ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI METODE PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DI PT. ANTAR SURYA JAYA.

ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI METODE
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DI
PT. ANTAR SURYA JAYA

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

Diajukan oleh :
Yulian Danang Eko Saputro
0413315051/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2010

KATA PENGATAR
Tak ada kata yang terucap selain syukur Alhamdulillah atas segala

petunjuk, pertolongan, kasih sayang, dan ridha Allah SWT, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Activity Based Costing Sebagai
Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PT Antar Surya Jaya”, yang
merupakan

salah

satu

syarat

kelulusan pada

Program

Studi

Ekonomi

Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Timur.


Skripsi ini takkan pernah terwujud tanpa dukungan, saran, dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam pelaksanaan
skripsi hingga selesainya penyusunan skrips ini. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku rektor Universitas
pembangunan nasinal “veteran” Jawa timur
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin, MM, selaku dekan Fakultas ekonomi
ekonomi Universitas pembangunan nasinal “veteran” Jawa timur..
3. Bapak Drs Ec. Saiful Anwar. Msi, selaku wakil dekan I Fakultas ekonomi
Universitas pembangunan nasinal “veteran” Jawa timur, atas kesempatan
dan arahan yang telah diberikan.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE Msi, selaku kaprogdi Fakultas ekonomi
jurusan Akuntansi, atas waktu yang telah diluangkan dan pengertiannya.

5. Ibu Rina Mustika, SE, MMA, selaku dosen pembimbing, atas kesabaran,
waktu yang di luangkan, serta arahan yang diberikan dalam penyusunan
skripsi ini.

6. Seluruh staff dan pengajar jurusan akutansi Universitas pembangunan
nasinal “veteran” Jawa timur yang telah membimbing dan memberi
pengalaman dalam proses belajar maupun di luar proses belajar.
7. Seluruh karyawan bagian TU Fakultas ekonomi yang telah membantu
selama saya kuliah di Universitas pembangunan nasinal “veteran” Jawa
timur.
8. Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Bambang S, dan Alm,Ibunda
Surti yang telah mendukung, memberi semangat dalam menyelesaikan
kuliah, dan dukungan materi’il maupun moralnya kepada saya.
9. Kepada Om Tomik dan Tante Rahmi yang telah memberikan dorongan
moral dan materi’il kepada saya.
10. Kedua adik saya yang telah memberikan saya semangat untuk
menyelesaikan kuliah.
11. Semua pihak yang telah membantu mulai persiapan hingga akhir
penyusunan skripsi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa
mendatang.


Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi banyak
pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Juli 2010

Yulian Danang Eko Saputo

ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI METODE
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DI
PT. ANTAR SURYA JAYA
Oleh
Yulian Danang Eko Saputro
Abstraksi

Dalam penentuan harga pokok produk, sistim akuntansi biaya tradisional
kurang sesuai lagi untuk diterapkan di era tekhnologi yang modern seperti saat ini.
Karena sistem ini mempunyai beberapa kelemahan. Adanya berbagai kelemahan
tersebut dapat diatasi dengan penggunaan metode Activity-Based Costing.
Activity-Based Costing adalah metode penentuan harga pokok yang menelusur
biaya ke aktivitas.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan perhitungan
harga pokok produksi cetak koran dengan metode Activity Based Costing yang
ada pada PT Antar Surya Jaya. Metode penelitian yang digunakan adalah
Kualitatif dengan teknik pengumpulan data secara observasi, interview atau
wanwancara, dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Activity Based Costing
yang dilakukan oleh PT Antar Surya Jaya dapat deketahui bahwa, pembebanan
biaya overhead untuk masing-masing aktvitas dihitung terlebih dahulu untuk
mengetahui tarifnya. Seletah tarif tiap cost drive deketahui langkah selanjutnya
adalah pembebanan biaya sumber daya ke masing-masing pusat aktivitas, dan
langkah terkhir adalah pembebanan biaya pusat aktivitas ke masing-masing
produk. Adapaun besarnya biaya overhead untuk masing-masing koran sebesar,
Surya Rp. 4.046.809 Kompas Rp. 7.131.941, dan untuk Harga pokok produksi tiap
eksemplar adalah sebagai berikut Surya Rp. 718 Kompas Rp. 1375.

Kata kunci : Penerapan Activity Based Costing System

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................


i

ABSTRAKSI ..........................................................................................

iv

DAFTAR ISI...........................................................................................

v

DAFTAR TABEL...................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................


1

1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................

1

1.2. Rumusan Penelitian..............................................................

4

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................

5

1.4. Manfaat Penelitian ...............................................................

5

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN................................................


6

2.1. Penelitian Sebelumnya .........................................................

6

2.2. Landasan Teori.....................................................................

7

2.2.1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya .....................

7

2.2.2. Definisi Akuntansi Manajemen ..................................

9

2.2.3. Konsep Biaya dan Cara Penggolongan Biaya.............


9

2.2.4.Harga Pokok Produksi .................................................

12

2.2.5.Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi .............

14

2.2.6.Functional Based Product Costing ...............................

15

2.2.6.1. Functional Based Product Costing

(Plantwide Rate)...........................................................

17


2.2.6.2. Functional Based Product Costing
(Departement Rate) ......................................................

17

2.2.6.3. Kegagalan Fungtional Based Product
Costing .........................................................................

18

2.2.7. Activity Based Costing ................................................

19

2.2.7.1. Definisi Activity Based Costing ......................

19

2.2.7.2. Asumsi dan Konsep Dasar Activity Based

Costing .........................................................................

21

2.2.7.3. Identifikasi dan Klasifikasi Aktivitas.............

22

2.2.7.4. Pemicu Biaya .................................................

23

2.2.7.5. Manfaat Activity Based Costing System.........

25

2.2.7.6. Merencanakan Activity Based Costing System

26

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................

