ANALISIS STRATEGI KAMPANYE POLITIK PARA CALON KEPALA KAMPUNG

(1)

ANALISIS STRATEGI KAMPANYE POLITIK PARA CALON KEPALA KAMPUNG

(Study di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh Edo Prama Setia

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRACT

STRATEGY ANALYSIS OF VILLAGE CHIEF POLITICAL CAMPAIGN (Studies In Village Districts Banjarrejo Way Pengubuan Lampung District Middle)

By

EDO PRAMA SETIA

Village is the lowest government system that doing public services to people. Political democratic practice principles are started from political life in village. Dynamical and political constellation in village has its own unique. It is shown in the village chief election process that is far away from political party concerns. One of village democratization biggest problem is money politics in election and indication in using violent acts and intimidation at campaign.

This research purpose is to know political campaign strategy of each village chief nominee in village chief election of Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah. This research is done with qualitative research method. Data collections techniques are done by using depth interview and documentation study. The informant in this research consists of fifteen (15) informants that are chosen randomly. They are head committee of election, vice head committee of election, village chief nominees, campaign team leader of each nominee, member of the campaign team, and peoples of Banjar Rejo village.


(3)

Tengah village chief election are using the right campaign strategy through direct selling, effective campaign teamwork mechanism, innovative political campaign activity, and momentum accuracy about young leader image with growing issue at that time . And then losing factor from the village chief nominee in village chief election are, low internal consolidations in campaign team, using wrong method of campaign strategy through “panggung” strategy that is old in campaign styles, and incompatible image that nominee wanted to form to people with people’s point of view.


(4)

ABSTRAK

ANALISIS STRATEGI KAMPANYE POLITIK PARA CALON KEPALA KAMPUNG

Oleh

EDO PRAMA SETIA

Kampung merupakan satuan pemerintahan terkecil yang melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan kepada masyarakat. Prinsip-prinsip praktek politik demokratis dapat dimulai dari kehidupan politik di Kampung. Dinamika dan konstelasi politik di Kampung memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut antara lain ditunjukkan dalam prosesi pemilihan Kepala Kampung yang jauh dari hiruk pikuk dunia kepartaian. Salah satu tantangan besar demokratisasi dalam lingkup Kampung adalah merebaknya politik uang (money politics) dalam pemilihan.dan adanya indikasi kampanye yang menggunakan kekerasan dan intimidasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi kampanye politik calon kepala Kampung dalam Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Informan dalam


(5)

Para Calon Kepala Kampung, Para Ketua Tim Kampanye Dari Calon Kepala yaitu Ketua Tim Hamidi dan Ketua Tim Khairi, Para Anggota Tim Hamidi dan Tim Khairi dan masyarakat dari Kampung Banjar Rejo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi kampanye politik calon kepala Kampung dalam Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah adalah penggunaan strategi kampanye yang tepat melalui direct selling, mekanisme kerja tim kampanye yang efektif, kegiatan kampanye politik yang inovatif, dan ketepatan momentum mengenai citra pemimpin muda dengan isu yang sedang berkembang saat itu. Sedangkan Faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan Calon Kepala Kampung antara lain adalah, kurangnya konsolidasi internal tim kampanye tingkat atas dan bawah, kesalahan dalam penggunaan strategi kampanye melalui strategi ”panggung” yang merupakan cara-cara lama dalam berkampanye, dan ketidaksesuaian citra yang ingin dibentuk dari kandidat dengan pandangan masyarakat.


(6)

l.

'Sm.Fenguji

Ketixa r ' Dr.'*...- Ismsna Hadi,

M,Si

:

l,engujr

: .r':

"

'r :'


(7)

Dengan ini saya menyatakan bahwa

i.

Karya tulis saya, Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di Universitas Lampung maupun diperguruan tinggi lain.

2.

Karya tulis ini rnurhi gagasan, runlusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan Penguji.

3.

Dalam karya tulis

ini

tidak terdapat karya atau pendapat yang telah saya tulis atau

publikasikan orang lain, kecuali secara terulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan

dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4.

Pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapal penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah berlaku di Universitas Lampung.

pung, Februari 2014

buat taan,


(8)

NamaF*alusiswa

.(Strdi diK*mpury Banjar Rejo Kgmmafm }?ay Pengrhu*n

,Ifubupasntanapungtiugnh),,,,,,

: 0916021041

:.Ihu

Pemerintahan

;'Iina'$i*ihl'

dan llinu,

FoIftft

&r-id

Pemeritrahan

'Srs; Denden ri* D-raiat,l![,SL,

1$ X'001.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Tentang Strategi ... 10

1. Pengertian Strategi ... 10

2. Tipe-Tipe Strategi ... 10

B.Kampanye Politik ... 11

1. Definisi Kampanye Politik ... 11

2. Teknik-Teknik Kampanye Politik ... 14

3. Strategi Kampanye Politik ... 15

C. Tahapan Pemasaran Politik ... 17

1. Segmentasi ... 20

2. Targeting ... 21

3. Positioning ... 21

D. Persuasi Politik ... 22

1. Persuasi Politik Sebagai Propaganda ... 24

2. Persuasi Politik Sebagai Periklanan ... 24

3. Persuasi Politik Sebagai Retorika ... 25

E. Pencitraan Politik ... 25

F. Tim Kampanye ... 27

G. Fenomena Kekalahan Calon Incumbent dalam Pilkades ... 27


(10)

III. METODOLOGI

A.Metodologi Penelitian ... 31

B.Fokus Penelitian ... 31

C.Lokasi Penelitian ... 32

D.Jenis Data ... 33

E. Sumber Informan ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G.Teknik Pengolahan Data ... 36

H.Teknik Analisis Data ... 37

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kampung Banjar Rejo ... 38

B. Wilayah Administratif Kampung Banjar Rejo ... 41

C. Kondisi Demografi ... 42

D. Susunan Kepanitiaan Pemilihan Kepala Kampung ... 43

E. Rincian Anggaran Belanja Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo ... 45

F. Anggaran Rapat Panitia Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo .. 46

G. Hasil Penghitungan Suara ... 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 48

1. Deskripsi Informan ... 48

2. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik Hamidi ... 49

3. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik Khairi ... 57

4. Perbandingan Perencanaan Strategi Kampanye Politik Hamidi dan Khairi ... 64

5. Kendala Dalam Kegiatan Kampanye Politik ... 65

6. Pengaruh Kampanye Terhadap Keputusan Memilih ... 66

B. Pembahasan ... 66

1. Strategi Kampanye Politik ... 66

2. Faktor-Faktor Kemenangan Calon Kepala Kampung Pendatang (Khairi) ... 69

3. Faktor-Faktor Kekalahan Calon Kepala Kampung Incumbent (Hamidi) ... 71

VI. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 74

B.Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Tahapan Marketing Politik ... 19 2. Kerangka Pemikiran Analisis Strategi Kampanye


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Kondisi Demografi Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 40

2. Kondisi Demografi Kabupaten Lampu Tengah Berdasarkan Usia ... 41

3. Kondisi Demografi Kampung Banjar Rejo ... 42

4. Rincian Anggaran Belanja Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo ... 45

5. Anggaran Rapat Panitia Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo... 46

6. Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Calon Kepala Kampung Banjar Rejo... 46

7. Hasil Penghitungan Suara Berdasarkan Nama Calon Kepala Kampung Banjar Rejo ... 47

8. Deskripsi Informan Berdasarkan Jabatan dan Jenis Kelamin ... 48

9. Matriks Organisasi Pendukung Hamidi di Banjar Rejo ... 53

10.Matriks Organisasi Pendukung Hamidi di Banjar Rejo ... 61


(14)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kampung merupakan satuan pemerintahan terkecil yang melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga merupakan wadah partisipasi rakyat dalam aktivitas politik dan pemerintahan. Kampung seharusnya merupakan media interaksi politik yang simpel dan dengan demikian sangat potensial untuk dijadikan cerminan kehidupan demokrasi dalam suatu masyarakat negara. (Jurnal Humaniora Volume 14, Nomor 2, Oktober 2009 Halaman 99 – 112).

Prinsip-prinsip praktek politik demokratis dapat dimulai dari kehidupan politik di Kampung. Unsur-unsur esensial demokrasi dapat diterjemahkan dalam pranata kehidupan politik di level pemerintahan formal paling kecil tersebut. Menurut Robert Dahl, terdapat tiga prinsip utama pelaksanaan demokrasi, yakni; 1) kompetisi, 2) partisipasi, dan 3) kebebasan politik dan sipil (Sorensen, 2003: 19).

Dinamika dan konstelasi politik di Kampung memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut antara lain ditunjukkan dalam prosesi pemilihan Kepala Kampung yang jauh dari hiruk pikuk dunia kepartaian. Dalam kejenuhan yang


(15)

dihadapi masyarakat dengan tidak sehatnya kehidupan kepartaian di Indonesia, baik karena tidak berjalannya fungsi-fungsi ideal kepartaian termasuk rekrutmen politik maupun ketidakmampuan elit di dalamnya dalam mengartikulasi kepentingan sebagian besar rakyat, seharusnya masyarakat dapat menemukan alternatif lain dalam melaksanakan demokrasi prosedural melalui pemilihan Kepala Kampung.

Negara demokratis, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, yang melaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan, serta masa depan dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Anggota masyarakat secara langsung memilih wakil-wakil yang akan duduk di lembaga pemerintahan. Dengan kata lain, partisipasi langsung dari masyarakat yang seperti ini merupakan penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah dan oleh rakyat, keikutsertaan masyarakat dalam berpartisipasi sangatlah penting karena teori demokrasi menyebutkan bahwa masyarakat tersebut sangatlah mengetahui apa yang mereka kehendaki.

