UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DALAM PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWAERBAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN
TANGGUNG JAWAB BELAJAR DAN PEMECAHAN
MASALAH SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Master Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:
Rini Meilinda Monica Sidauruk
NIM 8106172048

PROGRAM STUDI MATEMATIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN
TANGGUNG JAWAB BELAJAR DAN PEMECAHAN
MASALAH SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Master Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:
Rini Meilinda Monica Sidauruk
NIM 8106172048

PROGRAM STUDI MATEMATIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015


ABSTRAK

Rini Meilinda Monica Sidauruk. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam peningkatan Tanggung Jawab Belajar
dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Tesis Program Studi Pendidikan
Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2014.
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan tanggung
jawab belajar siswa serta peningkatan aktivitas guru dalam pengelolaan
pembelajaran siswa di SMP Swata Perguruan Katolik Asisi Medan. Untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada
materi sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SLPDV) dianalisis signifikansi
perbedaan hasil postest kelas eksperimen (kelas TPS) dengan kelas kontrol (kelas
pembelajaran biasa). Setelah diketahui bahwa data Kemampuan Awal Matematika
(KAM) siswa dan hasil postest kedua kelas berdistribusi normal dan homogen.
Untuk mengetahui penerapan pembelajaran TPS terhadap peningkatan tanggung
jawab belajar siswa dianalisis, korelasi hasil postest dengan skor tanggung jawab
belajar siswa berdasarkan perbedaan koefisien korelasi KAM siswa kategori

rendah dengan KAM siswa kategori tinggi. Sementara peningkatan aktivitas guru
dalam pengelolaan pembelajaran siswa dianalisis secara diskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa dapat ditingkatkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS ( think-PairShare), (ttabel = 2.056) : Koefisien, korelasi, ternormalisasi kelompok siswa
kelompok KAM rendah (thitung = 10.46) lebih besar dibanding siswa pada
kelompok KAM tinggi (thitung = 0.04), dan ada interaksi antara hasil postest dan
skor tanggung jawab belajar siswa umumnya di kelas eksperimen terutama pada
kelompok siswa KAM rendah. Berdasarkan hasil penelitian dapat dianjurkan
untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe TPS, sekaligus untuk lebih
menghomogenkan kemampuan matematika siswa. Saran selanjutnya diharapkan
kepada guru, lembaga terkait dan peneliti selanjutnya adalah agar pembelajaran
kooperatif tipe TPS pada pembelajaran
matematika menekankan pada
kemampuan pemecahan masalah matematika dan tanggung jawab belajar siswa
dan menjadikan pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai salah satu alternative
untuk pembelajaran matematika pada pokok bahasan lain.

Kata Kunci : Pemecahan Masalah Matematika Siswa, Tanggung Jawab Belajar
Siswa, dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS


iii

ABSTRACT

Rini Meilinda Monica Sidauruk. Implementation of cooperative learning
type Think-Pair-Share (TPS) in the increased responsibility of Student
Learning. Thesis, Field Mathematics Education Graduate Studies Program
UNIMED, 2014.
This is a type of quasi-experimental research. The purpose of this research is to
implementing type of learning cooperative type Think-Pair-Share to increase math
problem solving capabilities and responsibilities of student learning as well as
increased activity in the management of teachers in SMP Catholic Assisi Medan.
To determine the increase in mathematical problem-solving ability pf students on
the subject of systems of linear equations of two variables (SPLDV) analyzed the
significance of differences in post-test results of the experimental class (class
TPS) with a control class (class of ordinary learning). After it emerged that the
data early mathematics ability (KAM) students on post-test result of normal
distribution and homogeneous. Learning to determine the application of TPS to
increase the responsibility of student learning are analyzed, the correlation result
with posttest scores responsibility of student learning based on differences

coefficient KAM students category KAM low to high category students. While an
increase in the activity of the teacher in the management of student learning
analyzed descriptively. The result showed that students mathematical problem
solving ability can be enhanced by cooperative learning type TPS (think-PairShare), (ttable = 2.056). Normalized correlation coefficient KAM group of students is
low (tcount = 10.46) is greater than the students in the group of high KAM (tcount =
0.04) and no interaction between the post-test result and scores aregenerally the
responsibility of student learning in the classroom experiments, especially at low
KAM student group. Based on the results of the research can be encouraged to
develop cooperative learning TPS, as well as to further homogenize the math
skills of students. The next suggestion is expected to teachers, institutions and
further research is in order type of cooperative learning in the learning of
mathematics emphasis on mathematical problem-solving ability and responsibility
to make student learning TPS as an alternative to learning mathematics in the
other subject.
Keywords : students’ mathematical problem solving, responsibility for student
learning and cooperative learning type Think-Pair-Share

iv

v


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………

i

ABSTRAK..……………………………………………………….

iii

ABSTRACT………………………………………………………..

iv

DAFTAR ISI……………………………………………………..

v


DAFTAR TABEL………………………………………………..

ix

DAFTAR GAMBAR……………………………………………..

xi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….

xiii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………

1

1.1. Latar Belakang Masalah……………………………………

1


1.2. Identifikasi Masalah………………………………………..

10

1.3. Batasan Masalah……………………………………………

11

1.4. Rumusan Masalah………………………………………….

11

1.5. Tujuan Penelitian…………………………………………...

12

1.6. Manfaat Penelitian………………………………………….

13


1.7. Definisi Operasional…….………………………………….

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………….

