T1 462011053 BAB IV

(1)

30 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2015 peneliti mengobservasi lapangan serta memperkenalkan diri peneliti yang akan melakukan penelitian di Panti Werdha Salib Putih Salatiga. Pada tanggal 18 sampai 19 Agustus 2015 peneliti melakukan pendekatan pada semua Lanjut Usia. Sebelum melakukan wawancara, peneliti meminta tanda tangan partisipan dalam lembar persetujuan (Informed Consent) untuk menjadi partisipan, supaya dinyatakan sah tanpa ada paksaan dari peneliti terhadap partisipan. Pada tanggal 20 Agustus 2015 peneliti melakukan wawancara pertama pada partisipan pertama, yang dilakukan mulai pukul 09.00 sampai pukul 11.00 WIB, dilakukan di dalam Aula Panti Werdha Salib Putih Salatiga. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2015 pukul 09.05 sampai pukul 10.00 WIB peneliti melakukan wawancara kepada Lanjut Usia untuk memastikan data yang sebelumnya akurat dan menambah data yang masih kurang mengenai alasan mengapa Lanjut Usia memilih tinggal di Panti Jompo, wawancara kedua dilakukan di depan Aula Panti Werdha. Observasi yang dilakukan peneliti saat wawancara berlangsung.


(2)

Wawancara pada partisipan kedua, wawancara pertama yang dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2015 dimulai pukul 09.00 sampai pukul 10.45 WIB dilakukan di dalam kamar partisipan. Wawancara mengenai alasan Lanjut Usia memilih tinggal di Panti Jompo. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2015 pada pukul 15.00 sampai pukul 16.30 WIB yang dilakukan di depan kamar partisipan. Wawancara yang dilakukan untuk mengambil data yang akurat mengenai topik penelitian ini “Faktor Yang Mempengaruhi Lanjut Usia Memilih Tinggal Di Panti Jopmpo”.

Sebelum itu peneliti melakukan wawancara pada Lanjut Usia, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti melakukan wawancara terhadap partisipan. Peneliti menanyakan kesediaan dan kesiapan partisipan untuk wawancara lebih dalam, dan bersedia menjawab semua pertanyaan yang dituju oleh peneliti pada partisipan. Peneliti juga membuat kontrak waktu sebelum wawancara dengan partisipan, agar tidak mengganggu waktu kerja dan waktuk istirahat, dan meminta tanda tangan partisipan di lembar persetujuan (Informed Consent) untuk menjadi partisipan penelitian, kemudian peneliti dan partisipan sepakat dengan waktu yang sudah ditentukan. Setelah partisipan menyetujui serta mengerti akan penjelasan maksud dan tujuan peneliti melakukan wawancara, kemudian wawancara dimulai. Wawancara mendalam


(3)

yang dilakukan oleh peneliti serta menanyakan alasan kenapa memilih tinggal di Panti Jompo dan seterusnya.

Wawancara pada partisipan ketiga seperti yang dilakukan juga pada partisipan sebelumnya yaitu membuat kontrak waktu, menyakan kesediaan menjadi partisipan, bersedia menjawab pertanyaan yang dituju peneliti terhadap partisipan, dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti melakukan wawancara, setelah partisipan menyetujui dan mengerti, kemudian peneliti meminta tanda tangan partisipan supaya wawancara yang dilakukan oleh peneliti dianggap sah. Peneliti memberikan lembar persetujuan (Informed Consent). Wawancara pertama yang dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2015 pukul 09.15 sampai pukul 11.00 WIB dilakukan di kamar partisipan. Wawancara mengenai “Faktor apa Yang Mempengaruhi Lanjut Usia Memilih Tinggal di Panti Jompo” Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2015 pukul 15.30 sampai 16.50 WIB wawancara dilakukan di halaman Panti Werdha tepat di bawah naungan pohon samping Aula Panti Werdha, wawancara yang dilakukan masih dengan tema yang sama dan menambah data yang masih kurang.


(4)

4.1.1 Gambaran Yayasan Panti Wreda Salib Putih Salatiga-Kopeng

Menurut Data yang ada di Yayasan Panti Werdha Salib Putih Salatiga, bahwa di Panti yang masuk sebanyak 31 orang Lanjut Usia, 5 laki-laki, dan 26 perempuan. Diantaranya terdapat Lanjut Usia yang sudah tidak memiliki sanak saudara berjumlah 14 orang, dan sisanya 17 orang Lanjut Usia masih memiliki keluarga yaitu anak, saudara, dan ponakan. Lanjut Usia yang tinggal di Panti hanya 26 orang Lanjut Usia dan 5 orang lagi masih dikeluarganya tapi sudah masuk anggota penghuni panti, dari 31 orang terdapat 15 orang Lanjut Usia adalah titipan dari gereja, dan 16 orang lagi adalah asli orang Salib Putih dan mereka tinggal tidak pungut biaya yang dibiayai oleh Yayasan.

