PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM.

PENULI SAN USULAN PENELI TI AN DAN SKRI PSI
BI DANG HUKUM 1
Oleh:
2
I Ketut Sudantra
sudantra01@yahoo.co.id

PENDAHULUAN

H.J. van Eikema Hommes, penulis buku De elementaire begrippen der

Rechtswetenscap

menyatakan

bahwa

setiap

ilmu


pengetahuan

memiliki

3

metodenya sendiri . Dari apa yang dikemukakan oleh Hommes tersebut, maka
mustahil untuk menyeragamkan metode penelitian untuk semua bidang ilmu
karena esensi masing-masing ilmu memang berbeda. I lmu hukum sebagai ilmu
yang sui generis4, juga memiliki metode penelitiannya sendiri, yaitu metode
penelitian hukum (I nggris: legal research; Belanda: rechtssonderzoek), yang
berbeda dengan metode penelitian pada bidang-bidang ilmu lainnya.
Perbedaan metode penelitian ilmu hukum dengan metode penelitian
bidang ilmu lainnya belumlah terlalu lama disadari di I ndonesia. Tahun 1970-an,
metode penelitian yang diajarkan di Fakultas Hukum di I ndonesia adalah
metode penelitian sosial, sehingga dalam melakukan penelitian untuk penulisan
skripsi mahasiswa menggunakan metode penelitian sosial. Hal itu disebabkan
pada waktu itu ilmu hukum dimasukkan dalam rumpun ilmu-ilmu sosial5. Tetapi

1


Materi Workshop Penyempurnaan Pedoman Skripsi Jurusan Komunikasi dan
Penerangan Agama, Jurusan Hukum dan Penyusunan Pedoman Skripsi Jurusan Pariwisata
Budaya Fakultas Dharma Duta IHDN Denpasar Tahun 2015, di Aula IHDN Denpasar, tanggal
12-14 November 2015.
2
Dosen Metode Penelitian dan Penulisan Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Udayana dan Program Magister (S2) Ilmu Hukum Pascasarjana Unud.
3
Lihat: Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, h. 19
4
Sui generis berasal dari bahasa Latin yang artinya hanya satu untuk jenisnya sendiri.
Ilmu hukum sebagai ilmu yang sui generis berarti tidak ada bentuk ilmu lainnya yang dapat
dibandingkan dengan ilmu hukum. Lihat: Peter Mahmud Marzuki, ibid. h. 45.
5
Dewasa ini, Dalam daftar Nama Rumpun Ilmu, Sub Rumpun Ilmu dan Bidang Ilmu
dalam Rumpun yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM


kemudian disadari bahwa ilmu hukum adalah ilmu yang sui generis yang tidak
sama dengan ilmu-ilmu sosial. Peter Mahmud Marzuki menggolongkan ilmu
hukum sebagai ilmu terapan, Sebagai ilmu terapan, ilmu hukum hanya dapat
diterapkan oleh ahlinya. Kalau dibaratkan bahwa masalah-masalah hukum itu
sebagai suatu penyakit, yang dapat mendiagnosis suatu penyakit secara ilmiah
hanyalah

dokter;

demikian

pula

halnya

masalah

hukum


hanya

dapat

diselesaikan oleh ahli hukum berdasarkan kemampuannya yang menguasai
kaidah-kaidah keilmuan hukum 6.
Kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah-masalah
hukum berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan hukum hanya mungkin dikuasai
oleh orang-orang yang mendapatkan pendidikan hukum pada fakultas-fakultas
hukum atau fakultas yang mempunyai jurusan ilmu hukum. Tujuan pendidikan
hukum memang untuk mendidik mahasiswa supaya menguasai pengetahuan
hukum substantif yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalahmasalah hukum.

Di samping itu, mahasiswa juga dididik supaya mempunyai

kemampuan menguasai metode penelitian hukum sehingga dapat trampil
menggunakan teknik-teknik dan prosedur penelitian sesuai bidang ilmunya,
yaitu ilmu hukum.

Penguasaan metode penelitian hukum, di samping


benrmanfaat bagi seorang ahli hukum dalam melaksanakan tugas profesinya,
dalam jangka pendek sangat dibutuhkan oleh mahasiswa dalam rangka
memenuhi tugas akhirnya sebagai mahasiswa hukum, yaitu menulis skripsi.
Tentu saja penulisan skripsi bidang hukum mempunyai karakteristik tersendiri
yang tidak sama dengan penulisan skripsi bidang ilmu lainnya. Oleh karena itu,
adanya pedoman penulisan

skripsi bidang hukum

sangat

penting bagi

mahasiswa hukum agar dalam menulis skripsi ia dapat melakukan penelitian
dan menulis skripsi sesuai kaidah-kaidah penelitian dan penulisan hukum.
Dalam

konteks


itu

menjadi

sangat

relevan

pembahasan

kembali

(penyempurnaan) pedoman penulisan skripsi Jurusan Hukum di Fakultas
Dharma Duta I HDN Denpasar hari ini.

