17tafsi yunahar (nabi yusuf 6)

Nabi Yusuf AS (6)
Oleh Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.

ZULAIKHA memang seorang perempuan yang cerdik. Dia tidak menjauhi dan
memusuhi perempuan-perempuan kota yang menggunjing dan mencela namanya itu.
Dia membalasnya dengan cara lain, yaitu mengundang mereka ke rumahnya,
berkumpul, bercengkrama, dan makan minum bersama-sama. Dengan cara itu,
Zulaikha berharap mereka dapat mengerti kenapa dia jatuh cinta dan tergila-gila
kepada Yusuf.
Walaupun Al-Qur’an tidak menyebutkan dari kalangan mana perempuanperempuan kota yang mempergunjingkan Zulaikha, tetapi karena Zulaikha adalah
isteri seorang menteri, tentu saja yang membicarakannya juga perempuan-perempuan
dari kalangan atas juga yang selama ini berada dalam lingkungan pergaulannya.
Kadangkala sesama isteri para pejabat dan pembesar negara, sekalipun sering
bertemu dalam pesta-pesta, bercengkrama dengan ramah penuh gelak tawa, tetapi
sebenarnya mereka satu sama lain saling bersaing, masing-masing ingin tampil lebih
dari yang lain. Pesta-pesta adalah tempat yang paling baik untuk memamerkan diri
dengan pakaian dan perhiasan yang mahal-mahal. Persaingan tidak cukup dengan
penampilan, tetapi diikuti dengan kata-kata, menonjolkan kelebihan diri dan mencela
yang lain. Akibatnya timbul kecemburuan, bahkan tidak jarang meningkat menjadi
kedengkian dan kebencian. Tentu saja yang menjadi sasaran kedengkian, adalah
perempuan yang dianggap lebih, yang secara real memenangkan persaingan. Dengan


latar belakang seperti itu lah Zulaikha jadi pergunjingan mereka. Sekarang Zulaikha
ingin membalasnya dengan caranya sendiri.
Tamu-tamu sudah berdatangan. Al-Qur’an menyebutkan kepada masingmasing tamunya Zulaikha menyediakan sandaran dan sebuah pisau. Pisau di
sediakan untuk memotong aneka buah-buahan yang dihidangkan. Para tamu duduk
bersandar sambil menikmati hidangan dan bercengkerama dengan santai. Tatkala
mereka tengah asyik mengupas buah-buahan, tiba-tiba Zulaikha menyuruh Yusuf
keluar memperlihatkan diri. Begitu melihat Yusuf, perempuan-perempuan itu
terpesona, mata mereka tidak berhenti menatap pemuda yang sangat sempurna
ketampanannya itu. Tanpa disadari, tangan mereka bergerak tidak lagi memotong
buah-buahan, tapi melukai tangan mereka sendiri, sehingga ada yang luka jari, dan
ada yang luka telapak tangan. Rasa perih pun tidak dirasakan karena sangat kagum
dengan ketampanan Yusuf. Serta merta mereka berkomentar: “"Maha sempurna
Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang
mulia."
Menurut Zaid ibn Aslam, sebagaimana dikutip oleh Ibn Katsîr (II:587),
setelah selesai makan dan mereka tengah santai di tempat duduk masing-masing,
Zulaikha menghidangkan buah. Pada saat mereka sudah memegang pisau siap
mengupas dan memotong buah-buahan itu, Zulaikha menawarkan apakah mereka
ingin melihat Yusuf. Tentu saja mereka mengiyakan, karena selama ini memang

sangat ingin mengetahui seperti apa pemuda yang membuat Zulaikha tergila-gila itu.
Pada saat itulah Zulaikha menyuruh Yusuf keluar menampakkan diri. Setelah itu
Zulaikha menyuruh Yusuf untuk kembali masuk ke ruangan lain tempat dia berada

semula. Setelah Yusuf pergi mereka baru sadar telah melukai tangan masing-masing.
Zulaikha melihat inilah saat terbaik baginya untuk membela diri: “Kalian baru
melihatnya sekali, sudah terjadi seperti ini. Bagaimana dengan saya yang bertemu
tiap hari?” Perempuan-perempuan itu lalu mengakui bahwa Yusuf memang sangat
istimewa, dia bukan manusia, tetapi malaikat yang mulia. Mereka berjanji kepada
Zulaikha: “Setelah melihat ketampanan Yusuf, kami tidak lagi akan mencela
engkau”.
Segera setelah tamu-tamunya menyadari betapa tampannya Yusuf, wajar
kalau Zulaikha jatuh cinta kepadanya, segera isteri Al-‘Aziz itu menjelaskan apa
yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana rencana dia selanjutnya. Allah berfirman:
ÞóÇáóÊú ÝóÐóáößõäøó ÇáøóÐöí áõãúÊõäøóäöí Ýöíåö æóáóÞóÏú
ÑóÇæóÏúÊõåõ Úóäú äóÝúÓöåö ÝóÇÓúÊóÚúÕóãó æóáóÆöäú áóãú
íóÝúÚóáú ãóÇ ÁóÇãõÑõåõ áóíõÓúÌóäóäøó æóáóíóßõæäóäú ãöäó
ÇáÕøóÇÛöÑöíäó
“Wanita itu berkata: "Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik)
kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya

(kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa
yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan
termasuk golongan orang-orang yang hina." (Q.S. Yusuf 12:32)
Di hadapan tamu-tamunya, Zulaikha mengakui memang dia jatuh cinta
kepada Yusuf, dan sudah berusaha menggodanya, tetapi Yusuf tetap teguh hati, tidak
sedikitpun goyah dari pendiriannya. Dia tetap menolak rayuan Zulaikha, sekalipun
Zulaikha adalah majikannya. Rupanya Zulaikha sangat tersinggung dengan

penolakan Yusuf, dia bertekad, jika Yusuf tetap menolak keinginannya, pemuda itu
akan dipenjarakannya, biar dia menjadi orang yang hina di penjara.
Dalam pandangan Zulaikha, tidak sepantasnya Yusuf menolak keinginannya,
Bukankah dia hanya seorang budak yang dibeli oleh suaminya. Sudah seharusnya
seorang budak menuruti apa saja kemauan majikannya. Dia lupa, Yusuf bukanlah
seorang budak biasa, tetapi dia mempunyai kepribadian yang mulia. Dia punya sikap
dan pendirian yang selalu dipertahankannya, apa pun resikonya. Sikap teguh hati
Yusuf untuk selalu menjaga kesucian diri diartikan oleh Zulaikha sebagai sebuah
kesombongan, sehingga dia bertekad menjadikan Yusuf orang hina dina dengan
memasukkannya ke penjara. Demikianlah watak buruk orang besar yang angkuh,
semua keinginannya harus dipenuhi, kalau keinginannya ditolak--lebih-lebih jika
yang menolaknya orang yang dianggapnya kecil, rendah,--dia dapat melakukan apa

saja, tidak peduli benar atau salah.
Bagi Yusuf sendiri penjara lebih baik daripada terus menerus berada dalam
lingkungan hidup Zulaikha. Kalau sebelumnya, dia hanya khawatir dengan Zulaikha
seorang diri, setelah peristiwa jamuan itu, Yusuf khawatir juga dengan perempuanperempuan lain yang hadir dalam perjamuan itu. Boleh jadi mereka juga punya
keinginan yang sama dengan Zulaikha. Atau paling kurang mereka secara bersamasama mendukung keinginan Zulaikha. Yusuf khawatir, jika tidak segera pergi dari
lingkungan itu, dia akan terjebak dalam tipu daya mereka. Oleh sebab itu Yusuf
bermunajat kepada Allah SWT:

ÞóÇáó ÑóÈøö ÇáÓøöÌúäõ ÃóÍóÈøõ Åöáóíøó ãöãøóÇ íóÏúÚõæäóäöí
Åöáóíúåö æóÅöáøóÇ ÊóÕúÑöÝú Úóäøöí ßóíúÏóåõäøó ÃóÕúÈõ
Åöáóíúåöäøó æóÃóßõäú ãöäó ÇáúÌóÇåöáöíäó
“Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada
memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku
tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka)
dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (Q.S. Yusuf 12:33)
Sebagai manusia biasa, Yusuf berterus terang kepada Tuhan. Jika terus
menerus berada di rumah Zulaikha, dan terus menerus pula digoda, apalagi bila
Zulaikha dibantu oleh perempuan-perempuan lainnya, sementara dia masih muda,
laki-laki sempurna, dia khawatir suatu waktu jatuh juga dalam tipu daya mereka.
Oleh sebab itu, dia minta Tuhan melepaskannya dari bahaya itu. Tanpa ragu Yusuf

menyatakan: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan
mereka…”
Sebagian mufassir memahami ucapan Nabi Yusuf AS di atas sebagai do’a.
Bahkan ada yang berkata seandainya dia tidak menyebut kata lebih suka dipenjara,
niscaya dia tidak dipenjara. Dan karena itu, kata mereka, hendaknya seseorang tidak
bermohon kecuali yang baik. Pendapat ini ditolak oleh M. Quraish Shihab (VI:435):
“Pendapat ini sungguh tidak tepat. Bagaimana mungkin ia dipahami sebagai doa,
sedang beliau di sini berkata aku lebih suka penjara daripada maksiat yang keduanya
buruk, tidak ada yang baik, sehinggga tidak ada di antara keduanya yang lebih baik.”
Bagi Quraish Shihab, ini lebih tepat disebut bisikan hati dan pengaduan, bukan
permohonan.”