Hak-hak sipil dan kebebasan dihormati serta dijunjung tinggi. Tiada demokrasi tanpa partisipasi politik warga, sebab partisipasi merupakan esensi dari demokrasi. Partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam berpolitik merupakan ukuran demokrasi suatu negara. Dapat kita lihat dari pengertian demokrasi tersebut secara normatif, yakni pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Kompas, 11 Maret 2012).

Asumsi yang mendasari demokrasi (partisipasi) adalah orang yang paling tahu tentang apa yang baik bagi dirinya sendiri adalah orang itu sendiri. Karena


(16)

keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga negara, maka warga negara berhak ikut serta menentukan isi keputusan yang mempengaruhi hidupnya dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Dalam hal ini masyarakat ikut berpartisipasi. Baik ketika dia memilih calon pemimpin atau ikut di dalam kampanye dan sosialisasi.

Penghargaan terhadap kebebasan adalah salah satu unsur terpenting dari demokrasi. Karena itu, pemerintah tidak akan membatasi kebebasan warga Negara untuk mengekspresikan diri baik itu sebagai individu maupun sebagai kelompok. Karena itu, bukanlah sesuatu yang mengherankan apabila pasca reformasi banyak muncul kelompok-kelompok ataupun organisasi baik itu sebagai kelompok kepentingan (Interest groups) maupun kelompok penekan (pressure groups) yang menjadi media control terhadap perilaku pemerintah. karena, apabila tercipta hubungan yang positif antara pemerintah, kelompok kepentingan, dan kelompok penekan, hal itu akan semakin mewarnai kehidupan politik menuju kearah yang lebih demokratis.

Ekspektasi atas sehatnya Pemilihan Kepala Kampung sebagai wahana demokratisasi atau konsolidasi demokrasi sangat besar. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada perhelatan pemilihan Kepala Kampung di Kampung Naggrak Bogor menyatakan bahwa kehidupan demokrasi yang baik sebenarnya bisa dimulai dengan pelaksanaan demokrasi di Kampung melalui pemilihan Kepala Kampung. Asalkan, pemilihan di Kampung itu dapat


(17)

dijalankan dengan langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil (Kompas, 11 Maret 2012).

Salah satu tantangan besar demokratisasi dalam lingkup Kampung adalah merebaknya politik uang (money politics) dalam pemilihan. Seperti yang terjadi pada khasus Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Mandalo Darat. Beberapa bulan sebelum perhelatan pemilihan Kepala Kampung Mendalo Darat, Jambi Luar Kota. Bapak Yulianto, seorang tokoh masyarakat yang ketokohannya sudah diakui di Kampung Mendalo Darat. Singkatnya, beliau akan mencalonkan diri sebagai Kades untuk mengabdikan diri membangun Kampung Mendalo Darat. Beliau mengajak seorang untuk bergabung di tim pemenangan. Lalu seseorang itu setuju dan mengajukan beberapa syarat.

Di antara syarat itu adalah tidak money politic dan „bermain’ jujur. Beliau setuju dan diangkatlah orang tersebut sebagai sekretaris tim. Semua strategi telah disiapkan. Pendekatan dengan masyarakat dilakukan dengan sangat intens. Sambutan masyarakat sangat baik. Orang itu pun punya misi „khusus’ bergabung dengan tim tersebut, yaitu memberikan pendidikan politik pada masyarakat Kampung. Maka di setiap sosialisasi perkumpulan masa orang tersebut selalu menyempatkan diri menyampaikan politik uang itu tidak baik, berpolitiklah dengan santun, mari melihat calon pemimpin dari apa yang dia lakukan untuk masyarakat, dan lain-lain. Seseorang itu sangat ingin, masyarakat memilih pemimpinnya bukan karena diberi imbalan sejumlah uang. Ternyata orang itu salah. tanggapan positif pada saat mendengarkan „ceramah’ di setiap pertemuan tidak berbanding lurus dengan suara yang diperoleh.


(18)

Semua berubah pada hari-hari sebelum pencoblosan. Badai money politic sebelum pencoblosan tidak dapat dihadang. Tim ia yang merasa sudah berjalan di atas jalan yang benar, sekuat tenaga untuk tidak tergoda. Beberapa masyarakat bahkan melakukan komunikasi melalui telpon dengan orang itu untuk menanyakan langsung berapa harga suara yang akan diberikan kepada calon yang kami usung. Jika rupiahnya pas, dia akan memilih. Jika tidak, „maaf suara saya untuk kandidat lain yang ngasih lebih besar’. Calon yang orang itu usung kalah. Penasehat tim yang terdiri dari beberapa orang yang selama ini dianggap memiliki kredibelitas dan kejujuran di tengah masyarakat tidak „dianggap’. Ia pilih tokoh-tokoh yang betul-betul mau „bermain’ dengan jujur. Mereka bersepakat jika calon ini jadi, akan mereka kawal dalam memimpin dan melaksanakan pembangunan Kampung. Tapi semua itu nampaknya belum bisa dicapai. Kejujuran belum bisa dijadikan landasan berpolitik di negeri ini. Orang-orang yang jujur dan mau berpolitik dengan baik, akan terus tersingkirkan (Sumber:http://bahren13.wordpress.com/author/bahren13/).

Fenomena negatif demikian muncul dalam transisi demokrasi di Indonesia. Secara teoretik, John Markoff (2002: 206) mengindikasikan adanya fenomena hybrid dalam demokrasi pada masa transisi. Ada percampuran elemen-elemen demokratis dengan elemen-elemen non demokratis yang dapat ditemui secara bersamaan dalam sebuah sistem politik

Diamond (2003: 16-17) memberikan sinyalemen yang tidak jauh berbeda. Ada fenomena yang dia sebut sebagai demokrasi semu (pseudo-democracy). Indikatornya, mekanisme demokrasi tidak menjamin adanya demokrasi hakiki.


(19)

Politik uang (money politics) merupakan salah satu fenomena negatif mekanisme elektoral di dalam demokrasi. Dalam demokrasi yang belum matang, seperti di Indonesia, politik uang dijadikan alat untuk memobilisasi dukungan.

Pada 20 Desember 2012 lalu di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah mengadakan Pemilihan Kepala Kampung. Pada Pemilihan tersebut hanya diikuti oleh dua calon Kepala Kampung, yaitu Hamidi dan Khairi. Penulis melihat pada saat proses kampanye dan sosialisasi, ditemukan indikasi penggunaan politik uang. Dari hasil wawancara penulis dengan salah satu Kepala Dusun Kampung Banjar Rejo, tidak hanya politik uang dijadikan sebagai strategi pemenangan para calon Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo, namun ditemukan juga indikasi kampanye yang menggunakan kekerasan dan intimidasi hanya untuk tujuan politik. Kekerasan dan intimidasi kepada calon pemilih dijadikan sebuah strategi pemenangan bagi salah satu kandidat yang tidak lain bertujuan agar pemilih mau menuruti apa yang menjadi tujuannya.

Berkaitan dengan uraian di atas, dapat diketahui bersama bahwa sebuah pencapaian harus melalui strategi yang matang guna tercapainya tujuan yang diinginkan seperti halnya dalam sebuah pemilihan Kepala Kampung. Strategi menjadi hal yang sangat penting dalam upaya memenangkan suara dalam suatu pemilihan. Strategi yang baik merupakan strategi yang tersusun atas dasar perencanaan-perencanaan yang matang dengan pelaksanaan secara efektif dan efisien.


(20)

Lebih lanjut diketahui bahwa dalam penentuan strategi terdapat dua hal yang tidak boleh terlewatkan sebelum membangun sebuah strategi, dimana kedua hal tersebut yaitu pertama relativitas dan kedua nilai-nilai pribadi yang dimiliki oleh masing-masing kandidat, kedua aspek ini merupakan tolak ukur untuk menentukan berhasil atau tidaknya strategi yang digunakan oleh masing-masing pihak dalam meraih suara pada saat pemilihan berlangsung.

Berdasarkan kedua titik di atas strategi minimal dapat diperhitungkan tingkat penggunanya dan kapan strategi tersebut digunakan pada waktu yang tepat. Mengingat strategi dapat berubah dalam waktu yang singkat sehingga perlu dipersiapkan alternatif strategi yang lain untuk menggantikan strategi sebelumnnya sesuai dengan kebutuhan, karena pada dasarnya sebuah strategi yang baik sekalipun tetap harus hati-hati dan perlu perhitungan yang matang dalam pelaksanaannya. Demikian pula halnya sebuah strategi yang dijalankan oleh para calon kandidat dan tim-tim pemenangan dalam pemilihan Kepala Kampung langsung, dengan kondisi masyarakat yang plural menurut tim-tim pemenangan untuk dapat memahami kondisi agar strategi dapat digunakan pada timing yang tepat. Karena masyarakat merupakan subyek pemilih dan obyek bagi tim-tim pemenangan.

Strategi dalam kasus pemilihan Kepala Kampung sebenarnya dapat dijalankan pada hampir semua aktivitas menjelang pemilihan dan pada saat pemilihan, bahkan ada sebuah strategi yang telah dipersiapkan oleh tim-tim pemenangan bersama pasangan calon, jauh sebelum pelaksanaan pemilihan namun pada umumnya strategi dibangun menjelang pemilihan, seperti pada saat


(21)

pendaftaran calon, kampanye, pemungutan dan perhitungan suara dan sebagainya.

Dari banyak fenomena menyangkut strategi pemenangan pemilihan Kepala Kampung yang terjadi. Penulis ingin mengetahui, strategi pemenangan seperti apa yang dipakai oleh para calon Kepala Kampung dalam Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana strategi kampanye politik para calon Kepala Kampung pada Pemilihan Kepala Kampung tahun 2012 di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi kampanye politik calon kepala Kampung dalam Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis : Hasil penelitian diharapkan dapat memperkuat teori strategi kampanye politik.


