Buruh Emping Melinjo Dalam Kehidupan Ekonomi (Studi Kasus Industri Rumahan Di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang).

(1)

BURUH EMPING MELINJO DALAM KEHIDUPAN EKONOMI

(Studi Kasus Industri Rumahan Di Deles Kecamatan Bawang

Kabupaten Batang)

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi

Oleh : Siti Rowiyah NIM 3501406589

JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2010


(2)

ii PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari : Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Totok Rochana, M. A Drs. Abdul Muntolib, M. Hum NIP. 19581128 198503 1 002 NIP. 19541012 198901 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi

Drs. Moh Solehatul Mustofa, M. A NIP. 19630802 198803 1 001


(3)

iii PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Tanggal :

Penguji Utama

Dra. Rini Iswari, M.Si NIP. 19590707198601 2 001

Penguji I Penguji II

Drs. Totok Rochana, M.A Drs. Abdul Muntolib, M. Hum NIP. 19581128 198503 1 002 NIP. 19541012 198901 1 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial,

Drs. Subagyo, M.Pd


(4)

iv PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Desember 2010

Siti Rowiyah NIM. 3501406589


(5)

v MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

™ Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran (James Thurber)

™ Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda (Penulis)

Persembahan:

Skripsi ini saya persembahkan sebagai ungkapan terimakasih untuk orang-orang yang saya sayangi dalam kehidupan saya :

™ Bapak Ngadi dan Ibu Saumi tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan doa dan semangat serta pengorbanannya

™ Mas Eko Budiyo dan adik Ina Chomsyatun, yang telah melatih kesabaran dan telah memberikan warna dalam hidup saya

™ Sahabat-sahabat (Inul, Aniez, Fusi, Vita, Indah, Aniq, Phe, Liyut, Vena, dan Umam) terimakasih untuk kebersamaannya


(6)

vi PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, maka dalam proses penyusunan skripsi yang berjudul “Buruh Emping Melinjo Dalam Kehidupan Ekonomi (Studi Kasus Industri Rumahan Di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang” dapat berjalan dengan baik. Dalam rangka menyelesaikan studi strata satu untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Penulis mengakui bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi. Atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan untuk belajar di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. H. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan urusan administrasi.

3. Drs. M.S Mustofa, M.A., ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Totok Rochana, M.A., dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan, semangat, bantuan, dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.


(7)

vii 5. Drs. Abdul Muntolib, M. Hum, dosen pembimbing II yang dengan penuh

kesabaran dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik,semangat, bantuan, dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Ibu Lita dan semua pembuat emping, terima kasih telah memberikan ijin kepada penulis dan memberikan informasi mengenai data dalam melakukan penelitian.

7. P@2nE M@2, Arfi Cristian, Rama, Wahyudin, Mbak Elly, Mas Rino, Mas Bono, Panca yang telah memberikan semangat dan fasilitas dalam penyusunan skripsi.

8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik dari pembaca guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 2010


(8)

viii SARI

Rowiyah, Siti. 2010. Buruh Emping Melinjo Dalam Kehidupan Ekonomi (Studi Kasus Industri Rumahan Di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang). Skripsi, Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Drs Totok Rochana, M.A. Drs. Abdul Muntolib, M. Hum. 73 halaman.

Kata Kunci: Buruh , Kehidupan Ekonomi, Industri Rumahan

Semakin sempit lahan pertanian dan berkembang pesatnya teknologi pertanian menyebabkan berkurangnya lapangan kerja, sehingga masyarakat kehilangan kesempatan kerja sebagai buruh tani. Masyarakat Deles memerlukan alternatif untuk memperoleh pekerjaan di luar pertanian, yaitu usaha pengolahan emping melinjo yang sebenarnya merupakan pekerjaan yang sudah dilakukan oleh masyarakat Deles sejak dahulu. Tujuan dalam penelitian ini: mengetahui kehidupan ekonomi buruh emping melinjo pada industri rumahan di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini: warga yang bermata pencaharian sebagai buruh emping melinjo, dengan informasi pendukung warga sekitar Deles dan aparat kelurahan Deles. Metode pengumpulan data: metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Fokus penelitian: pendidikan, pendapatan dan status sosial. Tehnik analisis data menggunakan teknik triangulasi.

Hasil dari penelitian ini adalah: proses pembuatan emping melinjo dilakukan di rumah-rumah buruh emping melinjo. Ada metologi yang dipercaya oleh buruh emping melinjo, bahwa ketika buruh menyimpan melinjo di rumahnya makan akan di awasi oleh setan yang dimiliki pemilik usaha (juragan) dan apabila buruh beserta keluarganya mengkonsumsi atau menjual emping tersebut maka akan dijadikan tumbal oleh pemilik usaha (juragan), sehingga buruh beserta keluarganya tidak berani untuk berbuat tidak jujur. Buruh emping melinjo sebagian besar merupakan lulusan dari Sekolah Dasar. Buruh emping melinjo masih hidup dalam kondisi yang kurang layak karena jumlah pendapatan mereka yang terlalu kecil. Kehidupan ekonomi buruh emping melinjo tidak mengalami perubahan dalam kehidupannya karena pendapatan yang diperoleh belum mampu untuk memenuhi kebutuhan sekunder, dan tersier.

Saran Bagi buruh emping melinjo, melalui perkumpulan atau arisan PKK penulis memberikan penyuluhan kepada buruh emping melinjo untuk tidak hanya mengandalkan pendapatan dari bekerja membuat emping melinjo saja, agar pemasukan keluarga dapat bertambah. Misalnya tanaman pertaniannya diganti dengan tanaman yang mempunyai harga jual tinggi tetapi dengan modal dan biaya perawatan yang sedikit, contohnya tanaman kacang tanah dan jagung. Bagi pemilik usaha pengolahan emping melinjo, penulis datang langsungsung menemui pemilik usaha untuk memberikan saran yaitu proses pengembalian emping melinjo sebaiknya sama seperti proses pengambilan melinjo, yaitu pemilik usaha datang langsung ke dusun-dusun buruh emping melinjo, dengan demikian buruh emping melinjo dapat menghemat tenaga dan biaya.Bagi pemerintah Kelurahan Deles, penulis datang langsung ke Pak Lurah untuk memberikan saran yaitu agar membuat jalan alternatif untuk menuju dusun dimana tempat pemilik usaha pengolahan emping melinjo itu berada, agar buruh emping melinjo tidak jalan kaki memutar untuk dapat sampai ke tempat pemilik usaha pengolahan emping melinjo.


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Batasan Istilah ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 8

B. Landasan Teori ... 12

C. Kerangka Berfikir ... 16

BAB III METODE PENELITIAN A. Dasar Penelitian ... 18

B. Lokasi Penelitian ... 18

C. Fokus Penelitian ... 19


(10)

x

E. Sumber Data Penelitian ... 19

F. Tehnik Pengumpulan Data ... 21

G. Keabsahan Data ... 23

H. Model Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Buruh Emping Melinjo ... 30

1. Keluarga Ibu Seni……….. 30

2. Keluarga Ibu Satar………. 32

3. Keluarga Ibu Tusri………. 33

4. Keluarga Ibu Jiah………... 33

5. Keluarga Ibu Sarinah………. 35

6. Keluarga Ibu Sa’iyah………. 35

7. Keluarga Ibu Turis………. 36

8. Keluarga Ibu Istikomah………. 36

9. Keluarga Ibu Runtiyah………... 37

10. Keluarga Ibu Buriyah……… 38

B. Kehidupan Ekonomi Buruh Emping Melinjo ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(11)

xi DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penghasilan kepala keluarga buruh emping melinjo ... 41

Tabel 2. Pendapatan buruh emping melinjo ... 42

Tabel 3. Jumlah anak pembuat emping melinjo ... 48


(12)

xii DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Buruh emping melinjo yang sedang membuat emping melinjo sambil mengasuh anaknya ... 34 Gambar 2. Asisten pemilik usaha pengolahan emping melinjo menjelaskan

yang berkaitan dengan sistem menejemen yang ada... 42 Gambar 3. Buruh emping melinjo sedang membuat emping di dapur

rumahnya... 45 Gambar 4. Buruh emping melinjo sedang berbincang-bincang dengan


(13)

xiii DAFTAR BAGAN

Halaman Gambar Bagan 1. Kerangka Berpikir... 17 Gambar Bagan 2. Alur Kegiatan Analisis Data Kualitatif ... 28


(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Daftar Informan ... 61

2. Instrumen Penelitian Pedoman Observasi ... 66

3. Pedoman Wawancara ... 67

4. Angket Pertanyaan ... 70

5. Surat Izin Survey Pendahuluan ... 71

6. Surat Izin Penelitian ... 72


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri rumahan yang kini sedang berjalan tidak sepenuhnya mampu mengatasi masalah ketenaga kerjaan dan belum sepenuhnya dapat menyediakan lapangan kerja yang layak bagi angkatan kerja pada semua lapisan masyarakat baik dari segi tingkatan pendapatan maupun kesesuaian pekerjaan terhadap keahlian. Terlihat dari angka pengangguran pada awal Januari 2010 diperkirakan masih akan berada di kisaran 10 persen. Target pertumbuhan ekonomi yang hanya sebesar 5,5 persen dinilai tidak cukup untuk menyerap tenaga 7,3 persen per tahun untuk mengurangi angka pengangguran (Usman: 2010 dalam http://www. tangerangonline.com pada tanggal 7 Januari 2010 jam 21:09). Harapan terhadap proses sektor industri untuk dapat menyesuaikan masalah pengangguran masih jauh dari jangkauan.

Kurangnya minat pemuda-pemudi untuk bertani di sebabkan oleh anggapan mereka bahwa bertani merupakan pekerjaan yang selalu berurusan dengan kotor, panas, desa, dan sesuatu yang tidak menarik, sehingga apabila mereka tetap bertani akan ketinggalan jaman. Muncul ide-ide untuk membuat usaha di luar pertanian, seperti industri–industri kecil (usaha pengolahan emping melinjo, pembuatan tempe, tahu) sampai industri berskala sedang.

Manusia adalah makhuk Tuhan yang berbeda dari makhluk ciptaan Tuhan yang lain, karena manusia mempunyai kebudayaan. Kebudayaan


(16)

2

sebagai sebuah konsep yang menyatu dalam kehidupan manusia selalu berhubungan dengan kebutuhan lainnya. Malinowski dalam (Sairin, 2002: 2) mengatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat dibagi pada tiga kategori besar yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan biologis, sosial, dan psikologis. Ketiga kebutuhan itu tampak terpisah namun sebenarnya ketiganya adalah tiga serangkai yang tidak dapat dipisahkan.

Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Penelitian para ahli ilmu antropologi sosial atau sarjana-sarjana sosial dalam masyarakat memberikan suatu kesadaran bahwa dalam masyarakat itu tidak selalu tolong-menolong karena suka berbakti kepada sesamanya. Dasar dari tolong menolong adalah perasaaan saling butuh-membutuhkan yang ada dalam jiwa masyarakat (Koentjaraningrat, 1992: 171).

