Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

(1)

JAM’IYATUL MUTA’ALLIMIN TELUKNAGA

-

TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Oleh

MAEMUNAH ED

NIM : 1811018300034

PROGRAM STUDI PGMI DUAL MODE SISTEM (DMS)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI

PENDEKATAN PEMBELAJARAN l{OOPERATIlf MODELtHINK,

PAIR AND SHARESISWA KELAS IV MI. JAM'IYATUL

MUTA' ALLIMIN TELUKNAGA TANGERANG

(V\_JI

oセ^

mセeZセM

NIM: 1811018300034

Dosen Pembimbing

Drs. H. NURROCHIM, MM NIP: 195907151984031003

PROGRAM STUDI PGMI

FAKtJLTAS ILMU TARBIYAH nAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

v

ABSTRAK

Maemunah ED( NIM: 1811018300034): Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model Think, Pair and Share Siswa Kelas IV MI. Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga-Tangerang.

Berdasarkan masalah mengenai rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang bagaimana upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS, materi “Perkembangaan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan

Transportasi”. Penulis melakukan penelitian di MI.Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga-Tangerang untuk mengetahui hasil belajar siswa, khususnya siswa kelas IV. Dalam penelitian ini penulis sekaligus bertindak sebagai peneliti melakukan pelaksanan pembelajaran dikelas melalui tiga tahapan, yaitu tahapan perencanaan, tahapan proses pelaksanaan, dan tahapan evaluasi/penilaian.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share mata pelajaran IPS. Subyek penelitian berjumlah 17 orang siswa kelas IV. Instrument yang digunakan adalah soal tes tertulis dan lembar observasi siswa. Pencapaian hasil belajar siswa dihitung dengan rumus N-Gain. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan pencapaian keseluruhan nilai N-Gain 53, dan tingkat keberhasilan belajar siswa mencapai 100%. Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik (86,50%). Siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran kooperatif model think, pair and share. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV MI.Jam’iyatul


(7)

vi

ABSTRACT

Maemunah ED (NIM: 1811018300034): The Effort of Increasing Learning Social Science Achievement Through Cooperative Learning Approach Think, Pair and Share of Fourth Grade Students MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga – Tangerang .

Based on students’ low achievement on social science lesson, it encourages the writer to do a research on how teachers’ effort in increasing students’ achievement in social science lesson. The writer does the research in MI

Jam’iyatul Muta’allimin Teluk naga – Tangerang to know the students’

achievement, especially fourth grade students. In this research the writer also acts as the researcher who does the learning process in the class through three steps. They are planning step, research process step, and evaluation step.

The purpose of this research is to increase the students’ learning

achievement through Cooperative Learning Approach Think, Pair and Share in social science lesson. The subjects of the research are 17 students of fourth grade.

The instruments used are written test, elaboration work sheet, and students’ observation sheet. The students’ achievement is counted with N-Gain formula. The result of the research shows that the application of Cooperative Learning

Approach Think, Pair and Share can increase students’ learning achievement with

N-Gain total achievement 53, and students’ learning success is up to 100%. The observation result shows that the learning activity can be well done (86.50%). The students give positive response to Cooperative Learning Approach Think, Pair and Share. So, it can be concluded that Cooperative Learning Approach Think, Pair and Share can increase the learning achievement of fourth grade students of


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT., yang telah memberikan taufik, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah saw., keluarga, para sahabat serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Amiin yaa robbal „alamiin.

Skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model Think, Pair and Share Siswa Kelas IV MI. Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga Tangerang ini kemungkinan besar tidak dapat penulis selesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin penyampaikan ucapan terima kasih, terutama kepada :

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D Dekan Fakultas FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian studi dan skripsi penulis.

2. Dr. Fauzan, MA Kepala Jurusan Program Dual Mode Sistem FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengarahkan, mendidik serta memberikan motivasi kepada penulis.

3. Asep Ediana Latip, M. Pd, Sekretaris Jurusan Program Dual Mode Sistem FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dindin Ridwanudin, M. Pd Sekretaris Program Dual Mode Sistem FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian studi dan skripsi penulis.

5. Drs. H. Nurrochim, MM Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama yang telah mengajar dan mendidik penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

viii

7. Kedua orang tua, suami, dan anak-anak penulis yang telah memberikan support selama menjalani masa kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Kepala Madrasah dan seluruh guru MI Jam’iyatul Muta’allimin Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang yang telah memberikan penulis inspirasi.

9. Sahabat dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun metodologi penulisannya. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Jakarta, 2014


(10)

ix

Motto:

“Sedikit tertangkap lebih baik, daripada banyak terlepas.”

Kupersembahkan kepada:

Ayahanda Musa dan Ibunda Mini (Alm) serta Ibunda Maryam, suami tercinta Yadi Subagus, anak-anakku tercinta ananda Gita Safitri, Muhamad Malikal Mulki, dan Nikita Trihandini, serta keluarga besarku.


(11)

x

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ... i

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Pembimbing ... iii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vii

Motto ...ix

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Diagram... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 8

A.Deskripsi Teoritik ... 8

B.Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

C.Kerangka Berpikir ... 30


(12)

xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B.Model dan Rancangan Siklus Penelitian... 33

C.Subyek Penelitian... 35

D.Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 36

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 36

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan... 36

G.Data dan Sumber Data ... 36

H.Instrument Pengumpulan Data ... 37

I. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 37

J. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 38

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 39

A.Deskripsi dan Analisis Data ... 39

B.Pembahasan... 54

BAB V KESIMPULAN ... 58

A.Kesimpulan ... 58

B.Saran ... 58

Daftar Pustaka ... 60


(13)

xii

DAFTAR TABEL

1. Tes Hasil Belajar Siswa(N-Gain)...40

2. Data Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I……….…....41

3. Hasil Evaluasi………...43

4. Data Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I………...44

5. Persentase Peningkatan N-Gain………...48

6.Data Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II………...49

7.Hasil Evaluasi………...50

8. Perbandingan post test siklus I dan post testsiklus II………...51


(14)

xiii

DAFTAR DIAGRAM

1. Data Rata-rata Pre test dan Post test ... 54 2. Persentase Peningkatan Nilai N-gain ... 55 3. Persentase Ketercapaian KKM ... 55


(15)

1

A.

Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran peserta didik memiliki tugas utama yaitu belajar, sedangkan guru sebagai fasilitator untuk mendampingi peserta didik atau siswa dalam belajar. Oleh karena itu untuk mencapai hasil yang tinggi dalam belajar peserta didik atau siswa tidak hanya tergantung kepada guru, mereka harus menyadari bahwa tugas mereka adalah belajar, sehingga apabila mereka ingin berhasil dalam belajarnya, mereka harus berusaha untuk mencapainya.

