Perbandingan Penggunaan Metode Activity Based Costing dengan Metode Konvensional dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PT. X.

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang perbandingan perhitungan harga pokok produk di PT. X menggunakan metode konvensional dan metode activity based

costing system. PT. X ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang

pembuatan boneka.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data biaya yang terjadi di PT. X, menyajikannya sehingga memberi gambaran mengenai keadaan sebenarnya dari PT. X. Selain itu juga dilakukan penganalisisan data biaya tersebut sehingga menghasilkan perhitungan harga pokok boneka. Kemudian dari hasil penganalisisan tersebut diambil keputusan dan saran.

Activity Based Costing System memberikan pengelompokan biaya yang

terjadi di perusahaan secara lebih baik dan membebankan biaya tetap secara adil ke setiap jenis produk yang diproduksi perusahaan yang rutin dikeluarkan setiap tahunnya. Hal ini mengakibatkan harga pokok produk yang didapat juga menjadi lebih akurat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa harga pokok produk boneka lebih tinggi bila dihitung menggunakan metode konvensional jika dibandingkan dengan metode ABC. Dengan demikian perhitungan harga pokok produk berdasarkan metode ABC mengungkapkan bahwa metode konvensional kelebihan mengkalkulasi biaya untuk jenis produk boneka sebesar 0,33%. Jadi didapatkan kesimpulan bahwa perhitungan dengan metode Activity Based Costing System dapat menghasilkan harga pokok produk produksi yang lebih akurat.


(2)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This study discusses the comparison of the calculation of the cost of the product at PT. X using the conventional method and the method of activity based costing system. PT. X This is a company engaged in the manufacture of dolls.

The research method used is descriptive analytical research method, the research conducted by collecting data incurred in the PT. X, present it so it gives an idea of the true state of the PT. X. It also performed analyzing cost data so that the calculation of cost of goods produced dolls. Then from the results of analyzing the decisions taken and advice.

Activity Based Costing System provides the grouping of the costs incurred in the companybetter and charge a flat fee is fair to every type of product manufactured company thatroutinely issued every year. This resulted in the cost of the product obtained is also becoming more accurate.

The results showed that the cost of doll products was higher when calculated using the conventional method when compared with the ABC method. Thus the calculation of the cost of products by the ABC method reveals that conventional methods of calculating the excess cost for this type of doll products of 0.33%. So the conclusion that the calculations obtained by the method of Activity Based Costing System can produce the product cost of production is more accurate.


(3)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian... 5

1.5 Kerangka Pemikiran ... 5

1.6 Metodologi Penelitian ... 9

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 12


(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.1.1 Biaya ... 12

2.1.1.1 Pengertian Biaya ... 12

2.1.1.2 Klasifikasi Biaya ... 13

2.1.1.3 Biaya dan Terminologi Biaya ... 18

2.1.1.4 Manfaat Informasi Biaya bagi Pihak Manajemen ... 18

2.1.2 Harga Pokok Produksi ... 19

2.1.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi ... 19

2.1.2.2 Tujuan Penetapan Harga Pokok Produksi ... 19

2.1.2.3 Prosedur Akumulasi Harga Pokok Produksi ... 20

2.1.3 Sistem Akuntansi Biaya Konvensional ... 21

2.1.3.1 Pengertian Biaya Konvensional ... 22

2.1.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Akuntansi Biaya Konvensional ... 23

2.1.4 Activity Based Costing ... 24

2.1.4.1 Definisi Activity Based Costing ... 24

2.1.4.2 Tujuan Metode Activity Based Costing ... 25

2.1.4.3 Keunggulan Metode Activity based Costing ... 26

2.1.4.4 Keberatan-keberatan Terhadap Pengguna Activity Based Costing ... 27

2.1.4.5 Model Tingkatan Activity Based Costing ... 29

2.1.4.6 Pemicu Biaya (cost drivers) ... 30

2.1.4.7 Prosedur Pembebanan 2 Tahap Metode Activity Based Costing ... 31


(5)

Universitas Kristen Maranatha

2.2 Kerangka Pemikiran ... 35

2.3 Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 41

3.1.1 Sejarah Singkat dan Gambaran Umum Perusahaan ... 41

3.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ... 42

3.1.3 Proses Produksi ... 43

3.2 Metodologi penelitian ... 44

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.2.2 Pembuktian Hipotesis ... 45