28

3.1. Jenis Penelitian.....................................................................

28

3.2. Lingkup dan Lokasi Penelitian ............................................

28

3.3. Penentuan Informan .............................................................

29

3.4. Sumber Data dan Jenis Data ................................................

29

3.5. Teknik Pengumpulan Data...................................................

30

3.6. Analisis Data ........................................................................

34

3.7. Keakuratan Data...................................................................

35

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................

37

4.1. Gambaran Umum Perusahaan..............................................

37

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ........................................

37

4.1.2. Visi dan Misi ...............................................................

38

4.2.3. Stuktur Organisasi.......................................................

39

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................

46

4.2.1. Analis data...................................................................

46

4.2.2. Analisis Proses Produksi .............................................

51

4.2.3. Melakukan tahap-tahap ActivityBased Costing..........

54

4.2.3.1. Melakukan Identifikasi Biaya dan Aktivitas...

54

4.2.3.2. Membebankan Biaya Overhead Ke Dalam
Proses Aktivitas Untuk Menentukan Tarif Setiap
Aktivitas .......................................................................

59

4.2.3.3. Pembebanan Atribusi Biaya Overhead Ke
Proses Aktivitas dan Menentukan Cost Drive Untuk
Tiap Proses Aktivitas Sekaligus Membebankan Biaya
masing-masing Proses Aktivitas ke Produk.................

65

BAB V KESIMPULAN.........................................................................

72

5.1. Kesimpulan ..........................................................................

72

5.2. Saran.....................................................................................

72

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Main Research Question dan List Question...........................

31

Tabel 4.1. Pemakaian Bahan Bakau Langsung.......................................

48

Tabel 4.2. Biaya Tenaga Kerja Langsung...............................................

49

Tabel 4.3. Biaya Overhead Pabrik ..........................................................

51

Tabel 4.4. Iktisar Aktivitas dan Cost Drive.............................................

68

Tabel 4.5 Akumulasi biaya produksi .....................................................

70

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Antar Surya Jaya ...........................

40

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi persaingan global terutama terkait dengan sistem
perdagangan bebas, dunia industri harus segera mempersiapkan diri agar dapat
terus bertahan dalam persaingan yang semakin ketat. Salah satu strategi yang
dilakukan oleh perusahaan agar dapat bersaing dalam bisnis global ini adalah
dengan mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas
produk dan meningkatkan kemampuan untuk memberi respons terhadap berbagai
kebutuhan konsumen. Dengan demikian, dinamika perekonomian global yang
maju dengan pesat, kompleks, dan penuh inovasi, teknologi tersebut menuntut
para pelaku bisnis untuk dapat mengelola usahanya dengan efektif dan efisien
serta membutuhkan tersedianya sistem informasi yang sistematik sehingga
kelangsungan hidup usaha dapat terus berlanjut.
Salah satu yang terpengaruh dengan adanya perubahan lingkungan
tersebut adalah proses produksi, yaitu otomatisasi pabrikasi. Dengan penerapan
teknologi ini, maka proporsi biaya overhead dalam elemen harga pokok produksi
akan menempati porsi yang lebih besar sehingga diperlukan kalkulasi dan
pembebanannya kepada harga pokok produk sesuai dengan proporsi aktivitas
yang dikonsumsi.
Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead dialokasikan
secara arbiter kepada harga pokok produk. Hal ini akan menghasilkan harga

pokok produk yang tidak akurat atau terjadinya distorsi penentuan harga pokok
per unit, sehingga tidak bisa diandalkan dalam mengukur efisiensi dan
produktivitas. Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak
perusahaan yang mengadopsi penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing)
berbasis aktivitas (ABC). Dengan harapan manajemen melakukan analisis
profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan ukuran kinerja yang
lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategi. Dikutip oleh
Sujana, buletin studi ekonomi (2006:283).
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara
tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Untuk tujuan penentuan cost produksi,
akuntansi biaya menyajikan informasi biaya yang diperkirakan akan terjadi
dengan biaya yang sesungguhnya terjadi, kemudian menyajikan analisis terhadap
penyimpangannya. Untuk tujuan pengambilan keputusan ksusus, akuntansi biaya
menyajikan biaya yang relevan dengan keputusan yng akan di ambil, dan biaya
yang relevan dengan keputusan khusus ini selalu berhubungan dengan biaya yang
akan datang. Mulyadi (2007:23)
Salah satu informasi penting dalam operasi perusahaan antara lain berupa
informasi harga pokok produksi yang merupakan faktor penting dalam
pengambilan

berbagai

keputusan

manajerial.

Harga

pokok

produksi

mencerminkan total biaya barang yang diselesesaikan selama periode berjalan.
Biaya yang hanya dibebankan ke barang yang diselesaikan adalah biaya

manufaktur bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Hansen
dan Mowen (2006:53)
Perusahan Antar Surya Jaya merupakan anak perusahaan milik Kompas
Gramedia Grup yang bergerak dalam bidang media percetakan. Perusahaan Antar
Surya Jaya ini terletak di kawasan industry SIER Surabaya. Media yang di cetak
di perusahaan ini antara lain harian surya, kompas yang diterbitkan di jawa timur,
dan produk komersial yang lainnya. Seiring berkembangnya teknologi, seperti
otomatisasi proses produksi dan keaneka ragaman produk, membuat perusahan
Antar Surya Jaya menerapkan metode Activity Based Costing, karena metode
Activity Based Costing oleh perusahaan dianggap dapat memperbaiki keakuratan
biaya produk dengan mengakui bahwa yang di sebut sebagai biaya overhead tetap
berubah-ubah dalam proporsi untuk merubah volume produksi. Selain hal tersebut
di atas perusahaan menganggap bahwa kebutuhan akan informasi yang lebih
akurat tersebut terkait dengan kondisi persaingan yang sedang terjadi dan akan
terus meningkat pada era globalisasi di Indonesia ini.