Keadaan sosial di Yayasan Panti Werdha Salib Putih Salatiga mayoritas beragama Kristen sebanyak 28 orang Lanjut Usia, dan 3 orang lagi beragama Islam. Tingkat pendidikan mereka masih cukup rendah yaitu sebagian besar lulusan Sekolah Dasar (SD).


(5)

4.1.2 Narasi Kasus 4.1.3.1 Partisipan I

1) Identitas Partisipan

Nama Lanjut Usia : Ny. S Umur Lanjut Usia : 76 tahun Pendidikan Terakhir : SMA Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Madiun

Tanggal Masuk : 08 Juni 2015 Penanggung Jawab : -

2) Latar Belakang Partisipan

Partisipan I yaitu Ny. S, adalah warga Madiun, Jawa Timur. Ny. S ini tinggal di Madium sejak dari lahir dan saat ini ia tinggal di panti jompo sampai sekarang, tapi di pindah-pindah tempat. Ny. S pernah menikah tetapi suaminya meninggal dan mereka tidak mempunyai anak, mereka mengadopsi anak perempuan, saat suaminya meninggal Ny. S bersama anak adopsinya tinggal di rumah adik laki-laki. Tetapi disitu Ny. S tidak akur dengan adik ipar, dan akhirnya ia dititipkan di Panti Jompo. Anak adopsinya menjadi dewasa kemudian


(6)

menikah dan tidak pedul lagi dengan Ny. S. Kondisi Ny. S saat ini terjadi penurunan fisik dan kelemahan otot. Saat jalan dan jika terlalu jauh Ny S akan merasa sesak napas dan jantung berdebar kencang (Takikardia).

4.1.3.2 Partisipan II

1) Identitas Partisipan

Nama Lanjut Usia : Ny. R Umur Lanjut Usia : 60 tahun Pendidikan Terakhir : SD (tidak lulus) Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Sraten. Tuntang

Tanggal Masuk : 23 April 2014 Penanggung Jawab : Abertus Kukuh Y P

2) Latar Belakang Partisipan

Partisipan II Ny. R ini adalah warga Desa Sraten. Kec. Tuntang, Jawa Tengah. Ia tinggal di rumahnya sendiri sebelum dijual sama saudara laki-laki, sesudah dijual rumah yang ia tempati, kemudian Ny. R pergi mencari rumah di suatu Desa, dan bertemu dengan seorang wanita yang


(7)

sudah berkeluarga. Wanita ini mengajak Ny R ke rumahnya dan disuruh tinggal bersama. Kondisi Ny. R waktu itu sakit-sakitan dan susah jalan, bahkan sampai sekarang karena pada pergelangan kaki terkilir dan bengkak, kemudian wanita itu membawa ia ke Panti Jompo dan bertanggung jawab atas pembayaran di Yayasan Panti Werdha Salib Putih Salatiga. Ny. R sudah tidak memiliki siapa-siapa, saudara laki-lakinya pergi tidak tau keberadaannya. Ny. R tidak pernah menikah, dan hidup seorang sebatang kara.

4.1.3.3 Partisipan III 1) Identitas

Nama Lanjut Usia : Ny. Y

Umur : 74 Tahun

Pendidikan Terakhir : SD

Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Salib Putih Tanggal Masuk : 10 Februari 2000 Penanggung Jawab : Salib Putih


(8)

2) Latar Belakang

Partisipan III Ny. Y ini adalah warga Salib Putih Salatiga, Jawa Tengah. Ny. Y ini tinggal di Salib Putih sejak ia dari lahir dan tinggal di Panti Asuhan Salib Putih. Ny. Y pernah menikah tetapi tidak memiliki anak, suaminya sudah meninggal. Ny. Y sudah tidak punya saudara kandung atau keluarga kandung. Kondisi Ny. Y saat ini masih terlihat sehat dan masih bisa beraktivitas seperti menyapu, namun sudah tidak kuat seperti dulu karena terjadi penurunan fisik, akibat dari proses menua.

4.1.3.4 Kepala Panti (Data Pendukung) 1) Identitas

Nama : Ny. G

Umur : 47 Tahun

Pendidikan terakhir : Wiraswasta

Pekerjaan : Kepala Panti Jompo Jenis kelamin : Perempuan


(9)

2) Latar Belakang

Ny. G adalah data pendukung dari ketiga partisipan di atas. Ny. G adalah warga asli Salib Putih Salatiga. Ny G ini tinggal dalam Yayasan Panti Wreda Salib Putih Salatiga, sejak dari lahir dan saat ini ia tinggal di panti jompo sampai sekarang dan menjabat sebagai Kepala Panti. Ny G pernah menikah tetapi sudah bercerai dan mereka sudah dikaruniai 2 anak, laki-laki dan perempuan. Ny G ini adalah Kepala Panti sejak sekitar 20 tahun lamanya hingga sekarang mereka tinggal di dalam Panti dan mengurus para lanjut usia, mulai dari mencuci pakaian, menyiapkan makan sampai memandikan. Kondisi kesehatan Ny G ini masih sehat. Ny G ini sebagai data pendukung.


