HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruistik Pada Siswa SMK Bina Patria 2 Sukoharjo.
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK
PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh:
GINANJAR PADANG SATOTO
F 100 090 201
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK
PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh:
GINANJAR PADANG SATOTO
F 100 090 201
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK
PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO
Diajukan oleh :
GINANJAR PADANG SATOTO
F 100 090 201
Telah disetujui untuk dipertahankan
di depan Dewan Penguji
Telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Tanggal, 13 Januari 2014
iii
iv
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK
PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO
Ginanjar Padang Satoto
Zahrotul Uyun
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
anjar.uchiha19@gmail.com
ABSTRAKSI
Siswa dalam masa pendidikan di Sekolah Menengah Atas diharapkan
memiliki sikap peduli untuk menolong orang lain, namun seringkali siswa justru
bersikap acuh dan bermusuhan. Salah satu indikasi atau penyebab munculnya
perilaku menolong adalah empati. Empati merupakan pengalaman menempatkan
diri pada keadaan emosi orang lain seola h-olah mengalaminya sendiri. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara empati dengan perilaku
altruistik pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Mengetahui tingkat empati
pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Seberapa besar perilaku altruistik pada
siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Mengetahui sumbangan efektif empati
terhadap perilaku altruistik pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Hipotesis
penelitian ada hubungan positif antara empati dengan perilaku altruistik pada
siswa Sekolah Menengah Kejuruan.
Subje k berjumlah 120 dari siswa-siswi kelas X dan XI. Teknik
pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling dan stratified
random sampling . Metode pengumpulan data menggunakan alat ukur skala
empati dan skala perilaku altruistik. Metode penelitian yang digunakan kuantitatif.
Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment.
Hasil analisis diperoleh data koefisien korelasi (r xy) sebesar 0,633 dengan
Signifikansi p = 0,000 (p=0,01). Ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara empati dengan perilaku altruistik pada siswa sekolah menengah kejuruan,
yang berarti hipotesis diterima. Sumbangan efektif empati 40,1%, hal ini berarti
masih terdapat 59,9% variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku
altruistik. Variabel perilaku altruistik mempunyai rerata empirik (RE) sebesar
81,11 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 60, yang berarti perilaku altruistik pada
subjek tergolong tinggi. Variabel empati diketahui rerata empirik (RE) sebesar
81,92 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5 yang be rarti tergolong tinggi.
Kata Kunci : Empati dan perilaku altruistik.
v
Perilaku acuh dan pasif juga
PENDAHULUAN
Kehidupan
masyarakat
yang
dapat dilihat dalam perilaku yang
semakin modern membuat individu
ditunjukkan
mementingkan
Bandung.
dirinya
sendiri.
remaja
Ada
3
di
remaja
putri
bersikap
masa
Fenomena tersebut dapat dijumpai
terekam
dalam
masyarakat
bodoh dan acuh melihat seorang
terutama di perkotaan, ketika ada
nenek terpeleset dan jatuh didepan
orang yang mengalami kesulitan
toilet
sering tidak mendapat bantuan dari
meninggalkan
orang la in. Memang ada sebagian
peduli
orang ketika mengetahui orang lain
menolongnya.( http://megapolitan.ko
dalam kesusahan langsung datang
mpas.com/news/2002/10/21/1053423
menolong, akan tetapi ada juga
439/76.Hilangnya.Perikemanusiaan.
sebagian orang yang hanya diam saja
Remaja.Modern.)
dan
kehidupan
bahkan
mengabaikan
tanpa
memberikan
begitu
pergi
saja
tanpa
berusaha
untuk
Sears
mendefinisikan
pertolongan
mempertimbangkan
kemudian
ataupun
altruisme.
Ada juga sebagian orang yang
dengan
umum,
Perilaku menolong disebut juga
sedikitpun peduli.
mau
kamera
SMA
dkk
(1994)
altruisme
adalah
tindakan suka rela yang dilakukan
motif
oleh seseorang atau sekelompok
dalam diri si penolong, misalnya
orang untuk menolong orang lain
untuk mengharapkan imbalan dari
tanpa mengharapkan imbalan apapun
orang
(kecuali mungkin perasaan telah
yang
Wahyuningsih
telah
ditolong.
(Setyawan,
2010)
melakukan kebaikan).
menyatakan penggunaan berbagai
teknologi
canggih
memberikan
yang
kemudahan
Penelitian
tampak
Robert
bagi
&
yang
Strayer
dilakukan
(Gusti
&
Margaretha, 2010) yang dilakukan
kehidupan manusia pada kenyataan-
terhadap
nya menimbulkan dampak negatif
menengah atas yang dibagi dalam 3
bagi pola hidup dan tingkah laku
kelas
sosial manusia.
setiap anak melakukan 15 tindakan
diketahui
menolong
1
150
per
siswa
bahwa
jam.
tingkat
rata -rata
Tindakan
menolong
tersebut
menurut
diri siswa di lingkungan sekolah.
pengamatan mereka berkisar pada
Brigham (Dayakisni & Hudaniah,
tindakan meminjamkan buku dan
2003) berpendapat bahwa perilaku
alat tulis pada teman, menghibur
menolong
teman yang sedih, mengingatkan
untuk menyokong kepentingan dan
teman jika alat tulis tertinggal di
kesejahteraan orang lain.
kelas, mengajari teman yang belum
paham
terhadap
pelajaran,
mempunyai
maksud
Berdasarkan uraian
serta
di atas,
maka penulis merumuskan masalah
membantu guru mengambilkan alat
“Apakah
tulis.
empati dengan perilaku altruistik
Batson
(Magdalena,
2012)
menyatakan
empati
pengalaman
menempatkan
ada
hubungan
antara
pada siswa di Sekolah Menengah
merupakan
Kejuruan?”.
diri
Kemudian
untuk
menjawab permasalahan di atas,
pada keadaan emosi orang lain
maka
seolah-olah mengalaminya sendiri.
mengadakan penelitian dengan judul
Kemudian
menjelaskan
“Hubungan antara empati dengan
bahwa empati dapat menimbulkan
perilaku altruistik pada siswa di
dorongan
Sekolah Menengah Kejuruan”.
Batson
untuk
menolong,
dan
tujuan dari menolong itu untuk
memberikan
kesejahteraan
penulis
tertarik
untuk
Tujuan yang ingin dicapai dalam
bagi
penelitian ini, untuk mengetahui:
target empati.
