Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskular di Bawah Tegakan Sengon (Paraserienthes falcataria) Studi Kasus di Areal PT Raja Garuda Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI
BAWAH TEGAKAN SENGON (Paraserienthes falcataria)
Studi Kasus di Areal PT Raja Garuda Mas
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

SKRIPSI

Oleh
Mila Yusniar
071202005
Budidaya Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI
BAWAH TEGAKAN SENGON (Paraserienthes falcataria)

Studi Kasus di Areal PT Raja Garuda Mas
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

SKRIPSI

Oleh
Mila Yusniar
071202005
Budidaya Hutan
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian

Nama Mahasiswa
NIM
Program Studi

: Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskular di Bawah
Tegakan Sengon (Paraserienthes falcataria) Studi Kasus
di Areal PT Raja Garuda Mas Kecamatan Besitang
Kabupaten Langkat
: Mlia Yusniar
: 071202005
: Budidaya Hutan

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

Dr. Delvian, S.P M.P
Ketua


Dr.Deni Elfiati, S.P, M.P
Anggota

Mengetahui
Ketua Departemen

Siti Latifah S.Hut, M.Si, Ph.D
NIP. 197104162001 122001

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman Fungi
Mikoriza Arbuskula di bawah tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria) di areal
PT Raja Garuda Mas Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat. Parameter yang
diamati yaitu derajat infeksi akar, kepadatan spora dan identifikasi jenis spora.
Pengidentifikasian Mikoriza dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah,
Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
dimulai pada bulan Agustus sampai Desember 2010. Karakteristik morfologi yang

digunakan untuk mengidentifikasi jenis Fungi Mikoriza Arbuskula adalah bentuk
ketebalan dinding sel, ada tidaknya substanding hifa, kehalusan permukaan dan
reaksi spora terhadap melzers. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kolonisasi akar rata-rata sebesar 18,46 % dan termasuk dalam kategori rendah.
Penyebaran spora pada tanah sampel terdapat 137 jenis genus Fungi Mikoriza
Arbuskula yaitu 128 jenis Glomus, 3 jenis Acaulospora dan 6 jenis Gigaspora
sedangkan pengaruh lama penyimpanan inokulum media tanah pada hasil
trapping menunjukkan penurunan yang sangat drastis dalam jangka waktu
penyimpanan selama dua bulan.
Kata kunci : Mikoriza Arbuskula, Lama Penyimpanan, Inokulum Tanah

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
The objective of this research is to know the diversity of arbuscular
mycorrhizal fungi under the sengon’s stand (Paraserianthes falcataria) at PT
Raja Garuda Mas, Besitang Subdistrict, Langkat Regency. The parameters
observed were degree of root infection, spore density, and the identification of
spore genus. The identification was doing at soil biology laboratory,Department
of Agroekoteknologi, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, begin

from August until December 2010. Morfhology characteristic which used to
identify arbuscular mycorrhizal fungi type are membrane cell’s thick, substanding
hypa, smooth surface and reaction spore from melzers. The result show that
avarange of root colonization is 18,46 % which include to low infected. The
sample spread are 137 type of arbuscular mycorrhizal fungi spore which include
of 128 type of Glomus,3 type of Acaulospora and 6 type of Gigaspora and also the
duration of storage soil inoculum from trapping which save during 2 months
shown the significant descrease spore density.

Key Words : arbuscular mycorrhizal, duration storage, soil inoculum

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Mila Yusniar dilahirkan di Sei.Skala pada tanggal 14 Januari 1990 dari
ayah Usman dan Ibu Nuraisyah (Almh). Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara.
Pendidikan formal yang ditempuh selama ini:
1. SD Negeri 054875 Langkat, lulus tahun 2001
2. SMP Negeri 1 Selesai, lulus tahun 2004

3. SMA Negeri 1 Selesai, lulus tahun 2007
4. Tahun 2007 lulus dan melalui jalur PMP (Panduan Minat dan Prestasi)
diterima di Program Studi Budidaya Hutan, Departemen Kehutanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota BKM Baytul
Ashjar Kehutanan, Tim Mentoring Agama Islam Fakultas Pertanian USU, asisten
Praktikum Hidrologi Hutan pada tahun 2010, dan aktif diberbagai organisasi
akstrauniversitas seperti HIMALA (Himpunan Mahasiswa Langkat), dan Forsil
Rohis se-Kabupaten Langkat. Penulis melaksanakan Praktik Pengenalan
Pengelolaan Hutan (P3H) di Hutan Dataran Rendah Aras Napal dan Hutan
Mangrove Pulau Sembilan Kabupaten Langkat. Penulis melaksanakan Praktik
Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani Unit III KPH Garut, Jawa Barat.
Pada akhir kuliah, penulis melaksanakan penelitian dengan judul
“Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula di Bawah Tegakan Sengon
(Paraserianthes falcataria) Studi Kasus di Areal PT Raja Garuda Mas,
Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat” di bawah bimbingan Bapak Dr.
Delvian, S.P,M.P dan Ibu Dr. Deni Elfiati, S.P, M.P.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini. Judul dari penelitian ini adalah “Keanekaragaman Fungi Mikoriza
Arbuskula di Bawah Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria) Studi Kasus di
Areal PT Raja Garuda Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat”.
Penelitian ini melibatkan banyak pihak sehingga memberi kesan yang
berarti di hati penulis. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah Usman dan Ibu Nuraisyah (Almh), dan adikku Ilham Zuhri serta
keluarga besar yang telah memberikan doa yang tulus, kasih sayang, dorongan
materi dan semangat kepada penulis.
2. Bapak Dr. Delvian, S.P,M.P dan Ibu Dr. Deni Elfiati, S.P,M.P selaku komisi
pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan serta masukan yang
sangat bermanfaat selama penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini.
3. Teman-temanku Novita Angraini, Nurul Diana, Intan Utami, Delcia Septiani,
dan seluruh pihak yang mendukung baik secara langsung maupun tidak
langsung yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi dari awal
penelitian hingga akhir skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari
kekurangan. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kehutanan. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................

i

ABSTRACT ................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP .....................................................................................

iii


KATA PENGANTAR .................................................................................

iv

DAFTAR TABEL..........................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

vii

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................................
Manfaat Penelitian .................................................................................


