FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR.

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR

OLEH:

IDA BAGUS GDE BAYU BELAYANA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016


(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR

OLEH:

IDA BAGUS GDE BAYU BELAYANA

1420015025

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016


(3)

iii

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR

Skripsi ini diajukansebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

OLEH:

IDA BAGUS GDE BAYU BELAYANA

1420015025

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016


(4)

(5)

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat karunia-Nya sehingga penelitian ini selesai tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan terimakasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan penelitian ini kepada:

1. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan doa restu, dorongan serta menjadi semangat penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. I Gede Herry Purnama, ST., MT., MIDEA, selaku Kepala Bagian Kesehatan Lingkungan pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universidas Udayana.

3. Sang Gede Purnama, S.KM, M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Mahasiswa matrikulasi angkatan 2014.

5. Seluruh pegawai dan staf pada bidang Operasional Kebersihan DKP Kota Denpasar.

6. Dan semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung telah memberikan dukungan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan penelitian ini.

Denpasar, Juli 2016 Penulis


(7)

vii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN Skripsi, Juli 2016

Ida Bagus Gde Bayu Belayana

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR

ABSTRAK

Kota Denpasar merupakan kota terpadat di Bali. Pada tahun 2016, Kota Denpasar telah menetapkan 62 bank sampah sebagai motivator masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungannya. Selama ini belum pernah dilakukannya evaluasi program bank sampah khususnya mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja bank sampah di Kota Denpasar sehingga perlu kajian lebih lanjut pada kinerja bank sampah untuk mengetahui permasalahan dan menemukan solusi yang tepat dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Bila dilihat dari waktu penelitian maka penelitian ini termasuk Crossesctional Study dengan jumlah sampel 10 bank sampah dan 100 responden. Analisis data digunakan dengan metode matriks SWOT dan uji Litmus.

Hasil penelitian yang ditemukan dilapangan menunjukkan bahwa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja bank sampah di Kota Denpasar adalah meningkatkan komitmen pemilik bank sampah dengan mengoptimalkan dukungan dari pemerintah, memaksimalkan kegiatan mengolah sampah anorganik menjadi barang yang lebih memiliki nilai ekonomis dengan meningkatkan kerjasama antar bank sampah, melaksanakan pelatihan pada SDM bank sampah, menambah sarana dan prasaranan dengan mealaksanakan penggalian dana atau mohon bantuan (subsidi) dari pemerintah, memaksimalkan pelayanan terhadap masyarakat guna miningkatkan keaktipan masyarakat menjadi nasabah bank sampah dan perlu dibuatkan pararem (peraturan adat) untuk mengarahkan warganya menjual sampah anorganiknya ke bank sampah. Berdasarkan uji litmus, strategi yang paling strategis untuk meningkatkan kinerja bank sampah di Kota Denpasar ialah memaksimalkan pelayanan terhadap masyarakat guna miningkatkan keaktipan masyarakat menjadi nasabah bank sampah.


(8)

viii

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM MEDICAL SCHOOL UNIVERSITY UDAYANA

SPECIALISATION ENVIRONMENTAL HEALTH Thesis, July 2016

Ida Bagus Gde Bayu Belayana

FACTORS AFFECTING PERFORMANCE BANK SAMPAH IN DENPASAR ABSTRACT

Denpasar City is the most populous city in Bali. In 2016, the city of Denpasar has set 62 as a motivator community bank sampah in maintaining the cleanliness of the environment. During this time she had never done a program evaluation bank sampah in particular regarding the factors - factors that affect the performance of the garbage bank in Denpasar thus requiring further investigation on the bank's performance bins to determine the problem and find the right solution to solve the problems faced.

This research is quantitative. When viewed from the time of the study, this study included Crossesctional Study with a sample of 10 bank sampah and 100 respondents. Analysis of the data used by the SWOT matrix method and Litmus test.