Pendidikani Nasional , 2012, lmu hukum dimasukkan dalam rumpun ilmu sosial humaniora yang
meliputi: (1) sub rumpun ilmu sosial politik, (2) sub rumpun ilmu sosial, (3) sub rumpun ilmu
filsafat. Ilmu hukum dimasukkan dalam sub rumpun ilmu politik bersama-sama dengan
kriminologi, ilmu admoinistrasi, ilmu pemerintahan, ilmu kepolisian, dan lain-lain
6

Peter Mahmud Marzuki, op.cit., h. 67

2

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

TI POLOGI PENELI TI AN HUKUM
Penelitian hukum – dengan metodenya yang khas –
mempelajari

satu

menganalisisnya.

atau

beberapa

Penelitian


hukum

gejala

hukum

tertentu

juga mengadakan

berupaya

dengan

jalan

pemeriksaan

yang


mendalam terhadap gejala hukum tersebut, kemudian berusaha menemukan
suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dalam gejala hukum tersebut 7
Dewasa ini berkembang dua tipologi penelitian hukum, yaitu penelitian
hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Perbedaan tipologi penelitian
hukum ini berkaitan dengan perbedaan isu atau permasalahan hukum yang
diteliti. Penelitian hukum normatif berusaha meneliti permasalahan hukum
sebagai suatu kaidah normatif dalam hukum positif. Penelitian hukum normatif
meliputi usaha inventarisasi hukum positif, penemuan asas-asas dan dasar
falsafah hukum positif, penelitian mengenai taraf sinkronisasi hukum, dan
penelitian untuk menemukan hukum in concreto yang dapat diterapkan untuk
menyelesaikan suatu peristiwa hukum tertentu. Penelitian hukum normatif juga
meliputi penelitian sejarah hukum dan penelitian perbandingan hukum 8
Penelitian hukum empiris sendiri masih dibedakan antara (1) penelitian
hukum sosiologis ( sociological jurisprudence); dan (2) penelitian sosiologi
tentang hukum ( sosiology of law ). Penelitian hukum sosiologis beranjak dari
norma yang dikaitkan dengan perilaku masyarakat, sehingga yang menjadi
obyek

penelitiannya


(efektifitas

hukum,

menyangkut
dampak

bekerjanya

hukum,

hukum

kepatuhan

dalam

hukum,

dan


masyarakat
lain-lain);

sedangkan penelitian sosiologi tentang hukum lebih mefokuskan penelitiannya
pada hukum yang hidup ( the living law ) dalam masyarakat di mana hukum
dipandang sebagai perilaku masyarakat yang ajeg.
Sesuai karakter masing-masing, baik penelitian hukum normatif maupun
penelitian hukum empiris memiliki pakemnya sendiri-sendiri. Dilihat dari bahan
atau sumber penelitiannya, penelitian hukum empiris menggunakan data primer

7

Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, h. 39.
8
Lihat penggolongan penelitian hukum normatif menurut Soerjono Soekanto dan
Soetandyo Wignjosoebroto, dalam: Bambang Sunggono, ibid., h. 42-43.

3

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

dan data sekunder yang diperolkeh melalui teknik-teknik pengumpulan data
tertentu. Penelitian hukum normatif lmengandalkan sumber penelitian yang
berupa bahan hukum, meliputi bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder. Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mempunyai
otoritas dan bersifat mengikat, seperti peraturan perundang-undangan, risalahrisalah atau catatan resmi dalam pembuatan peraturan perundang-undangan,
keputusan-keputusan hakim dan kontrak; sedangkan bahan hukum sekunder
meliputi publikasi-publikasi hukum (buku teks, jurnal hukum, kamus hukum,
dan komentar-komentar atas putusan pengadilan) yang dimanfaatkan untuk
memahami bahan-bahan hukum primer. Di samping menggunakan hukum, jika
diperlukan penelitian hukum juga dapat menggunakan bahan-bahan non-hukum
sebagai sumber penelitian yang dapat memperluas dan memperkaya dan
memperluas wawasan peneliti9. Misalnya, seorang peneliti yang meneliti
masalah hukum perbankan, bisa saja menggunakan buku-buku ilmu perbankan
untuk memperkaya pemahanan tentang seluk-beluk perbankan.
HAL-HAL YAG PERLU DI PERHATI KAN DALAM PENULI SAN USULAN PENELI TI AN
BI DANG HUKUM

1.