Perbedaan dari kedua sistem di atas adalah :
1. Dalam akuntansi biaya tradisional mengkonsumsi sumber daya obyek biaya
sedangkan di ABC mengkonsumsi objek biaya kegiatan.
2. Akuntansi biaya tradisional kebanyakan menggunakan basis alokasi terkait
Volume, sementara ABC menggunakan driver di berbagai tingkatan.
3. Akuntansi biaya tradisional berorientasi struktur sedangkan ABC adalah
berorientasi proses.

Secara lebih rinci dapat dilihat dalam ilustrasi di bawah ini.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulisan merumuskan
masalah sebagi berikut :
“Bagaimana penerapan metode Activity Based Costing terhadap perhitungan harga
pokok produksi pada PT. Antar Surya Jaya”?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk memberikan gambaran tetang konsep Activity Based Costing yang
akan dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produksi dengan lebih
akurat.
2. Untuk mengetahui tahap-tahap dalam perhitungan harga pokok produksi
pada PT Antar Surya Jaya dengan menggunakan metode Activity Based
Costing yang di gunakan di perusahaa.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi pihak manajemen (Perusahaan “ASJ”) penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan serta masukan
tentang perhitungan harga pokok produksi dengan mengunakan metode
Activity Based Costing.
2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
tentang peranan dari metode Activity Based Costing dalam perhitungan
harga pokok produksi serta manfaatnya dalam meningkatkan keunggulan
kompetitif.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan akan Activity Based Costing serta dapat menjadi acuan dan
pembanding bagi penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1

Penelitian Sebelumnya
Berikut ini akan diuraikan secara singkat isi, persamaan dan perbedaan dari

dua penelitian tentang penerapan Acivity Based Costing untuk perhitungan harga
pokok produksi yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya terkait
dengan penelitian sekarang.
1. Wahyudi Armanto (2001) melakukan penelitian pada perusahaan alat-alat
sepeda. Perusahan menggunakan unit leve drive

berupa jam mesin.

Penggunaan metode ini menimbulkan distorsi biaya, karena masing-masing
produk memiliki konsumsi biaya overhead yang berbeda-beda, yang
porposinya tidak hanya terkait dengan jumlah unit yang diproduksi..
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terdapat pada obyek penelitian yaitu
perusahaan yang di teliti dulu belum menggunakan activity basec costing
sedangkan untuk perusahaan yang di teliti sekarang sedah menggunkan
activity based costing. Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah
mengenai pembahasan tentang activity based costing.
2. Dian Ayu Kusuma Ningrum (2004) melakukan penelitian pada departemen
bersalin rumah sakit pelabuhan surabaya. Dalam penelitiannya, diungkapkan
bahwa perusahaan masih menggunakan metode tradisional dalam menghitung
harga pokok jasa untuk dua jenis jasa persalinan, yakni persalinan normal dan
persalinan cesar. Hal ini mengakibatkan jenis persalinan normal memiliki

kualitas produksi lebih banyak akan dibebankan biaya overhead yang lebih
tinggi dibandingkan dengan persalinan cesar. Kondisi ini disebabkan karena
sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya berdasarkan jumlah unit yang
diproduksi, tanpa memperhatikan aktivitas-aktivitas yang terjadi. Sehingga,
dengan penggunaan ABC systems akan dapat memberikan informasi harga
pokok produksi yang lebih akurat. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya
terdapat pada obyek penelitian yaitu perusahaan yang di teliti dulu belum
menggunakan activity basec costing sedangkan untuk perusahaan yang di teliti
sekarang sedah menggunkan activity based costing. Persamaan dengan
penelitian sebelumnya adalah mengenai pembahasan tentang activity based
costing

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya pada mulanya hanya di pandang sebagai sebuah cara
penghitungan nilai persediaan yang dilaporkan di neraca dan nilai harga pokok
penjualan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi, yang diungkapkan oleh Carter
Usry (2004:11)
Perkembangan akuntansi biaya selanjutnya mampu menyediakan berbagai
informasi dan data yang dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk berbagai
tujuan termasuk perencanaan, pengendalian serta penentuan biaya produk.
Sehingga, akuntansi biaya menjadi patner manajemen yang utama dalam kegiatan
perencanaan dan pengawasan dengan memberikan manajemen alat yang

diperlukan untuk merencanakan, mengawasi, melakukan penelitian atas berbagai
kegiatan perusahaan serta pengambilan keputusan. Berdasarkan uraian di atas
dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya memberikan informasi biaya kepada pihak
manajemen dan akuntansi manajemen merupakan salah satu tipe informasi yang
digunakan untuk membantu manajemen.
Definisi Akuntansi Biaya menurut Mulyadi (2007:7) adalah : “Proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan
penjualan produk atau jasa dengan cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”.
Menurut Horngren, Datar dan Forter (2005:3) Akuntansi biaya menyajikan
informasi yang dibutuhkan manajemen dan akuntansu keuangan. Akuntansi biaya
mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang
terkait dengan biaya perolehan atau pemanfaattan sumber daya dalam suatu
organisasi.
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
akuntansi biaya adalah kegiatan yang terdiri dari prosedur sistematis mengenai
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya maupun sumber daya
yang digunakan dalam operasi perusahaan. Akuntansi biaya meneyediakan
informasi kepada pihak internal dalam perusahaan. Dengan demikian, akuntansi
biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen. Di samping itu, informasi
biaya yang dihasilkan ditujukan pula untuk memenuhi kebutuhan pihak eksternal
perusahaan.