1
1
4
4

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Karakteristik Fungi Mikoriza .................................................................
Penyebaran Fungi Mikoriza Arbuskula ..................................................
Ekologi Fungi Mikoriza Arbuskula ........................................................
Peranan Fungi Mikoriza Arbuskula ........................................................
Morfologi Fungi.....................................................................................
Sistem Reproduksi Fungi .......................................................................

5
7
9
9
11
12

13

METODOLOGI PENELITIAN .................................................................
Waktu dan Tempat .................................................................................
Bahan dan Alat .......................................................................................
Eksplorasi dan Isolasi Fungi Mikoriza Arbuskula ....................................
Kolonisasi Fungi Mikoriza ......................................................................
Pemerangkapan (Trapping Culture) ........................................................
Pengamatan ............................................................................................

15
15
15
16
17
18
19

HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................
Kondisi Fisik dan Kimia Tanah ...............................................................
Kepadatan Spora Tanah Sample ..............................................................
Kepadatan Spora Hasil Trapping ............................................................
Persentase Kolonisasi Akar .....................................................................

20
20
21
26
30

KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................
Kesimpulan ..............................................................................................
Saran .......................................................................................................

34
34
34

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

35

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil analisis sifat kimia tanah sampel dibawah tegakan sengon….
Tabel 2. Kepadatan spora pada tiap sample per 50 gram sampel tanah…….
Tabel 3. Identifikasi Macam Jenis Genus Spora Mikoriza Arbuskula………
Tabel 4. Kepadatan Spora pada Sampel Tanah Trapping Penyaringan (I) …
Tabel 5. Kepadatan Spora pada Sampel Tanah Trapping Penyaringan (II)..
Tabel 6. Persentase kolonisasi akar pada anakan sampel………………….

21
21
23
27
27
31

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Penampang vesikula pada akar yang terinfeksi mikoriza………… 30
Gambar 2. Penampang akar yang tidak terinfeksi mikoriza…………………. 31

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bibit Pueraria javanica…………………………………….
Lampiran 2. Kriteria Persentase Kolonisasi Akar……………………….
Lampiran 3. Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Tanah……………………….
Lampiran 4.Hasil Perhitungan Persentase Infeksi Akar………………….

39
40
41
42

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman Fungi
Mikoriza Arbuskula di bawah tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria) di areal
PT Raja Garuda Mas Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat. Parameter yang
diamati yaitu derajat infeksi akar, kepadatan spora dan identifikasi jenis spora.
Pengidentifikasian Mikoriza dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah,
Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
dimulai pada bulan Agustus sampai Desember 2010. Karakteristik morfologi yang
digunakan untuk mengidentifikasi jenis Fungi Mikoriza Arbuskula adalah bentuk
ketebalan dinding sel, ada tidaknya substanding hifa, kehalusan permukaan dan
reaksi spora terhadap melzers. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kolonisasi akar rata-rata sebesar 18,46 % dan termasuk dalam kategori rendah.
Penyebaran spora pada tanah sampel terdapat 137 jenis genus Fungi Mikoriza
Arbuskula yaitu 128 jenis Glomus, 3 jenis Acaulospora dan 6 jenis Gigaspora
sedangkan pengaruh lama penyimpanan inokulum media tanah pada hasil
trapping menunjukkan penurunan yang sangat drastis dalam jangka waktu
penyimpanan selama dua bulan.
Kata kunci : Mikoriza Arbuskula, Lama Penyimpanan, Inokulum Tanah

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
The objective of this research is to know the diversity of arbuscular
mycorrhizal fungi under the sengon’s stand (Paraserianthes falcataria) at PT
Raja Garuda Mas, Besitang Subdistrict, Langkat Regency. The parameters
observed were degree of root infection, spore density, and the identification of
spore genus. The identification was doing at soil biology laboratory,Department
of Agroekoteknologi, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, begin
from August until December 2010. Morfhology characteristic which used to
identify arbuscular mycorrhizal fungi type are membrane cell’s thick, substanding
hypa, smooth surface and reaction spore from melzers. The result show that
avarange of root colonization is 18,46 % which include to low infected. The
sample spread are 137 type of arbuscular mycorrhizal fungi spore which include
of 128 type of Glomus,3 type of Acaulospora and 6 type of Gigaspora and also the
duration of storage soil inoculum from trapping which save during 2 months
shown the significant descrease spore density.

Key Words : arbuscular mycorrhizal, duration storage, soil inoculum

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seluruh kehidupan di alam raya bersama lingkungan serta keseluruhan
menyusun ekosfir. Ekosfir yang dihuni oleh berbagai komunitas biota yang
mandiri serta lingkungan abiotik (anorganik) dan sumber – sumbernya disebut
ekosistem. Setiap ekositem dicirikan dengan adanya kombinasi yang unik antara
biota (organisme) dan sumber-sumber abiotik yang berfungsi memelihara
kesinambungan aliran energi dan nutrisi (hara) bagi biota tersebut. Di dalam
tanah, berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian terdapat dua golongan
jasad hayati tanah yaitu menguntungkan dan merugikan. Dalam hal ini ada
beberapa simbiosis antara mikrobia tanah sebagai produsen zat-zat aditif, antara
lain yaitu asosiasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dengan tanaman, dimana
interaksi ini dapat merangsang produksi hormon seperti indole acetic acid (IAA),
sitokinin, auksin, giberelin, serta eksudasi asam-asam organik dari akar. Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) dapat menyuplai substansi bagi tanaman dan ada
kaitannya dengan kemampuan FMA untuk bersaing dengan biota sapropitik
dalam tanah terhadap tanah glukosa yang ada dan merombaknya menjadi gula
(Hanafiah dkk, 2005 ).
Mikrobiologi di dalam tanah merupakan suatu lingkungan yang sangat
unik dan terdiri dari berbagai macam jenis, diantaranya adalah bakteri,
actinomicetes, fungi, alga, dan protozoa, dan salah satu diantaranya sebagian
besar mempengaruhi interaksi biologi di alam dan biasanya terdapat di bawah
tegakan pohon-pohon hutan. Asosiasi unik yang terdapat pada struktur tanaman
tingkat tinggi dikenal dengan istilah mikoriza atau disebut juga dengan istilah