Memilih Topik dan Merumuskan Judul Penelitian
Tugas akhir mahasiswa S-1 adalah melakukan penelitian untuk penulisan

skripsi. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang mahasiswa yang
akan menulis skripsi adalah memilih topik penelitian, sehingga dapat disusun
suatu usulan penelitian yang akan diajukan untuk mendapat persetujuan.
Banyak mahasiswa mengalami kesulitan pada tahapan ini. Mereka mengalami
kesulitan dalam mencari dan menemukan masalah yang akan diangkat menjadi
topik pembahasan dalam skripsinya. Memang, diperlukan pandangan dan sikap
kritis dan selektif dalam memilih topik penulisan skripsi agar penelitian dan
penilisan skripsi dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, tampaknya

9

Lihat Peter Mahmud Marzuki, op. cit., h. 181-184.. Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji
menggolongkan bahan hukum dalam tiga golongan, yaitu (1) bahan hukum primer, yaitu bahan
hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat; (2) bahan hukum sekunder, yaitu bahan
hukum yang dapat memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer; dan (3) bahan hukum
tersier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer
dan sekunder.. Lihat: Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif
Suatu Tinjauan Singkat, CV Rajawali, Jakarta, h. 14.

4

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

relevan dikemukakan beberapa hal yang penting diperhatikan dalam meimilih
topik penelitian.
Pertama, dalam memilih masalah yang dijadikan topik penelitian untuk
penulisan skripsi bidang hukum tentu saja harus merupakan masalah-masalah
hukum. Topik skripsi dapat dengan mudah diperoleh dari peristiwa-peristiwa
atau fenomena-fenomena dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan
Negara yang ada kaitannya dengan hukum .. Dalam kehidupan keluarga,
misalnya terdapat topik-topik tentang perkawinan, hubungan anak dengan
orang tua, pewarisan, dan lain-lain; dalam kehidupan masyarakat, misalnya
tersebar topi-topik tentang bekerjanya aturan hukum dalam masyarakat; begitu
seterusnya topik-topik lain dengan mudah bisa ditemukan dalam berbagai
kehidupan. Masalah hukum yang dipilih, bisa merupakan permasalahan hukum
normatif atau pun permasalahan hukum empiris.
Kedua, dalam memilih topik penelitian penting untuk memeriksa
orisinilitas topik yang akan dipilih, agar tidak terjebak oleh jebakan-jebakan
plagiarisme. Pada umumnya, program studi akan menolak usulan-usulan
penelitian

yang

diindikasikan

mengandung

unsur-unsur

plagiarisme.

Pemeriksaan itu dapat dilakukan melalui penelusuran di perpustakaan atau
internet.
Ketiga, penting juga untuk mengukur diri sendiri dalam memilih
masalah, apakah punya minat (tertarik) dan kemampuan (intelektual, materi,
dan tenaga) untuk memecahkan masalah hukum tersebut. Pemilihan topik
skripsi yang tidak dilandasi minat dan kemampuan akan menyebabkan
tersendat-sendatnya pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi tersebut,
bahkan besar kemungkinan akan mengalami kegagalan. Di samping itu, penting
juga diperhatikan pertanyaan-pertanyaan: berikut: apakah untuk memecahkan
masalah hukum tersebut tersedia cukup data atau bahan hukum? Apakah
masalah tersebut bermanfaat untuk dibahas, baik dari sudut praktis atau pun
teoritis? Apakah pembahan terhadap masalah tersebut dapat memberikan
sesuatu yang baru?10

10

Mengenai hal-hal yang penting diperhatikan dalam memilih topik penelitian,
bandingkan dengan Winarno Surachmad , 1975, Dasar dan Teknik Research, Tarsito, Bandung,
h.

5

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

Apabila pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan positif
dan masalah sudah dipilih, langkah berikutnya adalah merumuskan masalah
tersebut dalam judul usulan penelitian untuk penulisan skripsi. Syarat rumusan
judul penelitian adalah singkat, jelas dan dapat mencerminkan permasalahan
penelitian.

2.

Merumuskan Latar Belakang Masalah
Setelah isu atau permasalahan hukum yang dijadikan topik penelitian

dipilih, langkah selanjutnya adalah merumuskan latar belakang masalah. Latar
belakang masalah adalah suatu gambaran tentang suatu hal yang menjadi
dasar

daripada

timbulnya

permasalahan

sehingga

dapat

memberikan

argumentasi kuat tentang pentingnya permasalahan itu diteliti atau dibahas.
Karena

permasalahan

yang

diteliti

pada

masing-masing

tipologi

penelitian hukum (normatif dan empiris) berbeda, maka gambaran tentang hal
yang menjadi dasar timbulnya masalah juga berbeda antara penelitian hukum
normatif dan penelitian hukum empiris. Dalam penelitian hukum normatif,
karena perspektifnya melihat hukum itu dari dalam (interinsik), maka gambaran
yang diuraikan dalam latar belakang masalah adalah gambaran mengenai
kondisi norma itu sendiri. Misalnya, keadaan norma hukum yang tidak jelas
(multitafsir) sehingga terjadi apa yang disebut norma yang kabur ( vague van

normen); atau gambaran tentang kondisi norma yang saling bertentangan satu
dengan lainnya yang lazim disebut kondisi norma yang konflik ( geschijid van

normen); atau mungkin yang terjadi adalah norma kosong ( leemten van
normen) yaitu suatu kondisi tiadanya norma hukum yang mengatur tentang
suatu

peristiwa tertentu.

menimbulkan

Kondisi-kondisi internal hukum

permasalahan-permasalahan

ketidakpastian hukum dan

di

dalam

tersebut

pelaksanaan

dapat
hukum:

keragu-raguan dalam implementasinya sehingga

penting untuk dipecahkan 11.
Pada penelitian hukum empiris, gambaran kondisi atau situasi yang
diuraikan dalam latar belakang masalah adalah fakta hukum atau peristiwa atau
11

Lihat buku Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Unicersitas Udayana, h. 59. Uraian
serupa mengenai latar belakang penelitian hukum normatif juga diuraikan dalam Pedoman
penulisan Usulan penelitian Tesis dan Penulisan Tesis Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum
Unud., 2013, h. 28.

