Peran Dukungan Sosial Dan Strategi Coping Terhadap Self Efficacy Menghadapi Situasi Pemicu Relapse Pada Penyalahguna Narkoba Di Kota Bandung.

ABSTRACT

This research is based on the wide-spread drug abuse in Indonesia, and
especially in West Java. As in Bandung, the capital of the province, the drug abuse
case is increasing. As one is dragged into drug abuse condition, it is difficult for
the user to be fully recovered. When someone tries to recover or to be drug-free, it
is when relapse becomes a threat. Relapse is a condition when one takes drug
after experiencing ‘clean’ or abstinence period.
Based on research conducted by Marlatt and Gordon in 1985, self efficacy
is believed to be a factor that facilitates the relapse behavior and coping ability is
one of the factors that influences self efficacy. When one is able to come up with
the appropriate coping strategy to deal with high-risk situation, one’s self efficacy
is increasing and possibility of experiencing relapse is decreasing. Another factor
that influence self efficacy is social support received; as found in the research
conducted by Luszchybska, Sarkar, and Knoll (in press) that the willingness of HIV
patients to perform more positive behavior depends on social support they receive.
However, the effect of social support towards the result of therapy for the HIV
patients is facilitated by their level of self efficacy.
Based on the condition, researcher proposes assessment model to analyze
the impact of social support and coping strategy towards user’s self efficacy in
dealing with high risk situation which leads to relapse. Research subjects are 76

people that live in Bandung with age ranged from 18 to 40. Structural Equation
Modeling or SEM statistic method shows that social support and coping strategy
gives positive impact towards self efficacy. The fact is that social support gives
negative impact while coping strategy gives positive impact. Variable indicator
that gives the highest contribution in forming social support is information support
(0.95) while variable indicator that gives the highest contribution for coping is task
oriented coping (1.00), and urges and temptation is the strongest variable indicator
in forming self efficacy (0.92). According to the result, it is concluded that in order
to increase self efficacy, drugs user’s skill in coping needs to be strengthened,
especially in task oriented coping skill. The negative scores of social support,
however, doesnt mean that the drug’s user didn’t need social support. It still needs
more exploration to find the right form of social support that is need by the drug’s
user.

v

ABSTRAK

Penelitian ini didasarkan pada kondisi penyalahgunaan narkoba yang semakin
marak di Indonesia, dan Jawa Barat khususnya. Terutama di Kota Bandung,

sebagai ibu kota provinsi, kasus penyalahgunaan narkoba pun semakin meningkat.
Sekali seseorang terjerumus ke penyalahgunaan narkoba, maka akan sulit bagi
penyalahguna narkoba tersebut untuk pulih sepenuhnya. Ketika individu mencoba
untuk memulihkan diri, atau ‘bersih’ dari narkoba, maka situasi yang disebut
relapse adalah sebuah ancaman. Relapse adalah kondisi seseorang yang kembali
menyalahgunakan narkoba setelah beberapa waktu mengalami periode ‘bersih’ atau
abstinent.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Marlatt dan
Gordon pada tahun 1985, self efficacy diyakini adalah faktor yang mengantarai
munculnya perilaku relapse atau tidak relapse. Masih menurut Marlatt dan
Gordon, faktor yang mempengaruhi self efficacy terutama adalah kemampuan
coping individu. Ketika individu mampu memunculkan strategi coping yang tepat
untuk mengatasi situasi beresiko tinggi, maka self efficacy individu tersebut akan
meningkat, dan kemungkinan untuk relapse akan menurun. Selain strategi coping
individu, faktor lain yang dapat mempengaruhi self efficacy adalah dukungan sosial
yang diterima oleh individu. Penelitian yang dilakukan oleh Luszchybska, Sarkar,
& Knoll (in press) menemukan bahwa kesediaan pasien AIDS untuk memunculkan
perilaku yang lebih sehat berkaitan dengan dukungan sosial yang diterima. Namun
pengaruh dukungan sosial terhadap hasil terapi pada pasien AIDS tersebut
dijembatani oleh tingkat self efficacy yang dimiliki individu tersebut.

Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti mengajukan model pengukuran untuk
melihat pengaruh dukungan sosial dan strategi coping terhadap self efficacy
penyalahguna untuk menghadapi situasi beresiko tinggi yang dapat mengarah ke
kondisi relapse. Subyek penelitian berjumlah 76 orang, berusia 18 – 40 tahun yang
tinggal di Kota Bandung. Hasil analisa statistik menggunakan SEM menyatakan
bahwa model pengukuran yang diusulkan peneliti telah fit atau sesuai. Dukungan
sosial dan coping memberikan pengaruh secara signifikan terhadap self efficacy
(Ho ditolak). Namun dukungan sosial memberikan pengaruh dalam bentuk negatif,
sedangkan coping memberikan pengaruh dalam bentuk positif. Variabel indikator
yang paling besar memberikan kontribusi dalam membentuk dukungan sosial
adalah dukungan informasi (0,95), sedangkan variabel indikator yang paling besar
kontribusinya terhadap coping adalah task oriented coping (1,00), dan urges and
temptation adalah variabel indikator yang paling kuat membentuk self efficacy
(0,92). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa untuk
meningkatkan self efficacy perlu memperkuat keterampilan coping penyalahguna
narkoba, terutama kemampuan task oriented coping. Hasil dukungan sosial yang
negatif tidak berarti bahwa dukungan sosial tidak diperlukan, namun sebaliknya
perlu dicermati lebih jauh dengan tindak lanjut penelitian yang lebih spesifik
meneliti tentang bentuk dukungan sosial yang tepat yang dibutuhkan oleh
penyalahguna narkoba.


vi

Dokumen yang terkait

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

8 116 152

HUBUNGAN SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA DESIGNER CLOTHING COMPANY DI KOTA BANDUNG.

0 0 33

Uji Coba Program Konseling Kelompok "Sumber-sumber Self Effifacy" pada Penyalahguna Napza di Panti Rehabilitasi "RC" (Dalam Rangka Meningkatkan Self Efficacy Menghadapi Situasi Pemicu Relapse).

0 0 33

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 16

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 2 2

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 9

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 1 37

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 1 2

Model Penanganan Sosial bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih

0 0 8

MOTIVASI UNTUK SEMBUH PADA REMAJA PENYALAHGUNA NARKOBA DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL

0 0 14