Pemutusan perkawinan yang berlangsung tanpa izin wanita yang dinikahkan di bawah umur prespektif Sayyid Sabiq : studi kasus di desa Palasa kecamatan Talango kabupaten Sumenep Madura.

PEMUTUSAN PERKAWINAN YANG BERLANGSUNG TANPA
IZIN WANITA YANG DINIKAHKAN DI BAWAH UMUR
PRESPEKTIF SAYYID SABIQ
(Studi Kasus Di Desa Palasa Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Madura)

SKRIPSI
Oleh
Nida’un Nur Iftikar
NIM. C91213142

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga
Surabaya

2017

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang berjudul “Pemutusan
Perkawinan Yang Berlangsung Tanpa Izin Wanita yang Dinikahkan Bawah
Umur Dalam Prespektif Sayyid Sabiq”. Pokok permasalahan dalam penelitian ini

adalah pemutusan perkawinan yang disebabkan karena terjadi percekcokan atau
perselisihan diantara sumai istri tersebut, serta bagaimana prespektif Sayyid
Sabiq terhadap keabsahan nikah anak dibawah umur ?
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis untuk menjawab
permasalahan yang ada. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode
wawancara, dan studi pustaka untuk mendeskripsikan permasalahn yang ada,
selanjutnya dianalisis dengan pola pikir deduktif untuk memperjelas
kesimpulannya.
Dari penelitian yang penulis lakukan ini pemutusan
perkawinan
disebabkan karena percekcokan yang terjadi diantara suami istri ketika membina
rumah tangga. Adapun yang menjadi Latar belakang mengapa wali tidak
meminta izin terlebih dahulu adalah karena usia anak perempuan yang masih
dibawah umur dan perkawinan tersebut dilakukan untuk menjaga nasab dan harta
keluarga. Perjodohan di Desa Palasa sudah menjadi adat-istiadat masyarakat
setempat. Banyak faktor yang mempengaruhi perjodohan tersebut. Faktor yang
menonjol dan sering menjadi alasan masyarakat Desa Palasa adalah nasab dan
harta. Menurut Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah perkawinan adalah
pergaulan yang kekal dan abadi, maka dari itu perkawinan harus didasarkan atas
suka sama suka oleh kedua belah pihak (Calon istri dan suami) dan adanya

persetujuan kedua belah pihak secara utuh. Adapun alasan mengapa perkawinan
harus berdasarkan cinta dan kasih sayang yang tulus adalah agar bisa membangun
keluarga yang saki>nah, mawaddah dan rah}mah.
Sebelum menikahkan putrinya, dianjurkan bagi wali untuk meminta
persetujuan atau keridhoan putrinya terlebih dahulu. Agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan seperti adanya pertengkaran yang terjadi dalam rumah
tangga yang menjadi faktror adanya pemutusan perkawinan tersebut. Apabila
antara kedua belah pihak suami istri merasa suka sama suka antar satu dengan
yang lain dan ketika menjalin rumah tangga tidak ada pertengkaran yang terjadi,
maka tidak menjadi masalah apabila wali menikahkan anaknya tanpa meminta
persetujuan atau ridhonya terlebih dahulu.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .........................................................................................


i

PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................

iii

PENGESAHAN .............................................................................................

iv

ABSTRAK ......................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ....................................................................................


vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TRANSLITERASI ......................................................................... xii
BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................

1

B. Identifikasi dan batasan Masalah .........................................

8

1.


Identifikasi Masalah ......................................................

8

2.

Batasan Masalah .............................................................

8

C. Rumusan Masalah ..................................................................

8

D. Kajian Pustaka .......................................................................

9

E. Tujuan Penelitian ...................................................................


12

F. Kegunaan Hasil Penelitian.....................................................

12

G. Definisi Operasional .............................................................

13

H. Metode Penelitian ..................................................................

13

I.
BAB II

1.

Data yang Dikumpulkan ................................................


14

2.

Sumber Data ..................................................................

14

3.

Teknik Pengumpulan Data ............................................

15

4.

Teknik Pengolahan Data ...............................................

16


5.

Teknik Analisis Data .....................................................

16

Sistematika Pembahasan .......................................................

17

LANDASAN TEORI PUTUSNYA PERKAWINAN
DAN PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH UMUR
MENURUT SAYYID SABIQ .....................................................

19

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


A. Biografi Sayyid Sabiq ............................................................

19

B. Putusnya Perkawinan .............................................................

22

1.

Nushu>z..............................................................................

22

2.

Syiqoq............................................................................... 27

3.


T}alaq.................................................................................

C. Pernikahan

Anak

Di

Bawah

Umur

Menurut

Sayyid

Sabiq.................... ..................................................................
BAB III


GAMBARAN UMUM DAN
YANG

BERLANGSUNG

29
37

PEMUTUSAN PERKAWINAN

TANPA

IZIN

WANITA

YANG

DINIKAHKAN BAWAH UMUR DI DESA PALASA ...............

40

A. Gambaran Umum Desa Palasa ..............................................

40

1.

Sejarah Desa Palasa.........................................................

40

2.

Letak Geografis Desa Palasa..........................................

41

3.

Keadaan penduduk Desa palasa......................................

42

4.

Tingkat Pendidikan Penduduk........................................

43

5.

Tempat Ibadah.................................................................

43

6.

Organisasi Sosial Keagamaan.........................................

44

7.

Sarana Pendidikan...........................................................

44

8.

Sarana Kesehatan.............................................................

44

B. Pemutusan Yang Berlangsung Tanpa Izin Wanita Yang
Dinikahkan Di Bawah Umur Di Desa Palasa .......................
1.

44

Latar Belakang Terjadinya Perkawinan Tanpa Izin Putrinya
Yang

Masih

Di

Bawah

Umur

Di

Desa

Palasa................................................................................... 44
2.

