Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepuasan Pernikahan pada Wanita yang Menikah Melalui Proses Ta’aruf T1 802009147 BAB V
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bab ini berisi kesimpulan atas hasil penelitian.
Penelitian ini dilakukan unuk mengetahui gambaran mengenai
kepuasan pernikahan pada wanita yang menikah melalui proses
ta’aruf. Berdasarkan analisis hasil yang diperoleh dari kedua
partisipan pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kedua partisipan yang menikah tanpa pacaran, yakni
dengan proses ta’aruf sama-sama meyakini hakikat
pernikahan yang dilakukan adalah sebagai salah satu
sarana mereka beribadah. Berawal pada keyakinan ini,
pernikahan kemudian haruslah diawali dengan proses
yang juga diperbolehkan dan dianggap baik oleh
agama. Ajaran agama inilah yang menjadi alasan kuat
kedua partisipan yang menikah melalui proses ta’aruf.
2. Kedua partisipan memiliki makna berbeda mengenai
kepuasan pernikahan. Pada partisipan 1 memaknai
kepuasan pernikahan dengan membuat pasangannya
senang dan puas akan hal-hal yang ia lakukan untuk
pasangan dan merasakan kenyamanan. Sedangkan
partisipan 2 memaknai kepuasan pernikahan bisa terjadi
ketika satu sama lain bisa menemukan atau mengatasi
segala permasalahan yang terjadi dalam pernikahan dan
bisa melakukan segala aktifitas yang menyenangkan
bersama-sama.
175
176
3. Kedua partisipan menemukan hambatan di awal
pernikahan. Pada partisipan 1 yaitu konflik dengan
mertua yang mengekpresikan kasih sayang dengan cucu
dan
anak
(suami)
secara
berlebihan,
sehingga
memunculkan perasaan takut jika anak partisipan
menjadi manja. Sedangkan pada partisipan 2 yaitu,
penantian akan kehadiran anak, kondisi finansial yang
dirasa kurang serta sakit dan meninggalnya orangtua.
Meskipun
terdapat
permasalahan,
kesadaran
serta
kesiapan kedua partisipan bahwa pernikahan akan
menemukan masalah menjadi faktor pendukung kedua
partisipan dalam mengatasi permasalahan yang ada
dalam pernikahan.
4. Berbekal ajaran-ajaran agama dan kesiapan diri yang
telah dimiliki menjadikan kedua partisipan mampu
memaknai hakikat sebuah perkawinan, sehingga dalam
perkawinannya kedua seperti tidak terlalu menuntut
terhadap pasangan, memiliki kepercayaan terhadap
pasangan, serta bisa menerima kekurangan yang ada
pada pasangan. Kemampuan menyadari diri bahwa para
partisipan juga memiliki kekurangan menjadikan kedua
partisipan melakukan usaha untuk memperbaiki diri
serta penyesuaian dengan suami agar harapan dalam
pernikahan yang dimiliki bisa tercapai.
5. Kemampuan menyadari kekurangan diri ataupun sikap
yang tidak terlalu menuntut terhadap pasangan dan
penilaian positif terhadap pasangan menjadikan kedua
177
partisipan mampu menangani konflik yang memang
pasti ada dalam kehidupan perkawinan. Diskusi menjadi
cara yang dianggap efektif oleh kedua partisipan dalam
menyelesaikan masalah.
6. Dominasi peran suami dalam terjadi pada pernikahan
terjadi pada pernikahan kedua partisipan. Hal tersebut
disadari
kedua
partisipan
karena
didukung
oleh
pengetahuan agama yang dimiliki sehingga kedua
partisipan merasa perlu meminta ijin kepada suami
dalam melakukan segala aktivitas.
7. Harapan untuk dapat memiliki waktu lebih dengan
anak-anak dan keluarga dirasakan oleh para partisipan.