Suatu keluarga tentu akan dihadapkan dengan berbagai kepentingan dan kebutuhan, termasuk kebutuhan ekonomi. Kebutuhan ekonomi yang biasanya ditanggung oleh keluarga, antara lain kebutuhan sandang, pangan, pemenuhan pendidikan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran, tentu keluarga harus dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu industri rumahan yang ada di Kecamatan Bawang yaitu usaha pengolahan emping melinjo. Kecamatan Bawang merupakan salah satu daerah di kabupaten Batang. Semula daerah tersebut merupakan daerah pertanian sehingga sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, ada beberapa


(17)

orang warga masyarakat Bawang yang mendirikan usaha pengolahan emping melinjo.

Emping melinjo adalah sejenis komoditi makanan yang berasal dari biji melinjo (Gnetum gnemon) setelah mengalami proses lebih lanjut. Komoditi ini merupakan hasil dari kegiatan industri kecil yang cukup andal, yang dikerjakan oleh masyarakat secara turun temurun sehingga banyak dikenal oleh masyarakat di luar Kabupaten Batang. Daerah sentral penjualan utama terdapat di Kecamatan Limpung dengan sentral produksi di Kecamatan Reban di 19 desa, Kecamatan Tersono 17 desa, Kecamatan Bawang di 10 desa, dan Subah di 10 desa. Emping-emping melinjo yang dijual di Limpung bukan merupakan hasil produksi dari masyarakat Limpung sendiri melainkan dari kecamatan-kecamatan di sekitar Limpung, karena Limpung merupakan pengepul bukan pembuat. Salah satu kecamatan yang menjadi pembuat emping melinjo adalah Kecamatan Bawang. Berbagai jenis olahan emping melinjo di hasilkan di Kecamatan Bawang, yang dibuat di dalam rumah-rumah pribadi masing-masing pembuat.

Bahan baku melinjo diperoleh bukan dari Batang langsung, melainkan dari luar kota yang antara lain Lampung, Banten, Pemalang dan Cirebon. Pemilik usaha mengambil langkah demikian karena melinjo yang dihasilkan di daerah sendiri tidak memenuhi kebutuhan, selain itu kualitas melinjonya tidak bagus. Hilangnya tanaman-tanaman melinjo di Kabupaten Batang di karenakan pada tahun 1995 terjadi penebangan masal oleh para petani melinjo yang mengalami kerugian dikarenakan tanaman melinjo petani rusak,


(18)

4

kalaupun berbuah hasilnya sedikit dan panennya dua tahun sekali, selain itu harga jualnya murah. Untuk mencukupi pasokan melinjo pemilik usaha pengolahan emping melinjo terpaksa mendatangkan melinjo dari luar daerah.

Usaha pengolahan emping melinjo ternyata berhasil menarik banyak kepala keluarga di Deles dan sekitarnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Industri rumahan pembuatan emping melinjo mempunyai banyak permintaan dari pengkonsumsinya maupun agen-agen penjualan. Emping melinjo merupakan makanan sejenis keripik yang dibuat dari biji melinjo yang sudah tua. Proses pembuatan emping tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana. Emping melinjo merupakan salah satu komoditi pengolahan hasil pertanian yang memiliki nilai tinggi, baik karena harga jual yang relatif tinggi maupun sebagai komoditi ekspor yang dapat mendatangkan devisa (Direktorat Kredit, BPR dan UMKM: 2009). Industri yang ada merupakan industri rumahan (home

industri) yang dimiliki oleh beberapa orang dan tersebar di desa-desa.

Emping melinjo selama ini telah menjadi roda penggerak perekonomian penduduk Deles Kecamatan Bawang. Keberadaan lebih dari 4 pengusaha pengolahan emping di Bawang saja, jika ada ibu rumah tangga dengan dua anak, maka bisa diperhitungkan berapa orang yang nasibnya digantungkan pada pembuatan emping di daerah tersebut.

Mengingat keberadaan buruh emping melinjo yang tersebar di Kecamata Bawang, harus diakui membuat emping melinjo menjadi gantungan hidup bagi masyarkat Kecamatan Bawang Kabupaten Batang,


(19)

terutama Deles dan sekitarnya yang dikenal sebagai sentral pembuatan dan perdagangan emping melinjo. Peranan industri rumah tangga itu bagi kelancaran roda ekonomi dan kehidupan masyarakat setempat tidaklah kecil. Peningkatan produksi dan perdagangan bisa meningkatkan daya beli masyarakat, termasuk barang kebutuhan yang sifatnya tersier.

Perdagangan ke luar (kota, provinsi, maupun negara) sepenuhnya dipegang oleh para pedagang besar atau tengkulak, yaitu pihak yang sama dengan pemilik bahan baku. Para tengkulak bukan saja terikat dalam jaringan pasar yang kuat antar sesama, tetapi juga memiliki modal besar dan juga sarana. Para tengkulak itulah yang menentukan harga melinjo maupun emping. Secara kiasan bisa dikatakan, para perajin dan pengepul berada di bawah cengkeraman tengkulak. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti menganbil judul Buruh Emping Melinjo Dalam Kehidupan Ekonomi (Studi Kasus Industri Rumahan Di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana kehidupan ekonomi buruh emping melinjo pada industri rumahan di Deles Kecamatan Bawang kabupaten Batang?


(20)

6

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang ada penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

Untuk mengetahui kehidupan ekonomi buruh emping melinjo pada industri rumahan di Deles Kecamatan Bawang kabupaten Batang.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.

1. Kegunaan Penelitian Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pengetahuan dibidang ilmu sosiologi ekonomi dan antropologi ekonomi.

2. Kegunaan Penelitian Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi (1) Bagi masyarakat agar mengerti tentang kehidupan sosial ekonomi buruh emping melinjo di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, (2) Bagi pemerintah dapat mengetahui dan memberikan perhatian pada perkembangan usaha emping melinjo.

E. Batasan Istilah

Batasan istilah dalam penelitian mempunyai tujuan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan agar terfokus pada pokok permasalahan. Selain itu batasan istilah menentukan suatu konsep utama dari permasalahan dan


(21)

mempermudah pemahaman secara lebih rinci. Dalam penelitian ini batasan istilah yang terkait, yaitu:

1. Buruh

Buruh adalah seseorang dalam arti individu yang terkait dengan proses ketenaga kerjaan (Mustofa, 2008: 117). Buruh emping melinjo dalam penelitian ini adalah tenaga yang bekerja di industri rumahan kerajinan emping melinjo.

2. Kehidupan ekonomi

Kehidupan adalah suatu yang khas dipunyai oleh organisme hidup, dan ditandai oleh aktivitas, proses atau fungsi (Ensiklopedi jilid 8K-KIWI, 2004: 294). Sedangkan kehidupan ekonomi adalah kegiatan manusia untuk memenuhi kebuthan hidupnya. Berdasarkan uraian diatas kehidupan ekonomi dapat diartian sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi serta keadaan yang menggambarkan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat serta menggambarkan keadaan segi kehidupan ekonomi rakyat dalam hal ini keadaan ekonomi buruh emping melinjo.

3. Industri rumahan

Industri rumahan didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang berbeda di sekitar rumah, biasa dikerjakan di rmah (Abdullah, 1997: 224). Sedangkan industri rumah tangga yang dimaksud di sini yaitu usaha yang memproduksi emping melinjo yang berada di rumah-rumah di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.


(22)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Buruh merupakan sumberdaya manusia yang memiliki potensi, kemampuan yang tepat guna, berpribadi dalam kategori tertentu untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan, sehingga berhasil guna bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan (Hamalik, 2007: 7).

Berbagai hasil penelitian tentang buruh pada industri rumahan sudah banyak dilakukan yang menunjukkan keragaman dari berbagai segi. Tampak dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Sari dalam makalah mengenai buruh pemasang payet untuk menambah pemasukan pendapatan ekonomi dan mengisi waktu luang di rumah.

Ada beberapa sistem upah yang diberikan pada buruh. Sistem yang sering kali dijumpai adalah sistem upah borongan yang tidak mengenal jangka waktu penyelesaian pekerjaan. Pada sistem borongan ini pekerja akan memperoleh upah sesuai dengan jumlah barang yang telah selesai dikerjakan, karena pada dasarnya memang telah ada setandar per unit produksi yang dinilai juga dari aspek kerapian serta detail yang dibuat. Besarnya upah tidak pernah dibicarakan sama sekali dengan pihak buruh, bahkan kebanyakan para buruh tidak tahu persis berapa yang diperoleh. Pengetahuan mereka tentang


(23)

besarnya upah hanya sebatas perkiraan menurut teman-teman yang lebih dulu menjadi buruh ( Abdullah dalam Sari, 2004: 7).

Hasil penelitian serupa juga telah di jelaskan oleh Nara dalam (www.Bangkit’s Blog.com pada tanggal 9 januari 2011) mengenai kerajinan kulit masin. Masin adalah sebuah desa di Kecamatan Warungasem, terletak kira-kira 4 km sebelah baratdaya dari kota Batang. Desa Masin adalah tempat dimana sekelompok pengrajin kulit, tenun dan anyaman berdomisili. Kerajinan kulit ini banyak yang masih dikerjakan dengan cara tradisional serta menggunakan alat-alat yang sederhana. Hasil produksinya antara lain : sabuk, dompet, sepatu, jaket, krudung tenun dan lain sebagainya. Proses pembuatannya dikerjakan di dalam rumah-rumah pribadi.

Besar kecilnya upah yang diterima seorang buruh tergantung pada tingkat jabatan yang didudukinya. Semakin tinggi jabatan yang dipegang makin tinggi pula pendapatan yang diperoleh. Namun kebanyakan dari buruh perempuan menduduki posisi yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan emosional dan kapasitas intelektual yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan.

Buruh yang mendapat upah paling sedikit yaitu yang pekerjaannya bagian merapikan, selanjutnya buruh yang membuat atau memproduksi barang, di atasnya lagi buruh yang bagian mengawasi proses pembuatan ke rumah-rumah pembuat. Pengawas proses pembuatan merupakan orang yang masih tergolong kerabat pemilik usaha. Bagian pekerjaan ini di berikan oleh pemilik usaha dengan alasan apabila yang mengawasi masih keluarga sendiri


(24)

10

pengawasannya akan lebih ketat, selain itu untuk menghindari kecurangan dan penyalah gunaan wewenang, karena kemajuan industri yang dijalankan juga menyangkut kesejahteraan keluarga.

Penelitian tentang buruh emping melinjo dalam kehidupan ekonomi pada industri rumahan di deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Belum pernah dilakukan. Penelitian ini lebih menekankan pada kehidupan ekonomi yang diperoleh oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidup dalam keluarga.

Industri merupakan suatu bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian dari sistem perekonomian atau sistem mata pencaharian, karena itu industri merupakan suatu usaha manusia dalam menggabungkan atau mengolah bahan-bahan dari sumber daya lingkungan menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia (Punto, 2000: 21). Pengertian lain dari pengertian industri adalah bagian dari proses produksi dimana bagian itu tidak mengambil bahan langsung dari alam yang kemudian mengolahnya menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat (Bintarto, 1987: 87), sehingga dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa industri merupakan suatu proses produksi yang menggunakan bahan baku yang diambil langsung atau tidak dari alam yang diolah menjadi barang yang bermanfaat bagi masyarakat.