16

2.1. Kerangka Teoritis…………………………………………..

16

2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika…

16

2.1.2. Aktivitas Belajar Siswa…………………………….

19


2.1.3. Tanggung Jawab Siswa dalam Belajar……………..

22

2.1.4. Masalah dalam Matematika……………………….. .

27

2.1.5. Pemecahan Masalah Matematika…………………..

29

2.1.6. Model Pembelajaran………………………………..

31

2.1.7. Pembelajaran Kooperatif…………………………...

32


2.1.8. Teknik Think-Pair-Square…………………………..

37

2.1.9. Pembelajaran Konvensional………………………..

41

vi

2.1.10. Teori Belajar yang Mendukung……………………

47

2.1.11. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ( SPLDV )…

50

2.1.11.1. Pengertian Sistem Persamaan Linear
Dua VariabeL……………………………..

50

2.1.12. Penyelesaian Soal Cerita yang Berkaitan dengan
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)…..

54

2.1.13 Pembelajaran Materi SPLDV dengan Teknik
Think-Pair-Share (TPS)………………………………

56

2.2. Kerangka Konseptual…………………………………………

59

2.2.1. Peningkatan Tanggung Jawab Belajar Siswa dengan
model Pembelalajaran Think-Pair-Share……………..

59

2.2.2. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa…………………………………….

60

2.2.3. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa antara Kelas TPS dan Kelas Konvensional…….

61

2.2.4. Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Lebih baik dan
Lebih Bervariasi……………………………………….

61

2.2.5. Aktivitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran…….

62

2.3. Hipotesis Penelitian……………………………………………

62

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………

64

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………

64

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………….

64

3.2.1. Populasi Penelitian……………………………………

64

3.2.2. Sampel Penelitian……………………………………..

64

3.3. Variabel Penelitian…………………………………………..

65

3.4. Jenis dan Desain Penelitian…………………………………..

66

3.4.1. Jenis Penelitian……………………………………….

66

3.4.2. Desain Penelitian…………………………………….

67

3.5. Prosedur Penelitian…………………………………………..

70

3.6. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya………………..

72

vii

3.6.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis…..

72

3.6.2. Analisis Validitas Butir Soal…………………………

75

3.6.3. Reliabilitas…………………………………………..

76

3.6.4. Analisis Tingkat Kesukaran…………………………

77

3.6.5. Daya Pembeda………………………………………

78

3.6.6. Angket Tanggung Jawab Belajar Siswa……………

79

3.6.7. Perangkat Pembelajaran dan Bahan Ajar…………..

80

3.6.8. Uji Prasyarat Analisis………………………………

81

3.6.8.1. Menghitung Gain Ternormalisasi………….

81

3.6.8.2. Uji Homogenitas…………………………..

82

3.6.8.3. Uji Normalitas……………………………..

83

3.6.8.4. Uji Hopotesis……………………………….

83

3.6.9. Teknik Analisis Data………………………………..

85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………

89

4.1. Hasil Analisis Data…………………………………………..

89

4.1.1. Deskripsi Kemampuan Awal Matematika (KAM)…..

90

4.1.2. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Kelas Eksperimen berdasarkan Hasil Pretest………..

94

4.1.3. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Kelas Eksperimen……………………….

99

4.1.4. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah kelas
Kontrol………………………………………………

103

4.1.5. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah pada Kelas
Eksperimen dan Kontrol…………………………….

108

4.1.6. Deskripsi Skor Tanggung Jawab Belajar Siswa dalam
Pemecahan Masalah Siswa Kelas Ekperimen……….

113

4.2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan
Skor Tanggung Jawab Belajar Siswa………………………... 115
4.3. Peranan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS
dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa.. 116

viii

4.4. Deskripsi Proses Penyelesaian Masalah Matematika yang
dikerjakan Siswa……………………………………………… 118
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………. 125
4.5.1. Faktor Pembelajaran……………………………………. 125
4.5.1.1. Bahan Ajar……………………………………. 126
4.5.1.2. Guru…………………………………………... 128
4.5.1.3. Peran Siswa…………………………………… 130
4.5.1.4. Interaksi……………………………………….

131

4.5.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa….

132

4.5.3. Perbedaan Tanggung Jawab Belajar Siswa terhadap
Matematika……………………………………………..

133

4.5.4. Interaksi antara Pembelajaran dengan Kemampuan
Awal Siswa……………………………………………..

135

4.5.5. Proses Jawaban Siswa…………………………………..

135

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………….

137

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN…………….

138

5.1. Kesimpulan……………………………………………………

138

5.2. Implikasi……………………………………………………....

139

5.3. Saran…………………………………………………………..

140

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..

143

ix

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1.

Sintaks Guru dalam Pembelajaran Kooperatif………...

35

Tabel 2.2

Sintaks Pembelajaran Ekspositori……………………..

44

Tabel 3.1.

Two Group Pretest-Postest Design……………………

68

Tabel 3.2.

Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel
Bebas Terikat dan Kontrol…………………………….

69

Tabel 3.3.

Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah…………..

73

Tabel 3.4.

Skor Alternatif Pemecahan Mssalah Matematika…….

74

Tabel 3.5.

Kriteria Penentuan Tingkat Validitas Soal……………

76

Tabel 3.6.