1. Hubungan antara empati dengan
Remaja sebagai peserta didik
perilaku
diharapkan menanam tinggi perilaku
menolong
terhadap
siapapun
yang
teman
altruistik
siswa
di
Sekolah Menengah Kejuruan.
atau
2. Tingkat empati pada siswa di
benar-benar
Sekolah Menengah kejuruan.
memandang
3. tingkat perilaku altruistik pada
orang tersebut teman dekat atau
siswa di Sekolah Menengah
bukan. Adanya empati yang kuat
Kejuruan.
akan menumbuhkan rasa kepedulian
4. Sumbangan
membutuhkan
dan
rasa
iba
tanpa
yang
kemudian
efektif
empati
terhadap perilaku altruistik siswa
muncullah perilaku menolong dalam
di Sekolah Menengah Kejuruan.
2
imbalan apapun (kecuali mungkin
LANDASAN TEORI
Comte
(Taufik,
2012)
altruisme
mendefinisikan
perasaan telah melakukan kebaikan).
berasal
Taufik
(2012)
menjelaskan
dari kata “alter” yang artinya “orang
secara umum altruisme
lain”. Secara bahasa altruistik adalah
sebagai aktivitas menolong orang
perbuatan yang berorientasi pada
lain, yang dikelompokkan ke dalam
kebaikan
perilaku
orang
membedakan
menolong
perilaku
lain.
antara
yang
Dikatakan
perilaku prososial karena memiliki
dengan
dampak positif terhadap orang lain
egois.
atau masyarakat luas. Lawan dari
memberikan
perilaku prososial adalah perilaku
yang
dalam
prososial.
perilaku
altruis
menolong
Menurutnya
Comte
diartikan
pertolongan, manusia memiliki 2
antisosial,
motif, yaitu altruis dan egois. Kedua
memiliki dampak buruk terhadap
dorongan
tersebut
sama-sama
orang lain atau masyarakat, dan
ditujukan
untuk
memberikan
disebut juga dengan perilaku yang
pertolongan.
Perilaku
menolong
yaitu
mengisolasi
yang egois tujuannya justru mencari
perilaku
diri
sendiri
yang
dari
pergaulan lingkungan.
manfaat dari orang yang ditolong.
Mussen dkk (Nashori, 2008)
Sedangkan perilaku menolong altruis
mengungkapkan bahwa aspek-aspek
yaitu
perilaku altruisme meliputi:
perilaku
ditujukan
semata -mata
kebaikan
orang
Selanjutnya
perilaku
menolong
yang
Comte
menolong
yang
a. Cooperation (Kerjasama), yaitu
untuk
ditolong.
melakukan
menyebut
ini
pekerjaan
atau
kegiatan secara bersama-sama.
b. Sharing
dengan
altruisme.
(Berbagi),
yaitu
kesediaan untuk ikut merasakan
Sears dkk (1994) mendefinisikan
apa yang dirasakan orang lain.
altruisme adalah tindakan suka rela
c. Helping
(Menolong),
yaitu
yang dilakukan oleh seseorang atau
membantu orang lain dengan
sekelompok orang untuk menolong
cara meringankan beban fisik
orang
atau psikologis orang tersebut.
lain
tanpa
mengharapkan
3
d. Genereocity (Berderma), yaitu
kesediaan
untuk
orang lain untuk memberikan
memberikan
pertolongan.
barang miliknya kepada orang
e. Faktor sosiobiologis: perilaku
lain yang membutuhkan secara
menolong
sukarela.
dipengaruhi oleh jenis hubungan
e. Honesty
(Kejujuran),
kesediaan
seperti
melakukan
apa
adanya
yaitu
orang
lain
dengan orang lain, individu lebih
sesuatu
suka
menolong
orang
dengan
sudah dikenal atau teman dekat
mengutamakan nilai kejujuran
daripada orang asing.
tanpa berbuat curang.
Titchner
yang
(Goleman,
2003)
Wortman, dkk (Dayakisni &
menyatakan bahwa empati berasal
Hudaniah, 2003) membagi faktor-
dari semacam peniruan secara fisik
faktor yang mempengaruhi perilaku
atas
altruisme, yaitu:
kemudian
a. Suasana hati: jika suasana hati
beban
serupa
orang
lain,
menimbulkan
dalam
diri
yang
perasaan
seseorang.
sedang nyaman, seseorang akan
Menurut Johnson (Sari & Eliza,
terdorong
2003) empati adalah kecenderungan
untuk
memberikan
pertolongan lebih banyak.
b. Meyakini
keadilan
untuk
dunia:
memahami
keadaan
pikiran
kondisi
atau
orang
lain.
adanya keyakinan bahwa dalam
Seseorang
jangka panjang yang salah akan
digambarkan sebagai individu yang
dihukum dan yang baik akan
toleran,
mendapat pahala.
mengendalikan diri, dan bersifat
c. Empati: kemampuan seseorang
empati merupakan suatu aktivitas
d. Faktor situasional: kondisi dan
seseorang
tolongan
muncul
membutuhkan
juga
mampu
Taufik (2012) mendefinisikan
atau pengalaman orang lain.
yang
ramah,
berempati
humanistik.
untuk ikut merasakan perasaan
situasi
yang
untuk memahami apa yang sedang
saat
dipikirkan dan dirasakan orang lain,
per-
serta
mempengaruhi
apa
yang
dipikirkan
dan
dirasakan oleh yang bersangkutan
(observer,
4
perceiver)
terhadap
kondisi yang sedang dialami orang
karakter khayalan yang terdapat
lain
pada buku-buku, layar
tanpa
yang
bersangkutan
kehilangan kontrol dirinya.
bioskop,
Menurut Gunarsa (2000) empati
maupun
kaca,
dalam
permainan-permainan.
c. Empathic
dianggap sebagai salah satu cara
concern
(Perhatian
yang efektif dalam usaha mengenali,
Empatik), merupakan orientasi
memahami, dan mengevaluasi orang
seseorang terhadap orang lain
lain. Dan hasil akhir yang terbaik
berupa simpati, kasihan, dan
dari
munculnya
peduli terhadap orang lain yang
perilaku menolong, Warneken &
mengalami kesulitan. Aspek ini
Tomasello (Taufik, 2012).
berhubungan
empati
adalah
Davis (Sari & Eliza, 2003)
menjelaskan
aspek-aspek
secara
positif
dengan reaksi emosional dan
empati,
perilaku menolong pada orang
antara lain:
lain.