Bentuk kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam (lingkungan), ada perbedaan antara kegiatan industri dan pertanian. Kegiatan industri lebih menekankan pada penggunaan alat-alat pengolahan, sedangkan


(25)

kegiatan pertanian lebih menekankan pada pemeliharaan atau budi daya bahan dari sumber daya lingkungan.

Berdasarkan penyelenggaraannya maupun tenaga kerja yang dipakai, maka pada umumnya industri pengolahan emping melinjo yang berskala kecil, sekaligus merupakan industri yang dikelola dalam rumah tangga. Sedangkan bahan baku emping, yaitu melinjo yang merupakan hasil dari alam.

Sejarah perkembangan sektor kerajinan belum menunjukkan perkembangan dari kondisi awal, meskipun sudah memasuki kehidupan ekonomi terbuka. Kendala-kendala yang dihadapi bagi perkembangan industri kecil yang sangat mendasar terletak pada lemahnya sumber daya manusia. Kendala-kendala lain yang lebih spesifik adalah :

a. Ketrampilan dan pengetahuan yang relatif rendah mendorong orang untuk mencoba bertahan pada profesinya.

b. Ketrampilan dan teknologi yang masih sangat sederhana.

c. Sikap tradisional dalam menangani usaha dimana tenaga kerja dalam waktu tidak diperhitungkan sebagai faktor produksi.

d. Kecilnya pendapatan yang diperoleh sehingga para pengrajin memiliki profesi ganda.

Berkembangnya sektor kerajinan akan mampu menampung tenaga kerja yang menganggur dan menjadi sumber penghasilan diluar sektor pertanian. Masa pembangunan yang maju telah memungkinkan masuknya barag-barang impor dan berdirinya pabrik-pabrik. Diantaranya ada yang


(26)

12

mulai mengancam eksistensi usaha kerajinan rakyat, dalam usaha untuk tetap bertahan, pasarannya terpaksa diperluas tanpa memperoleh tambahan keuntungan (Soeroto, 1983: 26-30).

Pengembangan industri rumahan di pedesaan merupakan salah satu alternatif yang diharapkan dalam pemecahan masalah ketenagakerjaan. Meskipun besar kecilnya sumbangan sektor swasta dalam pembangunan perekonomian masyarakat satu dengan yang lain sering berbeda-beda sesuai dengan derajat dan kualitas wiraswasta (enterpreneur) dan kewiraswastaan

(enterpreneurship) yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, karena

dilingkungan masyarakat maju sektor swasta lebih sering nampak sumbangan dari pada lingkungan masyarakat sedang berkembang (Suryo, 1986: 25).

B. Landasan Teori

Teori struktural Marxisme di gunakan untuk menganalisis buruh emping melinjo dalam kehidupan ekonomi pada industri rumahan di Deles. Sairin (2002: 137) mengatakan bahwa kenyataan tingkat gejala dalam pemakaian buruh untuk suatu aktivitas produksi dengan mudah dapat diterangkan oleh kehadiran upah. Buruh bekerja karena ada upah, dan karena ada upah itulah buruh mau bekerja, dengan alasan itulah seseorang mau menjadikan dirinya sebagai buruh. Dari sudut pandang pemilik usaha, penekanan upah buruh sampai ketingkat yang serendah mungkin biasa dengan alasan bahwa mereka memerlukan dana tersebut untuk mengongkosi perawatan dan perbaikan alat-alat produksi, penyediaan barang mentah, dan


(27)

lain-lain. Terlihat bahwa sepertinya upah yang diterima oleh buruh berapa pun besarnya jumlahnya sudah sesuai. Pada tingkat luar yang dapat dilihat oleh mata, sama sekali tidak terlihat adanya eksploitasi dalam hubungan kerja di atas. Bila buruh menerima upah kecil karena memang jumlah itulah yang berhak mereka terima, karena dana lainnya harus dipakai untuk pembayaran biaya-biaya produksi lainnya.

Godelier dalam (Sairin, 2002: 138-139) mengatakan bahwa Marx melihat buruh sebagai buruh itu sendiri sama sekali tidak memiliki harga, tenaga kerja manusialah yang memiliki harga, yaitu setara dengan biaya sosial yang harus dikeluarkan untuk proses reproduksinya. Berangkat dari pemikiran ini Marx berhasil menunjukkan bahwa upah buruh seharusnya adalah setara dengan nilai tukar barang yang di produksinya, bukan setara dengan biaya reproduksi buruh itu sendiri. Ketika buruh dibayar lebih rendah dari nilai tukar barang yang ia produksi, maka muncullah gejala nilai lebih,

surplus value yang seharusnya dikembalikan kepada para buruh namun

dimakan oleh kaum majikan, dan inilah eksploitasi yang merupakan hakekatdari mode produksi kapitalistik.

Upah buruh pada mode produksi kapitalistik seperti yang disampaikan di atas, Godelier sampai pada satu kesimpulan bahwa Karl Marx dan Claude Levi-Strauss,bahwa pendekatan Marxisme dan strukturalisme memiliki satu persamaan pemikiran yang amat mendasar, keduanya sama-sama mengarahkan analisis kepada pencarian deep meaning, makna tersembunyi dari suatu gejala, bahwa keduanya anti empirisme.


(28)

14

Marxisme adalah pendekatan yang menempatkan kondisi material sebagai faktor determinan kebudayaan, sementara strukturalisme menempatkan struktur berfikir manusian sebagai faktor determinannya. Persamaan Marx dengan Levi-Strauss itu yang membuat Godelier merasa tidak keliru untuk meramu pendekatan-pendekatan yang merupakan produk dua tokoh tersebut menjadi satu produk baru dibawah nama struktural Marxisme.

Burger dalam Bremen (1986: 20) secara umum industri dibagi kedalam tiga golongan yaitu :

1. Industri rumah tangga

Merupakan industri yang diusahakan oleh penduduk desa dalam waktu luang atau sebagai pekerjaan sambilan untuk memenuhi kebutuhan orang lain atau kebutuhan diri sendiri.

2. Industri kecil

Merupakan industri yang memiliki usaha pokok yang mempergunakan pekerja tangan atau dalam ukuran yang kecil tidak lebih dari 50 orang dan tidak mengunakan mesin.

3. Industri pabrik

Merupakan industri yang mempunyai lebih dari 50 orang pekerja dan sudah menggunakan tenaga mesin

Usaha industri pengolahan emping melinjo termasuk kedalam industri rumah tangga (home industri). Berdasarkan klasifikasi jenis industri, usaha pengolahan emping melinjo termasuk industri ringan karena bergerak


(29)

dibidang alat-alat ringan seperti industri makanan ringan yaitu industri emping melinjo. Proses produksi di lakukan diruah-rumah penduduk.

Seperti negara berkembang lainnya, Indonesia memiliki sejumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan atau pengeluaran yang dipakai sebagai patokan bagi penentuan garis kemiskinan. Berdasarkan dari ukuran tersebut, maka mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut:

a) Umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah, modal, keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki sangat sedikit sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas.

b) Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah atau modal usaha.

c) Tingkat pendidikan rendah. Waktu tersita untuk mencari nafkah sehingga tidak tersisa waktu untuk belajar.

d) Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak memiliki keterampilan atau pendidikan (Salim, 1984: 42-43).


(30)

16

C. Kerangka Berfikir

Kerangka pikiran merupakan kerangka konseptual yang memaparkan dimensi-dimensi kajian utama, faktor-faktor kunci, variabel-variabel dan hubungan antara dimensi yang disusun dalam bentuk narasi dan grafis.

Kerangka pikiran berfungsi untuk memahami alur pemikiran secara cepat, mudah dan jelas. Kerangka konseptual dalam penelitian buruh emping melinjo dalam kehidupan ekonomi pada industri rumahan di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang adalah:

Bagan 1 Kerangka Berfikir

Buruh emping melinjo di Deles

Industri Rumahan

Kehidupan Ekonomi

¾ Pekerjaan

¾ Pendidikan


(31)

Kerangka di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Keberadaan industri rumahan pengolahan emping melinjo menarik masyarakat Deles untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup dengan cara bekerja menjadi buruh emping melinjo. Keberadaan buruh didalam usaha pengolahan emping melinjo juga dibutuhkan oleh industri rumahan pengolahan emping melinjo untuk dijadikan tenaga yang akan mengolah melinjo menjadi emping melinjo.

Pekerjaan sebagai buruh emping melinjo di lakononi oleh masyarakat Deles dengan tujuan untuk dapat memenuhi kehidupan ekonomi sehari-hari. kehidupan ekonomi buruh emping melinjo mencakup antaralain: pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan.


(32)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Dasar Penelitian

Dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu menyesuaikan lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hidup antara peneliti dan responden, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dituntun penjelasan berupa uraian dan analisis yang mendalam. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui buruh emping melinjo dalam kehidupan ekonomi (studi kasus industri rumahan di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. Alasan penelitian dilakukan di wilayah ini dengan beberapa alasan atau pertimbangan antara lain :


(33)

b. Banyak masyarakat yang lebih memilih bekerja sebagai buruh emping melinjo dari pada bertani, sedangkan lahan di Deles sebagian besar adalah lahan pertanian.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini pada kehidupan ekonomi buruh emping melinjo dengan indikator penelitiannya meliputi pendidikan, pendapatan, dan kehidupan sehari-hari buruh emping melinjo di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.

D. Subjek Data Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu buruh emping melinjo adalah orang yang bekerja sebagai buruh emping melinjo yaitu ibu Seni, ibu Satar, ibu Tusri, ibu Jiah, ibu Sarinah, ibu Sa’iyah, ibu Turis, ibu Istikomah, ibu Runtiyah, ibu Buriyah.

E. Sumber Data Penelitian 1. Data Primer

Data primer dalam hal ini keterangan diperoleh dari buruh emping melinjo, pemilik usaha pengolahan emping melinjo tentang buruh emping melinjo dalam kehidupan ekonomi yang meliputi pendidikan, pendapatan buruh emping melinjo. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 14 Juli – 13 Agustus 2010.


(34)

20

Wawancara dilakukan dengan beberapa informan untuk menggali keterangan mengenai kehidupan ekonomi buruh emping melinjo pada industri rumahan di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Bawang, penulis melakukan wawancara dengan warga sekitar yang bukan bermata pencaharian sebagai pembuat emping melinjo, petugas kelurahan, dan pemilik usaha pengolahan emping melinjo.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa : foto atau arsip-arsip pemerintah yang terkait dengan penelitian. Dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga masyarakat dan pemerintah digunakan sebagai data pelengkap guna menunjang penelitian ini. Foto-foto yang dihasilkan juga berasal dari hasil sendiri oleh penulis, serta data-data pelengkap lain yang terkait dengan penelitian yang dilakukan juga digunakan. Data sekunder ini dilakukan pada tanggal 19 Juli – 13 Agustus 2010.

Data sekunder penelitian ini selain diperoleh dari sumber manusia, maka sebagai bahan tambahan juga diperoleh dari sumber tertulis, yaitu:

a. Dokumen atau arsip dari lembaga pemerintah Deles berupa data monografi desa tahun 2010 yang berupa data kewilayahan, data kependudukan, mata pencaharian, data kependidikan, dan fasilitas umum.

b. Dokumen dari pemilik usaha pengolahan emping melinjo berupa data yang menunjang dalam penelitian ini.