Untuk mencapai hasil yang tinggi dalam belajar siswa tidak hanya tergantung kepada guru, mereka harus menyadari bahwa tugas mereka adalah belajar, sehingga apabila mereka ingin berhasil dalam belajarnya, mereka harus berusaha untuk itu.Semua hasil belajar yang diperoleh merupakan hasil usaha yang nyata dilakukan mereka dalam belajar. Makin tinggi usaha yang dilakukan siswa makin tinggi pula prestasi belajar yang diperoleh, yang menunjukkan makin tinggi pula kualitas diri mereka sehingga akan mudah untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Salah satu tantangan mendasar dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dewasa ini adalah mencari strategi proses pembelajaran inovatif dan kreatif yang memungkinkan bagi peningkatan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini dirasakan mendesak seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut membuka kemungkinan siswa tidak hanya belajar di dalam kelas yang dibimbing oleh guru, akan tetapi siswa dapat belajar dari luar kelas, seperti dari lingkungan masyarakat dan media cetak ataupun media elektronik serta sarana-sarana lain yang tersedia.1

1

Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2009), h. v


(16)

Guru yang profesional dalam melaksanakan tugas pembelajaran dituntut menguasai kompetensi atau kemampuan dasar pembelajaran dan aspek keilmuan. Salah satu kemampuan yang harus dikuasai guru adalah keterampilan mengembangkan model pembelajaran. Keterampilan mengembangkan model pembelajaran yaitu keterampilan yang berhubungan dengan upaya untuk mengembangkan model pembelajaran di kelas yang dapat memotivasi dan menggairahkan belajar siswa.

Kualitas pendidikan sangat erat kaitannnya dengan hasil belajar. Hasil belajar siswa merupakan gambaran upaya yang dilakukan oleh siswa dalam menyelenggarakan program belajarnya. Hasil belajar seseorang akan menunjukkan seberapa besar daya serap dan peran aktif yang dicapai oleh siswa dalam belajarnya. Daya serap yang tinggi dan peran aktif akan digambarkan pada hasil belajar yang tinggi. Keadaan ini juga menggambarkan kualitas siswa, kualitas siswa dikatakan tinggi jika hasil belajar tinggi.

Kenyataan yang dialami oleh sebagian besar siswa MI. Jam’iyatul

Muta’allimin Kampung Besar Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang,

khususnya siswa kelas IV adalah menganggap bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pelajaran yang sulit dimengerti, membosankan dan tidak menarik. Anggapan siswa tersebut dapat menimbulkan rendahnya hasil belajar siswa yang diakibatkan oleh kurangnya minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Siswa merasa malas belajar karena sejak awal sudah beranggapan bahwa pelajaran tersebut membosankan dan sulit dimengerti.

Dari kenyataan di atas, masalah yang dihadapi oleh siswa kelas IV MI.

Jam’iyatul Muta’allimin Kampung Besar Kecamatan Teluknaga Kabupaten

Tangerang adalah rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut bisa disebabkan oleh guru yang dalam proses pembelajarannya kurang bervariasi atau dalam penyampaian materi yang hanya menggunakan metode yang monoton/ metode yang itu-itu saja. Akhirnya, dalam proses pembelajaran tersebut kurang optimal, pada siswa akan timbul rasa jenuh atau bosan yang berakibat mereka sulit


(17)

memahami materi yang disampaikan oleh guru. Siswa merasa malas belajar dan jenuh karena sejak awal sudah beranggapan bahwa pelajaran tersebut sulit dimengerti, dan akhirnya berlanjut kepada hasil tes yang rendah, yang rata-rata hanya mencapai 40% sampai 50% saja. Untuk itu perlu kiranya dilakukan upaya-upaya dalam rangka meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa. Salah satu upaya yang harus dilakukan guru adalah mengkondisikan proses pembelajaran agar berjalan secara optimal dan menyenangkan, sedangkan upaya yang harus dilakukan siswa adalah upaya belajar yang terus-menerus. Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul: ”UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK, PAIR AND SHARE

SISWA KELAS IV MI. JAM’IYATUL MUTA’ALLIMIN TELUKNAGA TANGERANG.”

Dengan mengambil judul tersebut, diharapkan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran merupakan kerja aktif, bukan hanya menerima pengajaran dari guru secara pasif saja, namun siswa tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.Pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, membuat siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam kondisi yang menyenangkan. Dalam proses pembelajaran siswa memiliki tugas utama yaitu belajar, sedangkan guru sebagai fasilitator untuk mendampingi siswa dalam belajar.

Akhir dari rangkaian proses pembelajaran adalah tes akhir suatu mata pelajaran yang dilakukan melalui tes formatif, baik lisan maupun tulisan, tes tengah semester, dan tes akhir semester atau tes ujian kenaikan kelas. Di dalam menghadapi tes suatu mata pelajaran bagi siswa sekolah dasar perlu adanya


(18)

refreshing terhadap materi ajar yang telah diterima oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

Siswa bukanlah sebuah wadah kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru.Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem kerja kelompok atau

cooperative learning.Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.

Salah satu model pembelajaran yang bisa membuat siswa dapat bekerja sama dan berbagi dengan sesama siswa lainnya adalah melalui pembelajaran kooperatif model Think Pair and Share atau Berfikir, Berpasangan dan Berbagi.

Think, Pair and Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar peserta didik dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan-gagasan.

Model kerja kelompok sering dianggap kurang efektif.Berbagai sikap dan kesan negative memang bermunculan dalam pelaksanaan model kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil.Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, kerja kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidakpuasaan dan kekecewaaan. Bukan hanya guru dan siswa yang merasa pesimis mengenai penggunaan model kerja kelompok, bahkan kadang-kadang


(19)

orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang seimbang.

Berbagai dampak negatif dalam menggunakan model kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun model kerja kelompok.Yang diperkenalkan dalam model pembelajaran cooperative learning

bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya.

Mengingat bahwa siswa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan, perlu diupayakan adanya pembenahan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan optimalisasi hasil belajar siswa. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi tiga macam, yakni: faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.2 Dari ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor di dalam diri siswa yang meliputi faktor fisik misalnya kesehatan dan faktor psikologis misalnya motivasi, kemampuan awal, kesiapan, bakat, minat dan lain-lain.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang ada di luar diri siswa, misalnya keluarga, masyarakat, sekolah dan lain-lain.

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Faktor lain penentu keberhasilan pendidikan adalah guru. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang di ajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak

2


(20)

guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat di tentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan penelitian yaitu:

1. Dalam proses pembelajaran, guru kurang bervariasi dalam penyampaian materi yang hanya menggunakan model pembelajaran yang monoton. 2. Siswa terlihat jenuh ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. 3. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada materi “

Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi”.

C.

Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV MI. Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga dengan menerapkan Pendekatan PembelajaranKooperatif Model

Think, Pair and Share pada materi “ Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi”.

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dibahas adalah apakah dengan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair and Share dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas

IV MI. Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga ?

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model Think, Pair and Sharedi MI. Jami’yatul Muta’allimin Teluknaga Tangerang.


