Komunikasi suami-istri nelayan di desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Dalam Tinjauan Teori Self Disclousure-Johari Window.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK

Muhammad Fadloli Hasan, B76213075, 2017. Komunikasi Suami-Istri Nelayan Di Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Dalam Tinjauan Teori Self Disclousure-Johari Window.Skripsi. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Komunikasi, Komunikasi Suami-istri, Keluarga Nelayan, Johari Window, Pesisir

Jam kerja Nelayan yang lebih lama dari profesi lainnya menuntut kerja ekstra untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Sekira 4-15 hari seorang nelayan pergi melaut, selama itu pula nelayan terpisah dengan anak dan istri. Dan sekitar 4-7 hari dirumah, nelayan harus kembali mencari ikan untuk menghidupi keluarganya. Fakta itulah yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini. Intensitas pertemuan yang rendah antara suami dan istri dalam keluarga nelayan tentunya membentuk komunikasi yang berbeda dari keluarga lain yang suaminya berprofesi sebagai petani. Tujuan penelitian ini hanya untuk menjawab bagaimana komunikasi antara suami dan istri nelayan Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban.

Peneliti menggunakan pendekatan etnografi dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Informan dalam penilitian ini berjumlah enam orang dari tiga keluarga nelayan yang berasal dari Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban. Sebagai Instrumen penelitian, peneliti menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, serta dokumentasi. Dari data yang terkumpul kemudian peneliti menggunakan teori Self Disclousure Johari Window sebagai pisau analisis dalam menemukan pola-pola komunikasi yang terbentuk.

Hasil dari penelitian ini mengungkapkan komunikasi yang terbentuk meliputi : 1) Saat suami berada dilaut, tidak terjadi komunikasi fisik antara suami dan istri dalam kelurga nelayan karena keterbatasan alat dan teknologi; 2) Saat suami berada di darat , komunikasi yang nampak adalah komuniasi secara dua arah (timbal-balik) dengan area terbuka yang lebar dan terkait cara agar suami istri sampai pada tahap mengetahui satu sama lain, informan menggunakan lima cara yakni, Expression, Self Clarification, Social Validation, Social Control dan Relationship Development.


(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA PENULISAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Masalah ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Penelitian Terdahulu ... 9

F. Definisi Konsep Penelitian ... 15

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 19

H. Metode Penelitian ... 21

I. Sistematika Pembahasan ... 31

BAB II : KAJIAN TEORITIS TENTANG KOMUNIKASI SUAMI-ISTRI NELAYAN DAN KETERBUKAAN BERDASARKAN TEORISELF DISCLOUSURE A. Pola Komunikasi Keluarga ... 33

B. Kelurga nelayan dan komunikasi ... 45

C. Teori Self Disclousure Johari Window ... 56

BAB III : KAJIAN EMPIRIS KOMUNIKASI KELUARGA NELAYAN DESA PALANG KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN A. Deskripsi desa palang ... 59

B. Data Penelitian ... 65

a. Profil Subjek Penelitian ... 65

b. Profil Informan Penelitian ... 72

c. Komunikasi Suami-Istri Nelayan Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban ... 72

BAB IV : ANALISIS DATA KOMUNIKASI KELUARGA NELAYAN DESA PALANG KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN A. Analisis Komunikasi Suami-istri Nelayan Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban ... 81


(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 97 Rekomendasi


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara Maritim terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.500 pulau dan memiliki garis panjang pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (18.000km2) sehingga luas wilayah Indonesia 2/3 merupakan wilayah lautan. Dengan potensi wilayah tersebut Indonesia memiliki potensi ekonomi di sektor kelautan dan perikanan baik berupa perikanan tangkap maupun perikanan budidaya yang merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur1.

Jawa Timur merupakan provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibu kotanya terletak di Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya 37.476.757 jiwa (2010). Jawa Timur memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa (Kepulauan Masalembu), dan Samudera Hindia (Pulau Sempu, dan Nusa Barung).2

Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu sentra kegiatan ekonomi yang menghubungkan Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia

1

Solihin, Akhmad, dkk. (2005). Strategi Pembangunan Kelautan dan Perikanan Indonesia. Humaniora Utama Press. Bandung.hlm 09

2


(10)

2

(KTI). Wilayah Propinsi Jawa Timur memiliki panjang pantai sekitar + 2.128 km dan di sepanjang pantainya dapat dijumpai beragam sumberdaya alam mulai dari hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, migas, sumberdaya mineral hingga pantai berpasir putih yang layak untuk dikembangkan menjadi obyek wisata. Pada kawasan pantai Jawa Timur dapat ditemui juga delta yang terbentuk karena adanya proses sedimentasi dari sungai Brantas-Solo yang diduga mengandung gas biogenik.

Ketersediaan sumberdaya alam non hayati di wilayah pesisir dan laut Jawa Timur yang menyediakan bahan-bahan mineral, endapan dasar laut agregat konstruksi, dan pada beberapa lokasi tersedia cadangan minyak dan gas bumi merupakan potensi yang dapat diandalkan. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki pada kawasan pesisir dan laut Jawa Timur, bila dikelola dengan perencanaan yang baik akan sangat potensial untuk mendukung pembangunan daerah yang berkelanjutan.3

Pemanfaatan secara optimal data wilayah pesisir dan laut Jawa Timur hasil-hasil dari kegiatan survei yang telah dilaksanakan oleh Puslitbang Geologi Kelautan, adalah untuk memberdayakan data serta merupakan evaluasi keberadaan informasi pesisir dan laut agar dapat dikelola secara terpadu untuk mendukung perencanaan wilayah pesisir dan laut secara cermat dan sistematis, sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah, ilmu pengetahuan, dan peluang usaha khususnya disektor investasi pertambangan kelautan.

3

http://www.mgi.esdm.go.id/content/dinamika-pesisir-jawa-timurdiakses pada tanggal 2 maret 2017 pukul 16.10


(11)

3

Kawasan pesisir dan laut Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan menjadi kawasan pesisir utara, pesisir timur dan pesisir selatan. Kawasan pesisir utara dan timur umumnya dimanfaatkan untuk transportasi laut, pelestarian alam, budidaya laut, pariwisata dan pemukiman nelayan. Sedangkan kawasan pesisir selatan, umumnya merupakan pantai terjal dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang kondisi gelombang dan ombaknya besar, sehingga hanya bagian tertentu saja yang dapat dikembangkan sebagai pemukiman nelayan dan areal pariwisata.

Kawasan laut dan pesisir Jawa Timur mempunyai luas hampir dua kali luas daratannya (+ 47220 km persegi) atau mencapai + 75700 km persegi apabila dihitung dengan 12 mil batas wilayah propinsi, sedang garis pantai Propinsi Jawa Timur memiliki garis pantai sepanjang + 2128 km yang aktif dan potensial. Propinsi Jawa Timur tidak hanya luas dari segi wilayah, tetapi juga kaya akan sumberdaya alam yang tentunya akan menjadi daya dukung pembangunan wilayahnya. Di kawasan pesisir Jawa Timur yang sebagian besar terletak di pesisir utara dan sebelah timur dapat dijumpai berbagai variasi kondisi fisik dan lingkungannya seperti hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, pantai berpasir putih dan pantai yang landai maupun terjal.4

Pesisir pantai Utara Jawa Timur pada umumnya berdataran rendah yang ketinggiannya hampir sama dengan permukaan laut. Wilayah yang termasuk zona pesisir utara Jawa Timur adalah Kabupaten–Kabupaten Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo. Pesisir pantai

4

http://www.mgi.esdm.go.id/content/dinamika-pesisir-jawa-timurdiakses pada tanggal 2 maret 2017 pukul 16.10


(12)

4

utara Jawa dikenal sebagai daerah cekungan yang mengalami penurunan pada zaman Oligo-Miosen. Pada bagian utara Jawa Timur terdapat dua cekungan yang mempunyai tatanan stratigrafi yang berbeda yaitu Cekungan Kendeng dan Cekungan Rembang5. Selain dari banyaknya pulau kecil, Jawa Timurjuga memiliki banyak kabupaten. salah satu kabupaten yang dimiliki profinsi Jawa Timur adalah kabupaten Tuban.

Di kabupaten Tuban, pada 2010, Produk Domestik Regional Bruto mencapai 15,47 trilyun. Dengan jumlah penduduk sebanyak 1,12 juta jiwa, pendapatan perkapita diperkirakan mencapai Rp 11,27 juta per tahun. Sebagai perbandingan, pendapatan perkapita Jawa Timur adalah Rp 20,7 juta per tahun.

Sektor perekonomian utama adalah perdagangan, industri pengolahan dan pertambangan. Perdagangan menyumbang output sebesar Rp3 triliun, sedangkan industri pengolahan dan pertambangan masing-masing sebesar Rp 2,9 trilyun dan Rp 1,8 trilyun. Pertumbuhan ekonomi pada 2010 mencapai 6,39%, di mana angka pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor pertambangan sebesar 11,8%6.

Kawasan industri Tuban mencapai 50 ribu hektar yang tersebar di 10 kecamatan. Zona 1 di kecamatan Bancar dengan luas 5,802 hektar. Zona 2 34,000 hektar dan Zona 3 9,225 hektar.