Results of the study were found in the field indicate that the strategies that can be done to improve the performance of bank sampah in Denpasar is to increase the commitment of bank sampah owners by optimizing the support of the government, making the most of treating inorganic waste into goods more economic value by improving cooperation between the bank sampah, training on human bank sampah, add facilities and infrastructure with fundraising or help (subsidies) from the government, to maximize service to the community in order to increase the role of the community become bank customers rubbish and need to be made Pararem (customs regulations) to direct citizens selling junk anorganiknya to bank sampah. Based on a litmus test, the most strategic strategy to improve the performance of bank sampah in Denpasar is maximizing service to the community in order to increase the role of the community into the bank sampah customers.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Batasan Masalah ... 4

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.4.1. Tujuan Umum ... 4

1.4.2. Tujuan Khusus ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

1.5.1. Manfaat Praktis ... 5

1.5.2. Manfaat Teoritis ... 5

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6


(10)

x

2.2. Pengertian Bank Sampah ... 10

2.3. Kinerja Bank Sampah... 11

2.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Sampah ... 12

2.4.1. Pendanaan atau pembiayaan ... 12

2.4.2. Komitmen pemilik bank sampah ... 13

2.4.3. Sumber Daya Manusia... 13

2.4.4. Partisipasi masyarakat ... 13

2.4.5. Promosi ke masyarakat ... 14

2.4.6. Dukungan pemerintah dan pimpinan wilayah ... 15

2.4.7. Kemitraan atau Kerjasama antar bank sampah ... 16

BAB III KERANGKA KONSEP ... 17

3.1. Kerangka Konsep ... 17

3.2. Variabel Penelitian ... 18

3.3. Definisi Operasional... 19

3.4. Hipotesis Penelitian ... 21

BAB IV METODE PENELITIAN ... 22

4.1. Disain Penelitian ... 22

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

4.2.1.Tempat penelitian ... 22

4.2.2.Waktu penelitian ... 22

4.3. Populasi dan Sampel ... 23

4.3.1.Populasi penelitian ... 23


(11)

xi

4.3.3.Teknik pengambilan sampel ... 23

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 25

4.4.1.Data primer ... 25

4.4.2.Data sekunder ... 25

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 25

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1. Hasil Penelitian ... 27

5.1.1. Gambaran umum objek penelitian ... 27

5.1.2. Data hasil penelitian ... 28

5.1.3. Distribusi data hasil penelitian... 31

5.2. Pembahasan ... 36

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 49

6.1 Simpulan ... 49

6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 19

Tabel 5.1. Gambaran Umum Bank Sampah ... 27

Tabel 5.2. Frekuensi Data Hasil Penelitian ... 29

Tabel 5.3. Distribusi Data Hasil Penelitian Pemilik Bank Sampah ... 32

Tabel 5.4. Distribusi Data Hasil Penelitian Terhadap Masyarakat Disekitar Bank Sampah ... 34

Tabel 5.5. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Bank Sampah di Kota Denpasar 37 Tabel 5.6. Analisis Matrik SWOT Pada Kinerja Bank Sampah di Kota Denpasar 42 Tabel 5.7. Uji Litmus dari Isu Strategis Kinerja Bank Sampah di Kota Denpasar 46 Tabel 5.8. Klasifikasi Isu Strategis Kinerja Bank Sampah di Kota Denpasar .... 47


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 17 Gambar 3.2. Hubungan Antar Variabel ... 18


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Penelitian ... 55

Lampiran 2. SK Penetapan Bank Sampah ... 56

Lampiran 3. SK Pemberian Penghargaan Kepada Bank Sampah ... 62

Lampiran 4. Formulir Persetujuan ( Informed Consent ) ... 66

Lampiran 5. Kuesioner ... 67

Lampiran 6. Ethical Clearance ... 72

Lampiran 7. Data Hasil Penelitian ... 73


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan lingkungan merupakan persoalan yang sangat serius yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia jika tidak dirawat dengan baik. Persoalan kesehatan lingkungan yang sulit ditangani adalah sampah. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah menyebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari – hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat.