Universitas Sumatera Utara

jamur akar, jamur ini akan menginfeksi jaringan akar dengan fungi khusus
mikoriza. Biasanya jamur akar ini dapat ditemukan langsung dibawah akar pohon
tingkat tinggi tersebut. Mikoriza dapat dibagi pada dua kategori yaitu etotropik
dan endotropik. Pada jenis etotropik, fungi menginfeksi di sekeliling permukaan
luar dari akar dan menginfeksi jaringan sel tanaman. Sedangkan pada jenis
endomikoriza, penetrasi dilakukan dengan menginfeksi inang. Asosiasi ini terjadi
pada jenis-jenis tanaman yang tergolong pada jenis-jenis tanaman buah, dan jenis
tanaman legum. Mikoriza sangat penting dalam kehutanan karena dapat mengatasi
masalah reforestasi dan aforestasi dalam pembukaaan lahan baru. Akar yang
diinfeksi oleh mikoriza ini lebih sering berasimilasi dengan fosfat dan pohon
dapat tumbuh baik tanpa terjadi defisiensi fosfor ( Garret, 1963).
Fungi mikoriza arbuskula dapat ditemukan hampir pada sebagian besar
tanah, pada umumnya tidak mempunyai inang yang spesifik. Namun tingkat
populasi dan tingkat komposisi jenis sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh
karakteristik tanaman dan sejumlah faktor lingkungan seperti suhu, pH,
kelembapan tanah dan kandungan fospor dan nitrogen. Suhu terbaik untuk
perkembangan FMA adalah pada suhu 30 °C, tetapi untuk kolonisasi miselia yang
terbaik adalah pada suhu 28-35 °C (Suhardi, 1989; Setiadi, 2001 Powell dan
Bagyaraj, 1984).
Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan
akar tanaman (Brundrett, 1996). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat
bentuk simbiosis ini. Umumnya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu:
endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman
pertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan), dan ektendomikoriza

Universitas Sumatera Utara

(Harley dan Smith, 1983). Peranan penting FMA dalam pertumbuhan tanaman
adalah kemampuannya untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro.
Selain itu akar yang mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam
bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman. Hifa eksternal pada mikoriza
dapat menyerap unsur fosfat dari dalam tanah, dan segera diubah menjadi
senyawa polifosfat. Senyawa polifosfat kemudian dipindahkan ke dalam hifa dan
dipecah menjadi fosfat organik yang dapat diserap oleh sel tanaman. Efisiensi
pemupukan P sangat jelas meningkat dengan penggunaan mikoriza. Tanaman
yang mempunyai mikoriza cenderung lebih tahan terhadap kekeringan
dibandingkan dengan tanaman yang tidak mempunyai mikoriza. Rusaknya
jaringan kortek akibat kekeringan dan matinya akar tidak permanen pengaruhnya
pada akar yang bermikoriza. Setelah periode kekurangan air, akar yang
bermikoriza akan cepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena hifa jamur
mampu menyerap air yang ada pada pori – pori tanah saat akar tanaman tidak
mampu lagi menyerap air dan penyerapan hifa yang sangat luas ( Dewi, 2007).
Akar tanaman yang terbungkus oleh mikoriza akan menyebabkan akar
tersebut terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akar akan
terhambat, disamping itu mikoriza akan menggunakan semua kelebihan
karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak
cocok bagi pertumbuhan patogen. Dipihak lain, jamur mikoriza ada yang dapat
melepaskan antibiotik yang dapat

mematikan patogen. Mikoriza dapat

mengurangi perkembangan penyakit

busuk akar yang disebabkan oleh

Phytopthora cinamomi dan dapat juga menekan serangan nematoda bengkak akar
(Marx, 1982).

Universitas Sumatera Utara

Tujan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman Fungi
Mikoriza Arbuskula di bawah tegakan sengon di Kecamatan Besitang, Kabupaten
Langkat.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi
mengenai status dan keanekaragaman jenis fungi mikoriza arbuskula di bawah
tegakan sengon di Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Sengon (Paraserienthes falcataria) adalah tanaman yang secara alami
dapat bersimbiosis dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Namun pada
kondisi lapangan keaktifan maksimal simbiosis tersebut tidak dapat diketahui.
Sistem perakaran pada tanaman tingkat tinggi berasosiasi tidak hanya dengan
mengubah lingkungan organik dan anorganik tetapi juga dengan sistem metabolik
dari mikroorganisme. Mikroflora yang hidup disekitar perakaran memiliki
perbedaan dari karakteristik tanah lainnya. Lingkungan perakaran unik

yang

bepengaruh terhadap akar tanaman disebut dengan rhizosfer. Kolonisasi dari
lingkungan darat dapat meningkatkan suplai energi pada mikroorganisme
heterotropik . Asosiasi dari berbagai jenis fungi pada akar dengan jelas dapat
diseleksi secara individual pada jenis tanaman yang terdapat mikoriza.
Lingkungan tanah berinteraksi pada akar terdapat sumber energi primer dan fungi
mikoriza. Sebagai hasilnya adalah jaringan sumber energi primer dengan mudah
dapat diambil oleh tanaman inang sehingga dapat meningkatkan produktivitas
tanaman (Read dkk, 1984).
Jenis-jenis dari struktur mikoriza yang berasosiasi sebagian tanah dan
sistem vegetasi (Read dkk, 1984). Sebagian besar tersebar dengan jenis mikoriza
arbuskular dan vesikular. Pada jenis mikoriza arbuskula, karakteristik stuktur
dapat disebut dengan vesikel dan pada bagian cabang dari hifa disebut dengan
arbuskular dan fase yang paling penting dapat berhubungan langsung dengan
tanah. Jenis-jenis fungi mikoriza antara lain Glomus, Gigaspora, dan

Universitas Sumatera Utara

Acaulospora. Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis
jamur tertentu dengan perakaran tanaman (Brundrett, 1996).
Simbiosis ini terdapat hampir pada semua jenis tanaman. Fungi mikoriza
ini dibagi dalam dua jenis, yaitu endomikoriza dan ektomikoriza. Namun pada
umumnya mikoriza lebih banyak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dengan
adanya penambahan kelompok mikoriza yang merupakan bentuk peralihan dari
kedua jenis tadi, yaitu ektendomikoriza. Jamur ektomikoriza memasuki akar dan
mengganggu sebagian lamela tengah di antara sel korteks. Susunan hifa di
sekeliling sel korteks ini disebut jaring Hartig (Harley dan Smith, 1983).
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dapat berasosiasi dengan hampir 90%
jenis tanaman dimana tiap jenis tanaman dapat juga berasosiasi dengan satu atau
lebih jenis FMA. Tetapi tidak semua jenis tumbuhan dapat memberikan respon
pertumbuhan positif terhadap inokulasi FMA. Konsep ketergantungan tanaman
akan FMA adalah relatif dimana tanaman tergantung pada keberadaan FMA untuk
mencapai pertumbuhannya. Tanaman yang mempunyai ketergantungan yang
tinggi pada keberadaan FMA, biasanya akan menunjukkan pertumbuhan yang
nyata terhadap inokulasi FMA, dan sebaliknya tidak dapat tumbuh sempurna
tanpa adanya asosiasi dengan FMA (Setiadi, 2001).
Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut (feeder
roots). Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun membentuk
miselium yang tersusun longgar pada permukaan akar, jamur juga membentuk
vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut
dengan FMA, sebagai contoh jenis Glomus dan Acaulospora, fase kontak dan
prose infeksi FMA dengan akar tanaman dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada

Universitas Sumatera Utara

keadaan tidak ada tanaman inang, hifa yang terbentuk dari spora sebelum
simbiosis (presimbiotik) berhenti tumbuh dan akhirnya mati. Adanya akar
tanaman inang, jamur melalui hifanya akan kontak dengan tanaman inang dan
mulai proses simbiotik. Fase kontak dimulai dengan kejadian seperti pertentangan
pertumbuhan jamur dengan akar tanaman, pola percabangan akar baru, dan pada
akhirnya terbentuk apresorium. Apresorium merupakan struktur penting dalam
siklus hidup FMA. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) bersimbiosis dengan akar
tanaman dan merupakan cendawan simbiotik obligat yang termasuk ke dalam
kelas Zygomycetes dan ordo Glomalaes. Glomales mencakup dua sub ordo yaitu
Glomineae dan Gigasporineae. Sub ordo Glomineae terdiri dari dua famili yaitu
Glomaceae dengan genus

Glomus dan

Sclerosystis, dan

Acaulosporaceae

dengan genus Acaulospora dan Entrophospora. Sub ordo Gigasporineae terdiri
atas satu famili, yaitu Gigasporaceae dengan genus Gigaspora dan Scutellospora
(Smith dan Read, 1997).
Karakteristik Fungi Mikoriza
Struktur utama FMA

adalah Arbuskula, vesikula, hifa eksternal dan

spora antara lain adalah (Dewi, 2007)
-

Arbuskula adalah struktur hifa yang bercabang-cabang seperti pohonpohon kecil yang mirip haustorium (membentuk pola dikotom), berfungsi
sebagai tempat pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur.
Struktur ini mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan
penetrasi cabang hifa lateral Arbuskula menyediakan area permukaan yang
lebih luas untuk pertukaran metabolik. Arbuskula merupakan struktur
FMA yang bersifat labil di dalam akar tanaman. Sifat kelabilan tersebut

Universitas Sumatera Utara

sangat tergantung pada metabolisme tanaman, bahan makanan dan
intensitas radiasi matahari (Mosse, 1981; Brundrett, 2003). Pembentukan
struktur tersebut dipengaruhi jenis tanaman, umur tanaman, dan morfologi
akar tanaman yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke
dalam dinding sel inang .
-

Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat,
mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan
makanan atau berkembang menjadi klamidospora, yang berfungsi sebagai
organ reproduksi dan struktur tahan. Vesikel biasanya dibentuk lebih
banyak di luar jaringan korteks pada daerah infeksi yang sudah tua, dan
terbentuk setelah pembentukan arbuskul. Jika suplai metabolik dari
tanaman inang berkurang, cadangan makanan itu akan digunakan oleh
cendawan sehingga vesikua mengalami degenerasi. Pada ordo Glomales
tidak semua genus memiliki vesikula

-

Hifa Eksternal, merupakan struktur lain dari FMA yang berkembang di
luar akar. Hifa ini berfungsi menyerap hara dan air di dalam tanah. Adanya
hifa eksternal yang berasosiasi dengan tanaman akan berperan penting
dalam perluasan bidang adsorpsi akar sehingga memungkinkan akar
menyerap hara dan air dalam jangkauan yang lebih jauh (Mosse, 1981).

-

Spora, merupakan propagul yang bertahan hidup dibandingkan dengan
hifa yang ada di dalam akar tanah. Spora terdapat pada ujung hifa
eksternal dan dapat hidup selama berbulan-bulan, bahakan bertahun-tahun.
Perkecambahan spora bergantung pada lingkungan seperti pH, temperatur,
dan kelembaban tanah serta kadar bahan organik

Universitas Sumatera Utara

Penyebaran Fungi Mikoriza Arbuskula
Fungi mikoriza arbuskula dapat ditemukan hampir pada semua tanah dan
seringkali secara nyata memperbaiki pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah yang
tidak subur (Smith dan Read, 1997).
Fungi mikoriza biasanya tersebar dengan berbagai cara. Penyebaran aktif
miselia melalui tanah, setelah infeksi di akar hifa berkembang di daerah perakaran
pada tanah dan terbentuk struktur fungi, diantaranya miselium eksternal akar yang
merupakan organ yang sangat penting dalam menyerap unsur hara dan
mentransfer ke tanaman ( Setiadi, 2001).
Ekosistem alami mikoriza di daerah tropika (tropical rain forest), dicirikan
oleh keragaman spesies yang sangat tinggi, khususnya dari jenis ektomikoriza
Hutan alami yang terdiri dari banyak spesies tanaman dan umur yang tidak
seragam sangat mendukung perkembangan mikoriza. Konversi hutan untuk lahan
pertanian akan mengurang keragaman jenis dan jumlah propagul cendawan,
karena perubahan spesies tanaman, jumlah bahan organik yang dihasilkan, unsur
hara dan struktur tanah (Munyanziza dkk., 1997).
Ekologi Fungi Mikoriza Arbuskula
Lingkungan dan faktor biotik diketahui memiliki pengaruh terhadap
pembentukan FMA dan derajat infeksi dari sel korteks inang. Perbedaan waktu
yang diperlukan untuk infeksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
kerapatan akar, rata-rata pertumbuhan akar,

jumlah spora/unit

volume

tanah,persentase perkecambahan spora dan rata-rata pertumbuhan hifa. Interaksi
antar faktor-faktor biotik ini memiliki efek yang sangat signifikant dalam