(21)

F.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1)Penulis

(a) Meningkatkan profesionalisme sebagai guru;

(b) Meningkatkan kompetensi profesionalisme dalam penguasaan materi pembelajaran;

(c) Meningkatkan kompetensi pedagogic dalam penguasaan metodologi pembelajaran.

(d) Mengetahui kemampuan siswa belajar IPS menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model Think, Pair and Share.

2) MI. Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga

Dengan hasil penelitian ini diharapkan MI. Jam’iyatul

Muta’allimin dapat meningkatkan mutu pendidikannya.

3) Guru

(a) Sebagai bahan acuan dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya;

(b) Mendapat pengalaman nyata untuk memperbaiki pembelajaran. (c) Meningkatkan hasil belajar siswa.

4) Siswa

Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model Think, Pair and Share diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.


(22)

8

A.

Deskripsi Teoritik

1.

Hakikat Hasil Belajar

a.

Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para siswa kata belajar sudah tidak asing lagi., bahkan merupakan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di sekolah.

Terdapat beberapa pengertian tentang belajar, yaitu:

Belajar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, artinya berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat sesuatu kepandaian. Dari definisi tersebut dapat di artikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang di tampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan dan lain-lain.3

Menurut Slameto :“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hakikat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu”.4 Sedangkan menurut Hintzman:Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism`s behavior.Artinya,

3

Arnie Fajar, Op.Cit, h.10

4

Slameto , Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003),h.2


(23)

belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah laku organism tersebut.5

Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan ,belajar berarti berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu. Belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap. Melalui belajar seseorang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kemampuannya. Apabila di dalam suatu proses belajar seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau mengalami kegagalan.

b. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku. Oleh karena itu, keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan yingkah laku pada individu yang belajar.

Menurut Abdurrahman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris,”hasil

belajar adalah kemampuan yang diperoleh banak melalui kegiatan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.”6

Menurut Kunandar, hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar

5

Muhibbin Syah, Op. Cit. , h.88

6

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran,(Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), cet. 1, h.14


(24)

dan materi standaryang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap.7

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar dan pembelajaran dalam waktu tertentu baik berupa pemahaman , tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan yang kemudian akan diukur serta dinilai lalu diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

c. Prinsip-prinsip Belajar

Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa hal yang dianggap penting dan merupakan suatu pedoman dalam proses pembelajaran. Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar.

Diantara beberapa prinsip belajar yaitu:

1. Belajar senantiasa bertujuan dengan pengembangan perilaku siswa. 2. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari

luar individu.

3. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman , berfikir kritis, dan reorganisasi pengalaman.

4. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti. 5. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih

efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan hapalan saja.8

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan di dalam proses belajr mengajar. Seorang gurur akan dapat dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip belajar.

7

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan( KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.302

8


(25)

d. Teori - Teori Belajar

Teori belajar merupakan penjelasan bagaimana terjadinya belajar yang diproses di dalam pikiran peserta didik.Berdasarkan teori belajar diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:

1) Teori Belajar Behaviorisme

Behaviorime merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebih kepada sisi fenomina jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Menurut para ahli behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Belajar merupakan akibat adanya interaksi stimulus dengan respon. Dalam belajar yang penting adalah adanya input berupa stimulus dan output yang berupa respon. Menurut Thorndike dan Watson (behaviorisme murni) belajar

adalah “Proses interaksi antara stimulus atau rangsangan yang berupa serangkain kegiatan yang bertujuan agar mendapatkan respon belajar dari

objek penelitian”.9

Tokoh teori belajar Behaviorisme diantaranya adalah B.F Skinner. Teori belajar Behaviorisme didasarkan pada asumsi bahwa :

a) Hasil belajar adalah berupa perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi.

b) Tingkah laku dan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dimodifikasi oleh kondisi-kondisi lingkungan,

c) Komponen teori behavioral ini adalah stimulus, respon, dan konsekuensi,

d) Faktor penentu yang penting sebagai kondisi lingkungan dalam belajar adalah reinforcement.

9


(26)

Perubahan tersebut ada yang berasal dari diri sendiri dan ada pula yang berasal dari luar diri. Biasanya dorongan tersebut terjadi karena adanya suatu kebutuhan yang berasal dari dirinya.Ia akan merasa puas jika ia melakukan hal tersebut. Untuk itu ia berusaha supaya kepuasan tersebut dapat tercapai dan akan merasa puas jika ia melakukan hal tersebut. Untuk itu ia berusaha supaya kepuasan tersebut dapat tercapai. Sedangkan perubahan yang terjadi dari luar diri adalah perubahan yang disebabkan karena adanya pengaruh dari faktor luar, yaitu orang tua, guru, dan masyarakat.

2) Teori Belajar Kognitivisme

Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual.Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat komplek.10

Tokoh teori belajar kognitif adalah Jerome Brunner dan Jean Piaget, teorinya didasarkan pada :

a) Individu mempunyai kemampuan memproses informasi,

b) Kemampuan informasi tergantung pada faktor kognitif yang perkembangannya berlangsung secara bertahap sejalan dengan tahapan usianya,

10


(27)

c) Belajar adalah proses internal yang kompleks berupa pemprosesan informasi,

d) Hasil belajar adalah berupa perubahan struktur kognitif.

e) Cara belajar pada anak-anak dan orang dewasa berbeda sesuai tahap perkembangannya.

Dari beberapa teori di atas dapat di simpulkan, bahwa siswa belajar dan mampu memproses informasi yang diterimanya, di mana para siswa tersebut dapat berpartisipasi secara aktif dan langsung dalam proses pembelajaran. Hasil dari pembelajaran tersebut adalah berupa perubahan kognitif yang tidak selalu tampak.

3) Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisme melandasi pemikirannya bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang given dari alam karena hasil kontak manusia dengan alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif manusia itu sendiri.Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas).Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada.Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.Ia membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan.

Berdasarkan konstruktivisme, pengetahuan tidak pernah dapat di observasi secara independen. Pengetahuan harus diperoleh secara personal dalam perasaan, tidak dapat ditransfer dari seseorang ke orang lain.

Salah satu tokoh teori belajar konstruktivisme adalah Vygotsky. Teori Vygotsky menekankan pada beberapa hal, diantaranya: a) Lingkungan sekitar siswa, meliputi orang-orang, kebudayaan, dan pengalaman; b) Hubungan antara individu dan lingkungan sosial; c) Pengaruh budaya.Vigotsky berpendapat:” bahwa proses belajar akan terjadi secaraefisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif


(28)

dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa”.11

Proses belajar dapat dikatakatan efisien apabila hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan, tanpa mengeluarkan biaya, tenaga,dan waktu yang banyak.

e.