6

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

fenomena yang sudah diketahui, selanjutnya uraian tentang permasalahan yang
muncul atau mungkin muncul sehubungan dengan fakta hukum, peristiwa atau
fenomena tersebut. Misalnya, dari uraian tentang suatu fakta/ peristiwa dapat
diidentifikasi terjadinya kesenjangan antara apa yang seharusnya/ ditentukan
dalam peraturan ( das solen) dengan apa yang terjadi dalam kenyataan ( das

sein); atau tidak berfungsinya hukum dengan baik; penerapan hukum yang
tidak efektif; terjadinya dampak hukum yang tidak diinginkan; timbulnya
perilaku menyimpang dari nilai-nilai, asas-asas atau norma hukum; terjadinya
pergeseran

nilai/ asas

mengakibatkan

norma

hukum

akibat

permasalahan-permasalahan

perubahan
12

hukum ;

sosial
dan

yang

lain-lain.

Permasalahan-permasalahan tersebut perlu diuraikan sedemikian rupa sehingga
layak menjadi alasan yang kuat dilakukannya penelitian terhadap masalah
tersebut.
Setelah uraian mengenai gambaran kondisi yang sudah diketahui dan
permasalahan yang mungkin timbul, selanjutnya dijelaskan relevansi atau pun
pentingnya permasalahan tersebut diteliti, baik untuk kepentingan praktis atau
teoritis. Argumentasi mengenai pentingnya penelitian ini harus diuraikan secara
ekplisit dalam latar belakang masalah.

3.

Merumuskan Permasalahan
Setelah

uraian

latar

belakang

masalah,

selanjutnya

dicantumkan

rumusan masalah, yang sesungguhnya hanya mempertajam permasalahan yang
sebelumnya sudah diuraikan dalam latar belakang masalah. Dengan demikian,
rumusan masalah adalah konskwensi logis dari latar belakang masalah, artinya
permasalahan yang dirumuskan dalam rumusan masalah tidak muncul begitu
saja tanpa ada pemaparan sebelumnya mengenai latar belakang terjadinya
permasalahan tersebut.
Fungsi rumusan masalah adalah sebagai pedoman yang memberi
arahan bagi peneliti dalam melakukan langkah-langkah penelitan selanjutnya
sehingga penelitian menjadi lebih fokus. Di samping itu, dengan adanya

12

Lihat latar belakang masalah dalam penelitian hukum empiris dalam Pedoman
Penulisan Usulan Penelitian Tesis dan Penulisan Tesis Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum
Unud, h. 38-40.

7

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

rumusan masalah yang jelas dan tepat dapat dimanfaatkan oleh peneliti untuk
menyeleksi data atau bahan hukum mana yang mesti dikumpulkan dan data
atau bahan hukum mana yang harus disisihkan.
Penulisan rumusan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan
kalimat deklaratif (pernyataan) atau kalimat interogatif (kalimat t anya). Apabila
mahasiswa meimilih menulis rumusan masalah dengan kalimat tanya, unsurunsur kaluimat tanya harurlah dipenuhi, yaitu ada kata tanya dan tanda tanya.
.

4.

Merumuskan Tujuan Penelitian
Pada umumnya dalam suatu kerangka usulan penelitian untuk penulisan

skripsi dipersyaratkan adanya sub bab Tujuan penelitian, yang meliputi Tujuan
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum berkaitan dengan upaya
peneliti untuk mengembangkan ilmu terkait dengan paradigma ilmu sebagai
suatu proses ( science as a process) untuk menemukan kebenaran tentang topik
tertentu. Tentu saja, dalam tujuan umum ini dirumuskan tujuan mahasiswa
melakukan penelitian/ penulisan skripsi sesuai dengan topik yang dipilihnya itu.
Merumuskan tujuan umum penelitian tampak sebagai persoalan sepele, tetapi
tidak

jarang

mahasiswa menemui

kesulitan

merumuskan

tujuan

umum

penelitiannya. Mungkin karena mahasiswa tidak mengerti, kadang-kadang
mahasiswa

meng copy-paste

begitu

saja

tujuan

penulisan

skripsi

yang

disebutkan dalam buku pedoman.
Tujuan

khusus penelitian

adalah

untuk

mendalami

permasalahan

penelitian yang secara khsusus dirumuskan dalam rumusan masalah penelitian.
Dengan demikian,

perumusan tujuan khusus harus disesuaikan dengan

rumusan masalah. Apabila dalam rumusan masalah terdapat dua item rumusan
masalah, maka tujuan khusus juga terdiri dari dua item, begitu seterusnya.