Pemutusan Perkawinan Di Desa Palasa............ .............

48

BAB IV ANALISIS PRESPEKTIF SAYYID SABIQ TENTANG PEMUTUSAN
PERKAWINAN YANG BERLANGSUNG TANPA IZIN WANITA
YANG DINIKAHKAN DI BAWAH UMUR ................ .................... 52

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

A. Analisis Tentang Pemutusan Perkawinan Yang Berlangsung
Tanpa Izin Wanita Yang Dinikahkan Di Bawah Umur Di Desa
Palasa...................... ...............................................................

52

B. Analisi Sayyid Sabiq TentangPemutusan Perkawinan Yang
Berlangsung Tanpa Izin Wanita Yang Dinikahkan Di Bawah
BAB V

Umur.......................................................................................

55

PENUTUP ....................................................................................

61

A. Kesimpulan ...........................................................................

61

B. Saran .....................................................................................

62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam antara lain
terletak pada ruang lingkup aspek yang mencakup seluruh dimensi kehidupan
umat manusia termasuk di dalamnya perkawinan. Perkawinan merupakan
salah satu sunna>tullah yang umum berlaku pada semua makhluq Tuhan, baik
manuisa, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Akan tetapi tidak semua
perkawinan dilakukan dengan tata cara yang sama, seperti contohnya
manusia dan hewan keduanya sama-sama melakukan perkawinan, tetapi
hukum bagi binatang tidak berlaku bagi manusia.1
Pernikahan adalah salah satu cara yang dipilih Allah SWT sebagai
jalan bagi manusia untuk beranak atau mendapatkan keturunan dan menjaga
kelestarian hidupnya.2 Allah SWT menciptakan manusia untuk hidup saling
berpasang-pasangan, melalui jalur ikatan suci sebuah pernikahan kita hidup
saling berpasang-pasangan sebagai suami dan istri dan saling melengkapi
satu sama lain.
Firman Allah SWT dalam surat al-Dha>riya>t : 49
       

1
2

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Juz 6, Alih bahasa M. Thalib, (Bandung : PT.Al-Ma’arif, 1990), 9.
Ibid.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Artinya :
Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
menginggat akan kebesaran Allah SWT.(Q.S. adh-Dha>riya>t : 49). 3
Berdasarkan undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 1,
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria daengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4
Salah satu tujuan perkawinan adalah untuk mendapatkan keluarga bahagia
yang penuh dengan ketenangan dan rasa kasih sayang.5 Hal ini sebagaimana
yang dinyatakan dalam al-Qur’an surat ar-Ru>m : 21
             
       

Artinya :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. ar-Ru>m : 21).6
Agar tercipta sebuah keluarga yang harmonis, tentram dan damai tentu
bukan hal yang mudah untuk dilakukan oleh setiap Insan, maka kita harus
memahami dengan sungguh-sungguh hakikat dari perkawinan tersebut.
Dalam hukum Islam perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau mi>sa>qan
3

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Surabaya : Mahkota,
1990), 862.
4
Undang-undang RI No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan KHI, (Bandung : Citra Umbara,
2012), 2.
5
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2006), 47.
6
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahannya,..., 644.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

gali>zan untuk mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya
merupakan ibadah yang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah
tangga yang saki>nah, mawaddah dan rah{mah.7
Pernikahan yang didasari cinta kasih harus disetujui oleh kedua belah
pihak, yaitu atas dasar kemauan sendiri tanpa adanya unsur ancaman dari
pihak orang lain (orang tua),

Sebagaimana tercantum dalam pasal 6

Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 ayat 1 yaitu : “Perkawinan
harus didasarkan atas persetujuan kedua belah pihak dan calon mempelai”.8
Fenomena yang kerap terjadi adalah wali menikahkan anaknya yang
masih dibawah umur tanpa meminta pendapat atau persetujuan terlebih
dahulu. Meskipun wali berhak untuk menikahkan anaknya yang masih
dibawah umur tanpa persetujuannya atau keridhoannya. Tetapi keridhoan
dari anak perempuan adalah hal yang sangat penting. Perlu diketahui bahwa
perkawinan merupakan pergaulan abadi dan persekutuan suami istri,
kelanggengan, keserasian kekalnya cinta dan persahabatan. Tidaklah akan
terwujud apabila keridhaian fisik calon istri sebelumnya belum diketahui.
Oleh sebab itu Islam menganjurkan agar wali meminta persetujuan dari
putrinya terlebih dahulu sebelum menikahkan baik itu gadis atau janda.
Kasus yang penulis teliti di masyarakat Desa Palasa banyak terjadi
perjodohan, tahun 2016 ada 5 pasangan suami istri yang menikah berawal
dari sebuah perjodohan keluarga. Perempuan yang menikah karena
7

Bisri, Cik Hasan, dkk, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta : Logos Wacana
Ilmu), 140.
8
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam & UUP, (Yogyakarta : Liberty, 1999), 9.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

perjodohan tersebut masih dalam tahap usia dini berumur 9 tahun atau 10
tahun. Perjodohan tersebut ada yang sampai ke jenjang pernikahan dan
adapun yang tidak ke jenjang pernikahan.9
Menurut golongan Syafi’I menganjurkan agar ayah dan datuk tidak
mengawinkan wanita yang masih anak-anak sehingga ia cukup dewasa
dengan seizinnya. Agar si anak nantinya tidak terjatuh pada pria yang tidak
disukai.10 Kerelaan calon istri dapat dilihat dari sikapnya, seperti contohnya
diam, tidak memberikan reaksi penolakan dipandang sebagai izin kerelaan
apabila ia gadis, tetapi bila calon istri janda tetap izinnya secara tegas.11
Seperti Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah,
bahwa Nabi Saw bersabda :