Indonesia merupakan negara dengan banyak pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke juga mengalami kesulitan dalam mengelola sampah. Hampir semua kota besar di Indonesia kesulitan dalam mengelola sampahnya. Semakin padat penduduk di suatu daerah semakin banyak sampah yang akan dihasilkan. Berbagai cara telah dilaksanakan oleh pemerintah tetapi persoalan sampah belum selesai sampai sekarang.

Bali yang merupakan daerah wisata dengan jumlah penduduk yang padat, memiliki banyak kegiatan seperti pasar dan industri serta hotel-hotel membuat timbunan sampah semakin bertambah. Jumlah sampah ini setiap tahun terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat atau manusianya dan disertai juga kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang menghasilkan pula pergeseran pola hidup masyarakat yang cenderung konsumtif (Yansen & Arnatha, 2012).


(16)

2

Kota Denpasar merupakan kota terpadat di Bali. Dengan berbagai persoalan yang serba kompleks, peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat menyebabkan peningkatan volume sampah serta pengelolaan sampah yang belum dapat diselesaikan oleh pihak Pemerintah Kota Denpasar. Dalam hal pengelolaan kebersihan Kota Denpasar ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP) Kota Denpasar. Adapun teknis operasional pengelolaan sampah di DKP Kota Denpasar ialah penyapuan, pengumpulan, pengangkutan dan pemprosesan akhir. Jumlah sampah yang ditangani oleh DKP Kota Denpasar + 2.500 – 2.700 m3 (DKP Kota Denpasar).

Dengan ini diperlukan strategi yang tepat untuk menanggulangi persoalan persampahan di Kota Denpasar, peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap sampah dapat membantu kinerja pemerintah dalam menangani persoalan tersebut. Salah satu upaya pengurangan volume sampah adalah dengan cara pengurangan sampah dari sumbernya sesuai dengan Arah Kebijakan (Perda dan Peraturan Walikota Denpasar) dan Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan melalui program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) serta pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Pada tahun 2016, Kota Denpasar telah menetapkan 62 bank sampah sebagai motivator masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungannya. Bank sampah merupakan salah satu solusi kreatif dalam mengatasi peningkatan jumlah volume sampah di Kota Denpasar. Konsep bank sampah ialah pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan, tapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah (Utami, 2015). Konsep mengelola sampah sejak dari sumbernya dan


(17)

3

diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk peduli memilah sampah sejak dari rumah dengan manajemen bank sampah sehingga sampah dapat menghasilkan nilai tambah. Dari ke 62 bank sampah tersebut tidak semua dapat berperan aktif dan berkembang. Tentu saja banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi baik di internal atau pun eksternal terlihat dari ada beberapa bank sampah yang kurang aktif.

Hasil observasi pada Kantor DKP Kota Denpasar ditemukan sebanyak 15 bank sampah yang memperoleh penghargaan dari Pemerintah Kota Denpasar pada Tahun 2015. Pemberian penghargaan tersebut berdasarkan observasi dan survei dari petugas DKP Kota Denpasar terhadap bank sampah. Hanya bank sampah yang aktif, berkembang dan sering berpartisipasi dalam kegiatan kebersihan yang dilaksanakan oleh pihak Pemerintah Kota Denpasar yang berhak memperoleh penghargaan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengetahui apakah penyebab 15 bank sampah tersebut berhasil menjalankan program bank sampahnya sehingga mampu memperoleh penghargaan dari Pemerintah Kota Denpasar Tahun 2015.

Selama ini belum pernah dilakukannya evaluasi program bank sampah khususnya mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja bank sampah di Kota Denpasar sehingga perlu kajian lebih lanjut pada kinerja bank sampah untuk mengetahui permasalahan dan menemukan solusi yang tepat dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, hal ini berguna dalam pengambilan keputusan bagi pemerintah, pengelola bank sampah atau pun pihak terkait lainnya untuk perencanaan selanjutnya.


(18)

4

1.2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, batasan masalah dari penelitian ini ialah faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja bank sampah yaitu faktor internal (Pendanaan, komitmen pemilik bank sampah, sumber daya manuasia (SDM)) dan faktor eksternal (Partisipasi masyarakat, promosi ke masyarakat, dukungan pimpinan wilayah, kerjasama antar bank sampah, dan dukungan pemerintah).