2.2.2 Definisi Akuntansi Manajemen
Pengertian akuntansi manajemen menurut Hansen dan Mowen (2003:7)
adalah : The management accounting identifies, collects, measures, classifies, and
reports information that is useful to internal users in planning, controlling and
decision making activities”.
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
akuntansi manajemen merupakan suatu kegiatan atau proses yang menghasilkan
informasi baik keuangan maupun non keuangan yang dapat digunakan manajemen
untuk melakukan perencanaan, pengendalian, serta pengambilan keputusan. Di
mana informasi yang dihasilkan adalah informasi yang relevan dengan tujuan apa
yang hendak dicapai oleh perusahaan.
Informasi akuntansi manajemen meliputi data historis maupun estimasi
yang digunakan oleh manajemen untuk melaksanakan operasi sehari-hari,
perencanaan operasi di masa dating, dan mengembangkan strategi bisnis secara
menyeluruh. Akuntansi manajemen mampu membantu para manajer mengenali
masalah-masalah,

menyelesaikan

masalah-masalah

tersebut

dana

dan

mengevaluasi kinerja. Dengan demikian, akuntansi manajemen diharapkan
mampu membantu perusahan menghadapi perubahan lingkungan operasi,
sehingga perusahaan dapat terus bertahan.

2.2.3 Konsep Biaya dan Cara Penggolongan Biaya
Istilah biaya dapat diartikan bermacam-macam, tergantung dari maksud
pemakaian istilah tersebut. Dalam praktek akuntansi, pengertian biaya dalam

artian cost tidaklah sama dengan pengertian expense. Definisi cost dan expense
menurut Hansen dan Mowen (2003:4) adalah :” cost is the cash or cash-equivalent
value sacrified for goods and services that are expected to bring a current or future
benefit to organization… As cost are used up in the production of revenues they
are said to experied. Experied costs are called expense”.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomis, kas atau setara kas
untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan mendatangkan manfat di
masa kini maupun di masa yang akan datang, sedangkan, expense menunjukkan
biaya yang telah dihabiskan dalam proses menghasilkan pendapatan atau bagian
pengorbanan yang diberikan untuk suatu periode akuntansi tertentu.
Untuk memudahkan dalam penyajian informasi biaya yang dibutuhkan
manajemen agar dapat mengelola perusahaan secara efektif, maka dalam mencatat
dan menggolongkan biaya haruslah selalu diperhatikan untuk tujuan manajemen
memerlukan informasi biaya tersebut. Maka sebaiknya selalu diterapkan konsep
“different cost for different purpose” atau dengan kata lain, untuk tujuan yang
berbeda kita harus menggunakan konsep biaya yang berlainan pula. Tidak ada
satu konsep biaya yang dapat dipakai untuk semua tujuan. Oleh karena itu, dalam
akuntansi biaya dikenal berbagai macam klasifikasi atau penggolongan biaya.
Menurut Mulyadi (2007:13) terdapat lima cara penggolongan biaya yaitu :
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran.
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
pengolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar,

maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut
biaya bahan bakar”.
2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan :
a.

Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

b.

Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melakukan kegiatan pemasaran produk.

c.

Biaya administrasi dan umum. Merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.

3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu :
a.

Biaya langsung. Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai
tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.

b. Biaya tidak langsung. Biaya yang terjadinya disebabkan oleh suatu
yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan
produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau
biaya overhead pabrik.
4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume aktivitas ;
a.

Biaya variabel. Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.

b. Biaya semivariabel. Biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.

c.

Biaya semifixed. Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume
produksi tertentu.

d. Biaya tetap. Biaya yang jumlah tatalnya tetap dalam kisaran
volume kegiatan tertentu.
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya :
a.

Pengeluaran modal. Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari
satu periode akuntansi ( biasanya periode akuntansi adalah satu
tahun kalender).

b. Pengeluaran pendapatan. Biaya yang hanya mempunyai manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

2.2.4. Harga Pokok Produksi
Hansen dan Mowen (2003:44) memberikan pengertian harga pokok
produksi sebagai berikut : “The cost of goods manufactured represents the total
cost assigned to good complete during the current period”. Menurut Blocher,
Chen. dan Lin (2002:80) dalam Cost Management, memberikan pengertian harga
pokok produksi adalah sebagai berikut : “Cost of goods manufactures is the cost
of goods finished and transferred out of the work in process inventory account this
period”.
Jadi, harga pokok produksi terdiri dari biaya-biaya yang ditimbulkan dari
adanya aktivitas produksi, dari aktivitas pembelian bahan sampai dengan
membawa barang jadi ke gudang. Kegiatan utama perusahaan adalah pembuatan

barang ataupun penyedia jasa. Biaya-biaya yang ditimbulakan dari proses
pembuatan barang atau jasa tersebut dinamakan biaya produksi.
Menurut Hansen dan Mowen (2003:44) unsur-unsur yang membentuk
harga pokok produksi adalah : “The only cost assigned to goods complete are the
manufacturing of direct material, direct labor, and overhead”.
Dengan demikian, unsur-unsur harga pokok produksi terdiri dari :
1. Biaya bahan baku
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian yang menyeluruh
produk jadi. Biaya bahan baku meliputi harga pokok semua bahan yang dapat
diidentifikasi dengan pembuatan suatu jenis produk, dengan mudah ditelusuri
atau dilihat perwujudannya di dalam produk selesai. Biaya bahan baku
memiliki bagian yang signifikan dari total dari suatu produk.
2. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung meliputi biaya-biaya yang berkaitan dengan upah
dari semua tenaga kerja yang secara langsung malaksanakan kegiatan produksi
barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan baik secara manual maupun
dengan menggunakan mesin-mesin produksi yang jasanya dapat diusut secara
langsung pada produk.
3. Biaya overhead pabrik
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung pada umunya disebut
sebagai biaya produksi langsung. Sementara itu, biaya overhead yang
merupakan elemen biaya produksi selain biaya biaya bahan baku dan tenaga
kerja langsung adalah biaya produksi tidak langsung. Istilah ini sesuai dengan

sifat biaya overhead yang tidak dapat atau sulit ditelurusi secara langsung
kepada produk atau aktivitas-aktivitas pekerjaan. Biaya tidak langsung yang
terdiri dari berbagai macam biaya tersebut terkumpul dalam satu kategori yang
disebut baiya overhead dan membutuhkan suatu proses alokasi yang adil
untuk tujuan perhitungan harga pokok produksi.