a. Perspective
tacking
(Pengambilan
d. Personal
Perspektif),
merupakan
distress
(Distress
Pribadi), merupakan orientasi
kecenderungan
seseorang
terhadap
dirinya
individu untuk mengambil alih
sendiri yang berupa perasaan
secara spontan sudut pandang
cemas dan gelisah pada situasi
orang
Pentingnya
interpersonal.
kemampuan dalam perspective
Faktor-faktor
lain.
yang
mem-
taking untuk perilaku yang non-
pengaruhi empati menurut Hoffman
egosentrik, yaitu perilaku yang
(2000) yaitu:
tidak
berorientasi
pada
a. Sosialisasi, adanya sosialisasi
kepentingan diri sendiri, tetapi
memungkinkan seseorang dapat
perilaku yang berorientasi pada
mengalami
kepentingan orang lain.
mengarahkan seseorang untuk
b. Fantasy (Imajinasi), merupakan
diri
ke
emosi,
melihat keadaan orang lain dan
kecenderungan seseorang untuk
mengubah
sejumlah
berpikir tentang orang lain.
b. Mood
dalam
perasaan dan tindakan karakter-
perasaan
5
and
feeling,
Situasi
seseorang
ketika
berinteraksi dengan lingkungan-
untuk diuji kebenarannya adalah
nya akan mempengaruhi cara
“ada hubungan positif antara empati
seseorang dalam memberikan
dengan perilaku altruis tik pada siswa
respon terhadap perasaan dan
di SMK”.
perilaku orang lain.
c. Situasi dan tempat, pada situasi
METODE PENELITIAN
tertentu seseorang dapat ber-
Variabel di dalam penelitian ini
empati lebih baik dibandingkan
adalah:
dengan situasi yang lain.
1. Variabel bebas: empati
d. Proses belajar dan identifikasi,
2. Variabel
apa yang telah dipelajari anak
altruistik
dirumah
situasi
Sampel yang digunakan dalam
tertentu diharapkan anak dapat
penelitian ini yaitu 120 siswa aktif
menerapkannya pada lain waktu
SMK Bina Patria 2 Sukoharjo yang
yang lebih luas.
terdiri
atau
e. Komunikasi
pada
dan
pengungkapan
bahasa,
empati
dari:
kendaraan
di-
tergantung:
kelas
X
Ringan
sebanyak
40
perilaku
Teknik
(TKR
siswa,
C)
kelas
X
pengaruhi
oleh
komunikasi
Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)
(bahasa)
yang
digunakan
sebanyak 40 siswa, dan kelas XI
seseorang.
Perbedaan
dan
ketidakpahaman
komunikasi
akan
bahasa
Teknik Pemeliharaan Mesin Industri
tentang
(TPMI A) sebanyak 40 siswa.
menjadi
Teknik
hambatan pada proses empati.
yang
akan
pengambilan
sampel
digunakan
dalam
penelitian ini adalah dengan cluster
f. Pengasuhan, lingkungan yang
berempati dari suatu keluarga
random
sampling
sangat membantu anak dalam
random
sampling,
menumbuhkan
pengambilan
empati
dalam
dirinya.
Berdasarkan
sampel
stratified
yaitu
teknik
berdasarkan
satuan-satuan sampel tidak terdiri
landasan
teori
dari individu-individu melainkan dari
yang telah dikemukakan di atas,
maka hipotesis
dan
yang
kelompok-kelompok individu atau
diajukan
6
cluster dan berdasarkan tingkatannya
penderitaan orang tersebut. Batson
(kelas) atau stratified .
(Taufik, 2012) menambahkan bahwa
Pengambilan data penelitian
empati dapat menimbulkan dorongan
ini menggunakan 2 skala, yaitu:
untuk menolong, dan tujuan dari
skala empati dan skala altruisme.
menolong itu untuk memberikan
Analisis data yang digunakan adalah
kesejahteraan bagi target empati.
product
korelasi
menggunakan
moment
bantuan
dan
Robert & Strayer (Gusti &
program
Margaretha, 2010) mengungkapkan
komputer SPSS 15.
bahwa empati sangat berkaitan erat
dengan
perhitungan
menolong
pada
individu. Warneken & Tomasello
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
perilaku
dengan
(Taufik, 2012) menyatakan bahwa
analisis product momen t dari Pearson
hasil akhir yang terbaik dari empati
diperoleh nilai koefisien korelasi
adalah
(rxy)
menolong.
sebesar
0,633;
dengan
munculnya
perilaku
signifikansi (p) = 0,000 (p=0,01)
Variabel empati memiliki rerata
artinya ada hubungan positif yang
empirik (RE) sebesar 81,92 dan
sangat
signifikan
rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5.
dengan
perilaku
antara
empati
altruis tik.
Hal
Dari 120 subjek penelitian, 0 subjek
tersebut menyatakan bahwa hipotesis
(0%) tergolong sangat rendah, 0
penelitian yang diajukan diterima,
subjek (0%) tergolong rendah, 6
bahwa ada hubungan positif antara
subjek (5%) tergolong sedang, 69
empati dengan perilaku altruis tik.
subjek (57,5%) tergolong tinggi, dan
Hasil penelitian yang dilakukan
Stephan
&
&
tinggi. Secara umum empati pada
menunjukkan
subjek tergolong tinggi. Hal ini dapat
bahwa orang yang memiliki rasa
diartikan aspek-aspek yang terdapat
empati
dalam empati, yaitu Pengambilan
Margaretha,
Stephan
2010)
akan
menolong
membutuhkan
(Gusti
45 subjek (37,5%) tergolong sangat
berusaha
orang
lain
pertolongan
untuk
yang
perspektif
(perspective
tacking),
dan
imajinasi
(fantasy),
perhatian
empatik (empathic concern), dan
merasa kasihan atau iba terhadap
7
distress pribadi (personal distress),
masih
sepenuhnya dimiliki dan menjadi
variabel
bagian dari karakteristik kepribadian
mempengaruhi
subjek.
selain
terdapat
59,9%
lain
variabel-
yang
dapat
perilaku altruisme
empati.
Wortman
dkk
Perilaku altruis tik pada subjek
(Dayakisni & Hudaniah, 2003)
penelitian memiliki rerata empirik
menyatakan ada beberapa faktor
(RE)
yang
sebesar
81,11
dan
rerata
mempengaruhi
perilaku
hipotetik (RH) sebesar 60. Dari 120
altruisme,
yaitu:
suasana
ha ti,
subjek penelitian, 0 subjek (0%)
meyakini
keadilan
dunia,
faktor
tergolong sangat rendah, 0 subjek
situasional, dan faktor sosiobiologis.
