"Mungguh" & "Nganteuran" di Kalangan Orang Sunda.

----

Pikiran Rakyat
-

o Selasa o

4

5
20

o Mar

6
21
OApr

o Kamis

Rabu


8

7
22

9

~

OMei

0

24

OJlln

o Sabtu


Jumat

10

11
25

12
27

26

IIMunggahll &IINganteuranll

di KalanganOrangSunda tempat yang penting untuk
ELAMAsatu bulan ini
umat Islam akan melakukan ibadah saum (Arab:
shaum). Ibadah ini adalah wajib, di mana dimensi ritual tersebut tercermin pula dalam dimensi sosiobudaya, ibadah saurn dapat pula dijadikan sarana
untuk aktualisasi diri dengan
meningkatkan dan memperkokoh silaturahmi antarkeluarga,

antartetangga, antarsesama
umat dengan umat lainnya.
Kesemua itu dalam upaya
memupuk dan mengembangkan sikap saling membantu,
toleransi, bekerja sarna untuk kemaslahatan bersama
dalam suatu masyarakat yang multikultural di mana saat
ini realitas hubungan yang tulus sesama umat dan antarumat dalam tradisi bersilaturahmi semakin lama menjadi semakin "asing" dalam keseharian.
Agaknya, pemahaman ibadah saum dalam konteks sosiobudaya saat ini harus tetap dipupuk dan dikembangkan sebagai upaya memelihara kesadaran kolektifumat,
selain sebagai bentuk penghormatan urn at bagi mereka
yang mampu secara fisik dan psikis-sosial melaksanakan
ibadah saum, tanpa kecuali, sebagai perwujudan tunduk
dan patuh atas perintah Allah swr.
Oleh karena itu, dalam dimensi sosiobudaya tampak
beragam kebiasaan yang dilaksanakan masyarakat menyongsong dimensi ritual ibadah saum itu antara lain di ka. Iangan orangsunda masih
tampak dilakukan saat ini kebiasaan yang dikenal dengan
istilah munggah dan nganteuran.
Munggah merupakan aktivitas masyarakat yang mencerminkan kebiasaan masa lalu.
Selanjutnya, membentuk tradisi yang khas dalam menyongsong ibadah saum dalam
ritual keagamaan. Dalam ke. biasaan munggah tersebut, di
antaranya tradisi berziarah ke

makam orang tua atau orang
yang dipertua. Di daerah Priangan tradisi tersebut disebut
nyekar, atau nadran di daerah
Cirebon.
Tradisi nyekar atau nadran
merupakan perwujudan cara
untuk menghormati orang
yang telah meninggal serta
melanggengkan hubungan batiniah antara orang yang masiP.hidup dengan roh ataujiwa
".
or~g ~ng telah menin.zg~

S

-

Kliping

----


ziarah sebagai tempat yang dikeramatkan. Banyak orang dari berbagai daerah di J awa dan
luar Jawa misalnya, nyekar ke
makam Sunan Gunung Jati di

.

Girebon.

Selain dilakukan menjelang
ibadah saum,juga biasanya
hari ke-8 bulan Syawal bagi
mereka yang mempercayainya, dianggap penting untuk
berziarah ke makam Sunan
Gunung JatL Sekarang, makam Sunan Gunung Jati merupakan aset wisata religi dan
sumber pendapatan daerah, di
mana para peziaI:ah meyakini
memperoleh berkah, sambil
bersedekah kepada para pengemis yang memadati areal
pemakaman itu.
Kebiasaan lain y,angdilakukan orang Sunda menjelang

ibadah saum adalah beberesih,
yaitu pembersihan diri yang
dilakukan selain membersihkan rumah, halaman, dst. Beberesih diri yang berlaku bagi
semua anggota keluarga, yaitu
mandi, termasuk membersihkan rambut atau kata otang
Sunda diangir.
Di daerah Cirebon ada kebiasaan menyapu pepohol).an
yang tumbuh di sekitar pekarangan dengan sapu lidi, dise-but ngeprik. Biasanya, ngeprik
dilakukan penduduk pada
waktu sembahyang Asar tiba.
Kebiasaan tersebut merupakan harapan memperoleh berkah pada bulan suci Ramadan,
agar pepohonan itu berbuah
lebat, leubeut.
Kebiasaan yang umum dilakukan di kalangan orang Sunda di berbagai tempat di Jawa
Barat adalah tradisi rantangan, yaitu saling berkiriman
makanan dengan menggunakan rantang. Rantang biasanya
diisi nasi putih dengan berbagai lauk-pauknya. Kebiasaan
saling berkiriman antartetangga, sanak saudara yang tinggal
berdekatan, di daerah Sumedang biasa disebut silih mawakeun, atau biasajuga dise-


.Q.ut
n@n~urE!1:._

Humos
-

Un pod
---

__

2009

.
28

OJul. AgsOSep

AgaImya, tradisi nyeKar ini tidalt saja berlaku di kalangan
orang Sunda, bagi orang Jawa

tradisi ini sudah lama mereka
kenal, seperti kebiasaan mengunjungi makam orang suci, le-luhur, dan makam para raja
Jawa.
Dalam tradisi nyekar, makam par;! wali merup