2.2.5 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi merupakan salah satu informasi yang penting bagi
perusahan yang akan digunakan oleh manajer untuk tujuan yang beraneka ragam.
Sebagai contoh, harga pokok produksi dari sebuah produk jadi berguna untuk
menetapkan harga jual produk. Keputusan mengenai rancangan produk dan
pengenalan produk baru, keputusan membuat atau membeli suatu komponen
untuk membuat produk jadi, dan memepertahankan atau menghentikan suatu
produk memerlukan informasi harga pokok produk. Di samping itu, harga pokok
produksi yang akurat juga memungkinkan bagi manajer untuk mengelola operasi
secara efektif dan efisien, serta merupakan faktor penting dalam pembuatan
laporan keuangan.
Ada dua jenis sistem akuntansi biaya yang digunakan untuk menentukan
harga pokok pada perusahaan manufaktur, yaitu job order cost systems dan
process cost systems. Kedua sistem tersebut sudah digunakan secara luas dan
perusahaan manufaktur bisa menggunakan kedua-duanya sekaligus. Jenis mana
yang digunakan untuk menentukan harga pokok sangat tergantung pada jenis
proses produksi perusahaan yang bersangkutan.

2.2.6 Functional Based Product Costing
Functional Based Product Costing membebankan biaya bahan baku dan
tenaga kerja langsung dengan mengunakan direct tracing (penelurusan langsung).
Sementara itu, biaya overhead dibebankan ke produk dengan mengunakan
penelusuran penggerak dan alokasi. Functional Based Product Costing atau
metode tradisional ini didasarkan asumsi bahwa biaya yang digunakan oleh
produk secara eksklusif terkait dengan jumlah unit produk yang di produksi. Oleh
sebab itu, metode ini secara spesifik menggunakan unit level activiti drivers
(pemicu aktivitas tingkat unit) dalam membebankan biaya ke produk. Unit level
activity drivers adalah factor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring
dengan perubahan unit yang diproduksi. Dalam Functional Based Product
Costing

ini, biaya-biaya overhead dibebankan ke produk dengan hanya

menggunakan unit level drivers (pemicu tingkat unit). Contoh dari pemicu tingkat
unit yang pada umumnya digunakan untuk membebankan biaya overhead antara
lain adalah : jumlah unit yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung, dan jam
mesin.
Functional Based Product Costing ini dianggap dapat memeberikan
informasi yang akurat dan sesuai untuk digunakan pada porsi terbesar dari biaya,
biaya tenaga kerja langsung atau biaya lain yang terikat dengan volume unit yang
diproduksi. Namun demikian, dengan adanya perkembangan yang pesat dalam
teknologi memberikan pengaruh bagi industri tidak saja dalam inovasi produk
namun juga dalam proses produksi. Penggunaan teknologi maju dalam proses
produksi yang padat teknologi secara signifikan mengubah struktur biaya

perusahaan. Hal ini disebabkan antara lain sebagai biaya yang berhubungan
dengan otomatisasi pabrik yang antara lain berupa biaya depresiasi dan asuransi
peralatan baru, gaji untuk teknisi dan rancangan produk, serta biaya riset dan
pengembangan dimasukkan dalam rekening overhead. Oleh karena itu, presentase
biaya produksi yang dihubungkan dengan biaya tenaga kerja langsung menurun
dan secara signifikan proporsi biaya overhead meningkat. Alokasi biaya overhead
dengan Functional Based Product Costing yang pada umumnya menggunakan
jam tenaga kerja langsung sebagai dasar alokasi mengakibatkan overstated untuk
biaya produk dengan penggunaan jam tenaga kerja langsung yang tinggi dan
understated untuk biaya produk yang lebih memanfaatkan proses otomatisasi.
Sehingga, penggunaan metode tradisional ini menjadi tidak akurat dan
memungkinkan terjadinya distorsi.
Distorsi ini akan sering terjadi pada peusahaan yang memproduksi
berbagai jenis produk. Sejalan dengan keanekaragaman produk, sumber-sumber
yang diperlukan untuk mengelola transaksi dan aktivitas pembantu meningkat.
Berbagai jenis produk tersebut memiliki perbedaan volume, kompleksitas
sehingga setiap produk mengkonsumsi biaya-biaya overhead dalam jumlah yang
berbeda.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Blocer, Chen, dan
Lin (2002:13) “The traditional, volume based costing systems are useful when
direct labor and material are the predominant factor of production, when
technology is stable, and when the range of product is limited”.

Sistem ini mengalokasikan biaya overhead melalui dua pendekatan, yakni
dengan menggunakan tarif overhead keseluruhan pabrik (plantwide rate) dan tarif
overhead

departemen

(department

rate).

Kedua

pendekatan

tersebut

mengasumsikan bahwa biaya overhead yang terjadi berhubungan dengan volume
unit yang diproduksi.

2.2.6.1 Functional Based Product Costing : Plantwide Rate
Perhitungan dengan pendekatan plantwide rate mengasumsikan bahwa
semua biaya overhead yang bervariasi dibebankan ke produk dengan satu dasar
pengalokasian, pada umumnya menggunakan jam tenaga kerja langsung dan jam
mesin. Perhitungan dengan pendekatan mengandung dua tahap. Pertama, berbagai
biaya overhead diakumulasikan dalam satu kelompok plantwide yang besar.
Setelah biaya diakumulasikan ke dalam kelompok ini, suatu tarif plantwide
dihitung dengan mengunakan suatu unit lever driver (biasanya jam tenaga kerja
langsung). Akhirnya, biaya overhead dibebankan kepada produk, mengalihkan
tarif dengan jam kerja langsung aktual yang dipakai oleh setiap produk.