Pekerjaan dan tanggung jawab para partisipan terkadang
mengurangi jumlah waktu dengan keluarga. Kesadaran
akan peran dalan pernikahan membuat partisipan 2
mengatur penggunaan waktu yang seimbang antara
pekerjaan dan keluarga. Akan tetapi partisipan 2
mengharapkan
keikutsertaan
pihak
suami
untuk
membantu dalam urusan rumah tangga.
8. Komunikasi dalam pernikahan kedua partisipan berjalan
dengan baik. Keterbukaan dan adanya feedback yang
positif dalam berkomunikasi membuat kedua partisipan
puas dengan komunikasi yang dimiliki. Akan tetapi
ketidakpuasan terjadi pada partisipan 1 dikarenakan sifat
partipan yang belum bisa terbuka dengan suami.
9. Adanya harapan perbaikan kondisi finansial agar ada
tabungan untuk haji terjadi pada kedua partisipan. Akan
178
tetapi rasa syukur yang dimiliki kedua partisipan
memicu kepuasan mengenai kondisi finansial yang
dimiliki sekarang.
10. Ekpresi
kasih
menciptakan
sayang
kepuasan
yang
dilakukan
dalam
pasangan
pernikahan
kedua
partisipan. Akan tetapi rasa bersalah karena tidak bisa
memenuhi kebutuhan seksual secara maksimal karena
faktor pekerjaan terjadi pada partisipan 2.
11. Keluarga memiliki peran penting dalam pernikahan
kedua
partisipan,
terutama
dalam
keikutsertaan
mengasuh anak. Akan tetapi pada partisipan 1 terkadang
terjadi konflik dengan mertua karena ketidaksesuaian
cara mengasuh anak dengan konsep yang dimiliki
partisipan.
12. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan
efektif khususnya sumbangan ilmiah bagi perkembangan
ilmu
psikologi
khususnya
di
bidang
psikologi
perkembangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
bahwa kedua partisipan belum mengalami kepuasan
pernikahan pada masa awal-awal pernikahan. Hal ini
berbeda dengan temuan Duval dan Miller (1985) yang
mengatakan bahwa masa awal-awal pernikahan adalah
puncak dari kepuasan pernikahan.
179
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi subjek penelitian
a. Partisipan 1
Dari hasil penelitian yang dilakukan partisipan
diharapkan untuk belajar lebih terbuka kepada pasangan.
Dan diupayakan untuk bisa saling memahami dan
menjaga hubungan dengan mertua. Karena hal ini akan
lebih membantu untuk perjalanan kehidupan pernikahan
partisipan dan pasangan.
b. Partisipan 2
Dari hasil penelitian, patisipan diharapkan untuk
meningkatkan hubungan dengan suami khususnya dalam
menjaga kualitas hubungan seksual agar terciptanya
kepuasan bersama.
2. Bagi masyarakat
Masyarakat perlu mengambil alternatif proses dalam
memilih
pasangan
hidup
dengan
baik,
yang
akan
mendatangkan kebaikan, mengingat banyaknya fenomena
negatif akibat pacaran, seperti seks bebas, aborsi sampai
pembunuhan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini menemukan
bahwa meskipun tanpa melalui proses pengenalan karakter
yang mendalam terhadap pasangan, namun nampak sekali
bahwa
partisipan
memiliki
kemampuan
untuk
bisa
180
menerima pasangan. Kiranya perlu diteliti lebih lanjut
bagaimana
penelitian
penyesuaian
ini
hal
diri
tersebut
mereka,
belum
karena
dalam
terungkap
secara
mendalam. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa
sumber konflik yang muncul salah satunya ialah masalah
keluarga besar, kiranya menarik untuk dapat diteliti lebih
jauh permasalahan tersebut. Peneliti yang tertarik pada
permasalahan
yang
sama
disarankan
untuk
mencari
responden lebih beragam lagi seperti, subjek yang menikah
dengan usia yang berbeda jauh, agar dapat membandingkan
apa saja masalah-masalah yang dihadapi dan bagaimana
mengatasinya.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bab ini berisi kesimpulan atas hasil penelitian.
