MANUVER PARA CALON PRESIDENr

MANUVER PARA CALON PRESIDEN
DI antara 4 (empat) penandatangan Deklarasi Ciganjur yang monumental itu, yang belum
mendapat kesempatan menjadi Presiden RI tinggal dua orang. Gus Dur atau KH
Abdurrahman Wahid pernah menjadi Presiden, Megawati Sukarnoputri juga sudah
menjadi Presiden. Tinggal Amien Rais dan Sri Sultan Hamengkubuwono X yang belum
mendapat kesempatan menjadi Presiden.
Masalahnya, apakah mereka yang pernah menjadi Presiden itu masih ngotot ingin
menjadi Presiden lagi dan tidak memberi kesempatan kepada dua tokoh bangsa yang
besar jasanya dan jelas-jelas reformis itu, ataukan tokoh yang pernah menjadi Presiden
mau tahu diri untuk memberi kesempatan kepada tokoh lain?
Rakyat sendiri sudah merasakan akibat dan penderitaannya ketika diperintah oleh status
quo. Diam-diam banyak di antara rakyat yang merasa bosan, dan merindukan tokoh
reformis tulen menjadi Presiden RI.
Dan hari-hari mendekati Pemilu ini rakyat dengan jelas bagaimana tokoh-tokoh yang
mencalonkan diri sebagai Presiden itu memang terbagi dua. Mereka yang termasuk dalam
kelompok status quo, baik status quo karena berbau Orde Baeu atau lainnya dan mereka
yang termasuk dalam kelompok reformis. Yang senantiasa menghendaki perubahan dan
perbaikan atas nasib rakyat kecil, atau wong cilik yang sekarang sepertinya telah
dikhianati oleh wong licik itu.
Manuver para calon Presiden itu patut dicermati dan dikaji. Sebab ditengarai ada yang
melimpah ruah dalam soal dana karena punya akses untuk menyedot dana, yang ini

dilakukan oleh para pembantunya, ada calon yang dananya pas-pasan. Ada yang
dikhawatirkan memanfaatkan berbagai fasilitas publik untuk kampanye terselubung, dan
dibackup besar-besaran oleh media massa dengan selalu memuat fotonya, sementara
tokoh lain yang jelas-jelas melakukan tindakan pengabdian kepada rakyat kecil fotonya
sama sekali tidak pernah atau jarang dimuat oleh media itu. Juga tokoh lain yang cukup
memiliki kecerdasan dan komitmen yang jelas kepada bangsa tetapi namanya kurang
diangkat oleh media massa.
Sepertinya memang ada semacam diskriminasi oleh media massa terhadap para calon
presiden itu. Jadi meski masa kampanye secara resmi belum berlangsung sudah ada calon
Presiden yang diuntungkan, yang jika dikatakan sebagai melakukan pencurian start
kampanye jelas-jelas akan membantah. Untung sekali sekarang ini perhatian orang baru
pada apa yang dilakukan partai-partai, belum terfokus pada apa yang tengah dilakukan
oleh para Calon Presiden.
Memang dalam hari-hari menghadapi Pemilu ini sepertinya yang tengah menjadi
perhatian publik bari perikehidupan partai-partai peserta pemilu, lengkap dengan hal-hal
yang lucu dan memprihatinkan. Mulai dari banyaknya calon anggota legislatif dari partai
yang ternyata tanpa moral, karena berani membuat dan memakai ijazah palsu yang ini
artinya jika ia terpilih menjadi anggota legislatif maka ia adalah anggota legislatif palsu.
Kemudian muncul pula konflik dan heboh soal daftar caleg yang sering merupakan tarikmenarik antara aspirasi rakyat kecil di bawah dengan kepentingan para penguasa partai di
tingkat elit. Misalnya munculnya nama-nama gelap yang tidak dikenal rakyat dan tidak


pernah diproses melewati prosedur dan mekanisme partai yang benar. Ia semacam calon
drop-ropan dari atas.
Juga muncul heboh lain, yaitu ditengarai banyaknya para caleg dari partai tertentu yang
diduga terlibat dalam G30S dan partai terlarang. Masyarakat pun menjadi tahu arah dari
partai-partai tersebut. Lebih-lebih lagi ketika diketemukan adanya caleg yang beragama
tertentu ternyata jumlahnya sangat tidak wajar dan tidak proporsional, padahal yang
menjadi pemilih mereka adalam umat Islam.
Di tengah hiruk-pikuk semua itu, maka ‘sisa-sisa Pilkada’ di banyak Kabupaten misalnya
ternyata bannyak yang menimbulkan luka politik bagi pendukung internal partai tertentu.
Sebab meski jumlah kursinya secara relatif paling banyak tetapi calon mereka dapat
dikalahkan dalam Pemilihan Kepala Daerah. Tengara adanya semacam politik uang yang
sulit dibuktikan terjadi dimana-mana.
Kemduian perhatian masyarakat ditambah lagi dengan adanya heboh karena Panwaslu
sekarang ini cukup galak dan berani menyemprit pihak manapun yang dianggap
melanggar UU Pemilu. Kalau dulu partai-partai dapat melenggang dan merasa aman saja
ketika memperingati HUT yang berbau kampanye maka sekarang ini ada Panwaslu yang
berani menegur dan melaporkan tindakan semacam itu sebagai melanggar hukum.
Akibatnya banyak pimpinan partai yang sewot, tetapi apa boleh buat, hukum harus
ditegakkan, sebab kalau tidak ditegakkan berarti hukum terlah dibegkokkan dengan

semena-mena. Termasuk hukum yang akan dijathkan kepada para petinggi partai atau
pejabat publik dan kerabatnya sekalipun.
Itulah panorama politik yang mewarnai langkah-langkah para tokoh politik untuk
mencalonkan diri sebagai Presiden RI. Mereka terus melakukan manuver yang lincah dan
luwes, sekaligus memberikan pendidikan politik kepada rakyat. Lantas siapakah yang
benar-benar akan muncul sebagai calon Presiden? Hasilnya aka ditentukan lebih dahulu
oleh hasil Pemilu oleh partai-partai peserta Pemilu.
Baru setelah perolehan partai jelas angka-angka dan prosentasenya, maka tokoh yang
berhak maju menjadi calon Presiden akan jelas pula. Perkara apakah nanti Pemilihan
Presiden secara langsung itu akan berlangsung sekali putaran atau dua kali putaran, itu
perkara nanti. (Bahan dan tulisan: tof)
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 04 2004