(35)

c. Data sekunder lain yaitu foto yang dihasilkan sendiri dengan camera digital. Foto-foto tersebut menggambarkan proses pembuatan emping melinjo, serta proses pengambilan dan penyetoran emping melinjo pada pemilik usaha pengolahan emping melinjo.

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Metode Wawancara (interview)

Wawancara untuk memperoleh data tentang kehidupan sosial ekonomi buruh emping melinjo, penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan antara lain :

a. Pemilik usaha pengolahan emping melinjo yaitu ibu Lita. Wawancara dilakukan pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 16.00-17.00 WIB. Hasil wawancara dengan ibu Lita adalah berdirinya usaha pengolahan emping melinjo, jadwal kegiatan pengambilan dan peyetoran emping melinjo, jumlah karyawan dan pembuat emping melinjo, sistem pembayaran (gaji).

b. Pelaku buruh emping melinjo yaitu Ibu Seni, Ibu Satar, Ibu Tusri, Ibu Jiah, Ibu Sarinah, Ibu Sa’iyah, Ibu Turis, Ibu Istikomah, Ibu Runtiyah, Ibu Umaroh. Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Juli – 25 Juli 2010 pukul 19.15-21.15 WIB di rumah masing-masing buruh emping melinjo.


(36)

22

c. Petugas Kelurahan Deles yaitu Bapak Suyanto selaku petugas kelurahan Deles pada tanggal 23 Juli 2010 pukul 10.15-11.05 WIB. Hasil wawancara dengan Bapak Suyanto adalah keadaan penduduk Desa Deles, mengenai keberadaan usaha pengolahan emping melinjo, status sosial masyarakat Desa Deles. Wawancara juga dilakukan pada tanggal 28 Juli 2010 pukul 09.00-10.45 WIB yaitu Bapak Sukawit selaku sekertaris Kelurahan Deles. Hasil wawancaca dengan Bapak Sukawit yaitu kependudukan Desa Deles.

d. Masyarakat sekitar Deles yaitu Bapak Slamet dan Ibu Suriyah selaku masyarakat yang tidak membuat emping pada tanggal 25 Juli 2010 pukul 19.15-21.00 WIB. Hasil wawancara dengan Bapak Slamet dan Ibu Suriyah yaitu mengenai keberadaan proses pembuatan emping melinjo apakah menganggu kehidupan sehari-harinya atau tidak.

2. Metode Observasi (Pengamatan)

Observasi ini dapat melihat pemahaman yang tidak terucap, bagaimana teori digunakan langsung, dan sudut pandang responden yang mungkin tidak terkucil lewat wawancara. Hal yang menjadi fokus observasi ini adalah :

a. Proses pengambilan dan penyetoran emping melinjo b. Proses pembuatan emping melinjo

c. Interaksi antara sesama buruh emping melinjo dan antara buruh emping melinjo dengan masyarakat lain


(37)

Penelitian ini dilakukan penulis dengan cara datang langsung ke lokasi penelitian yaitu rumah masing-masing buruh emping melinjo 20 Juli – 23 Juli 2010 pukul 19.15-21.15 WIB.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi ini mencari data mengenai data monografi desa yang berasal dari kantor kelurahan Deles yang digunakan untuk membantu mengumpulkan data agar penulis dapat menggunakan sebagai bahan untuk menganalisis hasil penelitian.

Dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan fotografi sebagai teknik pengumpulan data. Fotografi digunakan untuk mengabadikan data yang dianggap perlu dalam melengkapi data penelitian. Foto-foto yang ada dalam penelitian ini merupakan foto-foto yang dihasilkan sendiri dengan kamera digital. Foto-foto yang dihasilkan antara lain foto aktivitas buruh emping melinjo, dan kehidupan sehari-hari buruh emping melinjo. Foto-foto yang ada dalam penelitian ini diambil pada tanggal 19 Juli – 13 Agustus 2010.

G. Keabsahan Data

Dalam memeriksa keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi yaitu dengan cara :

1. Membandingkan data hasil penelitian dengan data hasil wawancara.

Data yang diperoleh tentang kehidupan ekonomi buruh emping melinjo pada industri rumahan melalui informan, baik informan kunci


(38)

24

maupun informan pendukung pada saat penelitian berlangsung, dibandingkan dengan informan yang peneliti dapatkan pada waktu wawancara dengan informan tentang kehidupan sosial ekonomi buruh emping melinjo. Data yang diperoleh dimaksudkan agar dapat dipertanggung jawabkan untuk mengungkap kehidupan ekonomi buruh emping melinjo pada industri rumahan di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membandingkan antara hasil pengamatan tentang kehidupanl ekonomi buruh emping melinjo pada industri rumahan dengan hasil wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, menurut hasil wawancara dengan subjek penelitian bahwa kehidupan ekonomi buruh emping melinjo berbeda-beda antara tokoh masyarakat, pengusaha pengolahan emping melinjo, buruh dan masyarakat umum.

2. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

Hasil wawancara dengan para informan menghasilkan data yang dinyatakan dalam bahasa lain. Pendapat yang diutarakan cukup beragam mengenai kehidupan ekonomi pembuat emping melinjo. Membandingkan pernyataan subjek penelitian yang dikatakan secara pribadi dengan peneliti, dengan pernyataan subjek penelitian di depan umum mengenai pendidikan buruh emping melinjo, pendapatan buruh emping melinjo dan kehidupan sehari-hari buruh emping melinjo di dalam masyarakat.


(39)

Hasil dari wawancara memang ditemukan perbedaan jawaban ketika diwawancarai secara pribadi di rumah dan ketika diwawancarai di depan umum, misalnya ketika informan ditanya secara pribadi tentang pendapatan yang dihasilkan dari membuat emping melinjo jawabannya adalah pendapatan yang dihasilkan dari membuat emping belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada saat diwawancarai di depan umum jawabannya berbeda yaitu bahwa pendapatan yang dihasilkan dari membuat emping melinjo dapat menutupi kebutuhan hidup.

3. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Dalam tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat validnya data yang diperoleh. Data dari hasil wawancara dikaitkan dengan dokumen yang terkait. Dalam tahap ini terdapat dokumen dari kelurahan setempat bahwa masyarakat buruh emping ini bermata pencahasiannya sebagai petani, tingkat pendidikan dan umur tidak sesuai dengan apa yang didapat dari hasil wawancara.

H. Model Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis data kualitatif adalah analisis yang dilakukan pada data yang berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka, serta dalam analisisnya tetap menggunakan kata-kata, yang biasa


(40)

26

disusun ke dalam teks yang diperluas. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus selama dilakukan pengambilan data di lapangan. Analisis data kualitatif meliputi beberapa tahap yaitu :

1. Pengumpulan Data

Penulis mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil yang ada di lapangan. Penulis memperoleh data mengenai kondisi fisik dan geografis Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, dan jalannya proses pembuatan, pengambilan serta penyetoran emping melinjo. Wawancara yang dilakukan penulis memperoleh informasi mengenai pendidikan, pendapatan, sedangkan dari studi dokumentasi, peneliti memperoleh data monografi desa dan foto-foto terkait dengan fokus penelitian.

2. Reduksi data

Data yang direduksi adalah data mengenai permasalahan penelitian yang kemudian dilakukan pengolongan ke dalam dua bagian yaitu: pertama pendidikan buruh emping melinjo, kedua pendapatan buruh emping melinjo, sementara data-data yang sekiranya tidak ada hubungannya dengan permasalahan dalam penelitian tidak dimasukkan dalam hasil penelitian agar mudah dalam penarikan kesimpulan.


(41)

3. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat terwujud sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan agar sajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Data yang disajikan sesuai dengan apa yang diteliti, maksudnya hanya dibatasi pada pokok permasalahan yaitu: pendidikan buruh emping melinjo, pendapatan buruh emping melinjo.

4. Kesimpulan/verifikasi data

Kesimpulan atau verifikasi data didasarkan pada reduksi dan sajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian. Penarikan kesimpulan harus didasarkan pada semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian dan dapat menjawab dari semua permasalahan yang ada.

Penarikan kesimpulan adalah usaha mencari dan memahami makna, keteraturan, pola-pola penjelasan, alur sebab-akibat atau proposisi. Kesimpulan yang ditarik segera diversivikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali sambil melihat catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang lebih tepat. Mendiskusikan dengan ilmuwan lain yang satu bidang atau dengan replikasi juga dapat dilakukan, hal itu dilakukan agar data yang didapat dan penafsiran terhadap data


(42)

28

tersebut memiliki validitas sehingga kesimpulan yang ditarik menjadi kokoh.

Kesimpulan dari data-data yang sudah terkumpul untuk dijadikan bahan pembahasan yaitu pendidikan buruh emping melinjo, pendapatan buruh emping melinjo. Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi sebagai sesuatu yang saling berhubungan pada saat, selama, dan sesudah pengumpulan data.

Analisis dari keempat kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 2 Alur Kegiatan Analisis Data Kualitatif

Proses analisa data sekaligus menyeleksi data, dalam hal ini dilakukan penyederhanaan keterangan yang ada. Berdasarkan data yang ada kemudian dikelompokkan terpisah antara pendidikan buruh emping melinjo, pendapatan buruh emping melinjo.

Menarik kesimpulan data yang telah dikelompokkan disajikan dalam bentuk kalimat, yang difokuskan pada kehidupan ekonomi buruh emping melinjo di Deles Kecamatan Bawang Kabupaten Batang dan

Pengumpulan Data

Penyajian data Reduksi data

Kesimpulan-kesimpulan / verifikasi


(43)

diuraikan sesuai dengan topik permasalahan yang ada. Data mengenai pendidikan, pendapatan buruh emping melinjo dalam masyarakat berupa kalimat-kalimat tersusun kemudian disimpulkan sebagai bahan pembahasan.

Ketiga komponen tersebut adalah siklus, jika terjadi kekurangan data dalam penarikan kesimpulan maka dapat digali dari catatan lapangan, jika masih tidak dapat ditemukan, maka dilakukan pengumpulan data kembali. Kegiatan ini berlangsung secara terus-menerus dan berulang-ulang sampai merasa cukup memperoleh data yang diperlukan dan sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian, maka kegiatan ini dihentikan. Analisis kedua dilakukan hanya sekali dan hasilnya tidak diuji di lapangan sebab sudah menjadi analisis akhir.