(0%) tergolong rendah, 1 subjek
(0,8%) tergolong sedang, 65 subjek
KESIMPULAN DAN SARAN
(54,2%) tergolong tinggi, dan 54
Berdasarkan hasil penelitian di
subjek
(45%)
tergolong
tinggi.
Secara
umum
perilaku
pada
subjek
tergolong
sangat signifikan antara empati
tinggi. Kondisi ini menggambarkan
dengan perilaku altruis tik pada
bahwa subjek penelitian memiliki
siswa
altruistik
kecenderungan
altruisme
sangat
atas dapat diambil kesimpulan
1. Ada
yang
hubungan
Kejuruan.
positif
Sekolah
yang
Menengah
Semakin
tinggi
tinggi. Hal ini dapat diartikan aspek-
empati maka semakin tinggi
aspek yang terdapat dalam perilaku
perilaku altruistik, sebaliknya
altruistik,
kerjasama
semakin rendah empati maka
(sharing),
semakin
rendah
perilaku
behavior),
altruistik.
Nilai
koefisien
yaitu
(cooperation),
menolong
berbagi
(helping
berderma (charity), dan kejujuran
korelasi (rxy) sebesar 0,633 ;
(honesty), sepenuhnya dimiliki dan
Signifikansi p = 0,000 (p =
menjadi bagian dari karakteristik
0,01).
kepribadian subjek.
2. Tingkat empati pada subyek
Sumbangan efektif dari variabel
tergolong
empati terhadap variabel perilaku
tinggi.
Hal
ini
ditunjukkan oleh rerata empirik
altruistik yaitu sebesar 40,1%, berarti
8
sebesar
81,92
dan
rerata
2. Bagi
hipotetik sebesar 62,5.
orang
tua
diharapkan
mempertahankan kondisi anak
3. Tingkat perilaku altruistik pada
yang memiliki altruis tik tinggi
subyek tergolong tinggi. Hal ini
dengan cara mengajarkan atau
ditunjukkan oleh rerata empirik
memberikan
sebesar
kepada anak untuk senantiasa
81,11
dan
rerata
hipotetik sebesar 60.
4. Sumbangan
efektif
empati
contoh-contoh
perhatian,
peduli,
terhadap
orang
dan
peka
lain
yang
40,1%. Hal ini berarti masih
mengalami kesulitan. Kemudian
terdapat 59,9% variabel-variabel
mengajarkan kepada anak agar
lain yang dapat mempengaruhi
tidak mementingkan diri sendiri
kecenderungan
tetapi juga berperilaku untuk
perilaku
altruistik selain empati.
kepentingan orang lain. Selain
Saran yang diharapkan dapat
itu juga anak diharapkan peka
bermanfaat, yaitu:
dan mampu merasakan perasaan
1. Bagi pihak sekolah diharapkan
mampu
kondisi
orang lain dalam situasi sulit.
mempertahankan
peserta
didik
3. Bagi subjek diharapkan dapat
yang
mempertahankan
empati
dan
memiliki empati yang tinggi
perilaku altruis tik dengan cara
serta perilaku altruis tik yang
mengendalikan suasana hati dan
tinggi, dapat dilakukan dengan
perasaan
ketika
cara
penderitaan
orang
mengadakan
kegiatan
melihat
lain
agar
positif kepada para siswa agar
menjadi peduli, lalu mendalami
memberikan
contoh
nilai-nilai moral dan keagamaan
kepedulian
dan
tentang
perhatian
yang
berkaitan
individu terhadap teman atau
pentingnya
orang lain, misalnya: kegiatan
terhadap sesama manusia yang
Pramuka, Palang Merah Remaja,
kelak
Pecinta Alam, Bhakti Sosial,
memperhatikan
mengunjungi panti asuhan, dan
kondisi saat melihat kesulitan
kegiatan lainnya.
orang lain agar menjadi peka
9
berbuat
tentang
mendapatkan
situasi
baik
pahala,
dan
dan
menumbuhkan
empati
perasaan
yang
Gunarsa,
Psikologi
(2000).
Perkembangan
kemudian
menumbuhkan
S.
Anak
dan
Remaja . Jakarta: BKK Gunung
perilaku
altruistik.
Mulia.
4. Bagi peneliti lain diharapkan
dapat
Hoffman, M. (2000). Empathy and
mempertimbangkan
variabel selain empati dengan
moral
faktor -faktor altruistik yang lain
Implications for caring and
seperti suasana hati, meyakini
justice. New York: Cambridge
keadilan
University Press.
dunia,
faktor
dan
faktor
situasional,
sosiobiologis.
development:
http://megapolitan.kompas.com/news
/2002/10/21/1053423439/76.Hi
DAFTAR PUSTAKA
langnya.Perikemanusiaan.Rem
Dayakisni, T., & Hudaniah. (2003).
aja.Modern.
Psikologi
Sosial.
Malang:
(Diakses
pada
tanggal 6 November 2013).
UMM Press.
Nashori, F. (2008). Psikologi Sosial
Islami. Bandung: PT. Refika
Gusti, A. Y., & Margaretha P. M.
(2010).
Perilaku
Ditinjau
dari
Kematangan
Psikologi.
Prososial
Empati
Emosi.
Vol.
9
Aditama.
dan
Jurnal
No.
Magdalena. (2012). Pengaruh Empati
terhadap Perilaku Altruisme
3
Desember, hal. 56-78.
sesama
Pengendara
Sepeda
Motor. Jurnal Psikologi, Vol.
2, No. 7 April, hal. 120-144.
Goleman, D. (2003). Kecerdasan
Emosional: Mengapa EI lebih
Sari, A. T. O & Eliza, M. (2003).
penting daripada IQ. Jakarta:
Empati dan Perilaku Merokok
PT Gramedia Pustaka Utama.
di
tempat
umum.
Jurnal
Psikologi, No. 2, ha l. 81-90.
10
Sears, David O., Freedman, Jonathan
L., & Peplau, L. A. (1994).
Psikologi Sosial jilid 2 . Alih
Bahasa:
Michael
Adryanto.
Jakarta: Erlangga.
Setyawan,
I.
(2010).
Kemampuan
Empati
Peran
pada
Efikasi Diri Mahasiswa Peserta
Kuliah
Kerja
Nyata
PPM
POSDAYA. Jurnal Psikologi.
Vol. 15, No. 5 Juni, hal. 73-96.
Taufik. (2012). Empati: pendekatan
psikologi sosial. Jakarta: Raja
Grafindo.