3.2.3 Operasionalisasi Variabel... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Akuntansi Biaya di PT. X ... 47

4.1.1 Klasifikasi Biaya Produksi PT. X ... 47

4.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi Sistem Biaya Konvensional yang Digunakan PT. X ... 49

4.3 Perhitungan Harga Pokok Produk Dengan Sistem Activity Based Costing ... 51

4.3.1 Pembebanan Biaya Tahap Pertama ... 51

4.3.1.1 Identifikasi Aktivitas yang Relevan di Perusahaan ... 51

4.3.1.2 Mengelompokkan Aktivitas ke Dalam Kelompok Biaya Homogen ... 55


(6)

Universitas Kristen Maranatha

4.3.1.4 Menentukan Activity Level / Cost Driver ... 57

4.3.1.5 Menentukan Tarif Kelompok Biaya Homogen ... 58

4.3.2 Pembebanan Biaya Tahap Dua ... 59

4.3.2.1 Penentuan Biaya Overhead yang Dibebankan ... 59

4.3.2.2 Perhitungan Harga Pokok Produk Berdasarkan Sistem Activity Based Costing ... 60

4.4 Perbandingan Harga Pokok Produk Antara Sistem Activity Based Costing dengan Sistem Biaya Konvensional ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(7)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar I Pembebanan 2 Tahap Sistem Akuntansi Biaya Konvensional ... 23 Gambar II Pembebanan 2 Tahap Metode ABC ... 32 Gambar III Bagan Kerangka Pemikiran ... 39


(8)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel I Metode Penggolongan Biaya ... 17

Tabel II Unsur-unsur dalam Penentuan Harga Pokok Produk Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing ... 37

Tabel III Variabel, Indikator Variabel, dan Skala Pengukuran ... 46

Tabel IV Realisasi Biaya Produksi Langsung November 2011 ... 49

Tabel V Realisasi Biaya Produksi Tidak langsung November 2011 ... 49

Tabel VI Data Produksi Divisi Mekanik PT. X November 2011 ... 50

Tabel VII Data Biaya Overhead per Produk November 2011 ... 50

Tabel VIII Harga Pokok Produk Satuan Produk Versi Metode Konvensional ... 51

Tabel IX Daftar Aktivitas dan Pusat Biaya ... 55

Tabel X Pengelompokkan Aktivitas dengan Klasifikasi Level ... 56

Tabel XI Penentuan Biaya Kelompok Homogen ... 57

Tabel XII Penentuan Cost Driver ... 58

Tabel XIII Perhitungan Tarif Kelompok Biaya Homogen ... 58

Tabel XIV Perhitungan Tarif Overhead per Produk ... 59

Tabel XV Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk ... 60

Tabel XVI Perbedaan Pembebanan Biaya Overhead Antara Sistem Biaya Konvensional Dengan Sistem Activity Based Costing ... 60


(9)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN


(10)

PT X

LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI PERIODE SEPTEMBER 2011

HPP BONEKA SCOOPY BEAR September 2011

BAHAN BAKU Supplier Kebutuhan produksi 1 boneka (pcs) Keterangan

Harga Jumlah satuan Pemakaian Biaya/satuan satuan Total Biaya

BENANG Rp 8.333,00 500 yard 3,54 Rp 16,67 yard Rp 59,00 1 lusin Rp 100.000

MATA Rp 83,00 1 pcs 2 Rp 83,00 pcs Rp 166,00

DAKRON Rp 19.500,00 1 kg 0,33 Rp 1.950,00 ons Rp 643,50 1 kg = 10 ons

YELFO (Hidung) Rp 9.216,00 3600 cm2 12,63 Rp 2,56 cm2 Rp 32,33 1 yard Rp 35.000 (150 x 90)cm

Tricot (K.B) Rp 43.800,00 1 kg 0,04 Rp 4.380,00 ons Rp 156,43 1 lembar = 1/2 0ns = 14 pcs