Analisis Validitas Butir Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah……………………………………………......

76

Tabel 3.7.

Kriteria Reliabilitas Derajat Evaluasi Soal……………

77

Tabel 3.8.

Analisis Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah………………………………………………..

77

Tabel 3.9.

Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran Soal………….

78

Tabel 3.10.

Analisis Tingkat Kesukaran…………………………...

78

Tabel 3.11.

Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Soal……………..

79

Tabel 3.12.

Analisis Daya Pembeda Soal…………………………

79

Tabel 3.13.

Kisi-kisi Angket Tanggung Jawab Belajar Siswa……

80

Tabel 3.14.

Pedoman Pembuatan Angket………………………...

80

Tabel 3.15.

Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran……………...

81

Tabel 3.16.

Kriteria Skor Gain Ternormalisasi…………………...

82

Tabel 3.17.

Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Uji Statistik
yang digunakan………………………………………

Tabel 4.1.

87

Kemampuan Awal Matematika Siswa Tiap Kelas
Sampel……………………………………………….

90

Tabel 4.2.

Hasil Uji Normalitas KAM (Test of Normality)……...

91

Tabel 4.3.

Hasil Uji Homogenitas KAM………………………..

92

Tabel 4.4.

Hasil Uji Perbedaan Rerata KAM…………………...

93

x

Tabel 4.5.

Sebaran Jumlah Siswa Berdasarkan KAM Sampel
Penelitian…………………………………………….

Tabel 4.6.

94

Hasil Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Tiap Kelas Sampel…………………………………...

95

Tabel 4.7.

Hasil Uji Normalitas Data Pretest……………………

96

Tabel 4.8.

Hasil Uji Homogenitas Data Pretest…………………

96

Tabel 4.9.

Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest………………….

97

Tabel 4.10.

Sebaran Sampel Penelitian dan Rerata Pretest
Berdasarkan KAM…………………………………...

Tabel 4.11.

Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen…………………………………………..

Tabel 4.12.

104

Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen dan Kontrol……………………………..

Tabel 4.14.

99

Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas
Kontrol……………………………………………….

Tabel 4.13.

98

109

Skor Tanggung Jawab Belajar Siswa Berdasarkan
Nilai KAM dalam Pemecahan Masalah Matematika
Pada Kelas Eksperimen………………………………

Tabel 4.15.

Hasil Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TPS dan Tingkat Tanggung Jawab Belajar Siswa…...

Tabel 4.16.

116

Sebaran Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol pada
Setiap Nomor Soal Pretest berdasarkan Kategori KAM..

Tabel 4.18.

115

Rata-Rata Nilai KAM Pretest, Postest Siswa pada Kelas
Eksperimen dan Kontrol berdasarkan Nilai KAM…...

Tabel 4.17.

114

118

Sebaran Siswa Berdasarkan Aspek dan Skor masingMasing Nomor Soal Postest…………………………..

119

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1

Tahap Think……………………………………………..

38

Gambar 2.2

Tahap Pair……………………………………………….

39

Gambar 2.3

Tahap Share……………………………………………..

39

Gambar 2.4

Solusi umum Sistem Persamaan Linear Dua Variabel…

51

Gambar 4.1a Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Tinggi
Kelas Eksperimen……………………………………….

100

Gambar 4.1b Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Sedang
Kelas Eksperimen……………………………………….

101

Gambar 4.1c Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa KAM Kategori
Rendah Kelas Eksperimen……………………………….

102

Gambar 4.2a Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Tinggi
Kelas Kontrol……………………………………….

105

Gambar 4.2b Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Sedang
Kelas Kontrol……………………………………….

106

Gambar 4.2c Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Rendah
Kelas Kontrol……………………………………….

107

Gambar 4.2d Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas Kontrol..……….

108

Gambar 4.3a Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Tinggi
Kelas Eksperimen dan Kontrol…………………….
Gambar 4.3b Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan

110

xii

Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Sedang
Kelas Eksperimen dan Kontrol…………………….

111

Gambar 4.3c Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa KAM Kategori Rendah
Kelas Eksperimen dan Kontrol…………………….

112

Gambar 4.3d Diagram Batang Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan
Kontrol………………………..…………………….

113

Gambar 4.4a Jawaban Siswa Untuk Butir Soal Nomor 1.……….

121

Gambar 4.4b Jawaban Siswa Untuk Butir Soal Nomor 2….…….

122

Gambar 4.4c Jawaban Siswa Untuk Butir Soal Nomor 3.……….

122

Gambar 4.4d Jawaban Siswa Untuk Butir Soal Nomor 4.……….

123

Gambar 4.4e Jawaban Siswa Untuk Butir Soal Nomor 5.……….

124

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Eksperimen)…..

147

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Eksperimen)….

152

Lampiran 3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Eksperimen)...

157

Lampiran 4

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Eksperimen)...

161

Lampiran 5

Lembar Aktivitas Siswa I……………………………….

167

Lampiran 6

Lembar Aktivitas Siswa II………………………………

182

Lampiran 7

Lembar Aktivitas Siswa III……………………………..

188

Lampiran 8

Lembar Aktivitas Siswa IV……………………………..

193

Lampiran 9

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Kontrol)……….

199

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Kontrol)………

201

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Kontrol)……..

203

Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Kontrol)……..

205

Lampiran 13 Pretest……………………………………………………

207

Lampiran 14 Kisi-Kisi Tes…………………………………………….