11
PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh:
GINANJAR PADANG SATOTO
F 100 090 201
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK
PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh:
GINANJAR PADANG SATOTO
F 100 090 201
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK
PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO
Diajukan oleh :
GINANJAR PADANG SATOTO
F 100 090 201
Telah disetujui untuk dipertahankan
di depan Dewan Penguji
Telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Tanggal, 13 Januari 2014
iii
iv
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK
PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO
Ginanjar Padang Satoto
Zahrotul Uyun
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
anjar.uchiha19@gmail.com
ABSTRAKSI
Siswa dalam masa pendidikan di Sekolah Menengah Atas diharapkan
memiliki sikap peduli untuk menolong orang lain, namun seringkali siswa justru
bersikap acuh dan bermusuhan. Salah satu indikasi atau penyebab munculnya
perilaku menolong adalah empati. Empati merupakan pengalaman menempatkan
diri pada keadaan emosi orang lain seola h-olah mengalaminya sendiri. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara empati dengan perilaku
altruistik pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Mengetahui tingkat empati
pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Seberapa besar perilaku altruistik pada
siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Mengetahui sumbangan efektif empati
terhadap perilaku altruistik pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Hipotesis
penelitian ada hubungan positif antara empati dengan perilaku altruistik pada
siswa Sekolah Menengah Kejuruan.
Subje k berjumlah 120 dari siswa-siswi kelas X dan XI. Teknik
pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling dan stratified
random sampling . Metode pengumpulan data menggunakan alat ukur skala
empati dan skala perilaku altruistik. Metode penelitian yang digunakan kuantitatif.
Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment.
Hasil analisis diperoleh data koefisien korelasi (r xy) sebesar 0,633 dengan
Signifikansi p = 0,000 (p=0,01). Ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara empati dengan perilaku altruistik pada siswa sekolah menengah kejuruan,
yang berarti hipotesis diterima. Sumbangan efektif empati 40,1%, hal ini berarti
masih terdapat 59,9% variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku
altruistik. Variabel perilaku altruistik mempunyai rerata empirik (RE) sebesar
81,11 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 60, yang berarti perilaku altruistik pada
subjek tergolong tinggi. Variabel empati diketahui rerata empirik (RE) sebesar
81,92 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5 yang be rarti tergolong tinggi.
Kata Kunci : Empati dan perilaku altruistik.
v
Perilaku acuh dan pasif juga
PENDAHULUAN
Kehidupan
masyarakat
yang
dapat dilihat dalam perilaku yang
semakin modern membuat individu
ditunjukkan
mementingkan
Bandung.
dirinya
sendiri.
remaja
Ada
3
di
remaja
putri
bersikap
masa
Fenomena tersebut dapat dijumpai
terekam
dalam
masyarakat
bodoh dan acuh melihat seorang
terutama di perkotaan, ketika ada
nenek terpeleset dan jatuh didepan
orang yang mengalami kesulitan
toilet
sering tidak mendapat bantuan dari
meninggalkan
orang la in. Memang ada sebagian
peduli
orang ketika mengetahui orang lain
menolongnya.( http://megapolitan.ko
dalam kesusahan langsung datang
mpas.com/news/2002/10/21/1053423
menolong, akan tetapi ada juga
439/76.Hilangnya.Perikemanusiaan.
sebagian orang yang hanya diam saja
Remaja.Modern.)
dan
kehidupan
bahkan
mengabaikan
tanpa
memberikan
begitu
pergi
saja
tanpa
berusaha
untuk
Sears
mendefinisikan
pertolongan
mempertimbangkan
kemudian
ataupun
altruisme.
Ada juga sebagian orang yang
dengan
umum,
Perilaku menolong disebut juga
sedikitpun peduli.
mau
kamera
SMA
dkk
(1994)
altruisme
adalah
tindakan suka rela yang dilakukan
motif
oleh seseorang atau sekelompok
dalam diri si penolong, misalnya
orang untuk menolong orang lain
untuk mengharapkan imbalan dari
tanpa mengharapkan imbalan apapun
orang
(kecuali mungkin perasaan telah
yang
Wahyuningsih
telah
ditolong.
(Setyawan,
2010)
melakukan kebaikan).
menyatakan penggunaan berbagai
teknologi
canggih
memberikan
yang
kemudahan
Penelitian
tampak
Robert
bagi
&
yang
Strayer
dilakukan
(Gusti
&
Margaretha, 2010) yang dilakukan
kehidupan manusia pada kenyataan-
terhadap
nya menimbulkan dampak negatif
menengah atas yang dibagi dalam 3
bagi pola hidup dan tingkah laku
kelas
sosial manusia.
setiap anak melakukan 15 tindakan
diketahui
menolong
1
150
per
siswa
bahwa
jam.
tingkat
rata -rata
Tindakan
menolong
tersebut
menurut
diri siswa di lingkungan sekolah.
pengamatan mereka berkisar pada
Brigham (Dayakisni & Hudaniah,
tindakan meminjamkan buku dan
2003) berpendapat bahwa perilaku
alat tulis pada teman, menghibur
menolong
teman yang sedih, mengingatkan
untuk menyokong kepentingan dan
teman jika alat tulis tertinggal di
kesejahteraan orang lain.
kelas, mengajari teman yang belum
paham
terhadap
pelajaran,
mempunyai
maksud
Berdasarkan uraian
serta
di atas,
maka penulis merumuskan masalah
membantu guru mengambilkan alat
“Apakah
tulis.
empati dengan perilaku altruistik
Batson
(Magdalena,
2012)
menyatakan
empati
pengalaman
menempatkan
ada
hubungan
antara
pada siswa di Sekolah Menengah
merupakan
Kejuruan?”.
diri
Kemudian
untuk
menjawab permasalahan di atas,
pada keadaan emosi orang lain
maka
seolah-olah mengalaminya sendiri.
mengadakan penelitian dengan judul
Kemudian
menjelaskan
“Hubungan antara empati dengan
bahwa empati dapat menimbulkan
perilaku altruistik pada siswa di
dorongan
Sekolah Menengah Kejuruan”.
Batson
untuk
menolong,
dan
tujuan dari menolong itu untuk
memberikan
kesejahteraan
penulis
tertarik
untuk
Tujuan yang ingin dicapai dalam
bagi
penelitian ini, untuk mengetahui:
target empati.