Velboa Rp 24.000,00 1 yard

ukuran 60 x 60 Harga / lembar

Jumlah

/lembar satuan Set

1. Pipi kanan Rp 6.500,00 23 pcs 1 Rp 282,61

2. Pipi Kiri Rp 6.500,00 23 pcs 1 Rp 282,61

3. Moncong Rp 6.500,00 55 pcs 1 Rp 118,18

3. Kuping luar Rp 6.500,00 169 pcs 2 Rp 76,92

TOTAL BIAYA BAHAN BAKU Rp 1.817,58

BIAYA OPERASIONAL

Jam Kerja/bulan

Jam

Kerja/hari Hasil Boneka/shift

Gaji/bln Biaya/Jam

Hasil boneka

/jam

Biaya / pcs Keterangan

LASER 200 8 380 Rp 675.000 Rp 6.975,00 47,5 Rp 146,84

sudah dimasukkan biaya penyusutan/jam sebesar 3500

JAHIT 200 8 90 Rp 675.000 Rp 3.375,00 11,25 Rp 300,00

FINISHING 187,5 7,5 40 Rp 525.000 Rp 2.800,00 5,33 Rp 525,33

GUDANG 187,5 7,5 600 Rp 525.000 Rp 2.800,00 80 Rp 35,00

QC 187,5 7,5 600 Rp 525.000 Rp 2.800,00 80 Rp 35,00

Total Biaya Operasional Rp 1.042,17

Total HPP Rp 2.859,75


(11)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan bersaing tidak hanya pada perusahaan domestik saja, tetapi juga pada perusahaan internasional. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan etos kerja perusahaan agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan domestik maupun internasional dan juga dapat mencapai tujuan perusahaan. Suatu perusahaan yang beroperasi dalam industri maju akan menghadapi situasi antara lain selain persaingan global adalah: orientasi kepuasan pelanggan, kemajuan teknologi informasi, waktu sebagai elemen kompetitif, serta kemajuan dalam lingkungan produksi.

Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing perusahaan adalah penentuan harga jual produk yang ditawarkan kepada konsumen guna menambah daya beli konsumen terhadap suatu produk. Disini konsumen memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan perusahaan. Perusahaan yang dapat menjual produknya dengan harga yang bersaing dengan mutu yang sama atau bahkan lebih baik dari pesaingnya akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk memenangkan persaingan. Oleh karena itu informasi yang akurat mengenai proses produksi dan sumber daya yang digunakan sebagai unit masukan dalam menghasilkan unit keluaran berupa produk yang akan didistribusikan kepada konsumen sangat dibutuhkan manajemen untuk mengoptimalisasikan sumber daya,


(12)

Universitas Kristen Maranatha 2

mengefektifkan proses produksi, serta mengkalkulasi total biaya produk dengan akurat dan relevan, agar dapat menghasilkan harga jual produk yang realistis, menguntungkan produsen maupun konsumen.

Manajemen perusahaan harus mempunyai perencanaan yang tepat mengenai pengalokasian biaya, sebab pengalokasian biaya tersebut berkaitan erat dalam perhitungan harga pokok produk untuk daya beli konsumen. Bila pengalokasian biaya terlalu besar,maka harga pokok yang dihasilkan lebih tinggi, akibatnya harga jual produk yang dipasarkan menjadi relatif lebih mahal dari harga jual pesaing, tetapi di lain pihak, bila pengalokasin terlalu rendah, maka harga pokok yang dihasilkan lebih kecil,akibatnya harga jual produk yang dipasarkan menjadi lebih murah.

Maka dari itu pengalokasian biaya yang akurat perlu dilakukan. Sebelumnya, perusahaan-perusahaan menggunakan sistem akuntansi biaya yang konvensional, karena dipandang dapat memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi harga pokok produk yang akurat, namun dalam perkembanganya,sistem akuntansi biaya konvensional tidak mampu lagi menyediakan informasi harga pokok produk yang berkualitas, sebab sistem akuntansi biaya yang konvensional hanya relevan bila perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk saja.

Metode konvensional memiliki kelemahan-kelemahan yang mengakibatkan perhitungan harga pokok yang tidak akurat. Karena adanya kelemahan tersebut, mendorong perusahaan untuk menggunakan metode ABC (Activity Based Costing), karena metode ini tidak membebankan biaya berdasarkan volume, tetapi membebankan aktivitas yang dikonsumsi produk yang bersangkutan sehingga harga pokok produk yang di hasilkan tidak terdistorsi. Activity based cost system adalah


(13)

Universitas Kristen Maranatha 3

suatu sistem akuntansi biaya yang berfokus pada aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk. Aktivitas menjadi dasar perhitungan biaya produk fundamental. Dengan demikian produk merupakan objek yang menyerap aktivitas, aktivitas-aktivitas mengkonsumsi sumber daya, dan sumber daya yang digunakan dapat diperhitungkan menjadi biaya. Dengan demikian activity based cost system dapat menelusuri setiap jenis biaya kepada aktivitas-aktivitas dan dapat ditentukan pemicu biayanya serta dapat ditentukan sesuai dengan proposi pemakaian sumber daya pada masing-masing jenis produk.