Jenis-jenis belajar

Ada beberapa jenis belajar, diantaranya adalah: belajar abstrak, belajar sosial, belajar pemecahan masalah, dan belajar keterampilan.12 Jenis-jenis belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Belajar Abstrak

Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak.Tujuannya adalah untuk memproleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.

b) Belajar sosial

Belajar sosial adalah belajar memahami masalah-masalah dan tehnik-tehnik untuk memecahkan masalah tersebut.Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial, seperti masalah-masalah keluarga, masalah-masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.

c) Belajar Pemecahan Masalah

Proses pemecahan masalah dapat berlangsung bila seseorang dihadapkan pada suatu persoalanyang di dalamnya terdapat sejumlah kemungkinan jawaban. Upaya menemukan jalan pemecahan masalah bisa lewat diskusi, atau suatu penemuan melalui pengumpulan data dari lapangan dan percobaan (eksperimen).

d) Belajar Keterampilan

Bentuk belajar yang menekankan pada kemampuan menampilkan bentuk-bentuk gerakan motorik jasmaniah dalam melakukan suatu kegiatan, sebagai respon dari rangsangan yang datang kepada dirinya.

11

Hindun ,Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di MI/SD,(Depok:Nufa Citra Mandiri,2012), h.33

12


(29)

Dari beberapa pengertian jenis-jenis belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

f.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar atau tidaknya seseorang disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan ada pula dari luar diri siswa (eksternal). Faktor internal (yang berasal dari dalam dirinya), yaitu :Cara belajar, Minat dan Motivasi, Intelegensi dan Bakat, serta Kesehatan.

Cara belajar para peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses pembelajaran. Seorang anak yang memiliki cara belajar yang baik cenderung akan lebih berhasil dalam proses balajarnya, begitu juga sebaliknya anak yang memiliki gaya belajar yang buruk akan memiliki tingkat keberhasilan yang rendah.

Minat dan motivasi juga sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. menurut Abu Ahmadi,”Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya, kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik.”13

Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan dan prestasi belajar siswa. Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang cenderung mempunyai tingkat intelegensi rendah. Menurut Oemar Hamalik,”murid yang cerdas akan lebih

13


(30)

berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia akan lebih mudah menangkap dan

memahami pelajaran dan lebih mudah mengingatnya.”14

Faktor yang terakhir adalah kesehatan, menurut Slameto,”Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya atau bebas dari

panyakit.”15

Apabila kesehatan anak terganggu maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut di atas sangat penting untuk diperhatikan dalam proses pembelajaran agar dapat lebih meningkatkan prestasi belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

Menurut UNESCO, ada empat pilar belajar yaitu: 1. Belajar untuk mengetahui ( Learnig to Know).

Belajar mengetahui berkenaan dengan perolehan, penguasaan, dan pemanfaatan informasi. Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan. Pengetahuan dimanfaatkan untuk mencapai berbagai tujuan: mempeluas wawasan, meningkatkan kemampuan, memecahkan masalah, belajar lebih lanjut. 2. Belajar berkarya ( Learning to Do).

Belajar berkarya berhubungan erat dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuan mendasari perbuatan. Belajar berkarya adalah belajar atau berlatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja.

3. Belajar hidup bersama (Learning to Live Together).

Belajar untuk hidup bersama, mengisyaratkan keniscayaan interaksi berbagai kelompok dan golongandalam kehidupan global yang dirasakan semakin menyempit akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. 4. Belajar untuk menjadi manusia yang utuh ( Learning to Be).

Manusia yang utuh adalah manusia yang seluruh aspek kepribadiaanya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek ketakwaan terhadap Tuhan, intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral.16

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang baik

14

Oemar Hamalik,Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 33

15

Slameto, Op. Cit, h. 54

16

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran ( PT. Rosdakarya: Bandung, 2012), h. 29


(31)

berupa perubahan perilaku dan proses belajar tersebut terjadi berdasarkan latihan atau pengalaman yang terjadi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2.

Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. PengertianIlmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Nama Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies) dalam istilah Bahasa Indonesia adalah hasil kesepakatan para ahli/pakar Indonesia. prodi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah social studies dalam kurikulum persekolahan di Negara lain. Definisi Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki kesamaan dengan social studies, yaitu ilmu-ilmu sosial yang di sederhanakan untuk tujuan pendidikan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah seleksi atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secarta ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan .

James A. Banks dalam bukunya Teaching Strategies For the Social Studies memberikan definisi social studies sebagai bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara di lingkungan masyarakatnya.Welton & Mallan memandang studi sosial sebagai mata pelajaran gabungan terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial, temuan-temuan yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial, proses-proses yang dilakukan oleh ilmuwan sosial dalam menghasilkan temuan dan pengetahuan itu.17

Adapun menurut beberapa sumber pengertian Ilmu Pengetahuan

17

Sapriya, Susilawati dan Sadjarudin Nurdin, Konsep Dasar IPS,(Bandung: UPI, 2006), h. 4


(32)

Sosial adalah sebagai berikut :

Menurut Nursid Sumaatmaja, “Studi sosial bukan merupakan bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu

bidang pengkajian tentang gejala atau masalah sosial.”18

Menurut Nu’man Soemantri, “Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah penyederhanaan , adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan manusia, yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis untuk tujuan pendidikan.”19

Menurut Tim IKIP Surabaya, “Ilmu Pengetahuan Sosialmerupakan bidang studiyang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yangberhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah-sekolah.”20 Ilmu Pengetahuan Sosialyang kita kenal di Indonesia bukan ilmu sosial. Oleh karena itu, pembelajaran Ilmu Pengetahua Sosial yangdilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam Ilmu Pengetahuan Sosial dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang

18

Ibid, h. 5

19

Abdul Azis Wahab,dkk,Konsep Dasar IPS, (Jakarta: Universitas Terbuka,2012),h.2.23

20

Lalabudiati.blogspot.com/2011/12/kajian-ips-pada-tingkat-sekolah-dasar.html,diakses pada tanggal 10-04-2014


(33)

mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia21.

Dengan bertolak dari uraian di atas, kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru Ilmu Pengetahuan Sosial harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial itu.

b.Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS)

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah membantu generasi muda dalam mengembangkan kemampuan membuat keputusan yang informatif dan rasional bagi kebaikan masyarakat sebagai warga Negara dari sebuah dunia yang berbudaya, majemuk, bermasyarakat demokratis yang memiliki ketergantungan satu sama lain .