Bagi orang-orang yang rendah budi, tidak peduli dengan kesucian diri,
apalagi tidak takut dengan Tuhan, tentu sikap Yusuf ini mengherankan. Bukankah
kalau dia mau mengikuti kemauan Zulaikha, hidupnya akan senang bergelimang
kemewahan. Dia tidak usah bekerja keras mengerjakan segala macam pekerjaan,
cukup melayani gejolak nafsu majikannya yang cantik jelita dan terpandang itu.
Pemuda-pemuda yang tidak beriman, atau tidak kuat imannya, posisi seperti Yusuf
itu malah menjadi dambaan. Na’ûdzu billah. Cara pandang rendah seperti ini sudah
mulai mengejala di sebagian anak-anak muda bangsa kita hari ini. Kehormatan,

kesucian, kemuliaan dan harga diri, bukan lagi sesuatu yang berharga. Semuanya
dianggap omong kosong, palsu, bahkan sudah kuno. Yang penting sekarang adalah
kesenangan, kesenangan, sekali lagi kesenangan. Gaya hidup hedonis telah
menyebabkan orang lupa diri, lupa daratan, lupa lautan, lupa segala-galanya. Sikap
teguh Yusuf ‘alaihi as-salam perlu diteladani dan dijadikan pegangan. Panjara lebih
baik dari hidup tanpa nilai, tanpa kesucian dan tanpa harga diri.
Allah SWT mendengarkan bisikan hati Yusuf. Dia dijauhkan dari tipu daya
Zulaikha dan perempuan-perempuan lain sejenisnya. Allah berfirman:

ÝóÇÓúÊóÌóÇÈó áóåõ ÑóÈøõåõ ÝóÕóÑóÝó Úóäúåõ
ßóíúÏóåõäøó Åöäøóåõ åõæó ÇáÓøóãöíÚõ
ÇáúÚóáöíãõ
“Maka Tuhannya memperkenankan do`a Yusuf, dan Dia menghindarkan
Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (Q.S. Yusuf 12:34)

Setelah peristiwa yang terjadi dalam pesta jamuan makan yang diadakan oleh
Zulaikha, isteri Al-‘Aziz itu, masyarakat kelas atas mengetahui bahwa Yusuf sama
sekali tidak bersalah. Yang bersalah adalah Zulaikha. Walaupun mereka juga dapat
memaklumi kenapa Zulaikha sampai jatuh hati dan tergila-gila kepada Yusuf. Isteriisteri para pembesar dan kalangan atas kerajaan sudah membuktikan sendiri, bahwa

memang Yusuf adalah pemuda yang tampan luar biasa, tidak ada seorang pun yang
dapat menandingi ketampanannya. Kesempurnaan fisiknya, ditambah dengan
pantulan kewibawaan dan kemuliaan hatinya, dalam bayangan mereka sama dengan
malaikat yang mulia. Tetapi kehormatan Zulaikha dan lebih-lebih suaminya harus
dijaga. Yusuf harus dikorbankan. Penjara adalah jalan terbaik untuk menyingkirkan
Yusuf.
Kenapa harus penjara? Karena kalau hanya sekadar diusir keluar dari rumah
Zulaikha, Yusuf masih berpotensi menjadi masalah bagi keluarga-keluarga pembesar
yang lainnya. Bukankah sudah terbukti, semuanya terpesona dengan ketampanan
Yusuf. Demikianlah, para pembesar negara sepakat untuk memenjarakan Yusuf untuk
masa tertentu. Paling kurang sampai Yusuf dilupakan oleh masyarakat. Allah
berfirman menceritakan kesepakatan itu:
Ëõãøó ÈóÏóÇ áóåõãú ãöäú ÈóÚúÏö ãóÇ ÑóÃóæõÇ ÇáúÂíóÇÊö
áóíóÓúÌõäõäøóåõ ÍóÊøóì Íöíäò
“Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda
(kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai sesuatu waktu.”
(Q.S. Yusuf 12:35)

Sekarang mulai lah Yusuf memasuki episode baru dari kehidupannya, yaitu
hidup dipenjara.

*Penulis adalah Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dan Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Priode 2000-2005.
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 17 2004