PT X merupakan perusahaan manufaktur yang dinaungi oleh salah satu Group Company garmen & Textil terkemuka yang berposisi di Kawasan Industri Bandung. Untuk Produksinya PT X sendiri berada di Sidareja, Jawa Tengah. Dan merupakan perusahaan baru yang berdiri pada awal Januari 2011, dengan produk utamanya adalah boneka. Proses produksi pada PT X dilakukan secara pesanan.

Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis memilih judul : “Perbandingan Penggunaan Metode Activity Based Costing dengan Metode Konvensional dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PT. X”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan di bahas pada penelitian ini, sehubungan dengan penentuan harga pokok produksi dalam hubungannya dengan daya beli konsumen berdasarkan metode konvensional dan juga masalah-masalah yang berkaitan dengan penentuan harga pokok produk berdasarkan metode ABC.


(14)

Universitas Kristen Maranatha 4

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka masalah yang diidentifikasikan penulis adalah sebagai berikut :

1. Metode apa yang digunakan oleh PT. X dalam perhitungan harga pokok produksinya?

2. Apakah PT. X telah melakukan penghitungan harga pokok produksi dengan benar?

3. Bagaimana hasil perhitungan harga pokok produksi pada PT. X jika metode ABC diterapkan?

4. Bagaimana hasil perbandingan harga pokok produksi antara metode konvensional dengan metode ABC?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud penelitian adalah sesuai dengan masalah yang diidentifikasi di atas, maka maksud dan tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan oleh PT. X dalam perhitungan harga pokok produksinya

2. Untuk mengetahui apakah PT. X telah melakukan penghitungan harga pokok produksi dengan benar

3. Untuk mengetahui hasil perhitungan harga pokok produksi pada PT. X jika metode ABC diterapkan

4. Untuk mengetahui hasil perbandingan harga pokok produksi antara metode konvensional dengan metode ABC


(15)

Universitas Kristen Maranatha 5

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi penulis, sebagai bahan masukan dalam menambah pengetahuan tentang

teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan penerapannya dalam dunia usaha dan sebagai salah satu syarat untuk sidang.

2. Bagi para pembaca, diharapkan penulisan skirpsi ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi dan penelitian lanjutan.

3. Bagi perusahaan khususnya tempat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi sebagai bahan pertimbangan khususnya dalam perhitungan harga pokok produk dengan metode Activity Based

Costing.

1.5 Kerangka Pemikiran

Perusahaan harus dapat menghasilkan produk dengan harga yang dapat bersaing dengan produk sejenis dengan kualitas minimal sama atau bahkan lebih berkualitas dari pada produksi perusahaan yang lain yang sejenis agar dapat laku dipasaran, sehingga dapat mempertahankan pelanggan, menarik konsumen baru dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu manajemen perusahaan harus mencari metode terbaik dalam menentukan harga pokok produksi untuk mencapai tujuan tersebut.

Sistem penentuan harga pokok produk di rancang untuk menghasilkan informasi biaya bagi keputusan-keputusan penentuan harga, pengenalan, penghapusan, dan perancangan produk. Keputusan-keputusan tersebut mempunyai akibat yang panjang bagi perusahaan, sehingga setiap manager harus


(16)

Universitas Kristen Maranatha 6

mempertimbangkan seluruh biaya pada waktu mengukur biaya pokok produksi. Harga pokok produksi sebenarnya ditentukan dengan mempertimbangkan seluruh sumber daya yang dikeluarkan untuk merancang, memproduksi, memasarkan, dan mengirimkan produk.