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang serta rumusan masalah diatas maka didapatkan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

“Apakah faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja bank sampah di Kota Denpasar?”

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini ialah sebagai berikut: 1.4.1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja bank sampah di Kota Denpasar.

1.4.2. Tujuan Khusus

1.4.2.1. Untuk mengetahui faktor internal yang mempengaruhi kinerja bank sampah di Kota Denpasar.

1.4.2.2. Untuk mengetahui faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja bank sampah di Kota Denpasar.

1.4.2.3. Untuk mengetahui strategi yang dapat meningkatkan kinerja bank sampah yang ada di Kota Denpasar.


(19)

5

1.4.2.4. Untuk mengetahui strategi yang paling strategis dilakukan dalam meningkatkan kinerja bank sampah di Kota Denpasar.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis ialah sebagai berikut :

1.5.1. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan bagi pihak yang berkaitan untuk meningkatkan kinerja bank sampah dalam meningkatkan kebersihan lingkungan.

1.5.2. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai pengembangan teori dalam ilmu pengetahuan khususnya mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja bank sampah.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terbatas pada :

1.6.1. Bank sampah yang menjadi obyek penelitian dalam penelitian ini adalah bank sampah yang terdapat di Kota Denpasar.

1.6.2. Data primer yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner.


(20)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sampah

Sampah ialah suatu bahan yang terbuang atau dibuang, merupakan hasil aktivitas manusia maupun alam yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah diambil unsur atau fungsi utamanya, Sejati (2009).

Dalam Sumantri (2010) menyatakan bahwa penggolongan sampah menurut sumbernya yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut ini:

1. Pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.

2. Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage) , sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus dan terkadang sampah berbahaya.


(21)

7

3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain: tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parker, tempat layanan kesehatan (misal: rumah sakit atau puskesmas), kompleks militer,gedung pertemuan, pantai tempat berlibur dan sarana pemerintah yang lain. Tempat ini biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

4. Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memprosesbahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

5. Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, latang atau pun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman. Notoatmodjo, 2007 menyatakan sampah dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu: 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah dibagi menjadi:

a. Sampah an-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya: logam atau besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.

b. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa – sisa makanan, daun – daunan, buah – buahan dan lain sebagainya.


(22)

8

2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng – kaleng bekas, besi atau logam, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.

3. Berdasarkan karakteristik sampah

a. Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya.

b. Rabish yaitu sampah yang bersalah dari perkantoran, perdagangan baik yang mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya, maupun yang tidak mudah terbakar seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan sebagainya. c. Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan – bahan yang mudah terbakar

termasuk abu rokok.

d. Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan yang terdiri dari campuran bermacam – macam sampah, daun – daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya.

e. Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik – pabrik. f. Bangkai binatang (dead animal) yaitu bangkai binatang yang mati karena alam,

ditabrak kendaraan atau dibuang oleh orang.

g. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor dan sebagainya.


(23)

9

h. Sampah pembangunan (construction waste) yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya yang berupa puing – puing, potongan – potongan kayu, besi beton, bamboo dan sebaginya.

Menurut Syafrudin (2004) dalam Dwiyanto (2011) menyatakan sistem pengelolaan sampah terpadu (Integrated Solid Waste management) didefinisikan sebagai pemilihan dan penerapan program teknologi dan manajemen untuk mencapai sistem yang tinggi, dengan hirarki sebagai berikut:

1. Source Reduction, yaitu proses minimalis sampah di sumber dalam hal kuantitas timbulan dan kualitas timbulan sampah, terutama reduksi sampah berbahaya.

2. Recyclling, yaitu proses daur ulang yang berfungsi untuk mereduksi kebutuhan sumberdaya dan reduksi kuantitas sampah ke TPA.