5.

Merumuskan Manfaat Penelitian
Dalam sub bab manfaat penelitian, dirumuskan manfaat penelitian

dikaitkan dengan paradigma ilmu untuk ilmu dan ilmu untuk masyarakat.
Paradigma ilmu untuk ilmu menimbulkan manfaat teoritis yang mengarah
kepada pengembangan ilmu pengetahuan; sedangkan paradigma ilmu untuk

8

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

masyarakat

mengarah

kepada

manfaat

praktis

penelitian,

yaitu

memecahkan masalah-masalah yang terjadi di dalam masyarakat.

untuk
Dengan

demikian, dalam skripsi mesti dicantumkan adanya manfaat teoritis dan manfaat
praktis.

6.

Merumuskan Metode Penelitian
Pada bagian akhir usulan penelitian dicantumkan metode penelitian yang

akan digunakan dalam penelitian. Metode penelitian yang dicantumkan dalam
bagian ini tergantung kepada tipologi penelitian hukum yang dipilih oleh
mahasiswa dalam penelitiannya, apakah penelitian hukum normatif ataukah
penelitian hukum empiris. Jenis penelitian yang digunakan harus dicantumkan
secara ekplisit di bagian awal sub bab metode penelitian, diikuti dengan uraian
tentang bahan dan sumber bahan penelitiannya (data untuk penelitian hukum
empiris; bahan hukum untuk penelitian hukum normatif), selanjutnya dikiuti
dengan uraian mengenai prosedur-prosedur penelitian sesuai dengan karakter
penelitiannya (teknik pengumpulan bahan penelitian dan teknik analisis) .

STANDAR TATA TULI S DALAM PENULI SAN SKRI PSI BI DANG HUKUM

1.

Skripsi Biidang Hukum Sebagai Karangan I lmiah.
Skripsi adalah bentuk karya tulis (karangan) ilmiah dalam bidang studi

tertentu yang merupakan tugas akhir mahasiswa Strata 1. Karya tulis ilmiah
berbeda dengan karya tulis jurnalistik (berita surat khabar atau majalah) atau
pun karya-karya sastra (novel, cerpen, puisi, dan lain-lain) ataupun karangan
non-ilmiah lainnya. Karya tulis ilmiah berusaha memaparkan secara sistematis
suatu keadaan atau fakta apa adanya dengan menggunakan metode-metode
ilmiah sehingga dicapai suatu kebenaran – yaitu kebenaran ilmiah – yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan demikian, sebagai suatu karya
tulis ilmiah, skripsi paling tidak mempunyai ciri-ciri yang obyektif, metodis, dan
sistematis.
Agar suatu skripsi memenuhi syarat sebagai karya tulis ilmiah, maka
beberapa aspek penting mendapat perhatian, yaitu aspek format penulisan,

9

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

bahasa yang digunakan dan teknis penuilisan. Berikut ini akan diuraikan secara
ringkas aspek-aspek tersebut.

2.

Format Penulisan Usulan Penelitian Skripsi
Format penulisan skripsi menyangkut ukuran kertas; warna cover depan,

penempatan logo, bentuk dan ukuran huruf, jarak margin atas, kiri, kanan dan
bawah; penomoran bab, sub bab, dan seterusnya; penomoran halaman, dan
sebagianya. Pada umumnya format penulisan skripsi sudah ditentukan dengan
cermat oleh program studi masing-masing perguruan tinggi sehingga terdapat
keseragaman format skripsi pada program studi yang bersangkutan. Mahasiswa,
dalam membuat skripsi harus tunduk kepada ketentuan format skripsi yang
sudah ditentukan tersebut.
Sebagai

contoh

format

usulan

penelitian,

dalam

buku

Pedoman

Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana ditentukan format usulan
penelitian, antara lain:
(1)

Kerangka Usulan Penelitian terdiri dari:
a. Halaman sampul depan dan sampul dalam yang memuat hal yang
sama, yaitu: (1) frasa ”USULAN PENELI TI AN” yang ditulis dengan huruf
kapital dengan bentuk dan ukuran huruf Times New Roman font size
14; (2) judul penelitian yang diketik dengan huruf kapital dengan huruf
Times New Roman font size 16; (3) Lambang Universitas Udayana
ukuran 4 cm earna hitam; (4) Nama mahasiswa ditulis lengkap dan
dibawahnya ditulis nomor induk mahasiswa (NI M) dengan huruf kapital
Times New Roman font size 12; (5) pada bagian bawah sampul ditulis:
FAKULTAS HUKUM UNI VERSI TAS UDAYANA dan Tahun diusulkannya
usulan penelitian, ditulis dengan huruf kapital Times New Roman font
size 14; (6) sampul depan (cover) menggunakan kertas buffalo warna
merah.
b. Daftar I si Usulan penelitian terdiri dari: (1) latar belakang masalah, (2)
rumusan masalah; (3) ruang lingkup masalah; (4) tujuan penelitian
meliputi tujuan umum dan tujuan khusus; (5) manfaat penelitian; (6)
landasan teoritis atau kerangka teori; (7) metode penelitian; dan (8)
daftar bacaan