2.2.6.2 Functional Based Product Costing : Departemen Rate
Dalam tahap pertama, biaya overhead plantwide dibagi dan dibebankan
pada setiap departemen produksi, menciptakan kelompok biaya overhead
departemental. Setelah biaya dibebankan pada setiap departemen produksi, unit
level drives ditentukan untuk masing-masing departemen, misalnya jam tenaga
kerja langsung untuk departemen yang lebih banyak menggunakan tenaga kerja

dan jam mesin untuk departemen yang banyak menggunakan tenaga mesin.
Selanjutnya, pada tahap kedua, biaya overhead dibebankan ke produk dengan
mengalihkan tarif departemen dengan jumlah pemicu yang digunakan pada
masing-masing departemen. Total overhead yang dibebankan pada produk adalah
perhitungan dari jumlah yang ditetapkan pada setiap departemen.
Penggunaan tarif departement untuk menghitung biaya produk sepertinya
sudah mencerminkan pemakaian yang berbeda-beda dibandingkan tarif tunggal.
Namun demikian, tarif departemen , masih belum dapat menunjukkan secara
akurat berapa biaya yang sesungguhnya dikonsumsi oleh produk karena beberapa
biaya overhead tidak hanya terkait dengan volume produksi.

2.2.6.3 Kegagalan Functional Based Product Costing
Penggunaan hanya unit level drive dalam menghitung tarif overhead untuk
pengalokasian biaya overhead ke produk dalam Functional Based Product
Costing akan menimbulkan masalah pada informasi biaya produk yang akurat.
Menurut Hansen dan Mowen (2003:117) setidaknya terdapat dua faktor utama
yang menyebabkan kegagalan Functional Based Product Costing dalam
menghasilkan informasi biaya produk yang akurat, yakni :
1. The proportion of non unit related overhead cost to total overehead cost
Biaya overhead terdiri dari berbagai biaya yang terkait dengan volume unit
yang diproduksi (misalnya biaya listrik) dan baiya-biaya yang tidak terkait
dengan volume produksi (misalnya biaya set-up mesin, biaya penanganan
bahan baku). Oleh sebab itu, semua biaya overhead dapat dikaitkan dengan

jumlah unit yang diporduksi. Misalnya, terdapat tiga aktivitas overhead yakni
inspeksi, set-up mesin, dan tenaga listrik. Tenaga listrik pada umunya dapat
dihubungkan dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun, biaya inspeksi dan
biaya set up mesin tidak dipengaruhi oleh jumlah batch yang diproduksi,
jumlah batch merupakan non unit level drivers. Oleh karena itu, pengalokasian
biaya overhead dengan menggunakan unit level drivers akan mengakibatkan
distorsi biaya produk.
2. The Degree of Product Diversity
Diversity product terjadi apabila dalam suatu perusahaan menghasilkan
berbagai jenis produk yang mengkonsumsi aktivitas overhead dalam proporsi
yang berbeda-beda, yang disebabkan karena perbedaan ukuran, kompleksitas
produk, waktu set-up, dan jumlah batch. Distorsi biaya produk akan terjadi
apabila setiap produk yang dihasilkan perusahaan memiliki tingkat konsumsi
yang berbeda untuk setiap tingkat aktivitas.
Untuk mengatasi kegagalan dari Functional Based Product Costing,
diperlukan suatu sistem akuntansi biaya yang baru yang mampu menyajikan
informasi biaya dengan lebih akurat. Sistem akuntansi tersebut dikenal sebagai
sistem penghitungan biaya berdasarkan aktivitas atau Activity Based Costing.

2.2.7 Activity Based Costing
2.2.7.1 Definisi Activity Based Costing
Definisi Activity based Costing systems (ABC systems) menurut Mulyadi
(2005 :40) adalah :

“Activity Based Cost systems (ABC systems) adalah sistem informasi biaya
yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk
memungkinkan personel perusahan melakukan pengelolaa terhadap aktivitas.
Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya
dan penentuan secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem
informasi ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang”.
Menurut Blocher, Chen dan Lin (2007:222) mendefinisikan Activity Based
Costing sebagai berikut :
“ pendekatan perhitungan biaya yang membebanakan biaya sumber daya
ke objek biaya seperti produk, jasa atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang
dilakukan untuk objek biaya tersebut”.
Menurut Carter Usry (2004:496) mendefinisikan activity based costing
sebagai berikut :
“Sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead
yang jumlahnyan lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang
memasukkan lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukan
satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulakn bahwa Activity
Based Costing merupakan suatu pendekatan dalam perhitungan biaya produksi
yang menitik beratkan pada aktivitas-aktivitas yang menyebabkan terjadinya
biaya tersebut. Biaya-biaya dibebankan ke aktivitas-aktivitas dan selanjutnya dari
aktivitas dibebankan ke masing-masing produk berdasrkan konsumsi produk
terhadap aktivitas. Dengan metode ini diharapkan manajemen dapat mengurangi

atau bahkan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah,
sehingga perusahaan mampu menawarkan produknya dengan harga yang lebih
kompetitif dalam persaingan yang semakin ketat.