Usaha rakyat yang cukup berkembang adalah budidaya padi, budidaya sapi potong, budidaya kacang tanah, penangkapan ikan laut, dan penggalian batu kapur. Sentra padi dan kacang terdapat di sepanjang aliran Bengawan Solo. Pada

5

Pringgoprawiro, H. (1983), Stratigrafi cekungan Jawa Timur Utara dan Paleogeografinya: sebuah pendekatam baru, Disertasi Doktor. ITB. hlm 38

6

http://jawatimuran.wordpress.com/2013/03/14/sandur-ronggo-budoyo-kabupaten-tuban/ di akses pada tanggal 2 maret 2017 pukul 16.50


(13)

5

2010, jumlah ternak sapi diperkirakan mencapai 1.323 ekor dengan sentra sapi di Kecamatan Bancar. Tangkapan ikan diperkirakan mencapai 9.185 ton, dari jumlah tangkapan ikan tersebut menunjukkan bahwa di kabupaten Tuban penduduk yang berprofesi sebagai nelayan cukup banyak.

Provinsi Jawa Timur juga memiliki wilayah pesisir dikabupaten Tuban, tepatnya di desa Palang Kecamatan Palang. Ibukota Kecamatan Palang berada di bibir laut utara. Jalur transportasi utama adalah jalur Semarang Surabaya. mayoritas wilayahnya adalah pesisir otomatis sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai pelaut.7

Tabel 1.1 : Nelayan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur (Sumber:

http://diskanlut.jatimprov.go.id/files/uploads/2015/04/Statistik-Perikanan-2013-Tangkap.pdf)

Setiap nelayan di Jawa timur memiliki pola kerja yang beragam. Setiap daerah memiliki kriteria yang berbeda-beda yang salah satunya disebabkan

7


(14)

6

ekogeografis setiap wilayah. Ini juga yang membedakan nelayan satu daerah tertentu dengan daerah yang lain. Adapun Pola kerja nelayan di daerah palang, berdasarkan observasi peneliti terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan waktu berlayar.Pertama nelayan yang berlayar selama 1 hari, berangkat pukul 01.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB, pola ini oleh penduduk daerah Palang disebut dengan nelayanmiyangharian. Kedua nelayan yang berlayar selama 4-10 hari tanpa bersandar di daratan, pola ini disebut miyangngebox atau ndogol. Ketiga nelayan yang berlayar selama 15 atau lebih dengan bersandar setiap hari di daratan yang dekat dengan tempat berlayarnya, pola ini disebut dengan nelayan

miyang amen atau amen petengan.

Nelayan yang berlayar dalam kisaran waktu 4 – 10 hari ini, berada dirumah untuk beristirahat dalam kisaran waktu 3-7 hari dengan keluarga mereka sebelum akhirnya mereka berlayar lagi. Sedangkan, nelayan yang memakai pola

miyang amen petengan baru pulang berlayar saat bulan purnama atau padang

mbulan dan berangkat lagi saat hilangnya rembulan atau Petengan, mudahnya

pola ini menerapkan pola kerja 15 hari kerja atau berlayar dan 15 hari pulang ke rumah.

Pendapatan para nelayan pun berbeda-beda pada setiap jenis berlayarnya. nelayan dengan pola miyang harian, mendapatkan penghasilan sekitar Rp.30.000,00 – Rp.100.000,00 per hari. Sedangkan nelayan dengan pola miyang

amen petengan, mendapatkan penghasilan sekitar Rp.500.000,00 –

Rp.2.000.000,00 tiap pulang. Berbeda lagi dengan pola miyang ngebox atau


(15)

7

Mayoritas nelayan didesa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban menggunakan pola berlayar miyang ngebox atau ndogol. Berdasarkan pembagian jam kerja sepeti itu, secara otomatis, pola komunikasi yang terbentuk antara suami dan istri nelayan memiliki keunikan tersendiri. Pembagian jam kerja diatas, menuntut para nelayan untuk lebih ekstra menjaga hubungan suami istri agar tetap utuh dan harmonis. Sebab, frekuensi komunikasi yang semakin rendah dalam keluarga, dapat menjadi salah satu sumber konflik sebuah rumah tangga.Ditambah lagi masalah pekerjaan nelayan yang sangat bergantung dengan alam. Penghasilan yang tidak menentu, acapkali juga menjadi sumber konflik dalam rumah tangga.

Seperti yang dikutip dari buku,Jaminan Sosial Nelayan, karangan Kusnadi yang mengatakan bahwa di Prigi, Trenggalek, nelayan-nelayan setempat hanya melakukan kegiatan melaut sekali dalam sehari dan tidak mau berlama-lama di laut, seperti sampai 2-3 hari, karena khawatir istrinya diganggu oleh lelaki lain. Skandal seksual istri nelayan menjadi salah satu penyebab potensial terjadinya perceraian dikalangan mereka.

Penyebab lain dari perceraian adalah nelayan yang tidak mampu memberikan nafkah ekonomi secara tertib karena penghasilan yang tidak menentu.8

Selain penyebab tersebut, sistem ngebok yang berlaku di Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban yang mengharuskan seorang nelayan menghabiskan waktunya lebih lama untuk bekerja di tengah laut daripada berada

8

Kusnadi, Jaminan Sosial, LkiS : Yogyakarta, 2007, hal 105. Diakses dari,

https://books.google.co.id/books?id=gJpr3KDAlDkC&pg=PA105&lpg=PA105&dq=perceraian+n elayan&source=bl&ots=OPF1x2630E&sig=xA4sYPTIvuZwjp0ZnOEcDEGl1k&hl=ia=X&ved=0 ahUKEwii3r2LpYbQAhWGu48KHRZiAE0Q6AEIGzAA#v=onepage&q=perceraian%20nelayan &f=false, pada tanggal 01/11/2016, pukul 03.00 WIB.


(16)

8

di rumah berkumpul bersama keluarga. Apabila dikaitkan dengan unsur komunikasi maka hal tersebut merupakan gangguan (nois) yang berdampak jarangnya komunikasi yang dilakukan oleh pasangan suami-istri nelayan Desa Palang.

Terkait hal di atas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang Komunikasi Suami-Istri Nelayan Di Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban. fenomena tersebut nantinya dianalisis dengan menggunakan teori self disclousure Johari window.

B. Fokus Penelitian

Bagaimana komunikasi suami-istri nelayan di Desa Palang Kecamtan Palang Kabupaten Tuban?

C. Tujuan Masalah

Untuk mendeskripsikan dan memahami komunikasi suami-istri nelayan di Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis : Diharapkan penilitian ini mampu menambah kekayan kajian teoritis demi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya komunikasi keluarga.

2. Praktis

a. Bagi Program Studi

Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan literatur dan referensi bagi Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UINSA serta Mahasiswa lain secara


(17)

9

umum, agar bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Komunikasi di masa mendatang.

b. Bagi Masyarakat Pesisir

Diharapkan penelitian ini bisa dimanfaatkan sebagai salah satu bahan referensi masyarakat pesisir dalam membangun komunikasi di dalam keluarga.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Penelitian pertama berjudul Pola dan Bentuk Komunikasi Keluarga Dalam Penerapan Fungsi Sosialisasi Terhadap Perkembangan Anak Di Permukiman Dan Perkampungan Kota Bekasi. penelitian ini merupakan desertasi yang digunakan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar doktor di Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bogor tahun 2011. Adapun selaku peneliti adalah Afrina Sari. Penelitian ini menggunakan survei deskriptif explanatory dan itu dilakukan di tiga kabupaten Kota Bekasi, yaitu Kabupaten Bekasi Utara, Pondok Gede Kecamatan dan Pondok Melati District. Teknik cluster random sampling proporsional diterapkan dalam penelitian. sampel dihitung menggunakan rumus Taro Yamane, yang dikenal untuk 156 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan statistik deskriptif serta statistik inferensial dan uji beda Wilcoxon dan Spearman rank untuk menentukan pola hubungan antara variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang


(18)

10

signifikan dalam penggunaan pola keluarga komunikasi, fungsi sosialisasi keluarga, pemukiman senyawa baru dan permukiman desa-seperti. Pola komunikasi keluarga digunakan bergantian dengan pola pelindung dengan pola pola pluralistik dan konsensual dengan pola laissez-faire. model komunikasi keluarga permukiman senyawa baru menunjukkan bahwa mereka menggunakan pola pelindung dikombinasikan dengan bentuk komunikasi verbal (bahasa dan kata-kata) dan komunikasi haptik nonverbal. Penggunaan pola pluralistik dalam kombinasi dengan bentuk komunikasi verbal (bahasa, kata-kata), nonverbal (ekspresi wajah, kinesik dan haptik), (kata-kata kasar dan pukulan, haptik dan kata-kata) verbal dan nonverbal. Pola konsensual dikombinasikan dengan bentuk verbal dan nonverbal komunikasi (kedekatan dan kata-kata) dan pola laissez-faire dikombinasikan dengan bentuk verbal dan nonverbal komunikasi (kata-kata kasar dan pukulan, haptic dan kata-kata). Model komunikasi keluarga di pemukiman senyawa seperti desa menunjukkan bahwa keluarga di sana digunakan pola pluralistik dikombinasikan dengan bentuk komunikasi verbal (bahasa, kata-kata), komunikasi nonverbal (ekspresi wajah), komunikasi verbal dan nonverbal (kata-kata kasar dan pukulan, haptik dan (kata-kata).

Persamaan peneltian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah mengenai konsep pola komunikasinya. Namun, terdapat berbagai perbedaan yang cukup jelas yakni dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan sosiogeografis daerah pesisir pantai bukan perumahan. Selain itu terkait dengan komunikasi keluarga dalam penelitian masyarakat pesisir yang akan dilakukan oleh peneliti hanya dibatasi pada komunikasi suami dan istri saja.