Universitas Sumatera Utara

memproses pertumbuhan tanaman yang akan diinokulasi. Faktor lingkungan
berpengaruh terhadap pembentukan FMA dalam hal suplai dan keseimbangan
hara, kelembapan, dan pH tanah (Richards, 1997).
Fungi mikoriza arbuskula yang membentuk asosiasi simbiotik dengan akar
tanaman inangnya yang dapat hidup di dalam dan di luar jaringan akar (dalam
tanah), fenomena ini dapat secara langsung berinteraksi dengan mikrobia tanah
lainnya atau melalui fisiologi inang (akar dan pola eksudasi). Selain itu juga
dipengaruhi oleh inang dan faktor edafik seperti pH tanah, kelembapan, komposisi
nutrisi, bahn organik dan sifat fisik inang (Lestari,1998).
Bahan organik merupakan salah komponen penyusun tanah yang penting
di samping air dan udara. Jumlah spora FMA tampaknya berhubungan dengan
kandungan bahan organik didalam tanah. Jumlah maksimum spora ditemukan
pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik 1-2 % sedangkan pada tanahtanah berbahan organik kurang dari 0,5 % kandungan spora sangat rendah
(Pujianto,2001).
Secara fisik pada tanah yang dikatakan subur terdapat sejumlah besar
agregat baik mikro maupun makro yang stabil. Hifa eksternal FMA yang
berkembang kedalam tanah dapat mengikat partikel-partikel tanah dan
membentuk agregat sehingga jumlah partikel tanah yang terdegradasi jauh lebih
banyak dibandingkan dengan tanaman yang terinfeksi mikoriza. Pembentukan
agregat tanah yang stabil dengan FMA merupakan faktor penting dalam
meningkatkan kesuburan fisik tanah (Baon, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Peranan Fungi Mikoriza Arbuskula
FMA dapat memperbaiki penyerapan hara dan meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Fungi mikoriza ini dapat menginfeksi akar tanaman kemudian
memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman dapat meningkatkan
kapasitas penyerapan unsur hara. Unsur hara yang diserap terutama adalah unsur
hara P. Kemampuan FMA ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk
organik. Selain perbaikan nutrisi, telah banyak dilaporkan bahwa FMA juga
mampu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan patogen tular tanah
dan juga dapat membantu pertumbuhana tanaman pada tanah yang tercemar
logam berat seperti lahan bekas tamabang (bioremidiator) (Linderman, 1996;
Setiadi, 2001).
Peran FMA sebetulnya secara tidak langsung meningkatkan ketahanan
terhadap kadar air yang ekstrim. Fungi mikoriza dapat mempengaruhi kadar air
tanaman inang (Morte dkk., 2000). Ada beberapa dugaan tanaman bermikoriza
lebih tahan terhadap kekeringan, antara lain :
1. Adanya mikoriza menyebabkan resistensi akar terhadap gerakan air menurun
sehingga transpor air ke akar meningkat.
2.

Peningkatan status P tanaman sehingga daya tahan tanaman terhadap

kekeringan meningkat. Tanaman

yang mengalami kahat P cenderung peka

terhadap kekeringan.
3. Pertumbuhan yang lebih baik serta ditunjang adanya hifa eksternal cendawan
yang dapat menjangkau air jauh ke dalam tanah sehingga tanaman dapat bertahan
pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (Auge, 2001).

Universitas Sumatera Utara

4. Pengaruh tidak langsung karena adanya hifa eksternal yang menyebabkan
FMA efektif dalam mengagregasi butir tanah sehingga kemampuan tanah
menyimpan air meningkat.
Secara tidak langsung, cendawan mikoriza berperan dalam perbaikan
struktur tanah, meningkatkan kelarutan hara dan proses pelapukan bahan induk.
Sedangkan secara langsung, fungi mikoriza dapat meningkatkan serapan air, hara
dan melindungi tanaman dari patogen akar dan unsur toksik. Sedikitnya ada 5 hal
yang dapat membantu perkembangan tanaman dari adanya mikoriza ini antara lain
Mikoriza dapat meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah, mikoriza dapat
berperan sebagai penghalang biologi terhadap infeksi patogen akar, meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan kelembaban yang ekstrim,
meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh lainnya
seperti auxin, menjamin terselenggaranya proses biogeokemis (Nuhamara, 1994).
Morfologi Fungi
Pada umumnya sel fungi lebih besar dibandingkan daripada kebanyakan
bakteri, tetapi fungi lebih kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Fungi sangat
beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 µm, lebar dan panjangnya 5
sampai 30 µm atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang
memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas,
namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran
dan sel-sel individu, tergantung dari umur dan lingkungannya. Fungi tidak
dilengkapi flagelum atau organ – organ penggerek lainnya. Tubuh, thallus, suatun
kapang umumnya terdiri dari dua bagian yaitu misellium dan spora ( sel resisten,
istirahat atau dorman). Misellium merupakan kumpulan beberapa vilamen yang

Universitas Sumatera Utara

dinamakan dengan hifa. Setiap hifa lebarnya 5 sampai 10 µ m, dibandingkan
dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 µm. Disepanjang hifa terdapat
sitoplasma bersama. Ada tiga macam morfologi hifa, antara lain :
1. Aseptat atau senosit. Hifa ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum
2. Septat dengan sel-sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang
atau sel-sel berisi sel nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori di
tengah- tengah yang memungkinkan perpindahan nukleus dan sitoplasma
dari suatu ruang ke ruang yang lain. Ruang suatu hifa yang bersekat tidak
terbatasi oleh suatu membran sebagaimana halnya pada sel yang khas,
setiap ruangan itu biasanya dinamakan sel
3. Septat dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel
dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang
Miselium dapat vegetatif (somatik) atau reproduktif. Beberapa hifa atau miselium
somatik menembus ke dalam medium untuk mendapatkan zat makanan. Miselium
reproduksi bertanggung jawab untuk pembentukkan spora dan biasanya tumbuh
meluas ke udara dari medium. Miselium suatu kapang dapat merupakan jaringan
yang terjalin lepas atau dapat merupakan struktur padat yang terorganisasi seperti
pada jamur (Pelczar dan Chan, 2005).
Sistem Reproduksi Fungi
Secara alamiah cendawan berkembang biak dengan berbagai cara, baik
seksual maupun aseksual dengan pembelahan, penguncupan atau pembentukan
spora, dapat pula secara seksual dengan peleburan nukleus dan dua sel induknya,
pada pembelahan, satu sel membagi diri menjadi dua sel anak yang serupa. Pada
penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya.