10

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

(2)

Jumlah halaman minimal 15 (lima belas) halaman

(3)

Kertas yang digunakan: HVS 70-80 gram ukuran kuarto (A4: 21,5 cm X
29,7 cm);

(4)

Diketik komputer dengan jarak 2 spasi;

(5)

Bentuk dan ukuran huruf: Times New Roman font size 12.

(6)

Batas pengetikan tepi atas dan tepi kiri masing-masing 4 (empat) cm; tepi
kanan dan tepi bawah masing-masing 3 (tiga) cm;

3.

Aspek Bahasa dalam Penuisan Skripsi Bidang Hukum
Aspek bahasa penting diperhatikan dalam penulisan karya tulis ilmiah,

termasuk dalam usulan penelitian untuk penulisan skripsi. Kelemahan yang
sering tidak disadari oleh mahasiswa dalam menulis skripsi adalah diabaikannya
aspek penggunaan bahasa yang baik dan tepat . Misalnya, mungkin karena
sudah merasa terbiasa berbahasa I ndonesia, mahasiswa sering melupakan
perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis sehingga sering
ditemukan kalimat-kalimat yang kurang terstruktur, kalimat yang tidak lengkap,
penggunaan istilah-istilah umum yang tidak baku (misalnya bahasa gaul), dan
sebagainya.
Dalam

penulisan

skripsi

berbahasa

I ndonesia,

mahasiswa

harus

mengikuti kaidah-kaidah bahasa I ndonesia yang benar dan tepat. Dalam
pengalaman membimbing dan menguji skripsi maupun tesis masahasiswa,
seringkali ditemukan kesalahan-kesalahan dalam pemakaian bahasa, baik dalam
penulisan huruf, penulisan kata, bahkan tanda baca. Kesalahan penulisan huruf
yang sering ditemui, misalnya penulisan huruf besar atau huruf kapital yang
tidak tepat. Seringkali ditemui penulisan huruf yang semestinya ditulis dengan
huruf kapital justru ditulis dengan huruf kecil, begitu pula sebaliknya.

Begitu

juga, kesalahan sering ditemui pada penulisan kata/ istilah yang hurufnya mesti
dicetak miring, tetapi tidak dicetak miring, misalnya untuk kata-kata yang tidak
baku dalam bahasa I ndonesia (berasal dari bahasa daerah atau asing).
Kesalahan penulisan kata yang paling sering ditemui adalah kesalahan penulisan
kata depan: di dan ke. Kata di, misalnya, sering rancu penggunaannya antara di
sebagai kata depan (yang penulisannya mesti dipisah dengan kata yang
mengikutinya) dengan kata di sebagai awalan (yang semestinya digabung

11

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

dengan kata yang mengikutinya). Misalnya, penulisan salah: di teliti, di tulis
penulisan benar: diteliti; ditulis; penulisan benar: di atas, di dalam, di samping ;
penulisan salah: diatas, didalam, disamping; dan sebagainya.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan pemakaian bahasa, setiap
mahasiswa yang akan menulis skripsi harus membekali dirinya dengan
pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan bahasa I ndonesia yang
benar dan tepat. Paling tidak, mahasiswa harus trampil menggunakan ragam
bahasa

tulis

sesuai

Disempurnakan

dengan

(EYD)

Pedoman

berdasarkan

Umum

Bahasa

I ndonesia

Keputusan

Menteri

Pendidikan

Yang
dan

Kebudayaan Nomor 0196/ U/ 1975 tertanggal 27 Agustus 1975.
Di samping itu, sebagai karya ilmiah maka dalam penulisan skripsi harus
digunakan ragam bahasa ilmiah, yaitu: (1) cendikia (penyusunan bahasa
dilakukan secara sistematis dan logis), (2) bahasanya ringkas, padat dan jelas
(hemat dalam penggunaan kata-kata, gagasan yang ingin dikemukakan tidak
bercampur dengan unsur lain), (3) lugas (bahasa yang digunakan harus
mempunyai makna harafiah dan tidak multitafsir), (4) berpangkal tolak dari
gagasan, bukan persona; (5) bahsa formal dan obyektif, dan (6) konsisten 13
Dari aspek bahasa yang digunakan, skripsi bidang hukum mempunyai
karakteristik

tersendiri,

yaitu

digunakannya bahasa hukum.