(19)

11

Sedangkan dari segi metode penelitian juga terdapat perbedaan. Penelitian masyarakat pesisir, pengumpulan datanya menggunakan wawancara (dalam artian metode kualitatif) sedangkan penelitian terdahulu ini menggunakan kuesioner (berarti menggunakan metode kuantitatif).

Penelitian Kedua berjudul Hubungan pola komunikasi dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual berisiko pada remaja di desa tridaya sakti kecamatan tambun selatan kabupaten bekasi. Penelitian ini merupakan tesis yang digunakan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar magister ilmu keperawatan Universitas Indonesia tahun 2011. Adapun selaku peneliti Nurayati yang melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan pola komunikasi dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual beresiko pada remaja di Desa Tridaya Sakti Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Desain penelitian Descriptive correlational secara cross sectional. Responden yang berjumlah 106 remaja. Tehnik pengambilan sampel purposive sampling. Hasil studi ini menunjukan hubungan pola komunikasi dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual berisiko di Desa Tridaya Sakti. Hasil studi ini menunjukan ada hubungan umur, jenis kelamin dan pola komunikasi dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual berisiko di Desa Tridaya Sakti. Penelitian ini merekomendasikan perlu adanya komunikasi yang terbuka dan adanya tata aturan keluarga yang jelas dalam pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah terkait konsep pola komunikasinya, serta pendekatan penelitian yang menggunakan kualitatif.


(20)

12

Namun pendekatan penelitian diatas juga menghubungkan beberapa variabel sehingga pendekatannya adalah korelatif deskriptif. Hal ini membedakan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yang hanya mendeskripsikan sebuah peristiwa.

Penelitian Ketiga berjudul Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak (Studi Kasus Penerapan Pola Komunikasi Keluarga dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Emosi Anak pada Keluarga Jawa). Penelitian ini merupakan Jurnal Ilmu Komunikasi dari Staf pengajar pada Program Studi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” Yogyakarta Volume 2, Nomor 1,Juni 2005: 67-78. Adapun selaku peneliti adalah Yuli Setyowati. Jenis penelitian ini mengambil strategi atau metode kualitatif deskriptif dengan interpretasi mendalam terhadap temuan-temuan lapangan berdasarkan fakta yang ada mengenai informasi perkembangan emosi anak yang dihasilkan dari penerapan pola komunikasi keluarga. Sedangkan Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis interaktif (Miles dan Huberman, 1992) yang terdiri dari tiga komponen pokok yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitianmengungkapkan bahwaPenerapan pola komunikasi keluarga sebagai bentuk interaksi antara orang tua dengan anak maupun antaranggota keluarga memiliki implikasi terhadap proses perkembangan emosi anak. Dalam proses komunikasi tersebut, anak akan belajar mengenal dirinya maupun orang lain, serta memahami perasaannya sendiri maupun orang lain.Pola komunikasi yang demokratis dan interaktif secara kultural pada akhirnya akan menentukan keberhasilan proses sosialisasi pada anak. Proses sosialisasi menjadi


(21)

13

penting karena dalam proses tersebut akan terjadi transmisi sistem nilai yang positif kepada anak. Sistem nilai dalam budaya Jawa yang disosialiasikan kepada anak, banyak memberikan pengaruh positif terhadap pembentukan dan perkembangan emosi anak. Dalam hal ini adalah sistem nilai yang berhubungan dengan kualitas-kualitas emosi anak, antara lain nilai-nilai tentang sikap hormat, tata krama atau sopan-santun, kesabaran dalam menyelesaikan masalah masalah, serta toleransi yang menjadi dasar terbentuknya sikap empati anak. Dengan demikian, anak-anak akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang cerdas, baik secara intelektual maupun emosional, yang akhirnya menjadi dasar bagi kecerdasan yang lain, yaitu kecerdasan sosial, moral, dan spiritual.

Persamaannya dengan penelitian ini kembali terkait konsep pola komunikasi keluarga dengan metode penelitian kualitatif. Yang membedakan yakni cara analisis yang dalam penelitian diatas menggunakan teori analisis interaktif miles dan huberman sedangkan dalam penalitian ini menggunakan teori self disclosure (Johari Window).

Peneletian keempat berasal dari buku Pembangunan Wilayah Pesisir Terpadu (Strategi Mengatasi Kemiskinan Nelayan) milik Kusnadi. Penelitian ini berdasarkan hasil riset dengan implementasi pendekatan pembangunan terpadu mampu menyelesaikan secara komprehesif masalah kemiskinan nelayan, dibandingkan dengan pendekatan pembangunan sektoral.Hasil penelitian ini berkaitan dengan kemiskinan nelayan merupakan masalah yang kompleks dan tidak dapat di pahami hanya dari satu pendekatan untuk mengatasinya.


(22)

14

Dari penelitian diatas, peneliti memperoleh informasi tentang penerapan kebijakanpembangunan selama ini dan kondisi sosial ekonomi pada desa yang dieliti. Dengan mengacu pada pedekatan pembangunan wilayah terpadu, penulis mencoba merumuskan model pembangunan yang dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah kemiskinan agar kehidupan nelayan lebih sejahtera.

Peneletian kelima berasal dari buku pemberdayaan perempuan pesisir (pengembangan sosial-ekoomi masyarakat melalui budidaya rumput laut) milik Kusnadi. Penelitian ini berdasarkan kajian etnografi tentang kedudukan dan peranan perempuan pesisir di sebuah desa nelayan di pesisir Selat Madura, Jawa Timur.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan pesisir dalam kegiatan ekoomi budidaya rumput laut memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan rumah tangganya. Meskipun demikian, harapan meraih impian hidup yang layak bisa kandas jika kegiatan budidaya rumput laut terhenti total karena kondisi iklim-cuaca yang tidak mendukung. Oleh karena itu berbagai upaya kreatif harus terus dilakukan untuk megelola potensi sumber daya ekonomi lokal yang tersedia, sehingga tercipta peluang-peluang kerja baru. Perempuan pesisir harus memeliki pegetahuan, kemampuan, dan ketrampilan untuk memberdayakan rumah tangga dan masyarakatnya agar mereka tidak mudahterjerat oleh kemiskinan dantekanan sosial-ekonomi lainnya. Gambaran mengenai perempuan dalam kehidupan nelayan dalam penelitian diatas sangat bermanfaat bagi peneliti memahami sosiokultural nelayan, salah satunya berkaitan dengan gender.


(23)

15

F. Definisi Konsep Penelitian

Judul Penelitian yang dibuat peneliti adalah pola komunikasi keluarga nelayan . Dari judul ini disadari kiranya ada penjelasan kata-kata atau istilah agar mudah dipahami. Oleh karena itu disini ditemukan batasan-batasan makna yang terdapat dalam judul tersebut, yakni sebagi berikut:

1. Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin communicatio yang bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang di komunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu.9

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchana Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi teori dan Praktek”, ilmu komunikasi adalah “Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”.10

Ungkapan Carl. I. Hovland yang serupa menjelaskan komunikasi sebagai “The process by which an individual (the communication) transmits stimuli

9

Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2001) hal. 4

10

Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. ( Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002) hal.10


(24)

16

(usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicates).11

Lasswell dalam karyanya, the sructure and function of communication in

Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan

komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut Who – Say What – In

Which Channel – To whoam – With What Effect? Jadi menurut paradigma

tersebut, Laswell mengartikan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui media yang menimbulkan efek tertentu.12

Jadi proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain baik pesan itu berupa pesan verbal ataupun non verbal, disampaikan melalui media atau tidak, yang mana pesan itu ditujukan agar menghasilkan efek baik kognitif, afektif maupun konatif.

Adapun unsur-unsurunsur Komunikasi antara lain;

pertama; sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoding), komunikator, pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh menjadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau negara. Kedua; Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai,

11

Onong Uchjana Effendy. Hubungan Masyarakat suatu Tinjauan Komunikologis, cet.1. (Bandung; Remaja Rosdakarya) hal.63

12


(25)

17

gagasan, atau maksud sumber tersebut. Ketiga; saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesanya kepada penerima. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah 2 saluran, yaitu cahaya dan suara. Keempat; penerima (receiver) sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate, penyandi balik (decoder) atau khalayak, pendengar (listener), penafsir (interprenter), yaitu orang yang menerima dari sumber. Berdasarkan pengalaman masalalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang ia terima. Kelima; efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya terhibur, menambah pengetahuan,perubahan sikap, atau bahkan perubahan perilaku. Kelima unsur tersebut diatas sebenarnya belum lengkap, bila dibandingkan dengan unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam model-model yang lebih baru. Unsur-unsur yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan komunikasi (noise), dan konteks atau situasi komunikasi.13

2. Keluarga Nelayan (Suami-Istri)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan14. Sehingga yang dimaksud keluarga nelayan dalam penilitian ini adalah keluarga yang

13

Riswandi, ilmu komunikasi, (Jogjakarta : Graha Ilmu, 2009), hlm. 4.

14Sugeng Iwan, Pengasuh anak dalam Keluarga “The Next Lost Generations”(Semarang: Andi,


(26)

18

menggantungkan pemasukan ekonomi terbesar dari hasil laut. Atau keluarga yang kepala keluarganya berprofesi sebagai nelayan.