(44)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Gambaran Umum Buruh Emping Melinjo

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan ada sepuluh orang buruh emping melinjo antara lain:

F. Keluarga Ibu Seni

Aktifitas sehari-hari ibu Seni dimulai pukul setengah lima pagi. Biasanya sehabis bangun tidur ibu Seni sholat subu lalu masak makannan untuk suami dan anak-anaknya. Suaminya bekerja sebaai petani, yang penghasilannya Rp. 300.000,00 per tiga bulanya yaitu pada saat panen hasil pertaniaannya. Pendidikan bu Seni lulusan Sekolah Dasar (SD), bu Seni memiliki tiga anak, anak pertama bernama Ri’anah, pendidikan Ri’anah hanya sampai tingkat Sekolah menengah Pertama (SMP) setelah lulus lansung dilamar oleh tetangga desanya yang bernama Fajar dan dikaruniai satu anak. Anak kedua bernama Haryanto, pendidikan Haryanto hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) akan tetapi sehabis lulus Sekolah Dasar (SD) Haryanto melanjutkan pendidikanna ke pondok pesantren selama dua tahun setelah itu Haryanto membantu bapaknya bekerja di sawah. Anak ketiga bu Seni bernama Sepyono, masih duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Ibu Seni biasanya setelah bangun tidur selalu memasak makannan untuk keluarganya, setelah memasak mengumpulkan pakaian kotor dan perabotan dapur


(45)

yang kotor sehabis memasak untuk di cuci di sungai. Ibu Seni mencuci di sungai karena rumahnya tidak ada kamar mandinya, di samping itu ada banyak ibu-ibu lain yang sama-sama mencuci pakaian sehingga sambil mencuci bu Seni bisa sambil berbincang-bincang bersama teman-temannya, setelah selesai bu Seni menunggu Sepyono berangkat ke sekolah. Sepyono selalu berangkat ke sekolah bersama-sama temannya dengan berjalan kaki. Sepyono berangkat ke sekolah pukul 06.00 WIB agar tidak kesiangan sesampainya di sekolahan karena jarak sekolah dengan rumahnya 2 Km.

Pukul 06.45 WIB pekerjaan bu Seni sudah selesai, bu Seni bersiap-siap untk membuat emping melinjo dimulai dengan menyalakan tungku yang akan di gunakan untuk mengoreng melinjo. Pukul 11.50 bu Seni beristirahat, selama beristirahat digunakan untuk menyiapkan makanan, sholat, menyiapkan makanna untuk suaminya dan makan bersama.

Suami ibu Seni berangkat ke sawah lagi setelah makan dan beristirahat untuk menyelesaikan pekerjaannya sedangkan bu Seni mulai membuat emping lagi sampai pukul 16.30 sore. Sorennya bu Seni membersihkan rumah lalu membersihkan badan. Malam harinya bu Seni sehabis sholat magrib menyiapkan makan malam untuk suami dan anak-anaknya. Ibu Seni makan malam bersama suaminya di dapur yang hanya ada kursi kecil karena bu Seni tidak memiliki meja dan ruang makan, sedangkan anak-anaknya makan malamnya setelah pulang mengaji. Rumah bu Seni berukuran delapan kali tujuh meter dan terbuat dari papan sementara lantainya masih tanah. Rumah inilah yang sehari-harinya digunakan bu Seni bersama keluarganya untuk berteduh.


(46)

32

G. Keluarga Ibu Satar

Ibu Satar di lahirkan 37 tahun yang lalu, pendidikan bu Satar sudah tamat Sekolah Dasar (SD). Bu Satar memiliki tiga anak, anak pertamanya suda bekerja menjadi tukang sayur keliling dan anak kedua baru saja lulus Sekolah Dasar (SD) dan sekarang mondok di Pesantren Darul Amanah Plumbon Limpung, sedangkan anak yang ketiga baru berumur tiga tahun. Suami bu Satar bernama pak Ngatmin. Pak Ngatmin bekerja sebagai petani dan buruh tani. Penghasilan pak Ngatmin dalam tiga bulan pada saat panen yaitu Rp. 450.000.00 sedangkan dari hasil buruhnya Rp.115.000,00 sementara penghasilan bu Satar dalam satu bulan yaitu Rp.160.000,00. Meskipun pekerjaan pak Ngatmin sebagai petani dan buruh tani, terkadang pak Ngatmin bekerja membantu istrinya membuat emping.

Bu Satar telah tujuh tahun menekuni pekerjaan sebagai buruh emping melinjo dan sudah menyenangi pekerjaan ini karena penghasilan yang didapat bisa untuk membantu memenuhi kebutukan keluarga dan pekerjaan ini tidak memiliki keahlian khusus. Seperti yang di ungkapkan di bawah ini:

arep kerja apa maneng mbak, wong nang kene kuwe ora

ana kerjanan liyane, anane nek ora ngemping ya paleng buruh meng sawah, tapi nek buruh kue kudu melu paguyuban. Akehe ya kerja ngemping iki seng pade dilakoni wong-wong nang kene, teros ngemping kuwe ora angel mbak. Sengpenting telaten, karo jujur”

(mau kerja apa lagi mbak, di sini tidak ada pekerjaan lain, adanya kalau tidak membuat emping ya paling kerja buruh di awah, tapi kalau buruh di sawah harus ikut paguyuban. Kebanyakan pekerjaan membuat emping ini yang dikerjakan oleh orang-orang di sini, terus membuat emping itu tidak sulit mbak, yang penting telaten sama jujur)


(47)

Bu Satar memilih pekerjaan ini karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahliannya. Pekerjaan buruh emping melinjo inilah yang banyak diminati masyarakat yang ada di Deles.

H. Keluarga Ibu Tusri

Tingkat pendidikan ibu Tusri adalah tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Bu Tusri memiliki tiga orang anak. Anak pertama bernama Bejo, Bejo sudah menikah dan memiliki satu anak namun sekarang sudah meningal karena kecelakaan saat mengendarai motor bersama tema-temanya. Anak yang kedua bernama Budi, pendidikan Budi hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan sekarang bekerja serabutan di kampungnya. Anak yang ketiga bernama Lita, pendidikan Lita lulusan Sekolah Dasar (SD) dan sekarang menjadi pekerja rumah tanga di Jakarta. Lita biasanya pulang kampung satu tahun sekali pada saat menjelang hari raya idul fitri selama satu delapan sampai sepuluh hari. Lita mengirim uang kepada orang ibunya untuk menambah pemasukan keluarga lewat kantor Pos dua bulan sekali.

Suami bu tusri Bernama pak Sukri yang bekerja sebagai buruh tani. Penghasilan pak Sukri per bulannya Rp.150.000,00 sedangkan penghasilan bu Tusri Rp.300.000,00 per bulan. Penghasilan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga termasuk menyumbang dan iyuran desa.

I. Keluarga Ibu Jiah

Pendidikan ibu Jiah adalah Sekolah Dasar (SD), dan berusia 36 tahun. Bu Jiah mempunyai tiga anak. Anak yang pertama bernama Mohammad Abidin lulusan Sekolah Dasar (SD) dan sekarang membantu bapaknya bekerja


(48)

34

di sawah, sedangkan anak yang kedua bernama Meli dan masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar. Anak yang ketiga masih berusia empat tahun dan biasanya yang menemani bu Jiah dalam mengerjakan emping, tapi kalau kakaknya yang sekolah SD sudah pulang biasanya di ajak bermain kakaknya. Seperti tampak dalam gambar dibawah ini

Gambar 1 Buruh emping melinjo yang sedang membuat emping melinjo sambil mengasuh anaknya

Suami bu Jiah bernama Pak Hadi yang setiap harinya bekerja sebagai petani. Penghasilan Pak hadi dalam setiap panennya yaitu tiga bulan sekali sejumlah Rp. 200.000,00. Penghasilan Pak Hadi tergantung dari hasil dan tanaman yang di tanam serta harga jual pada saat panen. Sedangkan penghasilan bu Jiah dari membuat emping melinjo yaitu Rp. 200.000,00 per bulan. Penghasilan bu Jiah dan pak Hadi di jadikan satu dan di gunakan untuk kebutuhan sehari-hari termasuk biaya pendidikan dan jajan anak serta


(49)

digunakan untuk menyumbang kalau ada saudara dan tetanga punya gawe (nikahan, sunatan, salamatan).

J. Keluarga Ibu Sarinah

Usia bu Sarinah adalah 25 tahun, pendidikan bu sarinah yaitu lulusan MTs. Bu Sarinah memiliki satu anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas satu. Suami bu sarinah bernama pak Niman yang pekerjaan utamanya petani. Selain bertani suami bu Sarinah berdagang menjadi pengepul sayuran.

Penghasilan bu Sarinah yaitu Rp. 300.000,00 per bulan sedangkan penghasilan pak Niman yaitu per bulannya yaitu Rp. 2.300.000,00. sebagian besar penghasilan pak Niman berasal dari berdagang.

K. Keluarga Ibu Sa’iyah

Usia bu Sa’iyah sekitar 45 tahun, dan tidak mengenyang pendidikan di sekolah formal karena orang tuanya dulu tidak begitu mementingkan pendidikan bagi anak-anaknya. Bu Sa’yah memiliki empat anak, anak yang pertama lulusan SD dan bekerja serabutan. Anak yang kedua bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Semarang sedangkan anak yang ketiga juga sudah lulus sekolah dasar dan sekarang bekerja di sawah membantu bapaknya. Sedangkan anak yang keempat masih duduk dibangku sekolah dasar kelas empat.

Penghasilan suami bu Sa’iyah setiap bulannya tidak pasti yaitu sekitar Rp. 300.000,00 setiap kali panen, sedangkan penghasilan bu Sa’iyah yaitu Rp. 100.000,00 per bulan. Penghasilan yang di dapat bu Sa’iyah digunakan untuk


(50)

36

pendidikan dan uang jajan anaknya yang terahir dan untuk keperluan pribadi. Sedangklan penghasilan suaminya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

L. Keluarga Ibu Turis

Bu turis lulusan sekolah dasar dan berusia 28 tahun. Bu Turis memiliki satu anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas dua. Bu Turis tidak hanya tinggal bersama suami dan anaknya saja dirumah, melainkan juga tinggal bersama bapak dan adik kandungnya. Bapaknya yang sudah berusia 60 tahun sudah tidak bekerja lagi, namun terkadang masih membantu suami bu Turis kalau sedang ada pekerjaan di sawah untuk megurus tanaman disawahnya. Adik bu turis lulusan SD dan bekerja serabutan.

Penghasilan bu Turis setiap bulannya yaitu RP. 450.000,00 sedangkan penghasilan suaminya Rp 150.000,00 setiap kali panen. Penghasilan yang diperoleh digunakan untuk pendidikan anak, uang jajan anak, dan kebutuhan sehari-hari.

M.Keluarga Ibu Istikomah

Usia bu Istikomah baru 20 tahun, bu Istikomah hanya mengenyang pendidikan sekolah dasar. Bu Istikomah sudah di karuniani satu anak perempuan yang masih berusia 2,5 tahun. Suami bu Istikomah bernama Kuswanto dan berusia 25 tahun. Pekerjaannya sebagai petani dan tukang ojek.

Penghasilan suami bu Istikomah Rp.250.000,00 per bulan, sedangkan penghasilan bu istikomah Rp.160.000,00 per bulan. Keluarga bu Istikomah tinggal menumpang di rumah anaknya bude dari suaminya. Kebetulan rumah


(51)

tersebut tidak ditempati oleh yang punya dikarenakan sudah memiliki rumah di kelurahan lain. Pendapatan yang diperoleh digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan tabungan untuk membuat rumah. Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari keluarga bu istikomah masih mendapatkan tambahan dari kedua orang tuanya.

N. Keluarga Ibu Runtiyah

Bu runtiyah lulusan SD dan sekarang berusia 34 tahun. Bu Runtiyah memiliki satu anak perempuan yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas satu. Selain tinggal dengan anak dan suaminya, bu Runtiyah juga tinggal bersama ibunya yang sudah ber usia 59 tahun dan bekerja mencari daun cengkih di. Sedangkan suami bu runtiyah bekerja serabutan terkadang juga bekerja menjadi kuli bangunan di Jakarta.