Universitas Sumatera Utara

Spora aseksual yang berfungsi untuk menyebarkan spesies di bentuk dalam
jumlah besar. Ada banyak macam spora aseksual yaitu:
1. Konidiospora atau konidium. Konidium yang bersel satu dan kecil disebut
mikrokonidium. Konidium yang besar dan bersel banyak dinamakan
makrokonidium. Konidium dibentuk di ujung atau disisi suatu hifa
2. Sporangiospora. Spora bersel satu yang dibentuk di dalam kantung di
ujung hifa disebut sporangium.
3. Oudium atau arthospora. Spora yang terbentuk karena ujung-ujung hifa
yang terlepas
4. Klamidospora. Spora bersel satu yang berdinding tebal yang sangat
resisten terhadap keadaan yang buruk, terbentuk dari sel-sel hifa yang
somatik
5. Blastospora. Tunas atau kuncup pada sel-sel khasmir
Meskipun suatu cendawan tunggal dapat membentuk spora aseksual dan seksual
dengan beberapa cara pada waktu yang berlainan dan dalam keadaan yang
berbeda, struktur serta metode pembentukan spora-spora itu cukup konstan untuk
digunakan dalam identifikasi dan klasifikasi untuk mengetahui jenis dari spora
yang ada (Pelczar dan Chan, 2005).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2010. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah, Departemen Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan pengambilan sampel
tanah di Areal PT Raja Garuda Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat .
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah dan akar
tanaman di bawah tegakan sengon. Untuk ekstraksi dan identifikasi spora
mikoriza digunakan bahan berupa larutan glukosa 60%, larutan Melzers sebagai
bahan pewarna spora dan larutan polyvinyl lacto glycerol (PVLG) sebagai bahan
pengawet spora.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan contoh tanah
dan dan akar tanaman adalah kompas, tali plastik, cangkul, kantong plastik, dan
spidol serta kertas label, sedangkan peralatan untuk pengamatan di laboratorium
adalah saringan 425µm, 212 µm, 106 µm, dan 53 µm, tabung sentrifuse, cawan
petri, pinset spora, mikroskop binokuler, mikroskop cahaya, kaca preparat, dan
kaca penutup.

Eksplorasi dan Identifikasi Fungi Mikoriza arbuskula
Pengambilan Contoh Tanah dan Akar
Teknik pengambilan contoh tanah dan akar mengacu pada metode Kim
dan Weber (1985) dan Ragupathy dan Mahadevan (1991), yaitu metode jalur

Universitas Sumatera Utara

(Transect Method). Jalur dibuat sepanjang 120 m dengan lebar 5 m dari garis
pantai menuju ke daratan. Jalur dibagi dalam 6 petak dengan ukuran panjang
setiap petak 20 m dan lebar 5 m. Jumlah jalur yang dibuat sebanyak 6 jalur
dengan jarak antar jalur sekitar 200 m.
Pada masing-masing petak dalam jalur diambil contoh tanah sebanyak
600–700 g dari zona rhizosfir, yaitu pada kedalaman 0–20 cm. Selain itu juga
diambil 3 jenis anakan yang dominan pada setiap petak ukur untuk mempelajari
kolonisasi FMA pada setiap petak ukur.
Ekstraksi dan Identifikasi Spora Fungi Mikoriza Arbuskula
Teknik yang digunakan dalam mengekstraksi spora FMA adalah teknik
tuang – saring dari Pacioni (1992) dan akan dilanjutkan dengan teknik sentrifugasi
dari Brundrett dkk. (1996). Prosedur kerja teknik tuang – saring ini dimulai
dengan mencampurkan tanah sampel sebanyak 50 g dengan 200–300 ml air dan
diaduk sampai butiran-butiran tanah hancur. Selanjutnya disaring dalam satu set
saringan dengan ukuran 425 µ m, 212 µm 106 µm dan 53 µm secara berurutan dari
atas ke bawah. Dari saringan bagian atas disemprot dengan air kran untuk
memudahkan bahan saringan lolos. Kemudian saringan paling atas dilepas dan
saringan kedua kembali disemprot dengan air kran. Setelah saringan kedua dilepas
sejumlah tanah sisa yang tertinggal pada saringan terbawah dipindahkan ke dalam
tabung sentrifuse.
Ekstraksi spora teknik tuang – saring ini kemudian diikuti dengan teknik
sentrifugasi dari Brundrett dkk. (1996). Hasil saringan dalam tabung sentrifuse
ditambahkan dengan glukosa 60% yang diletakkan pada bagian bawah dari
larutan tanah dengan menggunakan pipet. Tabung sentrifuse ditutup rapat dan

Universitas Sumatera Utara

disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 3 menit. Selanjutnya larutan
supernatan tersebut dituang ke dalam saringan 53 µm, dicuci dengan air mengalir
(air kran) untuk menghilangkan glukosa. Endapan yang tersisa dalam saringan di
atas dituangkan ke dalam cawan petri dan kemudian diamati di bawah mikroskop
binokuler untuk penghitungan kepadatan spora dan pembuatan praparat guna
identifikasi spora FMA yang ada.
Pembuatan preparat spora menggunakan bahan pewarna Melzer’s dan
pengawet PVLG yang diletakkan secara terpisah pada satu kaca preparat. Sporaspora FMA yang diperoleh dari ekstraksi setelah dihitung jumlah diletakkan
dalam larutan Melzer’s dan PVLG dan jenis spora FMA yang ada dikedua larutan
ini sama Selanjutnya spora-spora tersebut dipecahkan secara hati-hati dengan cara
menekan kaca penutup preparat menggunakan ujung lidi. Perubahan warna spora
dalam larutan Melzer’s adalah salah satu indikator untuk menentukan tipe spora
yang ada.
Kolonisasi FMA pada Akar Tanaman Sampel
Pengamatan kolonisasi FMA pada akar tanaman contoh dilakukan melalui
teknik pewarnaan akar (staining). Metode yang digunakan untuk pembersihan dan
pewarnaan akar sampel adalah metode dari Kormanik dan McGraw (1982).
Langkah pertama adalah memilih akar-akar halus dengan diameter ± 0,5 mm
segar dan dicuci dengan air mengalir hingga bersih.
Akar sampel dimasukkan ke dalam larutan KOH 10% dan dibiarkan
selama lebih kurang 24 jam sehingga akar akan berwarna putih atau pucat.
Tujuannya adalah untuk mengeluarkan semua isi sitoplasma dari sel akar sehingga
akan memudahkan pengamatan struktur infeksi FMA. Larutan KOH kemudian
dibuang dan akar contoh dicuci pada air mengalir selama 5-10 menit.