(10)

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Panti Werdha Salib Putih Salatiga. Terdapat penghuni Panti yang berjumlah sebanyak 31 orang Lanjut Usia, yang tinggal di dalam Panti berjumlah 26 orang Lanjut Usia, dan yang masih tinggal bersama keluarga dan masih sehat namun sudah termasuk penghuni Panti berjumlah 5 orang Lanjut Usia. Jumlah laki-laki penghuni Panti 5 orang, dan 26 orang perempuan. Diantaranya terdapat Lanjut Usia yang sudah tidak memiliki sanak saudara berjumlah sekitara 14 orang, dan sisanya berjumlah 17 orang Lanjut Usia yang masih memiliki keluarga yakni itu anak, saudara, dan ponakan. Dari ke 31 penghuni ada 15 orang Lanjut Usia itu adalah titipan dari gereja, kemudian 16 orang Lanjut Usia adalah asli orang Salib Putih, mereka tinggal di Panti Werdha tanpa membayar. Lanjut Usia lebih merasa nyaman dan tidak merasa kesepian jika berada di Panti. Lanjut Usia juga merasa senang berada bersama-sama dengan teman sebayanya, karena itu Lanjut Usia lebih memilih tinggal di Panti Werdha dari pada tinggal bersama keluarga. Disisi lain juga karena keluarga di rumah sering meninggalkan mereka dan sibuk bekerja di luar kota, disitu adalah salah satu titik dimana mereka merasa kesepian dirumah, dengan demikian Lanjut Usia memilih tinggal di Panti Werdha. Ada beberapa orang Lanjut Usia mengatakan bahwa di Panti Werdha lebih nyaman dan punya banyak teman bercerita.


(11)

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil tiga orang Lanjut Usia sesuai kriteria penelitian untuk menjadikan riset partisipan. Hasil dari analisa berdasarkan tema yaitu “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lanjut Usia Memilih Tinggal di Panti Werdha” dalam data, yaitu:

1. Kurangnya Kepedulian dan Dukungan Soisal Keluarga Terhadap Lanjut Usia,

2. Kurangnya Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan Lanjut Usia,

3. Lanjut Usia yang Sudah Tidak Punya Keluarga, dan

4. Lanjut Usia Merasa Kesepian.

Berikut ini adalah tema-tema yang merupakan hasil dari penelitian:

4.2.1 Kurangnya Kepedulian dan Dukungan Soisal Keluarga Terhadap Lanjut Usia

Dalam ungkapan diri partisipan tentang kurangnya kepedulian kebutuhan hidup Lanjut Usia yang diberikan oleh keluarga dapat membuat perasaan yang tidak enak dan merasa tersinggung. Bukan hanya kurang kepedulian keluarga terhadap kebutuhan Lanjut Usia yang harus


(12)

diperhatikan, tetapi juga kepedulian kebutuhan fisik dan bisa menjaga perasaan Lanjut Usia supaya mereka merasa senang, tentram, dan merasa nyaman. Ketiga partisipan ini menyatakan bahwa kurangnya dukungan dari keluarga kita sendiri. Hal ini dapat menyakiti hati, dan perasaan yang tidak nyaman jika berlama-lama bersama keluarga di rumah. Kurangnya kepedulian keluarga terhadap Lanjut Usia dapat mengakibatkan, gangguan kesehatan psikologis semakin menurun dan akan menyebabkan Lanjut Usia menarik diri. Perhatian dan dukungan keluarga sangatlah penting bagi Lanjut Usia dimana mereka telah mengalami penuaan. Perawatan yang diberikan akan memambah rasa kepuasan, rasa nyaman pada diri Lanjut Usia, mereka merasa masih ada yang memperdulikan mereka. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa kurangnya dukungan sosial terhadap Lanjut Usia, dalam menerima keadaan yang sudah semakin tua, karena terjadi proses menua yang mempunyai efek pada penurunan fisik, mental, psikologi, dan sosial. Hal ini terungkap dari tiga partisipan sebagai berikut:

“Saya itu tidak cocok sama istri adik saya waktu masih tinggal dengan mereka di apartemen. Mereka mengatakan kalo saya ini nyusain hidup mereka saja, masuk di panti jompo sajalah (63-66). Saya merasa tidak senang sama ipar saya dan