Suwarma mengemukakan” tujuan pendidikan iIlmu Pengetahuan

Sosial adalah untuk mengembangkan kemampuan baik intelektual maupun emosional siswa agar dapat memahami dan memecahkan masalah sosial dalam rangka memperkuat partisipasi sebagai warga Negara dalam

kehidupan masyarakat.”22

Menurut Syafrudin Nurdin,”Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai

peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya.”23

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo, ”tujuan dari pendidikan Ilmu

21

Wahab, dkk, op. cit., h. 3.5

22

Ibid,h.12.3

23

Syafrudin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Ciputat: Quantum Teaching,2005),h.15


(34)

Pengetahuan Sosial adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan diri sesuai dangan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.”24

Dari beberapa tujuan di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah agar peserta didik dapat bersosialisasi terhadap lingkungan sehari-hari. Maka dari itu proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah harus terorganisir dengan baik.

c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata Negara.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS (terpadu) meliputi beberapa aspek sebagai berikut;

1) Geografi, meliputi manusia, tempat dan lingkungan; 2) Sejarah, meliputi waktu, keberlanjutan dan perubahan; 3) Sosiologi, meliputi sisten sosial dan budaya;

4) Ekonomi, meliputi perilaku ekonomi dan kesejahteraan.25

Pada penelitian ini materi yang dibahas adalah tentang:

”Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi.” Materi tersebut masuk ke dalam aspek ruang lingkup ekonomi.

Pokok bahasan yang terdapat dalam mata pelajaran IPS tidak

24

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning(Analisis Model Pembelajaran IPS,(Jakarta Bumi Aksara, 2008), h.15

25


(35)

semata-mata didasarkan atas kepentingan ilmu-ilmu sosial seperti geografi, sosiologi, antropologi, ekonomi, ilmu politik, dan sejarah secara terpisah-pisah, akan tetapi IPS merupakan integrasi dari beberapa macam ilmu sosial di atas.

d. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Untuk meningkatkan hasil belajar IPS, dalam proses pembelajarannya harus menarik sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang menarik dan interaktif, dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada peserta didik sebagai subyek belajar. Guru harus merancang proses belajar mengajar yang melibatkan para peserta didik baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar yang sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang sudah ditentukan.

Agar hasil belajar IPS meningkat diperlukan cara dan model pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik secara total adalah pembelajaran dengan model Think, Pair and Share. Model Think, Pair and Share merupakan model yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan siswa dilatih untuk bekerja sama serta berinteraksi dengan teman-temannya.

3.

Hakikat Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan pada kemampuan anak untuk menghapal dan memahami berbagai informasi saja, tanpa di tuntut


(36)

untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya mereka hanya pintar teori saja tanpa bisa mengaplikasikannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan dan pemahaman serta keterampilan mendesain strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan di sampaikan kepada siswa. Salah satu strategi pembelajaran yang mendukung siswa mengembangkan kemampuan berfikir adalah strategi pembelajaran kooperatif.Dengan strategi pembelajaran kooperatif siswa terlibat secara proaktif antara kelompok.

Pembelajaran kooperatif (kelompok) merupakan kumpulan dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secara tatap muka, dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya, sehinga mereka merasa memiliki, dan merasa saling ketergantungan secara positif yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik , jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). System penilaian dilakukan terhadap kelompok.Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.26

Menurut Kunandar,”Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalapahaman yang

dapat menimbulkan permusuhan.”27

Menurut Isjoni dan Moh.Arif Ismail,”Pembelajaran kooperatif

merupakan satu pendekatan mengajar dimana siswa bekerjasama diantara satu dengan yang lain dalam suatu kumpulan belajar yang kecil untuk memenuhi kehendak tugas individu atau kumpulan yang telah diberikan

26

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2012)h.242

27


(37)

oleh guru.”28

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilnnya dan meningkatkan pemahaman mengenai konsep-konsep materi yang dipelajari dengan cara bekerjasama dan membentuk kelompok-kelompok kecil.

Teori yang mendasari munculnya model pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme.Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori konstuktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa.Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menemukan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri.29

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa bekerjasama dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

28

Isjoni dan Moh.Arif Ismail, Pembelajaran Visioner(Perpaduan Indonesia-Malaysia),(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007),cet.1, h. 29

29

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,2007), h. 13


(38)

b. Karakteristk Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajaran lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Beberapa karakteristik pembelajaran kooperatif:

1) Pembelajaran secara tim

2) Pembelajaran dengan manajemen kooperatif 3) Kemauan untuk bekerja sama

4) Keterampilan bekerja sama

Slavin, Abrani, dan Chambers berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa persepektif, yaitu persepektif motivasi, persepektif sosial, persepektif perkembangan kognitif, dan persepektif elaborasi kognitif.30 Dari beberapa persepektif di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Persepektif motivasi

Persepektif motivasi adalah bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu.

b) Persepektif sosial

Persepektif sosial adalah bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.

c) Persepektif perkembangan kognitif

Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi

30


(39)

siswa untuk berfikir mengolah sebagai informasi. d) Persepektif elaborasi kognitif.

Elaborasi kognitif artinya bahwa di setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitif.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat berinteraksi dengan sesama siswa lainnya dan bisa saling bantu serta bekerja sama untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Mereka bisa memahami dan memecahkan masalah pembelajaran dengan cara bekerja sama atau gotong royong. Bagi mereka yang mempunyai prestasi tinggi bisa membantu temannya yang mempunyai prestasi di bawah rata-rata KKM. Oleh karena itu para guru memiliki tanggung jawab dalam membantu siswa untuk memperoleh kemampuan berpartisipasi dan bekerja sama secara efektif di dalam proses pembelajaran.

c.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Tujuan lain dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan berkolaborasi dalam belajar. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

d. Asas-asas Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni,”Sesuatu pembelajaran dikatakan pembelajaran kooperatif bilamana pembelajaran tersebut mengandung prinsip yaitu


(40)

saling kebergantungan positif, interaksi bersemuka, bertanggungjawab

individu, kemahiran sosial dan pemprosesan kumpulan.”31

4. Model Think, Pair and Share

a.

PengertianThink, Pair, and Share

Think, Pair and Shareatau Berfikir Berpasangan dan Berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think, Pair and Sharemenghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil yang terdiri dari dua sampai enam orang, dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual.Think, Pair andShare adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.Think, Pair and Sharemerupakan model pembelajaran yang menggunakan teknik sederhana namun menghasilkan keuntungan yang besar. Think, Pair and Sharedapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think, Pair and Sharejuga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan berpartisipasi dalam kelas.

Think, Pair and Share digunakan untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Guru menciptakan interaksi yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Guru memberi informasi, hanya informasi yang mendasar saja, sebagai dasar pijakan bagi anak didik dalam mencari dan menemukan sendiri informasi lainnya. Atau guru

31


(41)

menjelaskan materi dengan mengaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan anak sehingga memudahkan mereka menanggapi dan memahami pengalaman yang baru bahkan membuat anak didik mudah memusatkan perhatian. Karenanya guru sangat perlu memperhatikan pengalaman dan pengetahuan anak didik yang didapatinya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Trianto, model Think, Pair and Share atau berpikir berpasangan dan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model Think, Pair and Share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di universitas Maryland.32

Menurut Muslimin Rosmiani menyatakan bahwa,langkah-langkah

Think, Pair and Share ada tiga yaitu : Berpikir (Thinking), Berpasangan(Pair), dan Berbagi (Share) 33 . Langkah-langkah pembelajaran model Think, Pair and Share adalah sebagai berikut:

1) Thinking (berpikir)

Kegiatan pertama dalam Think Pair and Share yakni guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran.Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara individu untuk beberapa saat. Dalam tahap ini siswa dituntut lebih mandiri dalam mengolah informasi yang dia dapat.