209

Lampiran 15 Postest……………………………………………………

210

Lampiran 16 Alternatif Penyelesaian Tes Pemecahan Masalah……….

213

Lampiran 17 Angket Tanggung Jawab Belajar Model Pembelajaran
Think-Pair-Share (TPS)…………………………………

218

Lampiran 18 Kemampuan Awal Matematika Siswa (KAM) Kelas
Eksperimen dan Kontrol………………………………...

220

Lampiran 19 Nilai KAM Siswa Kelas Eksperimen Kategori Tinggi,
Sedang dan Rendah……………………………………..

221

Lampiran 20 Nilai KAM Siswa Kelas Kontrol Kategori Tinggi,
Sedang dan Rendah……………………………………..
Lampiran 21 Nilai KAM Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen…….

222
223

Lampiran 22 Nilai Siswa untuk Setiap Nomor Soal Pretest Kelas
Eksperimen berdasarkan Kategori Nilai KAM…………
Lampiran 23 Nilai Siswa untuk Setiap Nomor Soal Pretest Kelas

224

xiv

Kontrol berdasarkan Kategori Nilai KAM…………….

225

Lampiran 24 Nilai Siswa untuk Setiap Nomor Soal Pretest Kelas
Eksperimen dan Kontrol berdasarkan Kategori Nilai
KAM……………………………………………………

226

Lampiran 25 Nilai Siswa untuk Setiap Nomor Soal Postest Kelas
Eksperimen berdasarkan KAM………………………..

228

Lampiran 26 Nilai Siswa untuk Setiap Nomor Soal Postest Kelas
Kontrol berdasarkan KAM…………………………….

229

Lampiran 27 Nilai Siswa untuk Setiap Nomor Soal Postest Kelas
Eksperimen dan Kontrol berdasarkan KAM…………..

230

Lampiran 28 Hasil Pretest, Postest, dan Gain Siswa Kelas
Ekperimen Berdasarkan KAM………………………...

232

Lampiran 29 Hasil Pretest, Postest, dan Gain Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan KAM…………………………………….

233

Lampiran 30 Hasil Pretest, Postest, dan Gain Siswa Kelas
Ekperimen Dan Konrol Berdasarkan KAM…………..

234

Lampiran 31 Skor Tanggung Jawab Belajar Siswa dalam
Pembelajaran TPS…………………………………….

236

Lampiran 32 Skor Tanggung Jawab Blajar Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan Kategori Nilai KAM……………………..

237

Lampiran 33. Korelasi KAM, Pretest, Postest, Gain dan Skor
Tanggung Jawab Belajar Siswa………………………...

238

Lampiran 34 Nilai KAM, Pretest, Postest, dan Gain pada Kelas
Eksperimen dan Kontrol……………………………….

239

Lampiran 35 Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Nilai Postest Siswa Kelas Eksperimen berdasarkan
Aspek Penilaian………………………………………...

240

Lampiran 36 Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Nilai Postest Siswa Kelas Kontrol berdasarkan
Aspek Penilaian………………………………………...

241

Lampiran 37 Uji Validitas, Realibilitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran 242

xv

Lampiran 38 Koefisien Korelasi Nilai KAM dan Pretest pada Kelas
TPS dengan Hipotesis H1 : Semakin Rendah Nilai KAM
Siswa maka Semakin Rendah Nilai Pretest……………..

243

Lampiran 39 Koefisien Korelasi Nilai KAM dan Gain pada Kelas
TPS dengan Hipotesis H1 : Semakin Rendah Nilai KAM
Siswa maka Semakin Tinggi Nilai Gain………………...

245

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan
manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui
pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses
pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai
dengan rasa tanggung jawab yang besar.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup
memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena
matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis
dan sistematis.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai siswa
karena matematika tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Matematika
selalu mengalami perkembangan seuai dengan kemajuan sains dan teknologi
sekarang ini, seperti yang diungkapkan oleh Masykur dan Fathani (2007:41)
”Negara yang mengabaikan pendidikan matematika sebagai prioritas utama akan
tertinggal dari kemajuan segala bidang (terutama sains dan teknologi),
dibandingkan dengan Negara lainnya yang memberikan tempat bagi matematika
sebagai subjek yang penting.”
Peningkatan mutu pendidikan matematika sangat diperlukan, khususnya
peningkatan prestasi belajar matematika siswa disekolah. Dalam serangkaian

1

2

proses belajar mengajar di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan
yang penting, itu berarti berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian pengajaran di
sekolah banyak tergantung pada situasi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Permasalahan yang sering mucul dewasa ini adalah ketidakaktifan siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar khususnya pelajaran matematika.
Siswa sekedar mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan guru di dalam
kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada
guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar. Keinginan dan
aktivitas siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar cenderung menurun dan
kurang diperhatikan. Demikian juga dengan guru yang hanya mengejar waktu
mengingat harus mengajarkan materi yang cukup banyak tetapi dengan jam
pelajaran yang disediakan cukup singkat, tanpa memperdulikan siswanya sudah
atau belum memahami materi yang diajarkan. Kondisi seperti ini membuat siswa
kurang tertarik mengikuti pelajaran matematika, padahal beberapa faktor yang
mempengaruhi siswa tertarik pada matematika adalah minat, hasrat dan cita-cita
siswa itu sendiri, kemudian disusul faktor - faktor berikutnya yaitu faktor guru
didalam mengajar, kelengkapan buku-buku yang dimiliki siswa, kondisi siswa,
kondisi kelas, serta dorongan orang tua. Kondisi siswa merupakan salah satu
faktor pendukung keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk dapat
mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kondisi siswa yang
dimaksud adalah aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