(13)

ponakan saya selama tinggal bersama mereka. Mereka tidak mempedulikan saya, hanya saja adik saya yang baik kepada saya, tapi isterinya itu maunya saya keluar dari rumah mereka katanya saya nyusain mereka (94-98). Waktu saya tinggal sama mereka, saya juga buka usaha jualan, biar menambah kebutuhan saya sendiri, selama tubuh saya ini masih bisa bekerja. Saya juga sebetulnya tidak enak tinggal berlama-lama dengan mereka. Lebih baik saya tinggal di Panti Jompo supaya beban mereka berkurang (74-78).” (RP1)

Hasil wawancara partisipan didukung, dari hasil wawancara dengan Kepala Panti, untuk memperkuat data, sebagai berikut:

“Mbah S itu tidak pernah dijenguk, hanya saja waktu ngantar mbahnya ke sini, sepertinya keluarga mbah S, tidak peduli lagi sama mbahnya (35-37).” (KP)

“Waktu itu saya dipelihara sama orang Belanda. Saat bapak dan ibu saya meninggal, saya sudah berusia 7 tahunan begitu, saya tinggal di Panti Asuhan anak-anak (18). Saya merasa tidak enak mereka itu kasar, sukanya bentak-bentak, marah-marah, pokoknya tidak enak (28). Tidak ada rasa kasihan atau peduli, walau pun mereka


(14)

bukan orang tua kandung saya, seharusnya mereka memperhatikan saya (30).” (RP3)

Hasil dari wawancara partisipan diatas, didukung dari hasil wawancara dengan Kepala Panti, untuk memperkuat data yang didapat, yaitu sebagai berikut:

“Mbah Y ini yang setau saya, ia sudah tidak punya saudara kandung, kalo saudara sepupunya ada tapi mereka tidak tinggal disini (96-98).” (KP)

4.2.2 Kurangnya Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan Lanjut Usia

Partisipan mengatakan bahwa, keluarga kurang memberikan dukungan dan memperhatikan kesehatan mereka waktu masih di rumah bersama dengan keluarga. Adapun ungkapan dari Lanjut Usia, jika keluarga memperhatikan kesehatannya dan membantu mereka melakukan aktivitas di rumah. Mereka akan lebih merasa bahagia atau senang. Hal ini dikatakan oleh ketiga partisipan sebagai berikut:

“Saya mau keluarga saya kesini, agar mereka melihat kondisi saya, saya sehat atau tidak bahkan saya jatuh sakit tidak ada yang jenguk saya kesini, jangankan itu waktu di


(15)

rumah saja tidak ada yang pedulikan waktu saya sakit. (125)”. (RP1)

Hasil dari wawancara dengan partisipan diatas, didukung dari hasil wawancara Kepala Panti, seperti yang sebelumnya untuk memperkuat data yang didapat, yaitu sebagai berikut:

“Waktu itu pernah mbah S sakit, sudah saya hubungi keluarganya, tapi mereka yah begitu saja tidak ada respon (60-62).” (KP)

“Waktu itu saya mencari kontrakan di Desanya orang dan bertemu dengan orang yang baru saya kenali itu, namanya Bu Y, dan mereka yang membawa saya kesini. Saya di panggil sama mereka untuk tinggal bersama, sebelum saya dibawa kesini. Pernah saya sakit dan mereka memanggil bidan untuk saya berobat, tapi setelah saya sudah tinggal disini mereka tidak pernah kesini lagi melihat keadaan saya (31, 32-38)”. (RP2)

Hasil dari wawancara partisipan diatas, didukung dengan wawancara kepada Kepala Panti, sebagai berikut:


(16)

“Selama mbah R sakit, kenalannya itu tidak pernah kesini untuk mejenguknya (92, 93).” (KP)

“Waktu saya sakit tidak ada keluarga yang jenguk saya kesini, mungkin mereka tinggalnya jauh maka dari itu mereka tidak bisa jenguk saya (107, 108). Waktu jatuh sakit yang merawat saya hanya bu G (Kepala Panti), saya dibawa ke bidan atau ke puskesmas untuk berobat (102).” (RP3)

Hasil dari wawancara partisipan didukung, dengan wawancara kepada Kepala Panti, seperti sebelumnya yaitu sebagai berikut:

“Waktu mbah Y ini sakit, yah saya sendiri yang merawatnya, membawanya bidan untuk berobat (124-126).” (KP)

4.2.3 Lanjut Usia yang Sudah Tidak Memiliki Keluarga

Pada pengalaman menjadi tua merupakan pengalaman dari subjek individu Lanjut Usia. Hasil wawancara pada partisipan, mereka menyatakan bahwa tidak menerima dukungan keluarga karena sudah tidak memiliki keluarga. Masing-masing partisipan memiliki alasan tersendiri untuk


(17)

mengidentifikasikan dirinya yang sudah mengalami penuaan. Ungkapan dari Lanjut Usia sebagai berikut:

“Saya tidak dibesarkan oleh kedua orang tua saya (13). Kepedulian dari orang tua kepada saya itu tidak pernah ada, bahkan saya tidak pernah merasakan itu (16-18). Waktu itu saya tinggal di rumah saya sendiri, kemudian dijual sama kakak laki-laki saya, dan dia pergi tidak tau kemana. Akhirnya saya mencari kontrakan agar saya bisa tinggal dan berteduh (59-62). Saya merasa tidak enak sama mereka, karena mereka sudah baik pada saya, kemudian mereka mengatakan pada saya, mereka membawa saya ke Panti Jompo supaya ada yang merawat saya (48-51). Mereka juga yang mau biayai saya masuk Panti Jompo, dan saya juga setuju, karena ini adalah hal yang baik supaya saya tidak menyusain hidup mereka lagi, di rumah mereka (54-57).” (RP2)

Hasil dari wawancara partisipan didukung, dari hasil wawancara dengan Kepala Panti, yaitu sebagai berikut:

“Katanya mbah R ini dengan senang hati menerima tawaran tinggal di Panti, karena mbah R tidak mau merepotkan mereka, dengan kondisi tubuh yang seperti sekarang ini (84-87).” (KP)


(18)

“Saya punya saudara dari ibu, tapi mereka sudah tidak tinggal di Salib Putih (62, 63). Dulu mereka pernah jenguk saya setelah itu tidak pernah kesini lagi sampai sekarang (65). Rasanya itu sedih ya, saya merasa sendirian tapi terima sajalah sudah menjadi jalan hidup saya (34), yang penting saya itu tidak pernah merepotkan mereka (72).” (RP3)

Hasil dari wawancara partisipan didukung juga, dari hasil wawancara dengan Kepala Panti, sebagai berikut:

“Mbah Y menerima dengan keadaannya, dan mau tinggal di Panti, ia berpikir karena sudah tidak ada yang akan merawat dia, jika tinggal sendiri di rumah (119-121).” (KP)

4.2.4 Lanjut Usia Merasa Kesepian

Pada masa tua yang terus berlangsung, Lanjut Usia merasa harga dirinya rendah yang disertai dengan perasaan negatif dari perkataan yang menyinggung, meninggalkan mereka sendiri melakukan aktivitas di rumah, dan merasa tidak ada teman bercerita, sehinggan membuat mereka nyaman tinggal di Panti Jompo. Berikut ini adalah ungkapan dari ketiga partisipan yaitu:


(19)

“Sebenarnya saya merasa kesepian kalau keluarga tidak ada yang nengok kesini, saya jugakan salah satu dari keluarga mereka harusnya mereka nengok saya (120-122). Saya merasa tidak enak, hidup saya ini bergantung kepada mereka. Seakan-akan saya adalah orang pengganggu kesenangan mereka (69-71).” (RP1)

Hasil dari wawancara partisipan didukung juga, dari hasil wawancara dengan Kepala Panti, sebagai berikut:

“Keluarganya mbah S tidak peduli atau menasehatinya, tidak pernah jenguk kesini lagi (47).”

Saya merasa kesepian tidak ada yang pedulikan saya. Hidup seorang diri tanpa saudara kandung satu pun. Saya merasa benar-benar sendiri (78, 81).” (RP2)

Hasil wawancara partisipan didukung, dari hasil wawancara dengan Kepala Panti, sebagai berikut:

“Mbha R sudah tidak punya siapa-siapa (66-67).” (KP)

Dari hasil penelitian ini terdapat ada beberapa kesamaan alasan dari ketiga partisipan yaitu: merasa tinggalkan keluarga, tidak ada kepedulian dari keluarga, tidak ada dukungan dari


(20)

keluarga, mereka merasa sendiri, merasa kesepian dan mereka mengatakan lebih baik tinggal di Panti Jompo. Disitulah jiwa mereka bangkit, tidak merasa sendiri karena banyak teman sebaya, dan merasa nyaman. Adapun peneliti mendapat perbedaan dari ketiga partisipan ini adalah dari status sosial mereka, ada yang masih memiliki keluarga dan ada yang sudah tidak punya siapa-siapa.


(21)

4.3 Pembahasan

Dalam pembahasan ini, peneliti akan membahas hasil penelitian yang berfokus pada gambaran Kurangnya Kepedulian Sosial Keluarga Terhadap Lanjut Usia, Kurangnya Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan Lanjut Usia, Lanjut Usia Yang Sudah Tidak Memiliki Keluarga, dan Lanjut Usia Merasa Kesepian, Dengan Faktor Yang Mempengaruhi Lanjut Usia Memilih Tinggal Di Panti Jompo. Di Panti Werdha Salib Putih Salatiga.