(22)

2. Secara Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah Kampung dalam melaksanakan Pemilihan Kepala Kampung.


(23)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena dianggap mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci berkaitan dengan suatu peristiwa atau gejala sosial yang dalam hal ini mengenai Strategi Kampanye Politik dalam Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo. Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk mengetahui kondisi tentang permasalahan penelitian yang didasarkan pada pemahaman serta pembentukan pemahaman yang diikat oleh teori terkait dan penafsiran peneliti. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata lisan atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan, dalam Sitorus, 1998; 48).

B. Fokus Penelitian

Pada penelitian kualitatif, fokus penelitian memegang peranan yang sangat penting. Fokus penelitian menentukan batasan dalam sebuah penelitian sehingga masalah yang diteliti tidak melebar kemana-mana. Ditegaskan oleh Sudarto (1996 :66) bahwa :


(24)

“Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Bagaimanapun penentuan fokus sebagai masalah dalam penelitian penting artinya dalam usaha menemukan batasan penelitian. Berdasarkan hal yang seperti ini peneliti akan dapat menemukan lokasi penelitian”.

Berdasarkan penjelasan di atas, Fokus penelitian dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk menjawab bagaimana Strategi Kampanye Politik Para Calon Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo. Adapun yang akan diamati dalam penelitian ini dilihat dari proses strategi dalam pemilihan Kepala Kampung.

Pada penelitian ini penulis menggunakan strategi kampanye politik (political marketing strategy), Terdapat tiga jenis strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik (Arifin, 2003; 102), yaitu (1) Ketokohan dan kelembagaan, dengan cara memantapkan ketokohan dan merawat kelembagaan, (2) Menciptakan kebersamaan dengan memahami khalayak, menyusun pesan persuasif, menetapkan metode, serta memilah dan memilih media, dan (3) Membangun konsensus, melalui kemampuan berkompromi dan kesediaan untuk membuka diri.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan alur yang paling utama dalam menangkap fenomena atau pristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Penentuan lokasi ditentukan peneliti dengan sengaja. Menurut Moleong (2001:86) dalam


(25)

penentuan lokasi penelitian cara yang baik ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian. Sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian.

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah, dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memiliki permasalahan yang relevan dengan judul yang mudah dijangkau. Selain itu banyak proses pembelajaran di bidang pemerintah yang dapat diambil manfaatnya.

D. Jenis Data

Menurut Loftland dan Loftland (1984:47) sumber data utama pada penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti sumber data tertulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dilapangan baik melalui pengamatan langsung maupun pertanyaan langsung yang digunakan peneliti kepada informan melalui wawancara. Data primer yang digunakan adalah yang berasal dari hasil wawancara. Sumber data dapat ditulis atau direkam. Wawancara akan dilakukan kepada informan yang telah ditentukan dengan menggunakan panduan wawancara mengenai strategi kampanye politik dalam pemilihan kepala kampung.


(26)

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diambil dari dokumen-dokumen seperti Koran, jurnal ilmiah, majalah dan sebagainya yang menunjang penelitian ini.

Data sekunder adalah data digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya. Misalkan memvalidasi data hasil wawancara. Data-data tersebut dapat bersumber dari dokumentasi berupa majalah, surat kabar, buku arsip, televisi, radio, situs dan sumber-sumber yang dapat diterima. Data sekunder dalam penelitian ini didapat secara tidak langsung yang diperlukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer. Data sekunder ini berupa bahan-bahan tertulis yang mencakup Undang-undang dan peraturan terkait, serta referensi-referensi yang menjadi panduan.

E. Sumber Informan

Sumber informan merupakan informasi penelitian yang biasanya diambil berdasarkan pertimbangan tingkat pengetahuan dan penguasa mereka terhadap permasalahan yang diteliti. Selain itu juga karena pertimbangan jabatan dalam sebuah instansi pemerintah, maka seseorang dijadikan sumber informasi untuk mendukung perolehan data dalam penelitian. Sumber informan dalam penelitian ini adalah tim kampanye dari masing-masing calon kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo.


(27)

Penentuan informan pada metode kualitatif dilakukan secara sengaja (purposive), dimana dalam penelitian ini informan merupakan perwakilan dari tim kampanye pasangan calon Kepala Kampung. informan dalam penelitian kualitatif tidak tergantung kepada jumlah, melainkan potensi tiap informan untuk memberi pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari (Sitorus, 1998). informan dalam penelitian ini adalah Bapak Zainal Abidin, dan Bapak Hi. Ruwiyanto dari tim kampanye Hamidi Kampung Banjar Rejo, serta Bapak Abu Sofyan dan Bapak Junaidi dari tim kampanye Khoiri Kampung Banjar Rejo.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh berbagai informasi yang akurat bagi penelitian ini, maka teknik, maka teknik pengumpulan data yang akan penulis gunakan adalah wawancara secara mendalam dan dokumentasi.

1. Wawancara mendalam

Teknik tersebut akan dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan beberapa narasumber yang dianggap telah memenuhi atau relevan dengan penelitian ini. Wawancara ini dilakukan secara terbuka serta mendalam agar dapat memberikan kesempatan kepada narasumber tersebut dalam rangka menjawab secara bebas. Hal ini bertujuan memperoleh kejelasan dari sumber-sumber data dokumentasi yang belum dipahami oleh peneliti, serta untuk memperoleh pengertian maupun penjelasan yang lebih mendalam tentang realita dari obyek yang akan


(28)

diteliti tersebut. Proses wawancara tersebut dibantu dengan panduan wawancara sebagai alat bantu penulis dalam penyajian data.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data-data yang bersifat tertulis baik berupa dokumen, arsip, buku, buletin, maupun literatur tertulis lainnya yang selaras serta mendukung penyelesaian penelitian yang akan dilakukan ini.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh di lapangan selanjutnya akan dilolah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahapan Editing

Editing merupakan kegiatan dalam menentukan menentukan kembali data yang berhasil diperoleh dalam rangka menjamin validitasnya serta dapat untuk segera dipersiapkan pada-proses selanjutnya.

2. Tahapan Interpretasi

Pata tahapan ini, data-data penelitian yang telah dideskripsikan baik melalui narasi maupun tabel selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.


(29)

H. Teknik Analisis Data

Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif, maka teknis analisis datanya disajikan dalam bentuk paparan atau gambaran dari temuan-temuan di lapangan baik, berupa data dan informasi hasil wawancara, dokumentasi dan lain sebagainya. Menurut Mathew B. Miles dan Huberman, analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, meliputi:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, dan transformasi data kasar yang mencul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian data, yaitu usaha menampilkan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Menarik kesimpulan, merupakan bagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenaran, kekokohan dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Proses ini merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak pengumpulan data, meskipun masih bersifat sementara. Pada permulaan pengunpulan data, seorang peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur-alur sebab akibat dari proposisi.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Strategi 1. Pengertian Strategi

Istilah strategi dari bahasa yunani “strategos” atau dengan kata jamak strategi yang berarti jenderal atau perwira (state officer) dengan fungsi dan tugas yang luas. Istilah tersebut digunakan untuk mewakili 10 (sepuluh) suku di yunani yang dikenal dengan sebutan Board of Tai Strategy. Dan dalam artinya sempit Maurice Matlaff (1967:4) menyebut strategi sebagai The Art of General (seni jenderal).

2. Tipe-tipe Startegi

Ada beberapa tipe strategi menurut Koteen antara lain : 1. Corporate Strategy (strategi organisasi)

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, nilai, tujuan, nilai-nilai inisiatif-inisiatif strategi yang baru pembahasan-pembahasan ini diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.


(31)

2. Program Stategy (strategi program)

Startegi ini memberikan perhatian pada implikasi-implikasi strategi dari suatu program tertentu, apa dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.

3. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)

Strategi ini memusatkan perhatian pada maksimalisasi pemanfaatan sumber daya essensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan dan teknologi.

4. Institutional Strategy (strategi institusi)

Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategis (J.Salusu, 1996 : 104-105).

B. Kampanye Politik

1. Definisi Kampanye Politik

Terdapat banyak definisi mengenai kampanye yang dikemukakan oleh para ilmuwan komunikasi, namun berikut ini adalah beberapa definisi yang populer. Snyder (2002) dalam Venus (2004), mendefinisikan bahwa kampanye komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan kepada masyarakat tertentu, pada periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Pfau dan Parrot (1993)


(32)

dalam Venus (2004), mendefinisikan kampanye sebagai kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menunjang dan meningkatkan proses pelaksanaan yang terencana pada periode tertentu yang bertujuan mempengaruhi masyarakat sasaran tertentu.

Rogers dan Storey (1987) dalam Venus (2004), mendefiniskan kampanye sebagai serangkaian kegiatan komunikasi yang terorganisasi dengan tujuan untuk menciptakan dampak tertentu terhadap sebagian besar masyarakat sasaran secara berkelanjutan dalam periode waktu tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, Venus (2004) mengidentifikasi bahwa aktivitas kampanye setidaknya harus mengandung empat hal yakni, (1) ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) ditujukan kepada jumlah masyarakat sasaran yang besar (3) dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan (4) dilakukan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.

Kampanye politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu untuk memperoleh dukungan politik dari masyarakat (Arifin, 2003).