Lebih fokus lagi, keluarga nelayan yang dimaksud terdiri dari suami dan istri. Anak yang juga termasuk dalam konsep keluarga tidak menjadi bagian dalam penelitian ini. Sebab, hubungan suami istri dan hubungan orang tua dengan anak adalah hubungan yang berbeda. Sehingga akan memunculkan dua pola komunikasi, pola komunikasi suami istri dan pola komunikasi orang tua dengan anak. Maka dari itu, penelitian ini lebih fokus memahami pola komunikasi antara suami dengan istri nelayan.


(27)

19

G. Kerangka Pikir Penelitian

Bagan 1.1 kerangka pikir penelitian

Interaksi sosial adalah hubungan antara 2 induvidu atau lebih, dimana kelakuan induvidu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan induvidu yang lain atau sebaliknya15. Tidak hanya dengan keluarga seseorang perlu berkomunikasi antarpribadi. Berkomunikasi dengan masyarakat pun itu sangat penting sekali bagi pembentukan kepribadian keluarga. Interaksi sosial yang sudah dijelaskan diatas itu adalah sebuah bentuk komunikasi kita dengan masyarakat sehingga kita bisa mendapatkan pelajaran maupun pesan-pesan yang baru yang bisa kita peroleh dari masyarakat sekitar.

Komunikasi keluarga nelayan adalah termasuk komunikasi antarpribadi yang dilakukan didalam sebuah keluarga. Komunikasi antarpribadi adalah proses penyampaian pesan antara komuikator (orang yang menyampaikan pesan) kepada

15

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta : Rineka Cipta 1991 ), hlm. 54 Interaksi Sosial

Noise

Suami Istri

Sistem Ngebok desa Palang

Komunikasi Interpersonal


(28)

20

komunikan (orang yang menerima pesan) dengan tujuan memberikan informasi dan juga mempengaruhi komunikan agar menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga setelah pesan itu disampaikan bisa berupa perilaku komunikan dan juga diharapkan feedback dari komunikan untuk menambah pesan yang disampaikan komunikator.

Dari uraian yang diatas keluarga nelayan adalah sebuah kelompok kecil yang sangat banyak pengaruhnya jika komunikasi antarpribadi berjalan sesuai yang diharapkan dalam keluarga nelayan. Oleh karena itu kehidupan keluarga yang harmonis perlu dibangun sistem keluarga yang kondusif yang penuh rasa sayang, nyaman, tenang komunikasi yang terbuka dan jujur. sehingga dalam intitusi yang penting untuk suatu cara untuk memandang komunikasi adalah sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan lambang-lambang tersebut, oleh karena itu komunikasi diharapkan dapat membawah hasil pertukaran informasi dan saling pengertian diantara orang-orang. Jadi ukuran manajemen komunikasi antarpribadi adalah bahwa informasi disampaikan, dan hubungan dibangun.16

Dari kerangka pikir yang sudah dibuat diatas, teori komunikasi yang peneliti gunakan adalah teori Self Disclosure yakni teori pembukaan diri atau pengungkapan diri. Sidney Jourard menandai sehat atau tidaknya komunikasi pribadi dengan melihat keterbukaan yang terjadi didalam komunikasi. Mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagi ukuran dari hubungan ideal. Josepph Luft mengemukakan teori self disclosure lain yang didasarkan pada model interaksi manusia, yang disebut Johan Window. Menurut

16


(29)

21

Luft, orang memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain, dan tidak diketahui oleh siapa pun17.

Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagi jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya.18 Pengungkapan diri biasanya dilakukan seseorang untuk menyampaikan informasi yang bersifat pribadi pada orang yang dianggap dekat.

Dalam teori diatas antara suami dan istri nelayan menjalankan apa yang dimaksud dalam teori sebagai pengungkapan diri baik itu dalam keluarga ataupun dalam masyarakat luas, jika pengungkapan diri tidak dilakukan maka akan senantiasa muncul rasa tidak percaya dan saling cemburu yang akan mengakibatkan pertengkaran. Apa yang diharapkan dalam rumah tangga yang harmonis akhirnya tidak tercapai karena dalam menjalin kebahagiaan dalam keluiarga dibutuhkan pengungkapan diri dan keterbukaan.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan etnografi. Istilah etnografi berasal dari kata etno (bangsa) dan grapy (menguraikan), jadi etnografi lazimnya bertujuan menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya, baik yang bersifat material seperti artefak budaya (alat-alat, pakaian, bangunan dan sebagainya) dan yang bersifat abstrak, seperti pengalaman, kepercayaan, norma, dan sistem nilai

17

Burhan Bugin, Sosiologi Komunikasi,( Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2006 ), hlm. 262

18


(30)

22

kelompok yang diteliti. Uraian tebal (thick description) merupakan ciri utama etnografi.19

Menurut Frey et al.,20 etnografi digunakan untuk meneliti prilaku manusia dalam lingkungan spesifik alamiah. Etnografer berusaha menangkap sepenuh mungkin, dan berdasarkan perspektif peneliti orang yang diteliti, cara orang menggunakan simbol dalam konteks spesifik. Etnografi sering dikatakan dengan “hidup secara intim dan untuk waktu yang lama dengan suatu komunitas pribumi yang diteliti yang bahasannya dikuasai peneliti.21

Meskipun metode berperan-serta ini dibedakan dengan wawancara mendalam (termasuk wawancara sejarah hidup) dan analisis dokumen, sering istilah pengamatan berperan-serta mencakup kedua teknik penelitian yang disebut belakangan. Kenyataannya, pengamatan berperan-serta bukanlah suatu metode tunggal. Tidak selalu jelas apa saja yang tercakup dalam metode pengamatan berperan-serta, bagaimana prosedurnya dan teknik-tekniknya. Tetapi kebanyakan pakar sepakat bahwa pengamatan berperan serta juga mencakup teknik-tekinik diatas.

Penelitian ini dilakukan di keluarga nelayan Desa Palang Kecamatan Palang. Dalam melakukan penelitian dengan metode etnografi, peneliti mengamati turut berperan serta dalam kegiatan yang dilakukan keluarga nelayan. Dipandang dari persepaktif subjektif, pengamatan berperan-serta

19

Thomas R.Lindrof.Qualitative Communication Research Methods. (Thousand Oaks: Sage 1995), hlm. 20

20

Lawrence R. Frey dkk. Interpreting Communication Research : (A case Study Approach. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, 1992), hlm. 7

21

Thomas R.Lindrof.Qualitative Communication Research Methods. (Thousand Oaks: Sage 1995), hlm. 20


(31)

23

terutama cocok untuk penelitian eksploratori, penelitian deskriptif dan penelitian yang bertujuan menghasilkan interpretasi teoretis mengenai perilaku manusia berdasarkan kehidupan mereka sehari-hari, seperti dalam kehidupan keluarga nelayan ini. Kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang menafsirkan lingkungan mereka terima begitu saja.

Sedangkan jenis penelitiannya menggunakan deskritif kualitatif, dimana peneliti mendeskripsikan dan mengkonstruksi wawancara-wawancara mendalam terhadap subjek penelitian.

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

a. Subjek: Informan yang akan memberikan informasi dalam hal ini adalah keluarga nelayan yang berada dii desa palang, kecamatan palang kabupaten tuban. yang dipilih berdasarkan kaegori ngebog yaitu nelayan yanglama berlayarnya yakni 4-10 hari sekali sandar.

b. Objek : Objek penelitian ini adalah pola komunikasi keluarga nelayan. Adapun pola komunikasi tersebut adalah komunikasi yang mana pihak yang terlibat yakni suami dan istri.

c. Lokasi Penelitian : Penelitian dilaksanakan, di Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban. Lokasi ini dipilih karena; (1) lokasi ini dinilai representatif dengan judul penelian, (2) lokasi ini memiliki nelayan dengan kategori ngebog yang cukup banyak. (3) desa palang merupakan desa tempat tinggal peneliti, ini mempermudah memahami dalam wawancara dan keikut sertaan mendalam sebagai teknik keabsahan data sangat mungin untuk dilakukan.


(32)

24

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

1) Data Primer

Data primer, yaitu diperoleh melalui sumber dimana biasanya dilakukan dalam dua cara yakni:

a) Observasi

Peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

b) Indepth Interview (Wawancara Mendalam)

Penulis melakukan wawancara mendalam secara langsung dengan pihak yang dianggap dapat memberikan (informan) dan berkompeten sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini. 2) Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan membaca literatur, buku-buku bacaan dan tulisan ilmiah yang berkaitan dan relevan dengan objek penelitian yang akan diteliti.

b. Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber sebagai berikut. Dalam pembahasannya Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lain-lainnya. Secara umum sumber data penelitian kualitatif adalah tindakan dari pendekatan manusia dalam


(33)

25

suatu yang bersifat alamiah. Sumber data lain ialah bahan-bahan pustaka, seperti dokumen, arsip, Koran, majalah, buku, laporan tahunan dan lain sebagainya. Jenis data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

a) Data Premier

Data dalam penelitian ini diperoleh secara lansung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya.22 Dari data primer, peneliti mengetahui pola dan komunikasi yang dilakukan. Dalam teknik pengumpulan data di lapangan, peneliti menggunakan sumber data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan atau informasi.

b) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan. Data ini biasanya digunakan untuk melengkapi data primer, mengingat bahwa data primer dapat dikatakan sebagai data praktek yang ada secara langsung dalam praktek di lapangan karena penerapan suatu teori.23 Data sekunder juga bisa bermakna data yang bersumber dari bahan bacaan.24

Data ini digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang baru dan berguna sebagai pelengkap informasi yang telah

22

P.Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:Rineka Cipta,2004),hlm.87.