4.3.1 Kurangnya Kepedulian Dan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Lanjut Usia

Ungkapan diri partisipan tentang kurangnya kepedulian kebutuhan hidup Lanjut Usia dan kurangnya dukungan sosial yang diberikan keluarga. Hal tersebut dapat membuat perasaan mereka merasa tidak enak dan merasa tersinggung. Keluarga juga harus turut memperhatikan kebutuhan fisik dan bisa menjaga perasaan Lanjut Usia supaya mereka merasa lebih senang dan nyaman. Partisipan mengatakan dengan ketidakpedulian keluarga terhadap mereka dapat menyakiti hati dan perasaan yang tidak pantas mereka rasakan dimasa tua. Perhatian dan dukungan keluarga sangatlah penting bagi Lanjut Usia dimana mereka telah mengalami penuaan. Lanjut Usia


(22)

mengalami penuaan. Lanjut Usia akan mengalami kemunduran fisik, maka keluarga sangatlah diperlukan untuk menjaga kesehatan mereka, karena keluarga merupakan orang terdekat di kehidupan Lanjut Usia, dalam membantu menemukan rasa percaya diri tentang pentingnya kepeduliaan terhadap diri Lanjut Usia. Hal ini membuat Lanjut Usia menjauh dari mereka, beresiko terjadinya gangguan psikologi pada Lanjut Usia kemudian Lanjut Usia memilih tinggal di Panti Jompo, seperti yang dikatakan oleh Tamher S, & Noorkasiani (2009) bahwa keluarga masih merupakan tempat perlindungan yang paling disukai para Lanjut Usia. Bagi keluarga menempatkan Lanjut Usia di Panti Werdha adalah satu-satunya jalan alternatif yang terakhir.

4.3.2 Kurangnya Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan Lanjut Usia

Dalam penelitian terdapat kurangnya dukungan keluarga terhadap kesehatan Lanjut Usia. Dalam penelitian ini didapat beberapa penyebab Lanjut Usia yang lebih memilih tinggal di Panti Jompo antara lain adalah Lanjut Usia lebih nyaman bersama teman sebayanya, ada yang merawat dan menjamin kesehatanya, jika Lanjut Usia tinggal bersama keluarga tingkat emosional Lanjut Usia akan semakin meningkat bahkan


(23)

kesehatan dan keamanan Lanjut Usia pun tidak menjamin baik. Oleh sebab itu Lanjut Usia dititipkan di Panti Jompo. Hal tersebut adalah Kurangnya Kepedulian Keluarga terhadap Kesehatan Lanjut Usia, seperti yang diungkapkan oleh Papalia, Olds, dan Feldman (2004) bahwa dari sebagian besar keluarga yang tidak berperan baik untuk membantu dalam menjaga kesehatan dan keaman Lanjut Usia.

4.3.3 Lanjut Usia Merasa Kesepian dan yang Sudah Tidak Memiliki Keluarga

Hasil yang didapat, pengalaman menjadi tua merupakan subjek individu terhadap Lanjut Usia. Ketiga partispan ini memiliki alasan tersendiri untuk mengidentifikasikan dirinya yang sudah menjadi tua. Dari ketiga partisipan ini Lanjut Usia merasa kesepian karena tidak ada keluarga yang datang menemuinya, mereka merasa minder terhadap keluarga, Lanjut Usia selalu berperasaan yang tidak baik pada keluarga. Lanjut Usia sangat membutuhkan keluarga sebagai orang terdekat untuk membantu dalam aktivitas dan merawat mereka dimasa tuanya. Lanjut Usia akan lebih aman tinggal di Panti Jompo karena ada yang merawat dan menjamin kesehatannya bagi mereka yang sudah tidak memiliki keluarga, seperti yang dikatakan oleh Maryam R. S, dkk, (2008) bahwa perubahan


(24)

yang terjadi pada Lanjut Usia akan mengalami frustrasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, depresi, perubahan keinginan, dan kecemasan.

Pada umumnya dalam penelitian ini, keluarga kurang memperdulikan diri dan kebutuhan Lanjut Usia, sehingga mereka dititipkan oleh keluarga di Panti Werdha. Disisi lain Lanjut Usia lebih nyaman tinggal di Panti, karena mereka merasa memiliki banyak teman sebaya dan teman bercerita. Lanjut Usia menganggap Keluarga berpikir bahwa Lanjut Usia bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan keluarga juga membiarkan Lanjut Usia hidup sendiri tanpa ada keluarga yang seharusnya dapat membantu aktivitas sehari-hari. Hal ini Lanjut Usia merasa sendiri, merasa minder, dan merasa kesepian. Keluarga tidak mengerti bahwa Lanjut Usia telah mengalami kemunduran pada beberapa fungsi organ, dimana akan mempengaruhi aktivitas Lanjut Usia itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari serta penurunan daya ingat diusia > 60 tahun yang dapat membuat diri Lanjut Usia bergantung pada orang lain terlebihnya kepedulian pada Lanjut Usia, supaya tidak merasa diacuhkan, karena Lanjut Usia sangat sensitif terhadap perkataan yang menyinggung perasaanya.Ada penelitian lain yang meneliti tentang “Well Being Lansia tinggal di panti atas keputusan sendiri” Tjahyo dan Eli (2015) menemukan tiga faktor yang