Salah satu jenis kampanye politik adalah kampanye massa, yaitu kampanye politik yang ditujukan kepada massa (orang banyak), baik melalui hubungan tatap muka maupun dengan menggunakan berbagai media, seperti surat kabar, radio, televisi, film, spanduk, baligo, poster, folder dan selebaran serta


(33)

medium interaktif melalui komputer (internet). Penyampaian pesan politik melalui media massa merupakan bentuk kampanye yang handal dalam hal menjangkau masyarakat luas. Kampanye politik saat ini sudah mengadopsi prinsip-prinsip pemasaran dan pembentukan citra. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena sistematika pemilihan kepala kampung adalah langsung. Menurut Ruslan (2005), kampanye politik merupakan jenis kampanye yang pada umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang dicalonkan agar dapat menduduki jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan.

Kegiatan untuk membangun citra atau image merupakan bagian penting dalam kampanye politik untuk memperoleh dukungan. Terkait dengan komunikasi dalam kampanye politik, terdapat beberapa aktivitas komunikasi yang dapat diidentifikasi.

Menurut Nimmo (2005), kegiatan komunikasi politik adalah kegiatan simbolik dimana kata-kata itu mencakup ungkapan yang dikatakan atau dituliskan, gambar, lukisan, foto, film, gerak tubuh, ekspresi wajah dan segala cara bertindak. Orang-orang yang mengamati simbol-simbol itu, menginterpretasikannya dengan cara-cara yang bermakna sehingga membentuk citra mental tentang simbol-simbol tersebut.


(34)

2. Teknik-teknik Kampanye Politik

Selama masa kampanye, tim kampanye berusaha menggalang dukungan dan simpati pemilih agar pemilih menjatuhkan pilihannya pada calon kepala Kampung yang dikampanyekannya. Tim kampanye poltik menggunakan teknik-teknik kampanye politik yang kemudian diwujudkan dalam suatu bentuk kegiatan kampanye politik untuk mempengaruhi pemilih.

Imawan (1997; 60) dalam Amir (2006; 14) merumuskan beberapa teknik kampanye politik, yaitu:

1. Kampanye dari rumah ke rumah (door to door campaign), yaitu calon kepala Kampung mendatangi langsung para pemilih sambil menanyakan persoalan-persoalan yang dihadapi. Kampanye ini efektif dilakukan pada pemilihan umum tahun 1955, dengan mendatangi orang-orang yang pilihannya dianggap masih ragu dan dapat dibujuk atau diancam untuk mengubah sikap dan pilihan politik mereka.

2. Diskusi Kelompok (group discussion), dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok diskusi kecil yang membicarakan masalah yang dihadapi masyarakat.

3. Kampanye massa langsung (direct mass campaign), dilakukan dalam bentuk aktivitas yang menarik perhatian massa, seperti pawai, pertunjukkan kesenian dan sebagainya. Teknik inilah yang dilarang dalam kampanye Pemilu 1992, karena selain tidak efektif juga berpotensi menimbulkan bentrokan fisik.


(35)

4. Kampanye massa tidak langsung (indirect mass campaign), yang dilakukan dengan cara berpidato di radio, televisi atau memasang iklan di media cetak dan elektronik.

3. Strategi Kampanye Politik

Strategi dalam pengertian sempit maupun luas terdiri dari tiga unsur, yaitu tujuan (ends), sarana (means), dan cara (ways). Dengan demikian strategi adalah cara yang digunakan dengan menggunakan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Nasution, 2006; 80). Tujuan akhir dalam kampanye pemilihan kepala Kampung adalah untuk membawa calon kepala Kampung yang didukung oleh tim kampanye politiknya menduduki jabatan Kepala Kampung yang diperebutkan melalui mekanisme pemilihan secara langsung oleh masyarakat. Agar tujuan akhir tersebut dapat dicapai, diperlukan strategi yang disebut strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik.

Terdapat tiga jenis strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik (Arifin, 2003; 102), yaitu (1) Ketokohan dan kelembagaan, dengan cara memantapkan ketokohan dan merawat kelembagaan, (2) Menciptakan kebersamaan dengan memahami masyarakat, menyusun pesan persuasif, menetapkan metode, serta memilah dan memilih media, dan (3) Membangun konsensus, melalui kemampuan berkompromi dan kesediaan untuk membuka diri.


(36)

Sondang P.Siagian (1985:21) mendefinisikan strategi merupakan cara-cara yang diambil yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dipergunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya dengan selalu memperhitungkan kendala lingkungannya yang pasti akan dihadapi.

Kamus bahasa Indonesia “strategi” diartikan sebagai rencana yang amat cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dalam hal ini, sasaran khususnya adalah ingin mengetahui strategi yang digunakan oleh tim pemenang pasangan calon kepala Kampung dalam rangka perolehan suara terbanyak pada pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo tahun 2012. Sedangkan pengertian strategi juga dikemukakan oleh Tregoe dan Zimmerman (1980:17) yang mengatakan bahwa Strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasaran melalui hubungan yang efektif dengan lingkunganya dalam kondisi yang saling menguntungkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa strategi adalah cara atau langkah yang mendasar (fundamen) menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan memperlihatkan kendala atau pilihan yang diarahkan mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian dalam teorinya penyusunan sebuah strategi harus menggunakan metode maupun teknik-teknik tertentu sehingga


(37)

kebijaksanaan yang dihasilkan akan optimal. Untuk itu diperlukan adanya pengetahuan serta keahlian yang memadai dalam rangka tujuan organisasi.

C. Tahapan Pemasaran Politik

Pemasaran politik bertitik tolak dari konsep meaning, yakni political meaning yang dihasilkan oleh stimulus politik berupa komunikasi politik, baik lisan maupun non-lisan, baik langsung maupun tanpa perantara. Makna yang muncul dari stimulus tersebut berupa persepsi yang tidak selalu mencerminkan makna yang sebenarnya. Makna tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi sikap, aspirasi dan perilku politik, termasuk pilihan politik.

Menurut Baines dalam Nursal (2004; 78), pemasaran politik adalah cara-cara yang digunakan organisasi politik untuk enam hal berikut:

1. Mengkomunikasikan pesan-pesannya, ditargetkan atau tidak ditargetkan, langsung atau tidak langsung, kepada para pendukungnya dan para pemilih lainnya.

2. Mengembangkan kredibilitas dan kepercayaan para pendukung, para pemilih lainnya dan sumber-sumber eksternal agar mereka memberi dukungan finansial dan untuk mengembangkan dan menjaga struktur manajemen ditingkat lokal maupun nasional.

3. Berinteraksi dan merespon dengan para pendukung, influencers, para legislator, para kompetitor, dan masyarakat umum dalam pengembangan dan pengadaptasian kebijakan-kebijakan dan strategi.


(38)

4.Menyampaikan kepada semua pihak berkepentingan atau stakeholders, melalui berbagai media, tentang informasi, saran dan kepemimpinan yang diharapkan atau dibutuhkan dalam negara demokrasi.

5. Menyelenggarakan pelatihan, sumberdaya infomasi dan materi-materi kampanye untuk kandidat, para agen, pemasar, dan atau para aktivis partai. 6. Berusaha mempengaruhi dan mendorong para pemilih, media-media dan

influencers penting lainnya untuk mendukung partai atau kandidat yang diajukan organisasi dan atau supaya jangan mendukung para pesaing.

Menurut Nursal (2004; 70), fungsi dari kegiatan pemasaran politik adalah sebagai berikut:

1. Sarana untuk menganalisis posisi pasar, yakni memetakan persepsi dan preferensi para pemilih, baik konstituen, terhadap kontestan-kontestan yang akan bertarung di arena pemilu.

2. Sarana untuk menetapkan tujuan objektif kampanye, marketing effort dan pengalokasikan sumberdaya.

3. Sarana untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi alternatif-alternatif strategi.

4. Sarana untuk mengimplementasikan strategi untuk membidik segemen-segmen tertentu yang menjadi sasaran berdasarkan sumberdaya yang ada. 5. Sarana untuk memantau dan mengendalikan penerapan strategi untuk


(39)

Menurut O’Shaughnessy (2001; 65) dalam Firmanzah (2007; 24) marketing politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan tools bagaimana menjaga hubungan dengan pemilih untuk membangun kepercayaan dan selanjutnya memperoleh dukungan suara.

Kompetisi dalam memperebutkan suara pemilih, menuntut tim kampanye dari masing-masing kandidat kepala kampung untuk mendesain suatu formulasi khusus untuk menjaring suara pemilih sebanyak mungkin. Formulasi khusus tersebut berbentuk strategi komunikasi dan tahapan strategi pemasaran politik yang dijalankan untuk mengidentifikasi masyarakat pemilih potensial yang sesuai dengan platform kandidat kepala Kampung. Tahapan strategi pemasaran politik tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu segmentasi, targeting, dan positioning (Gambar 1).

Gambar 1. Tahapan Marketing Politik

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

Segmentasi Targetisasi Posisitioning Pasar Politik Pasar Politik Pasar Politik

฀Identifikasi dasar segmentasi pemilih. ฀Menyusun profil dari segmentasi pemilih. ฀Menyusun kriteria pemilihan segmen pemilih

฀Memilih target segmen pemilih ฀Menyusun Strategi positioning di setiap segmen ฀Menyusun bauran marketing di setiap segmen politik


(40)

Untuk itu kerangka teori yang akan diaplikasikan dalam strategi pemasaran terdiri dari :

1. Segmentasi

Segmentasi adalah pemilihan sekelompok orang dengan cara yang serupa/sama memberikan tanggapan kepada seperangkat rangsangan pemasaran tertentu. Dengan mengesampingkan kelompok “golongan putih”(golput) segmentasi dibagi dalam tiga segmen besar yaitu :

a. Segmen para pendukung kontestan yang dipasarkan, yang dibedakan menjadi dua yakni :

1. Pendukung inti atau lazim disebut sebagai basis massa (base partisan), adalah pendukung fanatik yang sangat sulit berubah pikirannya.