2) Pairing (berpasangan)

Pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya.Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

32

Trianto, Op.Cit, h. 61

33

http://proposalmatematika23.blogspot.com/2013/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html, diakses pada tanggal 10-04-2014


(42)

3)Sharing (berbagi)

Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Dengan langkah-langkah pembelajaran di atas diharapkan proses pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif model

Think, Pair and Share bisa berjalan dengan baik serta dapat memaksimalkan dan mengoptimalkan terjadinya proses pembelajaran.

b. Kelebihan Model Think, Pair and Share

Terdapat kelebihan pada model Think, Pair and Share dalam proses pembelajaran. Kelebihan model pembelajaran kooperatif model

Think, Pair and Share menurut Hartina adalah:

1) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.

2) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah

3) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang. 4) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil


(43)

5) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.34

Dengan kelebihan-kelebihan pembelajaran model Think, Pair and Share di atas diharapkan siswa akan akan lebih aktif dan terlatih menerapkan konsep serta memecahkan masalah dan berani mempersentasikan ide-idenya.

c. Kelemahan Model Think, Pair and Share

Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Pair and Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak.

Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini model gotong royong tidak terlampau asing dan mereka telah sering menggunakannya dan mengenalnya sebagai metode kerja kelompok.Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak guru telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam kelompok.

Dengan model pembelajaran kooperatif Think, Pair and Share di harapkan guru dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas dan dalam penyampain model pembelajaran juga bisa menggunakan variasi yang berbeda selain itu juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

1) Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Muslimin, program studi pendidikan Biologi, jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HidayatullahJakarta tahun 2008 dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tehnik Thin,k Pair and ShareTerhadap Hasil Belajar Biologi Siswa (Eksperimen di MA Negeri 3 Rawasari,

34

http://ri1990.blogspot.com/2013/05/hakikat-model-kooperatif-tipe-think.html,diaksespada tanggal 10-042014


(44)

Jakarta Pusat).” Kesimpulan yang didapatkan dalam skripsi tersebut

mengahasilkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tehnik Think, Pair and Share lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan metode pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif Think, Pair and Share

adalah 73,1, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional adalah 72,5.35

2) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think, Pair and Share untuk Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Matematika Anak Tunarungu (oleh Nur Azizah)

Hasil tes matematika seluruh siswa kelas IV sebelum dilakukan intervensi melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think, Pair and Share, menunjukkan tingkat hasil belajar dengan rata - rata 41,28 dan setelah dilakukan intervensi menunjukkan tingkat hasil belajar dengan rata – rata 64,73. Adanya peningkatan yang signifikan hasil belajar matematika anak tunarungu kelas IV dari sebelum dan setelah dilakukan intervensi melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Think, Pair and Share.Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: bahwa ada pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran kooperatif tipe Think, Pair and Share terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar matematika anak tunarungu kelas IV di SDLB

–B Karya Mulia I Surabaya.36

Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeThink, Pair and Share dapat meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial siswa dan dapat meningkatkan aktivitas siswa serta hasil belajar di sekolah. Pembelajaran kooperatif tipe Think,

35

Muslimin,”Pengaruh Pembelajran Kooperatif Tehnik Think Pair Share Terhadap Hasil

Belajar Biologi Siswa.” Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perputakaan Utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 61, t.d

36

Grizelda Putra, Contoh Proposal Skripsi, 2013(http//grizeldaputra.blogspot.com) diaksespada tanggal 20-04-2014


(45)

Pair and Share dapat merangsang siswa untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain dan siswa diberikan kesempatan untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya sehingga dapat merangsang siswa secara aktif untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan selama proses pembelajaran.

C.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan sebelumnya, maka dapat diambil suatu kerangka pemikiran sebagai berikut: pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada saat ini masih berpusat pada guru, sehingga kurang menumbuhkan kemampuan berfikir siswa. Pemberian materi sering kali diajarkan dengan menggunakan model konvensional.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah dalam proses pembelajaran guru harus menggunakan model yang bervariasi untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa. Mata pelajaran IPS memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi, karena siswa dituntut harus memiliki pemahaman konsep materi yang baik. Maka dari itu, proses balajar yang seharusnya diberikan kepada siswa yaitu proses pembelajaran yang tidak hanya mendidik siswa dari segi kognitif saja, tetapi juga harus memperhatikan tingkat kenyamanan siswa dalam memperoleh materi.

Oleh karena itu, model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan adalah pendekatan pembelajaran model Think, Pair and Share. Model Think Pair and Share merupakan salah satu model dari pembelajaran kooperatif yang efektif untuk membuat variasi pola diskusi kelas. Dalam model ini siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dalam berdiskusi dengan teman pasangannya dan belajar menghargai pendapat orang lain.


(46)

D.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini sampai terbukti kebenarannya melalui data yang telah terkumpul dan telah diuji.

Berdasarkan pada rumusan kerangka berpikir di atas maka penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif model Think, Pair and Share akan dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial


(47)

33

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melaksanakan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.Penelitian ini

bertempat di MI. Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga Tangerang Tahun

Pelajaran 2013/2014. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berjalannya penelitian.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

3.Lama Tindakan

Tindakan penelitian dilaksanakan selama 1 bulan untuk 2 siklus. 4. Jadwal Penelitian

a. Siklus I

1) Pertemuan 1: Hari selasa, tanggal 22 April 2014 2) Pertemuan 2: Hari kamis,tanggal 24 April 2014 b. Siklus II: Hari selasa, tanggal 6 Mei 2014

B.

Model dan Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.Penelitian ini juga temasuk penelitian deskriptif, sebab mmenggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat tercapai.

Sesuai dengan namanya, penelitian tindakan kelas maka dalam melaksanakan penelitian ini guru harus melakukan tindakan yaitu melakukan


(48)

sesuatu untuk memperbaiki pembelajaran sehingga siswa bisa memperoleh hasil

belajar yang maksimal. Bahkan Suharsimi menegaskan bahwa:”Dikarenakan

tindakan tersebut untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka harus berkaitan dengan pembelajaran. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas ini harus

menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran.”37

Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart menyatakan:” bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, observasi dan refleksi”.38

Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang.Siklus inilah yang sebetulnya menjadi ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi saja.