Penelitian ini dilakukan unuk mengetahui gambaran mengenai
kepuasan pernikahan pada wanita yang menikah melalui proses
ta’aruf. Berdasarkan analisis hasil yang diperoleh dari kedua
partisipan pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kedua partisipan yang menikah tanpa pacaran, yakni
dengan proses ta’aruf sama-sama meyakini hakikat
pernikahan yang dilakukan adalah sebagai salah satu
sarana mereka beribadah. Berawal pada keyakinan ini,
pernikahan kemudian haruslah diawali dengan proses
yang juga diperbolehkan dan dianggap baik oleh
agama. Ajaran agama inilah yang menjadi alasan kuat
kedua partisipan yang menikah melalui proses ta’aruf.
2. Kedua partisipan memiliki makna berbeda mengenai
kepuasan pernikahan. Pada partisipan 1 memaknai
kepuasan pernikahan dengan membuat pasangannya
senang dan puas akan hal-hal yang ia lakukan untuk
pasangan dan merasakan kenyamanan. Sedangkan
partisipan 2 memaknai kepuasan pernikahan bisa terjadi
ketika satu sama lain bisa menemukan atau mengatasi
segala permasalahan yang terjadi dalam pernikahan dan
bisa melakukan segala aktifitas yang menyenangkan
bersama-sama.
175
176
3. Kedua partisipan menemukan hambatan di awal
pernikahan. Pada partisipan 1 yaitu konflik dengan
mertua yang mengekpresikan kasih sayang dengan cucu
dan
anak
(suami)
secara
berlebihan,
sehingga
memunculkan perasaan takut jika anak partisipan
menjadi manja. Sedangkan pada partisipan 2 yaitu,
penantian akan kehadiran anak, kondisi finansial yang
dirasa kurang serta sakit dan meninggalnya orangtua.
Meskipun
terdapat
permasalahan,
kesadaran
serta
kesiapan kedua partisipan bahwa pernikahan akan
menemukan masalah menjadi faktor pendukung kedua
partisipan dalam mengatasi permasalahan yang ada
dalam pernikahan.
4. Berbekal ajaran-ajaran agama dan kesiapan diri yang
telah dimiliki menjadikan kedua partisipan mampu
memaknai hakikat sebuah perkawinan, sehingga dalam
perkawinannya kedua seperti tidak terlalu menuntut
terhadap pasangan, memiliki kepercayaan terhadap
pasangan, serta bisa menerima kekurangan yang ada
pada pasangan. Kemampuan menyadari diri bahwa para
partisipan juga memiliki kekurangan menjadikan kedua
partisipan melakukan usaha untuk memperbaiki diri
serta penyesuaian dengan suami agar harapan dalam
pernikahan yang dimiliki bisa tercapai.
5. Kemampuan menyadari kekurangan diri ataupun sikap
yang tidak terlalu menuntut terhadap pasangan dan
penilaian positif terhadap pasangan menjadikan kedua
177
partisipan mampu menangani konflik yang memang
pasti ada dalam kehidupan perkawinan. Diskusi menjadi
cara yang dianggap efektif oleh kedua partisipan dalam
menyelesaikan masalah.
6. Dominasi peran suami dalam terjadi pada pernikahan
terjadi pada pernikahan kedua partisipan. Hal tersebut
disadari
kedua
partisipan
karena
didukung
oleh
pengetahuan agama yang dimiliki sehingga kedua
partisipan merasa perlu meminta ijin kepada suami
dalam melakukan segala aktivitas.
7. Harapan untuk dapat memiliki waktu lebih dengan
anak-anak dan keluarga dirasakan oleh para partisipan.