1. Hubungan antara empati dengan
Remaja sebagai peserta didik
perilaku
diharapkan menanam tinggi perilaku
menolong
terhadap
siapapun
yang
teman
altruistik
siswa
di
Sekolah Menengah Kejuruan.
atau
2. Tingkat empati pada siswa di
benar-benar
Sekolah Menengah kejuruan.
memandang
3. tingkat perilaku altruistik pada
orang tersebut teman dekat atau
siswa di Sekolah Menengah
bukan. Adanya empati yang kuat
Kejuruan.
akan menumbuhkan rasa kepedulian
4. Sumbangan
membutuhkan
dan
rasa
iba
tanpa
yang
kemudian
efektif
empati
terhadap perilaku altruistik siswa
muncullah perilaku menolong dalam
di Sekolah Menengah Kejuruan.
2
imbalan apapun (kecuali mungkin
LANDASAN TEORI
Comte
(Taufik,
2012)
altruisme
mendefinisikan
perasaan telah melakukan kebaikan).
berasal
Taufik
(2012)
menjelaskan
dari kata “alter” yang artinya “orang
secara umum altruisme
lain”. Secara bahasa altruistik adalah
sebagai aktivitas menolong orang
perbuatan yang berorientasi pada
lain, yang dikelompokkan ke dalam
kebaikan
perilaku
orang
membedakan
menolong
perilaku
lain.
antara
yang
Dikatakan
perilaku prososial karena memiliki
dengan
dampak positif terhadap orang lain
egois.
atau masyarakat luas. Lawan dari
memberikan
perilaku prososial adalah perilaku
yang
dalam
prososial.
perilaku
altruis
menolong
Menurutnya
Comte
diartikan
pertolongan, manusia memiliki 2
antisosial,
motif, yaitu altruis dan egois. Kedua
memiliki dampak buruk terhadap
dorongan
tersebut
sama-sama
orang lain atau masyarakat, dan
ditujukan
untuk
memberikan
disebut juga dengan perilaku yang
pertolongan.
Perilaku
menolong
yaitu
mengisolasi
yang egois tujuannya justru mencari
perilaku
diri
sendiri
yang
dari
pergaulan lingkungan.
manfaat dari orang yang ditolong.
Mussen dkk (Nashori, 2008)
Sedangkan perilaku menolong altruis
mengungkapkan bahwa aspek-aspek
yaitu
perilaku altruisme meliputi:
perilaku
ditujukan
semata -mata
kebaikan
orang
Selanjutnya
perilaku
menolong
yang
Comte
menolong
yang
a. Cooperation (Kerjasama), yaitu
untuk
ditolong.
melakukan
menyebut
ini
pekerjaan
atau
kegiatan secara bersama-sama.
b. Sharing
dengan
altruisme.
(Berbagi),
yaitu
kesediaan untuk ikut merasakan
Sears dkk (1994) mendefinisikan
apa yang dirasakan orang lain.
altruisme adalah tindakan suka rela
c. Helping
(Menolong),
yaitu
yang dilakukan oleh seseorang atau
membantu orang lain dengan
sekelompok orang untuk menolong
cara meringankan beban fisik
orang
atau psikologis orang tersebut.
lain
tanpa
mengharapkan
3
d. Genereocity (Berderma), yaitu
kesediaan
untuk
orang lain untuk memberikan
memberikan
pertolongan.
barang miliknya kepada orang
e. Faktor sosiobiologis: perilaku
lain yang membutuhkan secara
menolong
sukarela.
dipengaruhi oleh jenis hubungan
e. Honesty
(Kejujuran),
kesediaan
seperti
melakukan
apa
adanya
yaitu
orang
lain
dengan orang lain, individu lebih
sesuatu
suka
menolong
orang
dengan
sudah dikenal atau teman dekat
mengutamakan nilai kejujuran
daripada orang asing.
tanpa berbuat curang.
Titchner
yang
(Goleman,
2003)
Wortman, dkk (Dayakisni &
menyatakan bahwa empati berasal
Hudaniah, 2003) membagi faktor-
dari semacam peniruan secara fisik
faktor yang mempengaruhi perilaku
atas
altruisme, yaitu:
kemudian
a. Suasana hati: jika suasana hati
beban
serupa
orang
lain,
menimbulkan
dalam
diri
yang
perasaan
seseorang.
sedang nyaman, seseorang akan
Menurut Johnson (Sari & Eliza,
terdorong
2003) empati adalah kecenderungan
untuk
memberikan
pertolongan lebih banyak.
b. Meyakini
keadilan
untuk
dunia:
memahami
keadaan
pikiran
kondisi
atau
orang
lain.
adanya keyakinan bahwa dalam
Seseorang
jangka panjang yang salah akan
digambarkan sebagai individu yang
dihukum dan yang baik akan
toleran,
mendapat pahala.
mengendalikan diri, dan bersifat
c. Empati: kemampuan seseorang
empati merupakan suatu aktivitas
d. Faktor situasional: kondisi dan
seseorang
tolongan
muncul
membutuhkan
juga
mampu
Taufik (2012) mendefinisikan
atau pengalaman orang lain.
yang
ramah,
berempati
humanistik.
untuk ikut merasakan perasaan
situasi
yang
untuk memahami apa yang sedang
saat
dipikirkan dan dirasakan orang lain,
per-
serta
mempengaruhi
apa
yang
dipikirkan
dan
dirasakan oleh yang bersangkutan
(observer,
4
perceiver)
terhadap
kondisi yang sedang dialami orang
karakter khayalan yang terdapat
lain
pada buku-buku, layar
tanpa
yang
bersangkutan
kehilangan kontrol dirinya.
bioskop,
Menurut Gunarsa (2000) empati
maupun
kaca,
dalam
permainan-permainan.
c. Empathic
dianggap sebagai salah satu cara
concern
(Perhatian
yang efektif dalam usaha mengenali,
Empatik), merupakan orientasi
memahami, dan mengevaluasi orang
seseorang terhadap orang lain
lain. Dan hasil akhir yang terbaik
berupa simpati, kasihan, dan
dari
munculnya
peduli terhadap orang lain yang
perilaku menolong, Warneken &
mengalami kesulitan. Aspek ini
Tomasello (Taufik, 2012).
berhubungan
empati
adalah
Davis (Sari & Eliza, 2003)
menjelaskan
aspek-aspek
secara
positif
dengan reaksi emosional dan
empati,
perilaku menolong pada orang
antara lain:
lain.