Informasi biaya memegang peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan atau organisasi, karena biaya merupakan satu diantara beberapa komponen terpenting dalam perhitungan pendapatan dimana terkandung laba didalamnya, yang akan digunakan untuk biaya operasional perusahaan atau organisasi. Informasi biaya juga sangat penting mengingat informasi tersebut digunakan perumusan pricing stategy terhadap suatu produk atau jasa. Selain itu informasi biaya juga dijadikan suatu dasar dalam proses pengambilan keputusan perencanaan dan pengendalian biaya. Pengklasifikasian biaya yang tepat dapat membantu manajemen dalam memantau efisiensi kinerja dan mengendalikan biaya.

Biaya-biaya perusahaan atau organisasi dapat diklarifikasikan ke dalam dua kelompok biaya, yaitu :

1. Biaya langsung (direct cost), yaitu biaya-biaya yang dapat ditelusuri langsung ke objek biaya (cost object), contohnya satuan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi satu unit produk.

2. Biaya tidak langsung (indirect costs), yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan suatu objek biaya tertentu namun tidak dapat ditelusuri dengan cara yang

economical feasible (cost effective). Sebagai contohnya adalah biaya gaji.

Pada umumnya metode akuntansi biaya yang sering digunakan perusahaan dalam melakukan analisis biaya adalah system konvensional. Sistem perhitungan harga pokok konvensional dalam persaingan yang semakin ketat serta beragamnya


(17)

Universitas Kristen Maranatha 7

jenis produk yang di hasilkan akan menimbulkan kesulitan dalam menyajikan biaya produksi yang akurat.

Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan harus di bebankan pada produk dengan menggunakan metode pembebanan biaya yang dipilih dengan tepat dan akurat agar sesuai agar sesuai dengan karakteristik operasional perusahaan atau organisasi dan yang terpenting adalah produk yang dihasilkanya. Dari beberapa metode pembebanan biaya yang ada pada saat ini, diantaranya adalah metode konvensional dan Activity Based Costing.

Di kedua metode diatas terdapat perbedaan yaitu pada aspek dasar pengalokasian biaya.

Tanpa mempedulikan jumlah dari departemen, tempat penampungan biaya

overhead, maupun dasar alokasi berbeda yang digunakan, sistem perhitungan biaya

tradisional memiliki karakteristik khusus, yaitu dalam penggunaan ukuran yang berkaitan dengan volume atau ukuran tingkat unit secara ekslusif sebagai dasar untuk mengalokasikan overhead ke output. Oleh karena itu disebut juga sistem berdasarkan unit.

Dalam Activity Based Costing, setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok aktivitas yang berfungsi untuk mengidentifikasi dasar pengalokasian yang dipilih.

Activity Based Costing memiliki keunggulan diantaranya menyediakan

informasi yang berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer, menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis aktivitas, menyediakan informasi biaya untuk


(18)

Universitas Kristen Maranatha 8

memantau implementasi rencana pengurangan biaya, menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

Ketidaksesuaian dalam perhitungan harga pokok produksi dengan mempergunakan sistem akuntansi biaya konvensional adalah karena penggunaan jam tenaga kerja langsung atau ukuran-ukuran yang berkaitan dengan volume produksi sebagai salah satunya dasar dalam pengalokasian biaya overhead ke produk. Penggunaan dasar alokasi tersebut dilakukan tanpa memperhatikan adanya perbedaan pola konsumsi sumber daya oleh masing-masing produk. Akibatnya, informasi harga pokok produk yang dihasilkan menjadi terdistorsi.

Penyebab ketidaksesuaian perhitungan harga pokok produk dengan metode konvensional lainnya adalah kurangnya perhatian sistem akuntansi biaya pada biaya aktivitas non produksi, karena terpengaruh prinsip-prinsip pelaporan eksternal. Biaya-biaya penelitian dan pengembangan pasar dan pemasaran, akibatnya informasi harga pokok produk menjadi tidak respresentatif.

Penekanan metode Activity Based Costing merupakan penanganan biaya yang lebih baik, sehingga metode ini memang cocok diterapkan dalam usaha manufaktur dewasa ini. Persaingan di kalangan perusahaan manufaktur sekarang ini semakin meningkat dengan makin banyaknya penggunaan teknologi yang lebih maju. Tujuan utama dari suatu unit usaha adalah laba, dengan adanya tuntutan harga yang terus bersaing satu-satunya harapan adalah dengan pengendalian harga yang semakin baik, disinilah metode perhitungan harga pokok produk berdasarkan metode Activity Based

Costing berperan.