3. Waste Transformation, yaitu proses perubahan fisik, kimia dan biologis perubahan sampah. Dimana ketiga komponen itu akan menentukan: Perubahan tingkat efesiensi yang diperlukan di dalam sistem pengelolaan; Perlunya proses reduce, reuse, dan recycle sampah; Proses yang dapat menghasilkan barang lain yang bermanfaat seperti pengomposan.

4. Landfilling, sebagai akhir dari suatu pengelolaan sampah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali.

Menurut penelitian Hokkanen & Salminen (1997) menyatakan bahwa solusi yang direkomendasikan untuk sistem pengelolaan sampah adalah penimbunan menengah, kompos dan RFD-pembakaran. Pada penelitian Kinnaman (2000) diperoleh dengan menentukan kebijakan harga pada setiap sampah yang dihasilkan dan sampah yang


(24)

10

didaur ulang oleh seseorang dapat mengurangi jumlah sampah yang akan ditimbulkannya. Namun, untuk terus mengurangi jumlah sampah yang setiap tahunnya dialihkan ke tempat pembuangan sampah, daur ulang harus diperluas untuk mencakup keragaman yang lebih besar (Kock & Domina, 2009). Pada penelitian Beccali, dkk (2001) juga menekankan pada daur ulang sampah untuk mengurangi volume sampah perkotaan. Ketidakpastian yang melekat dalam persepsi baik prioritas dan skala tujuan-tujuan ekonomi dan lingkungan dapat menghasilkan kesulitan tambahan dalam pengambilan keputusan manajemen (Chang, 1997).

2.2. Pengertian Bank Sampah

Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah – pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankan. Penyetor adalah warga yang tinggal disekitar lokasi bank sampah serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank (Rozak, 2014).

Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah menurut jenis sampah. Sampah yang ditabung pada bank sampah adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis. Cara kerja bank sampah pada umumnya hampir sama dengan bank lainnya, ada nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya, apabila dalam bank yang biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang akan tetapi dalam bank sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis, sedangkan pengelola bank sampah harus orang yang kreatif dan inovatif serta memiliki


(25)

11

jiwa kewirausahaan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sistem kerja bank sampah pengelolaan sampahnya berbasis rumah tangga, dengan memberikan penghargaan kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah. Konsep bank sampah mengadopsi menajemen bank pada umumnya. Selain bisa sebagai sarana untuk melakukan gerakan penghijauan, pengelolaan sampah juga bisa menjadi sarana pendidikan gemar menabung untuk masyarakat dan anak-anak. Metode bank sampah juga berfungsi untuk memberdayakan masyarakat agar peduli terhadap kebersihan (Novianty, 2012).

2.3. Kinerja Bank Sampah

Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar) dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kwantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan. Karakteristik yang membedakan kinerja auditor dengan kinerja manajer adalah pada output yang dihasilkan (Trisnaningsih, 2007).

Menurut Indra Bastian, kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategi (strategic planning) suatu organisasi (Fahmi, 2013).


(26)

12

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota Denpasar Nomor 188.45/195/HK/2015 tentang Penetapan Bank Sampah di Kota Denpasar Tahun 2015 memutuskan bahwa tugas dan tanggung jawab bank sampah adalah sebagai berikut yaitu Melaksanakan usaha penanganan tata kelola sampah dan kebersihan di wilayah masing – masing; Memilah dan mengolah sampah organik dan non organik menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya guna dalam upaya pengurangan beban sampah di tempat pembuangan akhir (TPA); Melayani, menyiapkan dan menampung sampah masyarakat di wilayahnya untuk di daur ulang; Menerima sampah masyarakat yang dapat dikonversi dalam bentuk uang yang dapat ditabung dan dibukukan pada buku tabungan; Melaksanakan kegiatan pembelajaran kebersihan lingkungan kepada masyarakat; dan Menyiapkan tenaga, sarana dan prasaranayang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan swakelola kebersihan.

2.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Sampah

2.4.1. Pendanaan atau pembiayaan

Menurut Muhammad (2002) dalam Rimadhani (2011), pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.