23

Ibid Hal 87-88

24


(34)

26

dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Disamping itu data ini juga dapat memperkuat penemuan atau pengetahuan yang telah ada. 4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini secara garis besar, ada 3 tahapan peneliti lakukan: a. Tahap Pra Lapangan

Menyusun rancangan penelitian

Tahap pra-lapangan yang dilakukan pertama kali adalah menyusun rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang dimaksud adalah penyusunan proposal penelitian yang terdiri dari judul penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

b. Memilih tempat penelitian

Dalam memilih lapangan penelitian, peneliti datang langsung pada subyek penelitian. Adapun lokasi penalitian ini yakni berada di desa Palnag kecamatan Palang kabupaten tuban. Lokasi ini merupakan desa dengan mayoritas pekerjaan sebagai nelayan. Kondisi ini bersesuaian dengan penelitian ini yang menjadikan nelayan dan istrinya sebagai subyek penelitian.

c. Menjajaki dan menilai lapangan

Tahap ini belum sampai pada titik yang menyingkapi bagaimana peneliti masuk ke lapangan atau mulai mengumpulkan data. Tahap ini barulah merupakan orientasi lapangan, namun dalam hal-hal tertentu


(35)

27

peneliti telah menilai keadaan lapangan. Dalam menjajaki dan menilai lapangan, dilakukan peneliti guna membuat latar belakang penelitian dengan membuat kategori pola kerja nelayan yakni terdiri dari 3 kategori antara lain; (1) miyangharian, (2) miyangngebox, (3) ndogol.

d. Memilih informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

Menyiapkan perlengkapan penelitian Peneliti menyiapkan perlengkapan penelitian, berupa surat penelitian yang dilengkapi proposal penelitian serta alat-alat tulis dan peralatan lain yang mendukung peneliti dalam mengumpulkan data seperti kamera dan alat perekam suara.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan beberapa metode dalam teknik pengumpulan datanya, adapun metode-metode tersebut adalah:

a. Metode Observasi

Metode pengamatan (Observasi) adalah teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya. Dalam metode ini, peneliti tidak berinteraksi langsung dengan objek datanya, tetapi hanya mengobservasi saja, maka metode ini baik untuk mengamati suatu proses, kondisi, kejadian-kejadian atau perilaku


(36)

28

manusia.25 Metode observasi digunakan oleh peneliti lebih ditonjolkan pada kebenaran dari apa yang disampaikan istri pada saat wawancara. b. Metode wawancara mendalam

Metode ini adalah sebuah proses memperoleh keterangan unuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan informan, guna mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan benar. Wawancara mendalam ini difokuskan pada pihak suami yang nantinya bisa dianggap sebagai korban dalam komunikasi keluarga nantinya.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan mengumpulkan barang-barang tertulis.26Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk menggali data sekunder. Ini diharapkan dapat menunjang data primer.

6. Teknik Analisis Data

Pada tahap teknik analisis data ini peneliti menggunakan model analisis data berlangsung atau mengalir sepeti yang dikemukaan oleh Milles dan Huberman27, berikut tahapan yang peneliti lakukan pada proses analisis data kali ini.

25

Jogiyanto H. M, Metode Penelitian Bisnis, (Yogyakarta: BPFE, 2007) hlm. 89-90

26

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta Rineka Cipta, 1993), hlm. 158

27

Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah: Panduan berbasis Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan (Jakarta : GP Press 2007 ), hlm. 41-142


(37)

29

a. Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatancatatan lapangan tertulis. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara kualitatif. Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis. Pilihan-pilihan peneliti potongan-potongan data untuk diberi kode, untuk ditarik ke luar, dan rangkuman pola-pola sejumlah potongan, apa pengembangan ceritanya, semua merupakan pilihan-pilihan analisis. Reduksi data adalah suatu Bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.28

b. Display data

Langkah kedua dari kegiatan analisis data adalah model data. Kita mendifinisikan “model” sebagai suatu kumpulan informasi yang tersususn yang membolehkan pendeskripsikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melihat sebuah tayangan membantu kita memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatu analisis lanjutan atau tindakan didasarkan pada pemahaman tersebut. Bentuk yang

28

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 129-130


(38)

30

paling sering dari model data kualitatif selama ini adalah teks naratif.29

c. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masi bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahapawal, didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.30

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah:

29

Ibid, hal 131.

30

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D, (Bandung Alfabeta, 2009), hlm. 252


(39)

31

a. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan sampai ke jenuhan pengumpulan data tercapai.31 Perpanjangan keikutsertaan dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.

b. Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konsisten atau tentatif.32

c. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.33

I. Sistematika Pembahasan

Hasil penelitian ini akan ditulis dalam 5 bab, masing-masing bab dibahas dan dikembangkan dalam beberapa sub bab. Secara sistematis sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan tentang konteks permasalahan yang merupakan gambaran fenomena yang mendasari penelitian dalam melakukan penelitian, dirumuskan pada dokus penelitian, memberikan batasan pada masalah yang diteliti yang dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORITIS Pada bab ini merupakan penjelasan definisi dari beberapa kajian tentang komunikasi efektif antarpribadi. Selanjutnya penjelasan

31

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) hlm 327

32

Ibid, hal. 329

33


(40)

32

beberapa teori yang digunakan peneliti sebagai landasan dalam melakukan penelitian yang dijelaskan dalam kajian teori.

BAB III : PENYAJIAN DATA Dalam bab ini peneliti mendeskripsikan mengenai subjek atau informan yang memberikan informasi yang dibutuhkan penulis, mendeskripsikan objek kajian yang berkaitan dengan ilmuan yang diteliti begitu juga penulis menceritakan wilayah yang diteliti.

BAB IV : ANALISA DATA Dalam bab ini peneliti mengemukakan temuan-temuan dari hasil analisis dan kemudian mengkonfirmasikan hasil temuan-temuan dengan teori-teori yang dipakai dalam penelitian.

BAB V : PENUTUP Bab ini meliputi kesimpulan, kritik, saran dan rekomendasi dan lampiran.


(41)

BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTANG KOMUNIKASI SUAMI-ISTRI NELAYAN DAN KETERBUKAAN BERDASARKAN TEORI SELF

DISCLOUSURE

A. Pola Komunikasi Keluarga

Pengertian komunikasi istilah “komunikasi” (bahasa inggris “communication” berasal dari bahasa latin “ communicates” atau communication atau communicare yang berarti “berbagi” atau menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan (riswandi. 2009)

Sedangkan pola komunikasi biasa disebut juga sebagai model tetapi maksudnyasama, yaitu system yang terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan keadaan masyarakat.

Pola adalah bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu set peraturan) yang biasa di pakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika yang di timbulkan cukup mencapai suatu sejenis untuk pola dasar yang dapat di tunjukan atau Terlihat.

Pola komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang di cakup beserta keberlangsunganya, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis ( effendy, 1989). Komunikasi adalah salah satu bagian dari hubungan antar manusia baik individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari (effendy, 1986) dari pengertian ini jelas


(42)

34

bahwa komunikasi melibatkan sejumlah Orang dimana seorang menyatakan sesuatu kepada orang lain, jadi yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia itu.komunikasi berawal dari gagasan yang ada pada seseorang, gagasan itu di olahnya menjadi pesan dan di kirimkan melalui media tertentu kepada orang lain sebagai penerima. Penerima pesan, dan sudah mengerti pesannya kepada pangirim Pesan.dengan menerima tanggapan dari si penerima pesan itu, pengirim pesan dapat menilai efektifitas pesan yang di kirimkannya.berdasarkan Tanggapan itu, pengirim dapat mengetahui apakah pesannya di mengerti dan sejauh mana pesanya di mengerti oleh orang yang di kirimi pesan itu.

Sedangkan pola komunikasi menurut effendy, 1986 pola komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang di cakup beserta keberlangsunganya, guna memudahkan Pemikiran secara sistematik dan logis.komunikasi adalah salah satu bagian dari hubungan antar manusia baik individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari (effendy, 1986) dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seorang menyatakan sesuatu kepada orang lain, jadi yag terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia itu. Pola komunikasi dibagi menjadi tiga yaitu,komunikasi satu arah, komunikasi dua arah dan komunikasi multi arah. 1. Bentuk-bentuk pola komunikasi

Pola dalam kamus bahasa Indonesia berarti sistem atau tata kerja. Adapun istilah sistem secara umum adalah suatu susunan yang terdiri atas pilihan berdasarkan fungsinya, individu-individu yang mendukung membentuk kesatuan utuh. Tiap individu dalam sistem saling bergantung dan saling


(43)

35

menentukan.1 Pola komunikasi ialah suatu sistem penyampaian pesan melalui lambang (symbol) tertentu, yang mengandung arti, serta system penciptaan makna untuk mengubah tingkah laku individu yang lain. Penggunaan pola komunikasi mempengaruhi efektivitas proses komunikasi.

Teori tentang pola komunikasi secara jelas belum pernah menjadi kajian oleh para ilmuan, akan tetapi model komunikasi pernah disinggung oleh Soreno dan Mortense yang mendifinisikan model komunikasi sebagai deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk komunikasi.2 Artinya model komunikasi muncul sebagai bagian dari adanya interaksi komunikasi yang dilakukan individu maupun kelompok. Beberapa model komunikasi yang dimaksud dalam tulisan ini merujuk pada dua model komunikasi yakni model komunikasi linear dan sirkular.