a. Perspective
tacking
(Pengambilan
d. Personal
Perspektif),
merupakan
distress
(Distress
Pribadi), merupakan orientasi
kecenderungan
seseorang
terhadap
dirinya
individu untuk mengambil alih
sendiri yang berupa perasaan
secara spontan sudut pandang
cemas dan gelisah pada situasi
orang
Pentingnya
interpersonal.
kemampuan dalam perspective
Faktor-faktor
lain.
yang
mem-
taking untuk perilaku yang non-
pengaruhi empati menurut Hoffman
egosentrik, yaitu perilaku yang
(2000) yaitu:
tidak
berorientasi
pada
a. Sosialisasi, adanya sosialisasi
kepentingan diri sendiri, tetapi
memungkinkan seseorang dapat
perilaku yang berorientasi pada
mengalami
kepentingan orang lain.
mengarahkan seseorang untuk
b. Fantasy (Imajinasi), merupakan
diri
ke
emosi,
melihat keadaan orang lain dan
kecenderungan seseorang untuk
mengubah
sejumlah
berpikir tentang orang lain.
b. Mood
dalam
perasaan dan tindakan karakter-
perasaan
5
and
feeling,
Situasi
seseorang
ketika
berinteraksi dengan lingkungan-
untuk diuji kebenarannya adalah
nya akan mempengaruhi cara
“ada hubungan positif antara empati
seseorang dalam memberikan
dengan perilaku altruis tik pada siswa
respon terhadap perasaan dan
di SMK”.
perilaku orang lain.
c. Situasi dan tempat, pada situasi
METODE PENELITIAN
tertentu seseorang dapat ber-
Variabel di dalam penelitian ini
empati lebih baik dibandingkan
adalah:
dengan situasi yang lain.
1. Variabel bebas: empati
d. Proses belajar dan identifikasi,
2. Variabel
apa yang telah dipelajari anak
altruistik
dirumah
situasi
Sampel yang digunakan dalam
tertentu diharapkan anak dapat
penelitian ini yaitu 120 siswa aktif
menerapkannya pada lain waktu
SMK Bina Patria 2 Sukoharjo yang
yang lebih luas.
terdiri
atau
e. Komunikasi
pada
dan
pengungkapan
bahasa,
empati
dari:
kendaraan
di-
tergantung:
kelas
X
Ringan
sebanyak
40
perilaku
Teknik
(TKR
siswa,
C)
kelas
X
pengaruhi
oleh
komunikasi
Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)
(bahasa)
yang
digunakan
sebanyak 40 siswa, dan kelas XI
seseorang.
Perbedaan
dan
ketidakpahaman
komunikasi
akan
bahasa
Teknik Pemeliharaan Mesin Industri
tentang
(TPMI A) sebanyak 40 siswa.
menjadi
Teknik
hambatan pada proses empati.
yang
akan
pengambilan
sampel
digunakan
dalam
penelitian ini adalah dengan cluster
f. Pengasuhan, lingkungan yang
berempati dari suatu keluarga
random
sampling
sangat membantu anak dalam
random
sampling,
menumbuhkan
pengambilan
empati
dalam
dirinya.
Berdasarkan
sampel
stratified
yaitu
teknik
berdasarkan
satuan-satuan sampel tidak terdiri
landasan
teori
dari individu-individu melainkan dari
yang telah dikemukakan di atas,
maka hipotesis
dan
yang
kelompok-kelompok individu atau
diajukan
6
cluster dan berdasarkan tingkatannya
penderitaan orang tersebut. Batson
(kelas) atau stratified .
(Taufik, 2012) menambahkan bahwa
Pengambilan data penelitian
empati dapat menimbulkan dorongan
ini menggunakan 2 skala, yaitu:
untuk menolong, dan tujuan dari
skala empati dan skala altruisme.
menolong itu untuk memberikan
Analisis data yang digunakan adalah
kesejahteraan bagi target empati.
product
korelasi
menggunakan
moment
bantuan
dan
Robert & Strayer (Gusti &
program
Margaretha, 2010) mengungkapkan
komputer SPSS 15.
bahwa empati sangat berkaitan erat
dengan
perhitungan
menolong
pada
individu. Warneken & Tomasello
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
perilaku
dengan
(Taufik, 2012) menyatakan bahwa
analisis product momen t dari Pearson
hasil akhir yang terbaik dari empati
diperoleh nilai koefisien korelasi
adalah
(rxy)
menolong.
sebesar
0,633;
dengan
munculnya
perilaku
signifikansi (p) = 0,000 (p=0,01)
Variabel empati memiliki rerata
artinya ada hubungan positif yang
empirik (RE) sebesar 81,92 dan
sangat
signifikan
rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5.
dengan
perilaku
antara
empati
altruis tik.
Hal
Dari 120 subjek penelitian, 0 subjek
tersebut menyatakan bahwa hipotesis
(0%) tergolong sangat rendah, 0
penelitian yang diajukan diterima,
subjek (0%) tergolong rendah, 6
bahwa ada hubungan positif antara
subjek (5%) tergolong sedang, 69
empati dengan perilaku altruis tik.
subjek (57,5%) tergolong tinggi, dan
Hasil penelitian yang dilakukan
Stephan
&
&
tinggi. Secara umum empati pada
menunjukkan
subjek tergolong tinggi. Hal ini dapat
bahwa orang yang memiliki rasa
diartikan aspek-aspek yang terdapat
empati
dalam empati, yaitu Pengambilan
Margaretha,
Stephan
2010)
akan
menolong
membutuhkan
(Gusti
45 subjek (37,5%) tergolong sangat
berusaha
orang
lain
pertolongan
untuk
yang
perspektif
(perspective
tacking),
dan
imajinasi
(fantasy),
perhatian
empatik (empathic concern), dan
merasa kasihan atau iba terhadap
7
distress pribadi (personal distress),
masih
sepenuhnya dimiliki dan menjadi
variabel
bagian dari karakteristik kepribadian
mempengaruhi
subjek.
selain
terdapat
59,9%
lain
variabel-
yang
dapat
perilaku altruisme
empati.
Wortman
dkk
Perilaku altruis tik pada subjek
(Dayakisni & Hudaniah, 2003)
penelitian memiliki rerata empirik
menyatakan ada beberapa faktor
(RE)
yang
sebesar
81,11
dan
rerata
mempengaruhi
perilaku
hipotetik (RH) sebesar 60. Dari 120
altruisme,
yaitu:
suasana
ha ti,
subjek penelitian, 0 subjek (0%)
meyakini
keadilan
dunia,
faktor
tergolong sangat rendah, 0 subjek
situasional, dan faktor sosiobiologis.