Terdapat dua pandangan mengenai keputusan pendanaan. Pandangan pertama dikenal dengan pandangan tradisional yang menyatakan bahwa struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan. Pandangan tradisional diwakili oleh dua teori yaitu Trade off Theory dan Pecking Order Theory. Pandangan kedua dikemukakan oleh Miller


(27)

13

(1958) yang menyatakan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan (Wijaya, 2010).

2.4.2. Komitmen pemilik bank sampah

Komitmen pemilik bank sampah dapat diartikan tekad atau keinginan yang kuat dari pemilik bank sampah dalam mengembangkan dan memajukan bank sampahnya untuk dapat berkesinambungan serta selalu berperan aktif sehingga menghasilkan kinerja bank sampah yang baik dalam mewujudkan tujuan, visi dan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini ditekankan bahwa komitmen adalah unsur perilaku sebagi upaya untuk mempertahankan dan menjaga hubungan jangka panjang antara kedua belah pihak agar hubungan ini lebih bermakna (Setiawan, 2007).

2.4.3. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pembangunan. Menurut Simanjuntak (1985) dalam Ali (1998) pengertian SDM ada dua macam yaitu :

1. Derajat kualitas usaha yang ditampilkan seseorang yang terlibat dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa.

2. Manusia yang memiliki kemampuan kerja untuk menghasilkan produksi baik barang atau jasa.

2.4.4. Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat ialah pengambilan bagian atau keikutsertaan masyarakat menjadi nasabah pada bank sampah. Masyarakat yang menjadi nasabah terlihat dari tercatatnya nama masyarakat pada buku register nasabah pada bank sampah. Semakin


(28)

14

banyak masyarakat yang ikut serta dan berperan aktif dalam menabung sampahnya pada bank sampah maka akan membuat bank sampah tersebut menjadi lebih berkembang serta mampu beroprasi dengan baik. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Partisipasi langsung adalah keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan masyarakat, mulai dari gagasan, perumusan kebijakan hingga pelaksanaan operasional program. Sedang partisipasi tidak langsung adalah berupa keterlibatan dalam masalah keuangan, pemikiran dan material (Yuliastuti,dkk).

Dalam penelitian Chrysantin (2013) yang berjudul “ Strategi Public Relations PT PJB (Pembangkitan Jawa-Bali) Dalam Program CSR (Corporate Social Responsibility) Bank Sampah” menyatakan bahwa penelitian ini menunjukkan public relations PT PJB memiliki model cooperative grand strategy dalam perumusan strategi kegiatan CSR bank sampah, sehingga penetapan isu, sasaran hingga tim pelaksana di lapangan memiliki kedekatan dengan mitra kerja yang bersangkutan, dan membuat proses setiap tahapan berjalan dengan baik hingga mampu merubah perilaku masyarakat.

2.4.5. Promosi ke masyarakat

Menurut Green (1984) dalam Notoatmodjo (2010) merumuskan definisi sebagai berikut: “Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”.

Promosi ke masyarakat merupakan suatu metode pengenalan bank sampah kepada masyarakat baik secara lisan ataupun tertulis untuk meningkatkan pengetahuan


(29)

15

dan wawasan masyarakat terhadap bank sampah guna meningkatkan minat dan partisipasi masyarakat ke bank sampah. Metode tersebut dapat berupa penyebaran brosur, spanduk, presentasi, iklan di televise, radio, dan yang lainnya (Juliandoni, 2013). 2.4.6. Dukungan pemerintah dan pimpinan wilayah

Koryati, dkk (2005) dalam Galileo (2012) menyebutkan kebijakan seringkali dikaitkan dengan keputusan pemerintah yang menjadi pedoman untuk mengatasi berbagai masalah publik dan mempunyai tujuan rencana dan program yang akan dijalankan secara jelas. Ada beberapa makna tentang kebijakan pemerintah yakni: 1. Kebijakan Pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan

yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan itu merupakan apa yang benar benar dilakukan pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah melakukan sesuatu.

3. Kebijakan pemerintah itu bersifat positif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tindakan melakukan.

4. Kebijakan pemerintah dalam arti positif didasarkan atau selalu dilandaskan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa (otoritatif).