2.2.7.2 Asumsi dan konsep Dasar Activity Based Costing Systems
Menurut Robin Cooper dan Robert S. Kalpan (1991:269) menyebutkan
bahwa ada dua asumsi penting yang mendasari ABC systems, yaitu :
1. Aktivitas menyebabkan timbulnya biaya (activities cause cost)
ABC systems berangkat dari asumsi bahwa sumber daya pembantu atau
sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuan untuk melaksanakan
aktivitas, bukan sekedar menyebabakan timbulnya biaya yang harus
dilaokasikan. Tahap pertama dari ABC systems adalah membebankan biayabiaya dari sumber daya pendukung ke aktivitas-aktivitas yang menggunakan
sumber daya tersebut.
2. Produk dan pelanggan menyebabkan timbulnya permintaan atas aktivitas
(product and costumers create the demand for activities)
Untuk membuat produk diperlukan berbagai aktivitas dan setiap aktivitas
memerlukan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Karena itu,
pada tahap kedua dari ABC systems, biaya-biaya aktivitas dibebankan ke
produk berdasarkan konsumsi atau permintaan masing-masing produk
terhadap berbagai aktivitas tersebut.
Lebih lanjut, perhitungan biaya produksi dengan metode Activity Based
Costing mengandung empat konsep dasar yaitu :

1. Activities
Perbuatan, tindakan, atau pekerjan spesifik yan dilakukan
2. Cost object
Sesuatu yang menjadi tujuan pengukuran dan pembebanan biaya.
3. Cost drivers
Setiap faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya suatu aktivitas.
4. Cost pool
Suatu aktivitas tunggal atau sekelompok aktivitas di mana biaya
diakumulasikan dan selanjutnya mendistribusikan biaya tersebut ke produk.

2.2.7.3 Identifikasi dan Klasifikasi Aktivitas
Pada tahap pertama untuk mengalokasikan biaya dalam Activity Based
Costing, biaya-biaya sumber daya penunjang dialokasikan ke aktivitas. Oleh
karena itu, mengidentifikasi aktivitas merupakan langkah pertama yang perlu
dilakukan

sebelum

mengaloksikan

sumber

daya

penunjang

tersebut.

Pengidentifikasian aktivitas pada umumnya dikerjakan dengan mewawancarai
para manajer atau area kerja fungsional. Menurut Blocer Chen dan Lin (2007:227)
Identifikasi aktivitas merupakan bagian penting dari pada proses Activity
Based Costing.

Dalam tahap identifikasi aktivitas ini, aktivitas dapat

dikelompokkan ke dalam 4 kategori aktivitas. Menurut Robin Cooper yang
dikutip oleh Blocer Chen dan Lin (2007:229), yaitu :
a. Aktivitas tingkat unit (unit level activities)

Dilakukan pada setiap unit produk atau jasa perusahaan. Contoh aktivitas
tingkat ini adalah pemakaian bahan baku langsung, pemakaian jam tenaga
kerja langsung, dan inspeksi setiap unit.
b. Aktivitas tingkat batch (batch level activities)
Dilakukan untuk setiap batch, batch produk, atau jasa. Contoh aktivitas tingkat
batch adalah persiapan, penyetelan, persiapan mesin, penjadwalan produksi,
dan percepatan proses produksi.
c. Aktivitas pendukung produk (product sustaining activity)
Mendukung produksi produk atau jasa. Contoh aktivitas tingkat ini adalah
desain produk dan administrasi suku cadang bagi produk.
d. Aktivitas pendukung fasilitas (facility sustaining activity)
Mendukung operasi secara umum. Aktivitas ini tidak disebabkan oleh produk
atau kebutuhan pelayanan pelanggan dan tidak dapat ditelusuri ke satu unit
batch atau produk. Contoh dari aktivitas tingkat ini adalah penyediaan
keamanan dan keselamatan kerja, dan pembayaran pajak bangunan.

2.2.7.4 Pemicu Biaya
Pemicu biaya (cost drivers) merupakan faktor-faktor yang akan
menyebabkan perubahan dalam biaya total dari objek biaya yang terkait.
ABC systems mampu menghasilkan keakuratan pengukuran biaya yang
lebih baik bila dibandingkan dengan sistem biaya tradisional. Hal ini disebabkan
sistem ABC menggunakan lebih banyak cost drivers dibandingkan dengan sistem
tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost drivers. Jenis cost drivers

yang digunakan dalam ABC systems meliputi cost drivers yang berkaitan dengan
unit (misalnya jam mesin, dan jam tenaga kerja langsung) maupun cost drivers
yang tidak berkaitan dengan unit ( non unit cost drivers) misalnya jumlah batch,
jumlah persiapan, jumlah perubahan desain. Mengingat pentingnya cost drivers
dalam penentuan biaya, maka faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan cost drivers. Menurut Cooper dan Kalpan (1991:383) mengatakan
bahwa terdapat tiga faktor yang dapt digunakan dalam memilih cost drivers, yaitu
:
1. The easy of obtaining the data required by that cost drivers, yakni kemudahan
untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh cost drivers tersebut. Untuk
mengurangi biaya dari pengukuran cost drivers, activitiy based systems
mencoba untuk menggunakan drivers dengan kualitas yang mudah diketahui.
Sebagai contoh, drivers berupa jam inspeksi dapat digantikan dengan drivers
berupa jumlah inspeksi. Pergantian ini pada umunya diterima apabila durasi
dari setiap inspeksi adalah sama.
2. The correlation of the consumption of the activity implied by the cost driver
and the actual consumption
Yaitu korelasi antara konsumsi dari aktivitas seperti yang digambarkan
melalui cost drivers dengan konsumsi yang sesungguhnya.
Penggunaan cost drivers yang secara tidak langsung menunjukkan konsumsi
aktivitas oleh produk menimbulkan resiko, yakni cost drivers tersebut akan
mengakibatkan distorsi biaya produk karena tidak mampu menunjukkan
secara akurat konsumsi aktual produk terhadap aktifitas. Sebagai contoh,

apabila aktivitas inspeksi membutuhkan durasi waktu yang berbeda-beda,
penggunaan jumlah inspeksi sebagai cost drivers tidak berkaitan secara tepat
dengan penggunaan jam inspeksi sebagai cost drivers.
3. The behaviorus induced by that drive
Pengaruh cost drivers terhadap perilaku. Pemilihan cost drivers harus
mempertimbangkan

pengaruhnya

terhadap

perilaku

individu

dalam

perusahaan, terutama jika manjemen menggunakan cost drivers tersebut untuk
penilaian prestasi.
Penggunaan cost drivers dalam ABC systems sangat bergantung pada
tingkat keakurasian yang diharapkan dari biaya yang dilaporkan dan juga
tergantung pada diversifikasi produk yang dirpoduksi. Dengan kata lain semakin
tinggi keakuratan yang diharapkan dan semakin besar tingkat diversifikasi produk,
maka semakin banyak cost drivers yang digunakan.