2. Pendukung lapis kedua yang lazim disebut sebagai soft-partisan, massa pendukung yang masih bisa berubah pilihannya oleh faktor-faktor atau tawaran-tawaran tertentu.

b. Segmen para pendukung kontestan pesaing yang juga terdiri dari (a) pendukung inti, dan (b) pendukung.

c. Segmen massa mengambang,yaitu segmen yang belum memutuskan kepada pihak mana suara akan diberikan. Secara umum segmen ini juga dapat dipilih menjadi dua yaitu :


(41)

1. Segmen nonpartisipan dimana dari pemilu keputusan pilihan tidak menetap pada satu partai politik atau kandidat tertentu tapi bisa berubah-ubah tergantung factor situsional.

2. Segmen yang pernah menjadi pendukung pihak tertentu tapi akan mengubah pilihannya karena merasa aspirasi tidak terpenuhi

2. Targeting

Targeting atau menetapkan sasaran adalh memilih salah satu atau beberapa segmen yang akan dibidik untuk mencpai sasaran obyektif.

3. Positioning

Positioning (Penentuan posisi) yaitu, tindakan merancang pemasaran dan citra partai politik dalam menepati posisi kempetitif. Positioning dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut

a. Positioning berdasarkan isu dan kebijaksanaan politik, yakni mempresentasikan kebijakan atau program yang diperjuagkan dan dijanjikan oleh kandidat politik jika menang dalam pemilihan.

b. Positioning berdasarkn benifit, yakni partai akan memberi manfaat tertentu kepada pemilih.

c. Positioning berdasarkan citra kandidat,positioning yang mengacu pada sifat pribadi yang penting yang dianggap sebagai karakter kandidat


(42)

d. Positioning berdasarkan peristiwa persoal, yakni mengacu pada kehidupan pribadi yang pernah dialami oleh kandidat.

e. Positioning berdasarkan cerita sosial, yakni positioning yang menunjukkan stereotip kandidat untuk menarik pemilih dengan menciptakan asosiasi antara kandidat dengan segmen-segmen tertentu dalam masyarakat.

D. Persuasi Politik

Menurut Nimmo (2005: 90), persuasi adalah pembicaraan pengaruh yang bercirikan kemungkinan, diidentifikasi melalui saling memberi dan menerima diantara pihak-pihak yang terlibat. Persuasi adalah suatu pembicaraan politik yang dengan sadar atau tidak orang-orang yang terlibat dalam politik mencoba untuk mengubah persepsi, pikiran, perasaan, dan pengharapan lawan bicaranya.

McGuire (1968: 36) dalam Nimmo (2005: 88) telah mengembangkan teori tentang bagaimana orang menginterpretasikan imbauan persuasif. Agar persuasi terjadi, McGuire percaya bahwa harus ada enam langkah berurutan untuk memproses informasi persuasif, keenam langkah tersebut adalah: (1) Penyajian, dimana harus ada imbauan persuasif terlebih dahulu yang disajikan melalui beragam saluran komunikasi, (2) Perhatian, harus ada orang yang memperhatikan imbauan persuasif tersebut sehingga menciptakan keterlibatan aktif masyarakat persuasif, (3) Pemahaman, memerlukan lebih banyak lagi tindakan dari anggota


(43)

masyarakat persuasif. Pemahaman berarti mengerti argumentasi dan kesimpulan pesan, (4) Penerimaan, tahap dimana masyarakat persuasif menganggap bahwa imbauan persuasif tersebut relevan dengan keadaan dirinya, (5) Retensi, menunjukkan bahwa seseorang tetap pada pandangan yang baru diperolehnya dalam jangka waktu yang lama; bukan hanya sekedar menyatakan persetujuan dan kemudian melupakan seluruh pandangan itu, (6) Tanggapan ketaatan, tindakan yang sesuai dengan imbauan persuasif, merupakan hasil praktis dari kegiatan ini.

Ada tiga cara pandang mengenai persuasi politik menurut Nimmo (2005: 42) yaitu, propaganda, periklanan, dan retorika. Ketiganya serupa dalam hal: semuanya memiliki tujuan (purposive), disengaja (intentional), dan melibatkan pengaruh, sehingga menghasilkan berbagai tingkat perubahan dalam persepsi, kepercayaan, nilai, dan pengharapan pribadi.

Namun ada cara-cara yang berbeda dalam pendekatan ini. Pertama, ada perbedaan antara tekanan satu-kepada-banyak dan dua arah dalam meneruskan pesan-pesan. Kedua, ada perbedaan dalam orientasi pendekatan, yaitu apa diarahkan kepada perseorangan atau kelompok. Ketiga, semua pendekatan tersebut mengesankan pandangan yang berbeda tentang apa yang memungkinkan terbentuknya ketertiban masyarakat. Keempat, masingmasing menggunakan fokus yang berbeda dalam merumuskan kampanye persuasi.


(44)

1. Persuasi Politik Sebagai Propaganda

Menurut Jacques Ellul (1965: 105) dalam Nimmo (2005: 65), propaganda didefinisikan sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakantindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan dalam suatu organisasi. Definisi dari Ellul tersebut menghasilkan ciri-ciri utama dari propaganda, yaitu: (1) komunikasi satu-kepada-banyak, (2) beroperasi kepada orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai anggota kelompok, (3) sebagai mekanisme kontrol sosial dengan menggunakan persuasi untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat.

2. Persuasi Politik Sebagai Periklanan

Nimmo (2005: 48) berpendapat bahwa seperti propaganda, periklanan missal adalah komunikasi satu-kepada-banyak, akan tetapi terdapat perbedaan yang sangat jelas mengenai keduanya. Propaganda ditujukan kepada orang-orang sebagai anggota kelompok, sedangkan periklanan mendekati orang-orang sebagai individu-individu tunggal, independen, terpisah dari kelompok apapun atau anonim. Hubungan antara iklan dan pembeli adalah hubungan langsung, tidak ada organisasi atau kepemimpinan yang seakan-akan dapat mengirimkan kelompok pembeli itu kepada penjual. Setiap individu bertindak atas


(45)

pilihannya sendiri. Periklanan mengandalkan keselektifan konvergen dalam menciptakan ketertiban masyarakat.

3. Persuasi Politik Sebagai Retorika

Menurut pemikiran Nimmo (2005: 78), retorika politik berbeda dengan propaganda dan periklanan dalam hal-hal yang penting. Retorika adalah komunikasi dua arah, satu-kepada-satu bukan satu-kepada-banyak, ia bekerja melalui hubungan interpersonal yang inheren, yang menghubungkan orang-orang bukan sebagai anggota kelompok (propaganda) atau individu-individu yang anonim (periklanan). Retorika politik adalah suatu proses yang memungkinkan terbentuknya ketertiban masyarakat melalui negosiasi.

E. Pencitraan Politik

Kampanye pencitraan menurut Postman (2000) dalam Amir (2006), ditandai dengan munculnya berita-berita dan informasi yang sarat citra dan gaya seorang politisi (politician image and style) dan berkurang bahkan hilangnya berita-berita yang mengupas isu-isu krusial, substantif dan ideologi politik.

Salah satu tujuan kampanye politik adalah membentuk citra politik yang baik untuk konsumsi masyarakat pemilih.

Citra politik adalah suatu gambaran tentang politik yang memiliki makna, walaupun tidak selamanya sesuai dengan realitas politik yang sebenarnya.


(46)

Tujuan akhir dari komunikasi politik adalah partisipasi politik dan kemenangan para calon kepala Kampung dalam pemilihan kepala Kampung. Ketokohan adalah gambaran orang yang memiliki kredibilitas atau kompetensi, daya tarik dan kekuasaan yang sah.

Menurut Nimmo (1978) dalam Amir (2006), orang yang memiliki ketokohan adalah orang yang memiliki sifat-sifat pemegang jabatan ideal yang cenderung abstrak seperti kedewasaan, kejujuran, kesungguhan, kekuatan, kegiatan dan energi yang merupakan gabungan sifat pahlawan politik.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberi suara dalam pemilu cenderung menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang sesuai dengan citra jabatan ideal baginya. Citra diri ini dapat terbentuk melalui pengalaman langsung (melalui pergaulan dan aktivitas yang lama dengan politisi tersebut) juga melalui pengalaman tidak langsung, yaitu media massa, karena media massa memiliki pengaruh dalam membentuk citra dan mengangkat status seseorang. Selain itu, ketokohan juga berhubungan dengan daya tarik fisik tubuh, busana dan dukungan fisik lainnya. Strategi ketokohan merupakan upaya untuk membangun citra diri calon kepala Kampung sebagai seorang yang memiliki sifat-sifat pahlawan politik dan daya tarik fisik.

Menurut konsep kepemimpinan budaya Jawa, seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat asthabarata atau delapan watak dewa (Wiwoho dkk, 1998), yang meliputi kedermawanan atas harta (sifat Dewa Indra), kepahlawanan dalam


(47)

memberantas kejahatan (Dewa Yama/Maut), ramah dan bijaksana (Dewa Surya/Matahari), kasih sayang (Dewa Candra/Bulan), ketelitian (Dewa Bayu/Angin), kedermawanan atas harta dan hiburan (Dewa Kuwera/Harta dunia), kecerdasan (Dewa Baruna/Lautan), dan keberanian menghancurkan musuh (Dewa Brahma/Api).

F. Tim Kampanye

Tim Kampanye adalah sebuah tim yang dibentuk oleh calon kepala Kampung yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan kampanye. Anggota tim kampanye sebagian besar berasal dari keluarga dan pendukung calon kepala Kampung. Tugas mereka adalah merumuskan rencana-rencana strategis sebagai bagian dari usaha untuk memenangkan pasangan yang didukungnya.