Buruh emping melinjo merupakan pekerjaan utama bu Runtiyah sehari-hari. Penghasilan bu Runtiyah dari membuat emping Rp. 450.000,00 per bulan, sedangkan penghasilan suaminya tidak menentu tergantung pekerjaan yang di garap yaitu sekitar Rp. 200.000,00 per bulan. Pendapatan ini digunakan untuk pendidikan, jajan anak, dan kebutuhan sehari-hari.

O. Keluarga Ibu Buriyah

Usia bu Buriyah 33 tahun, bu Buriyah lulusan SD. Bu Buriyah memiliki dua anak, kedua anaknya perempuan. Anak yang pertama bernama Endang, Endang sudah lulus SD dan sekarang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta. Biasanya Endang pulang kampung satu tahun sekali yaitu tiga hari menjelang lebaran idul fitri dan berangkat lagi ke Jakarta


(52)

38

delapan hari setelah idul fitri. Anak yang kedua bernama Ida dan masih duduk di bangku sekolah dasar kelas dua. Pekerjaan suaminya membuat emping bersama bu Buriyah. Sebelum menjadi pembuat emping melinjo bapak menek dulu bekerja sebagai tukang ojek di pasar Bawang. Pekerjaan sebagai tukang ojek terpaksa beliau tingalkan dikarenakan motor yang biasa digunakan mengojek dijual oleh pemilik motor untuk keperluan pribadi, karena motor yang digunakan bukan milik bapak menek sendiri.

Penghasilan keluarga ini per bulanya Rp 240.000,00. Penghasilan yang didapat digunakan untuk keseluruhan kebutuhan hidup yang meliputi pendidikan dan jajan anak, konsumsi sehari-hari, dan untuk biaya kegiatan desa.

E. Kehidupan Ekonomi Buruh Emping Melinjo

Pekerjaan menjadi buruh emping melinjo merupakan perjaan yang sudah dilakoni sejak dahulu oleh masyarakat Deles. Buruh emping melinjo mengolah melinjo menjadi emping melinjo di masing-masing rumah sendiri tidak di tempat pemilik usaha pengolahan emping melinjo. Melinjo yang akan dijadikan emping di antarkan ke dukuh masing-masing buruh emping melinjo oleh pemilik usaha pengolahan emping melinjo, sehingga buruh emping melinjo tidak perlu datang langsung ke tempat pemilik usaha emping melinjo untuk mengambil melinjo yang akan dikerjakan, dengan demikian dapat sedikit menghemat tenaga dan uang transpot, namun untuk proses pengembalian emping melinjo kepada pemilik usaha (juragan) harus datang langsung ke tempat pemilik usha pengolahan emping melinjo dengan jalan


(53)

kaki kalaupun tidak jalan kaki biasanya buruh naik ojek. Buruh emping melinjo untuk dapat sampai ke tempat pemilik usaha pengolahan emping melinjo harus jalan memutar lewat jalan utama desa, karena antara dukuh satu dengan dukuh lainnya saling berjejeran namun di batasi oleh sungai besar, sawah, dan perkebunan.

Pemilik usaha mempercayakan melinjo sepenuhnya kepada para buruh, walaupun pemilik usaha tidak melihat secara langsung proses pembuatan dan kondisi emping melinjo itu sendiri. Ada metologi yang dipercaya oleh buruh emping melinjo, bahwa ketika buruh menyimpan melinjo di rumahnya makan akan di awasi oleh setan yang dimiliki pemilik usaha (juragan) dan apabila buruh beserta keluarganya mengkonsumsi atau menjual emping tersebut maka akan dijadikan tumbal oleh pemilik usaha (juragan), sehingga buruh beserta keluarganya tidak berani untuk berbuat tidak jujur.

Sebagian buruh emping menganggap pendidikan anak merupakan utama, walaupun orangtua berhutang untuk dapat membiayai sekolah anaknya. Buruh emping melinjo tidak ingin anaknya bernasip sama seperti orangtua yang tidak berpendidikan tinggi, karena sebagian besar dari masyarakat terutama yang bekerja sebagai buruh emping melinjo juga memiliki tingkat pendidikan belum tamat Sekolah Dasar (SD). Diketahui bahwa umumnya buruh emping melinjo di Deles memiliki tingkat pendidikan rata-rata Sekolah Dasar (SD) yaitu tujuh orang, satu orang tingkat pendidikannya Sekolah Menengah Pertama (SMP), satu orang tidak tamat


(54)

40

Sekolah Dasar (SD), dan satu orang tidak sekolah. Hal ini disebabkan orang tua jaman dahulu kurang memperhatikan pendidikan bagi anak-anaknya, serta pada saat itu kurang adanya kesempatan untuk mengenyam pendidikan karena tingkat perekonomian yang dapat dikatakan rendah.

Buruh emping melinjo berusaha agar anak-anaknya bisa sekolah paling tidak sampai pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Atas (SMA), para buruh berharap anak-anaknya bisa bekerja lebih baik dan berharap kelak dapat membantu orangtuanya agar menjadi lebih baik lagi.

Keadaan ekonomi keluarga sangat erat kaitannya dengan tingkat kemakmuran dan tingkat kesejahteraan, hal ini karena tingkat ekonomi keluarga sangat menentukan kemampuan keluarga untuk memenuhi segala kebutuhannya. Keadaan ekonomi keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan seseorang. Untuk lebih jelas melihat pendapatan yang diperoleh kepala keluarga buruh emping melinjo dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1

Penghasilan kepala keluarga buruh emping melinjo

No Penghasilan per bulan (Rupiah) Jumlah Persentase (%)

1 <Rp 100 ribu 1 10

2 100 ribu-500 ribu 5 50

3 500 ribu-1 juta 3 30

4 1 juta- 1,5 juta - -

5 1,5 juta-2 juta 1 10

Jumlah 10 100

Sumber: Data wawancara Juli 2010

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar kepala keluarga buruh emping melinjo di Deles yang memiliki mata


(55)

pencaharian di sektor informal mendapatkan pendapatan yang rendah tiap bulannya.

Menyadari bahwa penghasilan yang tidak begitu besar untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, maka tidak hanya suami yang bekerja tetapi juga istri membantu mencari nafkah. Para istri bekerja dengan tujuan menutupi jumlah pengeluaran yang besar dan kurangnya penghasilan suami, seperti yang tampak dalam tabel 2 pendapatan yang diperoleh pembuat emping melinjo berikut ini:

Tabel 2. Pendapatan buruh emping melinjo perbulan

No Penghasilan per bulan (Rupiah) Jumlah Persentase (%)

1 <Rp 100 ribu - -

2 100 ribu-200ribu 4 40

3 200 ribu-300 ribu 4 40

4 300 ribu-400 ribu - -

5 400 ribu-500 ribu 2 20

Jumlah 10 100

Sumber: Data wawancara Juli 2010

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa pendapatan buruh emping melinjo berbeda-beda. Ada empat orang yang memiliki pendapatan 100 ribu – 200 ribu, empat orang memiliki pendapatan 200 ribu – 300 ribu, dan dua orang memiliki pendapatan 400 ribu – 500 ribu perbulan.


(56)

42

Gambar 2. Asisten pemilik usaha pengolahan emping melinjo menjelaskan yang berkaitan dengan sistem menejemen yang ada

(foto pribadi)

Sistem pemberian gaji, buruh emping melinjo diberi gaji/ upah dari hasil emping yang dibuatnya yaitu per kilo. Satu kilogram dihargai dengan Rp.4.000,00 untuk kualitas super satu dan LB satu, sedangkan untuk kualitas super dua dan LB 2 dihargai Rp.3.800,00. Biasanya dalam satu minggu pembuat emping mampu mendapatkan uang sekitar Rp.40.000,00 - Rp.60.000,00. Tergantung kecepatan membuatnya, semakin cepat membuat dan semakin banyak emping yang dihasilkan maka upah yang didapatkan akan semakin banyak. Jika melinjo yang dibuat gampang dan mengerjakannya cepat maka jumah emping yang dihasilkan banyak. Sebaliknya jika melinjo yang dibuat keras dan terlalu muda serta mengerjakannya tidak cepat maka jumlah emping yang dihasilkan sedikit. Kualitas emping yang dibuat juga akan mempengaruhi harga upah per


(57)

kilonya. Berikut ini salah satu petikan wawancara dengan ibu Tusri yang bekerja sebagai pembuat emping melinjo tentang pendapatan yang diperolehnya tiap minggu :

“ya tinggal ngempinge wae mbak, nek ulihe akeh ngarape cepet empinge apik yo bayarane mlayan larang. Tapi nek melinjone wae nek di tutuk alot karo mbanyu kui angel nek di tutuk mengkone dadine empinge elek”

(ya tinggal membuat empingnya saja mbak, kalau dapatnya banyak membuatnya cepat empingnya bagus ya bayarannya lumayan mahal. Tapi kalau melinjonya saja kalau dipukul keras dan berair itu susah kalau dipukul, nanti hasil empingnya jelek)

(Wawancara, 20 juli 2010)

Buruh emping melinjo tidak hanya membuat emping setiap saat, melainkan dengan diselingi mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak, terkadang kalau di sawah ada pekerjaan maka mereka akan meningalkannya terlebih dahulu, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Satar pembuat emping melinjo :

“Enyong ngempinge yo ora mesti terus, biasane masak karo resek-resek umah ndengen. Nek wes rampung masak terus ngemping, tapi yo karo momong anak. Kadang nek ana garapan nang sawah enyong mengsawah ndisit, lha nek wes rampungan baru enyong ngempin”

(Saya membuat empingnya tidak terus-menerus, biasanya masak dan bersih-bersih rumah dulu. Kalau sudah selesai masak lalu membuat emping, tapi ya sambil merawat anak. Terkadang kalau ada pekerjaan di sawah saya ke sawah dulu, kalau sudah selesai saya baru membuat emping)

(Wawancara, 21 Juli 2010)

Setiap satu bulan penghasilan pembuat emping melinjo sekitar Rp 160.000,00 – Rp.240.000,00. Namun bagi orang yang cekatan dalam membuat emping dapat menghasilkan upah sekitar Rp. 450.000,00 Penghasilan buruh emping melinjo perbulannya belum mencapai UMR (Upah


(58)

44

Minimum Regional) karena UMR kabupaten Batang Rp.725.000,00. Meskipun demikian buruh emping melinjo tetap setia melakoni pekerjaannya sebagai buruh emping melinjo.

Faktor utama yang mendorong masyarakat Deles bekerja sebagai buruh emping melinjo adalah untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Kehidupan yang semakin sulit, penghasilan yang tidak memadai, kebutuhan pendidikan anak-anak dan lain sebagainya, membuat masyarakat Deles ini mencari alternatif penghasilan lain sebagai buruh emping melinjo. Para buruh emping melinjo ini berharap, dengan bekerja sebagai buruh emping melinjo dapat menambah penghasilan keluarga, sehingga berbagai macam kebutuhan dapat terpenuhi.