3

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan
salah seorang guru bidang studi matematika kelas VII SMP Swasta Assisi
menunjukkan bahwa: “ Aktivitas siswa dalam belajar matematika di dalam kelas
masih rendah. Ini terlihat pada saat pembelajaran tentang materi bangun datar segi
empat khususnya persegi dan persegi panjang, siswa tidak mampu membedakan
keliling dan luas. Mereka hanya terpaut pada rumus yang ada, dan tidak dapat
menjelaskan ketika ditanyakan mengenai bagaimana mencari keliling dari sebuah
bangun secara real. Demikian juga ketika ditanyakan tentang luas bangun datar
siswa tidak dapat menunjukkan luas tersebut tanpa menggunakan rumus.
Pembelajaran matematika masih banyak bertumpu pada aktivitas guru artinya
kebanyakan dari siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran di dalam kelas yaitu
dengan mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru
tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai umpan
balik dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga nilai ulangan siswa masih
rendah. Ini terjadi dimungkinkan karena metode pembelajaran yang digunakan
guru kurang cocok sehingga menyebabkan siswa kurang menggunakan
pemikirannya dengan baik dalam pembelajaran matematikanya.
Kemudian, masih terdapat siswa yang mengalami tanggung jawab
belajar yang masih rendah. Rendahnya tanggung jawab belajar ini ditunjukkan
dengan siswa menyontek hasil pekerjaan temannya karena merasa tidak yakin
akan kemampuan diri sendiri dan malas untuk mengerjakan tugas sekolah, dan
siswa belum mempunyai kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai seorang
pelajar yaitu belajar.

4

Hasil

pengamatan

yang

telah

dihimpun

menunjukkan

adanya

kecenderungan bahwa, (1) sebagian siswa cerdas belum bisa mencapai prestasi
yang diharapkan, (2) sebagian siswa belum menyadari tanggung jawabnya dalam
penyelesaian tugas secara individu maupun kelompok, (3) Sebagian siswa belum
paham bagaimana bekerja secara tim, (4) kurangnya pemahaman diri masingmasing siswa dalam penyelesaian tugas kelompok, (5) masih adanya siswa yang
terlalu bergantung dengan teman, (6) sebagian siswa belajar kurang bersungguhsungguh, asal-asalan,terpaksa dsb.
Jika permasalahan tersebut masih berlangsung terus menerus, maka akan
mengakibatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar terhambat. Siswa
akan beranggapan bahwa belajar matematika bukanlah kebutuhan, hanya tuntutan
kurikulum saja, karena siswa merasa tidak mendapatkan makna dari pelajaran
matematika yang dipelajari sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang
diperoleh siswa.
Asosiasi guru matematika Indonesia dalam (http://www.agmi.or.id)
tentang rendahnya prestasi matematika Indonesia (Rabu,23 Januari 2008)
mengemukakan bahwa :“ Data UNESCO menunjukkan, peringkat matematika
Indonesia

berada di deretan 34 dari 38 negara. Hal ini terungkap dalam

konferensi pers The First Symposium On Realistic in Mathematics di majelis Guru
Besar ITB “. Dari kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa pendidikan
matematika di Indonesia masih mengecewakan.
Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hasil

5

observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada SMP Swasta Assisi Medan
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah tersebut masih
menggunakan model pembelajaran konvensional yakni ceramah, tanya jawab dan
pemberian tugas, artinya model pembelajaran yang digunakan masih banyak
didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi
pengetahuan dan keterampilan. Sifat siswa yang seperti ini akan sangat
berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika.
Siswa akan mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah. Siswa cenderung
menunggu sajian dari guru tanpa berusaha untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran matematika.
Sardiman (2006) menyatakan bahwa:
“Salah satu problema belajar yang dihadapi oleh siswa adalah berupa
pembelajaran yang keliru, dan pengelolaan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak”. Proses pembelajaran yang
dilakukan guru tidak selamanya efektif dan efisien seperti metode
mengajar guru yang kurang bervariasi sehingga siswa merasa jenuh dan
bosan yang menyebabkan pencapaian hasil belajar tidak selalu optimal,
misalnya pembelajaran yang menempatkan guru lebih mendominasi dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan pembelajar
hanya menghafal ilmu yang diberikan guru secara utuh.
Lie (2008:3) mengemukakan bahwa :
“Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa
lagi mempertahankan paradigma lama bahwa jika seseorang mempunyai
pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti dapat mengajar.
Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini satu-satunya
alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah mengharapkan siswa
Duduk, Diam, Dengar, Catat dan Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu
sama lain”.
Oleh karena itu, Lie (2008:4) mengemukakan bahwa:
Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar
berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut :

6

1) Pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan siswa
2) Siswa membangun pengetahuan secara pasif
3) Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan
kemampuan siswa
4) Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi
guru dan siswa
Diskusi dan kerja sama adalah salah satu cara yang dapat membuat siswa
menjadi aktif. Namun strategi yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan
siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi seluruh kelas. Tetapi strategi ini
tidak terlalu efektif walaupun sudah berusaha dan mendorong siswa untuk
berpartisipasi. Kebanyakan siswa terpaku menjadi penonton sementara arena kelas
dikuasai oleh hanya segelintir orang dan kebanyakan dari siswa belum
mempunyai tanggung jawabnya dalam bekerja kelompok.
Oleh karena itu diperlukan kecakapan guru dalam pemilihan model
pembelajaran yang dapat menjadikan seluruh siswa aktif dan tanggung jawab
dalam mengikuti kegiatan belajar. Salah satunya adalah menerapkan pembelajaran
kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif
masih jarang digunakan padahal berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ditelaah
oleh Slavin (dalam Ibrahim dkk, 2000:16) yang menunjukkan bahwa “ teknikteknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar
dibandingkan pengalaman individual atau kompetitif “. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Jhonson dan Jhonson (dalam Lie, 2004:15) bahwa “suasana
belajar kooperatif menghasilkan prestasi lebih tinggi, hubungan yang lebih positif
dari penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh
dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa”.

7

Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
dikembangkan

dalam

pembelajaran

matematika,

salah

satunya

adalah

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Seiring dengan hal tersebut
Lie (2008:57) menyatakan :
Teknik belajar mengajar Berpikir-Berpasangan-Berbagi dikembangkan
oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spencer Kagan (Think-PairSquare) sebagai struktur kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.
Teknik ini memberi siswa kesempatan sendiri dan bekerja sama dengan
orang lain, selain itu teknik ini juga dapat digunakan hampir dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat digunakan
pada mata pelajaran matematika antara lain pada pokok bahasan Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel adalah
salah satu pokok bahasan matematika yang sulit dikuasai siswa, seperti yang
dikemukakan oleh salah satu guru matematika yang mengajar di kelas VIII SMP
Swasta Assisi Medan melalui wawancara dan diskusi dengan peneliti dalam
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menyatakan bahwa :
“Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel kurang dipahami oleh siswa“.
Beliau juga mengatakan “ Siswa kesulitan dalam menentukan variabel dan
membuat model matematika dari masalah kehidupan sehari-hari. Mereka hanya
terpaut pada rumus yang ada, dan tidak dapat menjelaskan ketika ditanyakan
mengenai bagaimana mencari solusi dari masalah yang diberikan dengan metode
baik itu metode grafik, substitusi maupun eliminasi. Demikian juga ketika
ditanyakan tentang himpunan penyelesaian dari masalah yang diberikan siswa
tidak dapat menunjukkannya.” Ini berarti siswa masih tergantung dengan hapalan
rumus yang diberikan oleh guru.

8

Soal-soal dan pertanyaan yang berhubungan dengan materi Sistem
Persamaan Linier Dua Vriabel tersebut dapat disusun dengan membuatnya dalam
bentuk Lembar Aktivitas Siswa (LAS). Lembar Aktivitas Siswa merupakan media
yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
struktural Think-Pair-Share (TPS) ini. Dengan adanya LAS, guru akan lebih
mudah dalam menginstruksikan siswa untuk mendiskusikan soal-soal dan
pertanyaan yang ada. Dalam penelitian ini akan dicoba menerapkan Teknik
Think-Pair-Share dengan menggunakan LAS (Lembar Aktivitas Siswa).
Menurut Soedijarto dalam Fuddin van Batavia Tanggung jawab siswa
adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti
program kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Sedangkan menurut Shiv Khera dalam Fuddin van Batavia tanggung jawab
merupakan bagian dari kewajiban yang menjadikan sesuatu berupa keinginan
untuk mencapai atau berakhir dengan kesenangan.
Dalam studi sistem matematika, masalah merupakan objek studi utama
dan pertama (Jacob, 1998: 1). Demikian pula, dalam memperhatikan pemecahan
masalah. Pemecahan masalah dibedakan antara latihan, masalah, dan teka-teki
(Jacob, 1998: 10). Untuk menyatakan pemecahan masalah perlu menetapkan
apakah ada suatu masalah, dan bila ada berarti ada tantangan.
Pendekatan pemecahan masalah sebagai suatu makna untuk mengajar
konten materi pelajaran. Selain itu membantu sebagai suatu sarana untuk
mempraktikkan keterampilan komputasional dasar. Masalah sering digunakan
untuk menunjukkan bagaimana konten dihubungkan dengan dunia nyata.

9

Pemecahan masalah juga digunakan untuk memperkenalkan dan membangkitkan
diskusi tentang suatu topik. Masalah kadang-kadang digunakan untuk memotivasi
siswa untuk studi dan menguasai konten. Satu cara ini adalah melakukan dengan
menyajikan suatu masalah pada permulaan dari suatu unit dengan menunjukkan
siswa apa yang mereka mampu untuk menyelesaikan dengan mempelajari unit itu.
Cara lain adalah dengan menggunakan masalah rekreasional untuk menunjukkan
bagaimana keterampilan belajar.
Penelitian berikut berkaitan dengan Think Pair Share yaitu: Suminto
menemukan dalam penelitiannya bahwa hasil analisis data diperoleh rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe TPS pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011 meningkat dari 72,2%, menjadi
78,51%. Sementara Fardah dalam penelitiannya di kelas VIII bilingual SMP
Negeri 1 Bantul menemukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS
meningkatkan persentase kemampuan memahami permasalahan dari 68,20% pada
siklus I menjadi 75,17% pada siklus II. Kemampuan merencanakan masalah pun
meningkat dari 66,14% menjadi 78,28%. Begitu juga dengan kemampuan
menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana meningkat dari 74,14% menjadi
81,72% dan kemampuan mengevaluasi penyelesaian yang meningkat dari 51,38%
menjadi 55,86%.