Model komunikasi linear ialah model dasar komunikasi yang memiliki ciri sebuah proses yang hanya terdiri dari satu garis lurus, proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Model komunikasi ini digunakan dalam melihat proses komunikasi struktural antara Pimpinan dan Karyawan. Adapun komunikasi sirkular adalah model dasar komunikasi yang ditandai adanya unsur feadback. Hal ini berarti proses komunikasi tidak berawal dari satu titik dan berakhir pada titik yang lain.3

Pola komunikasi merupakan bentuk-bentuk komunikasi untuk mempengaruhi melalui sinyal atau simbol yang dikirimkan dengan cara

1

Riyono Praktikto, Jangkauan Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1983), hal.10

2

Sam Abede Pareno, Kuliah Komunikasi, (Surabaya, Papyrus, 2002),hal.22

3

Lihat, out line materi ilmu komunikasi.,


(44)

36

mengajak secara bertahap maupun sekaligus, pola komunikasi di sini akan lebih mempunyai arti jauh ketika dikaitkan dengan prinsip-prinsip komunikasi dalam merealisasikan bentuk komunikasi.

Komunikasi berdasarkan bentuknya, dibagi kepada:

1. Komunikasi Antar Personal atau yang lebih dikenal dengan Interpersonal: komunikasi yang terjadi antar komunikator dengan komunikan secara langsung dengan cara berhadapan muka atau tidak. Komunikasi seperti ini lebih efektif karena kedua belah pihak saling melancarkan komunikasinya dan dengan feedback keduanya melaksanakan fungsi masing-masing, 2. Komunikasi Kelompok : adalah komunikasi yang terjadi anatara seseorang

dan kelompok tertentu. Komunikasi kelompok dapat dipetakan menjadi 3 kelompok komunikasi.4 yaitu;

a) Small groups (kelompok yang berjumlah sedikit) Kelompok kecil

merupakan komunikasi yang melibatkan sejumlah orang dalam interaksi satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat berhadapan. Ciri-ciri kelompok seperti ini adalah kelompok komunikan dalam situasi berlangsungnya komunikasi mempunyai kesempatan untuk memberikan tanggapan, dalam hal ini komunikator dapat berinteraksi atau melakukan komunikasi antar pribadi.

b) Medium groups (agak banyak) Komunikasi dalam kelompok sedang

lebih mudah karena dapat diorganisir dengan baik dan terarah, misalnya

4


(45)

37

komunikasi antara satu bidang dengan bidang yang lain dalam organisasi atau perusahaan.

c) Large groups (jumlah banyak) Kelompok besar merupakan komunikasi

yang melibatkan interaksi antara kelompok dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Komunikasinya lebih sulit dibandingkan dengan dua kelompok di atas karena tanggapan yang diberikan komunikan lebih bersifat emosional.

3. Komunikasi Massa: adalah komunikasi yang menggunakan media sebagai alat atau sarana bantu, biasanya menggunakan media elektronik seperti Televisi, Radio, Surat kabar, Majalah dan lain-lain. Karakteristik media massa antara lain:

a) Pesan-pesan yang disampaikan terbuka untuk umum.

b) Komunikasi bersifat heterogen, baik latar belakang pendidikan, asal daerah, agama yang berbeda, kepentingan yang berbeda.

c) Media massa menimbulkan keserempakan kontak dengan sejumlah besar anggota masyarakat dalam jarak yang jauh dari komunikator.

d) Hubungan komunkator - komunikan bersifat interpersonal dan non pribadi.

Dari pemaparan yang ada tentang pola dan bentuk komunikasi maka setidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur komunikasi harus mampu menjadi sebuah pemahaman yang berarti ketika kita mencoba untuk berkomunikasi baik antar pribadi, interpersonal, kelompok atau massa, sisi lain yang harus diperhatikan


(46)

38

dalm menjalankan pola komunikasi harus menggunakan prinsip-prinsip komunikasi sebagai kajian terhadap kondisi psikologi komunikan yang kita hadapi.

Pada teori komunikasi terdapat jenis-jenis komunikasi dan dapat digolongkan menjadi 5 katagori jenis komunikasi antara lain yaitu; 1) Komunikasi lisan dan tertulis.

Dasar dari penggolongan komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan yang disampaikan, pada komunikasi antar pribadi komunikasi jenis ini yang paling banyak dilakukan.

2) Komunikasi verbal dan non verbal.

Jenis komunikasi ini berlaku apabila dua orang berinteraksi, maka informasi mengenai perasaan dan gagasan-gagasan yang timbul akan dikomunikasikan. Informasi mengenai perasaan seseorang dikemukakan secara lisan melalui apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya, arti dan kata atau kalimat diperjelas melalui intonasi bicara, komunikasi dapat dilihat dari perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan menggunakan bahasa isyarat non verbal atau melalui bahasa tubuh yaitu, ekspresi, gerakan, isyarat, posisi badan. 3) Komunikasi ke bawah, ke atas dan ke samping.

Penggolongan komunikasi linear ini didasarkan pada arah aliran pesanpesaninformasi dalam suatu organisasi. Dalam komunikasi ini pada umumnya bersifat formal, menggunkan tata cara dan aturan, sebagaimana dilakukan antara karyawan dan pimpinan


(47)

39

organisasi. Pemimpin dalam komunikasinya menggunakan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, penjelas-penjelas kepada bawahan dan karyawannya. Sebaliknya karyawan dan juga bawahan dalam berkomunikasi dengan pimpinannya ketika memberi laporan-laporan, pengaduan-pengaduan dan lain-lain tidak menghilangkan derajatnya sebagai bawahan. Sedangkan kesamping, antara karyawan dengan karyawan komunikasi bisa berlangsung secara formal dan non formal. 4) Komunikasi Formal dan Informal.

Komunikasi dalam organisasi juga dapat digolongkan menjadi formal dan informal, dasar penggolongan ini adalah gaya, tata krama dan pola aliran informasi di dalam oraganisasi. Proses komunikasi formal terjadi ketika informasi dikirim kemudian ditransfer melalui pola hirarki kewenangan organisasi yang sudah diterapkan dalam struktur organisasi. Sedangkan informal, antara para karyawan terjadi komunikasi yang tidak terbatas dan bebas.

5) Komunikasi satu arah dan dua arah.

Jenis komunikasi ini berbeda dalam hal ada tidaknya kesempatan bagi komunikan untuk memberi reaksi maupun respon dan tanggapan terhadap pesan-pesan dan informasi yang dikirim komunikator.5

5


(48)

40

Menurut effendy, 1989:32 pola komunikasi terdiri atas 3 macam yaitu :

1. Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun Tanpa media, tampa ada umpan balik dari komunikan dalamhal ini komunikan bertindak sebagai pendengar saja.

2. Pola komunikasi dua arah atau timbale balik (two way traffic aommunication) yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling Tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi. Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan Adalah komunikator utama, komunikator utama mempunyai tujuanTertentu melalui proses komunikasi tersebut, prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung. (siahaan, 1991) 3. Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam

satu Kelompok yang lebih banyak di mana komunikator dan komunikanakan saling bertukar pikiran secara dialogis.

4. Komunikasi keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. (Kurniadi, 2001: 271). Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan.


(49)

41

Berkaia dega keluarga da komuikasi erdapa dua baasa peig erkai dasar-dasar komuikasi dalam keluarga yaki kompoe komuikasi da keberasila komuikasi.

Komponen Komunikasi

Berdasarkan pengertian komunikasi diatas, jika dilakukan analisis dengan cermat, ditemukanlah sejumlah komponen komunikasi yang menjadi unsur - unsur utama untuk terjadinya proses komunikasi. Unsur – unsur tersebut adalah komunikator sebagai pengirim pesan, pesan yang disampaikan, dan komunikan sebagai penerima pesan dari si pengirim.

Dalam kegiatan perkomunikasian, ketiga komponen itulah yang berinteraksi. Ketika suatu pesan disampaikan oleh komunikator dengan perantaraan media kepada komunikan, maka komunikator memformulasikan pesan yang akan disampaikannya dalam bentuk kode tertentu, yang sedapat mungkin dapat ditafsirkan oleh komunikan dengan baik. Berhasil tidaknya komunikasi atau tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung ketiga komponen tersebut. Proses komunikasi dapat diilustrasikan seperti dibawah

Feedback merupakan tanggapan penerima terhadap pesan yang diterima dari pengirim. Umpan balik dapat berupa tanggapan verbal maupun nonverbal. Dipandang dari efektivitas komunikasi dan akibat komunikasi pada penerima, umpan balik dapat negatif dan positif. Umpan balik negatif


(50)

42

aadalah umpan balik yang menunjukkan bahwa penerima pesan tidak dapat menerima dengan baik pesan yang diterimanya. Umpan balik negatif dapat benar, tetapi juga dapat salah. Benar jika isi atau cara penyampaiannya pesan dilakukan secara benar, serta penafsiran dan penerjemahan penerima pesan juga benar. Umpan balik positif, bila tanggapan penerima menunjukkan kesediaan untuk menerima dan mengerti pesan dengan baik serta memberi tanggapan sebagaimana diinginkan oleh pengirim. Umpan balik positif, membuat komunikasi berlanjut, urusan ditanganni, dan hubungan antara pengirim dan penerima tetap atau bertambah baik. Setelah umpan balik diterima oleh pengirim itulah komunikasi secara penuh terjadi, secara bergantian peran penerima pesan berubah menjadi pengirim pesan, dan pengirim pesan berubah menjadi penerima pesan. Akibat dari pesan yang disampaikan, saluran serta situasi komunikasi ikut berubah-ubah pula. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan mendatangkan dampak bagi pengirim maupun kepada penerima, baik berupa dampak pada fisik, seperti kehangatan saat berjabat tangan; dampak pada emosional, seperti waktu hati menjadi gembira atau susah; dampak kognitif, seperti bertambahnya pengetahuan karena menerima informasi baru, atau gabungan dari dampak – dampak itu. ( Agus, 2007 : 18 ).