ِ
ََ‫اأْ َح ََ تَ ْستَأْ َمَر َو‬
َ َ‫صلَى هُ َعلَْي ِه َو َسلَ َم ق‬
َْ ‫ ََ تَْنك ُح‬: ‫ال‬
َ ‫َ ا َن َر ُس ْو ُل ه‬, ‫َع ْن اَِِ ُ َريْ َرَة ه‬
ِ ‫تَْن ِكح الْبِكْر ح ََ تَستَأْذَ َن قَالُوا َ رسو ُل ه وَكيف اِ ْدنُها ؟ أَ ْن تَس ُك‬
‫ت‬
َ َ َْ
ُْ َ َ ْ
ْ
ْ َ َ ُ
Artinya :
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw, bersabda : jangan
dinikahkan janda sehingga ia diminta perintahnya dan jangan
dinikahkan gadis, sehinggaia diminta persetujuannya (izinnya) Sahabat
bertanya : Ya Rasulullah, bagaimana izinnya ? Nabi bersabda : kalau ia
diam”12
Putusnya perkawinan disebabkan karena beberapa hal diantaranya
adalah karena kematian, t}alaq, perceraian. Apabila putusnya karena
kematian jika seorang suami atau istri meninggal dunia atau kedua suami
9

Yuli Susanti, Wawancara. Desa Palasa. Tanggal 10 November 2016.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Juz 7,...,20.
11
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta : Kencana, 2003), 33.
12
Ibid.34.
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

istri meninggal dunia, maka menjadi putuslah perkawinan mereka. Putus
karena kematian diartikan mati secara fisik, yakni memang dengan kematian
itu diketahui jenazahnya, sehingga kematian itu benar-benar secara biologis,
maupun kematian secara yuridis yaitu dalam kasusu suami yang mafqud
(hilang tidak diketahui apakah ia masih hidup atau sudah meninggal dunia,
lalu melalui proses pengadilan hakim dapat menetapkan kematian suami
tersebut.13
Putus perkawinan karena t}alaq adalah suami menjatuhkan t}alaq
terhadap istri. Atau karena perceraian yang terjadi diantara keduanya. Dalam
hukum Islam perceraian terjadi karena Zhihar, ila’ dan li’an, adapun sebab
lain adalah karena nushu>z, syiqoq atau fasakh.
Dalam kasus yang penulis temukan adanya sebuah perkawinan yang
mana wali tidak meminta persetujuan kepada anaknya ketika anak tersebut
berumah tangga serung terjadi perselisihan antara keduanya, asal muasal
perkawinan tersebut terjadi karena berawal dari sebuah perjodohan antara
kedua keluarga. Perjodohan ini sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat
Madura tepatnya di Desa Palasa. Banyak sekali jenis-jenis perjodohan di
Desa Palasa, diantara perjodohan tersebut adalah arrebok omor, perjodohan
sederajat umur besan, dan perjodohan harta dan nasab.14
Maksud dari perjodohan arrebok omor disini adalah berebutnya
umur nenek dengan cucu perempuan, jadi sebelum neneknya meninggal
beliau ingin melihat cucunya berjodoh terlebih dahulu agar ketika meninggal
13
14

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat,..., 248.
Miftakhul Arifin, Wawancara, Desa Palasa, Tanggal 8 November 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

dunia nanti arwahnya tenang setelah melihat cucunya berjodoh dan
kebanyakan cucu perempuan yang dijodohkan di sana sekitar berumur 13
tahun.15 Perjodohan sederajat adalah perjodohan yang terjadi antara besan
dari pihak keluarga laki-laki harus seumur dengan besan keluarga perempuan
dan umur yang menjadi patokan adalah 45 Tahun.16
Di Desa Palasa banyak terjadi perjodohan yang sampai pada jenjang
pernikahan. Tetapi dalam hal ini perlu digaris bawahi bahwa terjadinya
perkawinan tidak lepas dari campur tangan wali yang menikahkan anaknya
tanpa dimintai izinnya terlebih dahulu. Salah satu kasus yang penulis
temukan adalah perjodohan untuk menjaga nasab dan harta keluarga.
Setelah terjadinya perkawinan ternyata pasangan suami istri
tersebut tidak bisa membina keluarga yang bahagia dan sering terjadi
percekcokan antara mereka. Salah satu sebab terjadi pertengkaran lantaran si
istri dan suami belum memahami hakikat sebuah perkawinan karna usianya
yang masih belum dewasa, dan suami yang belum pantas untuk menjadi
kepala keluarga. Pada akhirnya setelah berunding antara kedua keluarga dan
berusaha untuk mendamaikan keduanya tetapi jalur damai tersebut tidak
berhasil. Wali dari pihak perempuan memutuskan perkawinan karena rumah
tangga anak-anak mreka sudah tidak bisa untuk diperbaiki kembali dan
kemudian suami menceraikan istrinya dihadapan keluarga kedua belah pihak.
Kasus yang penulis paparkan diatas adalah putusnya perkawinan
berawal dari Nushu>z istri dan suami, yang mana suami tidak bisa menasehati
15
16

Ahmad Kutada. Wawancara. Desa Palasa. Tanggal 8 November 2016.
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

istrinya dan istri tidak menurut kepada suami karena suami belum bisa
menjadi panutan atau imam yang baik dalam keluarga. Menginggat bahwa
umur mereka yang masih kecil dan belum memahami tujuan dari sebuah
perkawinan. Mereka terjebak dalam nushu>z yang akan berdampak pada

syiqoq.
Syiqoq adalah pertengkaran atau perselisihan yang terjadi antara
suami istri yang mana keduanya tidak bisa mengatasi permasalahan tersebut.
Firman Allah surat An-Nisa>’ ayat 35 :
              

        