2.2.7.5 Manfaat Activity Based Costing System
Activity Based Costing systems menghasilkan informasi biaya yang lebih
baik dengan mengurangi distorsi yang disebabkan oleh sistem biaya tradisional.
Activity Based Costing systems juga memberikan informasi untuk meningkatkan
efisiensi dan memahami keunggulan kompetitif, kekuatan, serta kelemahan
organisasi.
Menurut Blocher, Chen dan Lin (2007:232) manfaat dari Activity Based
Costing systems adalah :

1. Menyediakan data biaya produksi dengan lebih akurat dan informatif, yang
akan menentukan manajemen pada pengukuran profitabilitas produk secara
akurat dan mampu memberikan informasi keputusan strategis yang lebih baik
terkait dengan penetapan harga, lini produk, pasar pelanggan, dan belanja
modal.
2. Menyediakan activity driving cost dengan lebih akurat, yang akan membantu
manajemen dalam memperbaiki produk dan proses untuk membuat keputusankeputusan tentang desain produk yang lebih baik, pengendalian biaya, dan
membantu proyek pengembangan nilai.
3. Menyediakan akses yang lebih baik bagi para manajer terhadap berbagai biaya
relevan untuk membuat keputusan bisnis, sehingga memungkinkan mereka
untuk memperoleh posisi yang lebih kompetitif.

2.2.7.6 Merencanakan Activity Based Costing systems
Menurut Blocher, Chen dan Lin 2007:227) terdapat tiga langkah dalam
merancang sebuah Activity Based Costing systems , yaitu :
1. Mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas
Biaya sumber daya merupakan biaya yang tejadi dalam rangka pelaksanaan
berbagai aktivitas. Analisis aktivitas adalah identifikasi dan deskripsi
pekerjaan dalam ornganisasi.
2. Membebankan biaya sumber daya ke aktivitas
Aktivitas menimbulkan biaya atas sumber daya yang digunakan. Untuk
membebankan biaya sumber daya ke aktivitas.

3. Membebankan biaya aktivitas ke objek biaya
Setelah biaya aktivitas diketahui, biaya per unit dari aktivitas harus diukur.
Output merupakan cost object yang membutuhkan aktivitas. Output dalam
sebuah sistem biaya umumnya berupa produk, jasa, pelanggan, atau unit
bisnis.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Menurut Yin (2004:1) metode
studi kasus merupakan pendekatan penelitian yang sesuai apabila pokok
pertanyaan dari penelitian berkaitan dengan “bagaimana” atau “mengapa”, bila
penelitian hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa
yang diselidiki, dan bila fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer
pada kontek kehidupan nyata. Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah
bagaimana penerapan Activity Based Costing pada perusahaan Antar Surya Jaya.

3.2 Lingkup dan Lokasi Penelitian
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang ada, maka penulis
membatasi ruang lingkup penelitian pada perhitungan harga pokok produksi,
dengan metode Activity Based Costing untuk meningkatkan keakuratan informasi
harga pokok produksi cetak koran.
Perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan Antar Surya Jaya, yang
khususnya bergerak dalam bidang media percetakan di bawah naungan Kelompok
Kompas Gramedia . Lokasi dari perusahaan ini sendiri terletak di kawasan
industri SIER Surabaya.

3.3 Penentuan Informan
Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat terhadap data yang
diperlukan untuk penelitian, perusahaan telah menunjuk karyawannya

yang

berkaitan dengan kebutuhan informasi tentang data-data yang dibutuhkan. Bagian
yang berkaitan dengan keperluan data dalam penyusunan penelitian ini adalah
devisi percetakan yang berperan dalam kegiatan percetakan dan bagian PSDM
(Perencana

Sumber

Daya

Manusia),

yang

sebagian

tugasnya

meliputi

menyelenggarakan sitem administrasi umum, mendokumentasikan arsip keryawan
yang berisi data diri, kinerja karyawan. Data dalam penelitian ini akan di ambil
dari pehak keuangan dan Psdm dan umum.

3.4 Sumber Data dan Jenis Data
Adapun sumber data berasal dari PT. Antar surya Jaya yang berada di
kawasan industri SIER surabaya.
Jenis data dalam penenlitian ini terbagi menjadi dua data, yaitu :
1. Data primer
Data yang diperoleh secara langsung dari Perusahaan dengan melakukan
observasi dan wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam manajemen
maupun produksi.
2. Data Sekunder
Data yang berasal dari hasil penelitian kepustakaan yang didapatkan dari
literatur kuliah dan penunjang lainnya yang berguna sebagai landasan teori
serta dari peninjauan ke perusahaan yang berupa data kualitatif.

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi, merupakan cara pengumpulan data dengan cara mengadakan
pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. Data yang terkait dengan
aktivitas produksi serta data tetang proses produksi
2. Interview

(wawancara),

merupakan

cara

pengumpulan

data

melalui

komunikasi langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan
permasalahan yang di teliti. Data mengenai sejarah berdirinya perusahaan,
struktur organisasi perusahaan, data mesin, dan data karyawan.
3. Dokumentasi, merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
mempelajari dokumen-dokumen, arsip-arsip, atau catatan-catatan yang
dimiliki oleh perusahaan, yang nantinya dianalisis dan dibuat kesimpulan.
Data mengenai laporan harga pokok produksi, data biaya overhead, dan data
yang berkaitan dengan laporan keuangan.
4. Studi kepustakan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan
dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori.
Adapun main research question dan list questionnya dapat di lihat di bawah ini
:

3.6 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman dan
Spradley.
Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secar terus
menerus pada setiap tahap penel