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya akar contoh direndam dalam larutan HCl 2% dan diinapkan selama
satu malam. Larutan HCl 2% kemudian dibuang dengan mengalirkannya secara
perlahan-lahan. Selanjutnya akar sampel direndam dalam larutan Trypan blue
0,05%. Kemudian larutan Trypan blue dibuang dan diganti dengan larutan lacto
glycerol untuk proses destaining (pengurangan warna). Selanjutnya kegiatan
pengamatan siap dilakukan.
Penghitungan persentase kolonisasi akar menggunakan metode panjang
akar terkolonisasi (Giovannetti dan Mosse, 1980). Secara acak diambil potongpotongan akar yang telah diwarnai dengan panjang ± 1 cm sebanyak 10 potongan
akar dan disusun pada kaca preparat, untuk setiap tanaman sampel dibuat dua
preparat akar. Potongan-potongan akar pada kaca preparat diamati untuk setiap
bidang pandang. Bidang pandang yang menunjukkan tanda-tanda kolonisasi
(terdapat hifa dan atau arbuskula dan atau vesikula) diberi tanda positif (+),
sedangkan yang tidak terdapat tanda-tanda kolonisasi diberi tanda negatif (-).
Derajat/persentase kolonisasi akar dihitung dengan menggunakan rumus:
% kolonisasi akar

=

∑ bidang _ pandang _ ber tan da _(+)
∑ bidang _ pandang _ keseluruhan

x 100%

Pemerangkapan (Trapping Culture)
Teknik pemerangkapan digunakan dengan mengikuti metode Brundreet et
al.,(1994). Setiap contoh tanah dibuat 5 pot kultur dan terdapat 6 sampel tanah
sehingga terdapat 30 pot kultur. Media tanam pot kultur berupa campuran 50 g
dan pasir sebanyak 150 g, elanjutnya bibit Pueraria javanica ditaruh pada lubang
tanam yang sudah diisi dengan pasir tanah kemudian ditutupi lagi dengan pasir.

Universitas Sumatera Utara

Pemeliharaan kultur meliputi kegiatan penyiraman, pemberian hara dan
pengendalian hama secara manual. Larutan hara yang digunakan adalah Hyponex
merah (25-5-20) dengan konsentrasi 1 g/l. Pemberian larutan hara dilakuan setiap
minggu sebanyak 20 ml tiap pot kultur.
Setelah kultur berumur 8 minggu kegiatan penyiraman dihentikan dengan
tujuan menkondisikan kultur pada keadaan stress kekeringan. Proses pengeringan
ini berlangsung secara perlahan sehingga dapat merangsang pembentukan spora
lebih banyak. Periode pengeringan ini akan berlangsung selama lebih kurang 2
minggu.

Setelah itu dapat dilakukan pemanenan spora dengan menggunakan

teknik isolasi spora yang telah dijelaskan pada Bagian A (Ekstraksi dan
Identifikasi Spora Fungi Mikoriza Arbuskula)
Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan secara deskriptif dan menyajikan
tabel- tabel hasil identifikasi genus- genus fungi mikoriza serta tanaman yang
menjadi inangnya. Selanjutnya membandingkan identifikasi spora langsung dari
sampel tanah dan identifikasi metode trapping.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Fisik dan KimiaTanah
Berdasarkan data analisis kimia tanah diketahui bahwa kisaran pH tanah
yang terdapat pada areal penelitian tergolong masam. Pada umumnya, tanah yang
sudah berkembang lanjut di daerah iklim humid (daerah lembab dengan curah
hujan tinggi) mempunyai pH yang rendah. Hal ini disebabkan karena penguapan
yang semakin tinggi menyebabkan tertimbunnya unsur-unsur di permukaaan
tanah. Tingkat kemasaman tanah (pH) ini selain berperan penting dalam
ketersediaaan unsur hara juga mempengaruhi perkecambahan spora. Menurut
pernyataan Widyastuti dkk. (2005) ketersediaan P erat kaitannya dengan tingkat
kemasaman tanah. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa tanah yang
terdapat di lokasi penelitian tergolong tanah yang masam sedangkan ketersediaan
P di dalam tanah tergolong sangat rendah, hal ini dapat memungkinkan terjadinya
hubungan timbal balik antara kemasaman tanah dan ketersediaan P di dalam
tanah. Rendahnya kandungan P di dalam tanah menyebabkan tumbuhan mampu
membentuk simbiosis dengan FMA. Selain itu ketersediaan N total di dalam tanah
juga tergolong sangat rendah, sedangkan N sangat berperan penting dalam
pertumbuhan tanaman, dan nisbah C/N mempengaruhi ketersediaan unsur hara di
dalam tanah sehingga menjadi parameter tanah subur atau tidak. Dan tanah pada
areal penelitian ini tergolong tidak subur berdasarkan kriteria dari analisis sifat
kimia tanahn yang sudah dilakukan.
Menurut Safir dan Duniway (1982) menyatakan bahwa unsur hara lain
juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikoriza. Apabila tingkat nitrogen
tanah yang tinggi maka akan berpengaruh negatif terhadap pembentukan dan

Universitas Sumatera Utara

perangsangan pertumbuhan fungi mikoriza, pengaruh nitrogen terhadap fungi
mikoriza juga dipengaruhi kuat oleh ketersediaaan fosfor rendah atau tinggi di
dalam tanah. Ketersediaan fosfor tanah sangat dibutuhkan karena kandungan
fosfor tinggi maka fungi mikoriza terdapat sedikit di sekitar rhizosfir, dan
sebaliknya fungi mikoriza dapat berkembang dengan baik pada tanah yang
mempunyai fosfor lebih rendah, hal ini sesuai dengan pernyataan Harley dan
Smith (1983) dalam Adawiyah (2009).
Tabel 1. Hasil analisis sifat kimia tanah sample dibawah tegakan sengon
( Paraserianthes falcataria)
Parameter
pH
C/N
C-organik
N-total
K-dd
P-tersedia

Satuan
%
%
me/100
ppm

Kisaran Nilai
5,56
10,64
2,66
0,25
0,39
5,31

Keterangan
Masam
Rendah
Sedang
Sangat Rendah
Sedang
Sangat Rendah

Keterangan : Penilaian sifat-sifat tanah didasarkan pada Kriteria Penilaian Sifat-sifat Tanah ( Pusat
Penelitian Tanah-Bogor,1983)

