Perlindungan Hukum Atas Angklung Sebagai Ekspresi Budaya Tradisional Indonesia Ditinjau Dari UU No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan Konvensi Bern.
ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM ATAS ANGKLUNG SEBAGAI EKSPRESI
BUDAYA TRADISIONAL INDONESIA DITINJAU DARI UU NO.28
TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DAN KONVENSI BERN
ILHAM AZENAL SACABRATA
NPM 110110090151
Angklung merupakan alat musik yang memiliki arti tersendiri bagi
masyarakat Indonesia khususnya Jawa Barat. Angklung merupakan
bagian daripada Ekspresi Budaya Tradisional Indonesia. Indonesia yang
merupakan negara dengan keanekaragaman budaya yang luar biasa
menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar yang mana apabila
Ekspresi Budaya Tradisional tersebut dimanfaatkan dengan maksimal
dapat digunakan untuk mendorong pembangunan Indonesia dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ekspresi budaya tradisional diatur
pada UU No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Mengingat kasus klaim
kepemilikan angklung oleh Malaysia maka terdapat keraguan yang
mengemuka terkait apakah Ekspresi Budaya Tradisional dapat dilindungi
oleh undang-undang Hak Cipta serta bentuk perlindungan hukum seperti
apa yang dapat melindungi Angklung sebagai Ekspresi Budaya
Tradisional Indonesia dengan efektif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan
spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa studi kepustakaan untuk mendapatkan bahan-bahan
atau data-data sekunder berupa bahan hukum primer maupun bahan
hukum sekunder yang dianalisis secara kualitatif.
Angklung yang merupakan bagian daripada Ekspresi Budaya
Tradisional mengalami kesulitan dalam mendapatkan perlindungan
melalui Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan
Konvensi Bern. Meskipun dalam Konvensi Bern secara implisit terdapat
perlindungan atas Ekspresi Budaya Tradisional, tidak dijelaskan lebih
lanjut terkait mekanisme perlindungan atas Ekspresi Budaya Tradisional.
Sedangkan dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
sebagai undang-undang yang mengatur Ekspresi Budaya Tradisional
terdapat muatan yang saling bertentangan satu sama lain antara unsurunsur daripada Ekspresi Budaya Tradisional dan unsur-unsur daripada
Hak Cipta itu sendiri. Dengan demikian dibutuhkannya suatu rezim
perlindungan atas Ekspresi Budaya Tradisional yang bersifat khas (sui
generis), namun disisi lain tetap bertumpu dalam kerangka Hak Kekayaan
Intelektual. Tetap bertumpu dalam kerangka Hak Kekayaan Intelektual
memiliki arti bahwa Ekspresi Budaya Tradisional mendapat perlindungan
dari dua segi, yakni segi Hak Moral dan Hak Ekonomi.
iv
ABSTRACT
PROTECTION OF ANGKLUNG AS INDONESIAN TRADITIONAL
CULTURAL EXPRESSIONS ACCORDING TO LAW NO.28 OF 2014
CONCERNING COPYRIGHT AND BERNE CONVENTION
ILHAM AZENAL SACABRATA
NPM 110110090151
Angklung is a musical instrument which has certain meaning to
Indonesian people especially those who live in West Java. Angklung is
part of Indonesian Traditional Cultural Expressions. Indonesia, as a
country with vast cultural diversity, holds huge economic potential if
traditional cultural expressions is used properly so that it can be utilized to
help the development of Indonesia and improving people’s prosperity.
Traditional cultural expressions are regulated in Law No.28 of 2014
concerning Copyright. The case of angklung being claimed by malaysia in
2010 establishes a certain doubt whether Traditional Cultural Expressions
are able to be protected by Copyright Law and to find the appropriate form
of law to protect Angklung as Indonesian Traditional Cultural Expressions.
This research used juridical normative approach with analytical
descriptive of research specification. The techniques of gathering data
which was used were library research to obtain the materials useful for the
research or secondary data such as primary law materials as well as
secondary law materials which were analyzed qualitatively.
Angklung as part of Traditional Cultural Expressions faces
obstacles to obtain the protection off Law No.28 of 2014 concerning
Copyright and Berne Convention. Although Berne Convention provides a
protection for Traditional Cultural Expressions implicitly, there is no further
explanation of protection mechanism for Traditional Cultural Expressions.