Menurut Nimmo (2005: 99), karakteristik komunikator (juru kampanye) dalam kampanye politik adalah berpendidikan tinggi melebihi rata-rata populasi, memiliki pendapatan dan status sosial yang lebih tinggi, terlibat aktif dalam politik, memiliki kepercayaan politik, dan berpengaruh besar terhadap pembuatan kebijakan.

G. Fenomena Kekalahan Calon Incumbent dalam Pemilihan Kepala Kampung Calon incumbent yang mengikuti pemilihan kepala Kampung sebenarnya memiliki peluang lebih besar untuk keluar sebagai pemenang dibandingkan


(48)

dengan calon kepala Kampung pendatang baru, karena dalam menjalankan kampanye politiknya calon incumbent memiliki beberapa keuntungan antara lain mereka sudah dikenal oleh masyarakat setempat, selain itu sebagai kepala Kampung yang masih menjabat, calon incumbent juga dapat memanfaatkan program-program dan anggaran pemerintah untuk memperkuat popularitasnya sebelum masa kampanye resmi dimulai.

Calon incumbent juga dapat menciptakan isu yang menarik dengan penciptaan opini publik. Sementara itu calon kepala Kampung pendatang baru memiliki kelebihan antara lain sebagai pilihan alternatif bagi sebagian masyarakat yang tidak puas dengan kinerja kepala Kampung sebelumnya.

Fenomena kekalahan incumbent dalam pemilihan kepala Kampung sebenarnya adalah merupakan suatu kewajaran, karena dalam pemilihan Kepala Kampung secara langsung yang dipilih oleh masyarakat adalah orang yang tidak didukung oleh partai. Hal tersebut berbeda dengan pemilihan Bupati, karena dalam pemilihan Bupati calon didukung oleh partai politik, sehingga yang penting dalam pemilihan Kepala Kampung adalah faktor figur dari calon kepala Kampung.

H. Kerangka Pikir

Mekanisme kerja tim kampanye politik yang meliputi cara kerja tim kampanye, jumlah anggota pada tiap bidang, dan pengaruh suku tim kampanye, ikut


(49)

mempengaruhi tahap-tahap perencanaan kampanye politik. Tahap-tahap perencanaan yang terpengaruh itu antara lain adalah, konsolidasi internal dan eksternal tim yang akan mempengaruhi jumlah anggaran dan sumber dana yang diterima. Tahapan pemasaran politik yang meliputi tahap segmentasi, targeting, dan positioning, ikut terpengaruh pula oleh mekanisme kerja tim kampanye politik.

Setelah melalui tahap-tahap perencanaan kampanye politik yang meliputi konsolidasi internal dan eksternal, perencanaan anggaran biaya dan sumber dana, segmentasi, targeting, dan positioning, maka dirumuskanlah teknik-teknik kampanye yang akan dilakukan untuk menjaring dukungan dan pemilih sebanyak mungkin. Teknik-teknik kampanye tersebut antara lain adalah (1) kampanye dari rumah ke rumah, (2) diskusi kelompok, (3) kampanye massa langsung, dan (4) kampanye massa tidak langsung.

Beragam teknik kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye politik pada akhirnya akan menimbulkan suatu citra mental tersendiri dalam pikiran masyarakat pemilih terutama sasaran kegiatan kampanye politik, yang pada akhirnya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menjatuhkan pilihan politiknya. Perbedaan status antara kedua calon kepala Kampung, yaitu incumbent dan pendatang baru, diduga akan menyebabkan perbedaan dalam penggunaan teknik-teknik kampanye yang dijalankan oleh tim kampanye politk


(50)

masing-masing calon kepala Kampung. Bagan kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada (Gambar 2).

Keterangan gambar :

: Hubungan sebab akibat : Tahapan Pemasaran Politik

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Analisis Strategi Kampanye Politik Para Calon Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo, 2012.

Konsilidasi

Strategi Kampanye Politik

Targeting

Segmentasi Positioning

Anggaran dan sumber dana

Kampanye

Teknik-teknik kampanye

Citra Mengenai Calon Kepala Kampung Banjar Rejo


(51)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah

Secara geografis wilayah Kampung Banjar Rejo adalah bagian dari Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung Secara geografis Kabupaten Lampung Tengah adalah bagian dari Provinsi Lampung dengan luas wilayah 4.789,82 km2. Terletak diantara 104,35 – 105,50 BT dan 4,30 – 4,15 LS dan berpenduduk sebanyak 1.109.884 jiwa. Dengan batas wilayah:

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat dan Kabupaten Lampung Utara

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran  Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur

dan Kota Metro

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat


(52)

Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terkurung daratan di Provinsi Lampung. Kabupaten ini terletak sekitar 75 kilometer dari ibukota Provinsi Lampung yaitu Kota Bandar Lampung dan dapat ditempuh dari Ibukota Provinsi selama 1,5jam dengan menggunakan Bus atau Mobil.

Kabupaten ini dulunya merupakan kabupaten terluas kedua di Lampung sampai dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 yang memecah kabupaten ini menjadi lebih kecil. Kabupaten Lampung Tengah dulunya meliputi 3 bagian yaitu Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Metro.

Kabupaten Lampung Tengah telah mengalami 2 kali pemekaran sehingga wilayah yang semula memiliki luas 16.233,21 km2 dan sekarang luasnya sekitar 9.189,50 km2. Pemekaran wilayah yang pertama adalah kabupaten Lampung Timur sehingga dibagi menjadi 10 kecamatan Sukadana, Metro, Kibang, Way Jepara, Labuhan Meringgai, Batanghari, Sekampung, Jabung, Purbolinggo dan Raman Utara.

Pemekaran kedua terbentuknya Kotamadya Metro yang dulunya dikenal sebagai Ibukota Kabupaten Lampung Tengah yang dibagi menjadi 5 kecamatan yaitu Metro Barat, Metro Utara, Metro Pusat, Metro Selatan dan Metro Timur.

Dan pada saat ini Kabupaten Lampung Tengah dibagi menjadi 13 kecamatan yaitu Gunung Sugih, Terbanggi Besar, Anak Tuha, Bumi Ratu Nuban, Kota


(53)

Gajah, Way Seputih, Bekri, Banjar Mataram, Anak Ratu Aji, Way Pengubuan, Kalirejo, Trimurjo, dan Pubian.

Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2011 berjumlah 1.183.427 jiwa atau meningkat 1,14 persen dibandingkan dengan jumlah penduduk Tahun 2004 yang berjumlah 1.170.004 jiwa.

Penduduk Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011 menurut Kelompok umur didominasi oleh penduduk laki-laki berjumlah 605.839 jiwa dan penduduk perempuan 577.588 jiwa (Tabel 1). Banyaknya penduduk laki-laki tercermin dari rasio jenis kelamin, pada tahun 2011 rasio jenis kelamin 105, artinya pada tahun 2011 setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105 penduduk laki-laki.

Tabel 1. Kondisi Demografi Kabupaten Lampung Tengah berrdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Perempuan 577.588 48,806%

2. Laki-laki 605.839 51,193%

Total 1.183.427 100%

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Lampung Tengah 2012

Persentase jumlah penduduk kabupaten Lampung Tengah tahun 2011 menurut kelompok umur adalah kelompok umur (0-14) sebesar 28,56%, kelompok umur (15-64) sebesar 65,67% dan kelompok umur 65 keatas sebesar 5,77% (Tabel 2). Sedangkan pada tahun 2004 jumlah penduduk menurut kelompok umur (0-14) sebesar 28,60%, kelompok umur (15-64) sebesar 65,70% dan kelompok umur 65 keatas sebesar 5,92%.


(54)

Tabel 2. Kondisi Demografi Kab. Lampung Tengah Berdasarkan Usia

No Umur Tahun

2004 2011

1. 0-14 28,60 28,56

2. 15-64 65,70 65,67

3. >65 5,92 5,77

Jumlah 100% 100%

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Lampung Tengah 2012

B. Wilayah Administratif Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah

Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 210,72 km2 dengan jumlah penduduk 34.418 jiwa dengan kepadatan 164 jiwa/km2.

Sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 06 Tahun 2004 tentang pembentukan 19 Kampung dalam wilayah Kabupaten Lampung Tengah batas-batas wilayah Kampung Banjar Rejo berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kampung Banjar Ratu Kec. Way Pengubuan. Sebelah Selatan : Kampung Negara Bumi Kec. Anak Tuha dan

Kampung Sulusuban Kec. Seputih Agung. Sebelah Barat : Kampung Tulung Singkip Kec. Abung Selatan

Kab. Lampung Utara.


(55)

Struktur Kampung Banjar Rejo dibagi menjadi 4 dusun yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III, Dusun IV.

C. Kondisi Demografi

Derajat partisipasi politik, jumlah dan rasio penduduk antara laki-laki dan perempuan secara tidak langsung akan mempengaruhi proses politik terutama masalah gender, sehingga dari data lapangan dipaparkan ratio penduduk (laki-laki dan perempuan) dimasing-masing wilayah kecamatan se-Kabupaten Lampung Tengah sebagaimana dalam tabel berikut.

Tabel 3. Kondisi Demografi Kampung Banjar Rejo

No Dusun Kepala Dusun Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Dusun I Hi. Ruwiyanto 250 363 613

2. Dusun II Junaidi 200 280 480

3. Dusun III Slamet 145 245 390

4. Dusun IV

Tardi 200 270 470

jumlah 1953

Sumber: Badan Permusyawaratan Kampung Banjar Rejo Kab. Lampung Tengah Tahun 2012.

Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa Dusun 1 memiliki komposisi penduduk yang terdiri dari 250 laki-laki dan 363 perempuan, dusun II terdiri dari 200 laki-laki dan 280 perempuan, dan dusun III memiliki komposisi terdiri dari 145 laki-laki dan 245 perempuan serta dusun IV terdiri dari 200 laki-laki dan 270 perempuan.