Dilihat dari proses komunikasi, komunikasi dapat dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang


(51)

43

menggunakan isyarat, gerak – gerik, gambar, lambang, mimik muka, dan lain sebagainya. ( Syaiful Bahri Djamarah, 2004 : 13 ).

Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian (Dikutip dari Achdiat, 1997: 30). Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan pengertian. Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memprakarsai dan memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif. Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan (Friendly: 2002; 1)

Keberhasilan Komunikasi

Ketercapaian tujuan komunikasi merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan itu tergantung dari berbagai faktor sebagai berikut :

1. Komunikator

Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kepercayaan penerimaan pesan pada komunikator serta keterampilan komunikator dalam melakukan komunikasi menentukan keberhasilan komunikasi.


(52)

44

2. Pesan yang disampaikan

Keberhasilan komunikasi tergantung dari : a. Daya tarik pesan.

b. Kesesuaian pesan dengan kebutuhan penerima pesan.

c. Lingkup pengalaman yang sama antara pengirim dan penerima pesan tentang pesan tersebut.

d. Peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima pesan. 3. Komunikan

Keberhasilan komunikasi tergantung dari : a. Kemampuan komunikasi menafsirkan pesan.

b. Komunikan sadar bahwa pesan yang diterima memenuhi kebutuhannya.

c. Perhatian komunikan tehadap pesan yang diterima. 4. Konteks

Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif ( nyaman, menyenangkan, aman, menantang ) sangat menunjang keberhasilan komunikasi.

5. Sistem penyampaian

Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang sesui dengan berbagai jenis indra penerima


(53)

45

pesan yang kondisinya berbeda – beda akan sangat menunjang keberhasilan komunikasi.6

A. Kelurga nelayan dan komunikasi

Keluarga nelayan merupakan paduan dari dua kata keluarga dan nelayan, agar lebih jelas penulis akan memberikan pengertian dari masing-masing kata tersebut kemudian arti secara keselurhan.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebukan keluarga adalah ibu bapak dengan anak-anakya, sauan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Keluarga merupakan sebuah insitusi terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana unuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara anggotanya. Juga bisa diartikan suatu ikatan hidup yang didasarkan karena terjadinya perkawinan, juga bisa disebabkan karena pesusuan atau mucul perilaku pengasuhan.7

Keluarga adalah lembaga sosial resmi yang terbentuk setelah adanya perkawinan. Menurut pasal 1 undang-undang perkawinan nomor 1 Tahun 1974, menjelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin anara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan ketuanan yang maha Esa. Keluarga merupakan bentuk kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat, sebuah grup yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan wanita,

6

Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komuikasi orang tua dan anak dalam keluarga, (akarta: p rieka cipa, 2004) hlm 14-15.

7

Mufidah Ch, psikologi Keluarga islam berwawasan gender (Malang: UIN-Malang Press, 2008), 37


(54)

46

hubungan ini sedikit banyak berlangsung untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Adi keluarga dalam bebuk yang murni merupakan satu-kesatuan sosial yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.

Menurut pandangan sosiologi, keluarga dalam arti luas meliputi semua pihak yag mempunyai hubungan darah dan keturunan, sedangkan dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dengan anak-anaknya.8 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga adalah kesatuan unsur terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari bapak, ibu dan beberapa anak.

Masing-masing unsur tersebut mempunyai peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga, sehingga bila salah satu unsur tersebut hilang maka keluarga tersebut akan guncang atau kurang seimbang.

Nelayan dalam Ensikiopedia Indonesia digolongkan sebagai pekerja, yaituorang-orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ïkan, baik secaralangsung maupun tidak langsung sebagai mata pencahariannya.9 Dalam kamusbesar Indonesia pengertian nelayan adalah orang yang mata pencaliarian utamadan usahanya menangkap ikan dilaut.10

Dan beberapa definisi keluarga dan definisi nelayan yang telah diuraikan diatas dapat ditarik suatu pengertian. bahwa keluarga nelayan didefinisikan sebagaikeluanga yang mata pencahanian pokoknya sebagai

8

Jalaluddin Rakhmad, keluarga muslim dalam moderen (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 199), 20.

9

Tim. Ensikiopedia Indonesia (Jakarta: ichtiar baru-van haeve dan Elsevier publishing projects,Jakarta. 1983), 133.

10


(55)

47

penangkap ikan di laut.11 Biasanya mereka tinggal di daerah pesisin pantai atau tidak jau dari bibir panatai.

Keluarga nelayan adalah mereka yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, binatang air/ tanaman, mereka yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat janing, mengangkut alat-alat perlengkapan kedalam perahau kapal, mengangkut ikan dan perahukapal tidak dimasukkansebagai nelayam Tetapi ahli mesin, juru masak yang bekerja diatas kapaldimasukkan kedalam nelayan.12 Laut menjadi lahan hidup yang paling utama bagikeluarga nelayan. Sumber daya ekonomi perikanan merupakan sumber dayautama dalam menggerakkan roda ekonomi dan perdagangan keluarga nelayan.

Produksi perikanan laut yang dihasilkan oleh nelayan menentukan kehadiransektor pekerjaan lain yang menunjang komunitas nelayan tersebut, sepertipengolahan hasil tangkapan perikanan, pembuatan alat-alat tangkap, jasa angkutan dan perbengkelan serta toko yang menjual berbagai kebutuhan nelayan sepertikebutuhan kerja dan kebutuhan rumah tangga nelayan.

Pada umumnya pesisir pantai selatan di Indonesia dihui oleh nelayantradisional dan nelayan buruh atau nelayan pekerja. Nelayan tradisional yangmenggunakan alat-alat penangkapan tradisional mendapatkan hasil perikanan yang fluktuatif dan tidak pasti. Pasang surut produksi perikanan berpengaruhbesar terhadap dinamika ekonomi dan perdagangan keluarga nelayan.

11

Tim Penyusun Kanius Pusat Bahasa, Kamus.; Raharjo Prianto. Neksyan Nusantara Sebuah Falsafah Kehidupan (Jakarta: CV. Rajawali Nusantara, 1994), 19.

12


(56)

48

Keluarga nelayan adalah keluarga yang mempunyai karakteristik berbedadan keluarga’masyarakat lainnya. Sifat komunalismenya mereka sangat tinggi.

Dalam bekerja mereka hams menghadapi ganasnya ombak dan cuaca laut, tinggalberhari-hari di laut agar mendapatkan banyak ikan. Pemukiman merekaberkelompok dan biasanya kumuh. Selain ini tidak sedikit juga anak nelayan yangtidak bersekolah, karena hams membantu di laut. Seluru anggota keluarganelayan dìkerahkan untuk melakukan berbagai aktifitas untuk menghasilkan uangdalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Ada pembagian tugasyang dilakukan keluarga nelayan bagi anggotanya berdasarkan tugas pokok danfùngsinya serta berdasarkan jenis kelamin. Nelayan laki-laki mencari ikan di lautatau membeli ikan dan menjual produknya, sedangkan perempuan melakukan pengolahan ikan (ikan asia, pindang, dan terasi). Unit usaha nelayan yang besardikelola laki-laki, narnun sebaliknya unit usaha kecil dikelola perempuan sebagaibentuk strategi mereka untuk mempertahankan hidup.

Kehidupan Sosial Keluarga Nelayan

Kusnadi menyatakan bahwa tingkat sosial ekonorni yang rendah merupakanciri nrnum kehidupan nelayan. Tingkat kehidupan mereka sedikit di atas pekerjamigran atau setaraf dengan petani kecil.13 Bahkan Mubyarto dalarn bukunyamenguraikan bahwa nelayan khususnya nelayan kecil dan tradisional dapatdigolongkan sebagai lapisan sosial yang paling miskin jika dibandingkan

13


(57)

49

secaraseksarna dengan ke!ompok masyarakat lain di sektor pertanian.14 Gambaranumum yang pertama kali bisa dilihat dan kondisi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi dalam kehidupan keluarga nelayan adalah fakta-fakta yangbersifat fisik berupa kualitas pernukiman. Kampung-kampung nelayan miskinakan rnudah diidentifikasi dan kondisi rurnah hunian mereka. Rumah-rumah yangsangat sederhana: berdinding anyaman bambu, berlantai tanah pasir, beratap daunrimba, dan keterbatasan pemilikan perabotan rumah tangga adalah tempat tinggal para nelayan buruh atau nelayan tradisional. Sebaliknya. rumah-rurnah yang megah dengan segenap fasilitas yang memadai akan mudah dikenali sebagaitempat tinggal pemilik perahu. pedagang perantara (ikan) atau pedagang ikanberskala besar, dan pemilik toko.

Selain gambaran fisik tersebut, untuk mengidentifikasi kehidupan keluarga nelayan miskin dapat dilihat dan tingkat pendidikan anak-anak, pola konsumsisehari-hari dan tingkat pendapatan mereka. Karena tingkat pendapatan merekarendah, maka adalah logis jika tingkat pendidikan anak-anak mereka juga rendah.

Banyak anak yang harus berhenti sebelum lulus sekolah dasar atau kalaupun lulus, mereka tidak akan melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah pertama.