(25)

mempengaruhi Lanjut Usia memilih tinggal di panti werdha yaitu: faktor pertama adalah kematian pasangan tanpa memiliki seorang anak. Lanjut Usia akan kehilangan pasangannya, hal ini terjadi pada Lanjut Usia, dan mempengaruhi mereka untuk tinggal di panti werdha. Faktor kedua adalah saudara Lanjut Usia yang tidak mau merawat Lanjut Usia. hal tersebut disebabkan karena semua saudara kandung Lanjut Usia memilih untuk tinggal bersama anaknya masing-masing sehingga tidak ada lagi yang mau merawat Lanjut Usia dimasa tuanya. Faktor yang ketiga adalah kesehatan. Kesehatan adalah salah satu alasan yang paling kuat yang menyebabkan seseorang pensiun. Seperti yang dikatakan oleh Zainuddin (2002) bahwa aspek sosial, Lanjut Usia mengalami penarikan diri dari lingkungan sosial. Hal ini merupakan bagian dari suatu proses dimana penuaan yang terjadi secara normal, sehingga Lanjut Usia bisa saja lebih nyaman tinggal di Panti Werdha dan memilih berpisah dengan keluarga yang disebabkan kurangnya kepedulian dari keluarga, dukungan keluarga, merasa kesepian yang sering ditinggal pergi oleh keluarga yakni itu anak, atau ponakan. Lanjut Usia beranggapan bahwa mereka akan menemukan kesejahteraan dan merasa banyak teman, merasa lebih nyaman, betah, dan senang.


(1)

keluarga, mereka merasa sendiri, merasa kesepian dan mereka mengatakan lebih baik tinggal di Panti Jompo. Disitulah jiwa mereka bangkit, tidak merasa sendiri karena banyak teman sebaya, dan merasa nyaman. Adapun peneliti mendapat perbedaan dari ketiga partisipan ini adalah dari status sosial mereka, ada yang masih memiliki keluarga dan ada yang sudah tidak punya siapa-siapa.


(2)

4.3 Pembahasan

Dalam pembahasan ini, peneliti akan membahas hasil penelitian yang berfokus pada gambaran Kurangnya Kepedulian Sosial Keluarga Terhadap Lanjut Usia, Kurangnya Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan Lanjut Usia, Lanjut Usia Yang Sudah Tidak Memiliki Keluarga, dan Lanjut Usia Merasa Kesepian, Dengan Faktor Yang Mempengaruhi Lanjut Usia Memilih Tinggal Di Panti Jompo. Di Panti Werdha Salib Putih Salatiga.

4.3.1 Kurangnya Kepedulian Dan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Lanjut Usia

Ungkapan diri partisipan tentang kurangnya kepedulian kebutuhan hidup Lanjut Usia dan kurangnya dukungan sosial yang diberikan keluarga. Hal tersebut dapat membuat perasaan mereka merasa tidak enak dan merasa tersinggung. Keluarga juga harus turut memperhatikan kebutuhan fisik dan bisa menjaga perasaan Lanjut Usia supaya mereka merasa lebih senang dan nyaman. Partisipan mengatakan dengan ketidakpedulian keluarga terhadap mereka dapat menyakiti hati dan perasaan yang tidak pantas mereka rasakan dimasa tua. Perhatian dan dukungan keluarga sangatlah penting bagi Lanjut Usia dimana mereka telah mengalami penuaan. Lanjut Usia


(3)

mengalami penuaan. Lanjut Usia akan mengalami kemunduran fisik, maka keluarga sangatlah diperlukan untuk menjaga kesehatan mereka, karena keluarga merupakan orang terdekat di kehidupan Lanjut Usia, dalam membantu menemukan rasa percaya diri tentang pentingnya kepeduliaan terhadap diri Lanjut Usia. Hal ini membuat Lanjut Usia menjauh dari mereka, beresiko terjadinya gangguan psikologi pada Lanjut Usia kemudian Lanjut Usia memilih tinggal di Panti Jompo, seperti yang dikatakan oleh Tamher S, & Noorkasiani (2009) bahwa keluarga masih merupakan tempat perlindungan yang paling disukai para Lanjut Usia. Bagi keluarga menempatkan Lanjut Usia di Panti Werdha adalah satu-satunya jalan alternatif yang terakhir.