(0%) tergolong rendah, 1 subjek
(0,8%) tergolong sedang, 65 subjek
KESIMPULAN DAN SARAN
(54,2%) tergolong tinggi, dan 54
Berdasarkan hasil penelitian di
subjek
(45%)
tergolong
tinggi.
Secara
umum
perilaku
pada
subjek
tergolong
sangat signifikan antara empati
tinggi. Kondisi ini menggambarkan
dengan perilaku altruis tik pada
bahwa subjek penelitian memiliki
siswa
altruistik
kecenderungan
altruisme
sangat
atas dapat diambil kesimpulan
1. Ada
yang
hubungan
Kejuruan.
positif
Sekolah
yang
Menengah
Semakin
tinggi
tinggi. Hal ini dapat diartikan aspek-
empati maka semakin tinggi
aspek yang terdapat dalam perilaku
perilaku altruistik, sebaliknya
altruistik,
kerjasama
semakin rendah empati maka
(sharing),
semakin
rendah
perilaku
behavior),
altruistik.
Nilai
koefisien
yaitu
(cooperation),
menolong
berbagi
(helping
berderma (charity), dan kejujuran
korelasi (rxy) sebesar 0,633 ;
(honesty), sepenuhnya dimiliki dan
Signifikansi p = 0,000 (p =
menjadi bagian dari karakteristik
0,01).
kepribadian subjek.
2. Tingkat empati pada subyek
Sumbangan efektif dari variabel
tergolong
empati terhadap variabel perilaku
tinggi.
Hal
ini
ditunjukkan oleh rerata empirik
altruistik yaitu sebesar 40,1%, berarti
8
sebesar
81,92
dan
rerata
2. Bagi
hipotetik sebesar 62,5.
orang
tua
diharapkan
mempertahankan kondisi anak
3. Tingkat perilaku altruistik pada
yang memiliki altruis tik tinggi
subyek tergolong tinggi. Hal ini
dengan cara mengajarkan atau
ditunjukkan oleh rerata empirik
memberikan
sebesar
kepada anak untuk senantiasa
81,11
dan
rerata
hipotetik sebesar 60.
4. Sumbangan
efektif
empati
contoh-contoh
perhatian,
peduli,
terhadap
orang
dan
peka
lain
yang
40,1%. Hal ini berarti masih
mengalami kesulitan. Kemudian
terdapat 59,9% variabel-variabel
mengajarkan kepada anak agar
lain yang dapat mempengaruhi
tidak mementingkan diri sendiri
kecenderungan
tetapi juga berperilaku untuk
perilaku
altruistik selain empati.
kepentingan orang lain. Selain
Saran yang diharapkan dapat
itu juga anak diharapkan peka
bermanfaat, yaitu:
dan mampu merasakan perasaan
1. Bagi pihak sekolah diharapkan
mampu
kondisi
orang lain dalam situasi sulit.
mempertahankan
peserta
didik
3. Bagi subjek diharapkan dapat
yang
mempertahankan
empati
dan
memiliki empati yang tinggi
perilaku altruis tik dengan cara
serta perilaku altruis tik yang
mengendalikan suasana hati dan
tinggi, dapat dilakukan dengan
perasaan
ketika
cara
penderitaan
orang
mengadakan
kegiatan
melihat
lain
agar
positif kepada para siswa agar
menjadi peduli, lalu mendalami
memberikan
contoh
nilai-nilai moral dan keagamaan
kepedulian
dan
tentang
perhatian
yang
berkaitan
individu terhadap teman atau
pentingnya
orang lain, misalnya: kegiatan
terhadap sesama manusia yang
Pramuka, Palang Merah Remaja,
kelak
Pecinta Alam, Bhakti Sosial,
memperhatikan
mengunjungi panti asuhan, dan
kondisi saat melihat kesulitan
kegiatan lainnya.
orang lain agar menjadi peka
9
berbuat
tentang
mendapatkan
situasi
baik
pahala,
dan
dan
menumbuhkan
empati
perasaan
yang
Gunarsa,
Psikologi
(2000).
Perkembangan
kemudian
menumbuhkan
S.
Anak
dan
Remaja . Jakarta: BKK Gunung
perilaku
altruistik.
Mulia.
4. Bagi peneliti lain diharapkan
dapat
Hoffman, M. (2000). Empathy and
mempertimbangkan
variabel selain empati dengan
moral
faktor -faktor altruistik yang lain
Implications for caring and
seperti suasana hati, meyakini
justice. New York: Cambridge
keadilan
University Press.
dunia,
faktor
dan
faktor
situasional,
sosiobiologis.
development:
http://megapolitan.kompas.com/news
/2002/10/21/1053423439/76.Hi
DAFTAR PUSTAKA
langnya.Perikemanusiaan.Rem
Dayakisni, T., & Hudaniah. (2003).
aja.Modern.
Psikologi
Sosial.
Malang:
(Diakses
pada
tanggal 6 November 2013).
UMM Press.
Nashori, F. (2008). Psikologi Sosial
Islami. Bandung: PT. Refika
Gusti, A. Y., & Margaretha P. M.
(2010).
Perilaku
Ditinjau
dari
Kematangan
Psikologi.
Prososial
Empati
Emosi.
Vol.
9
Aditama.
dan
Jurnal
No.
Magdalena. (2012). Pengaruh Empati
terhadap Perilaku Altruisme
3
Desember, hal. 56-78.
sesama
Pengendara
Sepeda
Motor. Jurnal Psikologi, Vol.
2, No. 7 April, hal. 120-144.
Goleman, D. (2003). Kecerdasan
Emosional: Mengapa EI lebih
Sari, A. T. O & Eliza, M. (2003).
penting daripada IQ. Jakarta:
Empati dan Perilaku Merokok
PT Gramedia Pustaka Utama.
di
tempat
umum.
Jurnal
Psikologi, No. 2, ha l. 81-90.
10
Sears, David O., Freedman, Jonathan
L., & Peplau, L. A. (1994).
Psikologi Sosial jilid 2 . Alih
Bahasa:
Michael
Adryanto.
Jakarta: Erlangga.
Setyawan,
I.
(2010).
Kemampuan
Empati
Peran
pada
Efikasi Diri Mahasiswa Peserta
Kuliah
Kerja
Nyata
PPM
POSDAYA. Jurnal Psikologi.
Vol. 15, No. 5 Juni, hal. 73-96.
Taufik. (2012). Empati: pendekatan
psikologi sosial. Jakarta: Raja
Grafindo.
11