Disamping itu, kebutuhan hidup yang paling mendasar bagi rumah tangga nelayanmiskin adalah pemenuhan kebutuhan pangan. Kebutuhan dasar yang lain, sepertikelayakan penimahan dan sandang dijadikan sebagai kebutuhan sekunder.

14

Mubyarto, Nelayan dan Kerniskinan: Studi Ekonorni Antropologi di Dua Desa Pantai (Jakarta: CV. Rajawali. 1984), 137.


(1)

97

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada saat suami melakukan pelayaran menagkap ikan dengan menggunkan sistem ngebok, dimana waktu pelayaran mengharuskan suami tidak berada di rumah selama 7 hari atau lebih dan waktu mendarat hanya 3-4 hari, menjadikan komunikasi antar suami dan istri keluarga nelayan desa palang kecamatan palang kabupaten tuban tidak dapat berjalan semestinya. Hal tersebut diperparah dengan masih belum adanya media penunjang adanya komunikasi yang bisa digunakan pada saat suami berada ditengah laut. Walaupun untuk alasan tersebut nelayan juga merasa bahwa dengan tidak membawa alat komunikasi membuat pekerjaan mereka dapat berlangsung lebih baik.

Komunikasi yang dilakukan oleh para nelayan yang sedang mencari ikan hanya sebatas komunikasi dengan sesama “belah” buruh teman seperahu yang sedang mencari ikan. Ditambah mereka juga menganggap bahwa komunikasi yang lain yang dilakukan adalah berkomunikasi dengan tuhan saat mereka sholat. Sedangkan untuk para istri, ketika ditinggal oleh suami pergi mencari ikan dilaut mereka melakukan aktifitas mereka secara normal biasanya. Sebagai pemenuh kebutuhan akan komunikasi mereka melakukan komunikasi diselingi dengan aktifitas sehari-hari yang mereka lakukan. Seperti berjualan dan berkomunikasi dengan para pembeli, Mengurus anak dan berkomunikasi dengan anak, mengajar ngaji dan berkomunikasi dengan murid-muridnya.


(2)

98

Waktu yang sebentar saat suami berada dirumah dilakukan komunikasi yang sangat intensif. Secara pola komunikasi bentuknya berlangsung secara komuni multi arah (timbal-balik). Bentuk komunikasi yang dilakukan biasanya terkait topik; ekonomi, anak,rumah tangga, keperluan akan masa depan dan lain-lain. Proses pernikahan yang berbeda-beda bagi para subyek penelitian menghasilkan hasil yang relatif sama terkait cara-cara yang mereka telah lakukan untuk saling melakukan keterbukaan dalam melakukan pendalaman hubungan antar suami-istri. Adapun tahapan tersebut dapat berupa Pengekspresian diri, Pengakuan akan kesalahan dan i’tikad memperbaikinya, meminta pendapat dari pasangan, melakukan kontrol dalam hubungan yang membuat harmonisnya hubungan, dan penyampaian rasa status hubungan satu sama lain.

Dari proses diatas, dengan adanya keterbukaan ditambah dari segi lain selain komunikasi, yang merupakan hal kongkret seperti kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing suami atau istri seperti istri yang membantu perekonomian suami, memenuhi kebutuhan suami dan rumah tangga, mengurus anak-anak. Sebaliknya suami turut membantu mengurusi keperluan rumah tangga seperti mencuci, membersihkan rumah, membantu berjualan istri dan mengajak istri jalan-jalan merupakan faktor penunjuang lain berlangsungnya kedekadan dan kedalaman hubungan antar suami istri sehingga mencapai kepada titik saling terhubung apabila suami sedang tidak pergi menagkap ikan (melaut) dengan sistem ngebok.


(3)

99

B. Rekomendasi

1. Rekomendasi Akademik

Penelitian dengan judul Komunikasi Suami-Istri Nelayan Di Desa Palang Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Dalam Tinjauan Teori Self Disclousure-Johari Window diharapkan dapat memberikan tambahan kajian teoritis terkait komunikasi keluarga dalam hal ini suami-istri.

2. Rekomendasi Praktis

Diharapkan masyarakat desa palang untuk membuat space advertising (plang iklan) di sekitar wilayah Desa Palang, khususnya di lokasi sandar kapal para nelayan. Palang tersebut berisikan pesan untuk harmonisasi suami-istri, contoh: iling sakcepet ben semangat, iling bojo ben isok entok sakcepet, ojok lali ati-ati, dan lain-lain.

3. Rekomendasi Sosial

Dari hasil penelitian ini, disarankan agar masyarakat desa palang lebih menjaga komunikasi suami-istri meskipun intensitas pertemuan antara suami dan istri nelayan rendah hubungan harmonis tetap terjaga.


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi,Abu. 1991. Psikologi Sosial (Jakarta : Rineka Cipta).

Arikunto, Suharsini. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta Rineka Cipta).

Boelaars,Yan. 1984. Kepribadian Indonesia Modern: Suatu Penelitian Antropologi Budaya (Jakarta: Gramedia).

Bugin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana Predana Media Group).

Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komuikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga(Jakarta: PT Rieka Cipta).

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data(Jakarta: Rajawali Pers).

Frey, Lawrence R., dkk. 1992. Interpreting Communication Research : (A case Study Approach. Englewood Cliffs (New Jersey: Prentice-Hall).

Iwan, Sugeng. 2005.Pengasuh anak dalam Keluarga “The Next Lost Generations”. (Semarang: Andi).

Jiwanto, Gunawan. 1987. Komunikasi dalam Organisasi(Yogyakarta: Andi Offset). Krech,David. 1882. Individual In Society (Barkeley City: University Of California). Kusnadi. 2007. Jaminan Sosial (Yogyakarta: LkiS).

_______, dkk. 2006. Perempuan Pesisir (Yogyakarta: LkiS). _______. 2003.Akar Kemiskinan Nelayan (Yogyakarta: LKiS).

_______. 2001. Pangamba’Kaum Perempuan Fenomenal: Pelopor dan Penggerak Perekonomian Masyarakat Nelayan (Bandung: Humaniora Utarna Press).

________. 1987. Pusat Studi Komunitas Pantai (Bandung: Humaniora Utama Press).

Lindrof, Thomas R.1995. Qualitative Communication Research Methods(Thousand Oaks: Sage).

Ludlow, Ron, dkk. 1996. Komunikasi Efektif(Yogyakarta: Andi).

Moleong,Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). M, Jogiyanto H. 2007. Metode Penelitian Bisnis (Yogyakarta: BPFE).

Mubyarto. 1984. Nelayan dan Kerniskinan: Studi Ekonorni Antropologi di Dua Desa Pantai (Jakarta: CV. Rajawali).

Mufidah. 2008. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender(Malang: UIN Malang Press). Mukhtar. 2007. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah: Panduan berbasis Penelitian


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Nasution, S. 1996. Metodologi Reaserch Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi aksara). Pareno,Sam Abede.2002. Kuliah Komunikasi(Surabaya: Papyrus).

Poloma, Margaret.1994. Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada).Praktikto, Riyono. 1983. Jangkauan Komunikasi (Bandung: Alumni).

Prianto, Raharjo. 1994. Nelayan Nusantara Sebuah Falsafah Kehidupan (Jakarta: CV. Rajawali Nusantara).

Pringgoprawiro, H. 1983. ”Stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara Dan Paleogeografinya: Sebuah Pendekatam Baru”.Disertasi Doktor. Intitut Teknologi Bandung.

Rakhmad,Jalaluddin. 1996. Keluarga Muslim Dalam Moderen (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Solihin,dkk. 2005. Strategi Pembangunan Kelautan dan Perikanan Indonesia (Bandung: Humaniora Utama Press).

Subagyo, P.Joko. 2004. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:Rineka Cipta). Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D (Bandung Alfabeta). Tim Ensikiopedia Indonesia. 1983. (Jakarta: ichtiar baru-van haeve dan Elsevier publishing

projects).

Uchjana Effendy, Onong. 1989. Kamus Komunikasi. (Bandung: PT. Mandar Maju). _____________________.1986.Dinamika Komunikasi. (Bandung: Rosda Karya).

Referensi lain:

Diakses darihttps://www.bps.go.id/. pada tanggal 2 Maret 2017. pukul 16.00 WIB.

Diakses darihttp://www.mgi.esdm.go.id/content/dinamika-pesisir-jawa-timur. pada tanggal 2 Maret 2017. pukul 16.10 WIB.

Diakses darihttp://www.mgi.esdm.go.id/content/dinamika-pesisir-jawa-timur. pada tanggal 2 Maret 2017. pukul 16.10 WIB.

Diakses darihttp://jawatimuran.wordpress.com/2013/03/14/sandur-ronggo-budoyo-kabupaten-tuban/. pada tanggal 2 Maret 2017. pukul 16.50 WIB.

Diakses darihttp://digilib.uinsby.ac.id/11078/4/bab%201.pdf. pada tanggal 2 Maret 2017. pukul 17.15 WIB.

Diakses dari.

https://books.google.co.id/books?id=gJpr3KDAlDkC&pg=PA105&lpg=PA105&dq=pe rceraian+nelayan&source=bl&ots=OPF1x2630E&sig=xA4sYPTIvuZwjp0ZnOEcDEG l1k&hl=ia=X&ved=0ahUKEwii3r2LpYbQAhWGu48KHRZiAE0Q6AEIGzAA#v=one


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

page&q=perceraian%20nelayan&f=false. pada tanggal 01 November 2016. pukul 03.00 WIB.

Diakses dari http://communicareinstitute.com/wpcontent/uploads/2010/03/Model-dasar-komunikasi.pdf.