Pekerjaan dan tanggung jawab para partisipan terkadang
mengurangi jumlah waktu dengan keluarga. Kesadaran
akan peran dalan pernikahan membuat partisipan 2
mengatur penggunaan waktu yang seimbang antara
pekerjaan dan keluarga. Akan tetapi partisipan 2
mengharapkan
keikutsertaan
pihak
suami
untuk
membantu dalam urusan rumah tangga.
8. Komunikasi dalam pernikahan kedua partisipan berjalan
dengan baik. Keterbukaan dan adanya feedback yang
positif dalam berkomunikasi membuat kedua partisipan
puas dengan komunikasi yang dimiliki. Akan tetapi
ketidakpuasan terjadi pada partisipan 1 dikarenakan sifat
partipan yang belum bisa terbuka dengan suami.
9. Adanya harapan perbaikan kondisi finansial agar ada
tabungan untuk haji terjadi pada kedua partisipan. Akan
178
tetapi rasa syukur yang dimiliki kedua partisipan
memicu kepuasan mengenai kondisi finansial yang
dimiliki sekarang.
10. Ekpresi
kasih
menciptakan
sayang
kepuasan
yang
dilakukan
dalam
pasangan
pernikahan
kedua
partisipan. Akan tetapi rasa bersalah karena tidak bisa
memenuhi kebutuhan seksual secara maksimal karena
faktor pekerjaan terjadi pada partisipan 2.
11. Keluarga memiliki peran penting dalam pernikahan
kedua
partisipan,
terutama
dalam
keikutsertaan
mengasuh anak. Akan tetapi pada partisipan 1 terkadang
terjadi konflik dengan mertua karena ketidaksesuaian
cara mengasuh anak dengan konsep yang dimiliki
partisipan.
12. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan
efektif khususnya sumbangan ilmiah bagi perkembangan
ilmu
psikologi
khususnya
di
bidang
psikologi
perkembangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
bahwa kedua partisipan belum mengalami kepuasan
pernikahan pada masa awal-awal pernikahan. Hal ini
berbeda dengan temuan Duval dan Miller (1985) yang
mengatakan bahwa masa awal-awal pernikahan adalah
puncak dari kepuasan pernikahan.
179
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi subjek penelitian
a. Partisipan 1
Dari hasil penelitian yang dilakukan partisipan
diharapkan untuk belajar lebih terbuka kepada pasangan.
Dan diupayakan untuk bisa saling memahami dan
menjaga hubungan dengan mertua. Karena hal ini akan
lebih membantu untuk perjalanan kehidupan pernikahan
partisipan dan pasangan.
b. Partisipan 2
Dari hasil penelitian, patisipan diharapkan untuk
meningkatkan hubungan dengan suami khususnya dalam
menjaga kualitas hubungan seksual agar terciptanya
kepuasan bersama.
2. Bagi masyarakat
Masyarakat perlu mengambil alternatif proses dalam
memilih
pasangan
hidup
dengan
baik,
yang
akan
mendatangkan kebaikan, mengingat banyaknya fenomena
negatif akibat pacaran, seperti seks bebas, aborsi sampai
pembunuhan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini menemukan
bahwa meskipun tanpa melalui proses pengenalan karakter
yang mendalam terhadap pasangan, namun nampak sekali
bahwa
partisipan
memiliki
kemampuan
untuk
bisa
180
menerima pasangan. Kiranya perlu diteliti lebih lanjut
bagaimana
penelitian
penyesuaian
ini
hal
diri
tersebut
mereka,
belum
karena
dalam
terungkap
secara
mendalam. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa
sumber konflik yang muncul salah satunya ialah masalah
keluarga besar, kiranya menarik untuk dapat diteliti lebih
jauh permasalahan tersebut. Peneliti yang tertarik pada
permasalahan
yang
sama
disarankan
untuk
mencari
responden lebih beragam lagi seperti, subjek yang menikah
dengan usia yang berbeda jauh, agar dapat membandingkan
apa saja masalah-masalah yang dihadapi dan bagaimana
mengatasinya.