Dalam penelitian Joliandoni (2013) yang berjudul “Pelaksanaan Bank Sampah Dalam Sistem Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Gunung Bahagia Balikpapan” menyatakan bahwa masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam pengelolaan sampah yang ada di Kelurahan Gunung Bahagia Balikpapan karena


(30)

16

kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah untuk mengelola sampah di lingkungan tersebut.

2.4.7. Kemitraan atau kerjasama antar bank sampah

Menurut Sulistiyani (2014) dalam penelitian Fahmi dkk, Kemitraan secara etimologis berasal dari kata partnership yang berasal dari suku kata partner yang berarti kawan, sekutu atau mitra. Secara definisi, maka kemitraan adalah suatu bentuk kerja sama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.

Kemitraan atau kerjasama antar bank sampah merupakan hubungan antara bank sampah dengan bank sampah lainnya yang bertujuan saling membantu dan memotivasi kinerja bank sampah dalam memecahkan masalah atau kesulitan yang sedang dihadapi.


(1)

jiwa kewirausahaan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sistem kerja bank sampah pengelolaan sampahnya berbasis rumah tangga, dengan memberikan penghargaan kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah. Konsep bank sampah mengadopsi menajemen bank pada umumnya. Selain bisa sebagai sarana untuk melakukan gerakan penghijauan, pengelolaan sampah juga bisa menjadi sarana pendidikan gemar menabung untuk masyarakat dan anak-anak. Metode bank sampah juga berfungsi untuk memberdayakan masyarakat agar peduli terhadap kebersihan (Novianty, 2012).

2.3. Kinerja Bank Sampah

Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar) dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kwantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan. Karakteristik yang membedakan kinerja auditor dengan kinerja manajer adalah pada output yang dihasilkan (Trisnaningsih, 2007).

Menurut Indra Bastian, kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategi (strategic planning) suatu organisasi (Fahmi, 2013).


(2)

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota Denpasar Nomor 188.45/195/HK/2015 tentang Penetapan Bank Sampah di Kota Denpasar Tahun 2015 memutuskan bahwa tugas dan tanggung jawab bank sampah adalah sebagai berikut yaitu Melaksanakan usaha penanganan tata kelola sampah dan kebersihan di wilayah masing – masing; Memilah dan mengolah sampah organik dan non organik menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya guna dalam upaya pengurangan beban sampah di tempat pembuangan akhir (TPA); Melayani, menyiapkan dan menampung sampah masyarakat di wilayahnya untuk di daur ulang; Menerima sampah masyarakat yang dapat dikonversi dalam bentuk uang yang dapat ditabung dan dibukukan pada buku tabungan; Melaksanakan kegiatan pembelajaran kebersihan lingkungan kepada masyarakat; dan Menyiapkan tenaga, sarana dan prasaranayang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan swakelola kebersihan.

2.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Sampah 2.4.1. Pendanaan atau pembiayaan

Menurut Muhammad (2002) dalam Rimadhani (2011), pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.

Terdapat dua pandangan mengenai keputusan pendanaan. Pandangan pertama dikenal dengan pandangan tradisional yang menyatakan bahwa struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan. Pandangan tradisional diwakili oleh dua teori yaitu Trade off Theory dan Pecking Order Theory. Pandangan kedua dikemukakan oleh Miller


(3)

(1958) yang menyatakan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan (Wijaya, 2010).

2.4.2. Komitmen pemilik bank sampah

Komitmen pemilik bank sampah dapat diartikan tekad atau keinginan yang kuat dari pemilik bank sampah dalam mengembangkan dan memajukan bank sampahnya untuk dapat berkesinambungan serta selalu berperan aktif sehingga menghasilkan kinerja bank sampah yang baik dalam mewujudkan tujuan, visi dan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini ditekankan bahwa komitmen adalah unsur perilaku sebagi upaya untuk mempertahankan dan menjaga hubungan jangka panjang antara kedua belah pihak agar hubungan ini lebih bermakna (Setiawan, 2007).