Sebagian besar masyarakat buruh emping melinjo masih miskin. Artinya dalam upaya pemenuhan kebutuhan primer, seperti kebutuhan makan, pakaian, rumah yang sehat dan ideal, pendidikan dan kesehatan masih dirasa berat, termasuk tuntutan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sekunder, seperti sepeda motor dan membeli peralatan rumah tangga.


(59)

Gambar 3. Buruh emping melinjo sedang membuat emping di dapur rumahnya (foto pribadi).

Selain sebagai upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, ternyata terdapat sedikit masyarakat Deles yang memiliki alasan lain untuk bekerja sebagai buruh emping melinjo, yaitu untuk mengisi waktu dan pekerjaan sampingan. Buruh emping melinjo ini memang berasal dari keluarga yang cukup mampu sehingga upah membuat emping yang pas-pasan tidak menjadi masalah.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Sarinah (25 tahun) seseorang pembuat emping melinjo sebagai berikut:

“kulo sajane mboten bade kerjo ndamel emping melinjo. Tapi awet kulo lulus sekolah lan dados manten, kulo ngerasakaken kak mboten wonten kesibukan teng ngriyo mbak. Sanajan bojo kulo saget nyukupi kebutuhan kulo lan lare, nangeng kulo ngeh kepengen ngadahi kesibukan. Sanajan upah ngemping per kilone sekedek, tapi kulo mboten terlalu ndadoske masalah”

(Saya sebenarnya tidak ingin bekerja sebagai pembuat emping melinjo. Tetapi sejak lulus sekolah dan menikah, saya merasa tidak memiliki kesibukan di rumah. Walaupun suami saya bisa mencukupi


(60)

46

kebutuhan saya dan anak-anak, tapi saya juga ingin memiliki kesibukan lain. Walaupun upah membuat emping per kilonya sedikit, tapi saya tidak terlalu mempermasalahkannya)

(Wawancara, 21 Juli 2010) Sebagian besar masyarakat Deles masih menekuni pekerjaan ini disebabkan oleh tidak adanya pekerjaaan lain yang tersedia. Selain itu dengan bekerja sebagai buruh emping melinjo khususnya ibu-ibu bisa bekerja dan tidak meningalkan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Mereka bisa mengerjakan pekerjaannya kapan saja menjadikan mereka memilih pekerjaan ini.

Sebagian besar buruh emping melinjo memandang pekerjaan yang digelutinya tidak hannya sekedar pekerjaan sampingan saja. Para pembuat emping mulai merasa tergantung dan akhirnya benar-benar menjadi pekerjaan utama. Terutama setelah menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Buriyah berikut ini:

“ngemping kuwe wes dadi pengawean utamane enyong mbak, lha wong arep kerjo liyane ora ana. Arep didi wong tani tapi ora ndue sawah, arep kerja buruh tani nana seng mbutuhake lha wong ora bisa ngarap sawah, yo anane ngemping. Mangkane nek ora ngemping mengko keluargane enyong arep mangan apa”

(membuat emping itu sudah menjadi pekerjaan utamanya saya mbak, ingin kerja yang lainnya tidak ada. Ingin jadi petani tapi tidak punya sawah, mau kerja buruh tani tapi tidak ada yang membutuhkan karena saya tidak bisa mengolah sawah, ya adanya membuat emping. Oleh karena itu, kalau tidak membuat emping keluarga saya akan makan apa)

(Wawancara, 22 Juli 2010) Selain orang tua yang mencari nafkah, ada sebagian keluarga yang memiliki anak yang telah tamat sekolah bekerja membantu orang tua mencukupi keluarga. Biasanya anak-anak yang telah menamatkan jenjang


(61)

pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP) bekerja sebagai buruh tani, kuli bangunan, dan pekerja rumah tangga. Dengan penghasilan yang diperoleh tiap bulannya mereka dapat meringankan beban kedua orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Jumlah anak dalam keluarga juga mempengaruhi besar pengeluaran tiap keluarga. Jumlah anak dari tiap-tiap subyek, sebagai berikut :

Tabel 3

Jumlah anak buruh emping melinjo

No Jumlah anak (orang) Jumlah

keluarga Persentase (%)

1 1 4 40

2 2 2 20

3 3 3 30

4 4 1 10

Jumlah 10 100

Sumber: Data Hasil Wawancara Juli 2010

Berdasarkan tabel di atas, buruh emping melinjo memiliki jumlah anak yang berbeda. Ada empat keluarga yang memiliki anak sebanyak satu orang, dua keluarga memiliki anak dua orang, tiga keluarga yang memiliki tiga anak, dan satu keluarga memiliki empat anak. Buruh emping melinjo rata-rata memiliki anak sebanyak satu sampai empat anak. Rata-rata anak-anak buruh emping melinjo berada pada usia sekolah, tetapi ada juga yang telah tamat sekolah. Beban biaya hidup anak-anak pembuat emping meliputi biaya pendidikan dan uang jajan anak. Hal ini seperti yang di ungkapkan Ibu Sa’iyah (45 tahun) pada wawancara tanggal 22 Juli 2010, sebagai berikut:


(62)

48

“biaya sekolah lan njajan lare kulo saget direwangi sakeng kulo kerja. Lare kulo tasek sekolah SD lan seng tigone sampun lulus SD sedanten. Penghasilan kulo saben wulan setungal atus ewu. Biasane sepalih penghasilan kulo, kulo gunake kangge tambahan biaya sekolah lare. Sisanipun kulo gunake kangge belanja kebutuhan sedinten-dinten lan kangge kebutuhan piambak . tapi bojo kulo tetep nyukani nafkah kange keluarga mbak. Kulo mung mbantu ngringanke beban kebutuhan keluarga amargi bojo kulo penghasilane mboten mesti”

(biaya sekolah dan jajan anak saya terbantu dari saya bekerja. Anak saya masih sekolah SD dan tiga lainnya sudah lulus SD. Penghasilan saya tiap bulan seratus ribu. Biasanya separuh dari penghasilan saya, saya gunakan untuk tambahan biaya sekolah anak. Sisanya saya gunakan untuk belanja kebutuhan sehari-hari dan untuk kebutuhan pribadi, tapi suami saya tetap memberikan nafkah buat keluarga mbak. Saya hanya membantu meringankan beban kebutuhan keluarga karena penghasilan suami saya tidak pasti)

Pendapatan setiap buruh emping melinjo setengahnya digunakan untuk pendidikan anak dan jajan anak. Setengahnya lagi digunakan untuk biaya belanja dan untuk membeli keperluan pribadi seperti pembelian kosmetik dan keperluan lainnya. Selain itu, suami tetap memberikan nafkah setiap ada kebutuhan yang perlu dibeli. Pendapatan buruh emping melinjo yang bekerja karena kreativitas seringnya alokasi penggunaan penghasilan yang didapat digunakan sepenuhnya untuk keperluan pribadi dan ditabung. Terkadang penghasilannya juga untuk jajan anak, jalan-jalan keluarga dan lain-lain.

Pengeluaran yang dikeluarkan tiap bulannya oleh keluarga buruh emping melinjo dapat dilihat pada tabel 4.


(63)

Tabel 4

Pengeluaran Perkeluarga buruh emping melinjo di Desa Deles

No Pengeluaran per bulan (Rupiah) Jumlah Persentase (%)

1 <Rp 300 ribu 1 10

2 300 ribu-600ribu 3 30

3 600 ribu-900 ribu 3 30

4 >Rp 1 juta 3 30

Jumlah 10 100

Sumber: Data Wawancara Juli 2010

Berdasarkan tabel di atas, maka pengeluaran perbulan dari tiap-tiap keluarga buruh emping melinjo cukup besar dibandingkan jumlah pendapatannya. Rendahnya tingkat pendapatan yang diperoleh dan jumlah pengeluaran tiap bulan para keluarga buruh emping melinjo ini membuat mereka banyak berhutang untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari, kebutuhan mendadak lainnya, dan biaya pendidikan untuk anaknya.

Banyaknya hutang yang dimiliki disebabkan oleh pendapatan yang mereka terima kurang untuk menutupi biaya yang dikeluarkan tiap bulannya. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Ibu Seni.

“enyong kerja ngemping upahe sewulan sekitar Rp 300.000. Padahal anake enyong telu. Seng nomer siji wes lulus SMP se’eki wes dadi nganten, seng nomer loro mondok nang pesantren, seng nomer telu kelas telu SMP. Kebutuhan saben wulane luweh akeh tinimbang upae. Untunge bojone enyong nyambutgawe, dadi bias mekerna bareng ngo butuhan keluarga. Nanging enyong ndue utang karo bose enyong, saben setoran mbiyar Rp 5000”

(Saya kerja membuat emping yang gajinya hanya Rp 300.000 per bulan. Sedangkan anak saya tiga. Anak pertama sudah lulus SMP dan sekarang sudah menikah, yang kedua mondok di pesantren, yang ketiga kelas III SMP. Pengeluaran tiap bulan lebih besar dari gaji. Untung suami saya juga kerja, jadi bisa memikir bersama kebutuhan keluarg. Tetapi saya juga punya hutang kepada bos saya, tiap bulan bayar Rp 5000)


(64)

50

Menurut pengakuan Ibu Runtiyah yang diwawancarai tanggal 22 Juli 2010. Pendapatan yang diterimanya dan pendapatan suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, biaya sekolah ketiga anaknya, dan biaya ibunya yang sudah tua, sehingga kadang-kadang dia meminjam uang kepada tetangganya, tetapi Ibu Runtiyah bisa mendapatkan uang banyak maka dia akan menyimpan uang itu untuk tabungan sebagai cadangan yang bisa dia gunakan jika sewaktu-waktu dia butuhkan.

Menurut Ibu Istikomah berdasarkan wawancara pada tanggal 25 Juli 2010, ia pernah meminjamkan uangnya kepada salah satu ibu pembuat emping. Ia mengaku bahwa selagi memiliki uang yang lebih maka ia akan meminjamkannya. Masalah pengembalian hutangnya bisa dibayarkan kalau ibu tersebut sudah memiliki uang. Menurutnya, sesama manusia harus selalu tolong menolong jika ada yang membutuhkan pertolongan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa subyek penelitian dari buruh emping melinjo, mereka mengaku bahwa setiap harinya mereka dan keluarganya biasa makan sampai tiga kali dengan variasi lauk pauk yang sederhana seperti dengan ikan asin, sayur-sayuran, tahu dan tempe. Melihat kondisi keuangan yang serba kurang seperti itu mereka beranggapan bahwa makan itu tidak perlu yang bergizi tetapi yang terpenting adalah bisa makan kenyang, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Jiyah berikut ini:

“bisa mangan saben ndine wae wes bersyukur apa maneng bias tuku lawoh seng enak, ngeleh kuekan seng penting mangan ura usah luru lawoh seng enak semarai duite yo pas-pasan”

(bisa makan setiap hari saja sudah bersyukur apalagi bisa membeli lauk pauk yang enak-enak, lapar itu yang penting makan tidak usah mencari lauk pauk yang enak-enak karena uang juga terbatas)


(65)

Pembuat emping melinjo telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu yang berupa kebutuhan pangan (meskipun sangat terbatas variasi makannya tapi mereka sudah bias makan sampai tiga kali dalam sehari), kebutuhan sandang (mereka sudah mampu membeli dua setel pakaian walaupun dalam waktu satu tahun), dan kebutuhan papan (mereka sudah memiliki rumah walaupun kondisi rumahnya masih terbuat dari papan dan berlantaikan tanah serta tidak memiliki MCK), tetapi pembuat emping melinjo ini belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangannya seperti kebutuhan akan menabung dan memperoleh informasi.