Rata-rata kemampuan pemecahan masalah secara umum

meningkat dari 64,97% pada siklus I menjadi 72,76% pada siklus II.
Hasil penelitian dan analisis data oleh Trianna memperoleh kesimpulan
bahwa pengaruh penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

10

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika lebih baik dari model
pembelajaran langsung dan kualitas interaksi peserta didik yang terjadi dalam
proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) termasuk kedalam kategori baik. Rasyidah dalam

penelitiannya

menemukan bahwa pengembangan karakter tanggung jawab, kejujuran,
tekun/gigih dan peningkatan hasil belajar kognitif fisika Matematika II melalui
perkuliahan terpadu, karakter tanggung jawab ditandai dengan jumlah mahasiswa
yang datang tepat waktu, pada siklus I ada 68.9% dan meningkat pada siklus II
ada 83.3%.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan suatu penelitian
yang berkaitan dengan model Think-Pair-Share (TPS), tanggung jawab belajar,
dan pemecahan masalah siswa, yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teknik Think-Pair-Share untuk Meningkatkan tanggung
jawab belajar dan pemecahan masalah siswa”.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa pada bidang studi matematika masih rendah.
2. Metode mengajar yang digunakan guru kurang bervariasi
3. Kebiasaan belajar siswa menerima dan menghapal apa yang diberikan guru
tanpa motivasi untuk memahami.

11

4. Kesulitan siswa dalam menghubungkan materi matematika dengan dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada persoalan
materi sistem persamaan linier dua variabel.
6.

Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel merupakan salah satu materi
pelajaran yang masih sulit dipahami oleh siswa.

7. Penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dengan karakteristik
materi dan metode mengajar yang kurang bervariasi sehingga siswa kurang
aktif dalam belajar matematika.

1.3. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka
penulis memberikan suatu batasan tentang masalah yang penulis teliti. Dalam
kesempatan ini penulis hanya membahas tentang “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share untuk meningkatkan tanggung jawab belajar
dan pemecahan masalah siswa ”.

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.

Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan
dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan interaksinya dengan
KAM?

12

2.

Apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat ditingkatkan?

3.

Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teknik
Think-Pair-Share dapat meningkatkan tanggung jawab belajar siswa?

4.

Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS?

1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari peneitian ini adalah untuk:
1.

Mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan
dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan interaksinya dengan
KAM.

2.

Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teknik Think-Pair-Share
dalam meningkatkan tanggung jawab belajar siswa.

3.

Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teknik Think-Pair-Share
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

4.

Mengetahui proses penyelesaian jawaban siswa lebih baik dan bervariasi
dalam kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dibanding
dengan kelas biasa.

13

1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa


Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS akan
meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar



Kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran matematika,
khususnya pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
akan meningkat.



Minat belajar matematika siswa akan meningkat.



Tanggung jawab belajar siswa akan meningkat.



Hasil belajar matematika siswa akan meningkat.

2. Bagi guru
Sebagai

bahan

informasi

guru

untuk

melakukan

penerapan

model

pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai salah satu alternatif pembelajaran
suatu pokok bahasan, khususnya pada pokok bahasan Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah
dalam perbaikan pengajaran matematika di SMP Swasta Assisi Medan.
4. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak dalam rangka
menindak lanjuti penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas.

14

1.7. Definisi Operasional
Untuk menghindari kerancuan pemahaman beberapa istilah dalam penelitian
ini dipandang perlu adanya penjelasan dan pendefinisian secara operasional
sebagai berikut:
1.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) yang
berorientasikan masalah adalah suatu bentuk pembelajaran kooperatif yang
menekankan kepada aspek sosial dalam memecahkan masalah, dan
mengutamakan keterlibatan siswa secara aktif pada proses pembelajaran,
dengan siswa dikelompokkan dalam tim-tim kecil secara heterogen.
Pembelajaran ini terdiri dari tahap-tahap: pendahuluan, penyajian materi,
pembagian kelompok, kerja kelompok, pengujian penguasaan kelompok atas
bahan ajar, dan penutup. Pengujian penguasaan kelompok atas bahan ajar
menggunakan kuis individu berupa soal-soal pemecahan masalah.

2.

Aktivitas siswa didefinisikan segala bentuk kegiatan belajar yang dilakukan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini yang
dikategorikan aktivitas belajar/ aktivitas aktif adalah: bertanya pada guru
/menjawab pertanyaan guru; membaca buku siswa; berdiskusi atau
bernegosiasi; melakukan percobaan sesuai dengan Lembar Aktivitas Siswa
(LAS); meminta bantuan kepada teman; memberi bantuan kepada teman
dengan penjelasan; memperhatikan saat siswa lain presentasi di depan kelas;
dan mengemukakan pendapat.

3.