Di

samping

digunakan istilah teknis hukum yang kadang-kadang sulit dipahami oleh
kalangan non-hukum, seperti: subyek hukum, peristiwa hukum, akibat hukum,
sanksi, dan lain-lain; bahasa hukum kadang-kadang sedikit ’menyimpang’ dari
kaedah bahasa I ndonesia, seperti digunakannya kata ’bahwa’ di awal kalaimat
dalam pertimbangan-pertimbangan putusan pengadilan; atau digunakannya
kata ’barangsiapa’ dalam rumusan pasal Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) untuk menunjuk pelaku tindak pidana.

Oleh karena itu, mahasiswa

yang menulis skripsi bidang hukum harus mengusahakan sedemikian rupa agar
bahasa hukum yang digunakan dalam tulisannya dapat dimengerti oleh orang
banyak karena pembaca skripsi bidang hukum tidak selalu orang dari kalangan
ilmu hukum. Hal itu dapat dilakukan dengan memberi penjelasan terhadap

13

Bandingkan dengan: Anonim, Bahasa Indonesia dalam Tulisan Ilmiah,
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/drs-hartono-mhum/materi-bhs-indonesia-mkubahasa-ilmiah.pdf. Diakses: 12 November 2015.

12

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

istilah-istilah teknis hukum yang digunakan, bila mungkin dengan contoh-contoh
yang mudah dimengerti14.

4.

Teknik Penulisan
Tidak ada standar tata tulis yang berlaku seragam. Setiap bidang ilmu

kadang-kadang mempunyai teknik penulisan yang berbeda dengan bidang ilmu
lainnya. Teknik penulisan karya tulis dari bidang ilmu serumpun, bahkan dari
bidang ilmu yang sama pun kadang-kadang berbeda antara perguruang tinggi
yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, standar tata tulis yang berlaku
adalah standar tata tulis selingkung yang dijabarkan pada pedoman penulisan
karya ilmiah (skripsi/ tesis/ disertasi) dari masing-masing program studi. Pada
umumnya jurnal-jurnal ilmiah juga menentukan sendiri teknik penulisan artikel
yang dimuat di jurmal yang bersangkutan. Dengan demikian, apa pun standar
tata tulis yang disepakati, itulah yang berlaku.

a. Tatacara mengutip dan penulisan sumber kutipan
Mengutip pendapat atau pernyataan orang lain bukanlah hal yang tabu
dalam penulisan karya tulis ilmiah,
mengakui

bahwa

pendapat/ pernyataan

yang penting si pengutip berlaku jujur

pendapat/ pernyataan
si

penulis

sendiri.

yang
Untuk

dikutip

itu

menunjukkan

bukanlah
bahwa

pendapat/ pernyataan yang digunakan dalam karya tulis itu bukanlah milik si
penulis, maka cara-cara penulisannya harus mengikuti standar tata tulis yang
berlaku.
Secara umum terdapat dua cara mengutip pendapat/ pernyataan orang
lain, yaitu (1) mengutip secara langsung (kutipan langsung), dan (2) mengutip
secara tidak langsung (kutipan tidak langsung). Pada kutipan langsung, kutipan
harus sama dengan aslinya, baik mengenai susunan kata-katanya, ejaannya
maupun tanda bacanya.

Berbeda halnya pada kutipan tidak langsung,

pendapat/ pernyataan yang dikutip tidak ditulis persis dengan aslinya, melainkan
ditulis sesuai dengan gaya bahasa penulis, tetapi isi atau substansi kutipan
harus mewakili secara tepat pendapat atau pernyataan yang dikutip tersebut.

14

Soerjono Soekanto, 1987, Tatacara Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Hukum,
Ghalia Indonesia, Jakarta Timur, h. 9.

13

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

Pada umumnya bentuk kutipan langsung dibedakan antara kutipan
langsung pendek (misalnya ditentukan maksimal empat baris) dengan kutipan
langsung panjang (misalnya ditentukan, lima baris atau lebih), perbedaan mana
biasanya ditentukan secara rinci dalam pedoman penulisan. Misalnya, dalam
pedoman penulisan skripsi di Fakultas Hukum Universitas Udayana ditentukan
bahwa kutipan langsung pendek ditulis dalam tanda petik, langsung dimasukkan
ke dalam teks, sehingga diketik 2 (dua) spasi; sedangkan kutipan langsung
panjang ditulis tanpa tanda petik, diketik berspasi 1 (satu) dimulai setelah 4
(empat) pululan ketik dari baris margin kiri 15.
Sebagai tanda kejujuran ilmiah, setiap kutipan harus ditunjukkan dengan
jelas sumbernya. Jika tidak, penulis dapat dikategorikan telah melakukan
tindakan plagiarisme16, yang dapat diancam sanksi akademis17 dan pidana18.
Terdapat beberapa cara untuk menunjukkan sumber kutipan, misalnya dengan
menulis langsung sumbernya pada teks atau badan karangan ( bodynote),
menuliskan sumbernya dalam catatan kaki ( footnote) atau pada catatan akhir
bab. Masing-masing bentuk penunjuk sumber tersebut mempunyai kelemahan
dan kekuatannya. Karenanya, bagi sebagian orang penggunaan bodynote
mungkin dirasa lebih praktis karena langsung bisa menuliskan sumber kutipan
diakhir kutipan, tetapi bagi sebagian orang lainnya penggunaan footnote
mungkin dianggap lebih baik karena di samping dapat digunakan sebagai
penunjuk sumber, juga dapat dmanfaatkan untuk memperluas pembahasan
tanpa mengganggu kelancaran alur pembahasan.