2.4.3. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pembangunan. Menurut Simanjuntak (1985) dalam Ali (1998) pengertian SDM ada dua macam yaitu :

1. Derajat kualitas usaha yang ditampilkan seseorang yang terlibat dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa.

2. Manusia yang memiliki kemampuan kerja untuk menghasilkan produksi baik barang atau jasa.

2.4.4. Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat ialah pengambilan bagian atau keikutsertaan masyarakat menjadi nasabah pada bank sampah. Masyarakat yang menjadi nasabah terlihat dari tercatatnya nama masyarakat pada buku register nasabah pada bank sampah. Semakin


(4)

banyak masyarakat yang ikut serta dan berperan aktif dalam menabung sampahnya pada bank sampah maka akan membuat bank sampah tersebut menjadi lebih berkembang serta mampu beroprasi dengan baik. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Partisipasi langsung adalah keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan masyarakat, mulai dari gagasan, perumusan kebijakan hingga pelaksanaan operasional program. Sedang partisipasi tidak langsung adalah berupa keterlibatan dalam masalah keuangan, pemikiran dan material (Yuliastuti,dkk).

Dalam penelitian Chrysantin (2013) yang berjudul “ Strategi Public Relations PT PJB (Pembangkitan Jawa-Bali) Dalam Program CSR (Corporate Social Responsibility) Bank Sampah” menyatakan bahwa penelitian ini menunjukkan public relations PT PJB memiliki model cooperative grand strategy dalam perumusan strategi kegiatan CSR bank sampah, sehingga penetapan isu, sasaran hingga tim pelaksana di lapangan memiliki kedekatan dengan mitra kerja yang bersangkutan, dan membuat proses setiap tahapan berjalan dengan baik hingga mampu merubah perilaku masyarakat.

2.4.5. Promosi ke masyarakat

Menurut Green (1984) dalam Notoatmodjo (2010) merumuskan definisi sebagai berikut: “Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”.

Promosi ke masyarakat merupakan suatu metode pengenalan bank sampah kepada masyarakat baik secara lisan ataupun tertulis untuk meningkatkan pengetahuan


(5)

dan wawasan masyarakat terhadap bank sampah guna meningkatkan minat dan partisipasi masyarakat ke bank sampah. Metode tersebut dapat berupa penyebaran brosur, spanduk, presentasi, iklan di televise, radio, dan yang lainnya (Juliandoni, 2013). 2.4.6. Dukungan pemerintah dan pimpinan wilayah

Koryati, dkk (2005) dalam Galileo (2012) menyebutkan kebijakan seringkali dikaitkan dengan keputusan pemerintah yang menjadi pedoman untuk mengatasi berbagai masalah publik dan mempunyai tujuan rencana dan program yang akan dijalankan secara jelas. Ada beberapa makna tentang kebijakan pemerintah yakni: 1. Kebijakan Pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan

yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan itu merupakan apa yang benar benar dilakukan pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah melakukan sesuatu.

3. Kebijakan pemerintah itu bersifat positif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tindakan melakukan.

4. Kebijakan pemerintah dalam arti positif didasarkan atau selalu dilandaskan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa (otoritatif).

Dalam penelitian Joliandoni (2013) yang berjudul “Pelaksanaan Bank Sampah Dalam Sistem Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Gunung Bahagia Balikpapan” menyatakan bahwa masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam pengelolaan sampah yang ada di Kelurahan Gunung Bahagia Balikpapan karena


(6)

kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah untuk mengelola sampah di lingkungan tersebut.

2.4.7. Kemitraan atau kerjasama antar bank sampah

Menurut Sulistiyani (2014) dalam penelitian Fahmi dkk, Kemitraan secara etimologis berasal dari kata partnership yang berasal dari suku kata partner yang berarti kawan, sekutu atau mitra. Secara definisi, maka kemitraan adalah suatu bentuk kerja sama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.

Kemitraan atau kerjasama antar bank sampah merupakan hubungan antara bank sampah dengan bank sampah lainnya yang bertujuan saling membantu dan memotivasi kinerja bank sampah dalam memecahkan masalah atau kesulitan yang sedang dihadapi.