Artinya :
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang
hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu
bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal. (Q.S. An-Nisa>’ : 35)
Dengan adanya pemaparan permasalahan di atas, penulis mengkaji
tentang pemutusan perkawinan yang terjadi karena wali tidak meminta
persetujuan terhadap putrinya sebelum menikahkan. Oleh karena itu Penulis
menulis skripsi ini dengan judul Pemutusan Perkawinan yang Berlangsung
Tanpa Izin Wanita Yang Dinikahkan Di Bawah Umur Prespektif Sayyid
Sabiq (Studi Kasus Di Desa Palasa Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep
Madura)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

B. Identifikasi dan batasan masalah
Dari latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas,
maka dapat ditulis identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Pernikahan di bawah umur
2. Izin dari wanita (calon istri)
3. Pemutusan perkawinan
4. Pemutusan Perkawinan yang Berlangsung Tanpa Izin Wanita Yang
Dinikahkan Bawah Umur dalam Prespektif Sayyid
Dari identifikasi masalah tersebut penulis membatasi masalah,
diantaranya :
1. Praktik pemutusan perkawinan yang berlaangsung tanpa izin wanita yang
dinikahkan bawah umur di Desa Palasa
2. Prespektif Sayyid Sabiq tentang pemutusan perkawinan yang berlangsung
tanpa izin wanita yang dinikahkan
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi dan batasan masalah yang telah penulis paparkan
di atas, maka dapat ditulis rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemutusan perkawinan yang berlaangsung tanpa izin wanita
yang dinikahkan bawah umur di Desa Palasa ?
2. Bagaimana Prespektif Sayyid Sabiq tentang pemutusan perkawinan yang
berlangsung tanpa izin wanita yang dinikahkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

D. Kajian Pustaka
Peneliti ini digunakan untuk mengetahui apakah sudah ada
penelitian yang sama dengan sebelumnya. Adapun pembahasan dalam
penelitian ini adalah tentang pemutusan perkawinan oleh wali yang
menikahkan putrinya tanpa izinnya terlebih dahulu.
Sudah banyak literatur yang membahas tentang pemutusan
perkawinan, namun penulis belum menemukan mengenai pemutusan
perkawinan oleh wali yang menikahkan putrinya tanpa izinnya dalam
prespektif Sayyid Sabiq. Agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan
sebelum menikahkan anak perempuan wajib bagi wali untuk meminta izin
kepada kepada anak perempuan tersebut, agar perkawinan dilaksanakan
dengan kerelaan antara kedua belah pihak yakni calon suami dan calon istri.
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, ada beberapa
penelitian yang serupa mengkaji tentang pemutusan perkawinan, perlu
diketahui bahwa banyak yang menjadi sebab putusnya perkawinan seperti

fasakh, talaq, syiqoq li’an, ada penelitian yang mengkaji tentang pendapat
Sayyid Sabiq tetapi dalam permasalahan kafa’ah dalam perkawinan,
Penelitian tersebut antara lain :
Skripsi Kumala yang berjudul “Pembatalan Perkawinan Karena
Kawin Paksa” (Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur
Perkara Nomor 530/Pdt.G/2008/PA.JT). Pembahasan dalam penelitian ini
adalah pembatalan yang terjadi akibat kawin paksa, yang terjadi pada
pasangan suami istri yakni laki-laki (suami) yang menikah dengan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

perempuan (istri) lantaran laki-laki (suami) itu telah dipaksa oleh pihak
orang tua perempuan (istri), paksaan tersebut berupa ancaman yang
mengharuskan laki-laki (suami) mengawini perempuan (istri) tersebut.
Mengenai pertimbangan hakim dan dasar-dasar hukum Pengadilan Agama
Jakarta Timur suami atau istri dapat mengajukan pembatalan perkawinan
apabila perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang melanggar
hukum.17
Skripsi Ahmad Farid Fanani yang berjudul “Analisi Hukum Islam
terhadap tradisi pemaksaan perjodohan sebagai alasan perceraian” (Studi
kasus di Desa Morbatoh Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang).
Skripsi ini menyimpulkan bahwa pemaksaan perjodohan di Desa Morbatoh,
Kec. Banyuates, Sampang merupakan tradisi budaya yang secara turun
temurun ada. Bisa dikategorikan haram hukumnya, apabila si anak tersebut
melakukan penolakan dalam proses perjodohan. Secara Hukum Islam
khususnya dalam KHI tidak mengenal pemaksaan perjodohan sebagai alasan
perceraian. Namun apabila dilihat secara subjektifitas peneliti bahwa mereka
bercerai karena proses perjodohan yang dipaksa.18
Skripsi Hj. Amanatul Mufidah yang berjudul “Studi pemikiran
Sayyid Sabiq tentang kafa’ah dalam Perkawinan”. Skripsi ini menyimpulkan
bahwa kafa’ah menurut Sayyid Sabiq tidak jauh berbeda dengan Imam
17

Kumala, “Pembatalan Perkawinan Karena Kawin Paksa (Analisis Putusan Hakim Pengadilan
Agama Jakarta Timur Perkara Nomor 530/Pdt.G/2008/PA,JT)” (Skripsi–-UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2011).
18
Ahmad Farid fanani, “Analisi Hukum Islam terhadap tradisi pemaksaan perjodohan sebagai
alasan perceraian” (Studi kasus di Desa Morbatoh Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang)”
(Skripsi—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Madzhab dalam hal makna dan tujuan kafa’ah namun ada perbedaan
mengenai ukuran yang dapat dijadikan kafa’ah, dan siapa yang dibebani
persyaratan dalam menentukan ukuran kafa’ah. Ke empat Imam Madzhab
sepakat bahwa yang dikenai beban untuk menentukan ukuran kafa’ah adalah
wanita dan walinya karena ketika wanita menikah dengan laki-laki yang
tidak sekufu merupakan aib bagi dirinya dan walinya, namun dalam hal ini
berbeda pemikiran dengan Sayyid Sabiq yang mengatakan bahwa laki-laki
yang dibebani dalam menentukan ukuran kafa’ah sehingga ketika laki-laki
menikah dengan wanita yag tidak sekufu bukan merupakan aib baginya.19
Dari penelitian yang sudah ada, memang ada yang membahas secara
umum mengenai putusnya perkawinan. Akan tetapi dari beberapa penelitian
yang dilakukan, putusnya perkawinan difokuskan adalah tentang pengkajian
pembatalan nikah karena kawin paksa hanya skripsi yang ditulis oleh
Kumala Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yakni “Pembatalan Perkawinan Karena Kawin Paksa (Analisis Putusan
Hakim