Penelitian akan difokuskan kepada perbedaan yang terdapat pada penerapan kedua metode ini dalam perhitungan harga pokok produk yang menggunakan metode


(19)

Universitas Kristen Maranatha 9

konvensional dan harga pokok produk yang menggunakan metode Activity Based

Costing kemudian untuk melihat tingkat signifikasinya dilakukan perbandingan

terhadap hasil akhir dari kedua metode tersebut.

Berdasarkan hal di atas, maka dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan

adalah sebagai berikut : ”penggunaan sistem harga pokok produksi dengan metode activity based costing dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi perusahaan, jika dibandingkan dengan metode konvensional”.

1.6 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus. Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.

Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Sedangkan pendekatan studi kasus dalah penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.

Jadi data yang diperoleh dari penelitian dikumpulkan, dipelajari, dianalisis, dan dibandingkan dengan teori yang telah dipelajari oleh penulis.

Untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang dibahas maka ditempuh dengan beberapa cara, yaitu:


(20)

Universitas Kristen Maranatha 10

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian dengan mengadakan peninjauan langsung pada perusahaan yang dipilih menjadi objek penelitian dengan maksud untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan hal yang akan diteliti agar lebih meyakinkan dan lebih akurat. Studi lapangan ini dilakukan dengan cara:

a. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung pada objek penelitian, dokumen-dokumen yang digunakan, guna mendapatkan gambaran yang sebenarnya.

b. Wawancara

Melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait, yang dianggap mampu memberikan jawaban yang relevan..Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya sehingga tidak menyimpang dari topik yang dibahas.

c. Kuesioner

Membuat pertanyaan yang akan ditujukan kepada pimpinan pegawai perusahaan, yang dianggap mampu dan berwenang dalam memberikan jawaban yang diperlukan.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu pengumpulan data teoritis sebagai data pemecahan masalah dalam pembahasan.Data diambil dari buku pegangan yang berkaitan langsung dengan masalah yang dibahas dalam penyusunan skripsi ini.


(21)

Universitas Kristen Maranatha 11

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian PT. X sebuah perusahaan boneka yang berlokasi di Sidareja, Jawa Tengah. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan selesai.


(22)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada PT. X mengenai perhitungan harga pokok produk yang selama ini dilakukan serta kemungkinan untuk menerapkan metode activity based costing dalam pembebanan biaya tidak langsung pada produk, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Proses perhitungan harga pokok produk yang diterapkan oleh PT. X adalah sistem akuntansi biaya konvensional yang memadai, karena terdapatnya unsur

prime cost (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja). Namun dalam

mengalokasikan biaya overhead, PT. X hanya menggunakan satu pemicu biaya, yaitu jam orang.

2. Pada sistem activity based costing, penetapan harga pokok produk didasarkan atas aktivitas dimana aktivitas mengkonsumsi sumber daya dan produk mengkonsumsi aktivitas. Aktivitas yang terdapat pda PT. X dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu unit level activity, bacth level activity, product level

activity, dan facility level activity. Dengan menggunakan sistem activity based costing, biaya-biaya dari aktivitas ini dibebankan ke produk berdasarkan

konsumsi aktivitas oleh masing-masing produk. Jadi, dalam sistem activity based

costing terdapat bermacam-macam pemicu biaya (cost driver ) yang tidak hanya

didasarkan pada pemicu biaya berdasarkan jam orang tetapi juga pemicu biaya berdasarkan nilai material, jumlah perintah pesanan, jumlah gambar, jumlah dokumen, jumlah serifikat, jumlah konsumen dan jam inspeksi. Dengan


(23)

Universitas Kristen Maranatha 63

demikian, penentuan harga pokok produk denagn sistem activity based costing menghasilkan biaya produksi yang lebih akurat dibandingkan dengan biaya konvensional.

3. Dengan menetapkan perhitungan harga pokok produk berdasarkan activity based

costing pada PT. X, maka terbukti bahwa perhitungan harga pokok produk

dengan sistem ABC ini dapat mencerminkan pengalokasian biaya yang lebih akurat, sehingga penetapan harga pokok produk lebih akurat.