15

Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, 2009, h. 46.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010, "Plagiat adalah
perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau
nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya
ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat
dan memadai"
17
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 17 Tahun 2010 sanksi bagi pelaku
palagiarisme adalah: (1) teguran; (2) peringatan tertulis; (3) enundaan pemberian sebagian hak
mahasiswa; (4) pembatalan nilai; (5) pemberhentian dengan hormat dari status sebagai
mahasiswa; (6) pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa; (7)
Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan.
18
Pasal 70 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 menegaskan: “Lulusan yang karya
ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi … terbukti
merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah”.
16

14

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

Penting untuk dipahami bahwa bentuk penulisan footnote berbeda
antara sumber yang berupa buku, artikel dalam jurnal, laporan penelitian, dan
lain-lain, yang pada umumnya telah ditentukan secara ekplisit di dalam
pedoman penulisan. Dalam pedoman penulisan tersebut, lazimnya juga sudah
diuraikan cara-cara menyingkat footnote, dengan menggunakan: I bid, op.cit .,
atau loc.cit .

b. Tatacara Penulisan Daftar Bacaan.
Bentuk Daftar Bacaan atau Daftar Pustaka biasanya ditentukan harus
konsisten dengan bentuk footnote yang telah disepakati oleh masing-masing
program studi. Perbedaannya menyangkut penulisan nama pengarang, yang
dalam footnote dimulai dengan nama depan, sedangkan dalam Daftar Bacaan
diawali dengan nama keluarga atau nama yang lebih dikenal. Kalau literatur
yang

digunakan

banyak

dan

beragam

(buku,

majalah/ jurnal,

paraturan

perundang-undangan, dan lain-lain) biasanya pedoman penulisan mensyaratkan
agar daftar bacaan tersebut

dikelompokkan menurut

jenisnya, misalnya

kelompok buku; kelompok artikel, kelompok peraturan perundang-undangan,
dan lain-lain. Penyusunan urutan daftar bacaan yang berupa buku dan artikel
disusun secara allfabetis sesuai huruf awal nama pengarang, sedangkan
penyusunan

peraturan

perundang-undangan

disusun

secara

hirarkis

berdasarkan tingkatan peraturan dan pada masing-masing tingkatan diurut
sesuai kronologis tahun diundangkannya peraturan tersebut.

PENUTUP
Dalam uraian sebelumnya telah diuraikan tentang kekhasan penelitian
hukum. Dalam penulisan skripsi tentu saja setiap mahasiswa harus tunduk pada
kaidah-kaidah penelitian ilmiah pada umumnya, tetapi
melakukan

penelitian

dan

penulisan

skripsi

bidang

mahasiswa yang
hukum

juga

harus

menggunakan teknik dan prosedur-prosedur penelitian di bidang ilmunya yang
khas, yaitu metode penelitian hukum.
Walaupun mahasiswa dapat menguasai metode penelitian hukum dari
apa yang dipelajarinya ketika mengikuti kuliah metode penelitian hukum, tetapi

15

I KETUT SUDANTRA: PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI BIDANG HUKUM

tetap sangat penting adanya suatu pedoman penulisan skripsi bidang hukum
yang berlaku selingkung, sehingga dapat dijadikan pedoman praktis bagi
mahasiswa dalam melalkukan penelitian dan penulisan skripsi.

DAFTAR BACAAN

Anonim,
Bahasa
I ndonesia
dalam
Tulisan
I lmiah ,
http: / / staff.uny.ac.id/ sites/ default/ files/ pendidikan/ drs-hartonomhum/ materi-bhs-indonesia-mku-bahasa-ilmiah.pdf.
Diakses:
12
November 2015.
Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum , PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikani Nasional , 2012
Nama Rumpun I lmu, Sub Rumpun I lmu dan Bidang I lmu dalam Rumpun
Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2009, Pedoman Pendidikan Fakultas
Hukum Unicersitas Udayana
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum , Edisi Revisi, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta.
Program Studi Magister (S2) I lmu Hukum Program Pascasarjana Universitas
Udayana, 2013, Pedoman Penulisan Usulan penelitian Tesis dan Penulisan
Tesis Program Studi Magister (S2) I lmu Hukum
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, CV Rajawali, Jakarta,
Soerjono Soekanto, 1987, Tatacara Penyusunan Karya Tulis I lmiah Bidang
Hukum , Ghalia I ndonesia, Jakarta Timur
Winarno Surachmad , 1975, Dasar dan Teknik Research , Tarsito, Bandung,
Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan penyelenggaraan Pendidikan
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

16