Pengadilan

Agama

Jakarta

Timur

Perkara

Nomor

530/Pdt.G/2008/PA.JT)”. penelitian tersebut mengkaji putusan hakim
Pengadilan Agama Jakarta Timur mengenai pembatalan perkawinan.
Sedangkan dalam pembahasan penelitian ini berbeda dengan
pembahasan yang dilakukan sebelum-sebelumnya, karena selama melakukan
penelitian belum ada yang mengkaji mengenai Pemutusan Perkawinan yang
berlangsung tanpa izin wanita yang dinikahkan bahwah umur dalam
19

Hj. Amanatul Mufidah, “Studi Pemikiran Sayyid Sabiq tentang Kafa’ah dalam Perkawinan”
(Skripsi - - UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2006).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

prespektif Sayyid Sabiq. Maka penulis membahas masalah tersebut dengan
judul “Pemutusan Perkawinan Yang Berlangsung Tanpa Izin Wanita Yang

Dinikahkan Di Bawah Umur Dalam Prespektif Sayyid Sabiq (Studi Kasusu
Di Desa palasa Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Madura)”
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan di atas, maka penelitian skripsi ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui praktik pemutusan perkawinan di Desa Palasa
2. Mengetahui pemutusan perkawinan oleh wali yang menikahkan putrinya
tanpa izin dalam prespektif Sayyid Sabiq
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sekurang-kurangnya
untuk hal berikut ini:
1. Kegunaan teoritis : penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan
dalam bidang perkawinan, khususnya tentang kewajiban wali dalam
meminta izin kepada anak perempuannya dalam hal perkawinan. agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan setelah akad, seperti adanya
pemutusan perkawinan.
2. Kegunaan Praktis : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat praktis terhadap pihak-pihak yang membutuhkan, baik sebagai
pedoman maupun yang lainnya khususnya dalam bidang perkawinan
khususnya terkait masalah pembatalan perkawinan oleh wali yang
menikahkan putrinya tanpa izin terlebih dahulu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

G. Definisi Operasional
Skripsi ini berjudul “Pemutusan Perkawinan Yang Berlangsung

Tanpa Izin Wanita Yang Dinikahkan Bawah Umur Dalam Prespektif Sayyid
Sabiq (Studi Kasusu Di Desa palasa Kecamatan Talango Kabupaten
Sumenep Madura)”. Agar memperoleh pengertian yang jelas dan batasanbatasan yang tegas maka perlu dijelaskan variable-variable yang tercantum
di dalamnya, yaitu :
1. Pemutusan Perkawinan : Putusnya perkawinan karena adanya suatu hal
yang mengharuskan perkawinan tersebut tidak diteruskan oleh suami
istri.
2. Tanpa izin wanita yang dinikahkan : Wanita tersebut dinikahkan tanpa
dimintai persetujuannya terlebih dahulu
3. Bawah umur : Belum cukup umur
4.

Prespektif Sayyid Sabiq : Sudut pandag atau pandangan sayyid Sabiq,
Sayyid Sabiq adalah seorang ulama Kontemporer Mesir yang memiliki
reputasi Internasional dalam bidang fiqih dan da’wah Islam. Terutama
melalui karyanya yang monumental Fiqh as-Sunnah.

H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yaitu data yang
dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah fakta-fakta yang berkaitan
langsung dan tidak langsung mengenai praktik pemutusan perkawinan yang
disebabkan karena perempuan dinikahkan tanpa dimintai persetujuannya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

terlebih dahulu di Desa Palasa. Adapun penulisan skripsi ini menggunakan
metode pembahasan sebagai berikut ini :
1. Data yang dikumpulkan
Sesuai rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, agar dalam
pembahasan skripsi ini nantinya bisa dipertanggung jawabkan tentang
kualitas mutunya, maka penulis membutuhkan data sebagai berikut :
a. Data yang terkait mengenai praktik pemutusan perkawinan di Desa
Palasa Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Madura.
b. Data yang terkait mengenai pemutusan perkawinan yang berlangsung
tanpa izin wanita yang dinikahkan bawah umur dalam prespektif Sayyid
Sabiq
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data
tersebut dapat diperoleh.20 Dari data yang akan dikumpulkan di atas,
maka sumber data dalam penelitian ini adalah :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau orang
yang memerlukannya.21 Sumber data primer dalam skripsi ini adalah :
1) Istri
2) Suami

20

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2010), 172.
21
Masruhan, Metodelogi Penelitian hukum, (Surabaya : Hilal Pustaka, 2013), 93.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

3) Wali atau orang tua yang menikahkan
b. Sumber Data Sekunder
Yaitu data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka dengan
mencari data atau informasi berupa benda – benda tertulis seperti bukubuku, majalah, dokumen peraturan-peraturan dan catatan harian lainnya.22
Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder berupa
buku-buku yang terkait dengan pembahasan ini, yaitu :
1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
2) Kompilasi hukum Islam
3) Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq
4) Fiqih Munakahat
5) Hukum Perkawinan Islam di Indonesia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yang
dilakukan oleh penulis antara lain adalah :
a. Wawancara (interview), yaitu teknik memperoleh data dengan tanya
jawab langsung secara lisan dengan salah satu pasangan suami istri yang
menikah tanpa dimintai persetujuan terlebih dahulu di Desa Palasa dan
orang tua yang menjadi wali dalam pernikahan tersebut. Wawancara ini
dilakukan dengan pokok pertanyaan yang telah disiapkan kemudian
dilanjut dengan variasi wawancara yaitu pengembangan dari wawancara
guna memperoleh data yang diperlukan.
22