5.2 Saran

1. Diketahui bahwa perusahaan telah memiliki sistem pencatatan yang memadai. Diketahui pula bahwa pembebanan biaya tidak langsung dengan metode ABC akan memberikan informasi biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produk berdasarkan metode konvensional yang diterapkan perusahaan selama ini. Oleh karena itu, maka penulis menyarankan agar perusahaan sebaiknya menerapkan sistem ABC sehingga penetapan pokok produk semakin akurat.

2. penulis juga menyarankan, apabila perusahaan memutuskan untuk menerapkan sistem ABC dalam perhitungan harga pokok produknya, maka sebaiknya dilakukan secara bertahap dan juga perusahaan harus memberikan pelatihan-pelatihan khusus kepada karyawan agar para karyawan memiliki pemahaman yang cukup dalam menerapkan sistem ABC tersebut.


(24)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Amin Widjaya, 2000, Activity Based Costing untuk Manufaktur dan Pemasaran, Cetakan Pertama, Jakarta : Harvarindo

Charles T. Horngern. 2000. Pengantar Akuntansi Manajemen Jilid 1. alih bahasa Moh. Badjuri, Kusnedi. Jakarta : Erlangga

Hansen, Don R.I. Maryanne M. Mowen, 2000, Manajemen Biaya, Edisi ke-2, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta : Salemba Empat

Harnanto, 2002, Akuntansi Keuangan Lanjutan I, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE.

Hongren, Charles T., George Foster, Srikant F. Datar, 2006, Cost Accounting : A Managerial Emphasis, 11th edition, New Jersey : Prentice-Hall International Inc.

Hongren, Sundem, Stratton, 2002, Introduction to Management Accounting, 12th edition, New Jersey : Prentice-Hall International Inc.

Moch Nazir, 2003, Metode Penelitian, Cetakan ke-5, Jakarta : Salemba Empat Mulyadi.2001. Akuntansi Manajemen. STIE YKPN. Yogyakarta

Mulyadi, 2003, Akuntansi Biaya, Edisi ke-5, Cetakan ke-8, Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN

Mulyadi.2005. Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard, Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Supriyono, 2001, Akuntansi Manajemen 3: Proses Pengendalian Manajemen, Edisi 1, Yogyakarta; STIE YKPN

William K. Carter, Milton F. Usry, 2004, Akuntansi Biaya, Edisi ke-13, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit : Salemba Empat


(1)

Universitas Kristen Maranatha 9

konvensional dan harga pokok produk yang menggunakan metode Activity Based

Costing kemudian untuk melihat tingkat signifikasinya dilakukan perbandingan

terhadap hasil akhir dari kedua metode tersebut.

Berdasarkan hal di atas, maka dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan

adalah sebagai berikut : ”penggunaan sistem harga pokok produksi dengan metode activity based costing dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi perusahaan, jika dibandingkan dengan metode konvensional”.

1.6 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus. Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.

Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Sedangkan pendekatan studi kasus dalah penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.

Jadi data yang diperoleh dari penelitian dikumpulkan, dipelajari, dianalisis, dan dibandingkan dengan teori yang telah dipelajari oleh penulis.

Untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang dibahas maka ditempuh dengan beberapa cara, yaitu:


(2)

Universitas Kristen Maranatha 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian dengan mengadakan peninjauan langsung pada perusahaan yang dipilih menjadi objek penelitian dengan maksud untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan hal yang akan diteliti agar lebih meyakinkan dan lebih akurat. Studi lapangan ini dilakukan dengan cara:

a. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung pada objek penelitian, dokumen-dokumen yang digunakan, guna mendapatkan gambaran yang sebenarnya.

b. Wawancara

Melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait, yang dianggap mampu memberikan jawaban yang relevan..Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya sehingga tidak menyimpang dari topik yang dibahas.

c. Kuesioner

Membuat pertanyaan yang akan ditujukan kepada pimpinan pegawai perusahaan, yang dianggap mampu dan berwenang dalam memberikan jawaban yang diperlukan.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu pengumpulan data teoritis sebagai data pemecahan masalah dalam pembahasan.Data diambil dari buku pegangan yang berkaitan langsung dengan masalah yang dibahas dalam penyusunan skripsi ini.


(3)

Universitas Kristen Maranatha 11

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian PT. X sebuah perusahaan boneka yang berlokasi di Sidareja, Jawa Tengah. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan selesai.