Dalam pelaksanaan penelitian kelas sangat dimungkinkan munculnya hal-hal baru atau masalah-masalah baru sehingga membutuhkan tindakan baru untuk memperlancar tercapainya perbaikan dan peningkatan proses serta hasil belajar siswa yang lebih baik. Jika terjadi semacam ini, guru harus mencatat secara cermat dan sistematis karena pada tahap siklus berikutnya dapat dikembangkan menjadi sebagaiman tertera dalam gambar berikut :

37

Mohammad Asrori,Penelitian Tindakan Kelas (Bandung:CV.Wacana Prima,2009), h. 3

38


(49)

Gambar Pengembangan Penelitian Kelas ( Sudarsono ,1999)39

C.

Subyek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI.

Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga yang berjumlah 17 orang yangtercatat pada tahun ajaran 2013/2014.

39

Ibid , h.73

Identifikasi Masalah

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan ulang

Refleksi pelaksanaan

Pengamatan

?

Siklus I


(50)

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Yang berperan dalam penelitian ini adalah guru sekaligus sebagai peneliti, sedangkan siswa sebagai obyek yang diteliti.Selain mengajarkan materi, peneliti juga membuat dan merancang rencana pembelajaran serta mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar.

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus, siklus I terdiri dari dua kali pertemuan dan siklus II satu kali pertemuan. Adapun tahapan intervensi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

2. Tindakan atau pelaksanaan 3. Pengamatan

4. Refleksi

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan adalah pencapaian 100% siswa dengan nilai rata-rata mencapai KKM yaitu 70.Selain itu dengan diterapkannya pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share, diharapkan:

1. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa antara pre test dan post test pada siklus I 2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa antara pre test dan post test pada siklus

II

3. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada post test siklus I dan post test

siklus II

G.

Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini data yang diperoleh berupa hasil belajar yang mencakup ranah kognitif. Data hasil belajar diperoleh dari pre test dan post test,


(51)

nilai Lembar Kerja , nilai lembar elaborasi, dan nilai latihan soal pada tahap evaluasi.

H.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan saat berlangsungnya proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan kooperatif model think, pair and share. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran dan juga untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) yang telah disusun sebelumnya.

2. Lembar Tes

Tes merupakan suatu tehnik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.40Dalam penelitian ini tes yang digunakan berbentuk uraian singkat dan pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar pada setiap siklus.

I.

Analisis Data dan Interpretasi Data

1. N-Gain

Analisis ini untuk mengetahui peningkatan pengusaan konsep pada siswa, dengan cara memberikan instrumen berupa tes yang diberikan sebelum pembelajaran(pretest) dan sesudah pembelajaran(post test).

2. Analisis deskriptif kualitastif

Analisis tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu membandingkan hasil belajar siswa kriteria pencapaian

40

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 118


(52)

ketuntasan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu siswa dinyatakan tuntas jika tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata.

J.

Pengembangan Perencanaan Tindakan

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang memiliki tahapan-tahapan dalam tiap siklusnya.Tahapan-tahapan tersebut meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan atau pengumpulan data dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan perbaikan akan dilakukan apabila setelah tindakan pada siklus I selesai dan belum terjadi peningkatan hasil belajar siswa, maka akan ditindaklanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya pada siklus II sebagai perbaikan pembelajaran.


(53)

39

A.

Deskripsi dan Analisis Data

1. Siklus I

a. Tindakan

1) Perencanaan

Pada tahap perencanaan pertama dan kedua, guru menyiapkan dan menyusun beberapa perangkat pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), buku paket IPS kelas IV, soal pre test/pos test, dan media gambar yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas.

2) Kegiata Awal Pembelajaran

Pada awal pembelajaran pertemuan 1 dan 2 guru membimbing siswa berdoa bersama untuk mengawali proses pembelajaran dan mengecek kehadiran siswa satu persatu. Selanjutnya guru mengkondisikan suasana kelas agar siswa tertib dan nyaman dalam proses pembelajaran. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan indikator pembelajaran yang harus dicapai siswa. Kemudian guru membagikan soal pre test sebelum menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share.

3) Kegiatan Inti

Pada tahap kegiatan inti guru membagikan lembar kerja yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada pertemuan ini siswa dikelompokkan secara berpasangan menjadi 8 kelompok. Kegiatan selanjutnya guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi kelompok serta menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dilembar kerja. Sedangkan pada pertemuan kedua siswa dikelompokkan menjadi 4 kelompok, hal ini dikarenakan pada pertemuan pertama ada beberapa siswi yang tidak mau dikelompokkan secara berpasangan dengan siswa dan


(54)

mengubah posisi tempat duduk sesuai dengan kelompoknya. Kemudian guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan diskusi kelompok dalam menyelesaikan lembar kerja yang telah diberikan. Namun terlebih dahulu siswa diberi waktu berpikir secara individu untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan. Setelah siswa menemukan jawaban, guru meminta siswa secara berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah mereka dapatkan agar bisa saling berinteraksi untuk menyatukan jawaban mereka.

Selanjutnya guru meminta pasangan-pasangan tersebut berbagi kepada seluruh siswa kelas tentang apa yang telah mereka dapatkan. Pada pertemuan pertama guru menunjuk perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dengan bahasa mereka sendiri. Sedangkan pada pertemuan kedua, siswa yang menjadi perwakilan kelompok adalah siswa yang belum pernah menjadi perwakilan kelompok sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk membangun rasa percaya diri dan mampu mengungkapkan pemahamannya di depan kelas. Guru membimbing siswa lainnya untuk memberikan tanggapan berupa pertanyaan atau penyanggahan agar kegiatan diskusi berjalan dengan baik. Setelah selesai melaksanakan diskusi kelompok guru menjelaskan materi dengan menggunakan jawaban siswa terlebih dahulu sebagai acuan.

4) Kegiatan Penutup

Tahap yang terakhir dalam kegiatan penutup yaitu tahap evaluasi, sama halnya pada pertemuan 1 dan 2, guru membagikan soal latihan kepada masing-masing siswa berkaitan dengan materi yang telah dipelajari pada tahap-tahap sebelumnya. Setelah selesai mengerjakan soal latihan, siswa dibimbing agar dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua siklus I diakhiri dengan membimbing siswa untuk berdoa bersama.


(55)

b. Pengamatan

1) Hasil Pre test dan Post test

Hasil belajar pada siklus I sebelum dilakukan pembelajaran mendapat nilai rata-rata skor pre test 40,59. Setelah mengalami pembelajaran dengan menerapkan model pendekatan pembelajaran model

think, pair and sharehasil belajar meningkat, namun peningkatannya tidak signifikan dengan nilai skor post test 62,94. Pada hasil post test siklus I hanya 7 siswa yang mencapai nilai KKM dengan persentase keberhasilan sebanyak 41,18%.