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 115.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

b. Dokumen (Dokumenter), yaitu memperoleh data dengan menelusuri dan
memperoleh dokumen yang berupa buku-buku yang relevan dengan
pemutusan perkawinan, kewenangan wali dalam menentukan pasangan
bagi anak perempuannya dan perkawinan wanita di bawah umur.
4. Teknik Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dengan cara-cara
sebagai berikut :
a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa kembali semua data yang
diperoleh dengan memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi
yang meliputi kesesuaian, keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian,
kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.23
b. Organizing yaitu mengatur dan menyusun data sedemikian rupa sehingga
dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis “Deskriptif Analisis”, yaitu metode yang menggambarkan dan
menjelaskan data secara rinci dan sistematis sehingga diperoleh
pemahaman yang mendalam dan menyeluruh.24 Kemudian menggunakan
pola pikir deduktif yaitu menganalisis data yang bertitik tolak dari teori
yang bersifat umum tentang pemutusan perkawinan untuk meninjau data
yang bersifat khusus yaitu pandangan Sayyid Sabiq mengenai pemutusan

23

Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti,
2004), 91.
24
Moh. Nazhir, Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), 62.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

perkawinan yang berlangsung tanpa izin wanita yang dinikahkan bawah
umur
I. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi lima bab, setiap bab
mempunyai sub-bab pembahasan sebagai berikut :
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari Latar
Belakang masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah,
Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, Definisi
Operasioanal, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
Bab kedua berisi landasan teori yang meliputi Biografi sayyid Sabiq,
Putusnya Perkawinan (Nusyuz, Syiqoq, T}alaq), Pernikahan Anak Di Bawah
Umur.
Bab ketiga adalah menguraikan hasil penelitian yang meliputi
gambaran umum Desa Palasa (sejarah Desa Palasa, letak geografis Desa
Palasa, keadaan penduduk Desa Palasa, tingkat pendidikan penduduk, tempat
ibadah, organisasi sosial keagamaan, sarana pendidikan, sarana kesehatan),
praktik pemutusan perkawinan di Desa Palasa (Latar Belakang wali
menikahkan tanpa izin dari putrinya Desa Palasa, Praktik pemutusan
perkawinan di Desa Palasa ).
Bab keempat adalah merupakan bab yang membahas kajian tentang
analisis prespektif Sayyid Sabiq (Pemutusan perkawinan yang berlangsung
tanpa izin wanita yang dinikahkan di bawah umur di desa Palasa, Analisis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Sayyid Sabiq tentang Pemutusan Perkawinan Yang berlangsung tanpa izin
wanita yang dinikahkan di bawah umur)
Bab kelima merupakan bagian terakhir dari skripsi ini. Bab ini
memuat kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI
PUTUSNYA PERKAWINAN DAN PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH
UMUR MENURUT SAYYID SABIQ
A. Biografi Sayyid Sabiq
Nama lengkap Sayyid Sabiq adalah Sayyid Sabiq Muhammad atTihamiy, lahir dari pasangan keluarga terhormat, Sabiq Muhammad atTihami dan Husna Ali Azeb di desa Istanha (sekitar 60 km di utara Cairo)
Mesir. Sayyid Sabiq bertempat tinggal di Istanha, Distrik al-Bagur, Propinsi
al-Munufiah, Mesir, 1915. Gelar at_Tihamiy adalah gelar keluarga yang
menunjukan daerah asal leluhurnya, Tihamah (dataran rendah semenanjung
Arabia bagian barat). Silsilahnya berhubungan dengan khalifah ketiga yaitu
Usman bin Affan (576-656). 1
Mayoritas warga desa Istanha termasuk keluarga Sayyid Sabiq sendiri
menganut Mazhab Syafi’i namun ketika Sayyid Sabiq berada dikampusnya
“al-Azhar” mengambil Mazhab Hanafi karena pengaruh kerajaan Turki
Usmani (ottoman) penganut madzhab Hanafi,2 yang De facto menguasai mesir
hingga tahun 1914, disamping itu juga beasiswanya lebih besar dan peluang
untuk menjadi pegawai pun lebih terbuka lebar hal ini serupa dilakukan oleh

1

Abdul Azis Dahlan (et al), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1997), 1614.
2
Ibid.

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

mayoritas mahasiswa al-Azhar, namun demikian Sayyid Sabiq gemar
membaca dan menelaah mazhab-mazhab lain.3
Meskipun datang dari keluarga penganut Mazhab Syafi’i, Sayyid
Sabiq mengambil Mazhab Hanafi di Universitas al-Azhar. Para mahasiswa
Mesir ketika itu cenderung memilih mazhab ini karena beasiswanya lebih
besar dan peluang untuk menjadi pegawai pun lebih terbuka lebar. Hal ini
merupakan pengaruh kerajaan Turki Usmani (Ottoman), penganut mazhab
Hanafi yang de facto menguasai Mesir hingga tahun 1914. Meskipun demikian
Sayyid Sabiq mempunyai kecenderungan suka membaca dan menelaah
mazhab-mazhab lain.4
Diantara guru-guru Sayyid sabiq adalah Syekh Mahmud Syaltut dan
Syekh Tahrir ad-Dinari, keduanya dikenal sebagai ulama besar di al-Azhar
ketika itu. Ia juga belajar kepada Syekh Mahmud Khattab pendiri al-