Mengenai barang-barang berharga yang dimiliki oleh buruh emping melinjo tidak bagitu banyak. Sebagian warga ada yang memiliki kendaraan bermotor. Kendaraan tersebut digunakan untuk alat transportasi ke tempat pemilik usaha pengolahan emping melinjo pasa saat mengembalikan emping yang sudah digarapnya. maupun ke pasar. Menurut istikomah berdasarkan wawancara pada tanggal 25 Juli 2010 sepeda motor yang dimilikinya digunakan oleh suaminya untuk ojek. Sepeda motor tersebut dibeli dengan uang patungan bersama ibunya, yang digunakan ibunya pada pagi hari untuk mengangkut barang dagangan ke pasar.

Hal senada juga diutarakan oleh Ibu Satar, yang memiliki kendaraan bermotor satu unit. Sepeda motor biasanya digunakan oleh anaknya untuk berjualan sayur keliling. Disaat bu Satar mau menyetorkan empingnya, biasanya diantar oleh anaknya yang pertama menggunakan sepeda motor.


(66)

52

Motor tersebut merupakan motor kredit yang dibayar cicilan tiap bulannya Rp 300.000 (Wawancara 21 Juli 2010).

Bukan hanya alat transportasi yang dimiliki, alat elektronik seperti televisi, radio juga dimiliki oleh sebagian buruh emping melinjo. Warga yang memiliki televisi hanya beberapa saja, hal ini disebabkan ada beberapa rumah yang menggunakan meteran listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik dua rumah. Sebagian pembuat emping melinjo memiliki HP walaupun jenisnya biasa saja, asalkan bisa digunakan untuk berkomunikasi tidak menjadi masalah.

Barang-barang tersebut biasanya dibeli dengan kredit maupun tunai. Pembelian secara tunai dilakukan jika buruh emping melinjo memiliki uang tambahan dari bekerja yang dikumpulkan terlebih dahulu, sedangkan untuk barang yang dibeli secara kredit, buruh emping melinjo biasanya membayar tiap bulannya.

Setiap individu pasti memerlukan interaksi sosial antara individu yang satu dengan yang lain. Masyarakat melangsungkan kehidupannya dengan saling tolong-menolong dan bersosialisasi dengan masyarakat yang lain. Sama halnya dengan masyarakat Deles, masyarakat di Deles berinteraksi tidak hanya dengan keluarga akan tetapi juga dengan masyarakat luas. Selama membuat emping hubungan dengan keluarga tetap terjalin dengan baik, hal ini disebabkan suami mendukung pekerjaan istri sebagai pembuat emping, asalkan tidak meningalkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Kadir salah satu suami pembuat emping melinjo :


(67)

“Enyong ora mengeng bojone enyong ngemping, seng penting gawean umah bisa di lakoni, anak mbarang bisa di urusi. Nek bojone enyong ngemping ya bisa ngo tambah-tambah kebutuan pawon karo ngo njijan anak”

(Saya tidak melarang istri saya membuat emping, yang penting pekerjaan rumah dikerjakan, anak juga bisa terurus. Kalau istri saya membuat emping bisa untuk tambah-tambah kebutuhan dapur dan untuk jajan anak)

(Wawancara, 21 Juli 2010) Hubungan dengan sesama buruh emping melinjo juga berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan keadaan saat pembuat emping melinjo beristirahat biasanya mereka duduk-duduk di depan rumah sambil berbincang-bincang karena jarak rumah mereka saling berdekatan. Biasanya yang dibicarakan mengenai keluarga, pendidikan anak, kebutuhan rumah tangga, gosip-gosip yang ada di televisi dan lain-lain. Selain itu tidak ada persaingan dalam bekerja karena mereka sadar bahwa sama-sama mencari uang dan masih satu desa. Menurut mereka pekerjaan dan hasil yang baik hanya akan diperoleh jika dikerjakan dengan sunguh-sunguh. Justru terkadang mereka saling membantu untuk menyelesaikan melinjo temannya jika orang tersebut ada keperluan atau acara yang lebih penting. Seperti tampak pada gambar di bawah ini:


(68)

54

Gambar 4. Pembuat emping melinjo sedang berbincang-bincang dengan tetangga sesama pembuat emping melinjo (foto pribadi).

Para buruh emping melinjo aktif dalam kegiatan-kegiatan yang ada di desanya. Kegiatan kemasyarakatan yang biasanya diikuti adalah arisan dan pengajian. Selain itu mereka juga aktif dalam kegiatan seperti selametan, pernikahan, khitan, puputan, tujuh bulanan dan lain-lain. Biasanya mereka membantu memberi sumbangan tenaga dan uang. Dengan begitu kelak mereka juga akan dibantu jika mereka mengadakan acara-acara tersebut, selain itu acara tersebut akan mempererat hubungan dengan masyarakat sekitar.

Walaupun pekerjaan sebagai buruh emping merupakan pekerjaan yang rendah, akan tetapi pembuat emping tetap dihargai. Bahkan ada juga seorang buruh emping melinjo yang menjadi istri Bapak RT dan ketua Jamaah Rabuan. Seperti yang diungkapkan Ibu Seni berikut ini:

“senajan enyong tukang ngemping,enyong ora apa-apa ya ora isin. Semarai kue gawean halal, malah wong-wong mercayakna enyong dadi ketua jama’ah rebonan, apa maning bojone enyong senajan dadi ketua RT yo enyong ora isin”


(69)

(Walaupun saya tukang membuat emping, saya tidak apa-apa, juga tidak malu. Karena itu pekerjaan halal, justru orang-orang mempercayakan saya sebagai ketua Jama’ah Rabuan, apalagi suami saya walaupun menjadi ketua RT ya saya tidak malu)

(wawancara, 23 Juli 2010) Keadaan ekonomi buruh emping melinjo dengan demikian sangat jauh dari kemakmuran karena pendapatan yang kecil sehingga tingkat kemakmuran dan kesejahteraan keluarga merekapun belum dapat terpenuhi, karena bagaimapun juga tingkat pendapatan seseorang sangat menentukan besar kecilnya suatu kemakmuran dan kesejahteraan sebuah keluarga.


(1)

INSTRUMEN PENELITIAN

PEDOMAN OBSERVASI

Indikator-indikator pengamatan agar data yang diperoleh terfokus pada objek yang di teliti :

I. Kehidupan ekonomi buruh emping melinjo pada industri rumahan. J. Pendidikan para buruh emping melinjo pada industri rumahan .

K. Pendapatan yang diperoleh dari bekerja sebagai buruh emping melinjo pada industri rumahan.


(2)

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk memperoleh kelengkapan dan ketelitian data kualitatif maka perlu disediakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara terdiri dari permasalahan penelitian.

I. IDENTITAS INFORMAN

J. Nama :

K.Jenis Kelamin :

L. Umur :

M.Pendidikan :

N.Pekerjaan :

O.Alamat :

P. PERTANYAAN

9. Untuk pemilik usaha pengolahan emping melinjo

a. Apa yang melatar belakangi berdirinya usaha pengolahan emping melinjo?

b. Kapan usaha pengolahan emping melinjo ini berdiri?

c. Apakah pekerjaan dalam pengolahan emping melinjo ini merupakan pekerjaan satu-satunya?

d. Jika tidak, apa pekerjaan sampingan anda?

e. Apa pekerjaan anda sebelum mendirikan usaha pengolahan emping melinjo?


(3)

f. Apakah dengan mendirikan usaha pengolahan emping melinjo kehidupan ekonomi keluarga anda menjadi lebih baik?

g. Berapa modal awal anda?

h. Berapa penghasilan per hari/ per minggu? i. Ada berapa pekerja yang bekerja pada anda?

j. Apakah anda memberikan biaya transportasi kepada pekerja anda?

k. Apakah anda memberikan upah lain berupa intensif (bonus) kepada pekerja anda?

l. Bagaimana sistem upah yang berlaku ditempat anda (menurut waktu/ perjam/ perhari/ perminggu/ menurut borongan/ kiloan)?

m. Ada berapa macam jenis emping melinjo yang diproduksi disini? n. Dari mana anda memperoleh bahan baku (melinjo)?

o. Berapa harga melinjo per kilonya?

p. Berapa harga emping melinjo per kilonya?

q. Berapa keuntungan yang anda dapatkan per kilonya?

r. Kemana saja anda jual emping melinjo yang anda produksi? s. Bagaiman proses distribusi penjualan emping melinjo? 10. Untuk aparat pemerintah kelurahan Desa

a. Apa saja mata pencaharian masyarakat Desa Deles?

b. Berapa jumlah penduduk Deles yang bekerja sebagai pembuat emping melinjo?

c. Faktor apa yang melatar belakangi warga Deles bekerja sebagai pembuat emping melinjo?


(4)

d. Apakah pekerjaan warga sebelum menjadi pembuat emping melinjo? e. Bagaiman menurut anda mengenai keberadaan usaha pengolahan emping

melinjo di Deles?

f. Apakah menurut anda telah terjadi perubahan sosial dari masyarakat agraris (petani) ke masyarakat industri (pembuat emping melinjo) yang dialami masyarakat Deles?

g. Bagaimana tingkat kemajuan dan kemunduran masyarakat Deles dari adanya usaha pengolahan emping melinjo?

11. Untuk masyarakat sekitar Deles

™ Bagaiman menurut anda mengenai keberadaan usaha pengolahan emping melinjo di Deles?

™ Apa pengaruh yang timbul dengan adanya usaha pengolahan emping melinjo?

™ Apakah anda tergangu olaeh rutinitas pembuatan emping melinjo dengan suara yang ditimbulkan pada saat pembuatan emping melinjo?


(5)

ANGKET PERTANYAAN

Identitas Informan

™ Nama :

™ Jenis Kelamin :

™ Umur :

Pertanyaan

™ Apa pendidikan terakhir anda... ™ Apakah ada pendidikan khusus yang berkaitan dengan pekerjaan yang anda

jalani... ™ Sesuaikah pekerjaan yang anda jalani dengan pendidikan/ keterampilan yang

anda kuasai... ™ Apakah pekerjaan anda

™ Pekerjaan utama... ™ Pekerjaan tambahan... ™ Berapakah pendapatan anda yang diperoleh dari

™ Pekerjaan utama anda... ™ Pekerjaan sampingan anda... ™ Berapakah jumlah tangungan keluarga anda... ™ Bagaimana sistem pembayaran yang digunakan, harian atau

mingguan... ™ Bagaimana kehidupan ekonomi anda setelah beralih profesi menjadi pembuat emping melinjo...


(6)

Subject:

Author: Amel_Manis Keywords:

Comments:

Creation Date: 18/03/2011 14:28:00 Change Number: 2

Last Saved On: 18/03/2011 14:28:00 Last Saved By: Pak DEDE

Total Editing Time: 5 Minutes

Last Printed On: 18/03/2011 14:28:00 As of Last Complete Printing

Number of Pages: 83

Number of Words: 13.772 (approx.)