(4)

Universitas Kristen Maranatha

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada PT. X mengenai perhitungan harga pokok produk yang selama ini dilakukan serta kemungkinan untuk menerapkan metode activity based costing dalam pembebanan biaya tidak langsung pada produk, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Proses perhitungan harga pokok produk yang diterapkan oleh PT. X adalah sistem akuntansi biaya konvensional yang memadai, karena terdapatnya unsur

prime cost (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja). Namun dalam

mengalokasikan biaya overhead, PT. X hanya menggunakan satu pemicu biaya, yaitu jam orang.

2. Pada sistem activity based costing, penetapan harga pokok produk didasarkan atas aktivitas dimana aktivitas mengkonsumsi sumber daya dan produk mengkonsumsi aktivitas. Aktivitas yang terdapat pda PT. X dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu unit level activity, bacth level activity, product level

activity, dan facility level activity. Dengan menggunakan sistem activity based costing, biaya-biaya dari aktivitas ini dibebankan ke produk berdasarkan

konsumsi aktivitas oleh masing-masing produk. Jadi, dalam sistem activity based

costing terdapat bermacam-macam pemicu biaya (cost driver ) yang tidak hanya

didasarkan pada pemicu biaya berdasarkan jam orang tetapi juga pemicu biaya berdasarkan nilai material, jumlah perintah pesanan, jumlah gambar, jumlah dokumen, jumlah serifikat, jumlah konsumen dan jam inspeksi. Dengan


(5)

Universitas Kristen Maranatha

63

demikian, penentuan harga pokok produk denagn sistem activity based costing menghasilkan biaya produksi yang lebih akurat dibandingkan dengan biaya konvensional.

3. Dengan menetapkan perhitungan harga pokok produk berdasarkan activity based

costing pada PT. X, maka terbukti bahwa perhitungan harga pokok produk

dengan sistem ABC ini dapat mencerminkan pengalokasian biaya yang lebih akurat, sehingga penetapan harga pokok produk lebih akurat.

5.2 Saran

1. Diketahui bahwa perusahaan telah memiliki sistem pencatatan yang memadai. Diketahui pula bahwa pembebanan biaya tidak langsung dengan metode ABC akan memberikan informasi biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produk berdasarkan metode konvensional yang diterapkan perusahaan selama ini. Oleh karena itu, maka penulis menyarankan agar perusahaan sebaiknya menerapkan sistem ABC sehingga penetapan pokok produk semakin akurat.

2. penulis juga menyarankan, apabila perusahaan memutuskan untuk menerapkan sistem ABC dalam perhitungan harga pokok produknya, maka sebaiknya dilakukan secara bertahap dan juga perusahaan harus memberikan pelatihan-pelatihan khusus kepada karyawan agar para karyawan memiliki pemahaman yang cukup dalam menerapkan sistem ABC tersebut.


(6)

Universitas Kristen Maranatha

Amin Widjaya, 2000, Activity Based Costing untuk Manufaktur dan Pemasaran, Cetakan Pertama, Jakarta : Harvarindo

Charles T. Horngern. 2000. Pengantar Akuntansi Manajemen Jilid 1. alih bahasa Moh. Badjuri, Kusnedi. Jakarta : Erlangga

Hansen, Don R.I. Maryanne M. Mowen, 2000, Manajemen Biaya, Edisi ke-2, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta : Salemba Empat

Harnanto, 2002, Akuntansi Keuangan Lanjutan I, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE.

Hongren, Charles T., George Foster, Srikant F. Datar, 2006, Cost Accounting : A

Managerial Emphasis, 11th edition, New Jersey : Prentice-Hall International

Inc.

Hongren, Sundem, Stratton, 2002, Introduction to Management Accounting, 12th edition, New Jersey : Prentice-Hall International Inc.

Moch Nazir, 2003, Metode Penelitian, Cetakan ke-5, Jakarta : Salemba Empat Mulyadi.2001. Akuntansi Manajemen. STIE YKPN. Yogyakarta

Mulyadi, 2003, Akuntansi Biaya, Edisi ke-5, Cetakan ke-8, Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN

Mulyadi.2005. Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard, Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Supriyono, 2001, Akuntansi Manajemen 3: Proses Pengendalian Manajemen, Edisi 1, Yogyakarta; STIE YKPN

William K. Carter, Milton F. Usry, 2004, Akuntansi Biaya, Edisi ke-13, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit : Salemba Empat