Jam’iyyah asy-Syar’iyyah lil al-‘Amilin fi al-Kitab wa as-Sunnah
(Perhimpunan Syariat bagi pengamal Al-Qur’an dan Sunah Nabi). AlJam’iyyah ini bertujuan mengajak umat kembali mengamalkan Al-Qur’an dan
sunah Nabi Saw tanpa terikat pada mazhab tertentu.
Sayyid Sabiq juga menulis sejumlah buku yang sebagiannya beredar
di dunia Islam , termasuk di Indonesia, diantaranya :
a. Al- Yuhud fi al-Qur’an (Yahudi dalam al-Qur’an)
b. Anasir al-Quwwah fi al-Islam (Unsur-unsur dinamika dalam Islam)

3
4

Ibid. 1615
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

c. Al-Aqa’id al-Islamiyyah (Akidah Islam)
d. Ar-Riddah (Kemurtadan)
e. As-Salah wa at-Taharah wa al-Wudu’(Sholat, bersuci dan berwudhu’)
f. As-Siyam (puasa)
g. Baqah az-Zahr (Karangan Bunga)
h. Da’wah al-Islam (Dakwah Islam)
i. Islamuna (Islam kita)
j. Khas}a>’is} asy-Syari>’h al-Isla>miyyah wa Mumayyiza>tuha> (keistimewaan dan
ciri Syariat Islam),
k. Mana>sik al-H}ajj wa al-‘Umrah (Manasik Haji dan Umrah)
l. Maqa>la>t Isla>miyyah (Artikel-artikel Islam)
m. Mas}a>dir at-Tasyri>’ al_Isla>mi (sumber-sumber Syariat Islam)
n. Taqa>li>d Yajib ‘an Tazu>l Munkara>t al-Afra>h} (Adat kebiasaan :wajib
menghilangkan berbagai kemungkaran sukaria).
Sebagaian dari buku-buku ini telah diterjemahkan ke bahasa asing,
termasuk bahasa Indonesia, namun yang paling populer diantaranya adalah

Fiqh as-Sunnah. Fiqh as-Sunnah mempunyai pengaruh yang luas di dunia
Islam. Nasiruddin al-Albani, Muhadis dari Suriah memandangnya sebagai
buku terbaik dari segi sistematika penulisan dan bahasanya. Di Indonesia buku
ini termasuk buku sumber Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan Perguruan
Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS).
Menurut Sayyid Sabiq melalui penulisan kitab Fiqh as-Sunnah ia
berharap dapat memberikan gambaran yang benar tentang fikih Islam yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

disertai dengan dalil-dalil shahih, menghapuskan rasa fanatisme mazhab
dikalangan umat Islam. Dalam menetapkan hukum, Sayyid Sabiq senantiasa
merujuk langsung pada al-Qur’an dan Sunah Nabi SAW tanpa terikat pada
mazhab tertentu. Namun demikian ia bersikap terbuka terhadap pendapat lain
sehingga tidak jarang ia mengemukakan pendapat para ulama yang disertakan
dengan dalilnya tanpa melakukan tarji>h (menguatkan salah satu dari dua
dalil).5 Sebagai penghargaan atas sumbangannya di bidang dakwah, pada
tahun 1409H/1989 M, ia memperoleh Nut al-Imtiya>z min at}-Tabaqah al-U>la>
(Surat penghargaan tertinggi bagi Ulama). Kemudia penghargaan atas
sumbangannya di bidan Fikih dan kajian Islam, pada tahun 1414H/1994M.
B. Putusnya Perkawinan
Suatu perkawinan itu putus dengan salah satu dari tiga sebab
kematian, t}alaq, perceraian (Khulu’, Zhihar, Ila’ dan Li’an). Adapun
penyebab lain dari putusnya perkawinan adalah syiqoq, fasakh, Nushu>z dan
kematian. Berikut ini penulis akan memaparkan putusnya perkawinan karena

Nushu>z, syiqoq dan t}alaq.
1. Nushu>z
Kata nushu>z dalam bahasa arab merupakan bentuk masdar dari
kata “Nazhaza – yanshuzu- nushu>zan” yang berarti duduk kemudian
berdiri, mrnentang atau durhaka.6 Arti nushu>z yang tepat digunakan
dalam konteks pernikahan adalah menentang atau durhaka yang
5

Ibid.
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka
Progresif, 1997), 732.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

dilakukan istri terhadap suami ataupun kedurhakaan yang dilakukan oleh
suami.
Arti Nushu>z dalam konteks hubungan suami istri yang ditemukan
dalam Al-Qur’an adalah menerangkan tentang sikap yang tidak lagi
berada pada tempat yang semestinya ada dan dipelihara dalam kehidupan
rumah tangga. Nushu>z mempunyai beberapa keadaan yang tidak
diterangkan Allah SWT dalam Al-Qur’an Q.S. An-Nisa>’ ayat 34 :
              

            

             

   

Artinya :
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita
yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,
Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu,
Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
(Q.S. An-Nisa>’ : 34).7
Ayat di atas sering kali dikutip dan digunakan sebagai landasan
tentang nushu>znya istri terhadap suami, meskipun secara tersirat tidak
dijelaskan bagaimana awal mula terjadinya nushu>z istri tersebut
melainkan hanya sebatas cara untuk suami memperingatkan istri ketika
7

M. Ali Ash-Shaubani, Shafwatut Tafasir, Jilid, 1, (Jakarta : Pustaka Al-kautsar, 2010), 632.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

sedang nushu>z. Ataupun dapat diambil kandungan hukum dari ayat
tersebut yaitu :
a. Kepemimpinan rumah tangga
b. Hak dan kewajiban suami istri
c. Solusi tentang nushu>z yang dilakukan oleh istri.