2) Data perhitungan N-Gain

Pada siklus I rata-rata keseluruhan hasil perhitungan N-Gain dengan jumlah responden sebanyak 17 siswa adalah 0,38. Persentase hasil perhitungan N-Gain disajikan pada tabel 4.1berikut:

Tabel 4.1.Tes Hasil Belajar Siswa(N-Gain) No. Urut

Siswa Pre test Post test N-gain Keterangan Kategori

01 30 70 0,57 Tuntas Sedang

02 30 60 0,42 Tidak Sedang

03 50 60 0,20 Tidak Rendah

04 40 60 0,33 Tidak Sedang

05 50 70 0,40 Tuntas Sedang

06 40 50 0,17 Tidak Rendah

07 50 70 0,40 Tuntas Sedang

08 30 60 0,43 Tidak Sedang

09 40 70 0,50 Tuntas Sedang

10 50 60 0,20 Tidak Rendah

11 50 80 0,60 Tuntas Sedang

12 40 50 0,17 Tidak Rendah

13 30 50 0,29 Tidak Rendah

14 40 70 0,50 Tuntas Sedang

15 60 80 0,50 Tuntas Sedang

16 40 60 0,33 Tidak Sedang


(56)

Jumlah 690 1070 6,39

Rata-rata 40,59 62,94 0,38

N.Tertinggi 60 80 0,60

N. Terendah 20 40 0,17

Median 40 60

Modus 40 60

Berdasarkan tabel 4.1 di atas tidak ada siswa yang mendapatkan kriteria nilai N-Gain tinggi , 12 orang berkriteria sedang, dan 5 orang berkriteria rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I masih tergolong rendah. Nilai dari rata-rata N-Gain mencapai angka 0,38. Dengan demikian nilai N-N-Gain kelas masih tergolong ke dalam kategori sedang.

3) Hasil Observasi Kegiatan Siswa

Dari hasil observasi yang dilakukan selama dilaksanakannya tindakan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran model think, pair and share diperoleh hasil kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.2.Data Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I

No Aspek yang diamati Siklus I

Frek %

1 Mengawali pembelajaran dengan doa 3 75

2 Memperhatikan penjelasan guru 3 75

3 Melakukan diskusi kelas 3 75

4 Belajr secara kelompok 3 75

5 Belajar dalam keadaan antusias 2 50 6 Belajar dalam keadaan menyenangkan 2 50

7 Aktif dalam pembelajaran 2 50

8 Terjadi interaksi siswa dengan siswa 2 50 9 Terjadi interaksi siswa dengan guru 2 50 10 Siswa melakukan

refleksi/berpikirkembali 2 50

Jumlah 24 600


(57)

Kriteria skor: 1 = Kurang 3 = Cukup 2 = Baik 4 = Sangat baik

Dari hasil penemuan peneliti, pada siklus I rata-rata hasil observasi kegiatan siswa adalah 60%.Pada tahap awal pembelajaran guru kurang jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga siswa hanya terdiam diri saat diajukan pertanyaan mengenai pemahaman mereka. Pada tahap kegiatan inti sebagian siswi menolak dikelompokkan dengan beberapa siswa, sehingga menyebabkan proses pembagian kelompok pada siklus I menjadi tidak tertib. Sebagian kelompok masih terpaku pada buku yang mereka bawa saat melakukan presentasi dan siswa lainnya masih enggan untuk memberikan tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan pada saat diskusi kelas berlangsung.Meskipun siswa bekerjasama dengan kelompoknya untuk mengerjakan lembar kerja elaborasi, tapi hanya beberapa siswa saja yang aktif menyumbangkan solusi atau jawaban pada lembar kerja tersebut.Pada tahap kegiatan penutup, siswa diberikan soal post test. Siswa yang duduk dibelakang dalam mengerjakan soal post test berdiskusi dengan siswa lainnya dan siswa tidak tepat waktu dalam mengumpulkan hasil post test.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran siklus I kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata dari aktivitas siswa hanya mencapai 60%.

4) Hasil Evaluasi

Pada tahap evaluasi, masing-masing siswa diberikan tes individu berupa latihan soal. Latihan soal yang diberikan kepada siswa berupa isian singkat sebanyak 10 soal. Pemberian latihan soal ini bertujuan untuk memberikan evaluasi hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini juga siswa dibimbing untuk memberikan simpulan secara umum tentang materi yang telah dipelajari. Hasil evaluasi latihan soal yang diberikan kepada siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3.


(58)

Tabel 4.3.Hasil Evaluasi

No Data statistik

Perolehan nilai Pertemuan

1

Pertemuan 2

1 Nilai tertinggi 80 100

2 Nilai terendah 40 70

3 Median 60 80

4 Modus 60 70

5 Rata-rata 61,18 78,24

Tabel 4.3 di atas mengambarkan hasil evaluasi pada siklus I, hasil tersebut diperoleh setelah siswa melaksanakan proses pembelajaran. Pada siklus I nilai yang diperoleh dari hasil latihan soal adalah sebagai berikut: nilai tertinggi mencapai angka 80, sedangkan nilai terendah 40, nilai tengah atau median adalah 60 dan modus 60, nilairata-rata 61,18. Hasil perolehan nilai evaluasi pada pertemuan kedua mengalami peningkatan. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa mencapai 100, nilai terendah 70, median 80, modus 70, dan nilai rata-rata mencapai 78,24.

Kegiatan siswa pada proses pembelajaran siklus I menggunakan pendekatan pembelajaran model think, pair and share kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas hanya 62,94 yang artinya belum mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan. Maka perlu diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya.

c. Refleksi

Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran, diperoleh temuan pada siklus I sebagai berikut:

1)Rata-rata hasil post test hanya mencapai 62,94. 2)Persentase keberhasilan sebanyak 41,18%. 3)Nilai N-Gain kelas adalah 0,38.


(59)

5)Pada kegiatan awal untuk membangkitkan minat belajar siswa, guru kurang spesifik dalam menjelaskan tujuan pembelajaran.

6)Pada kegiatan inti guru kurang maksimal memberikan pengertian kepada siswa mengenai cara bersosialisasi dan bekerjasama dalam kelompok sehingga beberapa siswi menolak dikelompokkan dengan beberapa siswa. Guru menugaskan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Namun setiap kelompok terjadi saling menunjuk untuk memilih perwakilan kelompok yang akan presentasi. Pada tahap elaborasi, guru kurang maksimal dalam menuntun siswa agar mampu mengaitkan konsep lain yang memiliki keterkaitan.

7)Pada kegiatan penutup dalam mengerjakan soal , guru tidak menyebar keseluruh kelas, sehingga ada beberapa siswa yang bekerjasama saat mengerjakan latihan soal. Selain itu guru tidak tegas dalam memberikan batasan waktu, sehingga siswa masih mengerjakan latihan soal meskipun waktunya telah selesai.

Adapun rekapitulasi data yang diperoleh dari hasil pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.4.Data Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I

No Hasil Penelitian Rata-rata

1 Post test 62,94

2 Tingkat keberhasilan 41,18%

3 N-Gain 0,38

4 Lembar soal evaluasi 78,24


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)