On the other hand Law No.28 of 2014 concerning Copyright as law which
regulates Traditional Cultural Expressions holds contents which contradict
each other which are elements of Traditional Cultural Expressions and
elements of Copyright itself. Therefore, a distinctive law (sui generis)
under Intellectual Property Rights (HKI) for protecting Traditional Cultural
Expressions is needed. Under Intellectual Property Right (HKI) means that
Traditional Cultural Expressions need to be protected in two aspects which
are economic right and moral right.
v
PERLINDUNGAN HUKUM ATAS ANGKLUNG SEBAGAI EKSPRESI
BUDAYA TRADISIONAL INDONESIA DITINJAU DARI UU NO.28
TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DAN KONVENSI BERN
ILHAM AZENAL SACABRATA
NPM 110110090151
Angklung merupakan alat musik yang memiliki arti tersendiri bagi
masyarakat Indonesia khususnya Jawa Barat. Angklung merupakan
bagian daripada Ekspresi Budaya Tradisional Indonesia. Indonesia yang
merupakan negara dengan keanekaragaman budaya yang luar biasa
menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar yang mana apabila
Ekspresi Budaya Tradisional tersebut dimanfaatkan dengan maksimal
dapat digunakan untuk mendorong pembangunan Indonesia dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ekspresi budaya tradisional diatur
pada UU No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Mengingat kasus klaim
kepemilikan angklung oleh Malaysia maka terdapat keraguan yang
mengemuka terkait apakah Ekspresi Budaya Tradisional dapat dilindungi
oleh undang-undang Hak Cipta serta bentuk perlindungan hukum seperti
apa yang dapat melindungi Angklung sebagai Ekspresi Budaya
Tradisional Indonesia dengan efektif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan
spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa studi kepustakaan untuk mendapatkan bahan-bahan
atau data-data sekunder berupa bahan hukum primer maupun bahan
hukum sekunder yang dianalisis secara kualitatif.
Angklung yang merupakan bagian daripada Ekspresi Budaya
Tradisional mengalami kesulitan dalam mendapatkan perlindungan
melalui Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan
Konvensi Bern. Meskipun dalam Konvensi Bern secara implisit terdapat
perlindungan atas Ekspresi Budaya Tradisional, tidak dijelaskan lebih
lanjut terkait mekanisme perlindungan atas Ekspresi Budaya Tradisional.
Sedangkan dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
sebagai undang-undang yang mengatur Ekspresi Budaya Tradisional
terdapat muatan yang saling bertentangan satu sama lain antara unsurunsur daripada Ekspresi Budaya Tradisional dan unsur-unsur daripada
Hak Cipta itu sendiri. Dengan demikian dibutuhkannya suatu rezim
perlindungan atas Ekspresi Budaya Tradisional yang bersifat khas (sui
generis), namun disisi lain tetap bertumpu dalam kerangka Hak Kekayaan
Intelektual. Tetap bertumpu dalam kerangka Hak Kekayaan Intelektual
memiliki arti bahwa Ekspresi Budaya Tradisional mendapat perlindungan
dari dua segi, yakni segi Hak Moral dan Hak Ekonomi.
iv
ABSTRACT
PROTECTION OF ANGKLUNG AS INDONESIAN TRADITIONAL
CULTURAL EXPRESSIONS ACCORDING TO LAW NO.28 OF 2014
CONCERNING COPYRIGHT AND BERNE CONVENTION
ILHAM AZENAL SACABRATA
NPM 110110090151
Angklung is a musical instrument which has certain meaning to
Indonesian people especially those who live in West Java. Angklung is
part of Indonesian Traditional Cultural Expressions. Indonesia, as a
country with vast cultural diversity, holds huge economic potential if
traditional cultural expressions is used properly so that it can be utilized to
help the development of Indonesia and improving people’s prosperity.
Traditional cultural expressions are regulated in Law No.28 of 2014
concerning Copyright. The case of angklung being claimed by malaysia in
2010 establishes a certain doubt whether Traditional Cultural Expressions
are able to be protected by Copyright Law and to find the appropriate form
of law to protect Angklung as Indonesian Traditional Cultural Expressions.
This research used juridical normative approach with analytical
descriptive of research specification. The techniques of gathering data
which was used were library research to obtain the materials useful for the
research or secondary data such as primary law materials as well as
secondary law materials which were analyzed qualitatively.
Angklung as part of Traditional Cultural Expressions faces
obstacles to obtain the protection off Law No.28 of 2014 concerning
Copyright and Berne Convention. Although Berne Convention provides a
protection for Traditional Cultural Expressions implicitly, there is no further
explanation of protection mechanism for Traditional Cultural Expressions.
On the other hand Law No.28 of 2014 concerning Copyright as law which
regulates Traditional Cultural Expressions holds contents which contradict
each other which are elements of Traditional Cultural Expressions and
elements of Copyright itself. Therefore, a distinctive law (sui generis)
under Intellectual Property Rights (HKI) for protecting Traditional Cultural
Expressions is needed. Under Intellectual Property Right (HKI) means that
Traditional Cultural Expressions need to be protected in two aspects which
are economic right and moral right.
v