Nushu>z dari pihak istri berarti kedurhakaan ini dilakukan oleh
sang istri terhadap suaminya. Kedurhakaan yang dilakukan sang istri
meliputi pelanggaran-pelanggaran perintah, penyelewengan dan hal-hal
yang dapat menganggu keharmonisan rumah tangga. Nushu>z yang
dilakukan istri diantaranya ada yang berupa perbuatan dan ada yang
berupa ucapan. Nushu>z yang berupa perbuatan misalnya :
a. Istri melalaikan kewajiban-kewajibannya (enggan berhias di depan
suami, sedangkan suami menginginkannya, enggan melayani suami
tanpa alasan yang syar’i)
b. Tidak taat kepada suami
c. Tidak mau bertempat tinggal bersama suami
d. Suka menerima tamu orang-orang yang tidak disukai suami
e. Keluar rumah tanpa izin suami.8
Adapun ucapan istri yang bisa dikatakan nushu>z adalah istri
berbicara tidak sopan kepada suami, seperti memaki-maki suami dengan
kata-kata kasar, membentak, istri menjawab panggilan suami dengan

8

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta : UII Pres Yogyakarta, 2007), 89.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

kata-kata tidak sopan dan kasar padahal suami berbicara santun kepada
istrinya.
Apabila istri nushu>z kepada suami, tindakan-tindakan yang harus
dilakukan adalah Allah SWT menetapkan beberapa cara menghadapi
kemungkinan nushu>znya seorang istri, sebagaimana yang dinyatakan
dalam surat An-Nisa>’ ayat 34, dalam ayat tersebut hendaknya suami
mensehati istri dengan hal-hal yang sesuai dan menyamakan watak serta
sikapnya.
Selain nushu>znya istri kesuami adapun juga nushu>z suami ke istri.
Dalam kitab fiqih sunnah sayyid sabiq dijelaskan bahwa :

ِ ‫ إِ َذا خافَت الْمراَةُ نُ ُشوز زوِجها وإِ ْعر‬: ‫شوُز الرج ِل‬
,‫اض ِ َعْ َها إِما لِ َم ْر ِض َها اَْو لِ ِك ََِ ِس َها‬
ُ
ْ ُ ُ‫ن‬
َ َ َ َْ َْ ْ َ ْ َ
ِ ِ ِ
‫ َولَ ْوَكا َن ِ ْى الص ْل ِح تََ َازُل الزْو َج ِة‬,‫صلِ َح َها بَْي َ ُه َما‬
ْ ُ‫اح َعلَْي َها أَ ْن ي‬
َ َ‫ فَ ََ ُج‬,‫اَْو ل َد َم َامة َو ْجه َها‬
ِ‫ ل‬9.‫ض ح ُقوقِها تَر ِضيةً لِزوِجها‬
      ُ : ُ َ‫حان‬
‫ب‬
‫س‬
‫ه‬
‫ل‬
‫و‬
‫ق‬
ُ
ْ
ْ
َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ٍ ‫َع ْن بَ ْع‬
َ ُ ُ ُْ

)            

ِ
ِ
ِ َ َ‫ق‬
َ ‫ أ َْو َعلَ ْى َذال‬,‫صا َََْت ُ َعلَ ْى تَ ْر ِك َشْي ٍئ ِم ْن ق ْس َمتِ َها اَْو نَ َف َقتِ َها‬
ُ ‫ك ُكل‬
َ َْ َ ‫ َوَم‬: ‫ن‬
ْ ِ ْ‫ال ِ ال ُْمغ‬
ِ
ِ ‫ إِ ْن ر ِضي‬: ‫َم ٌد ِى الرج ِل يغِيب عن امرأَتِِ فَي ُقو ُل َ ا‬
‫ت‬
َ َ‫ ق‬.‫ك‬
َ ‫ت ََا َذال‬
ْ ‫َج ًازا فَِإ ْن َر َج َع‬
َ ْ ‫ال أ‬
َ ْ َ َْ ْ َ ُ ْ َ ُ
ْ َ
10
ِ
ِ
ِ
.‫ت‬
ْ ‫ت َر َج َع‬
ْ َ‫ فَِإ ْن َشائ‬,‫ فَ ُه َو َجائٌز‬,‫ت‬
ُ ‫ قَ ْد َرضْي‬: ‫ فَتَ ُق ْو ُل‬,‫ َوإِا فَأَنْت أ َْعلَ ُم‬,‫َعلَ ْى َ َذا‬
Apabila

istri

khawatir

suaminya

menyeleweng

dan

mengabaikannya, meskipun itu alasan sakit atau ketuaan istrinya atau
wajahnya yang jelek, maka dipandang tidak salah apabila mereka
mengadakan perdamaian dengan cara istri merelakan menggugurkan

9

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz 2, (Beirut : Da>r al-Fikr, 1983), 613.
Ibid. 614.

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

sebagian hak-haknya demi menyenangkan hati suaminya.11 Allah SWT
berfirman dalam surat An-

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelayanan Sosial Anak di Bidang Pendidikan di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

9 101 95

Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Anak di Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

3 81 109

Efektivitas Pelayanan Sosial Anak Di Bidang Pendidikan Di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

1 46 95

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskular di Bawah Tegakan Sengon (Paraserienthes falcataria) Studi Kasus di Areal PT Raja Garuda Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

4 57 54

Gambaran Karakteristik Pekerja Anak di Pantai Bunga Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2010

0 35 131

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABE JAMU (Piper Rectrofactum Vahl) DI KABUPATEN SUMENEP MADURA (Studi Kasus di desa Pekandangan Sangra Kecamatan Bluto Sumenep)

0 9 2

Perkawinan di Bawah Umur pada Masyarakat Kp.Wates Desa Kedung Jaya Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi

3 24 112

PROFIL PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal) PROFIL PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal).

0 1 15

Analisis maqasid al-shari’ah terhadap tradisi perjodohan dengan kriteria kafa’ah harta dan nasab di desa Palasa Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep.

0 0 82

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN SEORANG SUAMI YANG BERPOLIGAMI TANPA IZIN ISTRI PERTAMA : STUDI KASUS DI DESA PATAONAN KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN.

0 0 85