4.3.2 Kurangnya Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan Lanjut Usia

Dalam penelitian terdapat kurangnya dukungan keluarga terhadap kesehatan Lanjut Usia. Dalam penelitian ini didapat beberapa penyebab Lanjut Usia yang lebih memilih tinggal di Panti Jompo antara lain adalah Lanjut Usia lebih nyaman bersama teman sebayanya, ada yang merawat dan menjamin kesehatanya, jika Lanjut Usia tinggal bersama keluarga tingkat emosional Lanjut Usia akan semakin meningkat bahkan


(4)

kesehatan dan keamanan Lanjut Usia pun tidak menjamin baik. Oleh sebab itu Lanjut Usia dititipkan di Panti Jompo. Hal tersebut adalah Kurangnya Kepedulian Keluarga terhadap Kesehatan Lanjut Usia, seperti yang diungkapkan oleh Papalia, Olds, dan Feldman (2004) bahwa dari sebagian besar keluarga yang tidak berperan baik untuk membantu dalam menjaga kesehatan dan keaman Lanjut Usia.

4.3.3 Lanjut Usia Merasa Kesepian dan yang Sudah Tidak Memiliki Keluarga

Hasil yang didapat, pengalaman menjadi tua merupakan subjek individu terhadap Lanjut Usia. Ketiga partispan ini memiliki alasan tersendiri untuk mengidentifikasikan dirinya yang sudah menjadi tua. Dari ketiga partisipan ini Lanjut Usia merasa kesepian karena tidak ada keluarga yang datang menemuinya, mereka merasa minder terhadap keluarga, Lanjut Usia selalu berperasaan yang tidak baik pada keluarga. Lanjut Usia sangat membutuhkan keluarga sebagai orang terdekat untuk membantu dalam aktivitas dan merawat mereka dimasa tuanya. Lanjut Usia akan lebih aman tinggal di Panti Jompo karena ada yang merawat dan menjamin kesehatannya bagi mereka yang sudah tidak memiliki keluarga, seperti yang dikatakan oleh Maryam R. S, dkk, (2008) bahwa perubahan


(5)

yang terjadi pada Lanjut Usia akan mengalami frustrasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, depresi, perubahan keinginan, dan kecemasan.

Pada umumnya dalam penelitian ini, keluarga kurang memperdulikan diri dan kebutuhan Lanjut Usia, sehingga mereka dititipkan oleh keluarga di Panti Werdha. Disisi lain Lanjut Usia lebih nyaman tinggal di Panti, karena mereka merasa memiliki banyak teman sebaya dan teman bercerita. Lanjut Usia menganggap Keluarga berpikir bahwa Lanjut Usia bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan keluarga juga membiarkan Lanjut Usia hidup sendiri tanpa ada keluarga yang seharusnya dapat membantu aktivitas sehari-hari. Hal ini Lanjut Usia merasa sendiri, merasa minder, dan merasa kesepian. Keluarga tidak mengerti bahwa Lanjut Usia telah mengalami kemunduran pada beberapa fungsi organ, dimana akan mempengaruhi aktivitas Lanjut Usia itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari serta penurunan daya ingat diusia > 60 tahun yang dapat membuat diri Lanjut Usia bergantung pada orang lain terlebihnya kepedulian pada Lanjut Usia, supaya tidak merasa diacuhkan, karena Lanjut Usia sangat sensitif terhadap perkataan yang menyinggung perasaanya.Ada penelitian lain yang meneliti tentang “Well Being Lansia tinggal di panti atas keputusan sendiri” Tjahyo dan Eli (2015) menemukan tiga faktor yang


(6)

mempengaruhi Lanjut Usia memilih tinggal di panti werdha yaitu: faktor pertama adalah kematian pasangan tanpa memiliki seorang anak. Lanjut Usia akan kehilangan pasangannya, hal ini terjadi pada Lanjut Usia, dan mempengaruhi mereka untuk tinggal di panti werdha. Faktor kedua adalah saudara Lanjut Usia yang tidak mau merawat Lanjut Usia. hal tersebut disebabkan karena semua saudara kandung Lanjut Usia memilih untuk tinggal bersama anaknya masing-masing sehingga tidak ada lagi yang mau merawat Lanjut Usia dimasa tuanya. Faktor yang ketiga adalah kesehatan. Kesehatan adalah salah satu alasan yang paling kuat yang menyebabkan seseorang pensiun. Seperti yang dikatakan oleh Zainuddin (2002) bahwa aspek sosial, Lanjut Usia mengalami penarikan diri dari lingkungan sosial. Hal ini merupakan bagian dari suatu proses dimana penuaan yang terjadi secara normal, sehingga Lanjut Usia bisa saja lebih nyaman tinggal di Panti Werdha dan memilih berpisah dengan keluarga yang disebabkan kurangnya kepedulian dari keluarga, dukungan keluarga, merasa kesepian yang sering ditinggal pergi oleh keluarga yakni itu anak, atau ponakan. Lanjut Usia beranggapan bahwa mereka akan menemukan kesejahteraan dan merasa banyak teman, merasa lebih nyaman, betah, dan senang.