(56)

D. Susunan Kepanitian Pemilihan Kepala Kampung

Susunan kepanitiaan kepala Kampung Banjar Rejo berjumlah 97 orang yang terdiri dari:

I. Ketua : Drs.As’arif

Wakil ketua : Slamet Al yasir, S.Pd

II. Sekertaris : Karmin

Wakil sekertaris : Mursalin, S.Pd

III. Bendahara : Watini

IV. Seksi-Seksi :

a. Seksi dana : Suprapto, Rohmat, Supriadi, Paidi, Nasikin, Sulasdi, Zajali.M, Musliman, Muhsajid, Wagimin, Gufron, Teguh, Karmin, Dalio, Rosidan, Kusni, Tugino, Wardi, Slamet, Sardi, Sukardi, Samyani. b. Sekertariat : Sodikin, Sriyani, Fatmawati, Zainal Abidin, c. Mata Pilih : H. Ruyanto (Kepala Dusun I), Junaidi

(Kepala Dusun II), Slamet (Kepala Dusun III), Tardi (Kepala Dusun IV), Seluruh Ketua RT Sekampung Banjar Rejo.

d. Humas : Kuwat, Abu Sofyan,Sudarmanto, Dalio, Muntasir. e. Penjaringan : Sumardi S.Ag, Sujoko S.Hi, Wakidi, Saebani,


(57)

f. Penyaringan : Sutrisno (A.Ma), Saparudin (S.pd), Sumaeri, Nasrullah, Suparjo.

g. Perlengkapan : H. Ruyanto (Kepala Dusun 1), Junaidi (Kepala Dusun II), Slamet (Kepala Dusun III), Tardi (Kepala Dusun IV).

h. Keamanan : Sukio (Danton), Matsobirin, Agus Sunadi, Anwar Tugianto, Kosim, Zainum, Nuryanto, Wasikin, Sutrisno, Warno, Supono, Sardi, A.Nursalin, A.Kosim, Hamidan, Waris, Muryanto, Royadi, Satiman, Wajiyanto, Ngatimin, Samino, Mahmudi.. i. Konsumsi : Dwiyuli, Sri Amini, Estikomah,Sofia, Sri Warsiah,

Sarwanti, Siti Ngaisah, Siti Maryam, Yuli, Juminem, Sarmi, Diah, Asih Wasiatun, Sri Ida Kusuma, Samsiah.


(58)

E. Rincian Anggaran Belanja Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo Sebagai Berikut:

Rincian anggaran belanja pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo sebagai berikut:

Tabel 4. Rincian Anggaran Belanja Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo

NO. KETERANGAN JUMLAH

1. Pembuatan/pengetikan DPS, DPT, pembuatan berita acra dan lain-lain serta fotocopy

Rp. 500.000,- 2. Tata pemerintahan kecamatan Rp. 500.000,- 3. Tanda tangan berita acara 6 orang Rp 3.000.000,- 4. Makan, minum, rokok 66 orang

a. makan 66 orang

b. rokok, gula, kopi, the, aqua c. snack

Rp. 1800.000,- Rp. 700.000,- Rp. 500.000,- 5. Sewa tarup, kursi, sound sistem

a. tarup 2 unit b. kursi 50 biji c. sound sistem

Rp. 300.000,- Rp. 50.000,- Rp. 300.000,- 6. Keamanan

a. koramil 2 orang b. pol PP 4 orang c. polsek 4 orang

Rp. 200.000,- Rp. 400.000,- Rp. 400.000,- 7. Tamu:

a. Kabupaten 3 orang b. Kecamatan 4 orang

Rp. 300.000,- Rp. 400.000,-

8. Wartawan Rp. 500.000,-

9. Transportasi awal sampai selesai Rp. 1000.000,- 10. Uang lelah:

a. RT 23 orang b. Hansip 6 orang c. Panitia 10 orang

Rp. 1.150.000,- Rp. 300.000,- Rp. 1.000.000,- 11. Seragam panitia 10 orang Rp. 600.000,-

12. Alat masak Rp. 150.000,-

13. Lain-lain Rp. 500.000,-

TOTAL Rp.14.550.000,-

Sumber: Badan Permusyawaratan Kampung Banjar Rejo Kab. Lampung Tengah Tahun 2012


(59)

F. Anggaran Rapat Panitia Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo Tabel 5. Anggaran Rapat Panitia Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo

NO. KETERANGAN JUMLAH

1. Pembuatan/pengetikan DPS, DPT,

pembuatan berita acara dan lain-lain serta fotocopy

Rp. 500.000,-

2. Tata pemerintahan kecamatan Rp. 500.000,- 3. Tanda tangan berita acara Rp. 3000.000,-

4. Makan, minum, rokok Rp. 3000.000,-

5. Sewa tarup, kursi, sound sistem Rp 650.000,-

6. Keamanan Rp 1000.000,-

7. Tamu dari kabupaten dan kecamatan Rp 700.000,-

8. Wartawan Rp 500.000,-

9. Transportasi awal sampai selesai Rp 1000.000,-

10. Uang lelah panitia Rp 2450.000,-

11. Seragam panitia Rp 600.000,-

12. Alat masak Rp 150.000,-

13. Lain-lain Rp 500.000,-

TOTAL Rp 14.550.000,-

Sumber: Badan Permusyawaratan Kampung Banjar Rejo Kab. Lampung Tengah Tahun 2012

G. Hasil Penghitungan Suara

Adapun hasil penghitungan suara pada pemilihan Kepala Kampung di

Kampung Banjar Rejo pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7.

Tabel 6. Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Calon Kepala Kampung Banjar Rejo.

JUMLAH PEMILIH HASIL PENGHITUNGAN

SUARA JUMLAH

HADIR TIDAK SAH TIDAK SAH

1721 232 1703 18 1953

Sumber: Badan Permusyawaratan Kampung Banjar Rejo Kab. Lampung Tengah Tahun 2012


(60)

Tabel 7. Hasil Penghitungan Suara Berdasarkan Nama Calon Kepala Kampung Banjar Rejo.

No Nama Calon Hasil Perolehan

1. HAMIDI 714

2. KHAIRI 989

JUMLAH 1703

Sumber : Badan Permusyawaratan Kampung Banjar Rejo Kab.Lampung Tengah Tahun 2012

Berdasarkan rincian perolehan suara terbanyak sebanyak 989 suara jatuh pada calon saudara Khairi dengan Nomor urut 2 yang dinyatakan sebagai Calon Kepala Kampung Terpilih Periode 2012-2018.


(61)

A. Simpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan strategi kampanye yang digunakan para calon Kepala Kampung dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemenangan Khairi dan kekalahan Hamidi sebagai calon incumbentantara lain adalah,

1. Strategi Kampanye yang dijalankan tim Hamidi adalah Ketokohan dan kelembagaan dengan teknik kampanye massa langsung.

2. Strategi kampanye yang dijalankan tim Khairi adalah Ketokohan dan kelembagaan yang di padukan membangun consensus, melalui kemampuan membuka diri untuk berkompromi dengan masyarakat dengan teknik kampanye politikdoor to door campaign.

3. Faktor yang menyebabkan kemenangan Khairi adalah penggunaan teknik kampanye yang tepat melalui door to door campaign, mekanisme kerja tim kampanye yang efektif, kegiatan kampanye politik yang inovatif, dan ketepatan momentum mengenai citra pemimpin muda dengan isu yang sedang berkembang saat itu.

4. Faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan Hamidi antara lain adalah, kurangnya konsolidasi internal tim kampanye tingkat atas dan bawah, kesalahan dalam penggunaan strategi kampanye melalui strategi


(62)

79

”panggung” yang merupakan cara-cara lama dalam berkampanye, dan ketidaksesuaian citra yang ingin dibentuk dari Hamidi, dengan pandangan masyarakat mengenai Hamidi.

B. Saran

Berdasarkan hasil simpulan, maka saran yang dikemukakan ditujukan kepada pihak yang paling terkait dengan isi pembahasan, yaitu tim kampanye politik sebagai perencana dan pelaksana kegiatan-kegiatan kampanye politik.

Kepada tim kampanye politik, perlu mengembangkan teknik-teknik kampanye alternatif yang bersifat kreatif dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat, seperti mendatangi masyarakat dari rumah ke rumah, mengumpulkan masyarakat untuk bergotong royong bersama, menggalakkan kembali kegiatan posyandu demi memperhatikan kesehtan anak-anak kecil serta ibunya. Sehingga biaya untuk kampanye politik tidak terbuang percuma. Selain itu perlu dikembangkan teknik-teknik kampanye yang sifatnya memberikan pendidikan politik untuk masyarakat, seperti sosialisasi tentang dampak buruk akan money politik, intimidasi politik, dan tentang pentingnya partisipasi politik guna menambah pengetahuan masyarakat tentang politik.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.

Amir, Fauziah. 2006. Strategi Kampanye Politik di Media Massa oleh Pasangan Andolina,Molly.2006.Participant and civil Society.oxford University Press.New

York

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi Strategi dan Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Diamond, Larry. 2003. Developing Democracy Toward Consolidation. IRE Press.Yogyakarta

Emmanuel Subangun. Pilkades, Pemilu, dan Dengue . Opini. Kompas, 8 Maret 2012

Eriyanto. 1999. Metodologi Polling: Memberdayakan Suara Rakyat. Bandung: PT Fakih, Mansur. 1996. Masyarakat sipil untuk transformasi social. Yogyakarta. Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Sebuah Heru Cahyono. 2006. Dinamika Demokratisasi Desa di Beberapa Daerah di

Indonesia Pasca 1999. Jakarta: LIPI

Hurlock, Elisabeth. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Idrus,muhammad.2009.Metode Penelitian Ilmu sosial.Erlangga.Jakarta.

