KEABSAHAN SURAT WASIAT TERHADAP PEMBAGIAN HARTA PERKAWINAN POLIGAMI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.

ABSTRAK
SALMAN FUADI
110113080053
KEABSAHAN SURAT WASIAT TERHADAP PEMBAGIAN HARTA
PERKAWINAN POLIGAMI DIHUBUNGKAN DENGAN
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN DAN
KOMPILASI HUKUM ISLAM

Poligami merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW dan adakalanya seorang
suami terpaksa melakukan poligami karena tidak dapat memiliki keturunan dari sang isteri.
Suami harus memiliki ijin terlebih dahulu dari isteri untuk dapat berpologami. Terdapat
kasus Alm. Galuh Mubarok di Bandung, beliau seorang pengusaha kaya raya yang
memiliki dua orang isteri, karena perkawinan dengan isteri pertamanya tidak dapat
memperoleh keturunan, kemudian setelah ia meninggal, diketahui bahwa seluruh hartanya
diberikan kepada isteri kedua melalui surat wasiat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui dan memahami hak serta kedudukan isteri-isteri di dalam perkawinan
poligami terkait perolehan pembagian harta bersama dihubungkan dengan UndangUndang Perkawinan dan KHI serta untuk memahami keabsahan surat wasiat dalam
pembagian harta perkawinan poligami dihubungkan dengan Undang-Undang Perkawinan
dan KHI.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat yuridis normatif

yaitu dengan mengkaji dan menguji data sekunder atau bahan-bahan kepustakaan yang
berhubungan dengan permasalahan perkawinan poligami dan harta bersama. Spesifikasi
penelitian ini adalah deskriptif - analitis yaitu mendeskripsikan hak dan kedudukan para
isteri dalam perkawinan poligami untuk memperoleh harta bersama yang diberikan melalui
surat wasiat. Penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan studi lapangan.
Data yang terkumpul dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode yuridis
kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa di dalam Pasal 65 ayat (1) huruf
(b) dan (c) UU Perkawinan, pada pokoknya isteri kedua dalam perkawinan poligami tidak
mempunyai hak atas harta bersama yang telah ada sebelum perkawinan dengan isteri
kedua, serta semua isteri mempunyai hak yang sama atas harta bersama yang terjadi
sejak perkawinannya masing-masing. Pasal 94 KHI mengatur pula harta bersama dari
perkawinan seorang suami yang mempunyai isteri lebih dari seorang, masing-masing
terpisah dan berdiri sendiri. Menurut Pasal 195 KHI pembagian harta bersama dalam
perkawinan poligami diperbolehkan mempergunakan surat wasiat asalkan porsi yang
dibagikan sesuai dengan aturan dalam undang - undang dan juga mendapatkan
persetujuan dari seluruh ahli waris.

iv