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan yang ditunjukkan
siswa dalam menyelesaikan soal ditinjau dari : (1) memahami masalah; (2)

15

membuat rencana pemecahan masalah ; (3) melaksanakan penghitungan ; (4)
memeriksa kembali hasil penyelesaian yang diperoleh.
4.

Pembelajaran konvensional adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang
selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara
klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan
menggunakan pembelajaran ekspositori, dan siswa hanya menerima saja apaapa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk
menyampaikan pendapat sangat kurang sehingga siswa menjadi pasif dalam
belajar dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan.

5.

Tanggung jawab belajar adalah tingkat penguasaan kemampuan seorang
siswa dalam mengembangkan diri untuk mencapai perubahan tingkah laku
yang baru dalam mengikuti program kegiatan pembelajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan yang ditetapkan sebagai hasil pengalaman

yang

menggunakan seluruh sumber daya untuk mengusahakan yang positif atau
melaksanakan tugas-tugas baik itu pribadi maupun berkelompok dan apabila
tidak melaksanakannya ada resiko yang harus diterimanya.

BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pembelajaran matematika baik dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS) maupun dengan pembelajaran biasa dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan skor tanggung jawab belajar siswa terhadapa
matematika. Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan
seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa
simpulan sebagai berikut :
1) Terdapat peningkatan tanggung jawab belajar siswa terhadap matematika
yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
2) Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS.
3) Terdapat interaksi antara pembelajaran matematika model kooperatif tipe
TPS dengan kemampuan awal matematika (KAM) terhadap kemampuan
pemecahan masalah siswa.
4) Proses penyelesaian jawaban siswa

yang diajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dan bervariasi dibandingkan
dengan proses penyelesaian siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa.
5) Ada peningkatan aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran seperti
memasangkan/pengelompokkan siswa dengan kemampuan pemecahan
masalah matematika yang rendah dengan yang tinggi.

138

139

5.2. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, implikasinya adalah terhadap
pemilihan model pembelajaran oleh guru matematika, guru matematika di sekolah
menengah pertama harus mempunyai cukup pengetahuan teoritis maupun
keterampilan dalam memilih model pembelajaran, mampu mengubah siswa
menjadi lebih aktif lagi, memberikan kesempatan kepad siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Implikasi lain yang perlu mendapat perhatian guru adalah dengan model
pembelajaran TPS menjadikan siswa yang aktif mengemukakan pendapat. Diskusi
kelompok yang terjadi menjadikan siswa yang berkemampuan tinggi membantu
siswa yang memiliki kemampuan rendah. Diskusi antar kelompok menjadikan
siswa lebih kreatif dan kritis dalam menanggapi hasil pekerjaan kelompok lain
serta dalam diskusi terjadi refleksi atas penyelesaian yang telah dilakukan pada
masing-masing kelompok.
Dalam proses langkah-langkah penyelesaian masalah yang dikerjakan
siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
TPS lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yakni menggunakan
pembelajaran

biasa.

Siswa

yang

pembelajarannya

menggunakan

model

pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih terampil dalam menyelesaikan jawaban
dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran
biasa.

140

5.3. Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa
saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan
terhadap penggunaan model pembelajaran matematika tipe TPS dalam proses
pembelajaran matematika khususnya pada tingkat pendidkan sekolah menengah.
Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kepada Guru
a) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada pembelajaran
matematika yang menekankan kepada kemampuan pemecahan masalah
dan tanggung jawab belajar siswa dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif.
b) Pada pembelajaran biasa hendaknya guru dapat memberikan dorongan
lebih kepada siswa untuk dapat mengajak siswa dalam penekanan
“process of doing mathematics” dengan memberikan lembar aktivitas
yang dikerjakan oleh siswa sendiri.
c) Pada saat pembentukan kelompok sebaiknya dilakukan diluar jam yang
telah ditentukan karena waktu yang digunakan cukup banyak untuk siswa
tingkat SMP kelas VIII.
d) Waktu mengerjakan LAS cukup membutuhkan banyak waktu, sehingga
untuk memperbaiki hal tersebut guru diharapkan dapat membagi
kelompok-kelompok

belajar.

Sehingga

siswa

lebih

mudah

mengkomunikasikan masalah yang diberikan dan melakukan diskusi
dalam menyelesaikan jawaban tersebut.

141

e) Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam
bahasa dan cara mereka sendiri sehingga dalam belajar matematika siswa
lebih berani berargumentasi, lebih percaya diri dan lebih kreatif.
f)

Agar pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih efektif diterapkan pada
pembelajaran matematika, sebaiknya guru harus membuat perencanaan
mengajar yang baik dengan adanya dukungan system pembelajaran yang
baik (LAS, RPP dan media yang digunakan).

2) Kepada Lembaga Terkait
a) Pembelajaran

model

kooperatif

tipe

TPS

dengan

menekankan

kemampuan pemecahan masalah dan skor tanggung jawab belajar siswa
masih sangat as

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN THINK PAIR SHARE (TPS).

0 4 44

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI KOOPERATIF TIPE Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) Pada Siswa Kelas VII Semes

0 2 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA TESIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA.

0 3 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII SMP SWASTA ANGKASA MEDAN.

0 5 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURA

0 4 14

UPAYA PENINGKATAN RESPON DAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS).

0 2 7

PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN EKONOMI.

2 9 36

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

0 0 71

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

0 0 9