Kepadatan Spora Pada Tanah Sampel
Hasil pengamatan menunjukan bahwa rata-rata kepadatan spora per 50
gram tanah adalah 33,8/50gram tanah . Kepadatan jumlah spora di ulang sebanyak
enam kali. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh keakuratan hasil dari
kepadatan spora.
Tabel 2. Kepadatan spora pada tiap sample per 50 gram sampel tanah
Tanah sampel
1
2
3
4
5
6
Jumlah
Rata-rata

Jumlah spora
13
27
40
53
43
27
203
33,8

Universitas Sumatera Utara

Dari data di atas dapat diketahui bahwa kepadatan spora per 50 gram tanah
sangat berbeda-beda pada tiap ulangan sampel tanah. Menurut pernyataan
Shiguenza dkk. (1996) dalam Adawiyah (2009) bahwa adanya perbedaan yang
terjadi di tiap sampel tanah disebabkan oleh fungi yang belum banyak
bersporulasi dan ada kecendrungan dipengaruhi oleh musim (curah hujan). Hal
inisesuai dengan pernyataan Delvian (2006) disebabkan karena kelembaban tanah
yang tinggi pada kondisi basah akan merangsang perkecambahan spora dan
terbentuknya kolonisasi dengan tanaman inang. Sebaliknya pada kondisi kering
atau sedikit hujan pembentukan spora baru akan meningkat dan persentase
kolonisasi akan menurun. Kondisi kering akan merangsang pembentukan spora
yang banyak sebagai respon alami dari FMA serta upaya untuk mempertahankan
keberadaannya di alam.
Hasil pengamatan di lapangan berdasarkan data di atas dapat diketahui
bahwa hal-hal yang berkaitan dengan kepadatan spora adalah perbedaaan lokasi
dan rhizosfer yang menyebabkan perbedaan keanekaragaman populasi dari fungi
mikoriza, hal ini sesuai dengan pernyataaan yang dinyatakan oleh Baon (1998)
dalam Adawiyah (2009) dan spora mikoriza dalam penyebarannya menyesuaikan
diri di lingkungan dan menunjukkan toleransi yang tinggi dan adaptasi yang
berbeda.
Hasil identifikasi menunjukan bahwa ada 3 genus mikoriza yang terdapat
pada tanah sampel yaitu Glomus, Acaulospora, dan Gigaspora, identifikasi
dilakukan dengan perbedaan ciri, karakteristik morfologi (bentuk ketebalan
dinding sel, ada tidak nya substanding hifa serta kehalusan permukaan dan reaksi

Universitas Sumatera Utara

spora terhadap Melzers). Pada identifikasi jenis spora ini hanya dapat
diidentifikasi sebanyak 137 jenis spora karena banyak spora yang rusak sehingga
sulit untuk mengidentifikasinya. Kepadatan spora FMA hasil observasi di
lapangan dalam 50 gr tanah yang dijadikan sebagai sampel, menunjukan hasil
yang berbeda pada setiap sample tanah. Sebaran Glomus juga merata pada setiap
sample tanah. Genus Glomus memiliki kepadatan paling tinggi, hal ini
menunjukan bahwa Glomus bersifat adaptif dan menunjukan toleransi yang tinggi
pada tanah di bawah tegakan sengon. Pada pengidentifikasian ini ditemukan ada
128 jenis genus Glomus, 3 jenis genus Gigaspora dan 6 jenis genus Acaulospora
(Tabel 3), namun pada pengidentifikasian ini tidak terdapat dokumentasi spora
dikarenakan pada saat penyimpanan preparat spora yang sudah diidentifikasi
hilang. Spora yang diidentifikasi hanya 137 jenis, banyak spora yang rusak,
sehingga tidak maksimal dalam melakukan identifikasi. Dibawah ini terdapat
beberapa spora mikoriza yang sudah diidentifikasi berdasarkan kesamaan
karakteristik morfologi ( bentuk ketebalan dinding sel, ada tidak nya substanding
hifa serta kehalusan permukaan dan reaksi spora terhadap Melzers).
Tabel 3. Identifikasi berbagai macam jenis Genus Spora Mikoriza Arbuskula
No

Jenis

1

Glomus sp 1

2

Glomus sp 2

3

Glomus sp 3

4

Glomus sp 4

Reaksi
Melzers
Tidak ada
perubahan
warna
Tidak ada
perubahan
warna
Perubahan
warna dari
kuning
menjadi
merah
Reaksi
warna

Karakteristik
Berbentuk bulat,warna merah bata agak
kekuningan dan dinding spora sangat halus
penampakannya
Spora berbentuk bulat,berwarna merah tua agak
kecoklatan, permukaannya sangat halus
Spora bulat, berdinding tebal dan berwarna
kemerah-merahan

Berbentuk bulat,spora mudah sekali pecah dan
spora berwarna kuning

Universitas Sumatera Utara

5

Glomus sp 5

6

Acaulospora
sp 1

7

Acaulospora
sp 2

8

Glomus
sp 6
Glomus
sp 7

9

10

Glomus
sp 8

11

Glomus
sp 9

12

13

14

menjadi
kuning
Reaksi
warna dari
merah
menjadi
coklat
Reaksi
warna
berubah
dari kuning
manjadi
kecoklatan
Perubahan
warna dari
kuning
menjadi
coklat
kemerahan
Tidak ada
reaksi
Reaksi
perubahan
warna
menjadi
gelap
Perubahan
warna dari
kuning
menjadi
agak
kecoklatan
Tidak ada
reaksi

Spora bulat,permukaannya halus dan warna
agak kecoklatan

Spora berbentuk bulat, berwarna kuning
kecoklatan dan dinding selnya mudah rusak

Spora berbentuk bulat, berwarna
kemerahan dan permukaan sangat halus

coklat

Spora berbentuk lonjong, berwarna coklat
Spora berbentuk bulat, terdapat benjolan kecil
dibawahnya dan berwarna agak kecoklatan

Memiliki tangkai spora, dan permukaan spora
agak halus berwarna coklat kemerahan, dinding
spora agak tebal

Spora berbentuk bulat, berwarna merah gelap,
permukaan spora agak halus dan dinding spora
tebal dan tidak ada corak
Acaulospora
Perubahan
Spora berbentuk bulat, permukaan spora
sp 3
warna dari terdapat bintil-bintil seperti rongga pada kulit
kuning
jeruk, berwarna merah tua kecoklatan dan
menjadi
dinding spora agak tebal
mer