidak dengan pendidikan dasar.
2.3.3.2 Identifikasi faktor-faktor yang muncul dalam menilai
tumbuh kembang balita.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 3 partisipan
didapatkan bahwa dalam menilai tumbuh kembang anak
tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang
buku KIA tetapi juga dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal sendiri terdiri dari pengetahuan
spesifik dan ekonomi. Hal tersebut sesuai dengan teoriteori dan pendapat para ahli. Menurut Notoatmodjo

39

(2003), Keadaan ekonomi seseorang akan menentukan
tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga status ekonomi akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan
ibu yaitu kepercayaan, lingkungan dan media. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Harry
(2000), informasi akan memberikan pengaruh akan
pengetahuan seseorang meskipun seseorang memiliki
pengetahuan yang rendah, tetapi jika ia mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai media misalnya tv,
radio, atau surat kabar maka hal itu dapat meningkatkan
pengetahuan

seseorang.

Lingkungan

juga

mempengaruhi pengetahuan seseorang, hal ini sesuai
dengan pendapat Mubarak (2007), lingkungan adalah
segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke
dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Selain lingkungan dan media faktor eksternal yang
mempengaruhi pengetahuan ibu adalah kepercayaan.
Hal ini sesuai teori yang diungkapkan oleh Saifudin

40

(2002), komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang,
mengenai apa yang berlaku pada objek sikap, sekali
kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi
dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat
diharapkan dari objek tertentu.

41