Individu dan Pihak - Perubahan Proses Mobilisasi Politik" oleh Birgitta Nedelmann - European Sociological Review 3:181-202 1.987 © 1987 Oxford University Press

Kampanye Politik dan Perilaku Memilih (Kasus Pemilihan Bupati dalam Pilkada Banten 2006 di Kota Tangerang). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik. Depok: Universitas Indonesia.


(64)

Markoff, John. 2002. Gelombang Demokrasi Dunia Gerakan Sosial dan

Perubahan Politik (terj.). Yogyakarta: CCSS bekerjasama dengan Pustaka Pelajar

McQuaill, Denis. 1983. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Media.

Miles, Matthew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Nasution, Noviantika. 2006. Bobolnya Kandang Banteng : Sebuah Otokritik. Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Nursal, Adman. 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Penerbit Erlangga.

Philipus, Ng dan Nurul Aini. 2004. Sosiologi Politik. PT Rajagrafindo

Rahmat, Jallaludin. 1997. Metode Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Ruslan ,Rosady .2005.Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation . Jakarata :PT

Rajawali Pers.

Sastroatmodjo, Soejono. 1995. Perilaku masyarakat. IKIP Semarang Press. Semarang.

SBY-JK dalam Kampanye pemilihan Presiden langsung 2004. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Sitorus, Felix. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan. Bogor: Sosek Sorensen, Georg. 2003. Demokrasi dan demokratisasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar bekerja sama dengan CCSS

Fakultas Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.(Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik). Jakarta: Penerbit Granit

Suryatna, Undang. 2007. Hubungan Karakteristik Pemilih dan Terpaan Informasi. Jakarta: Penerbit Suara Bebas.

Syamsuddin Haris. 2004. Demokrasi Desa, Perlukan Diatur?. Kertas Kerja LIPI. Tidak diterbitkan.


(65)

Wahyuni, Ekawati Sri. 2004. Pedoman Teknis Menulis Skripsi. Departemen Ilmu social dan politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Depok: Universitas Indonesia.

Wakil Bupati Cianjur Tahun 2006.Tesis. Sekolah Pasca Sarjana .Bogor : Institut Pertanian Bogor.

.

Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Wiwoho, dkk (ed). 1998. Kepemimpinan Jawa: Falsafah dan Aktualisasi. Jakarta Yuddho ,Andy Satrio ,2007.Strategi Komunikasi Kandidat Gubernur (Kajian

terhadap Strategi Kampanye Tim Sukses Kandidat Gubernur Ratu Atut.

Media :

(http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2117278-pengertian-strategi/) (http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi)

(Jurnal Humaniora Volume 14, Nomor 2, Oktober 2009 Halaman 99 – 112) (Kompas, 11 Maret 20012)

(http://bahren13.wordpress.com/author/bahren13/)

(http://rachmatfatahillah.blogspot.com/2012/03/contoh-proposal-skripsi-pai kualitatif.html


(1)

47

Tabel 7. Hasil Penghitungan Suara Berdasarkan Nama Calon Kepala Kampung Banjar Rejo.

No Nama Calon Hasil Perolehan

1. HAMIDI 714

2. KHAIRI 989

JUMLAH 1703

Sumber : Badan Permusyawaratan Kampung Banjar Rejo Kab.Lampung Tengah Tahun 2012

Berdasarkan rincian perolehan suara terbanyak sebanyak 989 suara jatuh pada calon saudara Khairi dengan Nomor urut 2 yang dinyatakan sebagai Calon Kepala Kampung Terpilih Periode 2012-2018.


(2)

I. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan strategi kampanye yang digunakan para calon Kepala Kampung dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemenangan Khairi dan kekalahan Hamidi sebagai calon incumbentantara lain adalah,

1. Strategi Kampanye yang dijalankan tim Hamidi adalah Ketokohan dan kelembagaan dengan teknik kampanye massa langsung.

2. Strategi kampanye yang dijalankan tim Khairi adalah Ketokohan dan kelembagaan yang di padukan membangun consensus, melalui kemampuan membuka diri untuk berkompromi dengan masyarakat dengan teknik kampanye politikdoor to door campaign.

3. Faktor yang menyebabkan kemenangan Khairi adalah penggunaan teknik kampanye yang tepat melalui door to door campaign, mekanisme kerja tim kampanye yang efektif, kegiatan kampanye politik yang inovatif, dan ketepatan momentum mengenai citra pemimpin muda dengan isu yang sedang berkembang saat itu.

4. Faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan Hamidi antara lain adalah, kurangnya konsolidasi internal tim kampanye tingkat atas dan bawah, kesalahan dalam penggunaan strategi kampanye melalui strategi


(3)

79

79

”panggung” yang merupakan cara-cara lama dalam berkampanye, dan ketidaksesuaian citra yang ingin dibentuk dari Hamidi, dengan pandangan masyarakat mengenai Hamidi.

B. Saran

Berdasarkan hasil simpulan, maka saran yang dikemukakan ditujukan kepada pihak yang paling terkait dengan isi pembahasan, yaitu tim kampanye politik sebagai perencana dan pelaksana kegiatan-kegiatan kampanye politik.

Kepada tim kampanye politik, perlu mengembangkan teknik-teknik kampanye alternatif yang bersifat kreatif dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat, seperti mendatangi masyarakat dari rumah ke rumah, mengumpulkan masyarakat untuk bergotong royong bersama, menggalakkan kembali kegiatan posyandu demi memperhatikan kesehtan anak-anak kecil serta ibunya. Sehingga biaya untuk kampanye politik tidak terbuang percuma. Selain itu perlu dikembangkan teknik-teknik kampanye yang sifatnya memberikan pendidikan politik untuk masyarakat, seperti sosialisasi tentang dampak buruk akan money politik, intimidasi politik, dan tentang pentingnya partisipasi politik guna menambah pengetahuan masyarakat tentang politik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.

Amir, Fauziah. 2006. Strategi Kampanye Politik di Media Massa oleh Pasangan Andolina,Molly.2006.Participant and civil Society.oxford University Press.New

York

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi Strategi dan Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Diamond, Larry. 2003. Developing Democracy Toward Consolidation. IRE Press.Yogyakarta

Emmanuel Subangun. Pilkades, Pemilu, dan Dengue . Opini. Kompas, 8 Maret 2012

Eriyanto. 1999. Metodologi Polling: Memberdayakan Suara Rakyat. Bandung: PT Fakih, Mansur. 1996. Masyarakat sipil untuk transformasi social. Yogyakarta. Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Sebuah Heru Cahyono. 2006. Dinamika Demokratisasi Desa di Beberapa Daerah di

Indonesia Pasca 1999. Jakarta: LIPI

Hurlock, Elisabeth. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Idrus,muhammad.2009.Metode Penelitian Ilmu sosial.Erlangga.Jakarta.

Individu dan Pihak - Perubahan Proses Mobilisasi Politik" oleh Birgitta Nedelmann - European Sociological Review 3:181-202 1.987 © 1987 Oxford University Press

Kampanye Politik dan Perilaku Memilih (Kasus Pemilihan Bupati dalam Pilkada Banten 2006 di Kota Tangerang). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik. Depok: Universitas Indonesia.


(5)

Manning, Crist. 2000.Indonesian in Transision. London. Institute of South Asian studies.

Markoff, John. 2002. Gelombang Demokrasi Dunia Gerakan Sosial dan

Perubahan Politik (terj.). Yogyakarta: CCSS bekerjasama dengan Pustaka Pelajar

McQuaill, Denis. 1983. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Media.

Miles, Matthew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Nasution, Noviantika. 2006. Bobolnya Kandang Banteng : Sebuah Otokritik. Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Nursal, Adman. 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Penerbit Erlangga.

Philipus, Ng dan Nurul Aini. 2004. Sosiologi Politik. PT Rajagrafindo

Rahmat, Jallaludin. 1997. Metode Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Ruslan ,Rosady .2005.Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation . Jakarata :PT

Rajawali Pers.

Sastroatmodjo, Soejono. 1995. Perilaku masyarakat. IKIP Semarang Press. Semarang.

SBY-JK dalam Kampanye pemilihan Presiden langsung 2004. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Sitorus, Felix. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan. Bogor: Sosek Sorensen, Georg. 2003. Demokrasi dan demokratisasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar bekerja sama dengan CCSS

Fakultas Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.(Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik). Jakarta: Penerbit Granit

Suryatna, Undang. 2007. Hubungan Karakteristik Pemilih dan Terpaan Informasi. Jakarta: Penerbit Suara Bebas.

Syamsuddin Haris. 2004. Demokrasi Desa, Perlukan Diatur?. Kertas Kerja LIPI. Tidak diterbitkan.


(6)

Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Organisasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wahyuni, Ekawati Sri. 2004. Pedoman Teknis Menulis Skripsi. Departemen Ilmu social dan politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Depok: Universitas Indonesia.

Wakil Bupati Cianjur Tahun 2006.Tesis. Sekolah Pasca Sarjana .Bogor : Institut Pertanian Bogor.

.

Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Wiwoho, dkk (ed). 1998. Kepemimpinan Jawa: Falsafah dan Aktualisasi. Jakarta Yuddho ,Andy Satrio ,2007.Strategi Komunikasi Kandidat Gubernur (Kajian

terhadap Strategi Kampanye Tim Sukses Kandidat Gubernur Ratu Atut.

Media :

(http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2117278-pengertian-strategi/) (http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi)

(Jurnal Humaniora Volume 14, Nomor 2, Oktober 2009 Halaman 99 – 112) (Kompas, 11 Maret 20012)

(http://bahren13.wordpress.com/author/bahren13/)

(http://rachmatfatahillah.blogspot.com/2012/03/contoh-proposal-skripsi-pai kualitatif.html